DINAMIKA N-NH4 DAN N-NO3 AKIBAT PEMBERIAN PUPUK UREA DAN KAPUR CaCO3 PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA DAN
KAITANNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
________ SKRIPSI
OLEH :
ABDUL RASYID B DAMANIK 090301170
AGROEKOTEKNOLOGI ILMU TANAH
DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DINAMIKA N-NH4 DAN N-NO3 AKIBAT PEMBERIAN PUPUK UREA DAN KAPUR CaCO3 PADA TANAH INCEPTISOL KWALA BEKALA DAN
KAITANNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
________ SKRIPSI
OLEH :
ABDUL RASYID B DAMANIK 090301170
AGROEKOTEKNOLOGI ILMU TANAH
Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) pada Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan
DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Penelitian : Dinamika N-NH4 dan N-NO3 Akibat Pemberian Pupuk Urea
dan Kapur CaCO3 pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala dan
Kaitannya terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Nama : Abdul Rasyid B Damanik
NIM : 090301170
Program Studi : Agroekoteknologi
Disetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP) (Ir. Sarifuddin, MS)
Ketua Anggota
Mengetahui
ABSTRAK
ABDUL RASYID B DAMANIK: Dinamika N-NH4 dan N-NO3 Akibat
Pemberian Pupuk Urea dan Kapur CaCO3 pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala
dan Kaitannya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung. Dibimbing oleh Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP dan Ir. Sarifuddin, MS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika N-NH4 dan N-NO3 serta
perubahan pH tanah Inceptisol dari aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 selama
pertumbuhan vegetatif tanaman jagung dan untuk mengetahui pengaruh pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta interaksinya terhadap N-NH4 dan N-NO3, pH dan
pertumbuhan tanaman jagung. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan Laboratorium Riset dan Teknologi, di Fakultas Pertannian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan, sehingga diperoleh empat puluh delapan unit percobaan. Faktor pertama pupuk urea (U) yang terdiri dari beberapa dosis, 0, 75, 150 dan 225 kg N/ha dan faktor kedua kapur CaCO3 (K) yang terdiri dari
beberapa dosis, 0, 2.032, 4.064, 6.096 ton CaCO3/ha. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pupuk urea dan kapur CaCO3 serta interaksinya cenderung
menaikkan N-NH4 pada minggu pertama namun cenderung menurun hingga
minggu keempat yang kemudian stabil hingga minggu keenam pengukuran. Namun setiap perlakuan cenderung meningkatkan jumlah N-NO3 tanah hingga
minggu kelima dan kembali menurun pada minggu keenam. Setiap perlakuan menunjukkan semakin tinggi dosis yang diaplikasikan maka pH tanah cnderung meningkat hingga minggu ketiga dan cenderung menurun hingga minggu keenam pengukuran. Pemberian pupuk Urea dengan beberapa dosis berbeda nyata pada tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan serapan N-tanaman sedangkan pemberian kapur CaCO3 dengan beberapa dosis
berbeda nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot kering tajuk dan bobot kering akar, sedangkan interaksi pupuk urea dan kapur CaCO3
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 20 Desember 1991 dari Ayahanda Ir.MMB Damanik, MSc dan Ibunda Sri Mulyati, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Medan dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Perguruann Tinggi Negeri Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN. Penulis memilih program studi Agroekoteknologi minat Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan ke Hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Dinamika N-NH4 dan N-NO3 Akibat Pemberian Pupuk Urea dan Kapur CaCO3 pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala dan Kaitannya terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP dan Bapak Ir. Sarifuddin, MS, selaku ketua dan
anggota komisi pembimbing yang telah memberi bimbingan dan sarannya, serta kepada rekan-rekan yang terlibat dalam penyelesaian tugas akhir penulis ini.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran yang membangun kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga informasi dari skripsi ini bermanfaat.
Medan, November 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...i
ABSTRACT ...ii
RIWAYAT HIDUP ...iii
KATA PENGANTAR ...iv
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL ...vi
DAFTAR GAMBAR ...vii
DAFTAR LAMPIRAN ...viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ...1
Tujuan Penelitian ...3
Hipotesis Penelitian ...3
Kegunaan Penelitian ...4
TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol ...5
Pupuk Urea ...6
Nitrogen dalam Tanah ...9
Kapur CaCO3 ...11
Tanaman Jagung (Zea mays L.) ...14
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ...16
Bahan dan Alat ...16
Metode Penelittian ...16
Pelaksanaan Penelitian ...18
Parameter yang diukur ………..19
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ...21
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ...47
Saran ………..47
DAFTAR PUSTAKA ………48
DAFTAR TABEL
NO Judul Tabel Hal.
1 Rataan hasil analisis N-NH4 pada tanah Inceptisol dengan
pemberian beberapa dosis pupuk urea
21 2 Rataan hasil analisis N-NH4 pada tanah Inceptisol dengan
pemberian beberapa dosis kapur CaCO3
23 3 Rataan hasil analisis N-NH4 pada tanah Inceptisol dengan interaksi
beberapa dosis pupuk urea dan kapur CaCO3
24 4 Rataan hasil analisis N-NO3 pada tanah Inceptisol dengan
pemberian beberapa dosis pupuk urea
25 5 Rataan hasil analisis N-NO3 pada tanah Inceptisol dengan
pemberian beberapa dosis kapur CaCO3
27 6 Rataan hasil analisis N-NO3 pada tanah Inceptisol dengan interaksi
beberapa dosis pupuk urea dan kapur CaCO3
28 7 Rataan hasil analisis pH pada tanah Inceptisol dengan pemberian
beberapa dosis pupuk urea
29 8 Rataan hasil analisis pH pada tanah Inceptisol dengan pemberian
beberapa dosis kapur CaCO3
31 9 Rataan hasil analisis pH pada tanah Inceptisol dengan interaksi
beberapa dosis pupuk urea dan kapur CaCO3
32 10 Tinggi tanaman akibat aplikasi pupuk urea dan kapur CaCO3 serta
interaksinya
33 11 Jumlah daun akibat aplikasi pupuk urea dan kapur CaCO3 serta
interaksinya
34 12 Diameter batang akibat aplikasi pupuk urea dan kapur CaCO3
serta interaksinya
35 13 Bobot kering tajuk akibat aplikasi pupuk urea dan kapur CaCO3
serta interaksinya
36 14 Bobot kering akar akibat aplikasi pupuk urea dan kapur CaCO3
serta interaksinya
37 15 Kadar N daun akibat aplikasi pupuk urea dan kapur CaCO3 serta
interaksinya
38 16 Serapan N tanaman akibat aplikasi pupuk urea dan kapur CaCO3
serta interaksinya
DAFTAR GAMBAR
NO Judul Gambar Hal.
1 Dinamika N-NH4 dengan pemberian beberapa dosis pupuk Urea
yang diukur selama 6 Minggu
22 2 Dinamika N-NH4 dengan pemberian beberapa dosis kapur CaCO3
yang diukur selama 6 Minggu
23 3 Dinamika N-NO3 dengan pemberian beberapa dosis pupuk Urea
yang diukur selama 6 Minggu
26 4 Dinamika N-NO3 dengan pemberian beberapa dosis kapur CaCO3
yang diukur selama 6 Minggu
27 5 Pengukuran perubahan pH tanah dengan pemberian beberapa
dosis pupuk Urea yang diukur selama 6 Minggu
30 6 Pengukuran perubahan pH tanah dengan pemberian beberapa
dosis kapur CaCO3 yang diukur selama 6 Minggu
DAFTAR LAMPIRAN
NO Judul Lampiran Hal.
1 Bagan Percobaan 50
2 Deskripsi Varietas jagung 51
3 Penetapan Perlakuan Kapur CaCO3 52
4 Analisis Awal Tanah Inceptisol Kwala Bekala 53
5 Kriteria Sifat Tanah 54
6 Pembuatan Pereaksi 55
7 Perhitungan 56
8 Kurva Standart NH4 dan NO3 57
9 Data dan Tabel Sidik Ragam pH 1 Minggu Setelah Aplikasi Kapur CaCO3
59 10 Data Hasil Analisa dan Tabel Sidik Ragam N-NH4 1MST-6MST 60
11 Data Hasil Analisa dan Tabel Sidik Ragam N-NO3 1MST-6MST 63
12 Data Hasil Analisa dan Tabel Sidik Ragam pH tanah 1MST-6MST 66 13 Data dan Tabel Sidik Ragam Tinggi Tanaman Jagung 69 14 Data dan Tabel Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Jagung 70 15 Data dan Tabel Sidik Ragam Diameter Batang Tanaman Jagung 71 16 Data dan Tabel Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk Tanaman
Jagung
72 17 Data dan Tabel Sidik Ragam Bobot Kering Akar Tanaman Jagung 73
18 Kadar N Tanaman Jagung 74
19 Serapan N Tanaman Jagung 75
20 Foto Tanaman Jagung 76
ABSTRAK
ABDUL RASYID B DAMANIK: Dinamika N-NH4 dan N-NO3 Akibat
Pemberian Pupuk Urea dan Kapur CaCO3 pada Tanah Inceptisol Kwala Bekala
dan Kaitannya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung. Dibimbing oleh Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP dan Ir. Sarifuddin, MS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika N-NH4 dan N-NO3 serta
perubahan pH tanah Inceptisol dari aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 selama
pertumbuhan vegetatif tanaman jagung dan untuk mengetahui pengaruh pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta interaksinya terhadap N-NH4 dan N-NO3, pH dan
pertumbuhan tanaman jagung. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan Laboratorium Riset dan Teknologi, di Fakultas Pertannian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan, sehingga diperoleh empat puluh delapan unit percobaan. Faktor pertama pupuk urea (U) yang terdiri dari beberapa dosis, 0, 75, 150 dan 225 kg N/ha dan faktor kedua kapur CaCO3 (K) yang terdiri dari
beberapa dosis, 0, 2.032, 4.064, 6.096 ton CaCO3/ha. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pupuk urea dan kapur CaCO3 serta interaksinya cenderung
menaikkan N-NH4 pada minggu pertama namun cenderung menurun hingga
minggu keempat yang kemudian stabil hingga minggu keenam pengukuran. Namun setiap perlakuan cenderung meningkatkan jumlah N-NO3 tanah hingga
minggu kelima dan kembali menurun pada minggu keenam. Setiap perlakuan menunjukkan semakin tinggi dosis yang diaplikasikan maka pH tanah cnderung meningkat hingga minggu ketiga dan cenderung menurun hingga minggu keenam pengukuran. Pemberian pupuk Urea dengan beberapa dosis berbeda nyata pada tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan serapan N-tanaman sedangkan pemberian kapur CaCO3 dengan beberapa dosis
berbeda nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot kering tajuk dan bobot kering akar, sedangkan interaksi pupuk urea dan kapur CaCO3
PENDAHULUAN Latar Belakang
Tanah Inceptisol termasuk tanah pertanian utama di Indonesia karena mempunyai sebaran yang luas. Luasannya sekitar 70.52 juta ha (37.5%) (Puslittanak, 2000). Tanah tersebut mempunyai prospek cukup besar untuk dikembangkan sebagai sentra produksi tanaman pangan terutama padi, jagung, dan kedelai apabila pengelolaan tanah dan tanaman tepat. Pemupukan NPK, penambahan bahan organik, dan pengapuran memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan produksi pertanian tanaman pangan.
Meskipun penyebaran cukup luas dan potensial, tetapi bukan berarti Inceptisol dalam pemanfaatannya tidak mengalami permasalahan di lapangan. Hasil penelitian Nursyamsi dan Suprihati (2005) menyatakan bahwa kebutuhan pupuk N pada tanah Inceptisol lebih tinggi dibandingkan pada tanah Oksisol dan Andisol. Karena unsur N pada tanah Inceptisol tergolong rendah. Ketersediaan unsur hara seperti N yang rendah, merupakan kendala penting dalam kaitannya terhadap pertumbuhan tanaman. Kendala lain yaitu unsur N mudah tercuci sehingga serapan-N tanaman rendah.
mendapatkan bahwa pupuk urea mengalami pencucian dari tanah selama 4 hari dari pemupukan, dengan kata lain, bahwa perubahan seluruh amida ke amonia membutuhkan waktu 4 hari. Universitas Wisconsin (Amerika) mendapatkan bahwa senyawa N dari Urea akan berubah menjadi bentuk nitrat dalam waktu lebih kurang 7 hari. Teucher dan Adler menyatakan bahwa perubahan dari urea ke bentuk amonium karbonat lalu ke asam dan akhirnya ke bentuk nitrat membutuhkan waktu lebih kurang 3 - 4 minggu (Damanik dkk, 2010)
Salah satu upaya untuk menetralisir kemasaman akibat pemberian pupuk Urea adalah dengan pemberian kapur. Salah satu kapur yang umum digunakan oleh petani ialah Kapur Pertanian (CaCO3). Dengan penambahan kapur
diharapkan dapat menetralisir reaksi masam pupuk Urea serta dapat menaikkan pH tanah Inceptisol.
Hasil penelitian Ibrahim dan Kasno (2008), pada tanah dengan tekstur berbeda yaitu lempung berpasir dan lempung berliat, pemberizn urea 125 kg, 250 kg, 375 kg dan 500 kg per ha menunjukkan respon yang cukup penting terhadap perubahan pH pada perlakuan control (tanpa perlakuan kapur), sebaliknya bila diberikan kapur, perubahan pH tampak tidak nyata. Nilai pH tanah tertinggi 5,4 pada tanah lempung berpasir dan 5.5 pada tanah lempung berliat akibat pemberian 125 kg urea/ha dan pH terendah pada pemberian 375 kg urea/ha pada tanah lempung berpasir dan 500 kg urea/ha pada tanah lempung berliat. Pengapuran juga dapat menurunkan jumlah N-NO3.
dinamika N-NH4 dan N-NO3 dan mengendalikan penurunan pH akibat pupuk
Urea serta kaitannya terhadap pertumbuhan tanaman jagung.
Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk N-NH4 dan N-NO3. Ion-ion
nitrat dan amonium jumlahnya bergantung pada jumlah pupuk yang diberikan dan kecepatan dekomposisi bahan tanah. Defisiensi nitrogen selama masa vegetatif dapat menurunkan hasil produksi tanaman. Di sisi lain, kelebihan nitrogen dapat menyebabkan masalah lingkungan akibat adanya pencucian nitrat. Oleh sebab itu perlu dilihat, bagaimana pengaruh aplikasi urea dan kapur CaCO3 terhadap
dinamika N-NH4 dan N-NO3 yang terjadi di dalam tanah, pH tanah dan
pertumbuhan tanaman. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dinamika N-NH4 dan N-NO3 serta perubahan pH tanah
Inceptisol akibat aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 selama pertumbuhan
vegetatif tanaman jagung.
2. Untuk mengetahui pengaruh pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta interaksinya
terhadap N-NH4 dan N-NO3, pH dan pertumbuhan tanaman jagung.
Hipotesa Penelitian
1. Aplikasi pupuk Urea berpengaruh terhadap N-NH4 dan N-NO3, pH tanah dan
Pertumbuhan tanaman jagung di tanah Inceptisol.
2. Aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh terhadap N-NH4 dan N-NO3, pH tanah
dan pertumbuhan tanaman jagung di tanah Inceptisol.
3. Interaksi antara aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 mempengaruhi N-NH4
Kegunaan Penelitian
- Sebagai bahan informasi mengenai upaya meningkatkan ketersediaan unsur N pada tanah Inceptisol dan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L) dengan pemberian pupuk Urea dan kapur CaCO3.
TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Inceptisol
Inceptisol adalah tanah yang memiliki epipedon okrik dan albik seperti tanah Entisol dan memiliki beberapa sifat penciri lain seperti horison kambik tetapi belum memenuhi bagi ordo tanah lain (Hardjowigeno, 1993). Menurut Soil Survey Staff (2010), konsep sentral Inceptisol adalah tanah-tanah dari daerah dingin atau sangat panas, lembab, sub lembab dan yang mempunyai horison kambik dan epipedon okrik. Informasi sifat tanah ini membantu dalam sistem klasifikasi tanah baku, sehingga dapat memberikan pengetahuan awal tentang pengelolaan tanah ini, terutama dalam ekosistem lahan kering.
Tanah Inceptisol yang terdapat di dataran rendah solum yang terbentuk pada umumnya tebal sedangkan pada daerah-daerah berlereng curam solum yang terbentuk tipis. Warna tanah Inceptisol beraneka ragam tergantung dari jenis bahan induknya (Wambeke, 1992).
Abdurachman et al. (2008), umumnya lahan kering seperti Inceptisol memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah (NPK rendah).
Jumlah basa-basa dapat tukar di seluruh lapisan tanah Inceptisol tergolong sedang sampai tinggi. Kompleks absorbsi didominasi ion Mg dan Ca, dengan kandungan ion K relatif rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) sedang sampai tinggi di semua lapisan. Kejenuan basa (KB) rendah sampai tinggi (Damanik,dkk., 2010).
Pupuk Urea [CO(NH2)2]
Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk Urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia CO(NH2)2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat. Pupuk Urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg Urea mengandung 46 kg Nitrogen (Damanik,dkk, 2010).
Urea dibuat secara komersil dari amoniak dan karbon dioksida melalui senyawa intermedier ammonium karbonat. Reaksi sebagai berikut:
2NH3 +CO2 ↔ NH2COONH4 ↔ NH2CONH2+ H2O
membuatnya jadi butiran, larutan tersebut disemprot dengan prilling tower seperti halnya pembuatan nitrat secara prilling (Lubis, dkk, 1985).
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa pakar pupuk mengenai pupuk urea seperti berikut (Damanik,dkk, 2010) :
- Gaylord M Volk dari Universitas Florida mendapatkan bahwa perubahan amida ke bentuk amonia membutuhkan waktu 1 - 3 hari sesudah pemupukan. - Allison (1939) dalam Muhali (1980) mendapatkan bahwa pupuk urea
mengalami pencucian dari tanah selama 4 hari dari pemupukan, berarti bahwa perubahan seluruh amida ke amonia membutuhkan waktu 4 hari
- Universitas Wisconsin (Amerika) mendapatkan bahwa senyawa N dari Urea akan berubah menjadi bentuk nitrat dalam waktu lebih kurang 7 hari.
- Teucher dan Adler menyatakan bahwa perubahan dari urea ke bentuk amonium karbonat lalu ke asam dan akhirnya ke bentuk nitrat membutuhkan waktu lebih kurang 3 - 4 minggu.
Sifat urea yang lain yang tidak menguntungkan adalah urea bersifat mobil dalam larutan tanah sehingga mudah mengalami pencucian., karena tidak dapat terjerap oleh koloid tanah. Untuk dapat diserap tanaman urea harus mengalami proses amonifikasi dan nitrifikasi terlebih dahulu. Cepat dan lambatnya perubahan bentuk amide dari Urea ke bentuk senyawa N yang dapat diserap tanaman sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain populasi, aktifitas mikroorganisme, kadar air dari tanah, temperatur tanah dan banyaknya pupuk Urea yang diberikan. Proses perubahan tersebut terlihat dalam reaksi berikut :
CO(NH2)2 + H2O 2NH3 +H2CO3 hidrolisis enzimatik 2NH4+ +CO32-
2NO2- + O2 Oksidasi enzimatik 2NO3- + E
Sebelum hidrolisis terjadi, Urea bersifat mobil seperti nitrat dan ada kemungkinan tercuci kebawah zona perakaran. Kejadian ini dimungkinkan terutama jika curah hujan tinggi dan struktur tanah yang kurang baik. (Hasibuan, 2008).
Pada tanah masam dan netral: kehilangan urea lebih besar dibanding
pupuk NH4+ , reaksi awal NH4+ bersifat asam. Hidrolisis Urea meningkatkan pH
sekitar butiran:
CO(NH2) 2 (urea) + H+ + 2H2O 2NH4+ +HCO3-
ini memerlukan H+ dan menaikkan pH, dapat mencapai > 7
mendorong reaksi : NH4+ + HCO3- NH3 + H2O + CO2
Pada tanah kapuran (calcareous soils), kehilangan Urea secara potensial tetap
tinggi. Pupuk NH4+ lebih mudah menguap dibanding dalam suasana asam, karena
bereaksi dengan karbonat, NH4+ + HCO3- , NH3 + H2O + CO2 , kehilangan
ammonium fosfat and sulfat lebih tinggi dibanding garam ammonium yang
terlarut seperti klorida dan nitrat (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Defisiensi nitrogen (N) pada tanaman lebih sering dijumpai daripada unsur lainnya. Namun demikian, uji hara N sulit dilakukan dan kurang berkembang dibandingkan uji P dan K. Indikator yang saat ini digunakan adalah dengan mengukur N-NO3 dan N-NH4 yang tersisa dalam tanah. Sekitar 97-99% N
proses pencucian, fiksasi, denitrifikasi, dan lainnya. Kondisi tersebut mempersulit pendugaan tentang kapan dan berapa jumlah N yang dapat tersedia (Dahnke and Johnson, 1990).
Nitrogen Dalam Tanah
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro bagi pertumbuhan tanaman yang sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan seperti daun, batang, dan akar (Hakim,1986). Nitrogen diserap oleh tanaman dengan kuantitas terbanyak dibandingkan dengan unsur lain yang didapatkan dari tanah. Sumber nitrogen di dalam tanah adalah dari fiksasi oleh mikroorganisme, air irigasi dan hujan, absorpsi amoniak, perombakan bahan organik, dan pemupukan. Nitrogen di dalam tanah mempunyai dua bentuk utama, yaitu nitrogen organik dan nitrogen anorganik berupa amonium (NH4), amoniak (NH3), nitrit (NO2), dan
nitrat ( NO3) (Stevenson, 1982).
Mineralisasi merupakan proses konversi nitrogen bentuk organik menjadi bentuk mineral. Amonifikasi adalah proses enzimatik yang mengubah senyawa amino menjadi amonium dengan bantuan bakteri heterotrof. Kecenderungan NH4
terbentuk karena kehadiran ion-ion hidrogen dalam tanah, dan ikatan yang kuat terbentuk antara amonia dan hidrogen dari penyatuan elektron (Foth, 1998). Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
R-NH2 + H2O R-OH + NH3 + energi
NH3 + H+ NH4
Amonium yang terbentuk pada proses ini : (1) diubah menjadi N-NO3 melalui
selanjutnya; (4) fiksasi dalam kisi-kisi mineral liat; dan (5) diubah menjadi N2 dan
dilepaskan perlahan kembali ke atmosfer (Havlin et al., 1999).
Bila dalam tanah lebih banyak ion NH4+ dari pada K+ maka serapan K
berkurang karena mobilitasnya dihalangi ion NH4+. Oleh sebab itu, pupuk
amonium berlebihan dapat menyebabkan defisiensi kalium, khususnya pada tanah masam miskin K (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Kondisi aerob akan menyebabkan nitrifikasi. Nitrifikasi akan mengubah NH4 menjadi NO3 sehingga meningkatkan konsentrasi N-NO3 di dalam tanah.
Pengubahan bentuk NH4 menjadi NO3 dibantu oleh bakteri Nitrosomonas dan
Nitrobacter. Sebagian besar bakteri tanah merupakan kemoheterotrof, yang
bergantung pada bahan organik dan bersifat non-fotosintetik (Hanafiah, 2005). Konsentrasi N-NO3 di dalam tanah sangat tidak stabil. Selama
berlangsungnya inkubasi konsentrasi N-NO3 selalu mengalami peningkatan dan
penurunan sehingga laju mineralisasinya tidak dapat ditentukan secara tepat. Peningkatan konsentrasi N-NO3 disebabkan oleh tersedianya oksigen yang cukup
sehingga menyebabkan kondisi aerob. Kondisi aerob menyebabkan terjadinya nitrifikasi menghasilkan nitrat dengan bahan baku amonium yang ada di dalam tanah dan dibantu oleh ketersediaan air sebagai media bagi mikroorganisme untuk proses tersebut sehingga konsentrasi N-NO3 meningkat (Noviardi, 2008).
maka dikaji pergerakannya ke permukaan akar agar tidak hilang sehingga merupakan suatu usaha ke arab efisiensi pemupukan (Mukhlis dan Fauzi, 2003).
Ancaman kehilangan hara N dari aplikasi pupuk sangat besar, sehingga sekitar 50 - 90 % dari total hara N yang dibutuhkan oleh tanaman jagung diaplikasikan dalam bentuk pupuk secara sidedress ketika tanaman jagung sudah tumbuh tingginya mencapai 10 - 20 inci (Soemarno, 2011).
Kapur CaCO3
Kalsium karbonat diperoleh dari batu kapur (kalsit), merupakan mineral primer. Kalsium karbonat mengandung lebih kurang 80 % Ca0. Dengan menggiling batu kapur sampai kehalusan 80 mesh sampai 100 mesh batu kapur sudah dapat dipakai sebagai bahan kapur untuk pengapuran pada tanah-tanah masam (Damanik,dkk, 2010).
Suasana masam dalam tanah dapat ditanggulangi dengan pemberian kapur. Mekanisme reaksi dari bahan kapur pada komplek tanah masam dapat dilukiskan sebagai berikut :
H+ + CaCO3 Ca++ + CO2 + H2O
H+ koloid Ca++
H+ + CaO Ca++ + H2O
H+ koloid Ca++
H+ + Ca(OH)2 Ca++ + 2 H2O
H+ koloid Ca++
(Buckman and Brady, 1982)
Pernberian kapur kalsit (CaCO,) dapat meningkatkan pertumbuhan semai sarnpai dosis A1 (1.5 gram/polybag) dengan peningkatan perturnbuhan tinggi
Kemudian cenderung menurun pada dosis 3 dan 4.5 gram/polybag dengan penurunan tinggi sebesar 9.16% dan 20.30% dan penurunan diameter sebesar 13.9% dan 20.68%. Hal ini disebabkan karena pada saat pH mendekati netral, tanaman dapat leluasa tumbuh dengan baik tanpa mendapat gangguan akibat unsur-unsur toksik yang tirnbul akibat kemasaman tanah (Nugroho, 2000).
Dengan pemberian kapur dapat meningkatkan pH tanah dan menciptakan kondisi lingkungan tanah yang baik untuk kehidupan mikroorganisme didalam tanah sehingga akan mempercepat proses mineralisasi N dari sumber pupuk N dan kadar N-NH4 yang dihasilkanpun meningkat (Ibrahim dan Kasno, 2008). Mineralisasi merupakan proses konversi nitrogen bentuk organik menjadi bentuk mineral. Menurut Soepardi (1996) ion-ion nitrat, nitrit, dan amonium jumlahnya bergantung pada jumlah pupuk yang diberikan dan kecepatan dekomposisi bahan tanah. Laju mineralisasi nitrogen bergantung pada suhu, rasio C/N, pH tanah, dan susunan mineral lempung (Sanchez 1992).
Pada penelitian Sumarwoto (2002) dinyatakan bahwa pemberian kapur yang tinggi ini berdampak negatif terhadap ketersediaan P terutama pada 2 Al
-dd.
Kadar P turun dari 20,89 ppm (0
Al-dd), menjadi 16,44 ppm (1 Al-dd) dan 6,63
ppm (2 Al
-dd). Pada Sanchez (1992) menyatakan bahwa kapur juga melepaskan Ca
yang selanjutnya membentuk ikatan dengan P sehingga peningkatan P dari Al-P menjadi semakin rendah.
Kelainan hara dapat timbul karena kelebihan kalsium, seperti terjadi pada tanah berkadar kalsium karbonat tinggi, pengapuran yang berlebihan pada tanah masam atau terjadinya akumulasi garam kalsium, baik melalui aliran kapiler, maupun karena tidak adanya pencucian yang intensif (BPLP,1991).
Pada tanah masam, kelarutan kation-kation Fe, Al, Mn, Cu, Zn tinggi; sedang pada tanah alkalin Ca dan Mg berada dalam jumlah banyak. Ion fosfor sangat mudah bereaksi dengan kation-kation tersebut membentuk ikatan kompleks yang mengendap dan sukar tersedia. Dengan besi, aluminium, dan mangan, ion P membentuk mineral strengit, varasit, dan manganifosfat yaitu bentuk-bentuk fiksasi fosfat utama pada tanah-tanah masam. Ikatan P dengan kalsium membentuk mineral apatit, merupakan bentuk fiksasi P pada tanah alkalin atau kalkareus. Hubungan pH dengan penyerapan unsur hara oleh akar tanaman ditunjukkan oleh gambar berikut:
Kelebihan Ca tidak secara langsung meracuni tanaman atau organisme lain, tanah yang memiliki Ca tinggi dapat menghambat serapan hara yang lain, dapat juga menyebabkan kekahatan K atau Mg (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Jagung dapat tumbuh di daratan rendah sampai dengan ketinggian 1800 m diatas permukaan laut, pada semua jenis tanah asalkan gembur, subur, aerasi dan draenase yang baik. Tekstur yang paling baik untuk tanaman jagung adalah lempung berdebu dengan tingkat kemasaman 5 – 7 kekeringan di bawah 8 %. Tanaman jagung sangat efisien dalam penggunan energi matahari, membutuhkan lebih banyak air pada massa pertumbuhan vegetatif (Kuswara, 1982).
Suhu udara ideal untuk perkecambahan benih jagung adalah 30oC-32oC dengan kapsitas air tanah 25%-60% Selama pertumbuhan tanaman jagung membututhkan suhu optimum 23oC-27oC. Curah hujan ideal untuk tanaman jagung adalah antara 100-200mm/bulan. Curah hujan paling optimum adalah sekitar 100mm-125mm/bulan dengan distribusi hujan merata. Unsur iklim penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung adalah faktor penyinaran matahari. Tanaman jagung membutuhkan penyinaran matahari penuh, maka tempat penanamannya harus terbuka (Rukmana, 1997).
Kekurangan atau ketidaktepatan pemberian pupuk N sangat merugikan bagi tanaman dan lingkungan. Secara umum pupuk N dapat meningkatkan produksi jagung. Nitrogen diperlukan oleh tanaman jagung sepanjang pertumbuhannya. Pada awal pertumbuhannya akumulasi N dalam tanaman relatif lambat dan setelah tanaman berumur 4 minggu akumulasi N berlangsung sangat cepat. Pada saat pembungaan (bunga jantan muncul) tanaman jagung telah mengabsorbsi N sebanyak 50% dari seluruh kebutuhannya. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil jagung yang baik, unsur hara N dalam tanah harus cukup tersedia pada fase pertumbuhan tersebut (Sutoro, dkk, 1988).
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Kimia Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dengan ketinggian + 25 m dpl. Penelitian ini dimulai pada bulan April 2013 sampai dengan September 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Benih jagung varietas Pioneer P-23 sebagai tanaman indikator, tanah Inceptisol Kwala Bekala, pupuk urea (45% N) sebagai bahan perlakuan, kapur CaCO3 sebagai bahan
perlakuan, Pupuk SP-36 dan KCl sebagai pupuk dasar, air untuk kebutuhan tanaman, Bahan-bahan kimia untuk keperluan analisa.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk mengambil contoh tanah dari lapangan, timbangan untuk menimbang tanah, polibag dengan kapasitas 10 kg untuk wadah tanaman jagung, karung plastik, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, ayakan untuk mengayak tanah, peralatan laboratorium untuk keperluan analisa.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :
Faktor pupuk Urea dengan 4 taraf dan Faktor kapur CaCO3 dengan 4 taraf.
U2 = 150 kg N/ha setara dengan 1.64 g Urea / 10 kg BTKO U3 = 225 kg N/ha setara dengan 2.46 g Urea / 10 kg BTKO Faktor 2. Pemberian Kapur CaCO3 (K) dengan 4 taraf yaitu :
K0 = 0 ton kapur CaCO3/ha setara 0 g Kapur CaCO3/ 10 kg BTKO
K1 = 2.032 ton kapur CaCO3/ha setara 10.16 g Kapur CaCO3/10 kg BTKO
K2 = 4.064 ton kapur CaCO3/ha setara 20.32 g Kapur CaCO3/ 10 kg BTKO
K3 = 6.096 ton kapur CaCO3/ha setara 30.48 g Kapur CaCO3/ 10 kg BTKO
Perlakuan kapur tersebut ditentukan setelah analisis awal dengan menggunakan metode kurva Ca(OH)2, dimana pH yang diinginkan yaitu 6.5
Masing-masing perlakuan dilakukan dengan 3 ulangan sehingga diperoleh 48 satuan percobaan.
Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan yaitu U0K0 U1K0 U2K0 U3K0
U0K1 U1K1 U2K1 U3K1 U0K2 U1K2 U2K2 U3K2 U0K3 U1K3 U2K3 U3K3
Bagan percobaan dapat dilihat pada lampiran 1. Dengan model linier aditif sebagai berikut : Yij = µ + σi+ αj + βk + (αβ)jk+ Σijk
Yij : Hasil pengamatan yang diperoleh pada pemberian pupuk urea pada taraf
ke-j dan kapur kalsit pada taraf ke-k pada ulangan ke-i µ : Nilai tengah
σi : Pengaruh ulangan ke-i (i : 1,2,3)
βjk : Pengaruh pemberian kapur kalsit pada taraf ke-k (k : 1,2,3,4)
(αβ)jk : Pengaruh interaksi dari pemberian pupuk urea pada taraf ke-j dan kapur
kalsit pada taraf ke-k pada ulangan ke-i
Σijk : Faktor galat dari perlakuan
Pelaksanaan Penelitian
a) Pengambilan contoh tanah
Bahan tanah diambil secara komposit dari Kwala Bekala, Medan dari kedalaman 0-20 cm dari permukaan tanah. Kemudian tanah dikering udarakan dan diayak, selanjutnya dihitung kadar air tanah kering udara dan kapasitas lapang.
b) Analisis awal
Diambil sampel bahan tanah kering udara untuk analisis awal yaitu : tekstur, C-organik, pH dan penetapan kebutuhan kapur metode kurva Ca(OH)2 untuk menetapkan perlakuan kapur CaCO3 dengan pH yang di
inginkan yaitu pH 6.5. Hasil analisis awal dapat dilihat pada lampiran 2. c) Aplikasi bahan kapur CaCO3
Tanah dimasukkan ke polibag setara dengan 10 kg tanah kering oven, lalu ditambahkan kapur CaCO3 sesuai dengan dosis yang ditentukan.
penambahan kapur di inkubasi selama 1 minggu dalam keadaan kapasitas lapang.
d) Aplikasi pupuk Urea dan penanaman
Setelah inkubasi kapur CaCO3 1 minggu, maka dilakukan aplikasi pupuk
KCl 100 ppm dengan cara dicampurkan dengan tanah, kemudian dilakukan penanaman benih jagung sebanyak 3 benih / polibag.
e) Pemeliharaan
Penjarangan tanaman dilakukan sesudah 2-3 minggu sesudah tanam, penyiraman dilakukan setiap hari agar kondisi tanah tetap dalam keadaan kapasitas lapang, penyemprotan hama, pembersihan dari gulma.
f) Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada akhir masa vegetatif ( + 80 % telah berbunga ) dengan memisahkan tanaman bagian bawah (akar) dan bagian atas (tajuk). Akar dicuci dengan air hingga bersih dan dimasukkan ke dalam amplop, tanaman bagian atas juga dimasukkan ke dalam amplop. Kemudian diovenkan pada suhu 70oC selama + 24 jam.
Pengamatan Parameter 1. Analisa Awal
a) Penetapan tekstur tanah dengan metode analisa mekanis (Hydrometer) b) pH H2O dengan metode elektrometri
c) C-organik tanah dengan menggunakan metode Wakley and Black d) Penetapan kebutuhan kapur Ca(OH)2 pada pH 6.5
e) Penetapan N-total tanah dengan metode Kjehldal 2. Analisa Tanah
a) pH H2O dengan metode elektrometri diukur setiap minggu setelah
tanam sampai pada akhir fase vegetatif.
b) N-NH4 dan N-NO3 diekstrak dengan KCl 1 N dan diukur dengan
dan 432 nm diukur setiap minggu setelah tanam sampai pada akhir fase vegetatif.
3. Analisa Tanaman a) Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur pada akhir Pertumbuhan vegetatif menggunakan meteran mulai dari permukaan tanah sampai daun yang paling tinggi.
b) Bobot kering tajuk
Bobot kering tajuk tanaman setelah diovenkan 70oC selama + 24 jam kemudian ditimbang berat keringnya.
c) Bobot kering akar
Bobot kering akar tanaman setelah diovenkan 70oC selama + 24 jam kemudian ditimbang berat keringnya.
d) Kadar N tanaman dengan metode destruksi basa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Adapun hasil analisis dan pengamatan yang dilakukan adalah N-NH4,
N-NO3, pH tanah, tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot kering
tajuk, bobot kering akar dan serapan N tanaman. N-NH4 Tanah (ppm)
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 10 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk Urea berpengaruh nyata terhadap dinamika pelepasan N-NH4 pada
pengukuran setiap minggunya. Sedangkan aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh
nyata terhadap dinamika pelepasan N-NH4 pada pengukuran minggu kedua,
ketiga, keempat dan keenam dan berpengaruh tidak nyata pada pengukuran minggu pertama dan kelima. Interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3
berpengaruh nyata terhadap dinamika pelepasan N-NH4 hanya pada pengukuran
minggu ketiga. Dinamika pelepasan N-NH4 pada tanah Inceptisol akibat aplikasi
pupuk Urea, kapur CaCO3 dan interaksinya disajikan pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel
3, Gambar 1 dan Gambar 2.
Tabel 1. Rataan hasil analisis N-NH4 pada tanah Inceptisol dengan pemberian
beberapa dosis pupuk Urea.
Perlakuan Minggu ke-
I II III IV V VI
---ppm---
U0 73.2 d 63.3 d 41.4 d 71.4 d 55.5 c 71.8 d
U1 322.4 c 204.0 c 67.6 c 90.3 c 85.3 b 85.7 c
U2 404.5 b 320.3 b 129.4 b 104.2 b 105.6 ab 100.2 b
U3 511.4 a 354.8 a 193.9 a 111.3 a 115.2 a 112.9 a
Gambar 1. Dinamika N-NH4 dengan pemberian beberapa dosis pupuk urea yang
diukur selama 6 minggu
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk Urea yang diaplikasikan, maka cenderung semakin tinggi N-NH4 yang
tersedia. Hal tersebut ditunjukkan pada setiap minggunya dimana N-NH4 tertinggi
yaitu perlakuan U3 pada minggu pertama (511.44 ppm), minggu kedua (354.8
ppm), minggu ketiga (193.9 ppm), minggu keempat (111.29 ppm), minggu kelima (115.24 ppm) dan minggu keenam (112.89 ppm). Sedangkan N-NH4 terendah
yaitu pada perlakuan U0 pada minggu pertama (73.217 ppm), minggu kedua
(63.315 ppm), minggu ketiga (41.405 ppm), minggu keempat (71.357 ppm), minggu kelima (55.536 ppm) dan minggu keenam (71.767 ppm). Dan dari setiap pengukuran pada setiap minggunya menunjukkan aplikasi pupuk Urea dengan berbagai dosis berpengaruh nyata terhadap dinamika pelepasan N-NH4 tanah.
Pada grafik dapat dilihat dinamika N-NH4 yang mengalami penurunan jumlah
pada semua dosis pupuk urea dimulai setelah minggu pertama. Pada minggu ketiga dan seterusnya, dinamika N-NH4 mulai tampak lebih stabil.
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
0 1 2 3 4 5 6 7
ppm
N
-N
H4
Minggu
ke-Grafik dinamika N-NH4 dengan pemberian beberapa dosis pupuk urea
[image:34.595.115.477.87.303.2]Tabel 2. Rataan hasil analisis N-NH4 pada tanah Inceptisol dengan pemberian
beberapa dosis kapur CaCO3.
Perlakuan Minggu ke-
I II III IV V VI
---ppm---
K0 299.4 211.1b 91.3 c 88.7 b 85.8 87.4 b
K1 320.0 222.5b 97.5 c 91.6 b 90.5 88.8 b
K2 340.7 250.8 a 117.2 ab 97.8 a 91.4 96.0 a
K3 351.4 258.0 a 126.3 a 98.9 a 94.1 98.3 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT
Gambar 2. Dinamika N-NH4 dengan pemberian beberapa dosis kapur CaCO3
yang diukur selama 6 minggu
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis kapur CaCO3 yang diaplikasikan, maka cenderung semakin tinggi N-NH4 yang
tersedia. Hal tersebut ditunjukkan pada setiap minggunya dimana N-NH4 tertinggi
yaitu perlakuan K3 pada minggu pertama (351.41 ppm), minggu kedua (258.04
ppm), minggu ketiga (126.26 ppm), minggu keempat (98.911 ppm), minggu kelima (94.071 ppm) dan minggu keenam (98.328 ppm). Sedangkan N-NH4
terendah yaitu pada perlakuan K0 pada minggu pertama (299.412 ppm), minggu
[image:35.595.114.479.262.480.2]ppm), minggu kelima (85.776 ppm) dan minggu keenam (87.404 ppm). Dan dari setiap pengukuran pada setiap minggunya menunjukkan aplikasi kapur CaCO3
membantu pelepasan N-NH4 tanah walaupun aplikasi kapur CaCO3 tidak
berpengaruh nyata setiap minggunya. Aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh nyata
terhadap dinamika pelepasan N-NH4 pada minggu kedua, minggu ketiga, minggu
keempat dan minggu keenam. Grafik menunjukkan dinamika N-NH4 yang
[image:36.595.116.514.344.613.2]mengalami penurunan jumlah yang signifikan hingga minggu ketiga dan kemudian mulai stabil pada minggu keempat dan seterusnya.
Tabel 3. Rataan hasil analisis N-NH4 pada tanah Inceptisol dengan interaksi
beberapa dosis pupuk Urea dan kapur CaCO3.
Perlakuan Minggu ke-
I II III IV V VI
---ppm---
U0
K0 70.81 48.06 32.59 e 66.9 45.41 64.56
K1 57.56 52.18 35.76 e 67.68 50.24 67.99
K2 82.32 70.9 42.12 e 72.42 61.8 74.24
K3 82.18 82.12 55.16 de 78.42 64.69 80.27
U1
K0 284.6 159.5 62.59 d 81.31 79.12 81.55
K1 330.6 187.4 66.43 d 89.28 82.82 80.65
K2 331 217 67.29 d 93.78 86.45 88.08
K3 343.2 252.1 73.97 cd 96.71 92.88 92.4
U2
K0 392.5 286.2 84.61 c 99.84 106.7 94.96
K1 402 310.9 98.16 c 98.88 105.7 95.03
K2 410 354.1 158.3 ab 110.1 101.4 105.3
K3 413.6 330.1 176.6 ab 108 108.7 105.5
U3
K0 449.8 350.8 185.5 a 106.9 111.8 108.6
K1 489.9 339.4 189.6 a 110.7 123.1 111.5
K2 539.3 361.2 201.2 a 115 115.9 116.4
K3 566.7 367.8 199.3 a 112.5 110 115.2
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dinamika pelepasan N-NH4 akibat
interaksi pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata kecuali pada
ketiga dapat dilihat bahwa N-NH4 tertinggi yaitu pada perlakuan U3K0 (185.5
ppm), U3K1 (189.6 ppm), U3K2 (201.2 ppm) dan U3K3 (199.3 ppm) dan N-NH4
terendah yaitu pada perlakuan U0K0 (32.59 ppm), U0K1 (35.76 ppm) dan U0K2
(42.12 ppm).
N-NO3 Tanah (ppm)
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 11 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk Urea berpengaruh nyata terhadap dinamika pelepasan N-NO3 pada
pengukuran setiap minggunya. Sedangkan aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh
nyata terhadap dinamika pelepasan N-NO3 pada pengukuran minggu kedua,
keempat dan keenam dan berpengaruh tidak nyata pada pengukuran minggu pertama, ketiga dan kelima. Interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3
berpengaruh nyata terhadap dinamika pelepasan N-NO3 hanya pada pengukuran
minggu pertama. Dinamika pelepasan N-NO3 pada tanah Inceptisol akibat aplikasi
pupuk Urea, kapur CaCO3 dan interaksinya disajikan pada Tabel 4, Tabel 5, Tabel
[image:37.595.114.514.542.641.2]6, Gambar 3 dan Gambar 4.
Tabel 4. Rataan hasil analisis N-NO3 pada tanah Inceptisol dengan pemberian
beberapa dosis pupuk Urea.
Perlakuan Minggu ke-
I II III IV V VI
---ppm---
U0 4.63 a 15.29 c 17.08 d 25.15 d 27.35 d 24.09 c
U1 4.42 a 17.92 b 22.10 c 27.53 c 29.47 c 25.96 c
U2 4.09 a 29.41 a 29.27 b 31.09 b 32.94 b 30.62 b
U3 3.56 b 31.43 a 32.13 a 33.54 a 35.45 a 35.04 a
Gambar 3. Dinamika N-NO3 dengan pemberian beberapa dosis pupuk urea yang
diukur selama 6 minggu
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa beberapa dosis pupuk Urea yang diaplikasikan, berpengaruh nyata terhadap dinamika pelepasan N-NO3.
Hal tersebut ditunjukkan pada setiap minggunya dimana N-NO3 tertinggi yaitu
perlakuan U0 pada minggu pertama (4.63 ppm) dan pada perlakuan U3 pada
minggu kedua (31.43 ppm), minggu ketiga (32.13 ppm), minggu keempat (33.54 ppm), minggu kelima (35.45 ppm) dan minggu keenam (35.04 ppm). Sedangkan N-NO3 terendah yaitu pada perlakuan U3 pada minggu pertama (3.56 ppm) dan
pada perlakuan U0 pada minggu kedua (15.29 ppm), minggu ketiga (17.08 ppm),
minggu keempat (25.15 ppm), minggu kelima (27.35 ppm) dan minggu keenam (24.09 ppm). Grafik menunjukkan terjadi kecenderungan peningkatan jumlah N-NO3 secara signifikan hingga minggu kelima dan mulai menurun kembali pada
Tabel 5. Rataan hasil analisis N-NO3 pada tanah Inceptisol dengan pemberian
beberapa dosis kapur CaCO3.
Perlakuan Minggu ke-
I II III IV V VI
---ppm---
K0 4.13 22.09 b 24.17 28.13 b 30.99 27.59 c
K1 4.27 22.57 b 24.77 28.87 ab 31.20 27.72 c
K2 4.25 23.62 b 25.56 30.11 a 31.20 29.73 ab
K3 4.08 25.77 a 26.09 30.18 a 31.82 30.66 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT
Gambar 4. Dinamika N-NO3 dengan pemberian beberapa dosis kapur CaCO3
yang diukur selama 6 minggu
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa beberapa dosis kapur CaCO3 yang
diaplikasikan,kurang berpengaruh terhadap dinamika pelepasan N-NO3. Hal
tersebut ditunjukkan pada N-NO3 tertinggi yaitu perlakuan K1 pada minggu
pertama (4.27 ppm) dan pada perlakuan K3 pada minggu kedua (25.77 ppm),
minggu ketiga (26.09 ppm), minggu keempat (30.18 ppm), minggu kelima (31.82 ppm) dan minggu keenam (30.66 ppm). Sedangkan N-NO3 terendah yaitu pada
perlakuan K3 pada minggu pertama (4.08 ppm) dan pada perlakuan U0 pada
[image:39.595.114.478.259.479.2]ppm), minggu kelima (30.99 ppm) dan minggu keenam (27.59 ppm). Grafik menunjukkan dinamika N-NO3 yang cenderung meningkat secara signifikan pada
semua dosis perlakuan kapur CaCO3 hingga minggu kelima yang kemudian
[image:40.595.112.514.235.501.2]menurun kembali pada minggu keenam.
Tabel 6. Rataan hasil analisis N-NO3 pada tanah Inceptisol dengan interaksi
beberapa dosis pupuk Urea dan kapur CaCO3.
Perlakuan Minggu ke-
I II III IV V VI
---ppm---
U0
K0 5.18 a 14.51 16.67 25.27 27.22 23.85
K1 4.68 a 14.23 17.4 25.57 26.3 23.56
K2 4.2 a 15.41 16.46 25.16 27.69 23.65
K3 4.46 a 17.03 17.8 24.6 28.18 25.31
U1
K0 5.32 a 17.33 20.88 26.02 30.22 25.4
K1 4.93 a 17.16 20.81 26.49 29.27 23.61
K2 3.28 bc 17.41 22.78 28.22 28.5 26.55
K3 4.14 ab 19.78 23.92 29.37 29.9 28.27
U2
K0 3.84 b 26.88 27.47 29.62 31.63 28.67
K1 3.65 b 29.25 29.5 30.98 33.15 29.29
K2 4.74 a 29.63 30.18 32.36 32.95 32.59
K3 4.15 a 31.87 29.92 31.39 34.03 31.92
U3
K0 2.19 c 29.67 31.65 31.63 34.88 32.43
K1 3.83 b 29.65 31.38 32.43 36.1 34.43
K2 4.78 a 32.02 32.81 34.71 35.66 36.15
K3 3.55 b 34.4 32.7 35.37 35.18 37.15
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dinamika pelepasan N-NO3 akibat
interaksi pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata kecuali pada
minggu pertama. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada perlakuan interaksi, semakin tinggi dosis kedua perlakuan, maka terdapat kecenderungan peninngkatan N-NO3 selama masa vegetatif tanaman jagung. Dimana pada
minggu pertama, jumlah N-NO3 yang tertinggi yaitu pada perlakuan U0K0 (5.18
U2K3 (4.15 ppm) dan U3K2 (4.78 ppm) sedangkan jumlah N-NO3 terendah yaitu
pada perlakuan U2K0 (2.19 ppm).
Kemasaman Tanah (pH)
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 12 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk Urea berpengaruh nyata terhadap kemasaman tanah (pH) pada pengukuran minggu kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam. Sedangkan aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap kemasaman tanah (pH) pada pengukuran
setiap minggunya. Interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 berpengaruh
nyata terhadap kemasaman tanah (pH) pada pengukuran minggu kedua, ketiga dan keenam. Perubahan kemasaman tanah (pH) pada tanah Inceptisol akibat aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 dan interaksinya disajikan pada Tabel 7, Tabel
[image:41.595.116.513.458.544.2]8, Tabel 9, Gambar 5 dan Gambar 6.
Tabel 7. Rataan hasil analisis pH pada tanah Inceptisol dengan pemberian beberapa dosis pupuk Urea.
Perlakuan Minggu ke-
I II III IV V VI
U0 7.00 7.02 d 6.2 d 6.07 d 5.93 b 5.58 d
U1 7.09 7.27 c 6.26 c 6.15 c 5.95 b 5.65 b
U2 7.08 7.36 b 6.41 b 6.23 b 6.01 a 5.76 a
U3 7.12 7.55 a 6.49 a 6.34 a 5.73 c 5.61 c
Gambar 5. Pengukuran perubahan pH tanah dengan pemberian beberapa dosis pupuk urea selama 6 minggu
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa beberapa dosis pupuk Urea yang diaplikasikan berpengaruh nyata pada minggu kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam. Hal tersebut ditunjukkan dari pH tertinggi yaitu perlakuan U3
pada minggu pertama (7.12), minggu kedua (7.55), minggu ketiga (6.49), minggu keempat (6.34) dan pada perlakuan U2 pada minggu kelima (6.01) dan minggu
keenam (5.76). Sedangkan pH terendah yaitu pada perlakuan U0 pada minggu
pertama (7), minggu kedua (7.02), minggu ketiga (6.2), minggu keempat (6.07) dan pada perlakuan U3 pada minggu kelima (5.73) dan pada perlakuan U0 pada
Tabel 8. Rataan hasil analisis pH pada tanah Inceptisol dengan pemberian beberapa dosis kapur CaCO3.
Perlakuan Minggu ke-
I II III IV V VI
K0 6.54 c 6.63 c 6.07 d 5.98 d 5.56 d 5.34 d
K1 7.19 b 7.50 b 6.29 c 6.16 c 5.84 c 5.50 c
K2 7.27 ab 7.54 a 6.44 b 6.28 b 6.05 b 5.73 b
K3 7.30 a 7.51 ab 6.56 a 6.37 a 6.17 a 6.02 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT
Gambar 6. Pengukuran perubahan pH tanah dengan pemberian beberapa dosis kapur CaCO3 selama 6 minggu
Dari tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa beberapa dosis kapur CaCO3 yang diaplikasikan berpengaruh nyata terhadap pH. Hal tersebut
ditunjukkan pada setiap minggunya dimana pH tertinggi yaitu perlakuan K3 pada
minggu pertama (7.3) dan pada perlakuan K2 pada minggu kedua (7.54) dan pada
perlakuan K3 pada minggu ketiga (6.56), minggu keempat (6.37), minggu kelima
(6.17) dan minggu keenam (6.02). Sedangkan pH terendah yaitu pada perlakuan K0 pada minggu pertama (6.54), minggu kedua (6.63), minggu ketiga (6.07),
[image:43.595.116.479.256.468.2]di atas menunjukkan terjadinya kecenderungan penurunan pH secara perlahan dimulai dari minggu kedua pengukuran pada setiap dosis pengapuran. Pengapuran dapat menetralisir kemasaman tanah akibat pemberian pupuk urea.
Tabel 9. Rataan hasil analisis pH pada tanah Inceptisol dengan interaksi beberapa dosis pupuk Urea dan kapur CaCO3.
Perlakuan Minggu ke-
I II III IV V VI
U0
K0 6.5 6.2 i 5.97 l 5.85 5.57 5.27 j
K1 7.07 7.16 e 6.16 ij 6.02 5.87 5.41 h
K2 7.23 7.35 d 6.27 g 6.15 6.08 5.64 f
K3 7.2 7.39 d 6.41 e 6.26 6.21 5.98 c
U1
K0 6.6 6.6 h 6.03 k 5.94 5.58 5.33 i
K1 7.24 7.47 c 6.22 h 6.12 5.88 5.5 g
K2 7.25 7.48 c 6.32 fg 6.25 6.14 5.75 e
K3 7.28 7.52 c 6.46 d 6.3 6.21 6.04 b
U2
K0 6.54 6.8 g 6.11 j 6.01 5.69 5.44 h
K1 7.17 7.62 b 6.36 ef 6.19 6 5.62 f
K2 7.3 7.6 b 6.53 c 6.31 6.08 5.84 d
K3 7.34 7.4 d 6.64 b 6.39 6.25 6.12 a
U3
K0 6.5 6.95 f 6.17 i 6.12 5.4 5.32 i
K1 7.28 7.76 a 6.42 de 6.31 5.62 5.47 gh
K2 7.31 7.73 a 6.62 b 6.42 5.89 5.68 f
K3 7.36 7.75 a 6.75 a 6.51 6.01 5.95 c
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa perubahan kemasaman tanah (pH) akibat interaksi pupuk Urea dan kapur CaCO3 berpengaruh nyata pada minggu
kedua, ketiga dan keenam. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi dosis interaksi kedua perlakuan, maka terdapat kecenderungan meningkatnya pH tanah seperti yang ditunjukkan pada akhir masa vegetatif tanaman jagung (6 MST) dimana, pH teritinggi yaitu pada perlakuan U2K3 (6.12) dan pH terendah pada perlakuan U0K0
Tinggi Tanaman (cm)
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 13 menunjukkan bahwa baik aplikasi pupuk Urea ataupun Kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman. Tetapi, interaksi antara pupuk Urea dan Kapur CaCO3 tidak berpengaruh
[image:45.595.110.513.292.407.2]nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Adapun data tinggi tanaman akibat aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 dan interaksinya disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Tinggi tanaman akibat aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta
interaksinya.
K0 K1 K2 K3 Rataan
---cm---
Uo 106.4 99.43 102.4 95.17 100.85 a
U1 107.63 90.2 88.37 101.67 96.97 a
U2 101 72.6 65.33 82.27 80.3 b
U3 107.87 89.9 70.93 57.63 81.58 b
Rataan 105.73 a 88.03 b 81.76 b 84.18 b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi akibat aplikasi pupuk Urea yaitu pada perlakuan U0 (100.85 cm) dan U1 (96.97 cm) yang
berbeda nyata terhadap perlakuan U2 (80.3 cm) dan U3 (81.58 cm). Sedangkan
tinggi tanaman tertinggi akibat aplikasi kapur CaCO3 yaitu pada perlakuan K0
(105.73 cm) yang berbeda nyata terhadap perlakuan K1 (88.03 cm), K2 (81.76 cm)
dan K3 (84.18 cm). Interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Jumlah Daun (helai)
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 14 menunjukkan bahwa aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Sedangkan
aplikasi pupuk Urea dan interaksi antara pupuk Urea dan Kapur CaCO3 tidak
akibat aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 dan interaksinya disajikan pada
Tabel 11.
Tabel 11. Jumlah daun akibat aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta
interaksinya.
K0 K1 K2 K3 Rataan
---helai---
Uo 11.33 10.33 11 10.33 10.75
U1 12 10 10.33 10.67 10.75
U2 11 9.67 9.67 10.67 10.25
U3 11.67 11 9.67 9.33 10.42
Rataan 11.5 a 10.25 b 10.17 b 10.25 b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa rataan jumlah daun tertinggi akibat aplikasi kapur CaCO3 yaitu pada perlakuan K0 (11.5 helai) yang berbeda nyata
terhadap perlakuan K1 (10.25 helai), K2 (10.17 helai) dan K3 (10.25 helai).
Sedangkan rataan jumlah daun akibat aplikasi pupuk Urea dan interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.
Diameter Batang (mm)
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 15 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 serta interaksinya berpengaruh nyata terhadap
Tabel 12. Diameter batang akibat aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta
interaksinya.
K0 K1 K2 K3 Rataan
---mm---
Uo 7.3a 7.8a 7.3a 6.3a 7.2a
U1 8.3a 5.5ab 6.8a 7.2a 7.0a
U2 8.2a 5.2b 3.3b 5.0b 5.4b
U3 9.0a 7.2b 3.7b 3.2b 5.8b
Rataan 8.2a 6.4b 5.3b 5.4b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa diameter batang tertinggi akibat aplikasi pupuk Urea yaitu pada perlakuan U0 (7.2 mm) dan U1 (7.0 mm) dan
berpengaruh nyata terhadap perlakuan U2 (5.4 mm) dan U3 (5.8 mm). Sedangkan
diameter tanaman tertinggi akibat aplikasi kapur CaCO3 yaitu pada perlakuan K0
(8.2 mm) yang berpengaruh nyata terhadap perlakuan K1 (6.4 mm), K2 (5.3 mm)
dan K3 (5.4 mm). Interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 berpengaruh
nyata terhadap diameter batang Bobot Kering Tajuk (gr)
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 16 menunjukkan bahwa aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk.
Sedangkan pada aplikasi pupuk Urea dan interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk. Adapun
data bobot kering tajuk akibat aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 dan interaksinya
Tabel 13. Bobot kering tajuk akibat aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta
interaksinya.
K0 K1 K2 K3 Rataan
---gram---
Uo 6.5a 5.6a 5.2a 4.6a 5.5a
U1 8.6a 3.7bc 4.2a 5.2a 5.4a
U2 7.6a 2.7cd 1.4de 4.1ab 4.0b
U3 8.2a 5.9a 2.5d 1.0e 4.4b
Rataan 7.7a 4.5b 3.3b 3.7b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa bobot kering tajuk tertinggi akibat aplikasi pupuk urea yaitu pada perlakuan U0 (5.5 gr) dan U1 (5.4 gr) yang berbeda
nyata terhadap perlakuan U2 (4.0 gr) dan U3 (4.4 gr) sedangkan bobot kering
tajuk tertinggi akibat aplikasi kapur CaCO3 yaitu pada perlakuan K0 (7.7 gr) yang
berpengaruh nyata terhadap perlakuan K1 (4.5 gr), K2 (3.3 gr) dan K3 (3.7 gr).
Interaksi pupuk urea dan kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap parameter
bobot kering tajuk tanaman jagung. Bobot Kering Akar (gr)
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 17 menunjukkan bahwa aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar.
Sedangkan pada aplikasi pupuk Urea dan interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar. Adapun
data bobot kering akar akibat aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 dan interaksinya
Tabel 14. Bobot kering akar akibat aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta
interaksinya.
K0 K1 K2 K3 Rataan
---gram---
Uo 6.6 5.9 5.3 5.0 5.7a
U1 8.6 4.0 4.4 5.3 5.6a
U2 7.4 2.9 1.8 4.1 4.0b
U3 7.9 5.8 2.4 1.2 4.3b
Rataan 7.6a 4.7b 3.5b 3.9b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa bobot kering akar tertinggi akibat aplikasi pupuk urea yaitu pada perlakuan U0 (5.7 gr) dan U1 (5.6 gr) yang
berbeda nyata terhadap perlakuan U2 (4.0 gr) dan U3 (4.3 gr) sedangkan bobot
kering akar tertinggi akibat aplikasi kapur CaCO3 yaitu pada perlakuan K0 (7.6 gr)
yang berbeda nyata terhadap perlakuan K1 (4.7 gr), K2 (3.5 gr) dan K3 (3.9 gr).
Sedangkan bobot kering akar akibat interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3
tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Kadar N Tanaman (%)
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 18 menunjukkan bahwa baik perlakuan pupuk urea dan kapur CaCO3 serta interaksinya tidak berpengaruh
Tabel 15. Kadar N tanaman akibat aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta
interaksinya.
K0 K1 K2 K3 Rataan
---%---
Uo 1.03 0.93 1.26 1.17 1.10
U1 1.21 1.17 2.05 1.17 1.40
U2 1.03 1.63 1.40 1.21 1.32
U3 1.26 1.17 1.26 1.26 1.24
Rataan 1.13 1.23 1.49 1.20
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti berbeda tidak nyata (5%) menurut uji DMRT
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa kadar N tanaman tidak berbeda nyata pada perlakuan pupuk urea, kapur CaCO3 ataupun interaksi kedua perlakuan
tersebut.
Serapan N Tanaman
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 19 menunjukkan bahwa aplikasi kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap parameter serapan N tanaman.
Sedangkan pada aplikasi pupuk Urea dan interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata terhadap parameter serapan N tanaman. Adapun
data serapan N tanaman akibat aplikasi pupuk Urea, kapur CaCO3 dan
interaksinya disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Serapan N tanaman akibat aplikasi pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta
interaksinya.
K0 K1 K2 K3 Rataan
---mg/tanaman---
Uo 66.27 52.08 65.19 53.29 59.21
U1 106.31 37.43 93.33 61.83 74.73
U2 77.09 55.44 20.25 49.65 50.61
U3 102.67 58.52 28.65 12.74 50.65
Rataan 88.08a 50.87b 51.86b 44.38b
[image:50.595.110.511.581.682.2]Dari tabel di atas menunjukkan bahwa Serapan N tanaman tertinggi akibat aplikasi kapur CaCO3 yaitu pada perlakuan K0 (88.08 mg/tanaman) yang
berbeda nyata terhadap perlakuan K1 (50.87 mg/tanaman), K2 (51.86 mg/tanaman)
dan K3 (44.38 mg/tanaman). Sedangkan serapan N tanaman akibat aplikasi pupuk
Urea dan interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak berpengaruh nyata
terhadap parameter serapan N tanaman. Pembahasan
N-NH4 Tanah
Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa aplikasi pupuk Urea cenderung meningkatkan N-NH4 pada minggu pertama setelah aplikasi yang
kemudian menunjukkan penurunan N-NH4 secara signifikan hingga minggu
keempat. Hal ini menunjukkan bahwa berbagai dosis pupuk Urea yang diaplikasikan merupakan salah satu faktor yang penting terhadap N-NH4. Hal
Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa berbagai dosis kapur CaCO3 cenderung meningkatkan N-NH4 pada minggu pertama setelah
aplikasi pupuk urea dimana kapur dapat meningkatkan pH yang memberikan lingkungan dengan kondisi yang baik bagi mikroorganisme untuk beraktivitas dalam menyediakan senyawa N-NH4, seperti yang dinyatakan pada penelitian
Ibrahim dan Kasno (2008) yang menyebutkan bahwa dengan pemberian kapur dapat meningkatkan pH tanah dan menciptakan kondisi lingkungan tanah yang baik untuk kehidupan mikroorganisme didalam tanah sehingga akan mempercepat proses mineralisasi N dari sumber pupuk N dan kadar N-NH4 yang dihasilkanpun
meningkat. N-NO3 Tanah
Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa berbagai dosis pupuk Urea yang diaplikasikan cenderung meningkatkan N-NO3 hingga minggu
kelima setelah aplikasi pupuk urea. Hal ini menunjukkan bahwa adanya nitrifikasi yang terjadi dilihat pada pengukuran minggu kedua, ketiga, keempat dan kelima karena perubahan dari urea ke bentuk amonium karbonat lalu ke asam dan akhirnya ke bentuk nitrat membutuhkan waktu lebih kurang 3 - 4 minggu, seperti yang disebutkan Teucher dan Adler dalam Damanik dkk (2010) yang menyatakan bahwa perubahan Urea menjadi senyawa nitrat membutuhkan waktu lebih kurang 3-4 minggu.
Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa berbagai dosis kapur CaCO3 cenderung meningkatkan N-NO3 pada tanah hingga minggu kelima
setelah aplikasi pupuk urea. Namun demikian konsentrasi N-NO3 di dalam tanah
tepat, seperti yang dinyatakan dalam penelitian Noviardi (2008) bahwa selama berlangsungnya inkubasi, konsentrasi N-NO3 selalu mengalami peningkatan dan
penurunan sehingga laju mineralisasinya tidak dapat ditentukan dengan tepat. Kemasaman Tanah (pH)
Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa semakin tinggi dosis pupuk urea yang diaplikasikan ke tanah, maka pH cenderung meningkat pada minggu pertama dan kedua setelah aplikasi pupuk urea. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa amida pada pupuk urea yang diaplikasikan mengalami amonifikasi yang kemudian berubah menjadi bentuk ammonium yang melepaskan senyawa OH- yang kemudian dapat menaikkan pH tanah hingga mencapai pH 7. Dan terjadinya hidrolisis urea membutuhkan H+ yang dapat meningkatkan pH tanah pada tanah masam dan netral. Hal ini seperti yang dinyatakan pada literatur Rosmarkam dan Yuwono (2002) yang menyatakan reaksi amonifikasi dan hidrolisis urea yaitu:
R-NH2 + H2O R-OH + NH3 + energy
NH3 + H2O NH4+ + OH- (Amonifikasi)
CO(NH2) 2 (urea) + H+ + 2H2O 2NH4+ +HCO3-
ini memerlukan H+ dan menaikkan pH, dapat mencapai > 7
mendorong reaksi : NH4+ + HCO3- NH3 + H2O + CO2 (Hidrolisis urea)
Literatur foth (1998) menyatakan bahwa kecenderungan NH4 terbentuk karena
kehadiran ion-ion hidrogen dalam tanah, dan ikatan yang kuat terbentuk antara amonia dan hidrogen dari penyatuan elektron. Reaksi yang terjadi sebagai berikut: R-NH2 + H2O R-OH + NH3 + energi
Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa semakin tinggi dosis kapur CaCO3 yang diaplikasikan maka pH tanah semakin meningkat. Dari
hasil pengukuran setiap minggunya, diketahui bahwa kapur CaCO3 dapat
menetralisir pengaplikasian pupuk Urea yang dapat memasamkan tanah. Hal tersebut ditunjukkan bahwa pH dengan pemberian kapur lebih tinggi dibanding kan pH perlakuan tanpa kapur ataupun pH pada analisis awal sebelum perlakuan. Hal ini menunjukkan reaksi pertukaran Ca++ dari kapur CaCO3 dengan H+
sehingga menurunkan konsentrasi H+ dalam tanah dan menaikkan pH tanah sesuai dengan literatur Buckman and brady (1982) bahwa kapur CaCO3 bereaksi
sebagai berikut :
H+ + CaCO3 Ca++ + CO2 + H2O
H+ koloid Ca++ Tinggi Tanaman
Dari hasil penelitian yang diperoleh, perlakuan berbagai dosis pupuk urea dan kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman.
Sedangkan interaksi kedua perlakuan tersebut, tidak berbeda nyata. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis pupuk urea maka semakin rendah parameter tinggi tanaman. Hal ini dikarenakan tumbuhan pada umumnya menyerap N-NO3 lebih banyak dibandingkan dengan N-NH4. Sedangkan dari
hasil penelitian dinamika N-NO3 tanah menunjukkan rendahnya jumlah N-NO3
Dari hasil penelitian yang diperoleh, semakin tinggi dosis kapur CaCO3
yang diaplikasikan maka semakin rendah nilai parameter tinggi tanaman. Hal ini dikarenakan banyak faktor dimana salah satunya adalah besarnya volatilisasi atau kehilangan ammonium dalam bentuk gas amoniak pada tanah berkapur. Sehingga aplikasi pupuk urea tidak efektif untuk diserap oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Mukhlis dan Fauzi (2003) yang menyatakan bahwa ketidak tersediaan N dari dalam tanah dapat melalui proses pencucian/terlindi (leaching) NO3- , denitrifikasi NO3- menjadi N2 , volatilisasi NH4+ menjadi NH3 , terfiksasi
oleh mineralliat atau dikonsumsi oleh mikroorganisme tanah. Jumlah Daun
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 14 diketahui bahwa baik perlakuan pupuk Urea maupun interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3 tidak
berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Sedangkan aplikasi beberapa dosis kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Namun demikian,
dapat dilihat bahwa semakin tinggi dosis kapur CaCO3 semakin rendah jumlah
atau permukaan akar. Karena itu, nisbah K/Na, K/Ca, K/Ca+Mg, K/Ca+Na+Mg, seringkali dapat memberikan gambaran tentang status basa-basa dalam tanah. Diameter Batang
Dari hasil analisis sidik ragam pada lampiran 15 pemberian pupuk Urea dan kapur CaCO3 serta interaksi antara pupuk Urea dan kapur CaCO3
masing-masing menunjukkan pengaruh nyata terhadap diameter batang hanya saja semakin tinggi dosis pupuk Urea maupun kapur CaCO3 yang diaplikasikan maka
semakin rendah diameter batang. Hal ini diduga karena kurangnya unsur P yang tersedia seperti halnya gejala defisiensi yang diperlihatkan oleh tanaman yang dapat dilihat pada lampiran 31 dengan mengambil foto beberapa sampel tanaman. Sanchez (1992) menyatakan bahwa kapur melepaskan Ca yang selanjutnya dapat membentuk ikatan dengan P sehingga ketersediaan P semakin rendah. Tanaman juga menunjukkan gejala mudah roboh dan mengandung banyak air seperti gejala kelebihan unsur hara nitrogen.
Bobot Kering Tajuk
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 16 diketahui bahwa perlakuan berbagai dosis pupuk urea, kapur CaCO3 dan interaksi antara pupuk Urea dan
kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk. Namun demikian
dapat dilihat dari data yang diperoleh bahwa semakin tinggi dosis pupuk Urea ataupun kapur CaCO3 semakin rendah bobot kering tajuk. Hal ini diduga akibat
rendahnya P-tersedia akibat aplikasi kapur CaCO3 seperti yang ditunjukkan pada
Bobot Kering Akar
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 17 diketahui bahwa perlakuan berbagai dosis pupuk Urea ataupun kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap
bobot kering akar. Namun demikian dapat dilihat dari data yang diperoleh bahwa semakin tinggi dosis pupuk Urea ataupun kapur CaCO3 semakin rendah bobot
kering akar. Hal ini dikarenakan akibat pemupukan pupuk urea yang tidak efektif dengan waktu yang tidak tepat yaitu hanya sekali sebelum penanaman dilakukan. Sutoro dkk (1988) menyatakan bahwa Nitrogen diperlukan oleh tanaman jagung sepanjang pertumbuhannya. Pada awal pertumbuhannya akumulasi N dalam tanaman relatif lambat dan setelah tanaman berumur 4 minggu akumulasi N berlangsung sangat cepat. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil jagung yang baik, unsur hara N dalam tanah harus cukup tersedia pada fase pertumbuhan tersebut.
Kadar N Tanaman
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 18 menunjukkan bahwa baik perlakuan pemberian beberapa dosis pupuk urea, kapur CaCO3 maupun
Serapan N Tanaman
Dari hasil sidik ragam pada lampiran 19 menunjukkan bahwa perlakuan beberapa dosis kapur CaCO3 berpengaruh nyata terhadap serapan N tanaman.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Aplikasi pupuk urea cenderung meningkatkan N-NH4 dan N-NO3 serta
meningkatkan pH tanah pada 1-2 minggu setelah aplikasi pupuk urea pada tanah Inceptisol Kwala Bekala dan berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan serapan N tanaman.
2. Aplikasi kapur CaCO3 cenderung meningkatkan N-NH4 dan N-NO3 serta
meningkatkan pH tanah Inceptisol Kwala Bekala dan berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering tajuk dan bobot kering akar.
3. Interaksi pupuk urea dan kapur CaCO3 cenderung meningkatkan N-NH4 dan
N-NO3 serta meningkatkan pH tanah Inceptisol Kwala Bekala dan
berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang dan bobot kering tajuk. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman A, A. Dariah, dan A. Mulyani. 2008. Strategi dan teknologi pengelolaan lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional. J. Litbang Pertanian 27(2):43-49.
Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian. 1991. Budidaya dan Pengolahan Hasil Kedele. Jakarta: Departemen Pertanian.
Buckman, H. O and N. C. Brady. 1982. Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Dahnke, W.C. and G.V. Johnson. 1990. Testing soils for available nitrogen. p. 127-137. In R.L. Westerman (Ed.). Soil Testing and Plant Analysis. Third Edition. Soil Science Society of America, Madison, Wisconsin.
Damanik, M.M.B., B.E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin dan H. Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.
Foth, H. D. 1998. Fundamental of Soil Science.John Wiley.
Hakim N. 1986. Dasar- Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Hanafiah,K.A. 2005. Dasar -Dasar Ilmu Tanah.Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Penerbit Akademi
Pessindo. Jakarta