• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Hasil penelitian terhadap enam jenis pakan uji dengan kadar protein dan kadar tepung ikan yang menunjukkan adanya perumbuhan pada ikan lele setelah 60 hari pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 2. Penambahan bobot biomassa akhir rata-rata paling tinggi adalah pada perlakuan protein 32% dengan kandungan 5% protein tepung ikan adalah 4,63 kali lipat atau tumbuh sebesar 78,8 g sedangkan pertumbuhan bobot rata-rata akhir terkecil adalah pada perlakuan 28% dengan kandungan 7% protein tepung ikan yaitu 3,64 kali atau tumbuh sebesar 58,8 g. Secara garis besar penambahan bobot rata-rata individu pada tiap perlakuan pakan uji dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2 Perubahan bobot rata-rata individu ikan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan juga didapatkan hasil-hasil penelitian yang meliputi kelangsungan hidup, jumlah konsumsi pakan, retensi protein, retensi lemak, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan dan kecernaan pakan. Data di atas disajikan berturut-turut pada Tabel 5 di bawah ini. Analisis anova dan hasil uji dari pengamatan yag diukur disajikan pada Lampiran 3 sampai dengan Lampiran 6.

24

Tabel 5 Kelangsungan hidup (SR), jumlah konsumsi pakan (JKP), lajupertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL) dan kecernaan pakan (KP)dan kecernaan protein pakan (KPP) Perlakuan Perlakuan P 32% P 30% P 28% TI 5% TI 7% TI 5% TI 7% TI 5% TI 7% SR (%) 100±0,0a 99,67±0,58a 100±0,0a 99,67±0,58a 99,67±0,58a 99,67±0,58a JKP (g) 10053,33±0,44 a 9370,13±0,40 a 9400,00±0,54 a 9260,00±0,22 a 8223,33±0,52 a 8106,67±0,06 a LPH (%) 2,59±0,05a 2,52±0,03a 2,51±0,17a 2,45±0,09a 2,20±0,08b 2,18±0,09b EP (%) 77,59±1,38a 73,18±1,81a 71,57±6,36a 70,10±2,58a 61,49±2,42b 59,47±4,34b RP (%) 32,45±0,54ab 30,97±0,72b 35,16±5,71ab 36,42±2,38a 33,48±1,07ab 31,54±1,29b RL (%) 66,42±5,26a 65,56±9,87a 61,81±13,73b 62,97±5,13a 60,39±11,65b 66,57±4,87a KP (%) 58,54±3,39bc 61,24±0,42ab 54,75±0,29c 63,45±1,89a 61,39±0,21ab 56,89±0,53c KPP (%) 74,19±3,65bc 79,04±0,50a 70,84±1,20c 80,21±0,15a 77,01±0,00ab 76,15±0,41ab Keterangan: 1)

Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan penaruh perlakuan yang berbeda nyata (p < 0.05)

2) Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata±standar deviasi

Tabel 5 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian pada ikan yang diberi pakan buatan dengan kadar protein 30 dan 32% adalah sama. Pengurangan jumlah persentase tepung ikan dari 7% menjadi 5% tidak mempengaruhi pertumbuhan ikan. Tetapi ketika kadar protein diturunkan menjadi 28% maka pertumbuhan ikan terlihat mengalami penurunan. Hasil ini seiring dengan efisiensi pakan yakni, ketika protein pakan diturunkan sampai 28% maka nilai efisiensi pakan semakin kecil pula.

Berdasarkan Tabel 5 nilai kecernaan protein pakan dan kecernaan pakan pada perlakuan protein 32%, 30% dengan kandungan protein tepung ikan 7% dan perlakuan 28% dengan kandungan protein 5% lebih baik dari perlakuan lainnya. Tingginya nilai kecernaan pada kadar potein 32% dan 32%dapat disebabkan karena kontribusi 7% tepung ikan yang cukup baik sehingga menghasilkan nilai kecernaan pakan dan kecernaan protein pakan yang baik pula. Hertrampf (2000) mengungkapkan bahwa nilai kecernaan tepung ikan untuk channel catfish (Ictalurus puctatus) adalah 85.5%.

25

Tabel 6 Harga pakan ikan

Parameter Perlakuan

P 32% P 30% P 28%

TI 5% TI 7% TI 5% TI 7% TI 5% TI 7%

Harga pakan 4559 4712 4460 4634 4475 4630

Efisiensi pakan (%) 77,59 73,27 71,57 71,66 61,03 59,40 Biaya pakan ikan/kg (Rp) 5876 6431 6232 6467 7332 7795

Berdasarkan Tabel 6, secara biologis penggunaan protein tepung ikan dapat diturunkan dari 7% menjadi 5%. Kadar protein dapat diturunkan sampai 30% dengan kandungan protein tepung ikan 5%. Sedangkan dari sisi ekonomis harga pakan dengan kandungan protein 32% dengan tepung ikan 5%, lebih baik dari perlakuan lainnya, karena menghasilkan biaya pakan sebesar Rp 5876.

Tabel 7 Ekskresi amoniak (EA) ikan lele

Perlakuan Perlakuan

P 32% P 30% P 28%

TI 5% TI 7% TI 5% TI 7% TI 5% TI 7%

EA

(mgNH3/g/jam) 0.001±0.001 0.006±0.002 0.008±0.005 0.001±0.008 0.007±0.002 0.005±0,00

Keterangan:1)Nilai yang tertera merupakan nilai rata-rata±standar deviasi

Dari Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa pada perlakuan pakan dengan kandungan protein 30% dengan kandungan tepung ikan 5% menghasilkan ekskresi amoniak ikan lele lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan nilai ekskresi amoniak terendah yaitu pada pakan dengan kadar protein 32% dengan kandungan tepung ikan 5% dan pakan dengan kandungan protein 30% dengan kandungan tepung ikan 7%. Hal ini berarti bahwa asam-asam amino yang diserap dan dimanfaatkan untuk sintesis tubuh pada perlakuan pakan dengan kandungan protein 32% yang mengandung tepung ikan 5% dan pakan dengan kandungan protein 30% dengan kandungan tepung ikan 7% lebih efekif dari perlakuan lainnya.

26

Pembahasan

Dalam budidaya tingkat kelangsungan hidup ikan merupakan faktor yang penting karena hal ini menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam budidaya. Pada penelitian ini tingkat kelangsungan hidup ikan lele sangkuring ini cukup baik yaitu 99.67-100%. Hal ini menunjukkan bahwa ikan dapat bertahan hidup dengan baik pada media budidaya yang digunakan dalam penelitian. Halver (2002) menyatakan bahwa nutrisi yang sesuai harus diperlihatkan sebagai faktor kritis dalam mendukung pertumbuhan dan kesehatan ikan.

Nilai kecernaan menggambarkan kemampuan ikan dalam mencerna suatu pakan dan menggambarkan kualitas pakan yang dikonsumsi. Berdasarkan data kecernaan pakan pada Tabel 5, Perlakuan protein 30% da 32% dengan kandungan protein tepung ikan 7% memiliki nilai kecernaan baik. Hal ini dapat disebabkan karena kontribusi 7% protein dan kombinasi bahan baku lain pada kedua perlakuan tersebut cukup baik sehingga menghasilkan nilai kecernaan pakan dan kecernaan protein pakan yang baik pula. Hertrampf (2000) mengungkapkan bahwa nilai kecernaan untuk tepung ikan untuk channel catfish (Ictalurus puctatus) adalah 85.5%.

Pertumbuhan ikan terjadi karena kemampuan ikan memanfaatkan nutrien pakan menjadi nutrien tubuh dan mengkonversi nutrien menjadi energi. Laju pertumbuhan harian (LPH) menunjukkan persentasi penambahan bobot ikan setiap harinya. Semakin tinggi nilai LPH, maka ikan tersebut dapat tumbuh semakin baik pula. Dari Tabel 4 memperlihatkan bahwa LPH perlakuan 32% dan perlakuan 30% menghasilkan pertumbuhan yang tidak berbeda nyata. Sedangkan LPH pada perlakuan 28% lebih rendah dari perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penurunan kandungan protein sampai kadar protein 28% memperlihatkan pertumbuhan yang rendah pula yang dapat disebabkan penyerapan nutrien dari pakan lebih rendah padahal fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan, oleh sebab itu energi yang digunakan untuk tumbuh sedikit. Kekurangan protein juga menyebabkan ikan kehilangan bobot tubuhnya karena protein dari beberapa jaringan vital akan diambil kembali untuk memelihara fungsi jaringan yang lebih vital lagi dan untuk mengganti sel yang mati. Lovell (1989) menyatakan bahwa protein dapat digunakan sebagai sumber energi jika

27

kebutuhan energi dari lemak dan karbohidrat tidak mencukupi dan juga sebagai penyusun utama enzim, hormon dan antibodi. Rendahnya pertumbuhan pada perlakuan dengan kadar protein 28% juga dapat disebabkan karena walaupun protein tidak digunakan sebagai sumber energi yang utama, namun karena kadar protein pakan masih rendah sehingga belum mencukupi kebutuhan optimal ikan untuk tumbuh. Reis et al., (1988) dalam penelitannya terhadap channel catfish yang menemukan bahwa ikan yang diberi pakan dengan kadar protein rendah mempunyai pertumbuhan yang rendah, hal ini disebabkan rendahnya protein yang masuk kedalam tubuh ikan. Dari data hasil pertumbuhan ikan tersebut dapat dikatakan bahwa sampai dengan kadar protein 30% dapat meningkatkan pertumbuhan ikan lele yang baik. Sedangkan apabila kandungan protein pakan diturunkan hingga 28%, pertumbuhan ikan menurun.

Nilai efisiensi pakan pada perlakuan 32%, dan 30% adalah sama. Sedangkan nilai efisiensi pakan terendah adalah pada perlakuan 28%. Penurunan nilai efisiensi pakan ini diiringi dengan turunnya pertumbuhan pula padahal pertumbuhan ikan yang tinggi menunjukkan bahwa ikan mampu menyerap nutrien dalam pakan, sehingga menghasilkan energi sesuai kebutuhan ikan. Unsur utama yang sangat terkait dengan pertumbuhan adalah protein, dimana fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan. Disamping itu protein juga berfungsi untuk pemeliharaan jaringan, pemeliharaan tubuh dan penggantian jaringan tubuh yang rusak. Pada Tabel 4 memperlihatkan bahwa semua perlakuan mempunyai pola asam amino yang hampir sama. Untuk menentukan pola asam amino ditentukan berdasarkan pola asam amino tubuh ikan lele. Menurut Shigueno (1975) bahwa profil asam amino essensial tubuh ikan (dengan membandingkan pola asam amino bahan baku dan pola asam amino tubuh ikan) dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan asam amino essensial. Pola asam amino pakan ini dihitung berdasarkan kandungan asam amino essensial bahan baku pakan yaitu jagung, Wheat brand pellet, Tepung industri, Wheat flour, Tepung gaplek, SBM, Meat and bone meal (MBM), Poultry by product meal (PBPM), tepung bulu, tepung darah dan tepung ikan seperti pada Lampiran 17 sampai 26 komposisi asam amino disajikan pada Tabel 4 dan pola asam amino disajikan pada Gambar 1

28

yang memperlihatkan bahwa semua pakan perlakuan mempunyai pola asam amino yang menyerupai pola asam amino tubuh ikan lele.

Karena pola asam amino pada pakan hampir sama antara satu perlakuan dengan perlakuan lainnya maka pada perlakuan 32 dan 30% pada kadar tepung ikan 5% dan 7% memiliki LPH dan episiensi pakan yang sama pula. hal ini dapat disebabkan karena sampai tarap level protein 30% dengan sumbangan tepung ikan 5% dan 7% masih mampu untuk menigkatkan pertumbuhan ikan secara optimal. Tetapi ketika kadar protein di turunkan 28% maka pertumbuhan ikan menurun walaupun pola asam amino ikan hampir sama dengan perlakuan lainya. Ini dapat disebabkan karena rendahnya protein yang masuk kedalam tubuh ikan sehingga pertumbuhan ikan lebih rendah dari perlakuan lainnya.

Secara biologis untuk pakan lele penggunaan protein tepung ikan dapat diturunkan dari 7% menjadi 5%. Kadar protein dapat diturunkan samapai 30% dengan kandungan protein tepung ikan 5%. Sedangkan dari sisi ekonomis tingginya efisiensi pakan yang diiringi dengan pertambahan bobot pada kandungan protein 32%, yang mengandung protein tepung ikan 5% lebih baik dari perlakuan lainnya yaitu dihasilakan efisiensi penggunaan pakan terbaik sehingga biaya pakan ikan/kg yaitu sebesar Rp 5876. Dari hasil tersebut dapat menurunkan biaya produksi yang dikeluarkan dari biaya pakan. Secara umum pakan dengan kandungan protein tepung ikan 5% menghasilkan efisiensi pakan yang tinggi sehingga menghasilkan biaya pakan ikan/kg yang lebih rendah dibandingkan dengan pakan yang mengandung protein tepung ikan yang lebih besar yaitu 7%. Hal ini dapat disebabkan karena keberadaan tepung ikan sebanyak 5% memerlihatkan biaya yang lebih rendah pula akibat penggunaan tepung ikan yang lebih rendah selain karena dengan sumbangan tepung ikan 5% yang dikombinasikan dengan bahan baku lainnya terbukti dapat menghasilkan atraktan dan palatabiliti yang dapat disebabkan karena asam-asam amino yang terkandung pada pakan yang dianggap sudah memenuhi untuk pertumbuhan ikan lele yang baik sehingga efisiensi pakan ikan pun menjadi lebih tinggi.

Ekskresi amoniak yang rendah pada tiap perlakuan berarti bahwa asam amino dapat diserap dan dimanfaatkan untuk sintesis tubuh tiap-tiap perlakuan. Degani et al., (1985) mengemukan bahwa produksi amonia berkolerasi secara

29

linier dengan kadar protein pakan. Hal ini dibuktikan melalui penelitiannya dimana produksi ikan Anguilla anguilla yang diberi pakan dengan kadar protein 25-35% lebih rendah dibandingkan dengan yang diberi pakan 45-55% protein. Hal ini juga terbukti dari hasil penelitian ini dimana dengan kandungan protein 28-32% ekskresi amonia ikan lele masih rendah dan masih aman untuk ikan hidup. Secara umum konsentrasi hewan akuatik teradap amonia berbeda dan bergantung pada spesies, kondisi lingkungan hidupnya. Secara umum konsentrasi amonia dalam air tidak boleh lebih dari 1 mg/l. Konsentrasi amonia sebesar 0.4-2 mg/l dalam waktu singkat dapat menyebabkan kematian pada ikan (Ming 1985).

KESIMPULAN

1. Untuk pertumbuhan ikan lele kadar protein pakan berkisar antara 30%-32%. 2. Secara ekonomis pakan 32% dengan kandungan tepung ikan 5%

menghasilkan biaya pakan yang paling rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu sebesar Rp. 5876.

Dokumen terkait