• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa rata-rata laju pengisian biji yang memiliki nilai rata-rata lebih tinggi pada tanaman kedelai dalam kondisi optimal sebesar 0,34 g/hari dibandingkan dalam kondisi salin sebesar 0,17 g/hari. Sedangkan kadar klorofil a sebesar 0,47 mg/L, klorofil b sebesar 0,85 mg/L dan klorofil total sebesar 1,31 mg/L pada tanaman kedelai yang berada pada salinitas memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada nilai klorofil a sebesar 0,46 mg/L, klorofil b sebesar 0,83 mg/L dan klorofil total sebesar 1,29 mg/L yang ada pada tanaman kedelai dalam kondisi optimal, hasil pengamatan analisis klorofil (lampiran 22).

Tabel 1. Pengamatan karakter fisiologis kedelai F4

variabel rataan

optimal salin

Klorofil a (mg/L) 0,46 0,47

Klorofil b (mg/L) 0,83 0,85

Klorofil total (mg/L) 1,29 1,31

Kadar Air Relatif Daun (g) 0,77 0,80

Laju Pengisian Biji (g/hari) 0,34 0,17

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai rata-rata pengamatan karakter kerapatan stomata progeni kedelai F4 pada kondisi optimal sebesar 0,15 n/mm2, nilai ini tidak berbeda jauh dibandingkan dengan nilai rata-rata pengamatan karakter stomata progeni kedelai F4 pada kondisi salin sebesar 0,14 n/mm2, hasil pengamatan visual karakter kerapatan stomata (lampiran 21).

Tabel 2. Pengamatan karakter anatomi kedelai F4

variabel rataan

optimal salin

Berdasarkan tabel 3 pengaruh langsung positif bobot biji terhadap klorofil total (X3) sebesar 1,99 mg/L, laju pengisian biji (X6) sebesar 1,02 mg/L, kerapatan stomata (X4) sebesar 0,09 n/mm2 dan kadar air relatif daun (X5) sebesar 0,01 g. Pengaruh langsung bobot biji terhadap klorofil total (X3) dipengaruhi oleh pengaruh tidak langsung positif melalui klorofil a (X1) sebesar 1,94 mg/L, klorofil b (X2) sebesar 1,98 mg/L dan pengaruh tidak langsung negatif melalui laju pengisian biji (X6) sebesar -0,90 g/hari. Pengaruh langsung bobot biji terhadap laju pengisian biji (X6) dipengaruhi oleh pengaruh tidak langsung negatif melalui klorofil a (X1) sebesar -0,55 mg/L, klorofil b (X2) sebesar -0,42 mg/L, klorofil total (X3) sebesar -0,46 mg/L, dan kadar air relatif (X5) sebesar -0,60 g dan pengaruh tidak langsung positif melalui kerapatan stomata (X4) sebesar 0,02 n/mm2.

Tabel 3. Analisis lintas dalam kondisi optimal kedelai F4 Variabel

bebas

Pengaruh langsung

(Y)

Pengaruh tidak langsung

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X1 -0,47 - -0,45 -0,46 0,02 -0,17 0,25 X2 -1,49 -1,41 - -1,48 0,12 -0,49 0,62 X3 1,99 1,94 1,98 - -0,15 0,68 -0,90 X4 0,09 0,00 -0,01 -0,01 - 0,00 0,00 X5 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 - -0,01 X6 1,02 -0,55 -0,42 -0,46 0,02 -0,60 -

*ket. X1: Klorofil a (mg/L)., X2: Klorofil b (mg/L)., X3: Klorofil total (mg/L)., X4: Kerapatan stomata (n/mm2)., X5: Kadar air relatif daun (g)., X6: Laju pengisian biji (g/hari)., Y: Bobot biji/tanaman (g).

Berdasarkan tabel 4 pengaruh langsung positif bobot biji terhadap laju pengisian biji (X6) sebesar 0,94 g/hari, klorofil total (X3) sebesar 0,34 mg/L dan kadar air relatif daun (X5) sebesar 0,02 g. Pengaruh langsung bobot biji terhadap laju pengisian biji (X6) dipengaruhi oleh pengaruh tidak langsung positif melalui klorofil a (X1) sebesar 0,82 mg/L, klorofil b (X2) sebesar 0,73 mg/L, klorofil total

(X3) sebesar 0,85 mg/L, kerapatan stomata (X4) sebesar 0,53 n/mm2, dan kadar air relatif daun (X5) sebesar 0,50 g. Pengaruh langsung bobot biji terhadap klorofil total (X3) dipengaruhi oleh pengaruh tidak langsung positif melalui klorofil a (X1) sebesar 0,33 mg/L, klorofil b (X2) sebesar 0,31 mg/L dan laju pengisian biji (X6) sebesar 0,31 g/hari.

Tabel 4. Analisis lintas dalam kondisi salin kedelai F4 Variabel

bebas

Pengaruh langsung

(Y)

Pengaruh tidak langsung

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X1 -0,17 - -0,14 -0,17 -0,13 -0,08 -0,15 X2 -0,15 -0,12 - -0,13 -0,11 -0,09 -0,11 X3 0,34 0,33 0,31 - 0,27 0,18 0,31 X4 0,00 0,00 0,00 0,00 - 0,00 0,00 X5 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 - 0,01 X6 0,94 0,82 0,73 0,85 0,53 0,50 - *ket. X1: Klorofil a (mg/L)., X2: Klorofil b (mg/L)., X3: Klorofil total (mg/L)., X4:

Kerapatan stomata (n/mm2)., X5: Kadar air relatif daun (g)., X6: Laju pengisian biji (g/hari)., Y: Bobot biji/tanaman (g)

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa hasil seleksi kedelai progeni F4 berdasarkan karakter klorofil a (X1) dengan nilai batas seleksi sebasar 0,53 tidak ada nomor tanaman yang terseleksi yang memenuhi nilai tersebut dan klorofil total (X3) dengan nilai batas seleksi sebesar 1,48 tidak ada nomor tanaman terseleksi yang memenuhi nilai tersebut, sedangkan karakter yang memenuhi nilai batas seleksi yaitu karakter klorofil b (X2) pada nomor tanaman P2.16.7 sebesar 0,94 mg/L, kadar air relatif (X5) pada nomor tanaman P1.61.16 sebesar 0,89 g dan laju pengisian biji (X6) pada nomor tanaman P2.16.7 sebesar 0,27 g/hari.

Tabel 5. Hasil seleksi kedelai F4 berdasarkan karakter fisiologis No tanaman X1 X2 X3 X5 X6 P1.61.16 0,46 0,80 1,26 0,89 0,13 P1.61.18 0,52 0,93 1,45 0,79 0,20 P2.16.3 0,51 0,92 1,43 0,75 0,21 P2.16.7 0,49 0,94 1,43 0,78 0,27 P3.19.1 0,47 0,80 1,26 0,86 0,15 P3.19.2 0,39 0,82 1,10 0,84 0,01 P3.28.1 0,50 0,90 1,40 0,81 0,21 P3.54.6 0,48 0,86 1,34 0,85 0,16 P3.69.2 0,47 0,83 1,30 0,88 0,16 Batas seleksi (10%) 0,53 0,94 1,48 0,89 0,26

Hasil seleksi progeni kedelai F4 - + - + +

*ket. X1: Klorofil a (mg/L)., X2: Klorofil b (mg/L)., X3: Klorofil total (mg/L)., X5: Kadar air relatif daun (g)., X6: Laju pengisian biji (g/hari), (-): tidak ada terseleksi, (+): ada terseleksi.

Pembahasan

Salinitas tanah berpengaruh pada kadar klorofil daun. Banyak penelitian yang melaporkan kadar klorofil tanaman menurun dengan meningkatnya salinitas tanah. Penurunan klorofil pada tanaman tembakau dilaporkan oleh Gonzales et al. (2012) dan salinitas menurunkan kadar klorofil tanaman kedelai

(Golezani and Noori, 2011), begitupun pada tanaman padi (Chandramohanan et al. 2014). Hasil penelitian ini menunjukkan klorofil total

kedelai turunan F+4 dalam kondisi salin lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai kondisi optimal (tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kedelai F+4

mengalami adaptasi yang baik terhadap cekaman salin, ini sejalan dengan Sevengor et al. (2011) yang melaporkan tanaman labu genotip toleran lebih

melindungi klorofil totalnya, hal ini menunjukkan bahwa genotip tersebut tahan terhadap kondisi salin. Begitupun juga Yamika et al. (2014) melaporkan tanaman yang toleran terhadap salinitas menunjukkan kandungan klorofil yang tetap tinggi walaupun kadar salinitasnya meningkat.

Namun hasil dari kandungan klorofil yang baik tidak sejalan dengan hasil biji yang diperoleh (lampiran 19). Hal ini diduga karena adanya cekaman salinitas sehingga hasil fotosintesis juga digunakan untuk pertahanan tanaman agar dapat bertahan hidup. Sesuai dengan Kurniasih et al. (2008) bahwa mekanisme ketahanan suatu varietas pada kondisi cekaman berbeda-beda. Tanaman juga membuat perubahan pada level sel dan jaringan untuk menurunkan efek dari

faktor stres (Akca and Samsunlu, 2012). Hal ini sejalan dengan Wijayanti et al. (2014) yaitu cekaman salinitas mempengaruhi hasil, umur

berbunga dan umur panen pada kacang tanah.

Hasil penelitian (tabel 3) pengaruh langsung bobot biji terhadap klorofil total dipengaruhi oleh pengaruh tidak langsung negatif melalui laju pengisian biji dan pengaruh langsung bobot biji terhadap laju pengisian biji dipengaruhi oleh pengaruh tidak langsung negatif melalui klorofil a, klorofil b, klorofil total dan kadar air relatif daun. Hal ini didukung oleh literatur Salisbury dan Ross (1995) yang menjelaskan pembentukan pati atau karbohidrat melalui proses fotosintesis dengan penambatan CO2 dan H2O dimana ion dari H2O NADP+ menjadi NADPH dan ATP yang akan digunakan untuk mereduksi CO2 dan selanjutnya menghasilkan pati atau karbohidrat yang akan ditranslokasikan keorgan pengguna tanaman. Tetapi pada saat proses pembentukan butir pati dikloroplas ketika translokasi lambat dan fotosintesis cepat, butir pati tersebut menekan tilakoid sehingga sangat rapat dikloroplas, dan secara fisik mencegah cahaya mencapai tilakoid dan menyebabkan fotosintesis. Kemungkinan faktor lain ialah penghambatan balik fotosintesis oleh gula atau mungkin produk fotosintesis lainnya ketika translokasi lambat.

Hasil penelitian (tabel 4) pengaruh langsung bobot biji terhadap laju pengisian biji dipengaruhi oleh pengaruh tidak langsung positif melalui klorofil a, klorofil b, klorofil total, kerapatan stomata dan kadar air relatif daun. Hasil ini berhubungan dengan proses fotosintesis dan pembentukan karbohidrat atau pati. Hal ini didukung oleh literatur Salisbury dan Ross (1995) yang menjelaskan bahwa salah satu pengendalian dalam fotosintesis ialah laju produk fotosintesis seperti sukrosa, untuk ditranslokasikan dari daun keberbagai organ pengguna. Spesies yang mempunya laju fotosintesis tinggi juga mempunyai laju translokasi tinggi, sejalan dengan pemikiran bahwa pengangkutan efektif produk fotosintesis akan mempertahankan CO2 yang cepat.

Hasil penelitian (tabel 3 dan tabel 4) menunjukkan pengaruh langsung positif bobot biji terhadap klorofil total, laju pengisian biji, kerapatan stomata dan kadar air relatif daun menunjukkan adanya hubungan yang erat antar karakter pengaruh langsung tersebut. Hal ini dapat diterangkan bahwa dalam proses fotosintesis, klorofil berperan dalam pembentukan karbohidrat/ pati yang membutuhkan gas-gas anorganik masuk melalui stomata dan pembukaan stomata dipengaruhi oleh tekanan turgor akibat masuknya air kedaun. Hal ini didukung oleh literatur Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa potensial air didaun sangat berpengaruh pada pembukaan dan penutupan stomata. Stomata membuka karena sel penjaga menyerap air, bila potensial air menurun stomata menutup. Dalam proses fotosintesis masuknya gas-gas anorganik seperti CO2 dan H2O akan dirubah menjadi pati atau karbohidrat yang merupakan produk fotosintesis dalam proses yang kompleks.

Hasil penelitian (tabel 3 dan tabel 4) menunjukkan pengaruh langsung negatif terhadap klorofil a dan klorofil b. Hal ini menunjukkan saat klorofil a dan klorofil b berdiri sendiri maka akan sangat lemah pengaruhnya terhadap produksi karena masing-masing klorofil memiliki posisi yang berbeda. Hal ini didukung oleh literatur Salisbury dan Ross (1995) yang menjelaskan proses dari fotosintesis melalui tiga kompleks pengangkutan elektron utama yaitu fotosistem II, kompleks sitokrom b6-sitokrom f dan fotosistem I, dimana klorofil a yang berfungsi sebagai sistem antena, menyerap cahaya dan mengantarkan energi eksiton kepusat reaksi dijumpai pada fotosistem II dan fotosistem I, sedangkan klorofil b yang berfungsi menerima energi cahaya dengan cara resonansi induktif hanya dijumpai pada fotosistem I.

Hasil penelitian (tabel 3 dan tabel 4) menunjukkan pengaruh langsung bobot biji terhadap klorofil total dipengaruhi oleh pengaruh tidak langsung positif melalui klorofil a dan klorofil b. Hal ini didukung oleh Soverda dan Alia (2013) yang menyatakan bahwa peningkatan klorofil a akan meningkatkan klorofil b dan klorofil total daun serta bobot segar tanaman. Hal ini dapat dipahami karena klorofil a merupakan prekusor bagi klorofil b, sementara itu klorofil a dan klorofil b merupakan komponen penyusun klorofil total daun sekaligus bagian dari bobot segar tanaman.

Dokumen terkait