• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Adapun hasil analisis dan pengamatan yang dilakukan adalah N-NH4, N-NO3, pH tanah, tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan serapan N tanaman.

N-NH4 Tanah (ppm)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 10 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk Urea berpengaruh nyata terhadap dinamika pelepasan N-NH4 pada pengukuran setiap minggunya. Sedangkan aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap dinamika pelepasan N-NH4 pada pengukuran minggu kedua, ketiga, keempat dan keenam dan berpengaruh tidak nyata pada pengukuran minggu pertama dan kelima. Interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3

berpengaruh nyata terhadap dinamika pelepasan N-NH4 hanya pada pengukuran minggu ketiga. Dinamika pelepasan N-NH4 pada tanah Inceptisol akibat aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 dan interaksinya disajikan pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, Gambar 1 dan Gambar 2.

Tabel 1. Rataan hasil analisis N-NH4 pada tanah Inceptisol dengan pemberian beberapa dosis pupuk Urea.

Perlakuan Minggu ke-

I II III IV V VI ---ppm--- U0 73.2 d 63.3 d 41.4 d 71.4 d 55.5 c 71.8 d U1 322.4 c 204.0 c 67.6 c 90.3 c 85.3 b 85.7 c U2 404.5 b 320.3 b 129.4 b 104.2 b 105.6 ab 100.2 b U3 511.4 a 354.8 a 193.9 a 111.3 a 115.2 a 112.9 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%)

Gambar 1. Dinamika N-NH4 dengan pemberian beberapa dosis pupuk urea yang diukur selama 6 minggu

Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk Urea yang diaplikasikan, maka cenderung semakin tinggi N-NH4 yang tersedia. Hal tersebut ditunjukkan pada setiap minggunya dimana N-NH4 tertinggi yaitu perlakuan U3 pada minggu pertama (511.44 ppm), minggu kedua (354.8 ppm), minggu ketiga (193.9 ppm), minggu keempat (111.29 ppm), minggu kelima (115.24 ppm) dan minggu keenam (112.89 ppm). Sedangkan N-NH4 terendah yaitu pada perlakuan U0 pada minggu pertama (73.217 ppm), minggu kedua (63.315 ppm), minggu ketiga (41.405 ppm), minggu keempat (71.357 ppm), minggu kelima (55.536 ppm) dan minggu keenam (71.767 ppm). Dan dari setiap pengukuran pada setiap minggunya menunjukkan aplikasi pupuk Urea dengan berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap dinamika pelepasan N-NH4 tanah. Pada grafik dapat dilihat dinamika N-NH4 yang mengalami penurunan jumlah pada semua dosis pupuk urea dimulai setelah minggu pertama. Pada minggu ketiga dan seterusnya, dinamika N-NH4 mulai tampak lebih stabil.

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 0 1 2 3 4 5 6 7 ppm N -N H4 Minggu

ke-Grafik dinamika N-NH4 dengan pemberian beberapa dosis pupuk urea

Series1 Series2 Series3 Series4 U0 U1 U2 U3

Tabel 2. Rataan hasil analisis N-NH4 pada tanah Inceptisol dengan pemberian beberapa dosis kapur CaCO3.

Perlakuan Minggu ke-

I II III IV V VI ---ppm--- K0 299.4 211.1b 91.3 c 88.7 b 85.8 87.4 b K1 320.0 222.5b 97.5 c 91.6 b 90.5 88.8 b K2 340.7 250.8 a 117.2 ab 97.8 a 91.4 96.0 a K3 351.4 258.0 a 126.3 a 98.9 a 94.1 98.3 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%)

menurut uji DMRT

Gambar 2. Dinamika N-NH4 dengan pemberian beberapa dosis kapur CaCO3 yang diukur selama 6 minggu

Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis kapur CaCO3 yang diaplikasikan, maka cenderung semakin tinggi N-NH4 yang tersedia. Hal tersebut ditunjukkan pada setiap minggunya dimana N-NH4 tertinggi yaitu perlakuan K3 pada minggu pertama (351.41 ppm), minggu kedua (258.04 ppm), minggu ketiga (126.26 ppm), minggu keempat (98.911 ppm), minggu kelima (94.071 ppm) dan minggu keenam (98.328 ppm). Sedangkan N-NH4 terendah yaitu pada perlakuan K0 pada minggu pertama (299.412 ppm), minggu kedua (211.141 ppm), minggu ketiga (91.31 ppm), minggu keempat (88.374

ppm), minggu kelima (85.776 ppm) dan minggu keenam (87.404 ppm). Dan dari setiap pengukuran pada setiap minggunya menunjukkan aplikasi kapur CaCO3

membantu pelepasan N-NH4 tanah walaupun aplikasi kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata setiap minggunya. Aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap dinamika pelepasan N-NH4 pada minggu kedua, minggu ketiga, minggu keempat dan minggu keenam. Grafik menunjukkan dinamika N-NH4 yang mengalami penurunan jumlah yang signifikan hingga minggu ketiga dan kemudian mulai stabil pada minggu keempat dan seterusnya.

Tabel 3. Rataan hasil analisis N-NH4 pada tanah Inceptisol dengan interaksi beberapa dosis pupuk Urea dan kapur CaCO3.

Perlakuan Minggu ke-

I II III IV V VI ---ppm--- U0 K0 70.81 48.06 32.59 e 66.9 45.41 64.56 K1 57.56 52.18 35.76 e 67.68 50.24 67.99 K2 82.32 70.9 42.12 e 72.42 61.8 74.24 K3 82.18 82.12 55.16 de 78.42 64.69 80.27 U1 K0 284.6 159.5 62.59 d 81.31 79.12 81.55 K1 330.6 187.4 66.43 d 89.28 82.82 80.65 K2 331 217 67.29 d 93.78 86.45 88.08 K3 343.2 252.1 73.97 cd 96.71 92.88 92.4 U2 K0 392.5 286.2 84.61 c 99.84 106.7 94.96 K1 402 310.9 98.16 c 98.88 105.7 95.03 K2 410 354.1 158.3 ab 110.1 101.4 105.3 K3 413.6 330.1 176.6 ab 108 108.7 105.5 U3 K0 449.8 350.8 185.5 a 106.9 111.8 108.6 K1 489.9 339.4 189.6 a 110.7 123.1 111.5 K2 539.3 361.2 201.2 a 115 115.9 116.4 K3 566.7 367.8 199.3 a 112.5 110 115.2 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%)

menurut uji DMRT

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dinamika pelepasan N-NH4 akibat interaksi pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata kecuali pada minggu ketiga. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi dosis interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3, maka N-NH4 cenderung lebih meningkat. Pada minggu

ketiga dapat dilihat bahwa N-NH4 tertinggi yaitu pada perlakuan U3K0 (185.5 ppm), U3K1 (189.6 ppm), U3K2 (201.2 ppm) dan U3K3 (199.3 ppm) dan N-NH4

terendah yaitu pada perlakuan U0K0 (32.59 ppm), U0K1 (35.76 ppm) dan U0K2 (42.12 ppm).

N-NO3 Tanah (ppm)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 11 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk Urea berpengaruh nyata terhadap dinamika pelepasan N-NO3 pada pengukuran setiap minggunya. Sedangkan aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap dinamika pelepasan N-NO3 pada pengukuran minggu kedua, keempat dan keenam dan berpengaruh tidak nyata pada pengukuran minggu pertama, ketiga dan kelima. Interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3

berpengaruh nyata terhadap dinamika pelepasan N-NO3 hanya pada pengukuran minggu pertama. Dinamika pelepasan N-NO3 pada tanah Inceptisol akibat aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 dan interaksinya disajikan pada Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6, Gambar 3 dan Gambar 4.

Tabel 4. Rataan hasil analisis N-NO3 pada tanah Inceptisol dengan pemberian beberapa dosis pupuk Urea.

Perlakuan Minggu ke-

I II III IV V VI ---ppm--- U0 4.63 a 15.29 c 17.08 d 25.15 d 27.35 d 24.09 c U1 4.42 a 17.92 b 22.10 c 27.53 c 29.47 c 25.96 c U2 4.09 a 29.41 a 29.27 b 31.09 b 32.94 b 30.62 b U3 3.56 b 31.43 a 32.13 a 33.54 a 35.45 a 35.04 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%)

Gambar 3. Dinamika N-NO3 dengan pemberian beberapa dosis pupuk urea yang diukur selama 6 minggu

Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa beberapa dosis pupuk Urea yang diaplikasikan, berpengaruh nyata terhadap dinamika pelepasan N-NO3. Hal tersebut ditunjukkan pada setiap minggunya dimana N-NO3 tertinggi yaitu perlakuan U0 pada minggu pertama (4.63 ppm) dan pada perlakuan U3 pada minggu kedua (31.43 ppm), minggu ketiga (32.13 ppm), minggu keempat (33.54 ppm), minggu kelima (35.45 ppm) dan minggu keenam (35.04 ppm). Sedangkan N-NO3 terendah yaitu pada perlakuan U3 pada minggu pertama (3.56 ppm) dan pada perlakuan U0 pada minggu kedua (15.29 ppm), minggu ketiga (17.08 ppm), minggu keempat (25.15 ppm), minggu kelima (27.35 ppm) dan minggu keenam (24.09 ppm). Grafik menunjukkan terjadi kecenderungan peningkatan jumlah N-NO3 secara signifikan hingga minggu kelima dan mulai menurun kembali pada minggu keenam.

Tabel 5. Rataan hasil analisis N-NO3 pada tanah Inceptisol dengan pemberian beberapa dosis kapur CaCO3.

Perlakuan Minggu ke-

I II III IV V VI ---ppm--- K0 4.13 22.09 b 24.17 28.13 b 30.99 27.59 c K1 4.27 22.57 b 24.77 28.87 ab 31.20 27.72 c K2 4.25 23.62 b 25.56 30.11 a 31.20 29.73 ab K3 4.08 25.77 a 26.09 30.18 a 31.82 30.66 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%)

menurut uji DMRT

Gambar 4. Dinamika N-NO3 dengan pemberian beberapa dosis kapur CaCO3 yang diukur selama 6 minggu

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa beberapa dosis kapur CaCO3 yang diaplikasikan,kurang berpengaruh terhadap dinamika pelepasan N-NO3. Hal tersebut ditunjukkan pada N-NO3 tertinggi yaitu perlakuan K1 pada minggu pertama (4.27 ppm) dan pada perlakuan K3 pada minggu kedua (25.77 ppm), minggu ketiga (26.09 ppm), minggu keempat (30.18 ppm), minggu kelima (31.82 ppm) dan minggu keenam (30.66 ppm). Sedangkan N-NO3 terendah yaitu pada perlakuan K3 pada minggu pertama (4.08 ppm) dan pada perlakuan U0 pada minggu kedua (22.09 ppm), minggu ketiga (24.17 ppm), minggu keempat (28.13

ppm), minggu kelima (30.99 ppm) dan minggu keenam (27.59 ppm). Grafik menunjukkan dinamika N-NO3 yang cenderung meningkat secara signifikan pada semua dosis perlakuan kapur CaCO3 hingga minggu kelima yang kemudian menurun kembali pada minggu keenam.

Tabel 6. Rataan hasil analisis N-NO3 pada tanah Inceptisol dengan interaksi beberapa dosis pupuk Urea dan kapur CaCO3.

Perlakuan Minggu ke-

I II III IV V VI ---ppm--- U0 K0 5.18 a 14.51 16.67 25.27 27.22 23.85 K1 4.68 a 14.23 17.4 25.57 26.3 23.56 K2 4.2 a 15.41 16.46 25.16 27.69 23.65 K3 4.46 a 17.03 17.8 24.6 28.18 25.31 U1 K0 5.32 a 17.33 20.88 26.02 30.22 25.4 K1 4.93 a 17.16 20.81 26.49 29.27 23.61 K2 3.28 bc 17.41 22.78 28.22 28.5 26.55 K3 4.14 ab 19.78 23.92 29.37 29.9 28.27 U2 K0 3.84 b 26.88 27.47 29.62 31.63 28.67 K1 3.65 b 29.25 29.5 30.98 33.15 29.29 K2 4.74 a 29.63 30.18 32.36 32.95 32.59 K3 4.15 a 31.87 29.92 31.39 34.03 31.92 U3 K0 2.19 c 29.67 31.65 31.63 34.88 32.43 K1 3.83 b 29.65 31.38 32.43 36.1 34.43 K2 4.78 a 32.02 32.81 34.71 35.66 36.15 K3 3.55 b 34.4 32.7 35.37 35.18 37.15 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%)

menurut uji DMRT

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dinamika pelepasan N-NO3 akibat interaksi pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata kecuali pada minggu pertama. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada perlakuan interaksi, semakin tinggi dosis kedua perlakuan, maka terdapat kecenderungan peninngkatan N-NO3 selama masa vegetatif tanaman jagung. Dimana pada minggu pertama, jumlah N-NO3 yang tertinggi yaitu pada perlakuan U0K0 (5.18 ppm), U0K1 (4.68 ppm), U0K2 (4.2 ppm), U0K3 (4.46 ppm), U2K2 (4.74 ppm),

U2K3 (4.15 ppm) dan U3K2 (4.78 ppm) sedangkan jumlah N-NO3 terendah yaitu pada perlakuan U2K0 (2.19 ppm).

Kemasaman Tanah (pH)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 12 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk Urea berpengaruh nyata terhadap kemasaman tanah (pH) pada pengukuran minggu kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam. Sedangkan aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap kemasaman tanah (pH) pada pengukuran setiap minggunya. Interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap kemasaman tanah (pH) pada pengukuran minggu kedua, ketiga dan keenam. Perubahan kemasaman tanah (pH) pada tanah Inceptisol akibat aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 dan interaksinya disajikan pada Tabel 7, Tabel 8, Tabel 9, Gambar 5 dan Gambar 6.

Tabel 7. Rataan hasil analisis pH pada tanah Inceptisol dengan pemberian beberapa dosis pupuk Urea.

Perlakuan Minggu ke-

I II III IV V VI

U0 7.00 7.02 d 6.2 d 6.07 d 5.93 b 5.58 d U1 7.09 7.27 c 6.26 c 6.15 c 5.95 b 5.65 b U2 7.08 7.36 b 6.41 b 6.23 b 6.01 a 5.76 a U3 7.12 7.55 a 6.49 a 6.34 a 5.73 c 5.61 c Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%)

Gambar 5. Pengukuran perubahan pH tanah dengan pemberian beberapa dosis pupuk urea selama 6 minggu

Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa beberapa dosis pupuk Urea yang diaplikasikan berpengaruh nyata pada minggu kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam. Hal tersebut ditunjukkan dari pH tertinggi yaitu perlakuan U3 pada minggu pertama (7.12), minggu kedua (7.55), minggu ketiga (6.49), minggu keempat (6.34) dan pada perlakuan U2 pada minggu kelima (6.01) dan minggu keenam (5.76). Sedangkan pH terendah yaitu pada perlakuan U0 pada minggu pertama (7), minggu kedua (7.02), minggu ketiga (6.2), minggu keempat (6.07) dan pada perlakuan U3 pada minggu kelima (5.73) dan pada perlakuan U0 pada minggu keenam (5.58).

Tabel 8. Rataan hasil analisis pH pada tanah Inceptisol dengan pemberian beberapa dosis kapur CaCO3.

Perlakuan Minggu ke-

I II III IV V VI

K0 6.54 c 6.63 c 6.07 d 5.98 d 5.56 d 5.34 d K1 7.19 b 7.50 b 6.29 c 6.16 c 5.84 c 5.50 c K2 7.27 ab 7.54 a 6.44 b 6.28 b 6.05 b 5.73 b K3 7.30 a 7.51 ab 6.56 a 6.37 a 6.17 a 6.02 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%)

menurut uji DMRT

Gambar 6. Pengukuran perubahan pH tanah dengan pemberian beberapa dosis kapur CaCO3 selama 6 minggu

Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa beberapa dosis kapur CaCO3 yang diaplikasikan berpengaruh nyata terhadap pH. Hal tersebut ditunjukkan pada setiap minggunya dimana pH tertinggi yaitu perlakuan K3 pada minggu pertama (7.3) dan pada perlakuan K2 pada minggu kedua (7.54) dan pada perlakuan K3 pada minggu ketiga (6.56), minggu keempat (6.37), minggu kelima (6.17) dan minggu keenam (6.02). Sedangkan pH terendah yaitu pada perlakuan K0 pada minggu pertama (6.54), minggu kedua (6.63), minggu ketiga (6.07), minggu keempat (5.98), minggu kelima (5.56) dan minggu keenam (5.54). Grafik

di atas menunjukkan terjadinya kecenderungan penurunan pH secara perlahan dimulai dari minggu kedua pengukuran pada setiap dosis pengapuran. Pengapuran dapat menetralisir kemasaman tanah akibat pemberian pupuk urea.

Tabel 9. Rataan hasil analisis pH pada tanah Inceptisol dengan interaksi beberapa dosis pupuk Urea dan kapur CaCO3.

Perlakuan Minggu ke-

I II III IV V VI U0 K0 6.5 6.2 i 5.97 l 5.85 5.57 5.27 j K1 7.07 7.16 e 6.16 ij 6.02 5.87 5.41 h K2 7.23 7.35 d 6.27 g 6.15 6.08 5.64 f K3 7.2 7.39 d 6.41 e 6.26 6.21 5.98 c U1 K0 6.6 6.6 h 6.03 k 5.94 5.58 5.33 i K1 7.24 7.47 c 6.22 h 6.12 5.88 5.5 g K2 7.25 7.48 c 6.32 fg 6.25 6.14 5.75 e K3 7.28 7.52 c 6.46 d 6.3 6.21 6.04 b U2 K0 6.54 6.8 g 6.11 j 6.01 5.69 5.44 h K1 7.17 7.62 b 6.36 ef 6.19 6 5.62 f K2 7.3 7.6 b 6.53 c 6.31 6.08 5.84 d K3 7.34 7.4 d 6.64 b 6.39 6.25 6.12 a U3 K0 6.5 6.95 f 6.17 i 6.12 5.4 5.32 i K1 7.28 7.76 a 6.42 de 6.31 5.62 5.47 gh K2 7.31 7.73 a 6.62 b 6.42 5.89 5.68 f K3 7.36 7.75 a 6.75 a 6.51 6.01 5.95 c Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%)

menurut uji DMRT

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa perubahan kemasaman tanah (pH) akibat interaksi pupuk Urea dan kapur CaCO3 berpengaruh nyata pada minggu kedua, ketiga dan keenam. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi dosis interaksi kedua perlakuan, maka terdapat kecenderungan meningkatnya pH tanah seperti yang ditunjukkan pada akhir masa vegetatif tanaman jagung (6 MST) dimana, pH teritinggi yaitu pada perlakuan U2K3 (6.12) dan pH terendah pada perlakuan U0K0

Tinggi Tanaman (cm)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 13 menunjukkan bahwa baik aplikasi pupuk Urea ataupun Kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Tetapi, interaksi antara pupuk Urea dan Kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Adapun data tinggi tanaman akibat aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 dan interaksinya disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Tinggi tanaman akibat aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta

interaksinya. K0 K1 K2 K3 Rataan ---cm--- Uo 106.4 99.43 102.4 95.17 100.85 a U1 107.63 90.2 88.37 101.67 96.97 a U2 101 72.6 65.33 82.27 80.3 b U3 107.87 89.9 70.93 57.63 81.58 b Rataan 105.73 a 88.03 b 81.76 b 84.18 b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi akibat aplikasi pupuk Urea yaitu pada perlakuan U0 (100.85 cm) dan U1 (96.97 cm) yang berbeda nyata terhadap perlakuan U2 (80.3 cm) dan U3 (81.58 cm). Sedangkan tinggi tanaman tertinggi akibat aplikasi kapur CaCO3 yaitu pada perlakuan K0

(105.73 cm) yang berbeda nyata terhadap perlakuan K1 (88.03 cm), K2 (81.76 cm) dan K3 (84.18 cm). Interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.

Jumlah Daun (helai)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 14 menunjukkan bahwa aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Sedangkan aplikasi pupuk Urea dan interaksi antara pupuk Urea dan Kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Adapun data jumlah daun

akibat aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 dan interaksinya disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah daun akibat aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta interaksinya. K0 K1 K2 K3 Rataan ---helai--- Uo 11.33 10.33 11 10.33 10.75 U1 12 10 10.33 10.67 10.75 U2 11 9.67 9.67 10.67 10.25 U3 11.67 11 9.67 9.33 10.42 Rataan 11.5 a 10.25 b 10.17 b 10.25 b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa rataan jumlah daun tertinggi akibat aplikasi kapur CaCO3 yaitu pada perlakuan K0 (11.5 helai) yang berbeda nyata terhadap perlakuan K1 (10.25 helai), K2 (10.17 helai) dan K3 (10.25 helai). Sedangkan rataan jumlah daun akibat aplikasi pupuk Urea dan interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Diameter Batang (mm)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 15 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 serta interaksinya berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang. Adapun data diameter batang akibat aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 dan interaksinya disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Diameter batang akibat aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta interaksinya.

K0 K1 K2 K3 Rataan

---mm---

Uo 7.3a 7.8a 7.3a 6.3a 7.2a

U1 8.3a 5.5ab 6.8a 7.2a 7.0a

U2 8.2a 5.2b 3.3b 5.0b 5.4b

U3 9.0a 7.2b 3.7b 3.2b 5.8b

Rataan 8.2a 6.4b 5.3b 5.4b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa diameter batang tertinggi akibat aplikasi pupuk Urea yaitu pada perlakuan U0 (7.2 mm) dan U1 (7.0 mm) dan berpengaruh nyata terhadap perlakuan U2 (5.4 mm) dan U3 (5.8 mm). Sedangkan diameter tanaman tertinggi akibat aplikasi kapur CaCO3 yaitu pada perlakuan K0 (8.2 mm) yang berpengaruh nyata terhadap perlakuan K1 (6.4 mm), K2 (5.3 mm) dan K3 (5.4 mm). Interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap diameter batang

Bobot Kering Tajuk (gr)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 16 menunjukkan bahwa aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk. Sedangkan pada aplikasi pupuk Urea dan interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk. Adapun data bobot kering tajuk akibat aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 dan interaksinya disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Bobot kering tajuk akibat aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta interaksinya.

K0 K1 K2 K3 Rataan

---gram---

Uo 6.5a 5.6a 5.2a 4.6a 5.5a

U1 8.6a 3.7bc 4.2a 5.2a 5.4a

U2 7.6a 2.7cd 1.4de 4.1ab 4.0b

U3 8.2a 5.9a 2.5d 1.0e 4.4b

Rataan 7.7a 4.5b 3.3b 3.7b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa bobot kering tajuk tertinggi akibat aplikasi pupuk urea yaitu pada perlakuan U0 (5.5 gr) dan U1 (5.4 gr) yang berbeda nyata terhadap perlakuan U2 (4.0 gr) dan U3 (4.4 gr) sedangkan bobot kering tajuk tertinggi akibat aplikasi kapur CaCO3 yaitu pada perlakuan K0 (7.7 gr) yang berpengaruh nyata terhadap perlakuan K1 (4.5 gr), K2 (3.3 gr) dan K3 (3.7 gr). Interaksi pupuk urea dan kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk tanaman jagung.

Bobot Kering Akar (gr)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 17 menunjukkan bahwa aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar. Sedangkan pada aplikasi pupuk Urea dan interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar. Adapun data bobot kering akar akibat aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 dan interaksinya disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Bobot kering akar akibat aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta interaksinya. K0 K1 K2 K3 Rataan ---gram--- Uo 6.6 5.9 5.3 5.0 5.7a U1 8.6 4.0 4.4 5.3 5.6a U2 7.4 2.9 1.8 4.1 4.0b U3 7.9 5.8 2.4 1.2 4.3b Rataan 7.6a 4.7b 3.5b 3.9b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa bobot kering akar tertinggi akibat aplikasi pupuk urea yaitu pada perlakuan U0 (5.7 gr) dan U1 (5.6 gr) yang berbeda nyata terhadap perlakuan U2 (4.0 gr) dan U3 (4.3 gr) sedangkan bobot kering akar tertinggi akibat aplikasi kapur CaCO3 yaitu pada perlakuan K0 (7.6 gr) yang berbeda nyata terhadap perlakuan K1 (4.7 gr), K2 (3.5 gr) dan K3 (3.9 gr). Sedangkan bobot kering akar akibat interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3

tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Kadar N Tanaman (%)

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 18 menunjukkan bahwa baik perlakuan pupuk urea dan kapur CaCO3 serta interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap parameter kadar N tanaman. Adapun data kadar N tanaman akibat pemberian pupuk urea dan kapur CaCO3 dan interaksinya disajikan pada tabel 15.

Tabel 15. Kadar N tanaman akibat aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta interaksinya. K0 K1 K2 K3 Rataan ---%--- Uo 1.03 0.93 1.26 1.17 1.10 U1 1.21 1.17 2.05 1.17 1.40 U2 1.03 1.63 1.40 1.21 1.32 U3 1.26 1.17 1.26 1.26 1.24 Rataan 1.13 1.23 1.49 1.20

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa kadar N tanaman tidak berbeda nyata pada perlakuan pupuk urea, kapur CaCO3 ataupun interaksi kedua perlakuan tersebut.

Serapan N Tanaman

Dari hasil sidik ragam pada lampiran 19 menunjukkan bahwa aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap parameter serapan N tanaman. Sedangkan pada aplikasi pupuk Urea dan interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata terhadap parameter serapan N tanaman. Adapun data serapan N tanaman akibat aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 dan interaksinya disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Serapan N tanaman akibat aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta interaksinya. K0 K1 K2 K3 Rataan ---mg/tanaman--- Uo 66.27 52.08 65.19 53.29 59.21 U1 106.31 37.43 93.33 61.83 74.73 U2 77.09 55.44 20.25 49.65 50.61 U3 102.67 58.52 28.65 12.74 50.65 Rataan 88.08a 50.87b 51.86b 44.38b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa Serapan N tanaman tertinggi akibat aplikasi kapur CaCO3 yaitu pada perlakuan K0 (88.08 mg/tanaman) yang berbeda nyata terhadap perlakuan K1 (50.87 mg/tanaman), K2 (51.86 mg/tanaman) dan K3 (44.38 mg/tanaman). Sedangkan serapan N tanaman akibat aplikasi pupuk Urea dan interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata terhadap parameter serapan N tanaman.

Pembahasan N-NH4 Tanah

Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa aplikasi pupuk Urea cenderung meningkatkan N-NH4 pada minggu pertama setelah aplikasi yang kemudian menunjukkan penurunan N-NH4 secara signifikan hingga minggu keempat. Hal ini menunjukkan bahwa berbagai dosis pupuk Urea yang diaplikasikan merupakan salah satu faktor yang penting terhadap N-NH4. Hal tersebut juga menunjukkan adanya perubahan bentuk amida menuju senyawa ammonia pada pengukuran minggu pertama dimana semakin tinggi dosis pupuk Urea, maka semakin tinggi amida yang dapat berubah bentuk menuju senyawa ammonia yang membutuhkan waktu 1-3 hari, seperti yang disebutkan Hasibuan (2008) bahwa cepat dan lambatnya perubahan bentuk amida dari Urea ke bentuk senyawa N yang dapat diserap tanaman sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain populasi, aktifitas mikroorganisme, kadar air dari tanah, temperatur tanah dan banyaknya pupuk Urea yang diberikan. Menurut Gaylord M. Volk dalam Hasibuan (2008) mendapatkan bahwa perubahan amida ke bentuk ammonia membutuhkan waktu 1-3 hari sesudah pemupukan.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa berbagai dosis kapur CaCO3 cenderung meningkatkan N-NH4 pada minggu pertama setelah aplikasi pupuk urea dimana kapur dapat meningkatkan pH yang memberikan lingkungan dengan kondisi yang baik bagi mikroorganisme untuk beraktivitas dalam menyediakan senyawa N-NH4, seperti yang dinyatakan pada penelitian Ibrahim dan Kasno (2008) yang menyebutkan bahwa dengan pemberian kapur dapat meningkatkan pH tanah dan menciptakan kondisi lingkungan tanah yang baik untuk kehidupan mikroorganisme didalam tanah sehingga akan mempercepat proses mineralisasi N dari sumber pupuk N dan kadar N-NH4 yang dihasilkanpun meningkat.

N-NO3 Tanah

Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa berbagai dosis pupuk Urea yang diaplikasikan cenderung meningkatkan N-NO3 hingga minggu kelima setelah aplikasi pupuk urea. Hal ini menunjukkan bahwa adanya nitrifikasi yang terjadi dilihat pada pengukuran minggu kedua, ketiga, keempat dan kelima karena perubahan dari urea ke bentuk amonium karbonat lalu ke asam dan akhirnya ke bentuk nitrat membutuhkan waktu lebih kurang 3 - 4 minggu, seperti yang disebutkan Teucher dan Adler dalam Damanik dkk (2010) yang menyatakan bahwa perubahan Urea menjadi senyawa nitrat membutuhkan waktu lebih kurang 3-4 minggu.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa berbagai dosis kapur CaCO3 cenderung meningkatkan N-NO3 pada tanah hingga minggu kelima setelah aplikasi pupuk urea. Namun demikian konsentrasi N-NO3 di dalam tanah sangat tidak stabil sehingga laju mineralisasinya tidak dapat ditentukan dengan

tepat, seperti yang dinyatakan dalam penelitian Noviardi (2008) bahwa selama berlangsungnya inkubasi, konsentrasi N-NO3 selalu mengalami peningkatan dan penurunan sehingga laju mineralisasinya tidak dapat ditentukan dengan tepat. Kemasaman Tanah (pH)

Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa semakin tinggi dosis pupuk urea yang diaplikasikan ke tanah, maka pH cenderung meningkat pada minggu pertama dan kedua setelah aplikasi pupuk urea. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa amida pada pupuk urea yang diaplikasikan mengalami amonifikasi yang kemudian berubah menjadi bentuk ammonium yang melepaskan senyawa OH- yang kemudian dapat menaikkan pH tanah hingga mencapai pH 7. Dan terjadinya hidrolisis urea membutuhkan H+ yang dapat meningkatkan pH tanah pada tanah masam dan netral. Hal ini seperti yang dinyatakan pada literatur Rosmarkam dan Yuwono (2002) yang menyatakan reaksi amonifikasi dan hidrolisis urea yaitu:

R-NH2 + H2O R-OH + NH3 + energy NH3 + H2O NH4+ + OH- (Amonifikasi) CO(NH2) 2 (urea) + H+ + 2H2O 2NH4+ +HCO3- ini memerlukan H+ dan menaikkan pH, dapat mencapai > 7

mendorong reaksi : NH4+ + HCO3- NH3 + H2O + CO2 (Hidrolisis urea) Literatur foth (1998) menyatakan bahwa kecenderungan NH4 terbentuk karena kehadiran ion-ion hidrogen dalam tanah, dan ikatan yang kuat terbentuk antara amonia dan hidrogen dari penyatuan elektron. Reaksi yang terjadi sebagai berikut: R-NH2 + H2O R-OH + NH3 + energi

Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa semakin tinggi dosis kapur CaCO3 yang diaplikasikan maka pH tanah semakin meningkat. Dari hasil pengukuran setiap minggunya, diketahui bahwa kapur CaCO3 dapat menetralisir pengaplikasian pupuk Urea yang dapat memasamkan tanah. Hal tersebut ditunjukkan bahwa pH dengan pemberian kapur lebih tinggi dibanding kan pH perlakuan tanpa kapur ataupun pH pada analisis awal sebelum perlakuan. Hal ini menunjukkan reaksi pertukaran Ca++ dari kapur CaCO3 dengan H+ sehingga menurunkan konsentrasi H+ dalam tanah dan menaikkan pH tanah sesuai dengan literatur Buckman and brady (1982) bahwa kapur CaCO3 bereaksi sebagai berikut :

H+ + CaCO3 Ca++ + CO2 + H2O H+ koloid Ca++

Tinggi Tanaman

Dari hasil penelitian yang diperoleh, perlakuan berbagai dosis pupuk urea dan kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Sedangkan interaksi kedua perlakuan tersebut, tidak berbeda nyata. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk urea maka semakin

Dokumen terkait