• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. J umlah Badan Buah/m2

Berdasarkan hasil analisa ragam terhadap data pengamatan jumlah badan buah akibat perlakuan M1 berbagai bahan utama dan penambahan pupuk ZA dan SP36 0% menunjukkan hasil yang tidak nyata dibanding pada perlakuan M2, tapi menunjukkan interaksi sangat nyata pada perlakuan M3, M4, dan M5 (Tabel Lampiran 1). Hasil pengamatan saat tumbuhnya jumlah badan buah pada perlakuan berbagai bahan utama dan penambahan pupuk dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rerata Jumlah Badan Buah Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Penambahan Pupuk Pada Jamur Merang.

Jumlah Badan Buah/m2

Bahan Utama (M)

Tanpa pupuk (P0) Pupuk (P1)

M1 22,333 ab 12,667 a M2 14,000 a 16,333 ab M3 16,000 ab 25,000 b M4 14,000 a 16,333 ab M5 14,333 a 26,333 b BNT 5% = 10.631

Ket : *angka rata – rata perlakuan yang didampingi oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% **M1 : Jerami 100% + Kompos 0 % P0 : ZA + SP36 0% M2 : Jerami 75% + Kompos 25% P1 : ZA + SP36 1% M3 : Jerami 50% + Kompos 50% M4 : Jerami 25% + Kompos 75% M5 : Jerami 0% + Kompos 100%

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

27

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan media 100% kompos dengan penambahan ZA dan SP36 1% (M5P1) menghasilkan jumlah badan buah yang paling banyak walaupun tidak berbeda nyata dengan M1P0, M1P1, M2P0, M2P1, M3P0, M3P1, M4P0, M4P1, dan M5P0. Pada perlakuan pemberian pupuk ZA dan SP-36 tidak berbeda nyata dengan tanpa pemberian pupuk, begitu juga dengan perlakuan media dengan menggunakan bahan jerami dan kompos seresah tanaman.

Pengukuran jumlah badan buah digunakan untuk mengetahui perbedaan prosentase tumbuh jamur pada media merang (jerami) dan kompos seresah tanaman. Jumlah badan buah hasil interaksi jerami dan kompos (M) dengan pupuk ZA dan SP36 (P) dapat dilihat pada gambar 6 histogram rerata jumlah badan buah.

Ket : M1 : Jerami 100% + Kompos 0 % M2 : Jerami 75% + Kompos 25%

M3 : Jerami 50% + Kompos 50% M4 : Jerami 25% + Kompos 75% M5 : Jerami 0% + Kompos 100%

Gambar 6. Histogram Rerata Jumlah Badan Buah

22,333 14,000 16,000 14,000 14,333 12,667 16,333 25,000 16,333 26,333 0,000 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 R e ra ta J u m al ah B a d a n B u ah / m 2 M edia Ut ama

Tanpa Pupuk Pupuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

28

Gambar 6, dapat diketahui bahwa pemberian pupuk ZA dan SP36 0%, pada lima komposisi jerami dan kompos yang berbeda dimulai dari jumlah jerami 100% kompos 0% sampai menuju keseimbangan jerami 50% kompos 50% menunjukkan kenaikan jumlah badan buah pada perlakuan M1P0. Namun ketika persentasi jerami lebih kecil dibanding persentase kompos menunjukkan jumlah badan buah semakin menurun pada perlakuan M2P0, M3P0, M4P0 dan M5P0. Hal ini menunjukkan bahwa persentase kompos yang semakin besar tidak dapat menunjukkan kenaikan pada jumlah badan buah. Sehingga dapat diketahui bahwa pemberian pupuk ZA dan SP36 1%, pada komposisi jerami 100% kompos 0% sampai pada tahap keseimbangan jerami 50% kompos 50% jumlah badan buah mengalami kenaikan. Ketika komposisi kompos dinaikkan dari 50%, 75% sampai 100% dan jerami diturunkan sampai 0% jumlah badan buah mengalami kenaikan tetapi menunjukkan penurunan jumlah badan buah pada perlakuan M4P1 dengan komposisi jerami 25% kompos 75%.

2. Berat Segar Badan Buah (kg)/m2

Hasil analisa ragam terhadap data pengamatan berat segar badan buah akibat perlakuan berbagai bahan utama dan penambahan pupuk ZA dan SP36 1% perlakuan M5 menunjukkan interaksi yang nyata, tapi menunjukkan interaksi sangat nyata pada perlakuan M1,M2, dan M4 (Tabel Lampiran 2). Hasil pengamatan berat segar badan buah pada perlakuan berbagai bahan utama dan penambahan pupuk ini dapat dilihat pada (Tabel 7).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

29

Tabel 7. Rerata Berat Segar Badan Buah Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Penambahan Pupuk Pada Jamur Merang.

Berat Segar badan buah (kg/m2) Bahan Utama

(M)

Tanpa pupuk (P0) Pupuk (P1)

M1 1,027 bc 0,750 a M2 0,820 a 0,890 bc M3 0,827 a 1,127 c M4 0,803 a 0,910 ab M5 0,820 a 1,157 c BNT 5% = 0.186

Ket : *angka rata – rata perlakuan yang didampingi oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

** M1 : Jerami 100% + Kompos 0 % P0 : ZA + SP36 0% M2 : Jerami 75% + Kompos 25% P1 : ZA + SP36 1% M3 : Jerami 50% + Kompos 50%

M4 : Jerami 25% + Kompos 75% M5 : Jerami 0% + Kompos 100%

Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan berat segar badan buah pada semua perlakuan mengalami kenaikan pada panen II dan mengalami penurunan pada panen ke III, ini disebabkan karena waktu kematangan jamur yang tidak homogen (sama), sehingga terjadilah panen yang lebih dari 1 kali. Panen optimum terjadi pada hari ke 14 – 16hst dan akan terjadi penurunan hasil panen, karena sumber energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur (glukosa dan miselium) sudah semakin menipis, sehingga hifa yang terlambat tumbuh akan mati. Perlakuan media tanam terbaik yang dapat menghasilkan berat segar badan buah terberat adalah pada media jerami 0% dan kompos 100% dengan pemberian pupuk ZA dan SP36 1% (M5P1).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

30

Pengukuran berat segar digunakan untuk mengetahui perbedaan prosentase tumbuh jamur pada media merang (jerami) dan kompos seresah tanaman. Berat segar badan buah hasil interaksi jerami dan kompos (M) dengan pupuk ZA dan SP36 (P) dapat dilihat pada gambar 7 histogram rerata berat segar badan buah.

Ket : M1 : Jerami 100% + Kompos 0 % M2 : Jerami 75% + Kompos 25% M3 : Jerami 50% + Kompos 50% M4 : Jerami 25% + Kompos 75% M5 : Jerami 0% + Kompos 100%

Gambar 7. Histogram Rerata Berat Segar

Grafik 7 dapat diketahui, bahwa pemberian pupuk ZA dan SP36 0%, pada lima komposisi jerami dan kompos yang berbeda dimulai dari jumlah jerami 100% kompos 0% sampai komposisi keseimbangan jerami 50% kompos 50% menunjukkan berat segar mengalami penurunan, namun penurunannya tidak begitu besar. Ketika persentase jerami lebih kecil dibanding persentase kompos menunjukkan berat segar berubah. Grafik tersebut di atas dapat diketahui bahwa pemberian pupuk ZA dan SP36 1%, pada komposisi jerami 100% kompos 0% sampai pada komposisi keseimbangan jerami 50% dan kompos 50% rerata buah

1,027 0,820 0,827 0,803 0,820 0,750 0,890 1,127 0,910 1,157 0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 1,200 1,400 M 1 M 2 M 3 M 4 M 5 R e ra ta B e ra t S e g ar ( k g ) M edia Ut ama

Tanpa Pupuk Pupuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

31

segar mengalami kenaikan. Namun ketika komposisi kompos ditambah menjadi 100% dengan mengurangi komposisi jerami sampai 0%, rerata berat segar mengalami kenaiakan tetapi menunjukkan penurunan pada perlakuan M4P1. 3. Diameter Tudung Buah (cm)

Hasil analisa ragam terhadap data pengamatan diameter tudung buah akibat perlakuan berbagai bahan utama dan penambahan pupuk ZA - SP36 1% dan pupuk ZA – SP36 0% menunjukkan hasil yang tidak nyata (Tabel Lampiran 3). Hasil pengamatan diameter tudung buah pada perlakuan berbagai bahan utama dan penambahan pupuk ini dapat dilihat pada (Tabel 8).

Tabel 8. Rerata Diameter Tudung Buah Akibat Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Penambahan Pupuk Pada Jamur Merang.

Per lakuan Rerata

M1 1,712 M2 1,712 M3 1,749 M4 1,751 M5 1,777 BNT 5% tn

Per lakuan Rerata

P0 4,36

P1 4,34

BNT 5% tn

Ket : angka rata – rata perlakuan yang didampingi oleh huruf yang sama pada perlakuan yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%

Tabel 9 menunjukkan bahwa pelakuan media jerami 0% dan kompos 100% dengan penambahan ZA dan SP36 1% (M5P1) menghasilkan diameter tudung buah yang paling besar dari pada perlakuan yang lain, dari semua perlakuan penambahan kombinasi pupuk tidak memberikan pengaruh tidak nyata terhadap diameter tudung buah pada jamur merang karena penambahan ZA dan SP36 ini memberikan pengaruh terhadap jumlah badan buah dan berat segar buah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

32

namun tidak berpengaruh terhadap diameter tudung buah. Pengukuran diameter tudung buah digunakan untuk mengetahui perbedaan prosentase tumbuh jamur pada media merang (jerami) dan kompos seresah tanaman.

B. Pembahasan

Hasil rerata jumlah badan buah dengan nilai tertinggi dihasilkan pada perlakuan M5 yaitu perlakuan media Jerami 0 % dan 100 % kompos seresah tanaman ditunjukkan pada diagram batang (Gambar 6) dengan menambahkan pupuk ZA – SP36 1%, ini dikarenakan kompos yang berasal dari sampah organik yang memiliki kandungan serat tinggi dapat digunakan sebagai media tumbuh jamur, semakin tinggi seratnya maka semakin banyak badan buah yang dihasilkan dan sebaliknya semakin rendah seratnya semakin sedikit pula badan buah yang dihasilkan. Itu semua di dukung dengan penggunaan pupuk ZA – SP36 1%, sehingga cukup tersedianya sumber nutrisi yang mendukung pertumbuhan badan buah. Rerata jumlah badan buah dari hasil perlakuan perbandingan media tanam dengan penggunaan pupuk dan tidak menggunakan pupuk tidak mempengaruhi jumlah badan buah jamur, di karenakan suhu dan kelembaban sama dengan suhu optimal dalam pertumbuhan jamur. Sedangkan Menurut Widiastuti (2007) mengatakan Jamur Merang dapat memanfaatkan kabohidrat dan mineral dari rumput-rumputan yang melapuk, pada jerami yang telah megalami pelapukan banyak mengandung zat gula dan mineral antara lain natrium phospor, kalsium dan kalium. Selama proses fermentasi bahan organik berupa karbohidrat dan mineral dapat diambil dalam jumlah yang besar dan dalam proses pelapukan senyawa organik dapat tersedia dengan cepat sehingga dapat digunakan oleh jamur untuk pertumbuhannya. Selain zat tersebut masih banyak ada lagi zat yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

33

terkandung pada jerami yaitu selulosa sebanyak 55 % dan lignin 30%, selain itu kompos dapat meningkatkan kesuburan kimia dan fisik tanah yang selanjutnya akan meningkatkan produksi tanaman.

Menurut (Sunandar, 2010) pada tanaman hortikultura (buah‐buahan, tanaman hias, dan sayuran) atau tanaman yang sifatnya perishable (mudah rusak/cepat busuk) ini hampir tidak mungkin ditanam tanpa kompos, kompos yang baik mengandung unsur hara makro Nitrogen > 1,5 % , P2O5 (Phosphat) > 1 % dan K20 (Kalium ) > 1,5 %, disamping unsur mikro lainnya. C/N ratio antara 15‐ 20 , diatas atau dibawah itu kurang baik. Untuk kepentingan bisnis, pupuk kompos yang dihasilkan harus mempunyai kualitas yang baik dan supply yang berkesinambungan. Hasil penelitian menunjukkan berat segar jamur yang dihasilkan dengan menggunakan media jerami dan kompos dengan perbandingan 100% : 0%, 75% : 25%, 50% : 50%, 25% : 75%, 0% : 100%, pada perlakuan tanpa pupuk ZA – SP36 0% terjadi penurunan secara signifikan dikarenakan berkurangnya sumber energi yang dihasilkan. Pada perlakuan pupuk ZA – SP36 1% terjadi peningkatan yang berkala pada M1 sampai M3 kemudian mengalami penurunan M4 dan meningkat kembali pada M5, ini disebabkan oleh penggunaan perlakuan media tanaman berbeda pada M3. Pada media jerami tingkat porositas tinggi tetapi media jerami dapat menyimpan air lebih banyak, sedangkan pada media kompos tingkat porositas lebih rendah. Tetapi media kompos lebih padat sehingga campuran media jerami dan kompos menghasilkan berat segar lebih tinggi (Gambar 7).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

34

Hasil rerata diameter tudung buah dengan nilai tertinggi dihasilkan pada perlakuan M5P1, namun hasil ini memberikan pengaruh yang tidak nyata. Hal ini dikarenakan kompos yang berasal dari sampah organik yang memiliki kandungan serat tinggi dapat digunakan sebagai media tumbuh jamur, semakin tinggi seratnya maka semakin banyak tudung buah yang dihasilkan dan sebaliknya semakin rendah seratnya semakin sedikit pula tudung buah yang dihasilkan. Penggunaan kompos daun tanaman mempunyai fungsi yang sama dengan jerami padi sehingga kompos daun taman dipakai sebagai pengganti jerami padi dalam budidaya jamur merang. Sebanarnya jamur merang dapat tumbuh pada berbagai media terutama dari limbah industri pertanian seperti tulang daun tembakau, lamtoro, serbuk gergaji, enceng gondok, gandum daun pisang, limbah kapas, limbah kertas dan sekam (Darmawan, 2010). Sedangkan manfaat dan keunggulan pupuk SP36 tidak higroskopis dan mudah larut dalam air. Sebagai sumber unsur hara fosfor bagi tanaman memacu pertumbuhan akar dan sistem perakaran yang baik, mempercepat panen, memperbesar prosentase terbentuknya bunga menjadi buah serta menambah daya tahan tanaman terhadap gangguan hama, penyakit dan kekeringan. Pupuk SP36 cocok digunakan sebagai pupuk dasar (Sumaryo dan Suryono, 2011). Keunggulan pupuk ZA antara lain : mudah diterapkan dan ekonomis, tidak menyerap banyak air, dapat digunakan sebagai pupuk dasar dan susulan, senyawa kimia stabil sehingga tahan disimpan dalam waktu lama, dapat dicampur dengan pupuk lain, aman untuk semua jenis tanaman, memperbaiki kualitas dan produksi serta nilai gizi hasil panen karena meningkatkan kadar protein pati, padi, gula, lemak, vitamin, memperbaiki rasa dan warna hasil panen, tanaman lebih sehat dan lebih tahan terhadap gangguan lingkungan (Soleh, 2000).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

37

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :

1. Terdapat interaksi komposisi media utama jerami + kompos seresah tanaman dengan penggunaan pupuk ZA + SP36 1% terhadap variable jumlah badan buah dan berat segar sedangkan pada interaksi diameter badan buah tidak terjadi interaksi.

2. Penggunaan pupuk memberikan pengaruh yang positif terhadap jumlah badan buah dan berat segar badan buah pada semua media tanam (M2, M3, M4, M5) kecuali pada media M1 (jerami 100%).

3. Penggunaan kompos seresah tanaman mempunyai fungsi yang sama dengan jerami padi sehingga kompos serasah tanaman dipakai sebagai pengganti jerami pada dalam budidaya jamur merang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

42

Dokumen terkait