• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Pertanaman di Lapangan

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 hingga Juli 2012 di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman dan Kebun Percobaan Leuwikopo IPB Dramaga Bogor. Penyemaian dilakukan pada awal bulan November kemudian dilakukan pemindahan bibit ke lapangan pada akhir bulan Desember. Setelah 7 minggu setelah penyemaian bibit yang memiliki empat helai daun sejati atau lebih dipindahkan ke lapangan.

Berdasarkan data yang didapat dari Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor selama penelitian berlangsung, curah hujan berkisar antara 136 - 548.9 mm. Kelembaban berkisar antara 80 - 87% dan temperatur berkisar antara 25.1 - 26.2

0

C (Lampiran 1). Tanaman beradaptasi dengan cukup baik dengan kondisi lingkungan di lapangan, tidak banyak tanaman yang mati di lapangan pada saat pindah tanam.

Hama yang menyerang tanaman di lapangandalah belalang (Valanga sp.), kutu daun (Myzus persicae), thrips (Thrips sp.), tungau (Tetranycus sp.), ulat grayak (Spodoptera litura F.), dan lalat buah (Bactrocera dorsalis). Tungau menyerang tanaman pada saat persemaian, tanaman yang terserang mengalami gejala melengkungnya daun ke bawah dan menjadi kaku sehingga pertumbuhan pucuk tanaman menjadi terhambat. Lalat buah menyerang buah cabai pada saat musim panen, buah yang terserang jika dibelah terdapat larva dari lalat buah didalamnya, hal ini menyebabkan buah yang terserang cepat membusuk dan gugur. Pengendalian lalat buah menggunakan perangkap lalat buah yang berbahan aktif petrogenol.

Penyakit yang menyerang tanaman antara lain adalah penyakit kuning cabai yang disebabkan oleh gemini virus, penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum acutatum, dan penyakit layu fusarium. Penyakit kuning banyak menyerang cabai pada saat awal pertumbuhan cabai, sedangkan

antraknosa menyerang pada saat mendekati panen dan akhir panen hal ini disebabkan oleh meningkatnya curah hujan.

Gambar 2. Kondisi pertanaman cabai di kebun percobaan Leuwikopo. A. Kondisi pertanaman cabai di lapangan saat pindah tanam, B. Belalang pada pertanaman cabai (Valanga sp.) di Lapangan, C. Gejala serangan penyakit Gemini Virus pada tanaman cabai

Laboratorium

Penelitian uji ketahanan terhadap penyakit antraknosa dilakukan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB. Penyuntikkan dilakukan di dalam laminar air flow cabinet. Kendala yang dihadapi pada penelitian ketahanan terhadap penyakit antraknosa adalah tersumbatnya inokulum pada jarum suntik, akan tetapi tidak menjadi kendala yang cukup serius karena dapat ditangani dengan penggantian jarum.

Jumlah isolat yang tersedia mencukupi untuk kebutuhan penelitian. Untuk memenuhi standar kepadatan inokulum yaitu sebanyak 5 x 105 konidia/ml digunakan biakan konidia PYK 04 lainnya sebagai tambahan.

Gambar 3. Kondisi percobaan di laboratorium genetika dan pemuliaan tanaman pada saat inokulasi. A. Isolat PYK 04, B. Cabai yang disiapkan untuk diinokulasi di dalam laminar air flow cabinet

Karakter Kuantitatif

Karakter kuantitatif yang diamati adalah umur berbunga, umur panen, lebar tajuk, tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, bobot buah, panjang buah, diameter buah, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, dan produktivitas. Analisis ragam karakter kuantitatif disajikan pada Lampiran 2 - 17.

Tabel 3. Rekapitulasi sidik ragam karakter kuantitatif cabai

No Peubah F-Hitung Koefisien Keragaman

1 Umur berbunga 1057.42** 2.95

2 Umur panen 670.11** 2.11

3 Panjang buah 8.74** 15.65

4 Bobot buah 127.25** 15.95

5 Diamater tengah buah 27.64** 15.38

6 Diamater pangkal buah 29.27** 16.12

7 Diamater ujung buah 21.5** 18.05

8 Tinggi dikotomus 176.96** 4.23

9 Lebar tajuk 18.53** 7.43

10 Tinggi tanaman 74.37** 5.03

11 Diameter batang 74.6** 3.35

12 Jumlah buah layak pasar 8.25** 29.85

13 Jumlah buah per tanaman 16.42** 20.38

14 Bobot buah layak pasar 14.87** 19.76

15 Bobot buah per tanaman 20.19** 16.44

16 Produktivitas 20.19** 16.44

Keterangan : (**) = berpengaruh nyata pada taraf 1%

Hasil dari rekapitulasi sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan genotipe berpengaruh sangat nyata pada semua peubah yang diamati (Tabel 3). Analisis karakter kuantitatif yang diamati pada masing - masing galur disajikan pada Lampiran 20.

Nilai koefisien keragaman terendah yaitu pada umur berbunga, sedangkan koefisien keragaman tertinggi yaitu jumlah buah layak pasar. Nilai koefisien keragaman menunjukkan tingkat ketepatan dengan perlakuan yang diperbandingkan, dan merupakan indeks yang baik dari keadaan percobaan. Hal ini menyatakan galat percobaan sebagai presentase rataan. Jadi, makin tinggi nilai koefisien keragaman makin rendah keandalan percobaan itu (Gomez dan Gomes, 1995).

Umur Berbunga Cabai dan Umur Panen Cabai

Umur berbunga IPB C180 dan IPB C230 memiliki waktu berbunga paling lama dibandingkan genotipe lainnya sekitar 79, sedangkan IPB C183 dan IPB C 186 merupakan genotipe yang memiliki umur berbunga paling cepat yaitu sekitar 26 hari akan tetapi tidak berbeda nyata dengan IPB C179, IPB C187, IPB C191, IPB C192, IPB C196, IPB C 233, dan IPB C237 (Tabel 4).

Tabel 4. Nilai tengah waktu berbunga dan waktu panen cabai

Genotipe Umur berbunga (HST) Umur panen (HST)

IPB C179 27cd 69c IPB C180 79a 130b IPB C183 26d 66c IPB C186 26cd 66c IPB C187 27cd 67c IPB C191 27cd 68c IPB C192 27cd 67c IPB C196 27cd 67c IPB C230 79a 134a IPB C233 27cd 66c IPB C235 28bc 66c IPB C237 28cd 67c IPB C15 30b 69c

Keterangan : nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%

Umur berbunga diwariskan secara kualitatif. Pada karakter ini didapat adanya pengaruh gen sederhana yang bersifat duplikat resesif epistasis (Hilmayanti et al., 2006). Pada penelitian ini cabai rawit menunjukkan waktu berbunga yang lebih lama dibandingkan cabai keriting dan cabai besar. Waktu panen menentukan genjah atau dalamnya umur tanaman cabai. Para petani umumnya menginginkan tanaman cabai yang berumur genjah (Hakim, 2010).

IPB C180 dan IPB C230 umur panennya berbeda nyata dengan genotipe pada cabai keriting dan cabai besar. sedangkan genotipe lainnya tidak berbeda nyata dalam umur panen. Menurut Syukur et al. (2010) umur berbunga cabai lebih cepat dapat menyebabkan umur panen yang lebih cepat.

Panjang Buah dan Bobot Buah Cabai

IPB C235 merupakan cabai besar terpanjang dibandingkan genotipe lainnya, tetapi tidak berbeda nyata dengan cabai keriting IPB C233 (Tabel 3). Menurut Badan Standarisasi Nasional (1998) cabai merah yang masuk kedalam mutu I jika memiliki panjang 12 - 14 cm untuk cabai besar dan 12 - 17 untuk cabai keriting,

Tabel 5. Nilai tengah panjang dan bobot buah cabai

Genotipe Panjang buah (cm) Bobot buah (g)

IPB C179 6.83cd 1.26de IPB C180 4.27ef 1.83cd IPB C183 7.98bc 1.40cde IPB C186 7.37bcd 1.11e IPB C187 6.81cd 1.24de IPB C191 6.81cd 1.20de IPB C192 7.93bc 1.22de IPB C196 8.80bc 1.56cde IPB C230 3.70f 2.00bc IPB C233 9.14ab 1.70cde IPB C235 10.88a 9.66a IPB C237 7.85bcd 1.82cd IPB C15 5.73de 2.55b

Keterangan : nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%

mutu II jika panjangnya 9 - 11 cm untuk cabai besar dan 10 – 12 cm untuk cabai keriting, dan mutu III jika memiliki panjang di bawah 9 cm untuk cabai besar dan di bawah 10 cm

Untuk cabai keriting. IPB C235 tergolong cabai dengan mutu II. Seluruh cabai keriting masuk ke kategori III. Bobot buah IPB C235 merupakan bobot yang paling berat diantara genotipe cabai besar lainnya, sedangkan untuk cabai keriting dan cabai rawit tidak berbeda nyata antar genotipe (Tabel 5).

Diameter Buah Cabai

Diameter IPB C235 merupakan cabai dengan diameter terbesar diantara cabai besar lainnya. Diameter IPB C230 merupakan cabai rawit dengan diameter terbesar akan tetapi tidak berbeda nyata dengan IPB C180, semua cabai keriting memiliki diameter buah yang tidak berbeda nyata (Tabel 6).

Tabel 6. Nilai tengah diameter buah cabai

Genotipe Diameter buah

Pangkal (mm) Tengah (mm) Ujung (mm)

IPB C179 5.40e 5.70d 3.09c IPB C180 9.18d 9.44c 5.12b IPB C183 5.20e 5.44d 3.06c IPB C186 4.90e 5.39d 2.98c IPB C187 6.30e 6.07d 3.08c IPB C191 5.47e 5.71d 3.15c IPB C192 4.87e 5.17d 2.70c IPB C196 5.83e 5.78d 3.09c IPB C230 11.68c 10.87bc 5.94b IPB C233 6.05e 5.79d 3.46c IPB C235 17.17a 17.15a 9.92a IPB C237 6.84e 6.79d 3.69c IPB C15 14.30b 12.41b 6.19b

Keterangan : nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%

Menurut Badan Standarisasi Nasional (1998), cabai merah yang masuk kedalam mutu I jika memiliki diameter pangkal 1.2 – 1.4 cm untuk cabai besar dan 1.3 – 1.5 untuk cabai keriting , mutu II jika diameternya 1.3 – 1.5 cm untuk cabai besar dan 1.0 – 1.3 cm untuk cabai keriting, dan mutu III jika memiliki

diameter pangkal di bawah 1.3 cm untuk cabai besar dan di bawah 1.0 cm untuk cabai keriting. IPB C235 masuk ke kategori mutu I, IPB C15 tergolong mutu II, dan semua cabai keriting masuk ke mutu III.

Tinggi Tanaman Cabai, Tinggi Dikotomus Cabai, Diameter Batang Cabai, dan Lebar Tajuk Cabai

Tinggi tanaman pada genotipe yang diuji berkisar antara 78.91 – 159.18 cm. IPB C 15 memiliki tinggi tanaman yang pendek dengan ukurang tanaman yang paling kecil dibandingkan tanaman lainnya, sedangkan tinggi tanaman pada tanaman IPB C230 sangat tinggi akan tetapi tidak berbeda nyata dengan IPB C180 (Tabel 7). Tinggi dikotomus diukur dari permukaan tanah sampai percabangan pertama. Tanaman dengan tinggi dikotomus yang pendek dapat menyebabkan buahnya bersentuhan dengan mulsa dan terkena percikan air hujan (Hakim, 2010), karena menurut Marliyanti (2011) percikan air dari tanah merupakan salah satu sumber penyakit, karena dapat membawa cendawan. Tinggi dikotomus berkisar antara 21.33 - 67.89 cm. IPB C180 adalah cabai dengan tinggi dikotomus tertinggi.

Tabel 7. Nilai tengah tinggi tanaman cabai, tinggi dikotomus cabai, diameter batang cabai, dan lebar tajuk cabai

Genotipe Tinggi tanaman (cm) Tinggi dikotomus (cm) Diameter batang (mm) Lebar tajuk (cm) IPB C 179 95.10bcd 36.57def 10.03f 85.10bcd IPB C 180* 155.96a 67.89a 16.08b 120.38a IPB C 183 91.97cde 38.63de 11.63de 74.60de

IPB C 186 83.30efg 36.12efg 11.47de 91.30b

IPB C 187 99.23cb 32.23h 11.21e 97.40b IPB C 191 89.59def 33.17gh 10.95e 77.15cd IPB C 192 99.98bc 39.42d 12.03d 84.70bcd IPB C 196 96.96bcd 33.98fgh 11.08e 92.66b IPB C 230* 159.18a 61.78b 17.08a 121.93a IPB C 233 95.53bcd 42.23c 12.12d 88.20bc IPB C 235 80.92fg 28.57i 12.04d 63.99e IPB C 237 103.19b 34.44fgh 12.12d 86.91bcd IPB C 15 78.91g 21.33j 14.37c 78.68cd

Keterangan : nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%

Lebar tajuk berkisar antara 63.99 - 121.93. IPB C230 merupakan genotipe dengan lebar tajuk terlebar akan tetapi tidak berbeda nyata dengan IPB C180, sedangkan IPB C235 merupakan genotipe cabai besar dengan lebar tajuk terkecil.

Tanaman dengan tajuk yang lebar akan saling menaungi tanaman lainnya jika ditanam dengan jarak tanam yang tidak sesuai. Tanaman yang saling menaungi akan menyebabkan distribusi cahaya matahari tidak merata, sehingga fotosintesis menjadi tidak optimal, kondisi ini juga dapat meningkatkan kelembaban bagian tanaman yang tidak terkena matahari dan mengakibatkan tanaman mudah terserang penyakit.

Diameter batang berkisar antara 10.03 - 17.08 mm. genotipe IPB C179 merupakan genotipe dengan diameter batang terkecil, sedangkan IPB C230 merupakan genotipe dengan diameter batang terbesar. IPB C183, IPB C186, IPB C187, IPB C191, IPB C196 tidak berbeda nyata dalam hal diameter batang. Genotipe cabai rawit IPB C180 dan IPB C230 merupakan cabai dengan diameter paling besar dibandingkan dengan grup cabai besar dan cabai keriting.

Menurut Mastaufan (2011) tanaman dengan diameter batang yang besar akan lebih kokoh sehingga jika tanaman terserbut berbuah lebat maka akan lebih kuat sehingga tidak mudah patah. Jika beban buah terlalu berat, maka batang atau dahan akan mudah patah, namun jika buah yang dihasilkan tidak terlalu berat, maka dahan atau ranting tanaman hanya melengkung.

Jumlah Buah Layak Pasar Cabai dan Jumlah Buah per Tanaman Cabai

Jumlah buah layak pasar adalah total buah per tanaman dengan kondisi normal dan tidak rusak karena faktor fisiologi, mekanis, serangan hama, dan penyakit. Rata - rata jumlah buah layak pasar berkisar antara 14 - 121 buah. IPB C187 merupakan genotipe dengan jumlah buah layak pasar terbesar dibandingkan dengan genotipe lainnya, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan IPB C179, IPB C183, IPB C192, IPB C196, dan IPB C233.

Jumlah buah per tanaman rata - rata berkisar antara 27 - 157. Jumlah buah per tanaman IPB C187 paling banyak dibandingkan dengan genotipe cabai keriting lainnya akan tetapi tidak berbeda nyata dengan IPB C179, IPB C183, IPB C186, IPB C192, IPB 196, dan IPB C233.

Tabel 8. Nilai tengah jumlah buah cabai

Keterangan : nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%

(*) = hanya dipanen sebanyak 1 – 2 kali.

Jumlah buah per tanaman pada cabai besar IPB C235 dan IPB C15 tidak berbeda nyata (Tabel 8). Cabai keriting memiliki jumlah buah per tanaman lebih banyak dibandingkan dengan cabai besar.

Bobot Buah Layak Pasar Cabai, Bobot Buah per Tanaman Cabai, dan Produktivitas Cabai

Bobot buah layak pasar adalah total buah per tanaman dengan kondisi normal dan tidak rusak karena faktor fisiologis, mekanis, serangan hama dan penyakit. Bobot buah layak pasar berkisar antara 37.38 - 309.55 g. IPB C192 merupakan genotipe dengan bobot buah layak pasar terbesar dibandingkan dengan genotipe lainnya, meski IPB C 183 memiliki bobot buah per tanaman yang tinggi akan tetapi banyak ditemukan buah yang tidak layak pasar.

Bobot buah per tanaman berkisar antara 43.11 - 382.70 g. Bobot buah per tanaman IPB C183 merupakan yang tertinggi tapi tidak berbeda nyata dengan IPB C187, IPB C 192, IPB C196, dan IPB C233. Bobot buah per tanaman merupakan dasar dalam perhitungan produktivitas.

Genotipe Jumlah buah

layak pasar (buah)

Jumlah buah per tanaman (buah)

IPB C 179 109ab 134ab IPB C 180* 30ef 33e IPB C 183 90abc 125ab IPB C 186 76bc 105bc IPB C 187 121a 157a IPB C 191 59cde 71d IPB C 192 107ab 125ab IPB C 196 92abc 117bc IPB C 230* 25ef 29e IPB C 233 85abc 114bc IPB C 235 14f 27e IPB C 237 71bcd 88cd IPB C 15 38def 59de

Tabel 9. Nilai tengah bobot buah layak pasar cabai, bobot buah per tanaman cabai, dan produktivitas cabai

Genotipe Bobot buah layak pasar (g) Bobot buah per tanaman (g) Produktivitas (ton/ha) IPB C 179 217.83bcd 258.00bc 8.26bc IPB C 180 82.24gh 89.89e 2.88e IPB C 183 291.06a 382.70a 12.25a IPB C 186 162.00def 210.10cd 6.75cd IPB C 187 268.79abc 343.96a 11.01a IPB C 191 139.60efg 159.82d 5.11d IPB C 192 309.55a 338.30a 10.83a IPB C 196 281.59ab 332.79a 10.65a IPB C 230 37.38h 43.11e 1.38e IPB C 233 257.40abc 323.77ab 10.36ab IPB C 235 119.66fg 185.78cd 5.94cd IPB C 237 205.37cde 246.67c 7.89c IPB C 15 162.49def 238.23c 7.62c

Keterangan : nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%

Produktivitas IPB C183 paling tinggi dibandingkan genotipe cabai keriting lainnya yaitu 12.25 ton/ha. Menurut Kirana (2006) produktivitas cabai Indonesia masih rendah yaitu berkisar antara 4 ton/ha kemungkinan diakibatkan benih cabai OP yang biasanya memiliki potensi hasil lebih rendah dibandingkan cabai hibrida. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2012) produktivitas cabai di Indonesia rata - rata 6.19 ton/ha. Ini menandakan sebagian genotipe yang diuji memiliki produktivitas yang baik dan di atas rata - rata produktivitas nasional.

Uji Kontras Jumlah Buah Cabai dan Bobot Buah per Tanaman Cabai antara Genotipe Cabai Rawit, Cabai Besar, dan Cabai Keriting

Berdasarkan uji kontras untuk jumlah buah per tanaman pada cabai keriting dan cabai besar didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata, akan tetapi hasil rata - rata menunjukkan jumlah buah cabai keriting per tanaman memiliki kuantitas yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah buah cabai besar. Berdasarkan hasil penelitian Putri (2012) varietas cabai keriting memiliki jumlah buah yang lebih banyak dibandingkan dengan cabai semi keriting dan cabai besar. Analisis ragam kontras orthogonal jumlah buah cabai dan bobot buah per tanaman cabai disajikan pada Lampiran 20 dan 21.

Tabel 10. Hasil uji kontras jumlah buah cabai dan bobot buah per tanaman cabai antara genotipe cabai rawit, cabai besar, dan cabai keriting

Genotipe Jumlah

buah

Bobot buah per

tanaman (g) Uji Kontras F hitung

IPB C179 134 258 Jumlah buah cabai keriting vs

jumlah buah cabai besar tn

IPB C183 33 89.89 99.56 > 73.50

IPB C186 125 382.7 Jumlah buah cabai besar vs

jumlah buah cabai rawit **

IPB C187 105 210.1 73.50 > 70.50

IPB C191 157 343.96 Jumlah buah cabai keriting vs

jumlah buah cabai rawit **

IPB C192 71 159.82 99.56 > 70.50

IPB C196 125 338.3

Bobot buah per tanaman cabai besar vs bobot buah per tanaman

cabai keriting

*

IPB C233 117 332.79 242.5 > 239.85

IPB C237 29 43.11

Bobot buah per tanaman cabai rawit vs bobot buah per tanaman

cabai besar

**

IPB C180 114 323.77 254.78 > 242.45

IPB C230 27 185.78

Bobot buah per tanaman cabai rawit vs bobot buah per tanaman

cabai keriting

**

IPB C235 88 246.67 242.45 > 239.85

IPB C15 59 238.23

Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf 5%, ** = berbeda sangat nyata pada taraf 1%, tn = tidak berbeda nyata

Uji kontras untuk bobot buah per tanaman pada cabai keriting dan cabai besar didapatkan hasil bahwa bobot buah per tanaman cabai besar nyata lebih besar dibandingkan dengan cabai keriting. Hal ini menandakan cabai keriting memiliki jumlah buah per tanaman yang lebih tinggi akan tetapi memiliki bobot buah per tanaman yang lebih rendah dibandingkan cabai besar.

Karakter Kualitatif

Karakter kualitatif yang diamati adalah bentuk buah, permukaan kulit, warna buah matang, warna buah muda, bentuk kanopi, warna daun, bentuk daun, warna antera, warna helai mahkota, dan warna kelopak. Deskripsi tiap galur disajikan pada Lampiran 22.

Warna buah matang untuk hampir semua genotipe berwarna merah gelap baik cabai keriting maupun cabai besar, akan tetapi cabai rawit pada saat matang

berwarna merah cerah. Warna buah muda berwarna hijau gelap untuk semua genotipe cabai, kecuali cabai rawit yang berwarna hijau muda.

Bentuk kanopi dibedakan menjadi sparse, intermediate, dan dense. Untuk genotipe IPB C235, IPB C15, IPB C183, dan IPB C186 memiliki bentuk kanopi intermediete, sedangkan genotipe lainnya memiliki bentuk kanopi dense.

Karakter bentuk buah dibedakan menjadi memanjang, segitiga, bulat, blocky, dan campanulate. Semua genotipe cabai keriting pada penelitian ini berbentuk memanjang, untuk cabai rawit memiliki bentuk blocky, sedangkan IPB C15 berbentuk campanulate yang berbeda dengan cabai besar IPB C235 yang berbentuk memanjang (Tabel 10).

Tabel 11. Karakter bentuk buah cabai, permukaan kulit buah cabai, warna buah matang cabai, dan warna buah muda cabai

Karakter bunga yang diamati adalah warna antera, warna helai mahkota, dan warna kelopak bunga. Warna helai mahkota untuk hampir semua genotipe berwarna putih, kecuali IPB C233 yang berwarna putih dengan pinggiran ungu. Warna antera pada genotipe yang diamati dibedakan menjadi warna putih, kuning, hijau, biru, ungu, ungu muda. IPB C179, IPB C186, IPB C191, IPB C230, dan IPB C237 memiliki warna antera ungu (Tabel 12).

Genotipe Bentuk buah Permukaan kulit

Warna buah matang

Warna buah muda IPB C 179 Memanjang Keriting Merah Gelap Hijau Gelap IPB C 180 Blocky Semi Keriting Merah Cerah Hijau Muda IPB C 183 Memanjang Keriting Merah Gelap Hijau Gelap IPB C 186 Memanjang Keriting Merah Gelap Hijau Gelap IPB C 187 Memanjang Keriting Merah Gelap Hijau Gelap IPB C 191 Memanjang Keriting Merah Gelap Hijau Gelap IPB C 192 Memanjang Keriting Merah Gelap Hijau Gelap IPB C 196 Memanjang Keriting Merah Gelap Hijau Gelap IPB C 230 Blocky Semi Keriting Merah Cerah Hijau Muda IPB C 233 Memanjang Keriting Merah Gelap Hijau Gelap IPB C 235 Memanjang Halus Merah Gelap Hijau Gelap IPB C 237 Memanjang Keriting Merah Gelap Hijau Gelap IPB C 15 Campanulate Keriting Merah Gelap Hijau Gelap

Warna daun untuk cabai keriting dan cabai besar berwarna hijau gelap, sedangkan untuk cabai rawit IPB C230 dan IPB C180 daun berwarna hijau cerah. Bentuk daun cabai dibedakan menjadi delta, ovale, dan lanset. Cabai rawit IPB C230 dan IPB C180 memiliki bentuk daun delta, sedangkan cabai besar IPB C235 dan IPB C15 memiliki bentuk daun ovale seperti cabai keriting IPB C233. Cabai keriting IPB C179, IPB C183, IPB C186, IPB C187, IPB C191, IPB C192, IPB C196, dan IPB C237 memiliki bentuk daun lanset (Tabel 11).

Tabel 12. Karakter bentuk kanopi cabai, warna daun cabai, dan bentuk daun cabai

Tabel 13. Karakter warna antera cabai, warna helai mahkota cabai, dan warna kelopak cabai

Genotipe Bentuk kanopi Warna daun Bentuk daun

IPB C 179 Dense Hijau Gelap Lanset

IPB C 180 Dense Hijau Delta

IPB C 183 Intermediete Hijau Gelap Lanset

IPB C 186 Intermediete Hijau Gelap Lanset

IPB C 187 Dense Hijau Gelap Lanset

IPB C 191 Dense Hijau Gelap Lanset

IPB C 192 Dense Hijau Gelap Lanset

IPB C 196 Dense Hijau Gelap Lanset

IPB C 230 Dense Hijau Delta

IPB C 233 Dense Hijau Gelap Ovale

IPB C 235 Intermediete Hijau Gelap Ovale

IPB C 237 Dense Hijau Gelap Lanset

IPB C 15 Intermediete Hijau Gelap Ovale

Genotipe Warna antera Warna helai mahkota Warna kelopak

IPB C 179 Ungu Putih Hijau Gelap

IPB C 180 Hijau Putih Hijau Muda

IPB C 183 Hijau Putih Hijau Gelap

IPB C 186 Ungu Putih Hijau Gelap

IPB C 187 Hijau Putih Hijau Gelap

IPB C 191 Ungu Putih Hijau

IPB C 192 Hijau Putih Hijau Gelap

IPB C 196 Hijau Putih Hijau Gelap

IPB C 230 Ungu Putih Hijau Gelap

IPB C 233 Hijau Putih dengan Pinggiran Ungu Hijau Gelap

IPB C 235 Hijau Putih Hijau Gelap

IPB C 237 Ungu Putih Hijau Gelap

Karakter warna kelopak bunga IPB C180 dan IPB C15 memiliki warna kelopak hijau muda, sedangkan IPB C179, IPB C183, IPB C186, IPB C187, IPB C192, IPB C196, IPB C 230 IPB C233, IPB C235, dan IPB C237 berwarna hijau gelap, dan IPB C191 memiliki warna kelopak hijau.

Kejadian Penyakit dan Diameter Nekrosis pada Cabai

Untuk mempelajari mekanisme ketahanan cabai terhadap antraknosa digunakan dua metode inokulasi yaitu metode inokulasi tusuk dan celup. Metode inokulasi tusuk digunakan untuk mempelajari mekanisme ketahanan biokimia (Syukur et al., 2009). Kejadian penyakit yang diuji menggunakan isolat PYK04 berkisar antara 35 - 100%. IPB C15 merupakan genotipe yang paling tahan terhadap serangan penyakit dibandingkan dengan genotipe lainnya. Ketahanan genotipe ini termasuk ke dalam kriteria Moderat (Tabel 13). Hal ini agak berbeda dengan Hakim (2010), IPB C15 masuk ke kategori sangat tahan, sedangkan menurut Syukur et al. (2009) IPB C15 masuk ke kriteria tahan.

Tabel 14. Kriteria ketahanan cabai terhadap penyakit antraknosa dan diameter nekrosis pada cabai

Genotipe Kejadian penyakit (%) Kriteria ketahanan

Diameter nekrosis (mm) IPB C179 95.00 SR 12.52cd IPB C180 100.00 SR 15.15abc IPB C183 91.67 SR 15.09abc IPB C186 86.67 SR 16.07ab IPB C187 91.67 SR 13.42bc IPB C191 73.33 SR 14.72abc IPB C192 83.33 SR 14.29bc IPB C196 90.00 SR 14.10bc IPB C230 100.00 SR 14.46abc IPB C233 88.33 SR 12.91cd IPB C235 100.00 SR 17.35a IPB C237 98.33 SR 13.78bc IPB C15 35.00 M 10.21d

Keterangan : SR = sangaat rentan, R = rentan, M = moderat, T = tahan, ST = sangat tahan nilai tengah yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5%

Menurut Gniffke (2004) IPB C15 (0209-4) merupakan hasil persilangan antara cabai liar PBC 932 (C. chinense) yang memiliki ketahanan yang baik

terhadap penyakit antraknosa dengan cabai besar Susan’s Joy (9955-15) yang memiliki sifat permukaan kulit yang halus. IPB C15 adalah hasil back cross yang

Dokumen terkait