• Tidak ada hasil yang ditemukan

V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

Deskripsi Responden

Jumlah responden survey sebanyak 152 responden wanitatani dan pria, namun yang dapat diolah hanya 118 responden. Cabang usahatani utama yang diusahakan oleh wanita tani di lokasi survei adalah pengolahan hasil (Bukit Barisan dan Sawah Lebar Lama), budidaya padi (Rimbo Kedui dan Sawah Lebar Baru), dan pemeliharaan sapi potong (Lokasi Baru dan Tangsi Baru). Umur rata-rata responden adalah 43,75 tahun dengan pendidikan rata-rata-rata-rata 7,04 tahun. Deskripsi responden tersebut menggambarkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan wanita tani masih rendah. Kelompok wanita tani telah tumbuh dan berkembang pada 2 lokasi yaitu di Desa Bukit Barisan (Kepahiang) dan Kelurahan Sawah Lebar Lama (Kota Bengkulu). Kelompok wanita tani pada kedua lokasi ini merupakan kelompok pengolah hasil pertanian. Tabel 2 menampilkan deskripsi responden survei.

Tabel 2. Deskripsi Responden Hasil Survey Analisis Peran Wanita di Bengkulu Tahun 2011. No Desa/Kelurahan Jumlah responden (org) Umur rata-rata (thn) Pendidikan rata-rata (thn) Kegiatan Kelompok wanita tani 1 Lokasi Baru, Seluma 20 45,66 6,60 Pemeliharaan ternak sapi - 2 Rimbo Kedui,

Seluma 20 32,10 6,55 Budidaya padi - 3 Tangsi Baru,

Kepahiang 17 51,07 8,60 Pemeliharaan ternak sapi - 4 Bukit Barisan, Kepahiang 20 42,10 6,70 Pengolahan marning 5 5 Sawah Lebar Lama, Kota Bengkulu 28 43,54 9,14 Pengolahan hasil (kue, tempe, keripik, kopi) 3 6 Sawah Lebar Baru, Kota Bengkulu 13 40,40 6,40 Budidaya padi - 118 43,75 7,04

Sumber : data primer terolah

Akses wanita tani terhadap program pembangunan hanya terlihat pada program PUAP untuk usaha pengolahan hasil di 2 desa yaitu Sawah Lebar Baru (Kota Bengkulu) dan Bukit Barisan (Kepahiang). Pada kedua desa ini, kaum wanita melalui kelompok wanita tani ikut serta dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan program. Untuk usaha budidaya padi dan pemeliharaan ternak sapi potong, akses terhadap program dilakukan oleh kaum pria. Kaum pria yang merencanakan dan melaksanakan program bantuan Kementerian Pertanian.

Dalam kegiatan usaha pengolahan hasil, wanita tani terlibat aktif sejak tahapan penyediaan bahan baku, proses produksi, pengepakan, dan pemasaran. Dalam budidaya padi, wanita tani berperan membantu dalam kegiatan penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Sedangkan pada pemeliharaan sapi potong wanita tani membantu dalam pemberian pakan, air minum, dan membersihkan kandang.

Akses wanita tani pengolah hasil pertanian terhadap program pembangunan terlihat dengan eksistensi kelompok wanita tani yang ada di desa. Terdapat 3 kelompok wanita tani yang ada di Kelurahan Sawah Lebar Lama dan 5 kelompok di Desa Bukit Barisan (Tabel 2). Kelompok ini telah eksis sebelum adanya bantuan pemerintah melalui program PUAP. Fenomena yang menarik adalah kelompok wanita tani juga memiliki fungsi sosial keagamaan dalam masyarakat seperti pengajian/perayaan keagamaan dan kunjungan suka duka.

Pertemuan kelompok wanita tani dilakukan setiap bulan untuk pembayaran angsuran pinjaman, pembayaran simpanan, pemberian pinjaman kepada anggota, dan arisan. Pada saat-saat tertentu, dilakukan pembinaan usaha dan penyuluhan oleh petugas dari dinas/instansi teknis. Pertemuan secara rutin ini akan mempengaruhi pengelolaan organisasi kelompok. Menurut Pranadji dan Hastuti (2010), sistem manajemen yang digunakan dalam organisasi harus menggunakan kaidah pertanggungjawaban (accountability), keterbukaan manajemen (transparency), keputusan yang bersifat partisipatif dan demokratis. Sehingga pertemuan secara rutin untuk merencanakan dan mengevaluasi jalannya organisasi merupakan sesuatu yang harus ada.

Pada 4 desa (Lokasi Baru – Seluma, Rimbo Kedui – Seluma, Tangsi Baru – Kepahiang, dan Sawah Lebar Baru – Kota Bengkulu) kegiatan produktif wanita

kelompok wanita tani sehingga wanita tani belum dapat mengakses program SL-PTT dan PUAP. Kegiatan wanita berkelompok tidak mengarah kepada kegiatan produktif, masih terbatas pada kegiatan kemasyarakatan, seperti pengajian dan arisan. Dari uraian di atas jelas bahwa akses wanita tani terhadap program pembangunan sangat ditentukan oleh keberadaan kelompok. Hal ini disebabkan karena bantuan program pemerintah kepada petani disalurkan melalui kelompok tani atau gabungan kelompok tani.

Peran Wanita Tani dalam Usahatani Keluarga

Perbandingan tingkat peranan pria dan wanita dalam usahatani pada lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa wanita tani memiliki peran dominan atau lebih tinggi daripada pria dalam usahatani padi dan pengolahan hasil. Rata-rata sumbangan peranan wanita tani dalam usahatani padi adalah 41,13% dibandingkan pria sebesar 35,96%. Dalam usaha pengolahan hasil, peranan wanita tani jauh lebih tinggi daripada pria yaitu mencapai 67,13% berbanding 17,63%. Sedangkan peranan wanita tani dalam usaha ternak sapi potong tidak dominan yaitu hanya 21,12% dibandingkan pria sebesar 49,48%.

Dalam usahatani padi, wanita berperan lebih besar daripada pria pada hampir seluruh tahapan usaha, hanya pada penentuan jenis usaha dan penyediaan modal kaum pria lebih berperan. Dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, dominannya peranan wanita disebabkan oleh karena kaum pria juga melakukan pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti menjadi buruh tani, tukang, jasa, berdagang, PNS dan sebagainya. Tujuan utama budidaya padi adalah untuk memenuhi konsumsi pangan keluarga.

Pada usaha pemeliharaan ternak sapi potong, peranan kaum pria dominan. Namun yang menarik adalah peranan wanita pada saat penjualan sapi lebih dominan (44,4%). Hal ini dapat dimaklumi karena tujuan utama memelihara ternak sapi adalah sebagai tabungan keluarga. Kepemilikan rata-rata sapi dalam keluarga berkisar antara 2-3 ekor. Sapi akan dijual untuk kebutuhan mendadak dan biasanya untuk kebutuhan yang telah direncanakan terlebih dahulu seperti untuk biaya pendidikan anak.

Tabel 3. Peranan Pria dan Wanita dalam Usaha Budidaya Padi, Ternak Sapi potong, dan Pengolahan Hasil Pertanian di Bengkulu Tahun 2011.

No Uraian Persentase peranan rata-rata (%)

Pria Wanita Pria dan Wanita 1 Budidaya padi sawah

Penentuan jenis usaha 52,5 18,3 29,2

Penyediaan modal 69,9 12,5 17,6

Pembelian sarana produksi 40,4 41,6 18,0

Kegiatan budidaya 20,5 52,6 26,9

Panen 20,5 52,6 26,9

Pasca panen 11,5 69,0 19,5

Pemasaran hasil 36,4 41,3 22,3

Rata-rata 35,96 41,13 22,91

2 Pemeliharaan ternak sapi potong

Penentuan jenis usaha 54,0 16,3 29,7

Penyediaan modal 63,7 10,5 25,8

Pembelian bibit 67,3 10,1 22,6

Kegiatan budidaya 45,5 24,3 30,2

Penjualan sapi 16,9 44,4 38,7

Rata-rata 49,48 21,12 29,40

3 Usaha pengolahan hasil

Penentuan jenis usaha 8,9 77,5 13,6

Penyediaan modal 34,4 49,4 16,2

Pembelian sarana produksi 23,8 61,3 14,9

Kegiatan produksi 10,4 72,2 17,4

Kegiatan pengepakan 12,5 72,1 15,4

Pemasaran hasil 15,8 70,3 13,9

Rata-rata 17,63 67,13 15,23

Sumber : data primer terolah

Peranan wanita tani sangat dominan dalam usaha pengolahan hasil pertanian. Pada Tabel 3 di atas jelas terlihat bahwa wanita tani berperan dominan pada seluruh kegiatan usahatani sejak penentuan jenis usaha sampai dengan pemasaran hasil.

Aktivitas Produktif Wanita Tani dalam Usahatani

Usaha Produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh petani/kelompok tani yang mempunyai transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan (Departemen Pertanian, 2008). Dari hasil pengamatan diketahui bahwa alokasi waktu yang digunakan untuk usaha

produktif wanita tani adalah memanfaatkan waktu luang yang dimiliki, setelah alokasi waktu untuk melakukan fungsi utama sebagai ibu rumah tangga yaitu dalam pengasuhan anak dan mengurusi keperluan keluarga.

Dalam kegiatan usahatani di sawah, wanita tani di Desa Rimbo Kedui (Seluma) dan Kelurahan Sawah Lebar Baru (Kota Bengkulu) rata-rata melakukan kegiatan produktif di sawah 4-7 jam, kecuali pada saat tanam dan panen membutuhkan waktu yang lebih lama. Curahan waktu lainnya dimanfaatkan oleh wanita tani untuk mengurusi rumah tangga dan kemasyarakatan (kegiatan sosial) dan kegiatan non produktif. Rata-rata lamanya kegiatan per hari untuk kegiatan produktif usahatani padi adalah sekitar 6,3 jam. Selain itu wanita tani melakukan kegiatan sosial seperti mengurus keperluan rumah tangga, anak sekolah, dan perhimpunan kemasyarakatan/keagamaan sekitar 6,5 jam. Sedangkan kegiatan non produktif seperti waktu tidur dan santai sekitar 11,2 jam per hari.

Alokasi waktu wanita dalam kegiatan usaha pemeliharaan ternak sapi potong relatif lebih sedikit daripada alokasi waktu wanita tani dalam usahatani padi sawah. Untuk membantu usaha ternak sapi hanya dibutuhkan waktu rata-rata 2 jam per hari untuk pemberian pakan, memandikan ternak, atau membersihkan kandang. Waktu luang yang tersisa dimanfaatkan untuk keperluan usaha produktif lainnya seperti menjadi buruh tani, membantu di kebun/lahan usahatani atau berdagang. Rata-rata lamanya alokasi waktu untuk kegiatan produktif wanita tani di Desa Lokasi Baru (Seluma) dan Tangsi Baru (Kepahiang) adalah sekitar 9,24 jam, kegiatan sosial 6,76 jam, dan kegiatan non produktif 8 jam.

Waktu yang digunakan dalam aktivitas pengolahan hasil pertanian di Sawah Lebar Lama (Kota Bengkulu) dan Bukit Barisan (Kepahiang) adalah sekitar 10 jam, kegiatan sosial 6,5 jam, dan kegiatan non produktif 8 jam per hari. Terlihat bahwa kegiatan wanita tani dalam pengolahan hasil membutuhkan alokasi waktu yang lebih lama dibandingkan dengan usahatani padi atau membantu dalam pemeliharaan ternak sapi. Tabel 4 menunjukkan pembagian waktu wanita tani dalam kegiatan produktif, sosial dan non produktif.

Tabel 4. Alokasi Waktu Usaha Produktif Wanita Tani di Bengkulu Tahun 2011.

1 Budidaya padi 6,3 2 Pemeliharaan ternak sapi 2 3 Pengolahan hasil pertanian 10

Sumber : data primer terolah

Strategi Pemberdayaan Wanita Tani

Strategi pemberdayaan wanita tani dirumuskan menggunakan analisis SWOT. Matrik SWOT (Tabel 5) menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, sehingga menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis. Selanjutnya untuk menentukan strategi prioritas dilakukan analisis dengan QSPM (Rangkuti, 2008).

Tabel 5. Matrik SWOT Strategi Pemberdayaan Wanita Tani di Bengkulu Tahun 2011.

FAKTOR INTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL

Kekuatan (Strengths):

1. Tingginya peranan wanita dalam usahatani

2. Kemampuan wanita tani dalam menambah pendapatan keluarga 3. Pemanfaatan waktu luang wanita

tani cukup tinggi

4. Potensi berkelompok wanita tani cukup tinggi

Kelemahan (Weaknesses):

1. Lemahnya organisasi wanita tani 2. Kurangnya pengetahuan dan

ketrampilan teknis wanita tani 3. Akses wanita tani terhadap

program pembangunan terbatas 4. Fungsi utama wanita tani secara sosial adalah sebagai ibu rumah tangga

Peluang (Opportunities):

1. Adanya program pemerintah yang dapat diakses wanita tani 2. Dukungan keluarga terhadap

partisipasi wanita tani dalam kegiatan usaha produktif 3. Dukungan pemerintah

terhadap pemberdayaan kelompok wanita tani cukup tinggi

4. Potensi pengembangan agribisnis khususnya dalam usaha pengolahan hasil masih terbuka

Strategi S-O:

Memanfaatkan peranan wanita dalam usaha produktif untuk mengakses program pemerintah (S1, S2, S3, S4, O1, O2)

Strategi W-O:

a. Membuka akses wanita tani dalam pengembangan agribisnis melalui penumbuhan dan pengembangan kelompok wanita tani (W2, W3, O4) b. Meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan wanita tani melalui pelatihan yang difasilitasi program pemerintah (W2, O3)

Ancaman (Threats):

1. Persaingan antara pria dan wanita dalam mengakses program pembangunan 2. Pembinaan petugas kepada

kelompok wanita tani masih kurang

Strategi S-T:

Membentuk kelompok wanita tani sehingga dapat mengakses program pemerintah dan pelayanan

petugas/pembina (S4, T1, T2)

Strategi W-T:

Memperbaiki kelemahan organisasi wanita tani melalui peningkatan intensitas pembinaan petugas (W1, T2)

Berdasarkan analisis matrik SWOT pada Tabel 5 diperoleh empat arahan strategi pemberdayaan wanita tani. Jika lebih disederhanakan lagi, maka keempat arahan strategi tersebut mengarah pada dua strategi utama yaitu (1) penumbuhan dan pengembangan kelompok wanita tani agar dapat mengakses program pemerintah dan (2) peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha ekonomi produktif. Untuk menentukan pilihan strategi tersebut, selanjutnya dilakukan analisis dengan QSPM yang terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis QSPM untuk Pemilihan Alternatif Strategi dalam Pemberdayaan Wanita Tani di Bengkulu Tahun 2011.

Uraian Alternatif strategi (1)

penumbuhan dan pengembangan kelompok

wanita tani agar dapat mengakses program

pemerintah

(2) peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha

ekonomi produktif Bobot Rating Skor Bobot Rating Skor

Faktor Internal (SW) Kekuatan (S):

S1. Tingginya peranan wanita dalam usahatani 0,15 2 0,30 0,15 3 0,45 S2. Kemampuan wanita tani dalam menambah

pendapatan keluarga

0,15 1 0,15 0,15 3 0,45 S3. Pemanfaatan waktu luang wanita tani cukup

tinggi 0,10 1 0,10 0,10 3 0,30 S4. Potensi berkelompok wanita tani cukup tinggi 0,10 4 0,40 0,10 3 0,30

Kelemahan (W):

W1. Lemahnya organisasi wanita tani 0,20 4 0,80 0,20 1 0,20 W2. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan

teknis wanita tani

0,15 1 0,15 0,15 4 0,60 W3. Akses wanita tani terhadap program

pembangunan terbatas 0,10 4 0,40 0,10 3 0,30 W4. Fungsi utama wanita tani secara sosial

adalah sebagai ibu rumah tangga 0,05 - - 0,05 - -

Jumlah Faktor Internal 1,000 2,30 1,000 2,60 Faktor Eksternal

Peluang (O):

O1. Adanya program pemerintah yang dapat diakses wanita tani

0,20 4 0,80 0,20 3 0,60 O2. Dukungan keluarga terhadap partisipasi

wanita tani dalam kegiatan usaha produktif 0,05 2 0,10 0,05 3 0,15 O3. Dukungan pemerintah terhadap

pemberdayaan kelompok wanita tani cukup tinggi

0,10 4 0,40 0,10 3 0,30

dalam usaha pengolahan hasil masih terbuka

Ancaman (T):

T1. Persaingan antara pria dan wanita dalam

mengakses program pembangunan 0,20 3 0,60 0,20 3 0,60 T2. Pembinaan petugas kepada kelompok wanita

tani masih kurang 0,15 3 0,45 0,15 3 0,45

Jumlah Faktor Eksternal 1,000 2,95 1,000 3,00 Jumlah Skor Total 5,25 5,60

Sumber : data primer terolah

Keterangan: Nilai rating (1=tidak menarik, 2=kurang menarik; 3=menarik; 4=sangat menarik) Analisis QSPM pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa strategi (2): peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha ekonomi produktif dapat lebih mendorong pemberdayaan wanita tani dengan nilai skor ketertarikan (attractive score) 5,60 dibandingkan pada strategi (1): penumbuhan dan pengembangan kelompok wanita tani agar dapat mengakses program pemerintah (5,25).

5.2. Pembahasan

Peran Wanitatani dalam kegiatan usahatani keluarganya ternyata cukup besar, namun jarang terlihat adanya pelatihan ataupun apresiasi teknologi yang melibatkan wanitatani. Dalam pengambilan keputusanpun Nampak bahwa wanitatani cukup menentukan hanya pada usaha pengolahan hasil padahal dalam Pengambilan keputusan usahatani dalam keluarga sebenarnya merupakan hasil kompromi (keputusan bersama dalam keluarga), umumnya antara bapak dan ibu tani. Hal ini disebabkan oleh konsekuensi dari keputusan yang juga akan ditanggung secara bersama-sama dalam keluarga. Menurut Reason (1997), pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau pengetahuan yang membawa pada pemilihan suatu tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan akhir. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan. Oleh karenanya hasil keputusan seseorang berupa tindakan akan menentukan peranannya.

Hasil suevey menunjukkan bahwa dalam kelompok dilakukan pertemuan kelompok wanita tani secara rutin setiap bulan. Kegiatan yang dilakukan dalam kelompok antara lain : pembayaran angsuran pinjaman, pembayaran simpanan, pemberian pinjaman kepada anggota, dan arisan dan pengajian. Pada saat-saat

tertentu, dilakukan pembinaan usaha dan penyuluhan oleh petugas dari dinas/instansi teknis. Pertemuan secara rutin ini akan mempengaruhi pengelolaan organisasi kelompok, hal ini juga disampaikan oleh Pranadji dan Hastuti (2010) bahwa sistem manajemen yang digunakan dalam organisasi harus menggunakan kaidah pertanggungjawaban (accountability), keterbukaan manajemen (transparency), keputusan yang bersifat partisipatif dan demokratis. Sehingga pertemuan secara rutin untuk merencanakan dan mengevaluasi jalannya organisasi merupakan sesuatu yang harus ada.

Hasil analisis QSPM menunjukkan bahwa strategi pemberdayaan wanita tani yang lebih menarik dilakukan adalah melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani seperti pelatihan usaha ekonomi produktif dan sejenisnya dibandingkan strategi penumbuhan kelompok.

VI KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait