• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kecamatan Tigalingga. Lokasi desa penelitian tersaji pada Gambar 3.

Luas wilayah Kecamatan Gunung Sitember sekitar 77,00 km2 atau sekitar 3,99% dari luas Kabupaten Dairi (1.927,80 km2). Sementara Desa Kendit Liang, Desa lokasi penelitian memiliki luas 7 Km2 atau sekitar 9,09 % dari luas Kecamatan Gunung Sitember. Kantor Kepala Desa Kendit Liang ke ibu Kota Kecamatan berjarak sekitar 4 Km dan dapat ditempuh menggunakan sepeda motor atau bis. Jarak ibu Kota Kecamatan ke ibu Kota Kabupaten (Sidikalang) adalah sekitar 30 Km dan dapat ditempuh sekitar 1,5 jam menggunakan Sepeda motor atau bis.

Pada tahun 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat 613 penduduk yang mendiami Desa Kendit Liang yang terdiri dari 304 orang laki-laki dan 309 orang perempuan. Jumlah tersebut merupakan 6,44% dari jumlah

Gambar 3. Peta kecamatan Gunung Sitember Lokasi penelitian

penduduk kecamatan Gunung Sitember (6.514 jiwa). Mayoritas pekerjaan penduduk setempat adalah petani dan komoditas utama pertanian adalah jagung.

Selain itu, terdapat juga komoditas lain yaitu padi ladang dan buah-buahan seperti durian, pisang, papaya, Duku/Langsat/Kokosan dan lain-lain.

Gunung Sitember adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Dairi yang termasuk dalam kawasan karst dengan kode lahan Kc 5.3. pada Land Unit and Soil Map of the Sidikalang Sheet, Sumatera No. 0618. Group karst ini merupakan

bagian dari group Tapanuli yang terbentuk oleh batuan Paleozoik pada zaman Pra Tersier. Kawasan karst ini terdapat pada dua provinsi yaitu Sumatera Utara dan Aceh dengan luas 130 km2. Pada Peta Geologi Lembar Sidikalang dan (Sebagian) Sinabang, Sumatra, kawasan karst ini terdapat pada formasi Alas (Ppal) yang terdiri dari batu gamping pejal dan batu gamping hablur (rekristalisasi). Formasi Alas (Ppal) ini berada menindih formasi Kluet (Puk) yang terdiri dari batupasir meta kuarsa, metaklake, batu sabak dan filit. Sementara itu, sebagian formasi ini tertindih oleh tufa Toba (Qvt). Adapun kawasan ini juga berada pada jajaran Bukit Barisan. Wahono (2012) menulis di Kompas.com, seorang geolog dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), J. F Katili, yang meneliti kawasan ini pada tahun 1960-an menemukan banyak sedimen fosil kerang laut disepanjang zona Bukit Barisan. Hal ini menunjukkan bahwa pegunungan ini tumbuh dari dasar laut akibat penunjaman Lempeng (Samudra) Hindia-Australia ke bawah pulau Sumatera yang berada di Lempeng (Benua) Eurasia.

Sebagai endokarst, di Desa ini terdapat satu gua yang disebut gua Kendit Liang. Gua ini sangat panjang dan bercabang-cabang. Tentang gua ini belum banyak dikaji, namun menurut kepala desa setempat, gua ini pernah ditelusuri

sepanjang 800 m. Namun demikian belum ada yang berhasil menemukan ujung dari gua ini.

Wilayah pada daerah penelitian beriklim sangat basah. Rata-rata curah hujan 11 Tahun terakhir pada daerah ini menunjukkan 10 bulan basah, 2 bulan lembab dan 0 bulan kering.Bulan basah terjadi jika curah hujan > 100 mm dan bulan kering terjadi jika curah hujan < 60 mm. Melalui metode perhitungan iklim Schmidt dan Ferguson yaitu dengan membandingkan bulan kering dengan bulan basah dalam kurun waktu ยฑ 10 tahun, maka ditentukan nilai Q (batas range dari golongan iklim) dengan rumus berikut (Guslim, 2009).

๐‘„ = ๐‘…๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž โˆ’ ๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘ก๐‘Ž ๐‘๐‘ข๐‘™๐‘Ž๐‘› ๐‘˜๐‘’๐‘Ÿ๐‘–๐‘›๐‘”

Pengamatan tanah dilakukan di Desa Kendit Liang, Kecamatan Gunung Sitember, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Pengamatan dilakukan dengan mengamati 3 profil pewakil tanah pada 3 ketinggian tempat pada perbukitan karst. Profil tanah pertama (P1) diamati pada lereng atas perbukitan karst dengan ketinggian 976 m dpl dan titik pengamatan terletak pada 2o56โ€™00โ€

LU dan 98o08โ€™00โ€ BT. Profil tanah kedua (P2) diamati pada lereng tengah pada perbukitan karst dengan ketiggian 877 m dpl dan terletak pada 2o55โ€™45โ€ LU dan 98o08โ€™10โ€ BT. Profil tanah ketiga (P3) diamati pada lereng bawah perbukitan karst dengan ketinggian 746 m dpl dan terletak pada 2o56โ€™05โ€ LU dan 98o08โ€™35โ€

BT. Peta lokasi profil tanah lebih jelas tersaji pada gambar 4 berikut.

Gambar 4. Peta Lokasi Pengamatan Profil Pewakil

Kawasan karst Desa Kendit Liang terdiri atas himpunan bukit-bukit kecil berbentuk kerucut dan ujungnya tumpul atau runcing. Dolina yang merupakan cekungan diantara perbukitan umumnya berbentuk bundar atau memanjang dan terisi tanah hasil pengikisan dari erosi yang terjadi. Puncak-puncak bukit terdiri dari singkapan batuan karbonat. Batuan ini umumnya berwarna hitam keputihan dan tanah disekitarnya berwarna hitam.

Deskripsi Profil

Pengamatan dilakukan dengan mengkaji dan mendeskripsikan sifat - sifat tanah pada tiap horizon pada profil tanah yang merupakan gambaran dari tubuh tanah. Penentuan horizon tanah didasarkan pada sejumlah sifat yang dijadikan sebagai faktor pembeda seperti struktur, tekstur, konsistensi, warna, dan batas horizon.

Deskripsi Profl 1 (Lereng Atas Perbukitan Karst)

Pengamatan profil pada lereng atas perbukitan karst diambil pada ketinggian 900 โ€“ 1.000 m diatas permukaan laut dan profil pewakil berada pada ketinggian 976 m dpl. Deskripsi profil disajikan sebagai berikut.

Lokasi : Desa Kendit Liang, Kecamatan Gunung Sitember, Kabupaten Dairi

Kode Land Unit : K.c. 5.3

Koordinat : 2o56โ€™00โ€ LU dan 98o08โ€™00โ€ BT Klasifikasi Soil Taxonomy : Typic Hapludults

Fisiografi : Pegunungan Karst

Karakteristik Lereng : 40o Kedalaman efektif : 100 cm

Elevasi : 976 m dpl

Penggunaan Lahan : Lahan Pertanian, perladangan Jagung

Bahan Induk : Anggota Batu Gamping: Pejal dan batu gamping hablur (Peta Geologi Lembar Sidikalang dan (sebagian) Sinabang, Sumatera)

Horizon Diagnostik : Okrik (0-20 cm), Argilik (>20 cm)

Tanggal : 13 Januari 2021

Hor. Kedalaman Uraian bersudut sedang agak kuat, gembur, angsur lurus

Bt4 155 โ€“ 200 Coklat Kuat ( 7,5 YR 5/8), Liat, strutur gumpal bersudut sedang agak kuat, gembur, angsur lurus

Pada lereng atas perbukitan karst umumnya terdapat lebih banyak fragmen batuan daripada lereng tengah dan bawah perbukitan. Puncak bukit terdiri dari batuan besar yang tersingkap dan tanah disekitarnya berada di sela-sela batuan dan sangat dangkal.Profil tanah pada lereng atas sebagian dapat mencapai kedalaman 2 m, namun pada sebagian pedon ditemukan fragmen batuan pada kedalaman 110 cm. Permukaan tanah merupakan lahan pertanian, karena itu horizon atas merupakan horizon Ap. warna tanah cenderung coklat kekuningan dan nila Hue semakin kebawah semakin rendah.

Profl 2 (Lereng Tengah Perbukitan Karst)

Lereng tengah perbukitan karst berada pada ketinggian 800 โ€“ 900 m dpl dan profil pewakil berada pada ketinggian 877 m dpl. Deskripsi profil disajikan sebagai berikut.

Lokasi : Desa Kendit Liang, Kecamatan Gunung Sitember, Kabupaten Dairi

Kode Land Unit : K.c. 5.3

Koordinat : 2o55โ€™45โ€ LU dan 98o08โ€™10โ€ BT Klasifikasi Soil Taxonomy : Typic Hapludults

Fisiografi : Pegunungan Karst

Karakteristik Lereng : 40o

Elevasi : 877 m dpl

Kedalaman efektif : 75 cm

Penggunaan Lahan : Lahan Pertanian, profil dibawahtegakan durian Bahan Induk : Anggota Batu Gamping: Pejal dan batu gamping

hablur (Peta Geologi Lembar Sidikalang dan (sebagian) Sinabang, Sumatera)

Horizon Diagnostik : Okrik (0-15 cm), Argilik (>15 cm)

Tanggal : 13 Januari 2021

Hor Kedalaman Uraian

Profil tanah pada lereng tengah tidak ditemukan fragmen batuan dan hanya sedikit kerikil halus.Warna tanah pada lapisan atas cenderung kekuningan, namun pada kedalaman >170 cm ditemukan tanah yang mulai berwarna merah kekuningan. Horizon Ap cenderung berwarna gelap dan semakin kebawah warna tanah cenderung lebih cerah.

Profl 3 (Lereng bawah perbukitan Karst)

Lokasi : Desa Kendit Liang, Kecamatan Gunung Sitember, Kabupaten Dairi

Kode Land Unit : K.c. 5.3

Koordinat : 2o56โ€™05โ€ LU dan 98o08โ€™35โ€ BT Klasifikasi Soil Taxonomy : Typic Hapludults

Fisiografi : Pegunungan Karst

Karakteristik Lereng : 40o

Elevasi : 746 m dpl

Kedalaman efektif : 120 cm

Penggunaan Lahan : Lahan Pertanian

Bahan Induk : Anggota Batu Gamping: Pejal dan batu gamping hablur (Peta Geologi Lembar Sidikalang dan (sebagian) Sinabang, Sumatera)

Horizon Diagnostik : Okrik (0-25 cm), Argilik (>25 cm)

Tanggal : 13 Januari 2021

Hor. Kedalaman Uraian Bt1 25โ€“50/80 Coklat kemerahan

( 5 YR 4/4), Liat, Bt2 50/80-120 Coklat kemerahan

(5 YR 4/3), Liat,

Pada lereng bawah tidak ditemukan fragmen batuan pada profil tanah.Warna tanah cenderung kemerahan pada semua horizon dan horizon Ap cenderung berwarna lebih gelap.

Karakteristik Fisika Tanah

Setelah pengamatan dan penentuan batas horizon, sampel tanah diambil dari tiap horizon dan dilakukan analisis laboratorium untuk menguji sifat fisika dan kimia tanah. Hasil pengamatan dan uji laboratorium untuk sifat fisika tanah tersaji pada tabel 4 ber ikut.

Tabel 1. Morfologi dan Karakteristik Fisika Tanah

Profil Horizon Kedalaman Struktur Tekstur Konsistensi Warna Bulk

Keterangan: r: remah; gs: gumpal bersudut; h: halus; sd: sedang; ak: agak kuat; lm: lemah; gb: gembur

Keseluruhan tekstur tanah pada ketiga profil merupakan tekstur liat dan hanya terdapat perbedaan pada horizon Ap yang memiliki kandungan liat lebih rendah. Sama halnya dengan struktur dan konsistensi, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan. Struktur tanah umumnya gumpal bersudut pada keseluruhan horizon pada ketiga profil dan hanya terdapat perbedaan pada kelas struktur dan tingkat perkembangan. Sementara itu, konsistensi pada semua profil adalah gembur.

Perbedaan yang signifikan terlihat pada parameter bulk density. Profil tanah pada lereng bawah (P3) cenderung memiliki bulk density yang lebih rendah dibanding profil tanah pada lereng atas dan tengah yaitu berkisar antara 0,79 g/cm3 hingga 1,03 g/cm3. Pada tanah mineral, nilai ini tergolong rendah.

Sedangkang pada lereng atas dan lereng tengah, nilai bulk density relatif tinggi, yaitu berkisar antara 1,24 g/cm3 โ€“ 1,45 g/cm3 pada lereng tengah dan berkisar antara1,13 g/cm3 โ€“ 1,4 g/cm3pada lereng atas.

Karakteristik Kimia Tanah

Nilai kimia tanah didapat dengan uji laboratorium untuk pH, C-organik, basa-basa tukar, KTK dan kejenuhan basah dan hasil analisis tersaji pada tabel 5.

Tabel 2. Karakteristik Kimia Tanah

Profil Horizon Kedalaman pH C-Organik Basa-basa dapat ditukar KTK KB

Ca Mg K Na Keterangan:m: masam; t: tinggi; sd: sedang; r: rendah; sr: sangat rendah

Nilai organikpada keseluruhan horizon pada ketiga profil berkisar antara rendah dan sedang. Semakin dalam horizon, nilai C-organik cenderung semakin rendah. Rata-rata nilai C-C-organik paling tinggi didapati pada profil tanah lereng bawah (P3). Nilai KTK sangat berfariasi, baik antar horizon maupun antara ketiga Profil tanah terdapat nilai KTK yang rendah, sedang dan tinggi. Sementara itu, nilai

Basa-basa tukar dan kejenuhan basa sangat rendah pada setiap horizon pada ketiga profil yang juga mengakibatkan nilai pH yang rendah.

Pembahasan

Klasifikasi Tanah Menurut Soil Taxonomy

Morfologi tanah pada ketiga profil pewakil menunjukkan warna tanah yang mengkilat dan rasa tusukan pisau yang semakin kebawah semakin mengeras.

Tanah yang mengeras ini menunjukkan adanya akumulasi liat yang semakin tinggi. Karakter ini ditemukan pada P1 pada kedalaman 20 cm โ€“200 cm, P2 pada kedalaman 50cm โ€“200 cm dan P3 pada kedalaman 25 cm โ€“ 200 cm. Ini diperkuat oleh analisis tekstur tanah di laboratorium, ditemukan partikel liat halus yang sangat tinggi pada kedalaman tersebut.

Hasil analisis persentase liat halus (Tabel 4), horizon Ap pada Profil 1 yang merupakan horizon eluviasi mengandung 22,60% liat halus. Sementara itu, horizon dibawahnya mengandung rata-rata 47,19% (peningkatan 2,09 kali). Pada Profil 2, horizon Ap dan AB yang juga merupakan horizon eluviasi mengandung 28,66% dan 29,97% liat halus. Sementara itu, horizon dibawahnya sebagai horizon illuviasi mengandung rata-rata liat halus sebesar 39,41 % (penigkatan liat halus 1,38 kali). Sama halnya dengan P3, horizon Ap mengandung 18,62% liat halus dan horizon dibawahnya mengandung liat halus rata-rata sebesar 39,89 % (peningkatan liat halus 2,14 kali).

Sistem klasifikasi Soil Taxonomy menyatakan bahwa horizon penciri argilik harus memenuhi syarat berikut: (1) Bila horizon eluviasi mengandung liat kurang dari 15%, maka horizon argilik harus mengandung liat lebih dari 3% dari horizon eluviasi. (2) Bila mengandung liat 15 โ€“ 40%, maka harus mengandung liat

โ‰ฅ1,2 kali lebih banyak dari horizon eluviasi. (3) Bila mengandung liat lebih dari 40%, maka harus mengandung liat lebih 8% dari horizon eluviasi. (4) Tebal paling sedikit 1/10 dari tebal seluruh horizon diatasnya atau paling sedikit 15 cm bila jumlah horizon eluviasi + iluviasi tebalnya lebih 150 cm. Berdasarkan syarat-syarat diatas, maka pada ketiga profil tanah P1, P2 dan P3, kadar liat halus pada horizon illuviasi lebih dari 1,2 kali kadar liat halus horizon eluviasi. Dengan

Data iklim rata-rata selama 11 tahun terakhir di wilayah penelitian (Tabel Lampiran 2) menunjukkan terdapat 10 bulan basah, 2 bulan lembab dan 0 bulan kering. Dengan itu, menurut kriteria rejim kelembaban tanah pada soil taxonomy, maka wilayah tersebut dikelaskan pada rejim kelembaban udik. Berdasarkan rejim kelembaban tersebut, maka ketiga profil di lahan karst ini dapat dikategorikan pada sub ordo Udults.

Great Group

Ketiga profil yang merupakan sub ordo Udults, tidak memenuhi syarat dalam great group Plinthudults, Fragiudults, Kandiudults, Kanhapludults,

Paleudults, Rhodudults. Oleh karena itu, tanah pada ketiga profil merupakan great group Hapludults.

Sub Group

Pada great group hapludults, P1, P2 dan P3 tidak memenuhi syarat untuk sub group Lithic-Reuptic-Entic Hapludults, Lithic Hapludults, Vertic Hapludults, Fragiaquic Hapludults, Aquic Arenic Hapludults, Aquic Hapludults, Fragic Hapludults, Oxyaquic Hapludults, Lamellic Hapludults, Psammentic Hapludults, Arenic Hapludults, Grossarenic Hapludults, Inceptic Hapludults dan Humic Hapludults. Maka dari itu P1 dan P2 dan P3 masuk dalam Sub Group Typic Hapludults.

Karakteristik Tanah pada Landform Karst Kendit Liang, Gunung Sitember, Kabupaten Dairi

Sebagai kawasan berbahan induk batuan karbonat, pembentukan lahan karst serta sifat dan karakteristik tanah sangat dipengaruhi oleh pelarutan batuan karbonat serta distribusi basa-basa hasil pelarutan yang dimana semua proses ini dikontrol oleh keberadaan air. Keberadaan air ini sendiri sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan bentuk topografi pada landform karst. Walau perlu dikaji lebih dalam tentang pelarutan batuan karbonat pada daerah penelitian, namun kemungkinan besar sama halnya dengan kawasan karst lainnya, pembentukan lahan karst ini juga sangat dipengaruhi oleh keberadaan air. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada deskripsi wilayah, kawasan ini memiliki iklim basah dengan memiliki 10 bulan basah dan 0 bulan kering. Rata-rata curah hujan bulanan dalam kurun waktu 11 tahun terakhir pada wilayah ini berkisar antara 88 mm โ€“ 330 mm. Sementara itu, wilayah ini memiliki topografi yang kasar

karena merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan lereng yang curam. Hal-hal inilah yang sangat mempengaruhi karakteristik tanah pada kawasan karst ini.

Banyaknya jumlah air dapat mempercepat laju pelarutan batuan karbonat.

Oleh sebab itu, pada kawasan penelitian, baik pada lereng atas, tengah dan bawah, nilai basa-basa tukar sangat rendah bahkan Ca dan Mg yang merupakan produk dari proses pelarutan batuan karbonat. Hal ini disebabkan oleh kombinasi curah hujan yang tinggi dengan topografi perbukitan dengan kemiringan lereng yang curam. Kemiringan lereng yang curam dapat mempercepat pergerakan air.

Semakin cepatnya pergerakan air, maka pencucian akan semakin tinggi yang mengakibatkan pemiskinan basa-basa. Menurut Mulyanto dan Surono (2009) Aliran air yang cepat mempunyai kemampuan pencucian lebih kuat dibandingkan yang lemah. Hal tersebut akan berdampak pada pemiskinan ion-ion yang mempunyai indeks keterlarutan tinggi seperti Na, Ca, Mg, dan K. Hardjowigeno (1993) juga mengatakan bahwa didaerah dengan curah hujan tinggi (humid) tanah masam dapat terbentuk dari tanah kapur yang permeabilitasnya tinggi. Semakin permeabel, tanah menjadi cepat masam, pelapukan menjadi cepat, dan bahan koloid makin mudah dipindahkan. Morfologi bawah (endokarst) yang berpori juga mempengaruhi pergerakan air tanah secara vertikal menyebabkan masuknya air jauh kebawah permukaan tanah menuju gua bawah tanah dan membawa serta basa-basa hasil pelarutan. Selain itu, penggunaan lahan sebagai lahan pertanian yang membudidayakan tanaman semusim salah satunya jagung dapat menyebabkan pengangkutan basa-basa yang intensif oleh tanaman yang menyebabkan penurunan ketersediaannya dalam tanah.

Dalam mekanisme pembentukan agregasi tanah, basa-basa memiliki peranan dalam pengikatan secara kimia butir-butir liat (Utomo et al. 2016).

Hilangnya basa-basa dari tanah di daerah penelitian yang dimana berasal dari batuan karbonat menyebabkan meningkatnya mobilitas liat. Menurut Levine et al. (1989), dalam proses transformasi liat, bila tanah yang berkembang dari

batukapur, karbonat harus dihilangkan terlebih dahulu untuk mobilitas liat.

Didukung oleh tingginya curah hujan yang meningkatkan permeabilitas air dan membawa serta fraksi tanah dari permukaan ke lapisan tanah yang lebih dalam.

Ukuran liat halus sangat kecil yaitu โ‰ค 1 ยตm. karena itulah fraksi tanah yang tecuci bisanya adalah liat halus dan bahan organik karena ukurannya yang sangat halus.

Oleh sebab ini, ditemukan kandungan liat halus yang sangat tinggi pada horizon iluviasi yang membentuk horizon argilik.

Pada umumnya disebagian besar kawasan karst memiliki karakteristik dengan KB yang tinggi dan jenis tanah yang didapati adalah Alfisol, Inceptisol, Vertisol dan Molisol. Sangat berbeda dengan kawasan di daerah penelitian yang memiliki KB sangat rendah dan tanah yang didapati adalah tanah Ultisol. Selain jenis dan ketebalan batuan, perbedaan antara kawasan karst ini dengan karst pada umumnya adalah iklim dan topografi. Salah satu kawasan karst yang banyak dikaji adalah kawasan karst Gunung Sewu. Kawasan ini terletak pada dataran rendah yaitu 0 - 512,5 m dpl dengan iklim sejuk dan sangat kering (Haryono et al.

2017). Tanah yang didapati pada kawasan ini, pada puncak dan punggung perbukitan adalah Molisol dan pada pelembahan didapati ordo inceptisol (Sitinjak et al., 2019), pada tanah hitam didapati ordo tanah Vertisol dan pada tanah merah ditemukan ordo tanah Alfisol (Mulyanto et al. 2011). Kawasan karst lain yang

juga merupakan kawasan karst paling luas di Indonesia, yaitu kawasan karst Maros-Pangkep yang juga terdapat pada dataran rendah (412 m dpl) dan memiliki iklim tipe B (iklim basah). Jenis tanah yang ditemukan pada kawasan ini adalah Alfisol pada lereng <2 โ€“ 25 % dan Inceptosol pada lereng 41โ€“ 60%

(Abbas, 2017).

Morfologi dan Karakteristik Tanah pada Ketinggian Lereng yang Berbeda Tingginya curah hujan sangat memungkinkan besarnya pelarutan batuan karbonat. Tingginya laju karstifikasi inilah yang kemungkinan menyebabkan banyak ditemukan batuan-batuan berukuran kecil berupa krakal, krikil dan batuan pada permukaan tanah yang merupakan sisa-sisa pelarutan. Topografi juga memberikan pengaruh besar terhadap perbedaan morfologi dan karakteristik tanah pada landform karst. Puncak perbukitan memiliki fragmen batuan yang lebih banyak dan kedalaman solum yang lebih dangkal dibanding profil tanah pada ketinggian yang lebih rendah. Hal ini terjadi akibat adanya gerakan massa atau erosi dari puncak perbukitan hingga pelembahan karst. Sementara itu, tanah pada bagian bawah perbukitan kemungkinan tidak atau sedikit mengalami perpindahan dan bahkan mungkin mengalami penambahan dari bahan hasil erosi di atasnya.

Wiyono et. al. (2006) menjelaskan, pada bagian puncak, tanah memiliki ketebalan solum yang tipis, sedangkan pada bagian lembah mempunyai solum yang lebih tebal. Sitinjak (2019) menyatakan bahwa tanah pada Sub landform puncak dan punggung karst memiliki kedalaman tanah yang lebih dangkal daripada pelembahan.

Warna tanah pada lereng atas perbukitan karst cenderung berwarna coklat kekuningan dan coklat kuat, pada lereng tengah cenderung berwarna coklat

kekuningan dan pada lereng bawah tanah berwarna coklat kemerahan. Iklim dan topografi sangat menentukan warna tanah. Bentuk topografi perbukitan dengan lereng yang curam serta curah hujan yang tinggi pada daerah penelitian menentukan kecepatan aliran air. Aliran air yang cepat mempunyai kemampuan pencucian yang lebih tinggi. Menurut Mulyanto dan Surono (2009), gejala kewarnaan tanah diatas batuan karbonat tidak dipengaruhi oleh komposisi kimia khususnya kadar besi dan mangan batuan. Munculnya warna merah diduga oleh genesis tanah yang sangat terkait dengan intensitas pencucian. Proses pencucian yang semakin intensif menyebabkan tercucinya basa-basa dan Si hasil pelapukan serta meningkatnya konsentrasi besi dan aluminium secara relatif. Peningkatan konsentrasi besi dalam suasana bertata udara bagus menyebabkan terbentuknya persenyawaan besi dalam bentuk ferri yang menimbulkan warna merah pada tanah. Warna merah dari senyawa-senyawa besi disebabkan oleh tingkat hidrasi yang rendah, sedangkan yang kuning menunjukkan tingkat hidrasi yang lebih tinggi. Kandungan bahan organik juga mempengaruhi warna tanah. Tingginya nilai kandungan C-organik pada profil lereng bawah menyebabkan tanah cenderung berwarna lebih gelap dibanding profil tanah pada lereng tengah dan atas.

Secara umum kadar C-organik pada profil tanah lereng atas (P1), lereng tengah (P2) dan lereng bawah (P3) terdistribusi merata pada horizon Bt. Pada horizon atas (Ap) ditemukan nilai C-organik yang lebih tinggi dan mengalami penurunan pada horizon dibawahnya. Namun seiring bertambahnya kedalaman tanah, C-organik tidak mengalami penurunan yang signifikan bahkan hingga kedalaman 200 cm sebagaimana tersaji pada gambar 5 berikut.

Gambar 5. Grafik penurunan nilai C-organik tiap horizon pada ketiga profil Curah hujan yang tinggi, pelarutan menyeluruh (congruent dissolution) pada batu gamping menyebabkan terbentuknya ruang pori pada celah-celah batuan dan tanah bekas batuan yang melarut meningkatkan permeabilitas air yang membawa serta bahan organik dari permukaan ke lapisan tanah yang lebih dalam.

Hal-hal inilah yang menyebabkan ditemukannya bahan organik yang terdistribusi hampir merata pada profil tanah.

Konsistensi tanah yang ditemukan pada hasil penelitian adalah gembur pada semua horizon pada ketiga profil tanah. Bertentangan dengan tekstur tanah yang ditemui pada semua horizon pada ketiga profil yaitu liat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh ditemukannya C-organik meski tidak tinggi namun hampir merata hingga horizon paling bawah pada profil tanah di ketiga profil.

C-organik dapat mempengaruhi bulk density. Semakin tinggi C-Organik, maka nilai bulk density semakin rendah. Hal ini dapat terlihat pada grafik korelasi linear C-organik dengan bulk density pada gambar 6 berikut.

Gambar 6. Korelasi C-organik dengan Bulk Density

Dari persamaan linier nilai r 0,56. Nilai rtabel 5% pada tabel koefisien korelasi Pearson adalah 0,553*. Hal ini menjelaskan bahwa grafik menunjukkan adanya korelasi yang nyata antara C-organik dan bulk density. Utomo et. al.

(2016) juga menjelaskan bahwa tanah dengan kandungan bahan organik yang

(2016) juga menjelaskan bahwa tanah dengan kandungan bahan organik yang

Dokumen terkait