• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Letak dan Luas

Kawasan IUPHHK-HTI PT. RAPP Estate Meranti termasuk dalam ekosistem gambut di Semenanjung Kampar (Kampar Ring) dengan luas areal 43400 ha yang terdiri dari hutan produksi (12154 ha) dan hutan produksi terbatas (31246 ha). Estate Meranti dengan Estate Pulau Padang (41205 ha) dan Estate Tasik Belat (12540 ha) merupakan perluasan areal IUPHHK-HT PT RAPP yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 327/Menhut-II/2009. Berdasarkan fungsinya, kawasan Estate Meranti dibedakan menjadi tiga yaitu kawasan produksi, kawasan lindung dan kawasan tanaman kehidupan (TIIP 2010b). Kawasan lindung mencakup areal konservasi di sempadan sungai, kubah gambut dan kawasan penyangga (buffer zone) kubah gambut. Luas areal konservasi Estate Meranti yaitu 9123.05 hektar. Areal Konservasi Estate Meranti yang dijadikan lokasi pengambilan data merupakan kawasan sempadan sungai yaitu sempadan Sungai Kutup, S. Turip, S. Serkap dan S. Sangar serta kawasan penyangga kubah gambut yaitu Tanjung Bunga. Secara administratif, Estate Meranti termasuk dalam Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Batas areal NKT Semenanjung Kampar berbatasan dengan (TIIP 2010a): - sebelah utara : Selat Panjang, Pulau Panjang, P. Jadi, P. Tebing Tinggi, P.

Rangsang, P. Topang dan P. Menggung.

- sebelah timur : Selat Panjang, Pulau Tiga, P. Serapung, P. Lebuh dan P. Mendol.

- sebelah selatan : Sungai Kampar, Pulau Muda, P. Ketam, P. Baru dan daratan Riau.

- sebelah barat : kawasan gambut sebelah barat Semenanjung Kampar.

Penutupan Lahan

Tutupan lahan pada Estate Meranti dibedakan menjadi empat tipe variasi vegetasi, yaitu hutan tiang dengan tajuk tinggi (Tall Pole Forest/TPF), hutan transisi tiang tinggi-rawa gambut campuran (Transition of Tall Pole Forest and

Mixed Peat Swamp Forest/TRF), hutan riparian (Riverine Forest) dan semak

belukar. MPSF dicirikan dengan jenis campuran yang didominasi dengan tajuk tinggi dan tidak rata dengan diameter pohon umumnya >30 cm serta cenderung berkembang di wilayah luar atau dekat tepi sungai dengan ketebalan gambut < 3 m. Hutan riparian pada kawasan gambut umumnya berada sejauh 1,5 km dari tepi sungai atau pinggir pantai. Komposisi jenis penyusun vegetasi ini terdiri atas individu pepohonan yang berukuran kecil (diameter <30 cm) dan dari jenis-jenis sekunder seperti Hibiscus tiliaceus, Macaranga caladifolia dan Buchanania

21

Tipe variasi lokal vegetasi yang menjadi lokasi penelitian hanya dibedakan menjadi dua yaitu hutan tiang tinggi (TPF) dan hutan transisi tiang tinggi-rawa gambut campuran (TRF). Tipe vegetasi lain yaitu hutan riparian dan semak belukar tidak dijadikan lokasi penelitian selain karena kondisi vegetasinya yang hanya terdiri dari semai dan tumbuhan bawah, kedua kawasan ini juga tergenang oleh air sehingga tidak memungkinkan dalam pengambilan data.

Topografi, Hidrologi dan Tanah

Areal hutan tanaman Teluk Meranti disusun oleh tipe ekosistem hutan rawa gambut dataran rendah. Berdasarkan peta land system dari RePPProt, tipe lahan yang menyusun areal Unit Manajemen PT. RAPP Semenanjung Kampar di Estate Meranti terdiri dari mendawai dan gambut. Kawasan bergambut yang berfungsi sebagai daerah resapan air bagi daerah di bawahnya adalah daerah sekitar bagian kubah gambut (peat dome), yang dari segi topografi merupakan daerah atas dan perlu dilindungi supaya fungsi hidrologisnya dapat dipertahankan (TIIP 2010b).

Estate Meranti terletak di DAS Kampar dan terdiri dari beberapa sub DAS, yaitu sub DAS Kutup, sub DAS Turip, sub DAS Serkap dan sub DAS Sangar. Seluruh sungai-sungai yang mengalir di Estate Meranti bermuara di Sungai Kampar. Air sungai yang mengalir baik di Estate Meranti maupun Estate Tasik Belat berasal dari kawasan kubah gambut dan danau-danau gambut yang terdapat di dalam kawasan hutan Semenanjung Kampar.

Iklim

Menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson, iklim di Sektor Pelalawan termasuk tipe A dengan rata-rata curah hujan 2323 mm/tahun. Kisaran curah hujan di TME yaitu antara 2200-2800mm/tahun. Curah hujan paling tinggi rata-rata terjadi pada bulan April dan curah hujan paling rendah rata-rata-rata-rata pada bulan Juli dengan banyaknya hari hujan 150 hari/tahun (TIIP 2010b, Yuniawati 2011).

Tumbuhan dan Satwaliar

Jenis tanaman yang dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman PT. RAPP adalah crassicarpa (Acacia crassicarpa) untuk lahan basah dan mangium (Acacia mangium) untuk lahan kering. Jenis tersebut dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 0-500 m dpl. Kedua jenis tersebut toleran terhadap berbagai tempat tumbuh, termasuk tanah yang miskin hara dan tidak dalam. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan biji maupun terubusan. Musim berbunga antara Maret-April dan buah masak pada bulan September-Oktober (Yuniawati 2011).

Areal hutan tanaman Estate Meranti merupakan bagian dari kawasan Semenanjung Kampar yang diketahui sebagai ekosistem hutan rawa gambut yang masih tersisa di Provinsi Riau. Areal tersebut menjadi habitat baik tetap maupun temporer bagi berbagai jenis satwa liar yang langka dan dilindungi serta memiliki kekayaan dan keanekaragaman tumbuhan yang tinggi. Keberadaan tumbuhan dan satwa liar tersebut menjadi salah satu parameter dalam penilaian dan penetapan kawasan hutan menjadi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi.

Berdasarkan hasil survey lapang NKT yang dilakukan oleh Tropenbos Indonesia pada tahun 2010, pada areal Semenanjung Kampar ditemukan 243 jenis dari 53 famili tumbuhan dimana 15 jenis tumbuhan diantaranya termasuk kategori

22

langka/dilindungi. Jenis-jenis tersebut yaitu sikikau (Anisoptera costata), selumbar terong (Combretocarpus rotundatus), pinang merah (Cyrtostachys

lakka), meranti batu (Dipterocarpus coriaseus), tenggek burung (Evodia lanuankenda), ramin (Gonystylus bancanus), kantong semar (Nepenthes sp.), kelat

asam (Sandoricum koetjape), meranti bunga (Shorea teysmanniana), meranti batu (Shorea uliginosa), dan resak (Vatica rasak).

Jenis satwa liar yang ditemukan di Semenanjung Kampar yaitu 45 jenis mamalia yang termasuk ke dalam 18 famili, 217 jenis burung yang termasuk ke dalam 56 famili, 42 jenis reptil yang termasuk ke dalam 14 famili dan 15 jenis amfibi yang termasuk ke dalam 3 famili. Jumlah jenis satwa liar yang dilindungi yang terdapat di Semenanjung Kampar yaitu terdiri dari 33 jenis mamalia, 52 jenis burung dan 2 reptil. Jenis-jenis tersebut antara lain ungko (Hylobates agilis), harimau (Panthera tigris sumatrae), beruang madu (Helarctos malayanus), bangau storm (Ciconia stormi), beberapa jenis elang, punai besar (Treron

capellei), sempidan merah (Lophura erythrophthalma), mentok rimba (Cairina scutulata), buaya muara (Crocodilus porosus) dan ular piton (Python reticulatus).

Sebaran Populasi Beruang Madu

Keberadaan beruang madu di Estate Meranti diketahui melalui perjumpaan secara tidak langsung. Jenis perjumpaan secara tidak langsung yaitu melalui keberadaan cakaran dan koyakan pada batang pohon serta tapak kaki beruang di atas permukaan tanah. Jejak beruang madu hanya ditemukan pada 11 jalur dari 17 transek jalur yang dilakukan, yaitu pada kawasan sempadan S. Kutup, S. Sangar, S. Serkap. S. Turip dan Tg. Rimba. Jejak beruang madu tidak ditemukan pada kawasan penyangga kubah gambut yaitu di jalur transek Tg. Bunga. Berdasarkan tipe jejak yang ditemukan, jejak tersebut dibedakan menjadi jejak cakaran sebanyak 13, koyakan sebanyak 7 dan tapak kaki 1 perjumpaan sebagaimana disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Jejak beruang madu yang ditemukan berdasarkan tipe jejak

Tipe jejak TPF TRF

Cakaran 9 4

Koyakan 6 1

Tapak kaki 1 0

Total 16 5

Keterangan: TPF = Tall Pole Forest; TRF = Transition Forest

Jejak yang paling banyak dijumpai berupa cakaran. Cakaran umumnya dijumpai pada pohon dengan diameter besar dan digunakan beruang madu untuk memanjat pohon. Cakaran beruang madu memiliki bentuk yang khas, dimana kulit pohon sedikit tercungkil dan jejak berupa jalur memanjat dari bagian bawah dekat akar sampai ke atas pohon. Koyakan yang ditemukan di pohon umumnya setinggi beruang madu dewasa. Beruang madu tersebut diduga berdiri di atas permukaan tanah atau di dekat perakaran pohon kemudian mengoyak batang pohon atau lubang yang terdapat di pohon untuk mencari pakan. Jejak tapak kaki

23

sulit dijumpai karena permukaan tanah yang tertutup oleh banyak serasah sehingga tapak kaki beruang yang berpindah atau beraktivitas di atas tanah sulit terdeteksi. Sebanyak 20 jejak beruang madu ditemukan pada vegetasi tingkat pertumbuhan pohon dan hanya satu jejak yang ditemukan di atas permukaan tanah. Bentuk dari jejak yang ditemukan disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Jejak beruang madu; a. cakaran di batang pohon; b. koyakan di batang pohon; c. tapak kaki di permukaan tanah

Jenis-jenis vegetasi yang terdapat jejak beruang madu yaitu parak (Aglaia

rubiginosa), kedondong (Dacryodes rostrata), ara (Ficus stricta), bengku

(Madhuca motleyana), sonde (Payena leerii), piandang (Quassia borneensis), meranti bunga (Shorea teysmanniana) dan kelat merah (Acmena acuminatissima) seperti yang disajikan pada Tabel 4. Jejak beruang madu paling banyak ditemukan pada pohon A. rubiginosa dan S. teysmanniana. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hussin (1994) yang dikutip dalam Wong (2002) yang menyatakan bahwa jejak beruang madu di hutan sekunder paling banyak dijumpai pada vegetasi dengan genus Shorea (Dipterocarpaceae) dan Aglaia (Meliaceae). Kedua jenis vegetasi tersebut memiliki ciri umum pohon yang tinggi

a b

24

dengan batang yang besar dan tajuk yang lebat. Beruang madu memanfaatkan pohon A. rubiginosa sebagai sumber pakan, tempat berpindah dan berlindung, sedangkan S. teysmanniana hanya sebagai tempat berpindah dan berlindung. Pada salah satu pohon S. teysmanniana yang terdapat jejak beruang, terdapat lubang besar di bagian atas pohon yang diduga dimanfaatkan beruang sebagai tempat untuk tidur atau beristirahat (bedding site).

Tabel 4 Jenis-jenis vegetasi yang terdapat jejak beruang madu

Keterangan: TPF = Tall Pole Forest; TRF = Transition Forest

Berdasarkan tipe variasi lokal vegetasi penyusunnya, keberadaan jejak beruang madu dapat ditemukan pada kedua tipe sebaran vegetasi yang diamati (Gambar 8). Jejak beruang madu yang dijumpai di TPF sebanyak 16 jejak dan di TRF sebanyak 5 jejak.

Komponen Biotik dan Abiotik Habitat

Faktor-faktor biotik dan abiotik mempengaruhi pilihan habitat pada satwa liar meskipun bersifat acak dan tidak langsung terkait dengan perubahan komunitas. Komponen biotik merupakan komponen hidup (hayati) penyusun habitat yang dapat menunjang kehidupan satwa liar. Komponen biotik meliputi lokasi potensial pada musim kawin, pakan, predator dan parasit. Komponen biotik bersifat lebih realistik, bervariasi dan mampu menciptakan stabilitas populasi (Dugatkin 2004, Wirakusumah 2003). Dalam menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan beruang madu, perlu dikaji terlebih dahulu komponen-komponen utama dari habitat tersebut yang akan diamati.

Komponen biotik yang diamati dalam penelitian ini berupa kondisi vegetasi meliputi jumlah individu dan jenis pohon, jumlah individu dan jenis pohon pakan, kerapatan vegetasi, bentuk, penutupan dan posisi tajuk pohon. Vegetasi menjadi komponen biotik yang diutamakan untuk diteliti karena vegetasi terutama pada tingkat pertumbuhan pohon digunakan secara aktif oleh beruang madu untuk

No. Nama Latin Nama Lokal Famili Jumlah Jejak

TPF TRF

1 Aglaia rubiginosa Parak Meliaceae 7 2

2 Dacryodes rostrata Kedondong Burseraceae 1 0

3 Ficus stricta Ara Moraceae 0 1

4 Madhuca motleyana Bengku Sapotaceae 1 0

5 Payena leerii Sonde Sapotaceae 1 1

6 Quassia borneensis Piandang Simarubaceae 1 0

7 Shorea teysmanniana Meranti bunga Dipterocarpaceae 2 1

8 Acmena

acuminatissima Kelat merah Myrtaceae 2 0

26

menunjang kehidupannya. Komponen abiotik merupakan komponen yang bersifat non hayati yang dapat diukur dan diketahui pengaruhnya pada makhluk hidup. Komponen abiotik bersifat saling berkaitan dan dapat mempengaruhi komponen biotik suatu habitat. Komponen abiotik yang diukur pada penelitian ini yaitu kedalaman gambut, jarak jejak dari jalan, sungai dan kawasan produksi.

Jumlah jenis dan individu pohon

Inventarisasi vegetasi yang telah dilakukan menghasilkan informasi berupa komposisi dan struktur vegetasi di TPF dan TRF. Jumlah jenis total yang ditemukan sebanyak 74 jenis dari 30 famili. Tipe vegetasi TPF memiliki jumlah jenis vegetasi pada setiap tingkat pertumbuhan yang lebih banyak dibandingkan di tipe vegetasi TRF (Gambar 9). Jumlah jenis tertinggi terdapat pada tingkat pertumbuhan pohon.

Gambar 9 Jumlah jenis vegetasi di Estate Meranti

Jumlah vegetasi total yang ditemukan di TPF sebanyak 3708 individu yang terdiri dari 1044 individu semai, 1192 individu pancang, 534 individu tiang dan 938 individu pohon. Jumlah famili tumbuhan yang terdapat di TPF sejumlah 30 famili. Famili dengan jumlah jenis terbanyak terdapat pada famili Myrtaceae yaitu sebanyak 10 jenis. Jenis tumbuhan dari famili ini menghasilkan buah, biji atau bunga yang dapat menjadi sumber pakan bagi beruang madu. Tabel 5 menunjukkan jenis-jenis tumbuhan yang paling mendominasi pada tipe vegetasi TPF. Jenis yang paling mendominasi pada tingkat pertumbuhan semai, pancang dan tiang adalah Syzygium inophyllum sedangkan untuk tingkat pohon adalah

Madhuca motleyana. Kedua jenis ini merupakan vegetasi pakan beruang madu.

Nilai INP tertinggi pada tipe vegetasi TPF terdapat pada tingkat pertumbuhan pohon (33.05%). 0 10 20 30 40 50 60

Semai Pancang Tiang Pohon

43 53 50 59 28 34 36 44 TPF TRF

27

Tabel 5 Indeks nilai penting di setiap tingkat pertumbuhan vegetasi di TPF

No Nama Ilmiah Nama Lokal KR (%) FR (%) DR

(%)

INP (%) SEMAI

1 Syzygium inophyllum Kelat putih 13.12 10.13 23.25 2 Acmena acuminatissima Kelat merah 13.03 9.70 22.73 3 Stemonurus secundiflorus Pasir-pasir 10.25 10.34 20.59

PANCANG

1 Syzygium inophyllum Kelat putih 11.74 9.97 21.71

2 Ilex cymosa Mesio 10.32 8.41 18.73

3 Stemonurus secundiflorus Pasir-pasir 7.89 9.19 17.08

TIANG

1 Syzygium inophyllum Kelat putih 10.49 9.76 10.79 31.03 2 Stemonurus secundiflorus Pasir-pasir 10.49 9.76 9.96 30.21 3 Madhuca motleyana Bengku 10.49 9.09 9.94 29.52

POHON

1 Madhuca motleyana Bengku 12.69 9.45 10.92 33.05 2 Syzygium inophyllum Kelat putih 10.55 10.14 8.32 29.01 3 Shorea teysmanniana Meranti bunga 7.36 6.58 10.14 24.07

Jumlah individu total yang ditemukan pada tipe vegetasi TRF sebanyak 843 individu yang terdiri dari 221 individu semai, 344 individu pancang, 88 individu tiang dan 190 individu pohon. Seperti halnya pada TPF, komposisi vegetasi di TRF juga fluktuatif. Jumlah famili dari vegetasi yang ditemukan di TRF sebanyak 26 famili dengan frekuensi perjumpaan tertinggi terdapat pada famili Clusiaceae dan Dipterocarpaceae masing-masing sebanyak 5 jenis. Vegetasi dari famili Clusiacea termasuk vegetasi pakan, sedangkan famili Dipterocarpaceae termasuk vegetasi cover bagi beruang madu. Jenis tumbuhan yang paling dominan pada tipe vegetasi TRF untuk tingkat pertumbuhan semai, pancang, tiang dan pohon berturut-turut adalah A. acuminatissima, S. inophyllum, Mangifera griffithii dan

Blumeodendron tokbrai (Tabel 6). Nilai INP tertinggi pada tipe vegetasi TRF

terdapat pada tingkat tiang yaitu sebesar 32,86%.

Tabel 6 Indeks nilai penting di setiap tingkat pertumbuhan vegetasi di TRF

No Nama Ilmiah Nama Lokal KR (%) FR (%) DR

(%)

INP (%) SEMAI

1 Acmena acuminatissima Kelat merah 19.91 12.87 32.78

2 Ilex cymosa Mesio 15.38 11.88 25.29

3 Syzygium inophyllum Kelat putih 13.57 9.90 25.46

PANCANG

1 Syzygium inophyllum Kelat putih 11.92 13.01 24.93 2 Dacryodes rostrata Kedondong 18.60 4.88 23.48 3 Acmena acuminatissima Kelat merah 9.59 9.76 19.35

28

Tabel 6 Lanjutan

No Nama Ilmiah Nama Lokal KR (%) FR

(%)

DR

(%) INP (%) TIANG

1 Mangifera griffithii Salakeo 10.23 10.84 11.79 32.86 2 Shorea teysmanniana Meranti bunga 6.82 7.23 9.87 23.92 3 Syzygium inophyllum Kelat putih 9.09 6.02 7.51 22.63

POHON

1 Blumeodendron tokbrai

Tempurung

bintang 7.89 5.13 5.83 18.86 2 Acmena acuminatissima Kelat merah 7.37 5.77 5.66 18.80 3 Shorea teysmanniana Meranti bunga 6.32 6.41 5.52 18.24

Hasil penelitian dari TIIP (2010a) di Semenanjung Kampar menunjukkan jenis tumbuhan yang paling dominan pada tipe variasi lokal vegetasi TPF untuk tingkat semai, pancang, tiang dan pohon berturut-turut adalah A. acuminatissima, mesio (Ilex cymosa) dan terentang (Campnopserma coriaceum). Sedangkan pada tipe vegetasi TRF, jenis tumbuhan yang paling dominan untuk tingkat semai, pancang, tiang dan pohon berturut-turut adalah linau (Licuala spionosa), mesira (Ilex hypoglauca), medang lundu (Alseodaphne coriacea), kelat (Syzigium

acutifolium). Nilai INP tertinggi terdapat pada tingkat pertumbuhan pohon.

Kerapatan vegetasi

Kerapatan vegetasi menunjukkan jumlah individu suatu jenis yang terdapat pada area seluas 1 hektar. Semakin rapat penutupan vegetasi, semakin banyak air hujan yang diuapkan dan diresapkan ke dalam tanah serta semakin berkurang aliran permukaan (Suparman et al. 1985). Kerapatan jenis tertinggi di tipe habitat TPF pada tingkat pertumbuhan semai dan pancang adalah jenis S. inophyllum masing-masing sebanyak 1882 ind/ha dan 308 ind/ha, kerapatan tertinggi pada tingkat tiang terdapat pada jenis S. inophyllum, Stemonurus secundiflorus dan

Madhuca motleyana sebanyak 31 ind/ha, dan pada tingkat pohon terdapat pada

jenis M. motleyana sebanyak 16 ind/ha. Kerapatan jenis tertinggi di tipe habitat TRF pada tingkat pertumbuhan semai terdapat pada jenis A. acuminatissima sebanyak 2821 ind/ha, tingkat pancang terdapat pada jenis Dacryodes rostrata sebanyak 656 ind/ha, tingkat tiang terdapat pada jenis Mangifera griffithii sebanyak 23 ind/ha dan tingkat pohon terdapat pada jenis Blumeodendron tokbrai sebanyak 10 ind/ha. Kerapatan vegetasi total yang diperoleh pada tipe habitat TPF dan TRF tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian TIIP (2010a), kecuali pada tingkat pertumbuhan semai seperti disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Kerapatan total vegetasi di TPF dan TRF Tingkat

Pertumbuhan

Hasil Pengamatan TIIP (2010a)

TPF TRF TPF TRF

Semai 14341 14167 18438 12650

29

Tabel 7 Lanjutan Tingkat Pertumbuhan

Hasil Pengamatan TIIP (2010a)

TPF TRF TPF TRF

Tiang 293 226 355 216

Pohon 129 122 177 113

Keterangan: TPF = Tall Pole Forest; TRF = Transition Forest

Jenis-jenis dengan kerapatan tertinggi yang mendominasi habitat di TPF dan TRF hampir seluruhnya merupakan jenis yang dimanfaatkan oleh beruang madu sebagai vegetasi untuk berpindah, vegetasi pakan dan vegetasi untuk berlindung. Dari kesembilan jenis dominan tersebut, jenis yang digunakan oleh beruang madu untuk berpindah yaitu I. cymosa, sebagai sumber pakan yaitu S. inophyllum, A.

acuminatissima, I. cymosa, M. motleyana dan D. rostrata, serta sebagai tempat

berlindung yaitu S. teysmanniana. Vegetasi jenis S. secundiflorus dan B. tokbrai termasuk jenis yang mendominasi tetapi bukan merupakan vegetasi sumber pakan dan tidak ditemukan jejak beruang pada kedua jenis pohon tersebut.

Keanekaragaman jenis vegetasi

Keanekaragaman vegetasi merupakan indikator yang paling baik pada keseluruhan kekayaan biotik dari suatu area (Supriatna 2008). Menurut Magurran (1988), perhitungan nilai keanekaragaman merupakan indikator dari kesejahteraan suatu sistem ekologi. Keanekaragaman vegetasi di TPF dan TRF diketahui dengan cara menghitung nilai indeks kekayaan, kelimpahan dan kemerataan jenis pada setiap tingkat pertumbuhan vegetasi. Indeks kekayaan jenis menunjukkan banyaknya jenis yang ditemukan dalam suatu komunitas. Indeks kemerataan jenis menunjukkan jumlah individu dari masing-masing jenis yang relatif sama. Indeks kelimpahan jenis menunjukkan proporsi suatu jenis dengan menggabungkan kekayaan dengan kemerataan jenis. Nilai keanekaragaman vegetasi di TPF dan TRF disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Indeks keanekaragaman jenis vegetasi di TPF dan TRF

Indeks TPF TRF

Semai Pancang Tiang Pohon Semai Pancang Tiang Pohon Dmg 6.186 7.482 7.961 8.621 5.187 5.821 8.040 8.386

H’ 3.024 3.265 3.317 3.466 2.706 2.765 3.298 3.490

J’ 0.804 0.822 0.848 0.850 0.812 0.784 0.920 0.922

Keterangan: Dmg = Indeks Kekayaan Jenis Margalef; H’ = Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener; J’ = Indeks Kemerataan Jenis Pielou

Kekayaan, kelimpahan dan kemerataan jenis tertinggi pada kedua tipe habitat terdapat pada tingkat pertumbuhan pohon. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan pohon memiliki keanekaragaman jenis tertinggi di TPF dan TRF. Vegetasi pada tingkat pertumbuhan pohon memiliki jumlah jenis yang lebih banyak pada tipe vegetasi TPF, sedangkan pohon lebih beraneka ragam dan menyebar secara merata di tipe vegetasi TRF. Vegetasi pada tingkat

30

pertumbuhan tiang memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi pada tipe vegetasi TPF, sesuai dengan definisi komunitas tersebut yaitu hutan tiang tinggi. Tingginya nilai indeks keanekaragaman jenis pada setiap tipe vegetasi menunjukkan bahwa setiap tipe habitat dengan karakteristiknya masing-masing memiliki berbagai jenis vegetasi yang dapat dimanfaatkan dan mendukung kehidupan beruang madu.

Kesamaan komposisi dari setiap tingkat pertumbuhan vegetasi antara tipe vegetasi TPF dan TRF dapat diketahui dengan menghitung nilai Index of

Similarity (IS) terhadap kedua tipe vegetasi tersebut. Perhitungan nilai IS

disajikan pada Tabel 9 berikut.

Tabel 9 Indeks kesamaan komunitas antara TPF dan TRF

Tingkat pertumbuhan vegetasi IS (%)

Semai 73.24

Pancang 66.67

Tiang 74.42

Pohon 75.73

Berdasarkan hasil perhitungan dapat terlihat tingginya nilai indeks kesamaan komunitas pada kedua tipe vegetasi di setiap tingkat pertumbuhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesamaan komposisi jenis yang besar pada TPF dan TRF. Kedua tipe habitat tersebut dibedakan berdasarkan lokasi geografis, kedalaman gambut, tingkat genangan air, ukuran pohon dan penutupan tajuknya, bukan berdasarkan komposisi vegetasi penyusunnya. Nilai IS tertinggi terdapat pada tingkat pertumbuhan pohon yaitu sebesar 75.73%.

Jumlah jenis dan individu pohon pakan

Beruang madu merupakan satwa omnivora oportunis yang memakan baik tumbuhan maupun hewan. Tumbuhan pakan yang ditemukan di Areal Konservasi Estate Meranti sebanyak 34 jenis yang termasuk dalam 18 genus dan 17 famili. Jumlah jenis dan individu pohon pakan yang ditemukan di TPF yaitu 31 jenis dan 606 individu sedangkan di TRF sebanyak 21 jenis dan 91 individu. Jenis tumbuhan pakan yang paling mendominasi di TPF yaitu kelat putih (Syzygium

inophyllum), kelat merah (Acmena acuminatissima), mesio (Ilex cymosa) dan

bengku (Madhuca motleyana). Jenis tumbuhan pakan yang paling mendominasi di TRF yaitu A. acuminatissima, I. cymosa, S. inophillum, kedondong hutan (Dacryodes rostrata), salakeo (Mangifera griffithii) dan tempurung bintang (Blumeodendron tokbrai). Genus dan famili yang paling banyak dijumpai yaitu genus Syzygium dan famili Myrtaceae. Beberapa bagian dari tumbuhan yang dikonsumsi oleh beruang madu yaitu buah, bunga dan biji sedangkan bahan anorganik yang dikonsumsi beruang madu yaitu damar (Fredriksson et al. 2006).

Beberapa jenis tumbuhan pakan yang ditemui termasuk dalam jenis tumbuhan yang memiliki dominasi dan kerapatan tertinggi di Estate Meranti. Jenis A. acuminatissima dan S. inophyllum bahkan selalu dijumpai di setiap jalur transek. Keberadaan dan dominasi dari beberapa jenis tumbuhan pakan tersebut mengindikasikan ketersediaan vegetasi sumber pakan bagi beruang madu di masa yang akan datang.

31

Observasi lapang yang dilakukan di Estate Meranti juga menemukan beberapa sumber pakan beruang madu selain tumbuhan, yaitu hewan dari jenis kelulut (Trigona spp), capung, rayap, semut dan kecoa hutan serta sarang kelulut, rayap dan semut. Kelulut merupakan sejenis lebah yang tidak menyengat.

Bentuk tajuk pohon

Kategori yang terdapat pada bentuk tajuk pohon mencoba untuk menangkap potensi fotosintesis pada pohon. Bentuk tajuk merupakan karakteristik arsitektural dan cenderung menggambarkan perkembangan sejarah pada suatu pohon (Dawkins 1958). Bentuk tajuk dikategorikan mulai dari bentuk tajuk yang sangat buruk, buruk, cukup baik, baik dan sempurna. Berdasarkan frekuensi perjumpaan jejak beruang madu pada pohon di lokasi transek, jejak terbanyak berupa koyakan dan cakaran ditemukan pada pohon dengan bentuk tajuk tipe 4 atau bentuk tajuk yang bagus menurut klasifikasi Dawkins (Gambar 10).

Bentuk tajuk tipe 4 merupakan tajuk dengan kondisi baik berupa lingkaran yang tidak beraturan (irregular circle). Jejak beruang berupa cakaran juga banyak

Dokumen terkait