• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Gambaran Karakteristik dan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang pada bulan Agustus 2010.

4.1Gambaran Usia Responden

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010

Usia Responden Jumlah Persentase (%)

25-30 tahun 15 60.0 31-35 tahun 4 16.0 36-40 tahun 4 16.0 41-45 tahun 2 8.0 46-50 tahun 0 0.0 Total 25 100.0

Sumber : Data Primer

Tabel di atas menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik paling banyak berusia antara 25-30 tahun yaitu sebanyak 15 orang (60%). Sedangkan, tidak ada pengguna kontrasepsi jenis suntik pada usia 46-50 tahun(0%).

Pada tahun 1992/1993 lebih dari separuh yaitu 57,61% pesera KB baru adalah berusia antara 20-29 tahun, persentase ini menjadi 57,84% pada tahun 1993/1994. Kelompok umur tersebut harus diperhatikan dengan cermat, karena secara alamiah mempunyai fertilitas yang tinggi, sehingga harus diusahakan untuk sesegera mungkin menggunakan kontrasepsi yang efektif (BKKBN, 1995).

Menurut data SDKI 2009 frekuensi pengguna kontrasepsi hormonal jenis suntik pada wanita usia 15-19 tahun (223,810), usia 20-24 tahun (1,806,4222), usia 25-29 tahun (2,903,811), usia 30-34 tahun (2,964,838),

usia 35-39 tahun (2,381,297), usia 40-44 tahun (1,510,513), usia 45-49 tahun (650,629), dan usia 50-54 (120,704). Pengguna KB hormonal jenis suntik didominasi wanita kelompok usia 30 sampai 34 tahun dengan jumlah 2,964,838 (SDKI,2009).

Pada umumnya umur akan mempengaruhi seseorang dalam menentukan pemilihan alat kontrasepsi karena biasanya ibu dengan usia muda (baru pertama kali menggunakan alat kontrasepsi) akan cenderung memilih alat kontrasepsi yang kebanyakan orang pakai (Ardiyan, 2008).

Maka, dilihat dari data BKKBN 1993 dan data SDKI 2009, hasil penelitian ini memiliki gambaran karakteristik umur yang tidak jauh berbeda, yaitu penggunaan kontrasepsi suntik kebanyakan digunakan oleh wanita muda usia 25-30 tahun.

4. 2 Gambaran Pendidikan Responden

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010

Pendidikan Responden Jumlah Persentase (%) tidak tamat SD 1 4.0 tamat SD 4 16.0 tamat SMP 4 16.0

tamat SMU dan sederajat 9 36.0 tidak tamat perguruan tinggi 3 12.0 tamat perguruan tinggi 4 16.0 Total 25 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa wanita yang paling banyak menggunakan kontrasepsi jenis suntik adalah wanita yang berpendidikan tamat SMU dan sederajat yaitu sebanyak 9 orang (36%) dan yang paling sedikit menggunakan kontrasepsi jenis suntik ini adalah wanita yang tidak tamat SD yaitu sebanyak 1 orang (1%).

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan tata cara kehidupan baru (BKKBN, 1980).

Menurut survei, terdapat perbedaan akan pengetahuan kontrasepsi dengan pendidikan. Proporsi wanita yang mengetahui mengenai kontrasepsi meningkat berdasarkan tingkat pengetahuan. Sebagai contoh, 87 persen wanita tanpa edukasi pernah mendengar metode modern kontrasepsi. Proporsi meningkat sampai 96 persen diantara wanita yang lulus SD dan sampai 100 persen di antara wanita dengan pendidikan lebih tinggi (Demografic and Health Survey, 1994).

Hubungan antara pendidikan dengan pola pikir, persepsi dan perilaku masyarakat memang sangat signifikan, dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan. Termasuk dalam pengambilan keputusan untuk memakai kontrasepsi. Peningkatan tingkat pendidikan akan menghasilkan tingkat kelahiran yang rendah karena pendidikan akan mempengaruhi persepsi negatif terhadap nilai anak dan akan menekan adanya keluarga besar. Orang tua dalam keluarga tentu saja menginginkan agar anaknya berkualitas dengan harapan dikemudian hari dapat melanjutkan cita-cita keluarga, berguna bagi masyarakat dan negara. Untuk sampai pada cita-cita tersebut tentu saja tidak mudah, dibutuhkan strategi dan metode yang baik. Tidak mungkin menciptakan anak yang berkualitas di tengah waktu yang terbatas, karena kesibukan bekerja, dan tidak mungkin menciptakan anak berkualitas di tengah kondisi keuangan atau pendapatan yang terbatas(BKKBN, 1999). Pernyataan ini sejalan dengan hasil penelitian, yaitu wanita dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD, tamat SD, dan tamat SMP memiliki proporsi yang lebih rendah jika dibandingkan wanita dengan tingkat pendidikan SMU.

Berdasarkan data SDKI 2009, tingkat pendidikan penduduk Indonesia yang paling banyak adalah tingkat SMU sebanyak 5,316,044 orang dan SMK sebanyak 3,249,850 orang (SDKI,2009). Hal inilah yang menyebabkan jumlah wanita pengguna kontrasepsi suntik lebih banyak pada tingkat pendidikan SMU atau sederajat dibandingkan dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi.

4. 3 Gambaran Pekerjaan Responden

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010

Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

Ibu rumah tangga 10 40.0

Karyawan 11 44.0

Guru 0 0

Bidan atau petugas kesehatan

1 4.0

Wiraswasta 2 8.0

Lain-lain 1 4.0

Total 25 100.0

Sumber : Data Primer

Persentase pemakaian alat kontrasepsi berdasarkan pekerjaan menurut SDKI 1999 pada wanita bekerja sebesar 55,4% dan yang tidak bekerja sebesar 44.6%. Wanita yang bekerja memiliki nilai waktu yang mahal sehingga kesempatan untuk mengurus anak lebih sedikit dibanding wanita yang tidak bekerja, sehingga wanita yang bekerja akan cenderung membatasi jumlah anak (SDKI 1999). Selain itu, wanita yang mempunyai latar belakang pendidikan relatif tinggi dan bekerja akan mempunyai kecenderungan berpikir secara rasional. Dengan ukuran keluarga kecil menjadi suatu keluarga yang lebih lincah (Himpunan Pidato Kepala BKKBN, 1990). Penggunaan kontrasepsi suntik lebih didominasi oleh wanita yang bekerja karena mereka memilih kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang lebih baik dengan menghindari faktor lupa apabila dibandingkan dengan menggunakan kontrasepsi jenis pil (BKKBN, 1999).

Hasil penelitian ini mendukung pernyataan diatas, karena berdasarkan tabel didapatkan bahwa wanita yang menggunakan

kontrasepsi suntik jenis hormonal paling banyak memiliki pekerjaan sebagai karyawan yaitu sebanyak 11 orang (44%) dibandingkan jenis perkerjaan lainnya.

4. 4 Gambaran Penghasilan Perbulan Responden

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010

Penghasilan Perbulan Jumlah Persentase (%)

Rendah 6 24.0

Sedang 5 20.0

Tinggi 14 56.0

Total 25 100.0

Sumber : Data Primer

Ketika pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar. Atau mungkin juga pola hidup menjadi makin konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik. Saat ini standar UMR adalah Rp 1.118.000. Karena penghasilan yang cukup akan memotivasi seseorang memilih alat kontrasepsi yang lebih baik pula yaitu kontrasepsi suntik (Notoadmojo, 1997).

Penggunaan alat kontrasepsi yang efektif mengurangi ketidakpastian tentang kapan melahirkan anak dan dapat memberi kesempatan untuk memanfaatkan waktu dan tenaga pada peran ekonomi dalam keluarga (BKKBN, 1995).

Pernyataan di atas mendukung hasil dari penelitian ini yang dapat dilihat pada tabel, yaitu wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik paling banyak memiliki pendapatan perbulan yang tinggi adalah sebanyak 14 orang (56%). Hal ini bisa saja disebabkan oleh semakin tingginya tingkat penghasilan membuat akseptor menuntut jenis kontrasepsi yang lebih efektif yaitu kontrasepsi jenis suntik, walaupun harus membayar lebih mahal dibandingkan kontrasepsi jenis pil.

4. 5 Gambaran Jumlah Anak Responden

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak yang Dimiliki Wanita yang Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010

Jumlah Anak Jumlah Persentase (%)

<2 anak 15 60.0

>2 anak 10 40.0

Total 25 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi suntik jenis hormonal paling banyak memiliki anak kurang dari 2 yaitu sebanyak 15 orang (60%).

Data SDKI 2002 – 2003 menyatakan bahwa, pemakaian kontrasepsi meningkat pesat sejalan dengan jumlah anak yang masih hidup. Terdapat peningkatan sebesar 7% pada wanita yang tidak memiliki anak, 67% pada wanita dengan 1-2 anak, 38% pada wanita yang memiliki 3-4 anak dan turun menjadi 49% pada wanita dengan 5 anak atau lebih (SDKI,2003).

Pasangan usia subur (PUS) dengan paritas rendah menjadi prioritas penggarapan gerakan KB nasional dalam upaya menurunkan tingkat kelahiran. Keadaan jumlah peserta KB baru menurut jumlah anak hidup dari tahun 1999-1994 menunjukkan bahwa peserta KB baru yang terbanyak adalah PUS dengan jumlah anak 0-2, yang persentasenya mengalami kenaikan setiap tahun. Sebaliknya PUS dengan jumlah anak 3-3+ terus mengalami penurunan setiap tahun (BKKBN, 1994).

Hal ini menunjukkan bahwa wanita pengguna kontrasepsi jenis suntik yang memiliki jumlah anak kurang dari 2 sedang dalam masa perencanaan jumlah anak. Sedangkan wanita yang telah memiliki jumlah anak lebih dari 2 cenderung memilih kontrasepsi mantap yang lebih efektif daripada kontrasepsi suntik.

4. 6 Gambaran Peran Suami dalam Penentuan Jenis Kontrasepsi Responden

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Peran Suami Dalam Penentuan Jenis Kontrasepsi yang dimiliki Wanita Pengguna Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010

Peran Suami Dalam Menentukan Jenis

Kontrasepsi

Jumlah Persentase (%)

Suami ikut menentukan kontrasepsi

19 76.0

Suami tidak berperan menentukan kontrasepsi

6 24.0

Total 25 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan SDKI 2002-2003, 57% wanita mendiskusikan KB dengan pasangannya paling sedikit satu kali selama setahun terakhir. Wanita usia 20-34 tahun cenderung lebih sering membicarakan KB dengan suami dibandingkan dengan wanita pada kelompok umur lainnya. Dan 43% wanita tidak pernah membicarakan KB dengan pasangannya. Data yang lain juga menyebutkan bahwa 2% wanita setuju menggunakan alat kontrasepsi tetapi suaminya tidak setuju dan hanya 1% wanita yang tidak setuju tetapi suaminya setuju. Jadi perbedaan pendapat tentang KB antara suami dan isteri di Indonesia relatif rendah yaitu 2%(SDKI,2003).

Data SDKI tersebut mendukung hasil penelitian ini karena berdasarkan data dari tabel di atas, suami responden ikut menentukan pemilihan kontrasepsi yang digunakan yaitu sebanyak 19 orang (76%). Artinya, suami juga ikut berperan dalam merencanakan jumlah anak sehingga tujuan keluarga berencana dalam mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera dapat segera tercapai.

4. 7 Gambaran Keikutsertaan Responden Dalam Penyuluhan Keluarga Berencana

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Dalam Penyuluhan Keluarga Pada Wanita Pengguna Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik Berencana di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010

Keikutsertaan Responden Dalam Penyuluhan Keluarga Berencana Jumlah Persentase (%) Sering 1 4.0 Pernah 4 16.0 Tidak Pernah 20 80.0 Total 25 100.0

Sumber : Data Primer

Kegiatan penerangan dan motivasi keluarga berencana dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kesadaran, pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam ber-KB. Dengan telah besarnya jumlah peserta KB, maka pelaksanaan program ini perlu makin ditingkatkan kualitasnya. Sehubungan dengan itu, maka pesan-pesan penerangan KB akan tetap diarahkan kepada pemakaian alat kontrasepsi yang lebih efektif dengan tingkat perlindungan kehamilan yang lebih tinggi. Kegiatan penerangan juga meliputi penerangan medis yang bertujuan meningkatkan pengetahuan mengenai alat-alat kontrasepsi (BKKBN, 1990).

Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar responden tidak pernah mengikuti penyuluhan program keluarga berencana (80%). Hal ini bisa saja disebabkan karena daerah penelitian adalah Cikarang yang memiliki kepadatan penduduk cukup padat akibat tingkat urbanisasi yang tinggi di wilayah industri tersebut, sehingga penyuluhan program keluarga berencana belum mencakup untuk seluruh lapisan masyarakat. Namun, untuk pembuktiannya diperlukan penelitian lebih lanjut.

4. 8 Gambaran Sumber Informasi yang Paling Berkesan Mengenai Keluarga Berencana yang Didapatkan oleh Responden

Tabel 4.8 Distribusi Responden BerdasarkanSumber Informasi yang Paling Berkesan Mengenai Keluarga Berencana di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010

Sumber informasi yang paling berkesan

Jumlah Persentase (0%)

Rumah Sakit 0 0

Puskesmas 4 16.0

Posyandu 1 4.0

Kinik bidan atau klinik dokter

20 80.0

Media elektronik (TV) 0 0

Bahan bacaan (Majalah) 0 0

Total 25 100.0

Sumber : Data Primer

Dari tabel di atas didapatkan bahwa sumber informasi yang paling berkesan bagi wanita pengguna kontrasepsi jenis suntik di RB Gizar adalah berasal dari klinik bidan atau klinik dokter dengan jumlah 20 orang (80%), sedangkan menurut mereka sumber informasi dari rumah sakit, media elektronik dan bahan bacaan tidak berkesan.

Berdasarkan data, kebanyakan wanita mendapatkan informasi mengenai keluarga berencana dari pusat-pusat kesehatan (37%). Bidan merupakan sumber informasi yang paling popular (16%). Posyandu adalah pilihan primer untuk pelayanan keluarga berencana (13%). Radio dan televisi yang menampilkan drama dan dikusi mengenai keluarga berencana juga merupakan salah satu sumber informasi. Wanita dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi lebih mudah menerima sumber informasi dari berbagai macam media sebagai sumber informasi mengenai keluarga berencana dibandingkan wanita dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Pada akhirnya, sumber informasi sangat berperan terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang (Demografic and Health Survey, 1995).

Pernyataan di atas, mendukung hasil dari penelitian ini, bahwa sumber informasi yang responden dapatkan paling banyak berasal dari pusat kesehatan yaitu klinik bidan atau klinik dokter.

4. 9 Gambaran Pengetahuan Responden

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Wanita tentang Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010

Gambaran Pengetahuan responden Jumlah Persentase (%) Baik 1 4.0 Sedang 5 20.0 Buruk 19 76

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel di atas, dari 10 pertanyaan yang diajukan mengenai pengetahuan pada 25 responden yang menggunakan kontrasepsi jenis suntik diperoleh bahwa, jumlah wanita yang memiliki pengetahuan kurang mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 19 orang (76%). Sedangkan wanita yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 5 orang (20%) dan jumlah wanita yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 1 orang (4%).

Berdasarkan hasil survei daerah sekitar Jawa dan bali , DKI Jakarta memiliki level tertinggi dalam pengetahuan mengenai lingkaran biru (keluarga berencana) dengan persentase 88%, diikuti dengan Yogyakarta 70%, Kalimantan Timur (66%), Bali (65%) dan daerah Jawa Barat 60%. (Demografic Health Survey, 1995). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan mengenai kontrasepsi hormonal jenis suntik di daerah Cikarang, Jawa Barat masih rendah.

4. 10 Gambaran Sikap Responden

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Wanita Mengenai Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010

Gambaran Sikap Responden Jumlah Persentase (%)

Baik 1 4.0

Sedang 4 16.0

Buruk 20 80.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel di atas, dari 5 pertanyaan yang diajukan mengenai pengetahuan pada 25 responden yang menggunakan kontrasepsi jenis suntik diperoleh bahwa jumlah wanita yang memiliki sikap buruk mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 20 orang (80%).Sedangkan wanita yang memiliki sikap sedang sebanyak 4 orang (16%). Dan jumlah wanita yang memiliki sikap baik sebanyak 1 orang (4 %).

Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertututp terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu. (Notoatmojo, 2003)

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki sikap yang baik dalam penggunaan kontrasepsi suntik maka memiliki kecenderungan untuk memiliki perilaku yang baik pula dalam penggunaannya.

4. 11 Gambaran Perilaku Responden

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Wanita tentang Kontrasepsi Hormonal jenis suntik di Rumah Bersalin Gizar Cikarang Pada Bulan Agustus 2010

Gambaran Perilaku Responden Jumlah Persentase (%) Baik 0 0 Sedang 1 4.0 Buruk 24 96.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel di atas, dari 5 pertanyaan yang diajukan mengenai perilaku pada 25 responden yang menggunakan kontrasepsi jenis suntik diperoleh bahwa jumlah wanita yang memiliki perilaku buruk mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 24 orang (96%).Sedangkan wanita yang memiliki sikap sedang sebanyak 1 orang (4%). Dari data di atas tidak ada wanita yang memiliki perilaku baik.

Perilaku adalah hal-hal yang telah dilakukan seseorang berkenaan dengan pengetahuan yang telah didapat. (Notoatmojo,2003) Maka, pengetahuan akan mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam penggunaan kontrasepsi. Apabila pengetahuan sesorang kurang maka orang tersebut akan memiliki kecenderungan memiliki sikap dan perilaku yang buruk, dalam hal ini adalah penggunaan kontrasepsi hormonal jenis suntik.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

 Berdasarkan hasil penelitian, wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik paling banyak berusia antara 25-30 tahun yaitu sebanyak 15 orang (60%).

 Berdasarkan hasil penelitian, wanita yang paling banyak menggunakan kontrasepsi jenis suntik adalah wanita yang berpendidikan tamat SMU dan sederajat yaitu sebanyak 9 orang (36%)

 Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal jenis suntik memiliki tingkat pendapatan yang tinggi yaitu lebih dari Rp 1.202.749 (56%).

 Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar responden memiliki jumlah anak kurang dari 2 orang (60%).

 Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sumber informasi yang paling berkesan bagi wanita pengguna kontrasepsi jenis suntik di RB Gizar adalah berasal dari klinik bidan atau klinik dokter dengan jumlah 20 orang (80%),

 Berdasarkan hasil penelitian, jumlah wanita yang memiliki pengetahuan kurang mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 19 orang (76%).Sedangkan wanita yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 5 orang (20%). Dan jumlah wanita yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 1 orang (4%).

 Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa jumlah wanita yang memiliki sikap buruk mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 20 orang (36%).Sedangkan wanita yang memiliki sikap sedang sebanyak 4 orang (56%). Dan jumlah wanita yang memiliki sikap baik sebanyak 1 orang (4 %).

 Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa jumlah wanita yang memiliki perilaku buruk mengenai kontrasepsi suntik sebanyak 24 orang

(96%).Sedangkan wanita yang memiliki sikap sedang sebanyak 1 orang (4%). Dari hasil penelitian, tidak ada wanita yang memiliki perilaku baik.

5.2 Saran

 Diperlukan penggalakan program keluarga berencana di daerah Cikarang karena 20 dari 25 responden mengaku tidak pernah mengikuti penyuluhan kelarga berencana. Selain itu, diperlukan penyampaian informasi yang lebih lengkap dari para tenaga kesehatan maupun media penunjang informasi lainnya kepada wanita pengguna kontrasepsi, sehingga diharapkan kedepannya pengetahuan pengguna kontrasepsi semakin meningkat dan secara langsung juga memberikan dampak yang lebih baik pada sikap dan perilaku dalam penggunaan kontrasepsi.

 Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar di daerah Cikarang, sehingga didapatkan gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku wanita penggguna kontrasepsi jenis suntik yang lebih representatif daripada penelitian ini.

 Anonim. 2008. KB Itu Mengatur Keturunan. Diakses hari rabu tanggal 29 September 2010. Diunduh dari www. bkkbn.go.id

 Anonim. 2009. Tujuan Program Keluarga Berencana. Diakses hari rabu tanggal 29 September 2010. Diunduh dari http://www.bkkbn.go.id

 Anonim. 2009. Kontrasepsi Hormonal Jenis Suntik. Diakses hari kamis tanggal 16 September 2010. Diunduh dari http ://www. Bappenas.go.id.

 Anonim. 2010. Pencapaian MDG Hadapi Kendala. Diakses hari jumat tanggal 1 Oktober 2010. Diunduh dari http : //www. bkkbn.go.id

 Arikunto, Suharsimi: Prosedur Penelitian ( Suatu Pendekatan dan Praktik ), Rieneka Cipta, Jakarta, 1998, p24.

 Ardiyan, Kundi. Hubungan antara Tingkat pengetahuan tentang KB dan Metode Kontrasepsi di Kelurahan Sumber Sari. Diakses tanggal 14 Agustus 2010. Diunduh dari:

http://www. University of Jember.com.

 Biro Pusat Statistik: Indonesia Demographic and Health Survey 1997, BPS. Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, Dep.Kes, Demographic and Health Surveys Macro Internatioanal Inc, Jakarta. 1998, 87-9.

 BKKBN: Himpunan Pidato Kepala Bkkbn Tentang Pembangunan Sumberdaya Manusia Melalui Gerakan KB Nasional, Membangun Keluarga Mandiri yang Berpotensi. Kantor Mentri Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB, Jakarta, 1990,p15-17.

 BKKBN: Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Kantor Mentri Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB, Jakarta, 1994, p70.

 BKKBN: Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Kantor Mentri Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB, Jakarta, 1995, p50-2.

population/NFCB,1999,p80-4.

 BKKBN: Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Kantor Mentri Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB, Jakarta, 2000, p34-5

 BKKBN: Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Kantor Mentri Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB, Jakarta, 1999, p55-7.

 BKKBN. 2008. Gerakan keluarga berencana nasional dalam grafik dan gambar. Jakarta : Kantor Mentri Negara Kependudukan BKKBN State Ministry for population/NFCB.

 Central Bureau of Statistic Jakarta: Demographic and Health Survey. Calverton, Maryland: CBS and MI, 1995, p115-20

 Direktorat Statistik dan Kependudukan. 1999;2003;2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Biro Pusat Statistik. www.datastatistik_indonesia.com. . Diakses tanggal 10 September 2010.

 Hartanto H, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2003, p46 – 50.

 Irwati T,Lolong D.B, Isnawati, Hzartanto W, et al: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003. BPS, BKKBN, DepKes, ORC, Jakarta, 2003, p88-9.

 Iskandar N: Demografi Tehnik. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1997, p20-3.

 Mochtar,R: Sinopsis Obstetri Jilid II. EGC, Jakarta, 1998, p249 – 254.

 Notoatmodjo,Soekidjo: Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta, 1997, p44-6

 Notoatmodjo, Soekidjo: Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta, 2003, p50-60.

 Saifudin: Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, ed.1, Cetakan ke-4. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2006b.

 Sudigdo, S : Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, edisi 3. Sagung Seto, Jakarta, 2008, p92-103.

 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2009. Wanita Berumur 10-54 Tahun yang Berstatus Kawin menurut Alat atau Cara KB yang Sedang Digunakan dan Golongan Umur, Indonesia. Diunduh dari www.datastatistik_indonesia.com. Diakses tanggal 10 September 2010.

 Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2009. Wanita Berumur 10-54 Tahun yang Berstatus Kawin menurut Alasan Utama Tidak Menggunakan Alat/Cara KB dan Golongan Umur, Indonesia. Diunduh dari www.datastatistik_indonesia.com. Diakses tanggal 10 September 2010.

Persetujuan Partisipasi dalam Penelitian

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU WANITA USIA 25-50

TAHUN TENTANG PENGGUNAAN KB HORMONAL JENIS

SUNTIKPADA BULAN AGUSTUS TAHUN 2010

Kami ingin meminta kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Silakan membaca lembar persetujuan ini. Jika ada pertanyaan, tidak perlu merasa sungkan atau ragu untuk menanyakannya.

Penelitian ini mengharapkan ketulusan Anda untuk berpartisipasi. Penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat untuk Subjek mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku wanita tentang penggunaan KB hormonal jenis suntik. Penelitian ini tidak memiliki risiko yang akan membahayakan Anda secara fisik.

Kerahasiaan Anda akan kami jaga. Kami tidak akan menyebutkan nama Anda. Kami hanya akan memberikan nama samaran. Semua informasi yang Anda berikan akan kami jaga kerahasiaannya sehingga identitas Anda tetap kami lindungi. Hasil penelitian ini akan dipublikasikan sebagai skripsi.

Saya memahami semua informasi di atas dan dengan ini menyatakan kesediaan untuk

Dokumen terkait