Disusun Oleh : CARINA HERMANDA
0613010156/FE/EA
Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Pada Tanggal
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama : Ketua
Dr. Indrawati Yuhertiana, MM,Ak
Sekretaris
Anggota Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “PENERAPAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE (GCG) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN” ini disusun guna memenuhi persyaratan program pendidikan strata satu pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis sangat berterima kasih atas
segala bantuan dan fasilitas dari pihakyang diberikan kepada penulis guna
mendukung penyelesaian skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. R. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Saiful Anwar, Msi. Selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi . Selaku Ketua Program Studi Akuntansi
selama penyusunan sampai penyelesaian skripsi.
6. Segenap tenaga pengajar, staf, dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran ” Jawa Timur.
7. Lembaga The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) yang
telah memberikan informasi laporan hasil surveinya kepada peneliti.
8. Kedua orang tuaku khususnya mama yang selalu ada disampingku, om Harry
Stiawan dan keluarga dan seluruh keluarga besarku , terima kasih atas semua
cinta dan kasih sayang, do’a, kesabaran, pengertian, semangat dan dukungan
baik moril dan materiil.
9. Mas Arif dan keluarga, terima kasih atas semua cinta dan kasih sayang, do’a,
kesabaran, pengertian, semangat dan dukungan baik moril dan materiil.
10.Dian, Sulis, Wulan, Nida, Evi, Anggi, Husni, Cahyo dan Rio” sahabat
terbaikku, terima kasih atas dukungan yang diberikan kepada penulis selama
ini.
11.Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HMAK), saya ucapkan
terima kasih atas do’a dan dukungannya yang diberikan kepada penulis.
12.Seluruh pihak atau pribadi yang telah membantu dalam penyusunan skripsi
hati semoga skripsi ini ada manfaatnya, baik bagi penulis maupun untuk semua yang
berkepentingan.
Sidoarjo, 25 Mei 2010
DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
1.5. Batasan Masalah ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Review Penelitian Terdahulu ... 11
2.2. Landasan Teori... 15
2.2.1. Pengertian Good Corporate Governance ... 15
2.2.1.1. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance ... 18
2.2.1.2. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance... 22
2.2.1.3. Implementasi Prinsip Good Corporate Governance ... 23
2.2.1.4. Sistem Penilaian pelaksanaan Good Corporate Governance ... 25
2.2.2. Kinerja Keuangan Perusahaan... 30
2.2.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan... 30
2.2.2.2. Tujuan Penilaian Kinerja ... 32
2.2.3. Economic Value Added... 33
2.2.3.1. Pengertian Economic Value Added... 33
2.3. Kerangka Pikiran... 39
2.4. Hipotesis... 40
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 41
3.1.1. Definisi Operasional ... 41
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 42
3.2. Tehnik Penentuan Sampel... 45
3.2.1. Populasi dan Objek Penelitian... 45
3.2.2. Sampel ... 45
3.3. Tehnik Pengumpulan Data... 46
3.3.1. Jenis Data... 46
3.3.2. Metode Pengumpulan Data ... 46
3.3.2.1. Sumber Data ... 46
3.3.2.2. Pengumpulan Data... 47
3.4. Tehnik Analisis dan Uji Hipotesis ... 47
3.4.1. Uji Normalitas ... 47
3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 48
3.4.3. Tehnik Analisis... 51
3.4.4. Uji Hipotesis………… ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian…………... 54
4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis…………... 86
4.3.1. Hasil Uji Kualitas Data…………... 86
4.3.1.1. Hasil Uji Normalitas …………... 86
4.3.1.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ………… ... 87
4.3.1.2.1. Autokorelasi…………... 88
4.3.1.2.2. Multikolinearitas…………... 89
4.3.1.2.3. Heteroskedastisitas ………… ... 89
4.3.2. Analisis Regresi Linear Sederhana………… ... 90
4.3.2.1. Persamaan Regresi …………... 90
4.3.3. Uji Hipotesis ………… ... 92
4.3.3.1. Uji F…………... 92
4.3.3.2. Koefisien Determinasi………… ... 93
4.3.3.3. Uji t………… ... 93
4.4. Pembahasan …………... 95
4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian …………... 95
4.4.2. Perbedaan Penelitian sekarang dengan yang terdahulu………… 98
4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian …………... 99
4.4.4. Keterbatasan Penelitian………… ... 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………… ... 101
Lampiran 3. Economic Value Added Tahun 2008
Lampiran 4. Skor Corporate Governance Perception Index (CGPI) Tahun 2007 Lampiran 5. Skor Corporate Governance Perception Index (CGPI) Tahun 2008 Lampiran 6. Tabel Durbin Watson
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas Lampiran 8. Hasil Uji Asumsi Klasik
Lampiran 9. Hasil Uji Hipotesis Analisis Regresi Sederhana Lampiran 10. Charts
Tabel 4.2 Economic Value Added Tahun 2008 ... 66
Tabel 4.3 Skor CGPI Tahun 2007... 70
Tabel 4.4 Hasil rekapitulasi skor indikator perusahaan tahun 2007 ... 72
Tabel 4.5 Skor CGPI Tahun 2008... 77
Tabel 4.6 Hasil rekapitulasi skor indikator perusahaan tahun 2008 ... 79
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ... 87
Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi ... 88
Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 89
Tabel 4.10 Hasil Estimasi Koefisien Regresi... 91
Tabel 4.11 Hasil Uji F... 92
Tabel 4.12 Nilai Koefisien Determinasi... 93
Tabel 4.13 Hasil Uji t ... 94
Tabel 4.14 Perbedaan Penelitian sekarang dengan Terdahulu... 98
Carina Hermanda Abstrak
Implementasi good corporate governance (GCG) di negara kita sangat terlambat jika dibandingkan dengan negara-negara lain, mengingat masuknya konsep good corporate governance (GCG) di Indonesia relatif masih baru. Konsep good corporate governance (GCG) di Indonesia pada awalnya diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia dan IMF dalam rangka pemulihan ekonomi pasca crisis. Dalam hal ini good corporate governance (GCG) diyakini bisa berpengaruh langsung terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai pengaruh penerapan good corporate governance (GCG) terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan economic value added (EVA).
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data yang diambil dari The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) yang berupa laporan hasil pemeringkatan corporate governance perception index (CGPI) dan laporan keuangan perusahaan sampel tahun 2007 dan 2008 yang kemudian diolah dengan menggunakan statistik sebagai alat analisis untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti dengan menggunakan “regresi linear sederhana”.
Berdasarkan hasil dari analisis “regresi linear sederhana” dapat disimpulkan bahwa penerapan good corporate governance (GCG) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan economic value added (EVA) setelah dilakukan pengujian teruji kebenarannya.
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau
memaksimalkan kekayaan pemegang saham melalui peningkatkan nilai
perusahaan (Brigham dan Houston, 2001). Peningkatan nilai perusahaan tersebut
dapat dicapai jika perusahaan mampu beroperasi dengan mencapai laba yang
ditargetkan. Melalui laba yang diperoleh tersebut perusahaan akan mampu
memberikan dividen kepada pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan
perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Hambatan-hambatan yang dihadapi perusahaan dalam mencapai tujuan
perusahaan tersebut pada umumnya berkisar pada hal-hal yang sifatnya
fundamental yaitu: (1) perlunya kemampuan perusahaan untuk mengelola sumber
daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien, yang mencakup seluruh bidang
aktivitas (sumber daya manusia, akuntansi, manajemen, pemasaran dan produksi),
(2) konsistensi terhadap sistem pemisahan antara manajemen dan pemegang
saham, sehingga secara praktis perusahaan mampu meminimalkan konflik
kepentingan yang mungkin terjadi antara manajemen dan pemegang saham dan
(3) perlunya kemampuan perusahaan untuk menciptakan kepercayaan pada
penyandang dana ekstern, bahwa dana ekstern tersebut digunakan secara tepat dan
untuk kepentingan perusahaan. Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut,
maka perusahaan perlu memiliki suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik,
yang mampu memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan
pihak kreditur, sehingga mereka dapat meyakinkan dirinya akan memperoleh
keuntungan investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi, selain itu juga harus
dapat menjamin terpenuhinya kepentingan karyawan serta perusahaan itu sendiri.
Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang
menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang
menentukan arah kinerja perusahaan. Isu mengenai corporate governance mulai
mengemuka, khususnya di Indonesia pada tahun 1998 ketika Indonesia
mengalami krisis yang berkepanjangan. Banyak pihak yang mengatakan lamanya
proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh sangat lemahnya corporate
governance yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia. Dalam upaya
mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, maka para pelaku bisnis di Indonesia
menyepakati penerapan good corporate governance (GCG) suatu sistem
pengelolaan perusahaan yang baik, hal ini sesuai dengan penandatanganan
perjanjian Letter of intent (LOI) dengan IMF tahun 1998, yang salah satu isinya
adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan di Indonesia (Sri
Sulistyanto, 2003).
Penerapan good corporate governance (GCG) merupakan salah satu
upaya yang cukup signifikan untuk melepaskan diri dari krisis ekonomi yang
melanda Indonesia. Peran dan tuntutan investor dan kreditor asing mengenai
dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada suatu perusahaan. Penerapan
prinsip good corporate governance (GCG) dalam dunia usaha di Indonesia
merupakan tuntutan zaman agar perusahaan-perusahaan yang ada jangan sampai
terlindas oleh persaingan global yang semakin keras. Prinsip-prinsip dasar dari
good corporate governance (GCG) pada dasarnya memiliki tujuan untuk
memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan.
Dalam pelaksanaannya, prinsip good corporate governence (GCG)
tersebut dilaksanakan melalui partisipasi aktif seluruh elemen perusahaan yang
dituangkan dalam Statement of Corporate Intent (SCI) dengan tujuan untuk
mempublikasikan tujuan dan sasaran serta ukuran kinerja perusahaan kepada
masyarakat secara transparan. Hal ini dikarenakan prinsip-prinsip dan praktik
good corporate governance (GCG) menghendaki adanya suatu upaya untuk
melindungi dan menyeimbangkan kepentingan antara pemegang saham dan para
stakeholders lainnya.
Melalui penerapan good corporate governance (GCG) tersebut
diharapkan: (1) perusahaan mampu meningkatkan kinerjanya melalui terciptanya
proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan, serta mampu meningkatkan pelayanannya kepada
stakeholders, (2) perusahaan lebih mudah memperoleh dana pembiayaan yang
lebih murah sehingga dapat meningkatkan corporate value, (3) mampu
meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia
dan (4) pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan sekaligus
Aspek positif kalau diterapkan secara serius dan taat asas, good
corporate governance (GCG) bisa berpengaruh langsung terhadap kinerja
perusahaan. Menurut Mas Ahmad Daniri (2002) yang dikutip dari Majalah Swa
menyatakan bahwa esensi dari good corporate governance (GCG) ini secara
ekonomis akan menjaga kelangsungan usaha, baik profitabilitas maupun
pertumbuhannya. Dampak penerapan good corporate governance (GCG), selain
bisa menghilangkan KKN( kolusi, korupsi dan nepotisme) dan menciptakan serta
mempercepat iklim usaha yang sehat, juga akan meningkatkan kepercayaan baik
investor maupun kreditor. Disanalah kaitan antara penerapan good corporate
governance (GCG) dan kinerja perusahaan.
Bersumber dari informasi yang dipublikasikan oleh The Indonesian
Institute for Corporate Governance (IICG, 2009) beberapa manfaat dari
penerapan good corporate governance (GCG) yang telah dirasakan oleh beberapa
peserta corporate governance perception index (CGPI) 2007 lalu yaitu pertama
oleh PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, setelah menerapkan good corporate
governance (GCG) sebagai sebuah sistem yang telah dilakukan di Bank Mandiri
memperlihatkan korelasi positif dengan hasil kinerja. Diantaranya terjadi
peningkatan kinerja keuangan secara signifikan, peningkatan kualitas layanan
hingga mencapai posisi Services Leader, serta pengembangan bisnis di berbagai
segmen dan perluasan jaringan pelayanan. Selain itu penerapan good corporate
governance (GCG) menjadi salah satu daya tarik investor untuk membeli saham
governance (GCG) berkorelasi positif dengan meningkatnya harga saham Bank
Mandiri sejak initial public offering (IPO) tahun 2004 sampai dengan saat ini.
Kedua pelaksanaan good corporate governance (GCG) di United
Tractors dirasakan telah memberikan beberapa manfaat diantaranya
keberlangsungan (sustainability) perusahaan dapat lebih terjamin sehingga dapat
meningkatkan stakeholder value, kinerja perusahaan dan meningkatnya
kapitalisasi perusahaan di pasar modal yang mencerminkan terwujudnya manfaat
bagi para pemegang saham, meningkatkan motivasi dan kepuasan karyawan serta
kepercayaan mitra bisnis.
Ketiga Aktualisasi good corporate governance (GCG) sebagai sebuah
sistem yang dilakukan di lingkungan Krakatau Steel telah memberikan beberapa
manfaat diantaranya: (1) produktivitas dan efisiensi usaha akan meningkat dan
iklim usaha lebih kondusif; (2) hubungan baik dengan stakeholders terjaga secara
seimbang dan saling menguntungkan serta terdorong untuk bersama-sama
mengaktualisasikan good corporate governance (GCG); (3) keterbukaan dalam
mengungkapkan dan mengkomunikasikan kebijakan dan keputusan bisnis secara
relevan; (4) kesempatan yang sama bagi setiap karyawan untuk karir dan penilaian
kinerja karyawan yang adil; (5) serta terjaganya hubungan harmonis antara atasan
dan bawahan. Hal ini tidak terlepas dari adanya pengoptimalan kinerja manajemen
dari ketiga perusahaan itu sendiri.
Terbentuknya suatu kepercayaan investor dan masuknya arus modal
didorong oleh penerapan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG) yang
penggunaan sumber daya yang efisien sehingga akan berdampak pulihnya
perekonomian baik secara makro maupun mikro. Agar kelangsungan hidup
perusahaan dapat terus dipertahankan maka sangat perlu bagi perusahaan untuk
menerapkan strategi-strategi yang sesuai dengan kondisi saat ini untuk
meningkatkan kinerja perusahaan atau mempertahankan kinerja perusahaan yang
sudah dicapai. Untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan perlu dilakukan suatu
penilaian atau pengukuran. Fungsi dari penilaian atau pengukuran kinerja adalah
sebagai alat bantu bagi manajemen dalam proses pengambilan keputusan, juga
untuk memperlihatkan kepada investor maupun pihak-pihak yang berkepentingan
bahwa perusahaan memiliki krediblitas yang baik.
Dalam menilai kinerja perusahaan investor biasanya memacu kepada
laporan keuangan. Ukuran yang biasa digunakan adalah menggunakan rasio
keuangan perusahaan seperti rasio likuiditas (current rasio), rasio profitabilitas
(return on equity, return on asset), serta rasio solvabilitas (rasio modal dengan
aktiva dan rasio dengan modal utang sendiri).
Dalam menganalisis setiap rasio-rasio tersebut, angka-angka yang
diperoleh dari perhitungan tidak dapat berdiri sendiri. Rasio-rasio tersebut baru
dapat digunakan jika adanya perbandingan dengan perusahaan sejenis yang
memiliki tingkat resiko yang sama dan adanya analisis kecenderungan dari setiap
rasio-rasio pada tahun sebelumnya.
Untuk melengkapi cara pengukuran kinerja perusahaan yang telah ada
selama beberapa tahun terakhir telah dikembangkan suatu pendekatan yang
diperkenalkan pertama kali oleh Stern Stewark & Co. sebuah konsultan
manajemen yang berpusat di New York, Amerika Serikat. Pendekatan economic
value added (EVA) dianggap lebih akurat dan komprehensif dibandingkan dengan
pendekatan konvensional terdahulu yang tidak menggambarkan kondisi keuangan
perusahaan dengan benar. Dengan economic value added (EVA) manager
memilih investasi yang memaksimalkan tingkat pengembalian dan
meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat
dimaksimumkan (Nasser,2003).
Economic Value Added (EVA) mencoba mengukur nilai tambah yang
dihasilkan suatu perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital)
yang timbul akibat investasi yang dilakukan. Jadi economic value added (EVA)
merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi.
Economic Value Added (EVA) yang positif menandakan perusahaan berhasil
menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan (Utama dan Afriani,2005).
Riset The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), 2002,
menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan good corporate
governance (GCG) adalah kepatuhan terhadap peraturan. Perusahaan meyakini
bahwa implementasi good corporate governance (GCG) merupakan bentuk lain
penegakan etika bisnis dan etika kerja yang sudah lama menjadi komitmen
perusahaan, dan implementasi good corporate governance (GCG) berhubungan
dengan peningkatan citra perusahaan. Perusahaan yang mempraktikkan good
nilai perusahaan. Maka dalam penelitian ini akan dianalisis, apakah praktik good
corporate governance (GCG) dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
Dari latar belakang diatas, hal ini menarik peneliti untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul “ Penerapan Good Corporate Governance
(GCG) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan”.
1.2 Perumusan Masalah
Good Corporate Governance (GCG) dalam perusahaan berfungsi untuk
melindungi kepentingan investor. Perusahaan yang menerapkan good corporate
governance (GCG) akan selalu memperhatikan kepentingan investor dan akan
selalu mengungkapkan kinerja perusahaan secara akurat, tepat waktu dan
transparan.
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian serta
teori penelitian terdahulu maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
“Apakah penerapan good corporate governance (GCG) berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan yang diukur dengan economic value added (EVA)”?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bukti empiris
mengenai pengaruh penerapan good corporate governance (GCG) terhadap
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
be-berapa pihak, antara lain:
1. Manfaat bagi Perguruan Tinggi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan dan
dasar penelitian sejenis yang mungkin dapat diterapkan pada perguruan
tinggi di masa yang akan datang.
2. Manfaat bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
perusahaan, khususnya mengenai pengaruh penerapan good corporate
governance (GCG) terhadap peningkatan kinerja keuangan perusahaan
(EVA). Informasi tersebut merupakan feedback bagi perusahaan atas
pelaksanaan good corporate governance (GCG) yang telah
dilakukannya.
3. Manfaat bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
tambahan kepustakaan/referensi empiris mengenai pengaruh
pelaksanaan good corporate governance (GCG) di Indonesia, khususnya
pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.
4. Manfaat bagi Peneliti dan Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
tambahan pengetahuan empiris mengenai pengaruh pelaksanaan good
terhadap kinerja keuangan perusahaan dan dapat menjadi bahan referensi
untuk mengkaji topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas
dalam penelitian ini.
1.5 Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih
terarah, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut :
1. Pembahasannya hanya sebatas pada penerapan prinsip good corporate
governance (GCG) sebagai relevansi terhadap kinerja suatu perusahaan
guna terciptanya kinerja yang tinggi yang dapat diukur dengan kinerja
perusahaan yang semakin meningkat.
2. Obyek penelitian adalah perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan bersedia disurvei oleh The Indonesian
Institute for Corporate Governance (IICG) berupa hasil pemeringkatan
corporate governance perception index (CGPI) dan kinerja perusahaan
dapat diukur dengan berbagai variabel, namun demikian dalam
penelitian ini kinerja perusahaan diproxy dengan satu macam ukuran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Review Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan tentang good
corporate governance (GCG) yaitu oleh Deni Darmawati, Khomsiyah, Rika Gelar
Rahayu, 2005, Hubungan Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi keterkaitan corporate governance
yang diterapkan dalam suatu perusahaan dengan kinerja perusahaan yang
bersangkutan. Data implementasi pada penelitian ini menggunakan corporate
governance hasil survei The Indonesian Institute for Corporate Governance
(IICG) tahun 2001 dan 2002 yang berupa corporate governance perception index
(CGPI) yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance
(IICG) di tahun 2001 dan 2002 dengan jumlah sampel sebanyak 53 perusahaan
(pooled data untuk tahun 2001 dan 2002). Sampel untuk tahun 2001 sebanyak 21
perusahaan dan tahun 2002 sebanyak 32 perusahaan.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan independen.
Variabel dependen yang digunakan yaitu kinerja perusahaan dan variabel
independen adalah corporate governance. Dalam penelitian ini juga memasukkan
variabel kontrol yang terdiri dari komposisi aktiva, kesempatan tumbuh dan
Hasil analisis menunjukkan bahwa, corporate governance secara
statistik signifikan mempengaruhi return on equity (ROE) sedangkan tidak ada
satupun variable kontrol yang secara statistik signifikan mempengaruhi return on
equity (ROE). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa corporate governance
mempengaruhi kinerja operasi perusahaan.
Hasil analisis model regresi dengan Tobin’s Q menunjukkan bahwa baik
variabel corporate governance mempengaruhi kinerja pasar perusahaan secara
statistik tidak didukung. Hal ini mungkin dikarenakan respon pasar terhadap
implementasi corporate governance tidak bisa secara langsung (imediate) akan
tetapi membutuhkan waktu.
Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Yudha Pranata, 2007,
Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan good corporate
governance (GCG) terhadap return on equity (ROE), Tobin’s Q dan net profit
margin (NPM). Sampel yang digunakan sebanyak 35 perusahaan diambil secara
purposive sampling yaitu perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) selama tahun 2001-2005 dan masuk dalam kelompok 10 besar
berdasarkan indeks good corporate governance (GCG). Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan good corporate governance (GCG) berpengaruh
positif terhadap return on equity (ROE), Tobin’s Q dan net profit margin (NPM)
dan perubahan yang terjadi pada skor penerapan good corporate governance
Penelitian tentang good corporate governance (GCG) juga dilakukan
oleh Diah Kusuma Wardani, 2008, Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Kinerja Perusahaan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penerapan good corporate governance (GCG) terhadap return on equity
(ROE) dan Tobin’s Q. Sampel yang digunakan sebanyak 71 perusahaan diambil
secara purposive sampling yaitu perusahaan go public yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta (BEJ) selama tahun 2001-2005 dan masuk dalam kelompok 10 besar
berdasarkan indeks GCG. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
GCG berpengaruh positif terhadap return on equity (ROE) dan Tobin’s Q.
Penelitian berikutnya juga dilakukan oleh Nur Sayidah, 2007, Pengaruh
Kualitas Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Publik (Studi
Kasus Peringkat 10 Besar CGPI Tahun 2003, 2004, 2005). Penelitian ini bertujuan
untuk memberikan bukti tambahan terhadap penelitian Gompers dkk (2003) yang
menemukan ada hubungan positif antara indeks corporate governance dengan
kinerja perusahaan jangka panjang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 22 perusahaan non perbankan yang terdiri dari 7 perusahaan yang masuk
peringkat 10 besar corporate governance perception index (CGPI) tahun 2003, 5
perusahaan yang masuk peringkat 10 besar CGPI tahun 2004 dan 10 perusahaan
yang masuk peringkat 10 besar corporate governance perception index (CGPI)
tahun 2005.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan independen.
independen adalah kualitas corporate governance yang diproksikan oleh skor
corporate governance perception index (CGPI) yang dikembangkan oleh The
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). Dalam penelitian ini juga
memasukkan variabel control yang terdiri dari LogBM, LogTA, LogYears.
Hasil analisis menunjukkan bahwa, Kualitas corporate governance dan
variabel kontrol secara bersama-sama tidak mempengaruhi secara signifikan
kinerja perusahaan yang diproksi dengan net profit margin (NPM). Tetapi ketika
kinerja perusahaan diproksi dengan return on asset (ROA), return on equity
(ROE) dan return on investment (ROI) variabel kualitas corporate governance
dan variabel kontrol secara bersama-sama mempengaruhi secara signifikan kinerja
perusahaan.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Rida Perwita Sari, 2007, Analisis
Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Penerapan Prinsip good
corporate governance (GCG) Pada PT Petrokimia Gresik. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisa dan membuktikan apakah terdapat perbedaan yang signifikan
dalam laporan keuangan sebelum dan sesudah penerapan good corporate
governance (GCG) pada PT Petrokimia Gresik.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel dependen. Variabel
dependen yang digunakan yaitu kinerja keuangan sebelum penerapan prinsip
GCG (X1) dan kinerja keuangan sesudah penerapan prinsip GCG (X2).
Hasil analisis menunjukkan bahwa, kinerja keuangan dalam penelitian
yaitu return on equity (ROE), return on investment (ROI), Cash Ratio, Current
Ratio, Collection Periods, Perputaran persediaan, Total Asset Turn Over adalah
tidak terdapat perbedaan antara antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah
penerapan good corporate governance (GCG) pada PT Petrokimia Gresik.
Sedangkan secara kuantitatif statistik menunjukkan bahwa hanya indikator kinerja
keuangan yang diukur dari Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Asset
menunjukkan terdapat perbedaan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah
penerapan good corporate governance (GCG) pada PT Petrokimia Gresik.
Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang
dilakukan sebelumnya. Persamaannya terletak pada objek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan go public yang ikut dalam pemeringkatan
Corporate Governance Perception Index (CGPI) yang dilakukan oleh The
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) dan tehnik analisisnya
adalah regresi.
Perbedaannya penelitian ini terletak pada variabel yang digunakan dalam
mengukur kinerja keuangan hanya ada satu yaitu variabel economic value added
(EVA) dan pengamatan yang dilakukan adalah pada tahun 2007 dan 2008.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Good Corporate Governance
Menurut FCGI (2001) Good Corporate Governance (GCG) adalah
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak
dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan. Sedangkan Cadbury Committee adalah seperangkat
aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer,
kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya
baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab
mereka.
Menurut Rahmawati (2006) dalam Putri (2006) Good Corporate
Governance (GCG) didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan prinsip-prinsip
antara lain fairness, transparancy, accountability dan responsibility, yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, manajemen, perusahaan (direksi dan
komisaris), kreditur, karyawan serta stakeholders lainnya yang berkaitan dengan
hak dan kewajiban masing-masing pihak. Berdasarkan definisi atau pengertian
good corporate governance (GCG) di atas dapat disimpulkan bahwa, pada
dasarnya good corporate governance (GCG) adalah mengenai sistem, proses, dan
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang
berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara
pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan
Good Corporate Governance (GCG) secara definitif merupakan sistem
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk mencapai nilai tambah
untuk semua stakeholder. ( YPPMI & SC, 2002)
Good Corporate Governance (GCG) adalah proses dan struktur yang
digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta urusan-urusan
perusahaan, dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas
perusahaan, dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam
jangka panjang, dan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain.
(Malaysian Finance Committee On Corporate Governance February 1999 )
Good Corporate Governance (GCG) dapat didefinisikan sebagai
struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai
upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan
dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. (The
Indonesian Institute for Corporate Governance, 2008)
Baik (Good) adalah tingkat pencapaian terhadap suatu hasil upaya yang memenuhi persyaratan, menunjukkan kepatutan dan keteraturan
operasional perusahaan sesuai dengan konsep corporate governance.
Sistem adalah prosedur formal dan informal yang mendukung struktur dan strategi operasional dalam suatu perusahaan.
perilaku perusahaan dengan ekspektasi dari masyarakat, serta
mempertahankan akuntabilitas perusahaan kepada pemegang saham.
Struktur adalah (a) susunan atau rangka dasar manajemen perusahaan yang didasarkan pada pendistribusian hak-hak dan tanggung jawab di antara
organ perusahaan (dewan komisaris, direksi dan RUPS/ pemegang saham)
dan stakeholder lainnya, dan (b) aturan aturan maupun prosedur prosedur
untuk pengambilan keputusan dalam hubungan perusahaan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa GCG tersebut merupakan:
1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran
dewan komisaris, direksi, pemegang saham dan para stakeholder
lainnya.
2. Suatu sistem pengawasan dan perimbangan kewenangan atas
pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua
peluang, yaitu pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset
perusahaan.
3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan,
pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.
2.2.1.1. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip dasar dari good corporate governance (GCG), yang pada
dasarnya memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu
Secara umum, penerapan prinsip good corporate governance (GCG)
secara konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut :
1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.
2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah.
3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja
ekonomi perusahaan.
4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholders terhadap
perusahaan.
5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.
Dari berbagai tujuan tersebut, pemenuhan kepentingan seluruh
stakeholders secara seimbang berdasarkan peran dan fungsinya masing masing
dalam suatu perusahaan, merupakan tujuan utama yang hendak dicapai.
Prinsip-prinsip utama dari good corporate governance (GCG) yang menjadi indikator,
sebagaimana ditawarkan oleh Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD) adalah :
1. Fairness (Keadilan)
Prinsip keadilan (fairness) merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi
seluruh pemegang saham. Keadilan yang diartikan sebagai perlakuan
yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang
saham minoritas dan pemegang saham asing dari kecurangan, dan
kesalahan perilaku insider. Dalam melaksanakan kegiatannya,
saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran
dan kesetaraan.
2. Disclosure/ Transparancy (Keterbukaan/ Transparansi)
Transparansi adalah adanya pengungkapan yang akurat dan tepat pada
waktunya serta transparansi atas hal penting bagi kinerja perusahaan,
kepemilikan, serta pemegang kepentingan. Untuk menjaga
obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan
informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses
dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus
mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang
disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang
penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur
dan pemangku kepentingan lainnya.
3. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem
pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara
komisaris, direksi, dan pemegang saham yang meliputi monitoring,
evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen untuk meyakinkan
bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang
saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya. Perusahaan harus
dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan
sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.
Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai
kinerja yang berkesinambungan.
4. Responsibility (Responsibilitas)
Responsibility (responsibilitas) adalah adanya tanggung jawab
pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen serta
pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham.
Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab
merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan
adanya tanggungjawab sosial, menghindari penyalahgunaan wewenang
kekuasaan, menjadi profesional dan menjunjung etika dan memelihara
bisnis yang sehat.
5. Independency (Independen)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas good corporate governance
(GCG), perusahaan harus dikelola secara independen sehingga
masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat
diintervensi oleh pihak lain. Independen diperlukan untuk menghindari
adanya potensi konflik kepentingan yang mungkin timbul oleh para
pemegang saham mayoritas. Mekanisme ini menuntut adanya rentang
kekuasaan antara komposisi komisaris, komite dalam komisaris, dan
terjadi harus obyektif tidak dipengaruhi oleh kekuatan pihak-pihak
tertentu.
Prinsip-prinsip transparansi, keadilan, akuntabilitas, responsibilitas dan
independen GCG dalam mengurus perusahaan, sebaiknya diimbangi dengan good
faith ( bertindak atas itikad baik) dan kode etik perusahaan serta pedoman good
corporate governance (GCG), agar visi dan misi perusahaan yang berwawasan
internasional dapat terwujud. Pedoman good corporate governance (GCG) yang
telah dibuat oleh Komite Nasional Corporate Governance hendaknya dijadikan
kode etik perusahaan. Perusahaan wajib menerapkan prinsip korporasi yang
terkandung dalam good corporate governance (GCG) secara konsisten dalam
rangka meningkatkan kemampuannya. Prinsip-prinsip tersebut didasarkan pada
ketentuan peraturan perundang-undangan dan ketentuan hukum yang berlaku bagi
perusahaan perseroan. Aturan dan ketentuan hukum yang selama ini sudah ada
tentu saja tidak semuanya mengarah pada praktik good corporate governance
(GCG). Oleh karena itu, dalam rangka mewujukan prinsip-prinsip tersebut sudah
tentu peraturan dan ketentuan hukum yang ada harus dikaji ulang dengan
memperhatikan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG).
2.2.1.2. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
Dengan adanya penerapan corporate governance dalam suatu
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan dengan lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional serta lebih meningkatkan pelayanan kepada shareholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah (karena
faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate
value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden khusus
bagi BUMN akan membantu penerimaan APBN terutama dari hasil
privatisasi.
2.2.1.3. Implementasi Prinsip Corporate Governance
Selain para pemegang saham atau investor, perlu diperhatikan juga
kepentingan para kreditor karena hampir tidak ada perusahaan yang dapat berjalan
dengan modalnya sendiri, sehingga mencari tambahan dana yang diperlukan
untuk biaya operasional perusahaan ataupun ekspansi usaha. Penerapan
prinsip-prinsip good corporate governance (GCG) dalam suatu perusahaan merupakan
salah satu bahan pertimbangan utama bagi kreditor dalam mengevaluasi potensi
berdomisili di negara-negara berkembang, implementasi prinsip corporate
governance secara konkret, dapat memberikan kontribusi untuk memulihkan
kepercayaan para kreditor terhadap kinerja suatu perusahaan yang telah dilanda
krisis, misalnya di Indonesia. Di dunia Internasional, penerapan good corporate
governance (GCG) sudah merupakan suatu syarat utama dalam perjanjian
pemberian kredit. Seringkali perusahaan yang telah mengimplementasikan
prinsip-prinsip good corporate governance (GCG), mempunyai kemungkinan
besar untuk memperoleh bantuan kredit bagi usahanya.
Hal-hal tersebut sangat berkaitan dengan filosofi dasar kepentingan para
kreditor, yaitu bahwa kepentingan utama kreditor adalah mendapatkan
keuntungan maksimal dan menekan seminimal mungkin resiko kegagalan
pengembalian pinjaman. Keuntungan maksimal ini dapat diperoleh dengan
berbagai jalan, salah satunya adalah dengan meningkatkan tingkat kemampuan
perusahaan debitor untuk mengembalikan dana yang telah dipinjam melalui
efektivitas kinerja perusahaan tersebut.
Penerapan prinsip good corporate governance (GCG) ini adalah untuk
menghasilkan kinerja perusahaan yang efektif dan efisien, melalui harmonisasi
manajemen perusahaan. Dibutuhkan peran yang penuh komitmen dan independen
dari dewan direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan kegiatan perusahaan,
2.2.1.4. Sistem Penilaian Pelaksanaan Good Corporate Governance
Penilaian terhadap pelaksanaan good corporate governance (GCG) di
Indonesia dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat independen yaitu: The
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) dengan menggunakan
Corporate Governance Perception Index (CGPI). Corporate Governance
Perception Index (CGPI) adalah program riset dan pemeringkatan penerapan
good corporate governance (GCG) pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Corporate Governance Perception Index (CGPI) diikuti oleh Perusahaan Publik
(Emiten), BUMN, Perbankan dan Perusahaan Swasta lainnya. Program corporate
governance perception index (CGPI) secara konsisten telah diselenggarakan pada
setiap tahunnya sejak tahun 2001. Program ini dirancang untuk memicu
perusahaan dalam meningkatkan kualitas penerapan konsep corporate governance
(CG) melalui perbaikan yang berkesinambungan (continous improvement) dengan
melaksanakan evaluasi dan melakukan studi banding (benchmarking).
Proses pemeringkatan penerapan good corporate governance (GCG)
dalam corporate governance perception index (CGPI) dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Self-assessment (dengan bobot 15 %)
Pada tahap ini perusahaan diminta mengisi kuesioner Self-assessment
seputar penerapan konsep corporate governance (CG) di
b. Pengumpulan Dokumen Perusahaan (dengan bobot 25 %)
Pada tahap ini perusahaan diminta untuk mengumpulkan dokumen dan
bukti yang mendukung penerapan corporate governance (CG) di
perusahaannya. Bagi perusahaan yang telah mengirimkan dokumen
terkait pada penyelenggaraan corporate governance perception index
(CGPI) tahun sebelumnya boleh memberikan pernyataan konfirmasi
pada dokumen sebelumnya (kecuali jika terjadi perubahan, maka revisi
harus dilampirkan).
c. Penyusunan Makalah dan Presentasi (dengan bobot 12 %)
Pada tahap ini perusahaan diminta untuk membuat penjelasan kegiatan
perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip good corporate
governance (GCG) dalam bentuk makalah dengan memperhatikan
sistematik penyusunan yang telah ditentukan.
d. Observasi ke perusahaan (dengan bobot 48%)
Pada tahap ini tim peneliti corporate governance perception index
(CGPI) akan berkunjung ke lokasi perusahaan peserta untuk menelaah
kepastian penerapan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG).
Faktor- faktor yang menjadi penilaian proses corporate governance
perception index (CGPI) ini adalah :
1. Komitmen yang menunjukkan wujud kesungguhan perusahaan, dalam
merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi sesuai
kesungguhan ini dapat dirasakan serta dapat mendorong anggota
perusahaan untuk ikut melakukannya.
2. Transparansi yang menunjukkan kesungguhan perusahaan dalam
menyampaikan berbagai informasi tentang perusahaan secara tepat
waktu dan akurat, termasuk informasi tentang proses merumuskan,
mengimplementasikan, serta mengevaluasi strategi yang dilakukannya,
dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta dapat mendorong anggota
perusahaan untuk ikut melakukannya.
3. Akuntabilitas yang menunjukkan kesungguhan perusahaan dalam
mempertanggungjawabkan seluruh proses pencapaian kinerja secara
transparan dan wajar, termasuk mempertanggungjawabkan seluruh
proses dalam merumuskan, mengimplementasikan serta mengevaluasi
strategi, dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta dapat mendorong
anggota perusahaan untuk ikut melakukannya.
4. Responsibilitas yang menunjukkan kesungguhan perusahaan dalam
menjamin terlaksananya peraturan perundang-undangan dan tanggung
jawab terhadap masyarakat dan lingkungan, termasuk dalam menjamin
terlaksananya proses perumusan, implementasi serta evaluasi strategi
secara bertanggung jawab, dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta
dapat mendorong anggota perusahaan untuk ikut melakukannya.
5. Independensi yang menunujukkan kesungguhan perusahaan dalam
terhadap partisipan lainnya, termasuk dalam menjamin tidak adanya
dominasi dan intervensi dari satu partisipan manapun dalam proses
merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi, dan
kesungguhan ini dapat dirasakan serta dapat mendorong anggota
perusahaan untuk ikut melakukannya.
6. Keadilan yang menunjukkan kesungguhan perusahaan dalam
memperhatikan kepentingan pemegang saham (shareholders) dan
pemangku kepentingan lainnya (stakeholder), termasuk dalam
memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan seluruh
stakeholder dalam proses merumuskan, mengimplementasikan dan
mengevaluasi strategi, dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta
mendorong anggota perusahaan untuk ikut melaksanakannya.
7. Kompetensi yang menunjukkan kesungguhan perusahaan dalam
menunjukkan kemampuannya untuk menggunakan otoritasnya sesuai
dengan peran dan fungsinya, inovatif dan kreatif, termasuk menunjukkan
kemampuannya untuk merumuskan, mengimplementasikan dan
mengevaluasi strategi secara tepat, dan kesungguhan ini dapat dirasakan
serta dapat mendorong anggota perusahaan untuk melakukannya juga.
8. Kepemimpinan yang menunjukkan kesungguhan perusahaan dalam
menunjukkan corak kepemimpinan yang dapat mentransformasikan
organisasi kearah yang lebih baik, termasuk dalam menunjukkan corak
mengimplementaskan dan mengevaluasi strategi, dan kesungguhan ini
dapat dirasakan serta dapat mendorong anggota perusahaan untuk ikut
melakukannya.
9. Kemampuan Bekerja Sama yang menunjukkan kesungguhan perusahaan
dalam menunjukkan kemampuan bekerja samanya untuk mencapai
tujuan bersama secara bermartabat, termasuk dalam menunjukkan
kemampuan bekerja samanya untuk merumuskan,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi strategi, dan kesungguhan ini
dapat dirasakan serta dapat mendorong anggota perusahaan untuk ikut
melakukannya.
10.Visi, Misi dan Tata Nilai yang menunjukkan kesungguhan perusahaan
untuk memahami pokok-pokok yang terkandung di dalam pernyataan
visi, misi dan tata nilai perusahaan yang akan menjadi panduan bagi
perusahaan dalam merumuskan, mengimplementasikan dan
mengevaluasi strategi yang dilakukannya, dan kesungguhan ini dapat
dirasakan serta dapat mendorong menumbuhkan keinginan dihati para
anggota perusahaan untuk mencapai pokok-pokok tersebut.
11.Moral dan Etika yang menunjukkan kesungguhan perusahaan dalam
menerapkan nilai-nilai moral dan etika dalam setiap proses bisnis sesuai
dengan prinsip good corporate governance (GCG), termasuk dalam
dan kesungguhan ini dapat dirasakan serta dapat mendorong anggota
perusahaan untuk ikut melakukannya.
12.Strategi yang menunjukkan kesungguhan perusahaan dalam
merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi sebagai
respon terhadap perubahan agar perusahaan dapat mempertahankan
kinerjanya secara berkelanjutan, dan kesungguhan ini dapat dirasakan
serta mendorong anggota perusahaan untuk ikut melakukannya.
2.2.2. Kinerja Keuangan Perusahaan
2.2.2.1. Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi
dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis (strategic
planning) suatu organisasi. Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja
merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), kinerja dapat diartikan
sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja,
kinerja yaitu berkemampuan dengan menggunakan tenaga. Jadi kinerja keuangan
berdasar uraian diatas adalah kemampuan kerja manajemen keuangan dalam
mencapai prestasi kinerjanya.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil outcome yang diperoleh
buruk, perlu dilakukan pengukuran terhadap kinerja keuangan tersebut secara
umum mengukur keefektifan dan keefisienan (Horngren, Foster dan Datar, 2000 ).
Menurut Hastuti (2005) dalam Ayu, (2006) kinerja perusahaan adalah
hasil banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh
manajemen. Oleh karena itu untuk menilai kinerja perusahaan perlu melibatkan
analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan
mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif.
Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan
efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya.
Efektifitas apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang
tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan efisiensi diartikan sebagai rasio (perbandingan) antara masukan dan
keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang optimal.
Pelaporan kinerja merupakan refleksi kewajiban untuk
mempresentasikan dan melaporkan kinerja semua aktivitas dan sumber daya yang
perlu dipertanggungjawabkan.
Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
terkonsentrasi atau tidaknya terkonsentrasinya kepemilikan, manipulasi laba, serta
pengungkapan laporan keuangan. Kepemilikan yang banyak terkonsentrasi oleh
institusi akan memudahkan pengendalian sehingga akan meningkatkan kinerja
perusahaan. Dalam hubungannya dengan kinerja suatu perusahaan dapat dilihat
perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan
operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan
tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali dipengaruhi
oleh metode akuntansi yang digunakan. Disclosure laporan keuangan akan
memberikan informasi yang berguna bagi pemakai laporan keuangan. Disclosure
sebagai salah satu aspek good corporate governance (GCG) diharapkan dapat
menjadi dasar untuk melihat baik tidaknya kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan
dapat dinilai melalui berbagai macam indikator atau variabel untuk mengukur
keberhasilan perusahaan, pada umumnya berfokus pada informasi kinerja yang
berasal dari laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut bermanfaat untuk
membantu investor, kreditor, calon investor dan para pengguna lainnya dalam
rangka membuat keputusan investasi, keputusan kredit, analisis saham serta
menentukan prospek suatu perusahaan di masa yang akan datang.
Penilaian kinerja perusahaan dilakukan bertujuan untuk memotivasi
karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar
perilaku yang ditetapkan sebelumnya agar tercapai tujuan perusahaan yang baik.
Melalui penilaian kinerja, maka perusahaan dapat memilih strategi dan struktur
keuangannya.
2.2.2.2. Tujuan Penilaian Kinerja
Prestasi pelaksanaan program yang dapat diukur akan mendorong
berkelanjutan memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan secara terus
menerus dan pencapaian tujuan di masa mendatang.
Tujuan penilaian kinerja sebagai alat manajemen untuk :
1. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan
untuk pencapaian prestasi.
2. Memastikan tercapainya skema prestasi yang disepakati.
3. Memonitor dan mengevaluasi kinerja dengan pembandingan skema kerja
dan pelaksanaan.
4. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi
pelaksanaan yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran prestasi
yang telah disepakati.
5. Menjadikan alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya
memperbaiki prestasi organisasi.
6. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
7. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.
8. Mengungkap permasalahan yang terjadi.
2.2.3. Economic Value Added (EVA)
2.2.3.1. Pengertian Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added (EVA) diperkenalkan pertama kali oleh Stern
Stewark & Co. sebuah perusahaan konsultan manajemen yang berkantor pusat di
perusahaan akan lebih memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai perusahaan
(creating firm’s value) yaitu manajemen perusahaan berupaya menghasilkan
return yang lebih besar dari modalnya. Dengan economic value added (EVA)
manager memilih investasi yang memaksimalkan tingkat pengembalian dan
meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat
dimaksimumkan.
Economic Value Added (EVA) menurut Utama dan Afriani (2005) yang
mengutip dari Surya menyatakan bahwa economic value added (EVA) telah lama
dikenal sebagai economic pofit, yaitu nilai perusahaan yang melebihi (kurang dari)
tingkat pengembalian minimum yang bisa diperoleh oleh pemegang saham dan
kreditur dengan berinvestasi dengan sekuritas lain, yang mempunyai resiko
sebanding (opportunity cost).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa economic value added
(EVA) mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan sebuah perusahaan
dengan cara mengurangi beban biaya modal (cost of captal) yang timbul sebagai
akibat investasi yang dilakukan. Penggunaan economic value added (EVA) akan
membuat perusahaan untuk lebih memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai
perusahaan.
Economic Value Added (EVA) merupakan keuntungan operasional
setelah pajak dikurangi dengan biaya modal atau economic value added (EVA)
merupakan pengukuran pendapatan sisa yang mengurangkan biaya modal dari
didalam perusahaan, sedangkan biaya modal dapat diartikan sebagai pengorbanan
yang dikeluarkan dalam penciptaan nilai tersebut.
Jadi, economic value added (EVA) merupakan indikator tentang adanya
penciptaan nilai dari suatu investasi. Economic Value Added (EVA) yang positif
menandakan bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan melebihi tingkat biaya
modal atau tingkat pengembalian yang diminta investor atau investasi yang
dilakukannya. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan
nilai bagi pemilik modal. Sebaliknya economic value added (EVA) yang negative
menunjukkan bahwa nilai perusahaan berkurang sebagai akibat tingkat
pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang
dituntut investor. Sementara economic value added (EVA )= 0 menunjukkan
bahwa perusahaan dalam posisi break even point karena laba yang digunakan
untuk membayar kewajiban kepada investor.
Dari penjelasan tersebut, jelas terlihat bahwa economic value added
(EVA) sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan
dimana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai. Selain itu sebagai
pengukur kinerja perusahaan, economic value added (EVA) secara langsung
menunjukkan seberapa besar perusahaan telah menciptakan nilai bagi pemilik
2.2.3.2. Kelebihan Economic Value Added (EVA)
Kelebihan Economic Value Added (EVA) adalah sebagai berikut :
1. Economic Value Added (EVA) merupakan merupakan suatu ukuran
kinerja operasional bisa berdiri sendiri tanpa memerlukan data
pembanding seperti standar rata-rata industri atau data perusahaan lain
sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan analisa ratio.
2. Economic Value Added (EVA) fokus penilaian kerja perusahaan pada
penciptaan nilai yaitu memaksimalkan nilai perusahaan dan
meningkatkan nilai pemegang saham. Manager memilih investasi yang
memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat
biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimiminimumkan.
3. Pengaplikasian economic value added (EVA) yang menunjukkan bahwa
konsep tersebut data pembanding ukuran yang praktis, mudah dihitung
dan mudah digunakan sehingga merupakan salah satu pertimbangan
dalam mempercepat pengambilan keputusan.
4. Economic Value Added (EVA) dapat digunakan untuk mengidentifikasi
proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya
modalnya. Proyek yang memberikan nilai sekarang dari total economic
value added (EVA) yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut
2.2.3.3. Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Kelemahan Economic Value Added (EVA) adalah sebagai berikut :
1. Hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu,
sementara nilai perusahaan merupakan akumulasi economic value added
(EVA) selama umur perusahaan. Sehingga kemungkinan suatu
perusahaan mempunyai economic value added (EVA) tahun yang
berlaku positif tetapi nilai perusahaan rendah karena economic value
added (EVA) ditahun mendatang negatif. Sebaliknya perusahaan dengan
kegiatan yang memerlukan pengembalian yang cukup lama. Economic
Value Added (EVA) pada awal tahun negatif sedangkan economic value
added (EVA) akhir proyek adalah positif karena penjualan aktiva pada
masa sewa.
2. Economic Value Added (EVA) bertemu pada keyakinan bahwa investor
sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengambil
keputusan untuk membeli dan menjual saham tertentu.
3. Economic Value Added (EVA) mengukur hasil akhir (result). Konsep ini
tidak mengukur aktifitas-aktifitas penentu seperti loyalitas dan tingkat
retensi konsumen.
2.2.4. Perhitungan Economic Value Added (EVA)
Untuk menghitung nilai economic value added (EVA) menurut
a. Menghitung nilai laba bersih (NOPAT) yaitu laba bersih setelah pajak
ditambah biaya bunga.
b. Menghitung nilai invested capital yaitu jumlah dari total hutang dan
ekuitas dikurangi total pinjaman jangka pendek tanpa bunga.
c. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dimana rumus
WACC adalah :
{D x rd (1 – tax)} + (E x re)
Dimana :
D adalah tingkat modal = total hutang / (total hutang + ekuuitas)
rd adalah cost of debt = biaya bunga / total hutang
tax adalah pajak = beban pajak / laba sebelum pajak
E adalah tingkat modal = total ekuitas / (total hutang + ekuitas )
re adalah cost of equity = 1 / PER (Price Earning Ratio)
d. Menghitung capital charges yaitu aliran kas yang dibutuhkan untuk
mengganti investor atas risiko usaha dari modal yang ditanamkan
dengan rumus :
capital charges = WACC x invested capital
e. Menghitung Economic Value Added dengan rumus :
2.2.5. Penerapan Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja perusahaan ditentukan sejauh mana keseriusannya dalam
menerapkan good corporate governance (GCG). Perusahaan yang terdaftar dalam
skor pemeringkatan corporate governance yang dilakukan oleh The Indonesian
Institute for Corporate Governance (IICG) telah menerapkan good corporate
governance (GCG) dengan baik dan secara langsung menaikkan nilai sahamnya.
Semakin tinggi penerapan corporate governance yang diukur dengan corporate
governance indeks perception (CGPI) semakin tinggi pula tingkat ketaatan
perusahaan dan menghasilkan kinerja perusahaan yang baik.
Secara teoritis praktik good corporate governance (GCG) dapat
meningkatkan kinerja perusahaan, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan
oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan sendiri dan umumnya good
corporate governance (GCG) dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk
menanamkan modalnya yang berdampak terhadap kinerjanya.
2.3. Kerangka Pikiran
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dibuat
kerangka pikir sebagai berikut :
Kinerja Keuangan Perusahaan
(Y) Penerapan GCG
(X)
Analisis Regresi Linear Sederhana
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian serta
teori penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa penerapan
prinsip good corporate governance (GCG) berpengaruh positif dengan kinerja
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atas konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasi kegiatan,
ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak
atau variabel tersebut dan definisi ini tidak menjelaskan korelasi konsep.
Definisi operasional yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kinerja Keuangan Perusahaan (Y)
Kinerja keuangan merupakan kemampuan kinerja manajemen keuangan
dalam mencapai prestasi kinerjanya. Dalam penelitian ini kinerja perusahaan diukur
dengan menggunakan economic value added (EVA).
2. Penerapan GCG (X)
Penerapan good corporate governance (GCG) adalah pengimplementasian
konsep tata kelola perusahaan yang baik yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
Untuk mengetahui apakah kinerja perusahaan baik atau buruk, perlu dilakukan
pengukuran terhadap kinerja keuangan tersebut. Pengukuran penerapan good
corporate governance (GCG) dilakukan dengan menggunakan skor corporate
Institute for Corporate Governance (IICG) , indeks yang digunakan untuk
memberikan skor berupa angka mulai dari 0 sampai 100, jika perusahaan memiliki
skor mendekati atau mencapai nilai 100 maka perusahaan tersebut semakin baik
dalam menerapkan corporate governance. Indikator penilaiannya adalah :
1. Transparansi
2. Akuntabilitas
3. Responsibilitas
4. Independensi
5. Keadilan
6. Komitmen
7. Kompetensi
8. Kepemimpinan
9. Kemampuan Kerja Sama
10.Visi, Misi dan Tata Nilai
11.Moral dan Etika
12.Strategi
3.1.2. Pengukuran Variabel
Pengukuran adalah penerapan atau pemberian angka terhadap objek atau
fenomena menurut aturan tertentu, yang dalam hal ini objek atau fenomena yang
Variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah kinerja
keuangan yang diproxykan economic value added (Y) dan penerapan good corporate
governance (X).
a. Varibel Terikat (Y)
Economic Value Added (EVA) mencoba mengukur nilai tambah yang dihasilkan
sebuah perusahaan dengan cara mengurangi beban biaya modal (cost of captal)
yang timbul sebagai akibat investasi yang dilakukan. Penggunaan economic value
added (EVA) akan membuat perusahaan untuk lebih memfokuskan perhatian
pada penciptaan nilai perusahaan. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio
dengan satuan rupiah dan tahapan-tahapan untuk mengukur nilai economic value
added (EVA) adalah :
a. Menghitung nilai laba bersih (NOPAT) yaitu laba bersih setelah pajak
ditambah biaya bunga.
b. Menghitung nilai invested capital yaitu jumlah dari total hutang dan ekuitas
dikurangi total pinjaman jangka pendek tanpa bunga.
c. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dimana rumus
WACC adalah :
{D x rd (1 – tax)} + (E x re)
Dimana :
D adalah tingkat modal = total hutang / (total hutang + ekuuitas)
rd adalah cost of debt = biaya bunga / total hutang
E adalah tingkat modal = total ekuitas / (total hutang + ekuitas )
re adalah cost of equity = 1 / PER (Price Earning Ratio)
d. Menghitung capital charges yaitu aliran kas yang dibutuhkan untuk
mengganti investor atas risiko usaha dari modal yang ditanamkan dengan
rumus :
capital charges = WACC x invested capital
e. Menghitung Economic Value Added dengan rumus :
EVA = NOPAT – capital charges
b. Variabel Bebas (X)
Penerapan good corporate governance (GCG) adalah pengimplementasian
konsep tata kelola perusahaan yang baik yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
Good Corporate Governance (GCG) dapat didefinisikan sebagai struktur, sistem,
dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk
memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka
panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. Untuk mengetahui
apakah kinerja perusahaan baik atau buruk, perlu dilakukan pengukuran terhadap
kinerja keuangan tersebut. Pengukuran penerapan good corporate governance
(GCG) dilakukan dengan menggunakan skor corporate governance perception
index (CGPI) yang dipublikasikan oleh The Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG) , indeks yang digunakan untuk memberikan skor berupa
mencapai nilai 100 maka perusahaan tersebut semakin baik dalam menerapkan
corporate governance.
3.2. Tehnik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi dan Objek Penelitian
Populasi merupakan batas suatu objek penelitian dan sekaligus merupakan
batas bagi proses induksi (generalisasi) penelitian yang bersangkutan (Efferin, 2004).
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Bank, BUMN, BUMD dan Perusahaan
Swasta yang termasuk dalam pemeringkatan Corporate Governance Perception
Index (CGPI) tahun 2007 dan 2008.
3.2.2. Sampel
Bagian dari sebuah populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang
sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan
representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 44).
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling, yaitu teknik sampling dengan menggunakan pertimbangan dan
batasan tertentu sehingga sampel yang dipilih relevan dengan tujuan penelitian.
Peneliti menetapkan kriteria pemilihan sampel yang akan diteliti adalah :
1. Perusahaan/ emiten yang masih aktif dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia