• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Testosteron plasma darah

Kadar hormon testosteronplasma darah ikan sidat hasil induksi hormonal selama penelitian disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Kadar testosteron plasma darah sidat. PK (NaCl 0,95%), P10A (10 IU PMSG + 0,01 mg AD), P20A (20 IU PMSG + 0,01 mg AD), P10AE (10 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2) dan P20AE (20 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2). PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin), AD (Antidopamin) dan E2 (Estradiol-17β).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar testosteron mengalami peningkatan yang sangat nyata pada setiap minggu penelitian. Kadar tertinggi pada minggu ke-8 perlakuan P10AE (1,2 ng/ml) dan secara berturut-turut perlakuan P20AE (0,9 ng/ml), P10A (0,8 ng/ml), P20A (0,6 ng/ml) dan PK (0,2 ng/ml).

Kadar Estradiol-17β plasmadarah

Kadar hormon E2plasma darah ikan sidat hasil induksi hormonal selama penelitian disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Kadar estradiol-17β plasma darah sidat. PK (NaCl 0,95%), P10A (10 IU PMSG + 0,01 mg AD), P20A (20 IU PMSG + 0,01 mg AD), P10AE (10 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2) dan P20AE (20 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2). PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin), AD (Antidopamin) dan E2 (Estradiol-17β). 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 0 4 8 K a da r T ( ng /m l) Minggu ke-

PK P10A P20A P10AE P20AE

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0 4 8 K a da r E 2 ( ng /m L ) Minggu ke-

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar E2 selama penelitian mengalami peningkatan pada minggu ke-4 dan menurun pada minggu ke-8 untuk semua perlakuan kecuali perlakuan kontrol. Kadar E2 tertinggi terdapat pada perlakuan P10AE (0,43 ng/ml) dibandingkan dengan perlakuan P20AE (0,19 ng/ml), P20A (0,07 ng/ml), P10A (0,06 ng/ml) dan PK (0,02 ng/ml).

Kadar Follicle Stimulating Hormone plasmadarah

Kadar FSH plasma darah ikan sidat hasil induksi hormonal selama penelitian disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Kadar FSH plasma darah sidat. PK (NaCl 0,95%), P10A (10 IU PMSG + 0,01 mg AD), P20A (20 IU PMSG + 0,01 mg AD), P10AE (10 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2) dan P20AE (20 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2). PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin), AD (Antidopamin) dan E2 (Estradiol-17β). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar FSH meningkat pada minggu ke-4 dan menurun pada minggu ke-8 untuk semua perlakuan kecuali perlakuan kontrol selama delapan minggu penelitian. Kadar FSH tertinggi pada perlakuan P10AE (2,68 mIU/ml) pada minggu ke-4 dibandingkan dengan perlakuan P10A (2,28 mIU/ml), P20A (2,19 mIU/ml), P20AE (2,51 mIU/ml) dan PK (0,63 mIU/ml).

Kadar Luteinizing Hormone plasmadarah

Hasil penelitian kadar LH plasma darah ikan sidat selama penelitian sajikan pada Gambar 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar LH mengalami peningkatan sampai akhir penelitian. Kadar FSH tertinggi pada perlakuan P10AE (2,68 mIU/ml) pada minggu ke-4 dibandingkan dengan perlakuan P10A (2,28 mIU/ml), P20A (2,19 mIU/ml), P20AE (2,51 mIU/ml) dan PK (0,63 mIU/ml). 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 0 4 8 K a da r F SH ( m IU/ m l) Minggu ke-

13

Gambar 5. Kadar LH plasma darah sidat. PK (NaCl 0,95%), P10A (10 IU PMSG + 0,01 mg AD), P20A (20 IU PMSG + 0,01 mg AD), P10AE (10 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2) dan P20AE (20 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2). PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin), AD (Antidopamin) dan E2 (Estradiol-17β).

Gonadosomatic Index (GSI)

Hasil penelitian nilai GSI selama penelitian disajikan pada Gambar 6. Hasil penelitian menunjukkan nilai GSI ikan sidat mengalami pola yang fluktuatif pada minggu ke-0 sampai minggu ke-8 berkisar antara 1,28–2,46%. Nilai GSI yang tertinggi pada minggu ke-6 perlakuan P10AE (2,46%) dibandingkan dengan perlakuan P20AE (2,12%), P10A (1,58%), P20A (1,34%) dan PK (1,28%).

Hasil uji statistik Anova menunjukkan bahwa perlakuan hormon memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai GSI ikan sidat selama delapan minggu penyuntikan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P10AE berbeda nyata dengan perlakuan PK, P10A), P20A dan tidak berbeda dengan P20AE.

Gambar 6. Nilai GSI ikan sidat. PK (NaCl 0,95%), P10A (10 IU PMSG + 0,01 mg AD), P20A (20 IU PMSG + 0,01 mg AD), P10AE (10 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2) dan P20AE (20 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2). PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin), AD (Antidopamin) dan E2 (Estradiol-17β). Huruf yang berbeda pada grafik yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 0 4 8 K a da r L H ( m IU/m l) Minggu ke-

PK P10A P20A P10AE P20AE

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 0 2 4 6 8 G SI ( %) Minggu ke-

Hepatosomatic Index (HSI)

Hasil penelitian nilai HSI disajikan pada Gambar 7. Hasil penelitian menunjukkan nilai HSI ikan sidat mengalami penurunan pada minggu ke-8 berkisar antara 1,12–1,77%. Nilai GSI yang tertinggi pada minggu ke-6 perlakuan P10AE (1,77%) dibandingkan dengan perlakuan P20AE (1,65%), P10A (1,54%), P20A (1,52%) dan PK (1,25%).

Gambar 7. Nilai HSI ikan sidat. PK (NaCl 0,95%), P10A (10 IU PMSG + 0,01 mg AD), P20A (20 IU PMSG + 0,01 mg AD), P10AE (10 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2) dan P20AE (20 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2). PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin), AD (Antidopamin) dan E2 (Estradiol-17β). Huruf yang berbeda pada grafik yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

Hasil uji statistik Anova menunjukkan bahwa perlakuan hormon memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai HSI ikan sidat selama delapan minggu penyuntikan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P10AE berbeda nyata dengan perlakuan PK, P10A, P20A dan tidak berbeda dengan P20AE.

Bobot dan panjang tubuh sidat

Hasil penelitian bobot tubuh ikan sidat selama penelitian disajikan pada Gambar 8. Pada Gambar 8 hasil penelitian menunjukkan semua perlakuan hormon memberi pengaruh positif kecuali perlakuan PK terhadap pertambahan bobot tubuh sidat. Hal ini diduga ikan pada PK mengalami stress (kondisi fisiologi) sehingga mengganggu nafsu makan. Pertambahan bobot tubuh sidat yang tinggi terlihat pada perlakuan kombinasi dengan E2. Bobot tubuh tertinggi terdapat pada perlakuan P10AE (218,5 g) secara berturut-turut perlakuan P20AE (214,4 g), P10A (209,4 g), P20A (206,3 g) dan PK (199,3 g) pada minggu ke-8.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan hormon memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot tubuh sidat selama delapan minggu penyuntikan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan P10AE tidak berbeda nyata dengan perlakuan P20AE tetapi berbeda nyata dengan PK, P10A dan P20A. 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 0 2 4 6 8 H SI ( %) Minggu ke-

15

Gambar 8. Bobot tubuh ikan sidat. PK (NaCl 0,95%), P10A (10 IU PMSG + 0,01 mg AD), P20A (20 IU PMSG + 0,01 mg AD), P10AE (10 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2) dan P20AE (20 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2). PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin), AD (Antidopamin) dan E2 (Estradiol-17β). Huruf yang berbeda pada grafik yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

Gambar 9 menunjukkan hasil penelitian panjang tubuh ikan sidat membentuk pola yang beragam. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan hormon tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap panjang ikan sidat selama delapan minggu penyuntikan. Namun secara deskriptif panjang tubuh perlakuan P10AE lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol.

Gambar 9. Panjang tubuh ikan sidat. PK (NaCl 0,95%), P10A (10 IU PMSG + 0,01 mg AD), P20A (20 IU PMSG + 0,01 mg AD), P10AE (10 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2) dan P20AE (20 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2). PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin), AD (Antidopamin) dan E2 (Estradiol-17β). Huruf yang tidak berbeda pada grafik yang sama menunjukkan tidakberbeda nyata (P>0,05).

Morfologi Gonad

Hasil gambaran morfologi gonad ikan sidat berdasarkan kondisi gonad selama penelitian pada minggu ke-0 dan minggu ke-8 dapat sajikan Gambar 10.

Gambar 10. Morfologi gonad ikan sidat. A. Minggu 0 dan B. Minggu ke-8. PK (NaCl 0,95%), P10A (10 IU PMSG + 0,01 mg AD), P20A (20 IU PMSG + 0,01 mg AD), P10AE (10 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2) dan P20AE (20 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2). PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin), AD (Antidopamin) dan E2 (Estradiol-17β). Skala bar = 20 µm.

P10A P20A PK P20AE P10AE A B

17

Gambaran morfologi gonad ikan sidat pada minggu ke-0 secara umum sudah mulai tampak, masih berupa benang tipis transparan yang diselimuti oleh lapisan lemak. Gonad ikan sidat minggu ke-8 menunjukkan gonad yang sudah terlihat jelas pada sisi kiri dan kanan yang biasanya melekat pada dinding ventral bagian atas. Gonad terlihat berwarna putih susu pekat, semakin tebal dan lebih mengglambir. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh kombinasi hormon yang diberikan sehingga adanya pertumbuhan dan perkembangan gonad ikan sidat sebelum dan sesudah penelitian.

Histologi Gonad

Histologi gonad ikan sidat selama penelitian pada minggu ke-0 dan minggu ke-8 dapat sajikan Gambar 11.

A. B.

Gambar 11. Histologi gonad ikan sidat: A. Minggu 0 dan B. Minggu ke-8. PK (NaCl 0,95%), P10A (10 IU PMSG + 0,01 mg AD), P20A (20 IU PMSG + 0,01 mg AD), P10AE (10 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2) dan P20AE (20 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2). PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin), AD (Antidopamin) dan E2 (Estradiol-17β). Pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Skala bar = 20 µm. Pembesaran 100x.

Histologi gonad ikan sidat hasil penelitian menunjukkan perkembangan (Gambar 11B). Histologi gonad minggu ke-0 menunjukkan gonad mengalami perkembangan pada fase spermatogonia tipe A; sedangkan pada minggu ke-8 gonad berkembang pada fase yang lebih beragam, meliputi fase spermatogonia tipe A dan B, spermatosit dan spermatid.

Tingkat Kematangan Gonad

Hasil penelitian TKG ikan sidat dilakukan dengan pengamatan gambar histologi gonad berdasarkan fase perkembangan gonad. Hasil penelitian menunjukkan perkembangan gonad yang terjadi mengarah pada perkembangan gonad jantan (testis). Perkembangan gonad dan TKG ikan sidat pada penelitian ini disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Perkembangan gonad dan TKG ikan sidat

Perlakuan Fase Ciri-ciri Status TKG

PK SgA Ukuran inti sel besar, diselimuti kapsul seminiferus, jumlah inti dalam 1 kapsul masih sedikit, jumlah kapsul masih jarang dan kapsul berwarna merah

Perkembangan awal

I

P10A St Ukuran inti sel kecil, sebagian masih berada dalam kapsul dan kapsul seminiferous mulai transparan

Pematangan awal

II

P20A SgB Ukuran inti sel mulai mengecil, masih di dalam kapsul, jumlah inti dan kapsul semakin merata dipermukaan jaringan

Perkembangan awal

I

P10AE Sd Ukuran inti sel semakin kecil yang memenuhi permukaan jaringan, lebih padat dan merata

Proses pematangan akhir

III

P20AE St Ukuran inti sel kecil, sebagian masih berada dalam kapsul dan kapsul seminiferous mulai transparan.

Pematangan awal

II

Keterangan: PK (NaCl 0,95%), P10A (10 IU PMSG + 0,01 mg AD), P20A (20 IU PMSG + 0,01 mg AD), P10AE (10 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2) dan P20AE (20 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2). PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin), AD (Antidopamin) dan E2 (Estradiol-17β). SgA (Spermatogonia tipe A), SgB (Spermatogonia tipe B), St (Spermatosit) dan Sd (Spermatid).

Status Kelamin

Hasil penelitian status kelamin ikan sidat selama penelitian disajikan pada Tabel 6. Penentuan status kelamin ikan sidat dilakukan berdasarkan pengamatan morfologi dan histologi gonad. Hasil penelitian menunjukkan ikan sidat berkelamin jantan pada sampling minggu ke-0 sampai minggu ke-8. Tabel 6 menunjukkan tidak ada pengaruh yang kuat dari hormon estradiol-17β yang dikombinasikan dengan PMSG dan AD terhadap perubahan kelamin ikan sidat menjadi betina.

19

Tabel 6. Status kelamin ikan sidat

Perlakuan Minggu ke-

0 2 4 6 8 PK 3♂ 3♂ 3♂ 3♂ 3♂ P10A 3♂ 3♂ 3♂ 3♂ 3♂ P20A 3♂ 3♂ 3♂ 3♂ 3♂ P10AE 3♂ 3♂ 3♂ 3♂ 3♂ P20AE 3♂ 3♂ 3♂ 3♂ 3♂

Keterangan: PK (NaCl 0,95%), P10A (10 IU PMSG + 0,01 mg AD), P20A (20 IU PMSG + 0,01 mg AD), P10AE (10 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2) dan P20AE (20 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2). PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin), AD (Antidopamin) dan E2 (Estradiol-17β).♂ (Jantan).

Komposisi Pakan dan Daging Sidat

Hasil analisis proksimat pakan dan daging ikan sidat pada minggu ke-0 dan minggu ke-8 sajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Analisis Proksimat Pakan dan Daging Ikan

Perlakuan Kadar analisis (%) Kadar Protein Kadar Lemak Kadar

Karbohidrat Kadar Air Kadar Abu

Pakan 44,97 9,44 3,28 12,50 10,48

Daging sebelum penyuntikkan hormon

12,16±0,78c 21,81±0,44bc 2,68±0,87a 62,56±0,49a 0,78±0,04b Daging setelah penyuntikkan hormon

PK 13,92±0,92b 22,08±0,68b 1,48±0,37a 61,97±0,47a 0,53±0,07c P10A 14,07±0,45b 23,41±0,74b 1,62±0,07a 60,05±0,40b 0,84±0,03b P20A 13,32±0,35b 27,38±0,60a 0,17±0,06a 58,37±0,28c 0,74±0,02b P10AE 16,63±0,28a 20,49±0,66c 2,91±2,29a 60,97±1,20b 0,99±0,12ab P20AE 15,80±0,53a 19,22±0,10c 2,49±0,38a 61,44±0,18ab 1,04±0,07a

Keterangan: PK (NaCl 0,95%), P10A (10 IU PMSG + 0,01 mg AD), P20A (20 IU PMSG + 0,01 mg AD), P10AE (10 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2) dan P20AE (20 IU PMSG + 0,01 mg AD + 150 µg E2). PMSG (Pregnant Mare Serum Gonadotropin), AD (Antidopamin) dan E2 (Estradiol-17β). Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).

Hasil uji statistik Anova menunjukkan bahwa perlakuan hormon memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar protein ikan sidat selama delapan minggu penyuntikan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa daging ikan sidat sebelum penyuntikkan berbeda nyata dengan perlakuan semua perlakuan. Perlakuan P10AE tidak berbeda nyata dengan P20AE. Perlakuan PK tidak berbeda nyata dengan P10A dan P20A. Hasil uji statistik Anova menunjukkan bahwa perlakuan hormon memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar lemak ikan sidat selama delapan minggu penyuntikan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa P20A berbeda nyata dengan semua perlakuan.

Hasil uji statistik Anova menunjukkan bahwa perlakuan hormon memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar air ikan sidat selama

delapan minggu penyuntikan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan M0 tidak berbeda nyata dengan perlakuan PK dan P20AE. Perlakuan P20AE tidak berbeda nyata dengan perlakuan P10AE dan PK sedangkan perlakuan P20A berbeda nyata dengan semua perlakuan. Hasil uji statistik Anova menunjukkan bahwa perlakuan hormon memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar abu ikan sidat selama delapan minggu penyuntikan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan PK berbeda nyata dengan semua perlakuan. Hasil uji statistik Anova menunjukkan bahwa perlakuan hormon tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar karbohidrat ikan sidat selama delapan minggu penyuntikan.

Pembahasan

Kadar hormon Testosteron (T) plasma darah ikan sidat hasil induksi hormonal selama penelitian menunjukkan kadar yang semakin meningkat hingga akhir masa penelitian (Gambar 1). Peningkatan kadar T menunjukkan gonad ikan sidat mengarah pada perkembangan dan pematangan gonad jantan (testis). Kadar T hingga minggu ke-8 tidak menurun menandakan tidak ada konversi menjadi E2. Menurut Nakamura (2013), testosteron merupakan hormon utama yang berperan dalam sistem reproduksi jantan, umumnya hormon ini berfungsi untuk merangsang pertumbuhan spermatogonium, perkembangan spermatosit dan diferensiasi spermatosit menjadi sperma. Testosteron berperan utama dalam proses spermatogenesis. Secara alamiah T akan diubah menjadi E2. E2 juga berperan selama proses spermatogenesis pada A. japonica, yaitu dengan merangsang aktifitas sel Sertoli menyalurkan energi selama proses spermatogenesis (Miura et al. 2003) dan melindungi sel germinal (Higuchi et al. 2012). Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar T plasma darah maka status sel testis semakin matang dan diduga pematangan gonad sidat masih terus berkembang. Dalam penelitian ini dosis E2 yang diinduksi pada ikan sidat belum mampu untuk mengubah jenis kelamin sidat, sehingga jenis kelamin sidat tetap jantan dan berada dalam proses pematangan gonad. Proses berkembangnya gonad sidat terlihat jelas pada hasil histologi yang menunjukkan perubahan perkembangan gonad pada minggu awal sampai akhir penelitian.

Hasil kadar E2 selama penelitian mengalami peningkatan pada minggu ke-4 untuk semua perlakuan kecuali PK dan kemudian menurun pada minggu ke-8 (Gambar 3). Hal ini menunjukkan bahwa pada penyuntikkan ke-4, gonad ikan sidat mengalami perkembangan oleh rangsangan hormonal. Kadar E2 yang menurun disebabkan oleh proses clearance, yaitu pembersihan dari dalam tubuh. Secara fungsionalnya E2 merupakan hormon yang mengatur sifat feminisasi dan terekspresi secara morfologi pada betina dan memegang peranan penting untuk mengontrol estrogenik (Berg et al. 2004). Beberapa penelitian telah membuktikan E2 berperan merangsang vitelogenesis, namun dalam penelitian ini semua perlakuan tidak berpengaruh terhadap perubahan jenis kelamin ikan sidat menjadi betina. Perlakuan-perlakuan yang tidak berpengaruh terhadap perubahan kelamin tersebut diperkirakan oleh dosis hormon E2 yang rendah dan waktu penyuntikkan yang singkat.

Penelitian pematangan gonad ikan sidat betina (Anguilla bicolor bicolor) yang dilakukan oleh Rovara (2007), menggunakan sidat berukuran ≥600g dengan

21

penyuntikan ekstrak pituitari ikan mas dosis 0,5% selama sepuluh minggu menghasilkan ikan sidat matang gonad dengan nilai GSI 3,37%. Selanjutnya Zahri (2015) menggunakan sidat jenis yang sama dan ukuran 200g dengan kombinasi perlakuan 20 IU hCG + 300 µg E2 + 10 ppm AD selama 10 minggu penyuntikan menghasilkan sidat matang gonad dengan kadar serum E2 sebesar 1,5 ng/ml. Hal ini menandakan kadar serum E2 pada perlakuan yang dikombinasikan dengan atau tidak E2 menunjukkan kadar yang kecil dan dosis hormon E2 juga terlalu kecil.

Hasil kadar FSH dan LH menunjukkan bahwa kadar FSH dan LH secara jelas meningkat pada minggu keempat namun pada minggu kedelapan kadar FSH menurun; sedangkan kadar LH terus meningkat. FSH dan LH merupakan hormon gonadotropin yang bertugas untuk merangsang pertumbuhan dan aktivitas gonad. Proses pematangan gonad pada ikan melibatkan dua macam hormon gonadotropin yang dihasilkan oleh adhenohipofisis, yaitu FSH berperan merangsang perkembangan folikel melalui sekresi E2 dan LH berperan dalam pematangan akhir (Nagahama 1983).

Hormon FSH dan LH disekresikan oleh kelenjar hipofisis untuk mengatur reproduksi. Peningkatan kadar hormon ini dalam plasma darah mengindikasikan bahwa ikan sidat terinduksi untuk melakukan proses perkembangan dan pematangan gonad. FSH dan LH merupakan hormon yang disintesis di kelenjar hipofisis dengan organ target yaitu gonad. Di gonad, FSH akan merangsang dan meningkatkan aktivitas dari sel sertoli, mengatur nutrisi yang dibutuhkan gonad dan mendukung perkembangan sel germinal selama terjadinya proses gametogenesis. Setelah folikel berkembang dan mengaktifkan spermatogenesis, LH akan mengatur produksi steroid gonad guna mendukung perkembangan spermatogonia hingga spermiasi.

Hormon FSH dan LH meningkat secara nyata di minggu ke-4 dan efek dari meningkatnya hormon ini terjadi percepatan pertumbuhan folikel. Dengan terjadinya pertumbuhan folikel karena rangsangan FSH, maka gonad akan dirangsang untuk mensintesis E2 dan kadarnya juga meningkat pada minggu keempat (Gambar 3). Meningkatnya E2 memberikan umpan balik positif terhadap poros hypothalamus untuk mensintesis LH. Hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya kadar LH dan T, namun berlawanan dengan kadar E2 dan FSH yang terus menurun setelah meningkat pada minggu ke-4. Dengan demikian dapat dikatakan kadar FSH yang menurun membuktikan bahwa fungsi FSH telah terpakai, sedangkan kadar LH yang terus meningkat membuktikan fungsi LH secara keseluruhan belum terpakai sehingga proses spermiasi belum mencapai fase pematangan akhir. Dalam penelitian ini diduga FSH dan LH turut membantu sintesis T endogenus ikan sidat. Menurut penelitian Wu et al. (2011), FSH berperan dalam proses perkembangan gonad sedangkan LH berperan pada proses pematangan dan ovulasi. Kadar FSH yang cenderung stabil dan tingginya LH berperan efektif merangsang spermiogenesis selama pertumbuhan gonad jantan. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang kemukakan oleh Miura dan Miura (2011), yaitu LH lebih berperan untuk mengatur pematangan akhir dibandingkan dengan FSH.

Nilai GSI dapat menunjukkan secara kuantitatif perubahan gonad pada saat terjadi perkembangan gonad dalam proses reproduksi dan akan mencapai nilai maksimum pada saat akan terjadinya proses pemijahan (Effendi 2002). Peningkatan nilai GSI menunjukkan terjadinya proses perkembangan gonad

selama penelitian. Yulfiperius (2001) menambahkan bahwa aktivitas metabolisme sebagian besar tertuju pada proses perkembangan gonad. Peningkatan nilai GSI mengindikasikan terjadinya proses perkembangan gonad selama penelitian. Proses perkembangan gonad sebagian besar tertuju oleh aktivitas metabolisme. Perkembangan bobot gonad pada stadium matang dapat mencapai 10–25% dari bobot tubuh. Seiring dengan pertambahan bobot tubuh maka bobot gonad juga meningkat, hal ini disebabkan oleh rangsangan hormon yang efektif pada perkembangan gonad. Nilai GSI dalam penelitian ini berkisar antara 1,13–2,46% dapat dikatakan masih kecil persentasenya. Hal ini dibuktikan dengan kadar testosteron yang tinggi mengakibatkan gonad ikan sidat menjadi testis matang. Penelitian yang membuktikan peningkatan nilai GSI dilakukan oleh Rovara et al. (2008) pada A. bicolor bicolorukuran ≥600g dengan penyuntikan Carp Pituitary Extract menghasilkan GSI sebesar 3,37%, pada sidat liar fase silver eel nilai GSI mencapai 2,88% (Rachmawati dan Susilo 2012) dan pada A. bicolor bicolor

ukuran ≥150g dengan penyuntikan PMSG 20 IU + AD 10 ppm mencapai 2,29% (Ahlina 2015). Nilai HSI dapat menunjukkan secara kuantitatif pertambahan bobot hati seiring dengan perkembangan gonad dan peningkatan GSI. Nilai HSI akan semakin meningkat seiring perkembangan gonad dan nilainya akan turun pada saat telah matang gonad. Dalam penelitian ini tidak ada korelasi antara nilai GSI dan HSI; namun nilai tertinggi HSI minggu ke-6 sebesar 1,77% terdapat pada perlakuan P10AE.

Morfologi gonad ikan sidat minggu ke-0 (Gambar 10A) menunjukkan bahwa gonad sudah mulai tampak, hanya berupa seperti benang tipis transparan yang diselimuti oleh lapisan lemak. Gonad ikan sidat minggu ke-8 (Gambar 10B) menunjukkan gonad sudah terlihat dengan jelas pada bagian sisi kiri dan kanan yang biasanya melekat pada dinding ventral bagian atas. Gonad ikan sidat minggu ke-8 terlihat berwarna putih susu pekat, semakin tebal dan lebih mengglambir. Gonad pada perlakuan lebih berkembang dan besar dibandingkan gonad kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh kombinasi hormon yang diberikan sehingga adanya pertumbuhan dan perkembangan gonad ikan sidat sebelum penyuntikan (minggu ke-0) dan sesudah penyuntikan (minggu ke-8). Perkembangan gonad ikan sidat secara morfologi sejalan dengan kadar testosteron yang semakin meningkat (Gambar 2).

Pada umumnya, hormon T akan dikonversi menjadi E2 dengan bantuan enzim aromatase. Dalam penelitian ini, hormon E2 eksogenus yang diberikan ke ikan sidat ternyata menekan E2 endogeneus ikan sidat; sehingga E2 tidak terbentuk. Oleh karena itu maka terjadi penumpukan pada T, sehingga ikan sidat menjadi jantan. Gambar 10 menunjukkan dengan jelas morfologi gonad jantan (testis) ikan sidat. Hal ini sejalan dengan hasil pengukuran kadar T (Gambar 2) yang terus meningkat sampai minggu akhir penelitian.

Menurut Beullens (1997), gonad sidat tidak mempunyai ukuran yang sama, namun pada bagian sebelah kanan lebih memanjang ke depan (1 cm pada sidat berukuran 30 cm) dan yang kiri lebih ke arah belakang (2 cm dibelakang anus sidat berukuran 30 cm). Dari Gambar 10B dapat dilihat bahwa gonad sidat bagian atas (kiri) lebih panjang daripada sebelah bawah (kanan). Hal ini sesuai dengan Tesch (1977) yang menyatakan bahwa gonad kiri sekitar 2–3% lebih panjang dan Matsui (1993) menambahkan selain lebih panjang, gonad sidat

23

sebelah kiri lebih berat dan mengandung lebih banyak sel kelamin dibandingkan gonad sebelah kanan.

Dari hasil histologi yang ada pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa gonad sidat berkelamin jantan (testis). Pada proses perkembangan testis (spermatogenesis) sangat berkaitan erat dengan kadar testosteron dalam darah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar testosteron plasma darah maka status sel testis semakin matang. Hasil histologi menunjukkan perbedaan antara gonad sidat sebelum penyuntikkan (Gambar 11A) dan setelah penyuntikkan (Gambar 11B). Hasil penelitian menunjukkan bahwa induksi hormonal menyebabkan gonad sidat minggu ke-8 lebih berkembang dibandingkan dengan gonad sidat minggu ke-0. Berdasarkan klasifikasi perkembangan gonad dan tingkat kematangan gonad menurut Miura dan Miura (2011), terlihat bahwa gonad sidat minggu ke-0 untuk semua kelompok perlakuan berada pada fase spermatogonia tipe A (TKG I), dimana terdapat perkembangan inti sel yang diselimuti oleh kapsul-kapsul atau tubulus seminiferous dan gonad sidat minggu ke-8 menunjukkan fase yang berbeda antara kelompok perlakuan. Pada PK tergolong fase spermatogonia tipe A, untuk histologi P10A dan P20AE menunjukkan fase spermatosit (TKG II). Pada fase spermatosit, tubulus seminiferous mulai melepaskan inti sel dan inti sel yang terdapat dalam tubulus mulai ada yang menyatu. Pada P20A terlihat fase spermatogonia tipe B (TKG I), dimana inti sel yang terdapat dalam tubulus seminiferus mulai mengecil, berwarna agak gelap dan semakin memadati ruang pada tubulus. Tubulus seminiferus pada tahap perkembangan spermatogonia berwarna merah muda dan masih banyak terdapat rongga atau seperti ruang kosong pada jaringannya. Pada P10AE menunjukkan fase spermatid (TKG III), pada fase ini tubulus seminiferous berwarna transparan membentuk garis tipis yang di dalamnya terdapat inti sel yang mulai memadati permukaan jaringan dengan merata.

Hasil pengukuran bobot tubuh menunjukkan interaksi perlakuan hormon kepada sidat menyebabkan gonad berkembang sehingga bobot tubuh juga ikut meningkat. Menurut Kamil (2000), bahwa pertumbuhan ikan akan maksimal apabila kebutuhan nutrisi dan kebutuhan energinya terpenuhi dengan baik. Setelah dilakukan penyuntikan dan sampling, maka pertambahan bobot ikan sidat PK cenderung naik turun; tetapi pada perlakuan kombinasi hormon, bobot tubuh meningkat. Semua perlakuan hormon memberi pengaruh positif terhadap pertambahan bobot tubuh sidat kecuali perlakuan PK. Hal ini diduga ikan pada

Dokumen terkait