DAN ASET KABUPATEN SIDOARJO
SKRIPSI
DIAJUKAN OLEH : NOVIATI PUTRI WARDHANI
NPM 06 4101 0009
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SURABAYA
rahmat, berkat, dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
skripsi penelitian dengan judul “ Pengaruh Retribusi Pasar dan Retribusi
Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Terhadap Pendapatan Asli Daerah di
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo”.
Laporan sripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kurikulum
Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada Ibu
Dra. Diana Hertati, M.Si selaku dosen pembimbing. Tak lupa juga penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan sehingga penyusunan laporan proposal ini diantaranya :
1. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. DR. Lukman Arif, M.Si, Ketua Program studi Ilmu Administrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra. Diana Hertati,M.Si, Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
vi
5. Alm. Bapak yang selalu memberikan restunya serta menjadi spirit bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi.
6. Ibu di rumah yang selalu memberikan doa restu, dorongan dan semangat
kepada penulis.
7. Kinanti (kakak) yang selalu ceriwis masalah skripsi penulis yang lama di
dalam penyusunan skripsi.
8. Hney bunnie sweet – sweet yang selalu menemani dalam penyusunan skripsi
serta selalu membuat tertawa penulis.
9. Teman – teman seperjuangan : Mesha, Wara, Fikky, Tono, Iis, Yani, Mirna,
Karina, Risah serta seluruh teman – teman Progdi Ilmu Administrasi Negara
’06 yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir
kata semoga dengan skripsi penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan khususnya bagi penulis dan bagi fakultas pada umumnya serta para
pembaca.
Sidoarjo, September 2010
Penulis
vii
Daftar Isi... ix
Daftar Tabel ... x
Daftar Gambar ... xii
Daftar Lampiran ... xiii
Abstraksi ... v
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah ... 1
1.2 Perumusan masalah... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian terdahulu ... 10
2.2 Landasan teori... 13
2.2.1 Pajak ... 13
2.2.2 Retribusi daerah... 20
2.2.3 Retribusi pasar ... 27
2.2.4 Retribusi sampah ... 28
2.2.5 Kontribusi, efektivitas dan pertumbuhan ... 28
2.2.6 Otonomi daerah ... 30
2.2.7 Pendapatan asli daerah ... 33
2.4 Hipotesis ... 39
Bab III Metode Penelitian 3.1 Jenis penelitian, definisi operasional dan pengukuran variabel... 40
3.1.1 Jenis penelitian ... 40
3.1.2 Definisi operasional... 40
3.2 Populasi, sampel dan teknik penarikan sampel ... 41
3.3 Teknik pengumpulan data... 43
3.4 Teknik analisa data ... 43
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Gambaran umum obyek penelitian ... 48
4.1.1 Riwayat perkembangan daerah kabupaten Sidoarjo .. 48
4.1.2 Visi dan misi pemerintahan kabupaten Sidoarjo ... 52
4.1.3 Wilayah geografis kabupaten Sidoarjo... 53
4.1.4 Kependudukan... 55
4.1.5 Dinas pendapatan, pengelolaan keuangan dan Aset kabupaten Sidoarjo... 58
4.2 Penyajian data ... 65
Daerah (Y) ... 74
4.3.2 Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan (X2)
Terhadap pendapatan asli daerah (Y) ... 77
4.3.3 Retribusi pasar (X1) dan retribusi kebersihan (X2)
Terhadap pendapatan asli daerah (Y) ... 80
4.4 Pembahasan ... 83
Bab V Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan ... 89
5.2 Saran ... 90
Sidoarjo (2000-2009)... 5
Tabel 4.1 Data kependudukan kabupaten Sidoarjo ... 56
Tabel 4.2 Jumlah penduduk berdasarka mata pencaharian... 57
Tabel 4.3 Data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan... 57
Tabel 4.4 Data kepegawaian berdasarkan jenis kelamin ... 63
Tabel 4.5 Data kepegawaian berdasarkan status kepegawaian ... 64
Tabel 4.6 Data kepegawaian berdasarkan tingkat pendidikan... 64
Tabel 4.7 Data kepegawaian berdasarkan pangkat/golongan... 65
Tabel 4.8 Kelas pasar di Sidoarjo ... 67
Tabel 4.9 Target dan realisasi penerimaan retribusi pasar tahun Anggaran 2000 sampai dengan tahun anggaran 2009 ... 68
Tabel 4.10 Target dan realisasi penerimaan retribusi pelayanan kebersihan/persampahan tahun anggaran 2000-2009... 70
Tabel 4.11 Target dan realisasi penerimaan pendapatan asli daerah tahun anggaran 2000 sampai dengan tahun anggaran 2009 .. 73
Tabel 4.12 Penerimaan retribusi pasar dan pendapatan asli daerah Kabupaten Sidoarjo tahun anggaran 2000-2009 ... 75
Tabel 4.13 Koefisien regresi linier ... 76
Tabel 4.14 Penerimaan retribusi kebersihan dan pendapatan asli daerah Kabupaten Sidoarjo tahun anggaran 2000-2009 ... 78
Tabel 4.15 Koefisien regresi linier ... 79
Lampiran 2 Perhitungan Regresi Linier
Manual
SPSS
Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo. (2) Untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo. (3) Untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif terhadap 3 variabel yaitu variabel independen (bebas) adalah Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan serta variabel dependen (terikat) adalah Pendapatan Asli Daerah.
Pengumpulan data sekunder diperoleh dengan cara pengumpulan dokumen/arsip yang ada dikantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo.
Model analisis yang digunakan adalah menggunakan metode statistik dalam bentuk regresi linier berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh secara parsial masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat (Uji t), sekaligus untuk mengetahui pengaruh secara simultan atau secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat (Uji F).
Berdasarkan analisis dan pengujian hipotesis didapatkan secara simultan besarnya pengaruh Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sidoarjo sebesar 85,6% sedangkan 14,4% dijelaskan oleh pendapatan yang lain Sedangkan secara parsial, besarnya pengaruh Retribusi Pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sidoarjo sebesar 82,7% sedangkan 17,3% dijelaskan oleh pendapatan lain dan juga Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sidoarjo sebesar 64,4% sedangkan 35,6% dijelaskan oleh pendapatan yang lain.
Untuk mengetahui pengaruh secara simultan maka digunakan uji F. Karena Fhitung (20,724) lebih besar dari Ftabel (4,74). Hal ini menunjukkan bahwa Retribusi
Pasar (X1) dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan (X2) terbukti secara
simultan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y). Untuk mengetahui pengaruh secara parsial maka digunakan uji t. Untuk variabel Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan (X2) karena thitung (3,805) lebih besar dari ttabel (1,8125).
Hal ini menunjukkan bahwa Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan (X2)
terbukti secara parsial berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y). Untuk variabel Retribusi Pasar (X1) karena thitung (6,192) lebih besar dari ttabel (1,8125)
pada tingkat = 5%. Hal ini menunjukkan bahwa Retribusi Pasar (X1) terbukti
secara parsial berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y).
1.1. Latar Belakang Masalah
Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah pusat
terhadap pemerintah daerah sebagai wujud nyata dari pelaksanaan otonomi daerah
memberikan konsekuensi pemerintah daerah dapat menyelenggarakan
pemerintahannya sendiri. Proses desentralisasi tersebut didukung dengan
pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Otonomi daerah merupakan pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan
daerah yang lebih leluasa untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dengan
potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. Salah satu tolok ukur untuk melihat
kesiapan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah dengan mengukur
seberapa besar kemampuan keuangan suatu daerah untuk menyelenggarakan
otonomi daerah. Sumber keuangan tersebut salah satunya berasal dari Pendapatan
Asli Daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan daerah
yang berasal dari beberapa hasil penerimaan daerah yaitu pajak daerah, retribusi
daerah dan perusahaan daerah termasuk didalamnya pendapatan lain diluar pajak
daerah dan retribusi daerah. Jenis pajak daerah cukup beragam, beberapa
diantaranya adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame,
pajak parkir dan lain-lain. Retribusi daerah juga beragam jenisnya, beberapa
diantaranya adalah retribusi pasar, retribusi kebersihan, retribusi ijin usaha
industri, retribusi ijin usaha dagang dan lain-lain. Perusahaan daerah daintaranya
adalah PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), percetakan daerah dan lain-lain.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar didapatkan dari sektor pajak
daerah dan retribusi daerah. Dimana bahwa pajak daerah adalah pemungutan
pemerintah daerah dimana pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Daerah terhadap orang/badan berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku guna pembiayaan rumah tangga daerahnya. Sedangkang pengertian
retribusi daerah dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah
sebagai akibat adanya kontra prestasi yang diberikan oleh Pemda/pembayaran
tersebut didasarkan atas prestasi/pelayanan yang diberikan Pemda yang langsung
dinikmati secara perseorangan oleh warga masyarakat dan pelaksanaannya
didasarkan atas peraturan yang berlaku.
Sebagaimana tabel 1.1 PAD didapatkan salah satunya dari penerimaan
sektor retribusi daerah yang diharapkan dapat mendukung sumber pembiayaan
daerah dalam menyelenggarakan pembangunan daerah, sehingga akan
meningkatkan dan memeratakan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat di
daerahnya. Upaya peningkatan PAD dapat dilakukan salah satunya dengan
meningkatkan efisiensi sumber daya dan sarana yang terbatas serta meningkatkan
efektifitas pemungutan.
Retribusi daerah yang merupakan pembayaran atas jasa atau pemberian
ijin khusus yang disediakan dan/atau diberikan oleh Pemda kepada pribadi/badan,
diharapkan dapat mendukung sumber pembiayaan daerah dalam
memeratakan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat di daerahnya.
Beberapa faktor yang menyebabkan sektor retribusi daerah lebih potensial sebagai
sumber keuangan daerah daripada sumber-sumber yang lainnya, antara lain:
1. Retribusi daerah dipungut atas balas jasa sehingga pembayarannya dapat
dilakukan berulang kali. Siapa yang menikmati jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah dapat dikenakan retribusi. Faktor perbedaan antara
pungutan retribusi dengan sumber-sumber pendapatan yang lain adalah ada
tidaknya jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah.
2. Pelaksanaan pemungutan retribusi dapat dilakukan di luar waktu yang telah
ditentukan oleh petugas perundang-undangan selama pemerintah daerah dapat
menyediakan jasa dengan persetujuan pemerintah pusat.
3. Sektor retribusi terkait erat oleh tingkat aktivitas sosial ekonomi masyarakat
di suatu daerah. Artinya, semakin maju dan berkembang tingkat sosial
ekonomi masyarakat, maka semakin besar potensi retribusi yang bisa
dipungut.
Salah satu cara untuk meningkatkan PAD adalah dengan meningkatkan
pendapatan dari retribusi yang dalam hal ini adalah samua retribusi yang dapat
dipungut dari daerah. Di Pemkab Sidoarjo sendiri ada 29 macam retribusi yang
dipungut. Berikut 29 macam retribusi beserta nilai pendapatan retribusi selama 10
Tabel 1.1 Penerimaan Retribusi Daerah Pemkab Sidoarjo (2000-2009) (dalam juta Rp)
No Macam Retribusi Pendapatan Prosentase
1 pelayanan persampahan/kebersihan 8427.42 1.16%
2 jasa usaha pemakaian kekayaan daerah 24464.06 3.37%
3 penyeberangan diatas air 65.46 0.01%
4 pelayanan kesehatan hewan dan ikan 7854.68 1.08%
5 jasa usaha penjualan produk usaha daerah 26755.01 3.68%
6 jasa usaha rumah potong hewan 409.10 0.06%
7 tanda daftar perusahaan 26182.44 3.61%
8 tanda daftar gudang 25494.98 3.51%
9 ijin usaha industri 141245.16 19.45%
10 ijin usaha perdagangan 27327.74 3.76%
11 Pasar 153488.44 21.14%
12 pedangang kaki lima 3272.78 0.45%
13 pelayanan kesehatan 26182.27 3.61%
14 penggantian biaya cetak peta 409.10 0.06%
15 ijin mendirikan bangunan 6136.47 0.84%
16 pemeriksaan alat pemadaman kebakaran 237.28 0.03%
17 pengujian kendaraan bermotor 26182.27 3.61%
18 ijin trayek 9000.16 1.24%
19 dispensasi melalui jalan kota 3272.78 0.45%
20 kendaraan umum (sub terminal) 26583.19 3.66%
21 pelayanan parkir tepi jalan umum 26182.27 3.61%
22 jasa usaha terminal 83455.98 11.49%
23 pelayanan pemakaman 65.46 0.01%
24 ijin gangguan 695.47 0.10%
25 penggantian biaya cetak KTP 981.84 0.14%
26 penggantian biaya cetak akte sipil 180.00 0.02%
27
jasa usaha tempat
penginapan/pesanggrahan/villa 66273.87 9.13%
28 jasa usaha tempat rekreasi dan olah raga 2127.31 0.29%
29 usaha rekreasi dan usaha umum(URHU) 3272.78 0.45%
Sumber : Laporan Audit BPK – Pelaksanaan Pendapatan Daerah
Dari tabel diatas dapat diketahui retribusi daerah penyumbang pendapatan
yang terbesar prosentasenya selama 10 tahun terakhir di Pemkab yaitu retribusi
pasar (21,14%), selain itu berdasarkan realisasi dan target pendapatan retribusi
daerah juga yang terbesar (lihat lampiran 1). Dengan adanya Undang-Undang
Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka pasar tidak hanya
usaha bagi pemerintah daerah sehingga diharapkan dapat menghasilkan laba
retribusi.
Dari berbagai macam retribusi yang dipungut oleh Pemkab Sidoarjo, yang
potensial adalah retribusi pasar, karena mampu memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap penerimaan daerah dibandingkan dengan retribusi yang lain.
Hal ini dikarenakan Kabupaten Sidoarjo setidaknya mengelola 17 pasar
tradisional yang terdiri dari 6 pasar besar (Porong, Larangan, Krian Baru, Krian
Lama, Taman, Waru), 4 pasar kecil (Pasar Sayur Suko, Tarik, Wonoayu,
Buduran) serta 7 pasar sedang (Watutulis, Tulangan, Prambon, Sukodono,
Wadungasri, Gedangan, Loak) dan dari kesemua pasar tersebut ditarik retribusi
pasar. Perkembangan kehidupan perekonomian yang akan mempengaruhi tingkat
konsumsi masyarakat harus didukung adanya fasilitas bagi masyarakat untuk
mengadakan kegiatan ekonomi.
Pasar adalah salah satu fasilitas bagi masyarakat untuk mengadakan
kegiatan ekonomi. Dengan adanya pasar, maka akan tercipta siklus perputaran
uang bagi peningkatan kehidupan perekonomian masyarakat Sidoarjo.
Peningkatan perekonomian tersebut secara tidak langsung berdampak bagi
Pemkab Sidoarjo untuk senantiasa mengembangkan pasar-pasar yang dikelola
oleh pemerintah yang juga digunakan sebagai potensi penerimaan daerah, tetapi di
potensi tersebut belum optimal mengingat Komisi B DPRD Sidoarjo masih
menagih berdirinya Perusahaan Daerah (PD) Pasar sebagai pengganti Dinas Pasar
meskipun target retribusi telah terpenuhi tetapi belum diimbangi dengan perbaikan
bahwa pasar yang layak jadi perusahaan daerah cuma satu pasar (Jawa Pos, 21
Maret 2010). Oleh karena itu, semakin baik pengelolaan terhadap pasar-pasar
yang dikelola, maka akan berdampak pada pengembangan penerimaan retribusi
pasar. Selain itu retribusi pasar merupakan jenis retribusi yang berkaitan erat
dengan retribusi yang lain yaitu retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
daerah. Hal ini sangat wajar keterkaitan kedua retribusi tersebut mengingat pasar
merupakan lokasi yang dijadikan transaksi kebutuhan pokok masyarakat, yang
memerlukan pelayanan akan persampahan/kebersihan tetap terjaga dengan baik.
Usaha pengembangan penerimaan retribusi pasar pada tiap tahunnya
mengalami kendala dan hambatan. Kendala dan hambatan tersebut di antaranya
menyangkut perilaku wajib retribusi, para wajib retribusi pasar seringkali
melakukan penunggakan pembayaran retribusi dengan berbagai alasan. Dari
penunggakan inilah kemudian penerimaan yang didapatkan tidak bisa optimal.
Permasalahan dari faktor eksternal tersebut tidak berdiri sendiri, karena masih ada
permasalahan faktor lingkungan internal Dinas Pengelolaan Pasar sendiri yang
kurang menguntungkan, yaitu pengenaan sanksi berdasarkan Perda nomor 8 tahun
1999 tentang Retribusi Pasar yang hanya sebesar 2% dari total retribusi yang
harus dibayarkan oleh wajib retribusi dikesampingkan oleh wajib retribusi itu
sendiri.
Permasalahan itulah yang kemudian mengakibatkan penunggakan
pembayaran retribusi pasar yang akan berimbas pada menurunnya total
penerimaan retribusi pasar tiap tahunnya. Oleh karena itu, maka Dinas
diambil dan dilaksanakan. Dari latar belakang tersebut, maka penulis mengambil
judul ”PENGARUH RETRIBUSI PASAR DAN PELAYANAN KEBERSIHAN
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENDAPATAN,
PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN SIDOARJO”.
1.2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, permasalahan
yang di munculkan pada penelitian ini adalah :
“Apakah ada pengaruhnya retribusi pasar dan retribusi pelayanan
kebersihan/persampahan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sidoarjo?”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah
di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan
terhadap Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan
dan Aset Kabupaten Sidoarjo.
3. Untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan
Kebersihan/Persampahan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Dinas
Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo.
Kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Kegunaan Praktis
a. Bagi Pemerintah
Memberi masukan kepada Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset
Kabupaten Sidoarjo tentang pentingnya pengelolaan retribusi pasar dan
retribusi pelayanan kebersihan/persampahan untuk meningkatkan pelayanan
publik bagi pedagang.
b. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta kemampuan menganalisis
terhadap kenyataan yang ada mengenai pelayanan publik di Pasar Sidoarjo.
c. Bagi Masyarakat
Dapat menambah pengetahuan tentang pengelolaan retribusi pasar dan
retribusi pelayanan kebersihan/persampahan serta pelayanan publik yang
diberikan pemerintah kepada masyarakat terutama para pedagang dari hasil
pengelolan retribusi pasar tersebut.
2. Kegunaan Teoritis
a. Bermanfaat untuk menambah kepustakaan dan dapat digunakan sebagai
referensi dalam penelitian dan analisis yang sejenis.
b. Sebagai bahan acuan untuk mengkaji dan menganalisis tentang pengelolaan
retribusi pasar dan retribusi pelayanan kebersihan/persampahan untuk
2.1. PENELITIAN TERDAHULU
Dalam penelitian ini akan disampaikan beberapa penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh pihak lain yang membahas dan meneliti pokok kajian yang sama,
antara lain :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Riduansyah - Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik – Universitas Indonesia, yang berjudul “Kontribusi Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Guna
Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pemerintahan Daerah Kota Bogor)”
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber
penerimaan yang signifikan bagi pembiayaan rutin dan pembangunan di suatu
daerah otonom. Jumlah penerimaan komponen pajak daerah dan retribusi
daerah sangat dipengaruhi oleh banyaknya jenis pajak daerah dan retribusi
daerah yang diterapkan serta disesuaikan dengan peraturan yang berlaku yang
terkait dengan penerimaan kedua komponen tersebut. Kontribusi penerimaan
pajak daerah dan retribusi daerah terhadap perolehan PAD Pemerintah Kota
Bogor dalam kurun waktu Tahun Anggaran (TA) 1993/1994 – 2000 cukup
signifikan dengan rata-rata kontribusi sebesar 27,78% per tahun. Kontribusi
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total perolehan
penerimaan Pemda Bogor tercermin dalam APBD-nya, dikaitkan dengan
kemampuannya untuk melaksanakan otonomi daerah terlihat cukup baik.
Komponen pajak daerah dalam kurun waktu TA 1993/1994 – 2000 rata-rata
pertahunnya memberikan kontribusi sebesar 7,81% per tahun dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 22,89% pertahunnya. Sedangkan pendapatan yang
berasal dari komponen retribusi daerah, pada kurun waktu yang sama,
memberikan kontribusi rata per tahunnya sebesar 15,61% dengan
rata-rata pertumbuhan pertahunnya sebesar 5,08% per tahun. Untuk meningkatkan
kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total
penerimaan PAD dan sekaligus memperbesar kontribusinya terhadap APBD
Pemda Kota Bogor perlu dilakukan beberapa langkah di antaranya perlu
dilakukan peningkatan intensifikasi pemungutan jenis-jenis pajak daerah dan
retribusi daerah, kemudian dilakukan ekstensifikasi dengan jalan
memberlakukan jenis pajak dan retribusi baru sesuai dengan kondisi dan
potensi yang ada.
Persamaan dengan penelitian (A) dengan sekarang adalah faktor alat
ukur yang digunakan dalam mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah yaitu
kontribusi dan tingkat pertumbuhan.
Perbedaan dengan penelitian (A) dengan sekarang adalah data
merupakan seluruh data pajak daerah dan retribusi daerah, kemudian
perbedaan yang lain adalah hanya menggunakan dua faktor alat ukur yaitu
menggunakan tiga alat ukur yaitu ditambahkan efektifitas. Metode kuantitatif
yang digunakan dalam penelitian sekarang adalah regresi linier tunggal.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Jannatin Alfafa - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik – Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang berjudul “Analisis
Retribusi Pasar dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Asli Daerah di
Kota Surakarta Tahun 2005-2007”
Dalam pelaksanaan otonomi daerah hasil retribusi daerah
merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah bagi Pemerintah
Kabupaten, dalam hal ini diterangkan dalam UU No 34 Th 2000 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam pelaksanaan otonomi daerah ini retribusi
daerah juga diatur oleh peraturan daerah dari masing-masing kabupaten.
Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Kota Surakarta adalah unsur pelaksana
pemerintah daerah dibidang pendapatan daerah yang dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas dan bertanggung jawab kepada Walikota Surakarta. Dipenda
merupakan alat yang penting bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan
fungsi otonomi yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dengan
demikian pelaksanaan fungsi otonom oleh pemerintah daerah khususnya
Pemerintah Kota Surakarta adalah cukup berat, karena harus dibarengi
pencarian dana untuk menuju ke otonomi yang dinamis, nyata, dan
bertanggung jawab. Pasar merupakan suatu unit usaha yang memiliki peran
strategis atas jalannya jaringan distribusi dari produsen ke konsumen yang
membutuhkan suatu produk. Dengan demikian pasar dapat dikatakan sebagai
dalamnya yang melibatkan unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat
(pedagang dan pembeli). Kondisi ini menegaskan bahwa pasar merupakan
salah satu kontributor yang cukup signifikan bagi pelaksanaan pembangunan
di daerah, karena melalui retribusi yang dihasilkan bisa menambah
pendapatan daerah. Adapun Realisasi Retribusi Pasar pada tahun 2007
mencapai 104.93 %.
Persamaan penelitian (B) dengan penelitian sekarang adalah hanya
menggunakan retribusi pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Faktor
yang diukur adalah konstribusi.
Perbedaan penelitian (B) dengan penelitian sekarang adalah
penelitian ini hanya menggunakan satu faktor alat ukur, sedangkan yang
sekarang menggunakan 3 faktor alat ukur, serta metode kuantitatif yang
digunakan dalam penelitian sekarang adalah regresi linier tunggal
2.2. LANDASAN TEORI 2.2.1. Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan usaha kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
Menurut Soemitro dalam Suandy (2000:8) Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Soemahamidjaja dalam Suandy (2000:7) Pajak adalah iuran wajib
berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma
hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa-jasa kolektif dalam
mencapai kesejateraan umum.
Sedangkan menurut Djajadiningrat dalam Munawir (1997:5) Pajak sebagai
suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada negara
disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan
tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang
ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari
negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan umum.
Dari ketiga definisi tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pajak
merupakan iuran rakyat yang dipungut oleh negara yang dilakukan berdasarkan
undang-undang dan pelaksanaannya dapat dipaksakan guna memelihara
kesejahteraan umum.
A. Fungsi Pajak
Menurut Mardiasmo (2003:1) ada dua fungsi pajak, yaitu :
1. Fungsi budgeter
Pajak sebagai dana bagi pemerintah untuk membiayai
2. Fungsi mengatur
Pajak sebagai alat untuk melaksakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidan sosial dan ekonomi
B. Syarat Pemungutan Pajak
Menurut Mardiasmo (2003:2) agar pemungutan pajak tidak menimbulkan
hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum yang mencapai keadilan, undang-undang dan
pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundangan-undangan
diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaannya
yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan
keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukann banding
kepada Majelis Pertimbangan Pajak.
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)
Di Indonesia pajak diatur dalam UUUD 1945 pasal 23 ayat 2. hal ini
memberikann jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi
negara maupun warganya.
3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomi)
Pemunggutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan
4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansial)
Sesuai fungsi budgeter, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah
dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.
C. Tarif Pajak
Menurut Mardiasmo (2003:9) ada 4 macam tarif pajak :
1. Tarif sebanding/proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap
besarnya nilai yang dikenai pajak.
2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutangtetap
3. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai
pajak semakin besar.
4. Tarif degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai
D. Pengelompokkan Pajak
Menurut Mardiasmo (2003:5) Pengelompokkan pajak dapat dilakukan
berdasarkan golongan, sifat dan lembaga pemungutnya.
1. Berdasarkan golongannya :
a. Pajak langsung
Yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
b. Pajak tidak langsung
Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain.
2. Berdasarkan sifatnya :
a. Pajak subjektif
Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam
arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
b. Pajak objektif
Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri wajib pajak.
3. Berdasarkan lembaga pemungutnya :
a. Pajak pusat
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
b. Pajak daerah
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunkan
untuk membiayai rumah tangga daerah.
E. Pengertian Pajak Daerah
Menurut Suandy (2000:29) Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang
pemungutannya ada pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh
Dinas Pendapatan Daerah. Sedangkan menurut Munawir (1997:23) Pajak
Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya berada pada pemerintah
daerah, baik tingkat propinsi, kabupaten/kota yang hasil pemungutannya
digunakan untuk pebiayaan rumah tangga daerah.
Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pajak daerah
adalah pemungutan pemerintah daerah dimana pelaksanaannya dilakukan oleh
Dinas Pendapatan Daerah terhadap orang/badan berdasarkan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku guna pembiayaan rumah tangga
daerahnya.
F. Jenis Pajak Daerah
Menurut Yani (2002:48) jenis pajak kabupaten/kota terdiri dari :
1. Pajak hotel
Yaitu pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus
disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh
pelayanan dan/atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk
bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang
2. Pajak restoran
Yaitu pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah tempat menyantap
makanan dan/atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran,
tidak termasuk usaha jasa boga atau katering.
3. Pajak hiburan
Yaitu pajak atas penyelenggaraan hiburan yang meliputi semua jenis
pertunjukkan, permainan ketangkasan dan/atau keramian dengan nama dan
bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan
dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolah raga.
4. Pajak reklame
Adalah pajak atas penyelenggaraan reklame, yaitu benda, alat, perbuatan
atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan
komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau
memujikan suatu barang, jasa atau orang ataupun untuk menarik perhatian
umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat
dilihat, dibaca dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali
yang dilakukan oleh pemerintah.
5. Pajak penerangan jalan
Adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di
wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya
6. Pajak pengambilan bahan galian golongan C
Adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan C sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
7. Pajak parkir
Adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar
badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan
berdasarkan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha,
termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi
kendaraan bermotor yang memungut bayaran.
2.2.2. Retribusi Daerah
1. Pengertian Retribusi Daerah. Retribusi dapat diartikan sebagai pungutan
yang dilakukan oleh pemerintah sebagai akibat adanya kontra prestasi
yang diberikan oleh Pemda/pembayaran tersebut didasarkan atas
prestasi/pelayanan yang diberikan Pemda yang langsung dinikmati secara
perseorangan oleh warga masyarakat dan pelaksanaannya didasarkan atas
peraturan yang berlaku (Halim, 2001:121) Menurut Undang-undang No.34
tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang dimaksud
retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk
kepentingan orang pribadi/badan.
2. Lapangan Retribusi Daerah. Lapangan retribusi daerah diadakan untuk
dan jenis antara satu daerah dengan daerah lain bervariasi. Semakin
berkembang suatu daerah, maka semakin banyak fasilitas/jasa yang perlu
disediakan oleh Pemda setempat untuk kegiatan perekonomian masyarakat
sehingga semakin banyak pula jenis retribusi yang dapat dipungut, sebagai
timbal balik atas jasa yang telah disediakan oleh pemerintah daerah.
Dalam Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, retribusi dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
a. Jasa umum
Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang
disediakan/diberikan oleh Pemda untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang
Retribusi Daerah, dapat digolongkan yang termasuk jenis retribusi jasa
umum antara lain:
1) Retribusi pelayanan kesehatan
2) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
3) Retribusi panggantian biaya cetak KTP dan akte catatan sipil
4) Retribusi pelayanan pemakaman dan penguburan mayat
5) Retribusi parkir ditepi jalan umum
6) Retribusi pasar
7) Retribusi air bersih
8) Retribusi pengujian kendaraan bermotor
10) Retribusi penggantian biaya cetak peta
11) Retribusi pengujian kapal perikanan
b. Jasa usaha
Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang diberikan atau
disediakan oleh Pemda dengan menganut prinsip komersial karena
pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
Jenis-jenis retribusi jasa usaha adalah:
1) Reribusi pemakaian kekayaan daerah
2) Retribusi pasar grosir dan pertokoan
3) Retribusi terminal
4) Retribusi tempat khusus parkir
5) Retribusi tempat penitipan anak
6) Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa
7) Retribusi penyedotan kakus
8) Retribusi rumah potong hewan
9) Retribusi tempat pendaratan kapal
10) Retribusi rekreasi dan olah raga
11) Retribusi penyeberangan diatas air
12) Retribusi pengolahan limbah air
13) Retribusi penjualan produk asli daerah
c. Perijinan tertentu
Retribusi perijinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu
dimaksudkan untuk pembinaan, peraturan, pengendalian, dan
pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana/fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Jenis-jenis retribusi perijinan tertentu adalah:
1) Retribusi ijin peruntukan penggunaan tanah
2) Retribusi ijin mendirikan bangunan
3) Retribusi ijin tempat penjualan minuman beralkohol
4) Retribusi ijin gangguan
5) Rertribusi ijin trayek
6) Retribusi ijin pengambilan hasil hutan ikutan
Berdasarkan penggolongan retribusi diatas maka tiap daerah dapat
memungut retribusi sesuai dengan kebutuhan masing-masing
berdasarkan prestasi yang ada. Di Kota Sidoarjo sendiri, Pemkab
berusaha untuk menggali berbagai macam pelayanan-pelayanan yang
dapat dikenakan retribusi walaupun sampai pada saat ini telah
dipungut 29 macam retribusi.
Macam-macam dari retribusi tersebut antara lain:
1) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
2) Retribusi jasa usaha pemakaian kekayaan daerah
3) Retribusi penyeberangan di atas air
4) Retribusi pelayanan kesehatan hewan dan ikan
6) Retribusi jasa usaha rumah potong hewan
7) Retribusi tanda daftar perusahaan
8) Retribusi tanda daftar gudang
9) Retribusi ijin usaha industri
10) Retribusi ijin usaha Perdagaangan
11) Retribusi pasar
12) Retribusi pedagang kaki lima
13) Retribusi pelayanan kesehatan
14) Retribusi penggantian biaya cetak peta
15) Retribusi ijin mendirikan bangunan
16) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
17) Retribusi pengujian kendaraan bermotor
18) Retribusi ijin trayek
19) Retribusi dispensasi melalui jalan kota
20) Retribusi kendaraan umum(sub terminal)
21) Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum
22) Retribusi jasa usaha terminal
23) Retribusi pelayanan pemakaman
24) Retribusi ijin gangguan
25) Retribusi penggantian biaya cetak KTP
26) Retribusi penggantian biaya cetak akte sipil
27) Retribusi jasa usaha tempat penginapan/pesanggrahan/villa
29) Retribusi usaha rekreasi dan usaha umum(URHU)
(Sumber: Dipenda Kabupaten Sidoarjo tahun 2007)
3. Dasar Hukum Retribusi Daerah. Pemungutan retribusi daerah yang
dilakukan oleh Pemkab dalam penyelenggaraan berdasarkan peraturan
perundangundangan yang berlaku. Undang-Undang yang mengatur
tentang pajak dan retribussi daerah adalah Undang-Undang No.34 tahun
2000. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
berisi penentuan tarif dan tata cara pemungutan pajak dan retribusi daerah
ditetapkan dengan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pemkab Sidoarjo dalam melakukan pungutan terhadap retribusi
pasar menggunakan pedoman Peraturan Daerah No.8 tahun 1999 tentang
Retribusi Pasar. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka Pemkab Sidoarjo
dengan persetujuan DPRD melaksanakan pungutan retribusi pasar dengan
menggunakan dasar hukum sebagai berikut:
a. Perda Kabupaten Sidoarjo No.8 tahun 1999 tentang Retribusi Pasar.
b. Perda Kabupaten Sidoarjo No.3 tahun 1993 tentang Pasar.
c. Perda Kabupaten Sidoarjo No.11 tahun 2003 tentang Retribusi
Pelayanan Persampahan/Kebersihan.
d. Keputusan Bupati Sidoarjo No.511.2/085-A/2001 tentang Penetapan
e. Keputusan Bupati Sidoarjo No.12 tahun 2002 tentang Penetapan Tarif
Pengganti Biaya Pembayaran Listrik dan Kompleks Pasar di Kota
Sidoarjo.
4. Sifat Retribusi Daerah. Retribusi daerah merupakan salah satu sumber
penerimaan daerah yang cukup besar dalam memberikan sumbangan
terhadap PAD. Retribusi daerah yang merupakan pungutan yang dilakukan
pemerintah daerah kepada masyarakat sebagai kontraprestasi atas jasa
dan/atau barang yang disediakan oleh daerah, berdasarkan sifatnya dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Sifat pemungutannya
Dilihat dari sifat pemungutannya hanya berlaku untuk orang tertentu
yaitu bagi yang menikmati jasa pemerintah yang dapat ditunjuk, yang
merupakan timbal balik atas jasa atau barang yang telah disediakan
oleh pemerintah setempat.
b. Sifat paksaannya
Pemungutan retribusi yang berdasarkan atas peraturan-peraturan yang
berlaku umum, dan dalam pelaksanaannya dapat dipaksakan, yaitu
barang siapa yang ingin mendapatkan suatu prestasi tertentu dari
pemerintah, maka harus membayar retribusi. Jadi sifat paksaan pada
retribusi daerah bersifat ekonomis sehingga pada hakikatnya
diserahkan pada pihak yang bersangkutan untuk membayar/tidak.
5. Fungsi Retribusi Daerah. Seperti halnya dengan pajak daerah, retribusi
a. Fungsi sebagai sumber keuangan Negara, maksudnya adalah bahwa
retribusi digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan uang dari rakyat
ke kas Negara untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah,
baik pengeluaran yang bersifat rutin maupun untuk pembangunan.
b.
Fungsi mengatur maksudnya adalah bahwa retribusi digunakan sebagai alat untuk mengatur/melaksanakan kebijakan Negara dalam laporansosial dan ekonomi.
2.2.3. Retribusi Pasar
1. Pengertian Pasar. Menurut ahli ekonomi pasar adalah semua penjual dan
pembeli yang melakukan transaksi baik penjualan ataupun pembelian
berupa barang/jasa. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan
pembeli, baik berupa orang atau kumpulan orang yang memiliki
keinginan dan kebutuhan serta mempunyai kemampuan untuk membayar
guna memenuhi kebutuhannya (Gitosudarmo, 1992:159).
2. Pengertian Retribusi Pasar. Pengertian retribusi pasar dijelaskan dalam
pasal 2 Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 1999 tentang Retribusi Pasar
sebagai berikut, “Dengan nama Retribusi Pasar dipungut retribusi bagi
setiap orang atau badan yang memperoleh fasilitas pasar.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa retribusi pasar merupakan
pungutan yang dilakukan Pemerintah Daerah kepada setiap orang/badan yang
memanfaatkan fasilitas pasar sebagai kontraprestasi atas segala fasilitas yang
2.2.4. Retribusi Sampah
1. Pengertian Sampah. Sampah adalah limbah yang berbentuk
padat/setengah padat yang berasal dari kegiatan orang pribadi atau badan
yang terdiri dari bahan organik dan non organik, logam dan non logam,
yang dapat terbakar tetapi tidak termasuk buangan biologis/kotoran
manusia dan sampah berbahaya.
2. Pengertian Retribusi Sampah. Retribusi sampah yaitu pembayaran atas
jasa pelayanan pengangkutan dan pengolahan sampah yang khusus
disediakan dan/diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang
pribadi/badan.
3. Obyek Retribusi Sampah. Obyek retribusi sampah meliputi pengambilan
dan pengangkutan sampah dari tempat pembuangan sampah (TPS) ke
tempat pembuangan akhir (TPA), pengolahan dan/pemusnahan sampah di
TPA.
2.2.5. Kontribusi, Efektifitas dan Pertumbuhan
1. Pengertian Kontribusi. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
(KUBI) diterbitkan oleh Balai Pustaka yang dimaksud dengan kontribusi
adalah:
a. Uang iuran
b. Sumbangan
Dilihat dari pengertian kontribusi menurut Kamus Umum Bahasa
sumbangan/uang iuran yang berasal dari penerimaan retribusi pasar dibagi
dengan penerimaan dari PAD. Untuk mengetahui kontribusi dari retribusi
pasar terhadap PAD (Halim, 2001:155).
% 100 Re PAD pasar tribusi Kontribusi
2. Pengertian pertumbuhan. Menurut KUBI diterbitkan Balai Pustaka yang
dimaksud dengan pertumbuhan adalah:
a. Hal keadaan tumbuh
b. Perkembangan
Untuk mengetahui perkembangan tingkat retribusi pasar, maka dapat
dihitung dengan cara sebagai berikut (Halim, 2001:155).
100%1 Re 1 Re Re x tahun alisasi x tahun alisasi x tahun alisasi n pertumbuha Tingkat
3. Pengertian Efektifitas (daya guna). Hal ini mengukur bagian dari hasil
pajak yang digunakan untuk menutup biaya memungut retribusi
bersangkutan (Devas, 1989:146). Selain mencakup biaya langsung bagi
kantor pengelolaan pasar, memperhitungkan biaya langsung bagi kantor,
juga memperhitungkan biaya tidak langsung bagi kantor (waktu yang
digunakan untuk mengambil keputusan kantorkantor departemen dan
lembaga lain yang dihabiskan untuk membantu kegiatan memungut
retribusi tersebut) dan mungkin juga mencakup biaya luar, yaitu biaya
mematuhi retribusi bagi wajib retribusi, itikad yang baik, dan sebagainya.
penerimaan retribusi pasar dengan targetnya. Efektifitas jika digunakan
dalam retribusi pasar berarti mengukur bagian dari hasil retribusi pasar
yang digunakan untuk menutup biaya memungut retribusi pasar yang
bersangkutan. Retribusi pasar dikatakan efektif apabila tingkat efektifitas
lebih besar atau sama dengan 100%.
Contoh: Pengukuran efektifitas (Halim, 2001:156).
% 100 arg
Re
pasar retribusi et
T
pasar retribusi alisasi
s Efektifita
2.2.6. Otonomi Daerah
1. Pengertian Otonomi Daerah. Menurut Undang-Undang No.32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dengan
peraturan perundang-undangan. Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas-batas wilayah tertentu, yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Prinsip-prinsip Pemberian Otonomi. Prinsip-prinsip pemberian otonomi
daerah dalam UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yaitu:
a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan
aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman
b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonom yang luas, nyata,
dan bertanggungjawab.
c. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah
Kabupaten dan Kota, sedangkan otonomi daerah Provinsi merupakan
otonomi yang terbatas.
d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi Negara,
sehingga tetap terjalin hubungan yang serasi antara pemerintah pusat
dengan pemerintah daerah, serta antar pemerintah daerah.
e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian
daerah otonom dan karenanya dalam Kabupaten dan daerah Kota tidak ada
lagi wilayah administrasi. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus
yang dibangun oleh pemerintah/pihak lain, seperti Badan Otorisasi,
kawasan pelabuhan, kawasan perumahan dan industri, kawasan
perkebunan, kawasan pertambangan, dan semacamnya berlaku ketentuan
peraturan daerah otonom.
f. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi
badan legeslatif daerah, baik sebagai fungsi legeslatif, fungsi pengawasan,
maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan Pemda.
g. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah Provinsi dalam
kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan
kewajiban pemerintah tertentu yang dilimpahkan kepada Gubernur
h. Pelaksanaan asas tugas pembantuan di mungkinkan tidak hanya dari
pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada
desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber
daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan
mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan.
3. Tujuan Otonomi Daerah. Menurut Undang-Undang No.32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk
memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan
kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat
serta peningkatan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu
secara nyata, dinamis, dan bertanggungjawab.
Nyata berarti pemberian otonomi pada daerah didasarkan pada
faktor-faktor perhitungan, tindakan dan kebijaksanaan yang benar-benar menjamin
daerah yang bersangkutan, dapat mengurus rumah tangganya sendiri. Dinamis
artinya didasarkan pada kondisi perkembangan dan pembangunan.
Bertanggungjawab adalah pemberian otonomi yang diupayakan untuk
memperlancar pembangunan dipelosok tanah air. Apabila dilihat dari sisi
kepentingan Pemda, maka ada tiga tujuan utama otonomi daerah yaitu:
a. Untuk mewujudkan political equality, artinya melalui otonomi daerah
diharapkan akan lebih membuka kesempatan bagi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam berbagai aktivitas politik ditingkat lokal maupun daerah.
b. Untuk menciptakan local accountability, artinya dengan otonomi akan
c.
Untuk mewujudkan local responsibility, artinya dengan otonomi daerah diharapkan akan mempermudah antisipasi terhadap berbagai masalah yangmuncul dan sekaligus menigkatkan akselerasi pembangunan sosial dan
ekonomi daerah.
2.2.7. Pendapatan Asli Daerah
1. Pengertian Pendapatan Daerah. Menurut Undang-Undang No.32 tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah, pendapatan daerah merupakan semua hak
daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode
tahun anggaran yang bersangkutan.
Menurut Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, sumber-sumber pendapatan daerah terdiri atas:
a. Pendapatan asli daerah, yaitu:
1) Hasil pajak daerah
2) Hasil retribusi daerah
3) Hasil perusahaan milik daerah,hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan
4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah
b. Dana perimbangan, terdiri dari:
1) Dana bagi hasil yang barsumber dari pajak dan sumber daya alam
2) Dana alokasi umum
3) Dana alokasi khusus
d. Lain-lain penerimaan daerah yang sah
Selanjutnya didalam penjelasan atas Undang-Undang No.33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah yang dimaksud dengan PAD adalah penerimaan yang
diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundan-undangan yang berlaku.
2. Sumber Pendapatan Asli Daerah. Menurut Undang-Undang No.33
tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah, yang dimaksud dengan PAD adalah pendapatan
daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang
sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam
menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai
perwujudan asas desentralisasi.
Sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang memberikan kewenangan
yang luas, nyata dan bertanggungjawab, penyelenggaraan pemerataan dan
pembangunan daerah secara bertahap akan semakin banyak diserahkan kepada
daerah. Berbagai kebijaksanaan keuangan daerah yang diambil diarahkan
untuk semakin meningkatkan kemampuan dalam membiayai urusan
penyelenggaraan pemerataan dan pembangunan daerahnya. Secara garis besar
a. Kebijaksanaan di bidang penerimaan
Yaitu untuk mendorong kemampuan daerah yang semaksimal mungkin
dalam membiayai urusan rumah tangganya sendiri
b. Kebijaksanaan di bidang pengeluaran
Berorientasi pada prinsip desentralisasi dalam perencanaan, penyusunan
program, serta pengambilan keputusan dalam memilih Negara dan proyek
daerah serta pelaksanaannya.
c. Peningkatan kemampuan organisasi pemerintah daerah termasuk
kemampuan personil dan struktur organisasinya.
PAD sebagai bagian dari pendapatan daerah termuat dalam
Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, terdiri dari:
a. Hasil pajak daerah
Menurut Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh
orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
Pemda dan pengembangan daerah.
b. Hasil retribusi daerah
Menurut Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan
atau badan. Retribusi daerah merupakan salah satu sumber penerimaan yang
dapat dipungut terus menerus mengingat pengeluaran pemerintah daerah
adalah untuk anggaran rutin dan anggaran pembangunan selalu meningkat.
c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan.
Yang dimaksud hasil perusahaan daerah adalah bagian keuntungan atau laba
bersih perusahaan daerah yang berupa pembangunan daerah dan bagian
untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik bagi
perusahaan daerah yang modalnya untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan
daerah yang dipisahkan maupun bagi perusahaan daerah yang modalnya
sebagian terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis penerimaan
yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan,
antara lain bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah.
d. Lain-lain PAD yang sah
Menurut Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, lain-lain
PAD yang sah bersumber dari:
1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
2) Jasa giro
3) Pendapatan bunga
4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
5) Komisi, potongan, maupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
2.2.8. Pengaruh Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Seperti yang telah disinggung dimuka, bahwa suatu daerah dapat disebut
sebagai daerah otonomi apabila dapat membiayai penyelenggaraan urusan rumah
tangganya sendiri. Kalaupun suatu daerah otonomi belum mampu seluruhnya
membiayai urusan rumah tangganya, maka paling tidak daerah tersebut harus
mampu menutup belanja rutinnya dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Selama ini retribusi pasar di kabupaten Sidoarjo pemasukannya atau
penerimaannya tergolong banyak, maka dapat memberikan sumbangan kepada
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang besar pula. Hal inilah yang dapat
memberikan gambaran bahwa retribusi pasar sangat berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Begitu pula dengan retribusi pelayanan
persampahan/kebersihan yang berkaitan erat dengan pasar yang membutuhkan
pelayanan persampahan/kebersihan pasar agar lokasi penyedia kebutuhan pokok
masyarakat tersebut tetap terjaga kebersihannya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa salah satu syarat agar daerah
disebut Daerah Otonom adalah tersedianya sumber-sumber keuangannya sendiri.
Dengan adanya sumber-sumber keuangan itu, maka daerah diharapkan dapat
mempunyai pendapatan sendiri yang memadai untuk penyelenggaraan rumah
tangga pemerintahan sendiri, paling tidak untuk membiayai kebutuhan rutinnya.
Didalam pemerintahan daerah, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Sidoarjo sebagai salah satu unsur pemerintahan di daerah yang mempunyai
kabupaten Sidoarjo yang semakin meningkat, yang menyebabkan keadaan pasar
dan pemasaran yang juga meningkat, maka dapat dikatakan bahwa retribusi pasar
yang masih potensial untuk menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD)
sehingga dalam pelaksanaannya membutuhkan penanganan yang lebih serius lagi
yang dapat menyumbang pendapatan asli daerah sesuai dengan harapan
pemerintah daerah untuk dapat membiayai penyelenggaraan pemerintahan sendiri.
2.3. KERANGKA BERPIKIR
Sesuai dengan tema/judul penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
retribusi pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Adapun
penjabran/gambaran kerangka berpikir penelitian ini sebagai berikut :
Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan
(X
2)
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
[image:47.595.112.514.408.539.2](Y)
Retribusi Pasar (X
1)
Gambar 2.1 Kerangka berpikir Keterangan :
X1 = Retibusi pasar sebagai variabel independen (variabel bebas)
X2 = Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan sebagai variabel indenden
(variabel bebas)
Y = Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel dependen (variabel terikat)
2.4. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan bukan didasarkan fakta-fakta yang empiris yang diperoleh
dari pengumpulan data (Sugiyono, 2006:39).
Dari tujuan landasan teori dan kerangka berpikir diatas, maka dapat ditarik
suatu hipetesis sebagai berikut :
“Diduga Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan
berpengaruh nyata baik secara parsial maupun simultan terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten
3.1. Jenis Penelitian, Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1. Jenis Penelitian
Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif,
dimana dibutuhkan model statistik dalam bentuk model regresi linier ganda untuk
mengetahui secara parsial masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat
(uji t), sekaligus untuk mengetahui secara simultan keseluruhan variabel bebas
terhadap variabel terikat (uji F).
3.1.2. Definisi Operasional
Definisi operasional digunakan dengan maksud untuk menjelaskan serta
menerangkan variabel-variabel pengukuran dengan harapan untuk menghindari
kesalahan tafsiran penelitian. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan
atas sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati atau dapat diobservasi (Teguh,
1999:23). Kesimpulan definisi operasional adalah suatu batasan-batasan yang
digunakan untuk menghitung variabel-variabel dimana agar tidak terjadi
kesalahan tafsiran penelitian.
Adapun definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
a. Retribusi pasar sebagai variabel bebas (X1)
Retribusi yang didapat dari para pedagang pasar atas penggunaan tempat di
pasar-pasar Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2000-2009.
b. Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan sebagai variabel bebs (X2)
Retribusi yang didapat dari para pengguna layanan persampahan/kebersihan
di Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2000-2009.
c. Pendapatan asli daerah sebagai variabel terikat (Y)
Adalah keseluruhan pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber manapun
di dalam wilayahnya itu di Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2000-2009.
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah sebagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada populasi,
hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh
karena itu sampel yang akan diambil dari populasi harus betul-betul representatif
(dapat mewakili).
Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus menentukan daerah
disebut populasi. Berdasarkan uraian diatas, maka populasi yang diambil adalah
data sepanjang tahun yaitu berdirinya Kantor Dinas Pendapatan Daerah Pembakb.
Sidoarjo sampai dengan sekarang. Sampel yang diambil dalam penelitian ini
adalah data tentang retribusi pasar dan pendapatan asli daerah di Kantor Dinas
Pendapatan Daerah Pemkab. Sidoarjo dalam kurun waktu dari tahun 2000 hingga
tahun 2009.
Teknik pengambilan sampel merupakan upaya penelitian untuk
mendapat sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan
populasinya. Dimana teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik
Sampel Random Berkelompok (Cluster Sampling), dimana pengambilan
sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya terdiri dari
satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam kelompok yang terpilih
akan diambil sebagai sampel. Cara ini dipakai bila populasi dapat dibagi dalam
kelompok-kelompok dan setiap karakteristik yang dipelajari ada dalam setiap
kelompok. Dalam penelitian ini berupa laporan kelompok pendapatan daerah tiap
tahun anggaran di Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan peraturan daerah, perubahan
satuan waktu tahun anggaran menjadi tahun kabisat pada Tahun Anggaran 2000,
pemunggutan terhitung mulai tanggal 1 April 1999 hingga tanggal 31 Maret 2000.
begitu pula dengan Tahun Anggaran 2001 hingga Tahun Anggaran 2009,
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan maka metode-metode
pengumpulan data yang dipergunakan adalah:
1. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung pada obyek yang diteliti
dalam hal ini adalah kepala Dinas Pasar Kabupaten Sidoarjo dan karyawan.
2. Mempelajari dokumen-dokumen/arsip-arsip yang berkaitan dengan obyek
penelitian.
3.4. Teknik Analisis Data
Analisa ini merupakan pengolahan data secara kuantitatif yang didapatkan
dari hasil penelitian tanpa mengadakan pengurangan atau penambahan data.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pasar (X1) terhadap
Pendapatan Asli Daerah (Y) dengan menggunakan metode statistik linier
sederhana.
Rumus :
1 1 0
ˆ b b X
Y (Sudjana, 2003:6)
Dimana :
Yˆ = pendapatan asli daerah (penjumlahan keseluruhan)
b0 = konstanta
b1 = koefisien regresi retribusi pasar
Dan analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pasar
(X1) terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y) dengan menggunakan metode statistik
linier sederhana.
Rumus :
2 2 0
ˆ b b X
Y (Sudjana, 2003:6)
Dimana :
Yˆ = pendapatan asli daerah (penjumlahan keseluruhan)
X2 = retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
b0 = konstanta
b2 = koefisien regresi retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
Untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pasar (X1) dan Retribusi Pelayanan
Kebersihan/Persampahan (X2) terhadap pendapatan asli daerah (PAD), digunakan
analisa statistik yaitu metode regresi linier berganda.
Rumus :
2 2 1 1 0
ˆ b b X b X
Y (Sudjana, 2003:70)
Dimana :
Yˆ = pendapatan asli daerah (penjumlahan keseluruhan)
X1 = retribusi pasar
X2 = retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
b0 = konstanta
b1 = koefisien regresi retribusi pasar
Untuk mendapatkan nilai a, b1 dan b2 digunakan rumus – rumus sebagai berikut :
2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1x
x
x
x
x
x
x
x
x
y yb
2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2x
x
x
x
x
x
x
x
x
y yb
2 2 1 1
0 Y b X b X
b
(Sudjana, 2003 ; 76)
Hipotesis statistik regresi linier :
Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh retribusi pasar dan retribusi pelayanan
persampahan/kebersihan (variabel bebas) secara simultan
terhadap pendapatan asli daerah (variabel terikat).
H1 : bi 0, ada pengaruh retribusi pasar dan retribusi pelayanan
persampahan/kebersihan (variabel bebas) secara simultan
terhadap pendapatan asli daerah (variabel terikat).
H2 : b1 0, ada pengaruh retribusi pasar (variabel bebas) secara parsial
terhadap pendapatan asli daerah (variabel terikat).
H3 : b2 0, ada pengaruh retribusi pelayanan persampahan/kebersihan (variabel
bebas) secara parsial terhadap pendapatan asli daerah (variabel
terikat).
Selanjutnya untuk menguji signifikansi pengaruh antara variabel bebas yaitu
terhadap pendapatan asli daerah (Y) secara parsial, maka digunakan uji t dengan
rumusan sebagai berikut :
i i hitung
Sb b
t (Sudjana, 2003:111)
Dimana :
thitung = t hasil perhitungan
b1 = koefisien regresi Seb1 = kesalahan standar koefisien
Untuk mendapattkan nilai Seb1 menggunakan rumus :
Sbi =
22 12 . 1 i i y r x S
Keterangan :Sy.12 = Standar error of estimasi
ri = Koefisien korelasi sederhana antara X1 dan X2
(Sudjana, 2003 ; 110)
Kaidah pengujian :
a. Apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima yang berarti adanya
pengaruh signifikan antara variabel bebas (retribusi pasar atau pelayanan
persampahan/kebersihan) terhadap variabel terikat (pendapatan asli daerah).
b. Apabila thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak yang berarti tidak
adanya pengaruh signifikan antara variabel bebas (retribusi pasar atau
pelayanan persampahan/kebersihan) terhadap variabel terikat (pendapatan asli
Selanjutnya untuk menguji signifikansi pengaruh antara variabel bebas yaitu
retribusi pasar (X1) dan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan (X2)
terhadap pendapatan asli daerah (Y) secara simultan, maka digunakan uji F
dengan rumusan sebagai berikut :
1
( 1)/
2 2
k n R
k R
Fhitung (Sudjana, 2003:108)
Dimana :
Fhitung = Hasil perhitungan
R2 = Koefisien determinasi n = Jumlah sampel data
k = Jumlah variabel independen
Kaidah pengujian :
a. Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima yang berarti adanya
pengaruh signifikan antara variabel bebas (retribusi pasar dan pelayanan
persampahan/kebersihan) terhadap variabel terikat (pendapatan asli daerah).
b. Apabila Fhitung < Ftabel