• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PENGKAJIAN KOMPETITIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR TAHUN 2011 PENGKAJIAN KOMPETITIF"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR TAHUN 2011

PENGKAJIAN KOMPETITIF

ANALISIS PERAN WANITA DALAM RUMAHTANGGA

PETANI MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM SL PTT,

PUAP (peningkatan peran dan fungsi wanita >20%) DI

BENGKULU

Oleh :

Umi Pudji Astuti

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2011

(2)

LAPORAN AKHIR TAHUN 2011

ANALISIS PERAN WANITA DALAM RUMAHTANGGA

PETANI MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM SL PTT,

PUAP (peningkatan peran dan fungsi wanita >20%) DI

BENGKULU

Oleh :

Umi Pudji Astuti Eddy Makruf

A.Damiri Andi Ishak Johan Syafri

Bahagia

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR TAHUN 2011

1. Judul RPTP : Analisis peran wanita dalam rumahtangga petani mendukung keberhasilan program SLPTT, PUAP (peningkatan peran dan fungsi wanita >20%) di Bengkulu

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : JL. Irian KM, 6,5 Bengkulu 38119

4. Penanggung Jawab :

a. Nama : Dr. Ir. Umi Pudji Astuti, MP b. Pangkat/Golongan : Pembina /IVa

c. Jabatan Fungsional : Penyuluh Pertanian Madya

5. Lokasi : Provinsi Bengkulu

6. Status Penelitian (L/B) : Rutin

7. Tahun Dimulai : 2011

8. Jangka Waktu : Baru

9. Biaya : Rp 72,942,.000,- (Tujuh puluh dua juta Sembilan ratus epat puluh dua ribu rupiah ) 10. Sumber Dana : Satker Balai Besar Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian TA. 2011

Mengetahui

Kepala Balai, Penanggung Jawab Kegiatan

Dr. Ir. Dedi Segandi,MP Dr. Ir, Umi Pudji Astuti, MP NIP. 19590206 1986031002 NIP. 19610531 199003 2 001

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah yang telah memberikan kesehatan dan kemampuan kepada kami sehingga kami diperkenankan menyelesaikan kegiatan Analisis peran wanita dalam rumahtangga petani mendukung keberhasilan program SLPTT, PUAP di Bengkulu dari bulan Januari sampai bulan Desember 2011 yang tertuang dalam Laporan Akhir Tahun 2011. Kegiatan ini secara intensif baru dimulai pada bulan Juli sampai Desember 2011 dan merupakan salah satu kegiatan pengkajian kompetitif dari DIPA Balai Besar Pengkajian yang harus dilaksanakan di BPTP sebagai wujud nyata BPTP Bengkulu dalam mendukung pemberdayaan perempuan dalam pembangunan pertanian.

BPTP Bengkulu juga dituntut untuk dapat menyediakan teknologi spesifik lokasi, meningkatkan kemitraan dengan stekholders, menjaring umpan balik teknologi pertanian. Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mempertanggung jawabkan kegiatan selama 12 (dua belas) bulan dan sekaligus menghimpun masukan untuk perbaikan kegiatan selanjutnya. Realisasi kegiatan yang telah dilaksanakan selama satu tahun anggaran telah sesuai dengan perencanaan dan tercapai output yang diharapkan. Secara prosentase, realisasi fisik telah mencapai 100%, sedangkan realisasi keuangan mencapai 100%.

Kami menyadari bahwa laporan ini sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu evaluasi dan saran sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan ini Bengkulu, Desember 2011

Penanggung Jawab Kegiatan

Dr. Umi Pudji Astuti, MP

(5)

RINGKASAN

Wanita tani memegang peranan yang tidak kecil dan menentukan dalam keberhasilan usahatani keluarga. Untuk mengetahui peranan wanita tani dalam pola pengambilan keputusan dan strategi pemberdayaan wanita tani dalam usahatani padi, pemeliharaan ternak sapi dan pengolahan hasil pertanian maka dikumpulkan data dan informasi melalui survei pada 6 desa/kelurahan di Kabupaten Seluma, Kepahiang, dan Kota Bengkulu. Lokasi survei adalah penerima program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) Padi Sawah dan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Tujuan penelitian yaitu: (1) mengetahui peranan wanita dalam kegiatan usahatani padi, pemeliharaan ternak sapi, dan pengolahan hasil pertanian, (2) mengetahui aktivitas produktif wanita tani dalam rumah tangga, dan (3) merumuskan rekomendasi strategi pemberdayaan wanita tani. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan 118 orang wanita tani sebagai responden dan diskusi kelompok dengan metode Focus Group Discussion (FGD). Data tersebut meliputi penentuan jenis usaha, penyediaan modal, pembelian sarana produksi, kegiatan pengolahan, pengemasan, pemasaran hasil olahan, dan aktivitas produktif wanita tani dalam keluarga, serta identifikasi faktor-faktor lingkungan strategis dalam pemerdayaan wanita tani. Data dianalisis dengan menggunakan Analitical Hierarchy Process (AHP) untuk menunjukkan besarnya peran wanita dalam usahatani, analisis deskriptif untuk mengetahui aktivitas produktif wanita tani dalam rumah tangga, dan analisis SWOT untuk merumuskan strategi pemberdayaan wanita tani serta QSPM untuk menentukan strategi terpilih yang dijadikan prioritas utama dalam pemberdayaan wanita tani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peranan wanita dalam usahatani padi sawah dan pengolahan hasil pertanian lebih dominan daripada peranan pria dengan sumbangan peranan masing-masing cabang usaha 41,13% dan 67,13%. Sedangkan peranan wanita tani dalam usaha ternak sapi potong tidak dominan yaitu hanya 21,12%; (2) Alokasi waktu rata-rata usaha produktif wanita tani dalam kegiatan pengolahan hasil adalah 10 jam per hari, usahatani padi sawah 6,3 jam dan pemeliharaan ternak sapi 2 jam; (3) prioritas utama strategi pemberdayaan wanita tani adalah mendorong peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha ekonomi produktif.

(6)

DAFTAR ISI Halaman I II III IV V VI VII HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN ………. KATA PENGANTAR ... RINGKASAN ………. DAFTAR TABEL ………. DAFTAR LAMPIRAN ……… PENDAHULUAN ... 1.1. Latar Belakang ... 1.2. Tujuan ... 1.3. Luaran ... TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1. Landasan Teori ……… 2.2. Penelitian Terdahulu ……… METODE PELAKSANAAN ... PROFIL DAERAH/LOKASI SAMPEL PENELITIAN ……… HASIL DAN PEMBAHASAN... 5.1 Hasil ... 5.2. Pembahasan ... KESIMPULAN DAN SARAN ... KINERJA HASIL PELAKSANAAN ………. DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ………. I iii iv v vii viii 1 1 4 5 6 6 11 13 15 18 18 25 27 28 29 31

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Lokasi survey Analisis Peran Wanita dalam Rumah Tangga Petani

di Bengkulu tahun 2011. ... 13

2. Deskripsi Responden Hasil Survey Analisis Peran Wanita di Bengkulu

Tahun 2011. ... 18 3. Peranan Pria dan Wanita dalam Usaha Budidaya Padi,

Ternak Sapi potong, dan Pengolahan Hasil Pertanian di Bengkulu

Tahun 2011. ………. 21

4. Alokasi Waktu Usaha Produktif Wanita Tani di Bengkulu

Tahun 2011 ………. 22

5. Matrik SWOT Strategi Pemberdayaan Wanita Tani di Bengkulu

Tahun 2011 ... 23 6. Analisis QSPM untuk Pemilihan Alternatif Strategi dalam Pemberdayaan

(8)

LAMPIRAN

Halaman

1. Tenaga dan Organisasi Pelaksana Kegiatan Tahun 2011 ….……… 32

2. Jadwal Pelaksanaan ………. 33

3. Anggaran Yang Digunakan ……… 34

4. Foto Kegiatan ……….. 35

(9)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Munculnya perhatian terhadap isu gender sangat menarik perhatian dunia, hal ini sejalan dengan pergeseran paradigma pembangunan dari pendekatan keamanan dan kestabilan (security) menuju pendekatan kesejahteraan dan keadilan (prosperity) atau dari pendekatan produksi ke pendekatan kemanusiaan dalam suasana yang lebih demokratis dan terbuka. Pada dasarnya isu gender bukan hanya sekedar menyangkut permasalahan hubungan laki-laki dan perempuan, tetapi juga berkaitan erat dengan masalah kependudukan. Konferensi kependudukan dan pembangunan internasional (ICPD) di Caiaro pada tahun 1994 merupakan bukti penting dari komitmen masyarakat internasional tentang isu-isu gender (www.pswunud.go.id, 2010)

Konsep pemberdayaan perempuan dalam pembangunan dilihat dari perspektif gender berangkat dari ide kesetaraan bukan dominasi, namun implementasinya terjadi kerancuan dalam memahami jender dan seks. Hal ini terjadi karena sifat, peran, kedudukan yang ada pada jenis kelamin tertentu terjadi akibat proses sosial yang panjang, sehingga sering dianggap sebagai kodrat yang tidak dapat dipertukarkan dari laki‐laki ke perempuan, atau

sebaliknya. Misalnya, mendidik dan merawat anak, menjaga kebersihan rumah, dan memasak seolah‐olah menjadi kodrat perempuan. Sedangkan

laki‐laki harus kuat secara fisik agar bisa melakukan pekerjaan‐pekerjaan

kasar dan dianggap lebih kuat dari perempuan. Padahal kegiatan‐kegiatan

tersebut juga dapat dipertukarkan.

Perbedaan‐perbedaan jender ini tidak menjadi masalah selama tidak

merugikan salah satu pihak. Akan tetapi seringkali perbedaan ini menimbulkan ketidakadilan gender, seperti : marginalisasi, subordinasi, steriotipe dan kekerasan, serta bias gender dalam program pembangunan. Contohnya adalah program Revolusi Hijau yang menyebabkan perempuan termarginalisasi, karena dengan menanam padi varietas baru berumur pendek, banyak kegiatan yang biasa dilakukan oleh perempuan digantikan dengan alat yang dioperasikan oleh

(10)

laki‐laki, misalnya panen (dulu dengan ani‐ani sekarang dengan sabit). Akibatnya, perempuan kehilangan pekerjaan yang pada akhirnya kehilangan pendapatan (www.pswunud.go.id, 2010)

Di Indonesia, ketimpangan gender terjadi di berbagai bidang kehidupan, misalnya di bidang program kependudukan, pendidikan, ketenaga kerjaan, politik, sosial maupun bidang ekonomi. Di Provinsi Bengkulu, di bidang kependudukan (contoh : keluarga berencana) ketimpangan jender sangat menonjol terutama dalam penggunaan alat kontrasepsi dengan sasaran lebih banyak kepada kaum perempuan. Di bidang pendidikan, seperti angka partisipasi mahasiswa di UNIB, laki-laki mencapai 660 orang sedangkan perempuan hanya 277 orang. Ketimpangan gender di bidang ketenagakerjaan antara lain, tampak dari tingkat partisipasi angkatan kerja. Pada tahun 2008 TPAK penduduk laki-laki dan perempuan di Bengkulu berbeda hampir 20 persen yakni laki-laki 74,3 persen dan perempuan 56,7 persen (BPS, 2009).

Ada kesenjangan hasil capaian pembangunan antara perempuan dan laki-laki di hampir segala bidang pembangunan pertanian, hal ini terjadi karena belum adanya keadilan dan kesetaraan dalam peran, kedudukan dan tanggung jawab dalam setiap kegiatan pembangunan pertanian. Program strategis Kementerian Pertanian (SL-PTT, PUAP) telah dilaksanakan oleh BPTP melalui berbagai kegiatan pendampingan teknologi. Sasaran pendampingan selama ini 90% diikuti oleh pria sehingga dirasakan perlu adanya analisis pembagian peran dan sumberdaya yang tersedia di setiap pelaksana pembangunan. Dalam kegiatan usahataninya, peran antara pria dan wanita kurang terjadi keseimbangan seperti pada kegiatan keluar (kursus teknis, sosialisasi, pelatihan) biasanya dihadiri oleh pria di sisi lain pelaksana teknis di lahan usahatani banyak dilakukan oleh wanita. Demikian halnya dengan penentu pengambilan keputusan lebih dominan dilakukan oleh pria, kondisi ini apabila tidak mendapat perhatian dan dibiarkan terus akan terjadi marjinalisasi peran wanita di pedesaan khususnya dalam pembangunan pertanian.

Peranan perempuan di sektor pertanian adalah sesuatu yang tidak dapat dibantah lagi, banyak sekali penelitian yang sudah membuktikannya. Di dunia pertanian khususnya pertanian tanaman pangan pembagian kerja antara pria dan perempuan sangat jelas terlihat, sehingga dengan adanya spesifikasi

(11)

pekerjaan antara perempuan dan pria sering di katakan bahwa pria bekerja untuk kegiatan yang banyak menggunakan otot dan perempuan bekerja untuk kegiatan yang banyak memakan waktu. Memfokuskan isu gender dengan memberikan peluang kepada perempuan untuk berpartisipasi secara aktif, akan berpengaruh bukan saja terhadap kinerja suatu program, tetapi juga memberdayakan perempuan dan menimbulkan rasa kepemilikan (sense of ownership) terhadap suatu sumber usaha. Akses yang lebih baik terhadap sumberdaya juga memberikan kesempatan kepada perempuan untuk berkontribusi dalam kegiatan ekonomi produktif (www.pswunud.go.id, 2010)

Mulai tahun 2010, Departemen Pertanian menjadi salah satu pilot dalam melaksanakan anggaran pembangunan pertanian yang responsive gender yang dikoordinasikan Departemen Keuangan. Dengan konsep pengarusutamaan gender ini maka pembangunan pertanian akan lebih baik dalam mengakomodir keinginan semua golongan, sehingga efektifitas pelasanaan pembangunan lebih baik dan pendapatan petani meningkat (Sinar Tani, 2010). Pengarusutamaan gender tidak hanya untuk lebih adil antara laki-laki dan perempuan melainkan agar lebih adil bagi semua golongan pelaku. Menurut Sudaryanto dalam Sinar Tani 2010, konsep pengarusutamaan gender sangat baik diterapkan pada program Pengembangan Agribisnis Pedesaan (PUAP), maka BPTP Bengkulu juga ingin mengkaji gender pada program PUAP dan SL-PTT. Dalam Pembangunan Pertanian, program pengarusutamaan gender bertujuan untuk : 1) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pembangunan pertanian, 2) mengakselerasikan peningkatan status ekonomi dan kesejahteraan keluarga tani, 3) mengakselerasikan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Di Provinsi Bengkulu, sasaran kegiatan pendampingan selama ini diikuti oleh kelompok tani yang umumnya adalah pria (90%) sehingga kegiatan pelatihan maupun sosialisasi juga untuk pria. Apabila diamati aktivitas harian di sawah dan usahatani lainnya banyak dilakukan oleh wanita, sehingga aktivitas produktif dan non produktif di pedesaan sangat menarik untuk dikaji guna diperolehnya informasi tentang pembagian peran antara pria dan wanita secara porposional. Untuk mengetahui peranan wanita tani dalam usahatani dan strategi pemberdayaan gender, maka dikumpulkan data dan informasi melalui kegiatan survei. Kajian ini difokuskan pada peranan wanita dalam kegiatan budidaya padi,

(12)
(13)

1.2. Tujuan

Secara umum tujuan pengkajian ini akan mengkaji aspek-aspek produksi pertanian berperspektif gender di Provinsi Bengkulu, secara khusus tujuan penelitian ini adalah :

1. mengetahui peranan wanita dalam kegiatan usahatani budidaya padi, pemeliharaan sapi, dan pengolahan hasil pertanian,

2. mengetahui aktivitas produktif wanita tani dalam rumah tangga,

3. merumuskan rekomendasi strategi pemberdayaan wanita tani pada usahatani padi, sapi potong, dan pengolahan hasil pertanian.

1.3. Keluaran

1. Diperolehnya alternatif kebijakan pembangunan pertanian berwawasan gender di Provinsi Bengkulu

2. Diperolehnya gambaran peranan wanita dalam kegiatan produktif SLPTT dan PUAP di Provinsi Bengkulu

3. Terumuskannya rekomendasi strategi pemberdayaan wanitatani dalam usahatani padi, sapi, dan pengolahan hasil.

1.4. Outcome

Hasil pengkajian yang diharapkan adalah:

1. Tersusunnya gambaran aktifitas dan peran perempuan, dan pembagian peran yang seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaan program SL-PTT DAN PUAP di Bengkulu

2. Rumusan strategi pembangunan pertanian berwawasan gender di Bengkulu. 3. Publikasi 1 jurnal nasional dan prosiding

(14)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasarn Teori

2.1.1. Program SL-PTT di Bengkulu

SL-PTT adalah program strategis Kemtan untuk mencapai swasembada beras lestari dan bahkan menjadi ekportir beras pada tahun 2020. Teknologi yang disusun dengan PTT bersifat spesifik lokasi dan mempertimbangkan keragaman sumberdaya, iklim, jenis tanah, sosial-ekonomi-budaya masyarakat, serta menjaga kelestarian lingkungan. Pendampingan merupakan salah satu aspek penting dalam mensukseskan program SL-PTT. Pendampingan yang holistik, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur sangat diharapkan oleh semua pihak dalam mengakselerasi pencapaian dari sasaran yang telah ditetapkan.

Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 99.905 ha dengan produksi dan produktivitas yang masih rendah, yang berturut-turut adalah 406.117 ton dan 4,06 t/ha. Peluang untuk meningkatkan produksi padi di Provinsi Bengkulu masih terbuka melalui intensifikasi dan efisiensi penggunaan lahan. Intensifikasi dilakukan dengan penerapan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) padi sawah.

PTT dilaksanakan berdasarkan 5 (lima) prinsip utama, yaitu:

(1) Partisipatif. Petani berperan aktif dalam penentuan teknologi sesuai kondisi setempat serta meningkatkan kemampuan melalui pembelajaran di laboratorium lapangan.

(2) Spesifik lokasi. Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan sosial budaya, dan ekonomi petani setempat.

(3) Terpadu. Sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara terpadu

(4) Sinergis atau serasi. Pemanfaatan teknologi terbaik memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung.

(5) Dinamis. Penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan Iptek serta kondisi sosial ekonomi setempat.

(15)

SL-PTT adalah bentuk sekolah yang seluruh proses belajar – mengajarnya di lakukan di lapangan dan di tempat-tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar, tidak terikat ruang kelas. Sekolah lapang (SL) menjadi tempat pendidikan nonformal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan utamanya dalam mengenali potensi, penyusunan rencana usahatani, mengatasi permasalahan. Melalui SL petani diharapkan mampu mengambil keputusan untuk menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan. Dengan demikian usahataninya lebih efisien, produktivitas tinggi dan berkelanjutan. Pendekatan SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya.

SL-PTT merupakan salah satu cara untuk mengenalkan inovasi teknologi spesifik lokasi secara partisipatif kepada masyarakat tani. Melalui kegiatan SL-PTT diharapkan terjadi perbaikan pemahaman petani dan kelompok tani mengenai pentingnya penerapan inovasi teknologi dengan benar untuk meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan usahataninya.

Dalam pelaksanaan SL-PTT terdapat dua komponen teknologi, yaitu komponen dasar dan komponen ilihan. Komponen teknologi dasar yaitu teknologi yang sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi padi sawah. Komponen teknologi ini terdiri dari atas:

(1) Varietas unggul baru, inbrida atau hibrida (2) Benih bermutu dan berlabel

(3) Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos.

(4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum

(5) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah

(6) Pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) dengan pendekatan PHT (Pengendalian Hama Terpadu).

(16)

Gender diartikan sebagai konstruksi sosiokultural yang membedakan karakteristik maskulin dan feminine. Gender berbeda dengan seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis (Moore, 1994 dalam Abdulah, 2003). Hal ini disebabkan bahwa anggapan maskulin dalam suatu kebudayaan dapat dianggap faminim dalam budaya lain. Dengan kata lain kategori maskulin dan feminine itu tergantung pada konteks social budaya setempat. Gender membagi atribut dan pekerjaan menjadi maskulin dan feminine, realita sosial menunjukkan bahwa pembagian peran berdasarkan gender melahirkan suatu keadaan yang tidak seimbang saat perempuan menjadi tersubordinasi oleh laki-laki. Hal ini yang disebut dengan ketimpangan gender (www.pswunud.go.id, 2010)

Ketidak seimbangan berdasarkan gender (gender inequality) mengacu pada ketidakseimbangan akses ke sumber-sumber yang langka dalam masyarakat yang didasarkan pada keanggotaan kategori gender. Untuk dapat memahami tentang peranan wanita dalam pembangunan yang berwawasan gender, terlebih dahulu perlu dibahas tentang konsep gender, agar kita berangkat dari pengertian yang sama. Pembahasan mengenai gender, tidak terlepas dari seks dan kodrat. Seks, kodrat dan gender mempunyai kaitan yang erat, tetapi mempunyai pengertian yang berbeda. Dalam kaitannya dengan peranan pria dan wanita di masyarakat, pengertian dari ketiga konsep itu sering disalahartikan. Untuk menghindari hal itu dan untuk mempertajam pemahaman kita tentang konsep gender, maka pengertian seks dan kodrat perlu dijelaskan terlebih dahulu (www.pswunud.go.id, 2010)

Istilah seks dapat diartikan kelamin secara biologis, yakni alat kelamin pria (penis) dan alat kelamin wanita (vagina). Sejak lahir sampai meninggal dunia, pria akan tetap berjenis kelamin pria dan wanita akan tetap berjenis kelamin wanita (kecuali dioperasi untuk berganti jenis kelamin). Jenis kelamin itu tidak dapat ditukarkan antara pria dengan wanita. Kodrat adalah sifat bawaan biologis sebagai anugerah Tuhan Yang Mahaesa, yang tidak dapat berubah sepanjang masa dan tidak dapat ditukarkan yang melekat pada pria dan wanita. Konsekuensi dari anugerah itu, manusia yang berjenis kelamin wanita, diberikan peran kodrati yang berbeda dengan manusia yang berjenis kelamin pria. Wanita diberikan peran kodrati: (1) menstruasi, (2) mengandung,

(17)

(3) melahirkan, (4) menyusui dengan air susu ibu dan (5) menopause, dikenal dengan sebutan lima M. Sedangkan pria diberikan peran kodrati membuahi sel telur wanita dikenal dengan sebutan satu M. Jadi, peran kodrati wanita dengan pria berkaitan erat dengan jenis kelamin dalam artian ini (Arjani, 2002 dan Agung Aryani, 2002 dalam Sudarta.W, www.pswunud, 2010).

Gender berasal dari kata “gender” (bahasa Inggris) yang diartikan sebagai jenis kelamin. Namun jenis kelamin di sini bukan seks secara biologis, melainkan sosial budaya dan psikologis. Pada prinsipnya konsep gender memfokuskan perbedaan peranan antara pria dengan wanita, yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan norma sosial dan nilai sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Peran gender adalah peran sosial yang tidak ditentukan oleh perbedaan kelamin seperti halnya peran kodrati. Oleh karena itu, pembagian peranan antara pria dengan wanita dapat berbeda di antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya sesuai dengan lingkungan. Peran gender juga dapat berubah dari masa ke masa, karena pengaruh kemajuan : pendidikan, teknologi, ekonomi, dan lain-lain. Hal itu berarti, peran jender dapat ditukarkan antara pria dengan wanita (Agung Aryani, 2002 dan Tim Pusat Studi Wanita Universitas Udayana, 2003 dalam www.pswunud 2010).

2.1.3. Perkembangan Gender

Merespon Dekade Perempuan PBB, pemerintah Indonesia memasukkan kebijakan perempuan dalam GBHN yang dikenal dengan kebijakan Peran Ganda Perempuan. Kebijakan ini didasarkan pada asumsi bahwa selama ini kaum perempuan, karena ’hanya’ berperan sebagai istri dan ibu, dianggap tidak dapat memberikan kontribusi apapun dalam pembangunan. Oleh karenanya perempuan didorong untuk berpartisipasi aktif di sektor publik sekaligus tetap harus menjalankan fungsinya sebagai istri dan ibu (Nursyahbani, 1999 dalam Handayani,2010). Terdapat kurang lebih 21,74 juta rumah tangga petani di Indonesia, persentase tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di sektor pertanian dan perhutanan cenderung meningkat sampai 40,71%, ini berarti jumlah SDM perempuan hampir separoh SDM laki-laki. Kenyataan menunjukkan bahwa hampir 40% perempuan tani berasal dari golongan rumah tangga tidak mampu. Oleh karena itu SDM perempuan harus diberdayakan. Untuk itu

(18)

harus dimulai dari menghilangkan segala bentuk diskriminatif (Sri Wahyuni, 2005 dalam Handayani, pswunud).

Peran perempuan sebagai tenaga kerja di sektor pertanian dalam arti luas memberikan kontribusi yang cukup signifikan. Menurut Sayogyo (dalam Sudarta, 2002), peran perempuan di bidang pertanian dimulai semenjak orang mengenal alam dan bercocok tanam. Semenjak itu pula mulai berkembang pembagian kerja yang nyata antara laki-laki dan perempuan pada beragam pekerjaan baik di dalam rumah tangga maupun di dalam masyarakat luas. Perempuan mempunyai peran ganda yaitu sebagai pembina rumah tangga (sektor domestik) dan pencari nafkah (sektor publik).

Keterlibatan perempuan dalam bidang pekerjaan sering tidak diperhitungkan. Besarnya upah yang diterima perempuan lebih rendah dari pada laki-laki. Dengan tingkat pendidikan yang sama, pekerja perempuan hanya menerima sekitar 50% sampai 80% upah yang diterima laki-laki. Selain itu banyak perempuan yang bekerja pada pekerjaan pekerjaan marginal sebagai buruh lepas, atau pekerja keluarga tanpa memperoleh upah atau dengan upah rendah. Mereka tidak memperoleh perlindungan hukum dan kesejahteraan (Hastuti, 2005 dalam Handayani,2010; pswunud,2010). Kerja konkret mereka begitu diremehkan di dalam dokumentasi statistik. Meskipun kaum perempuan tampil mayoritas dalam produksi pertanian, namun sumbangan besar mereka ini tetap dianggap sepi.

2.1.4. Analisis SWOT

Analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisa ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Metoda analisa SWOT bisa dianggap sbg metoda analisa yg paling dasar, yg berguna utk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4 sisi yg berbeda. Hasil analisa biasanya adalah arahan/rekomendasi utk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yg ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Perencanaan strategis (strategic planner) suatu perusahaan harus menganalisis faktor-faktor

(19)

kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi atau popular disebut Analisis SWOT (www.pustaka-ugm, 5 Juli 2010).

Dalam menganalisis data digunakan teknik deskriptif kualitatif guna menjawab perumusan permasalahan mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pada objek penelitian dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang harus dihadapinya. Dalam penelitian dilakukan identifikasi variable-variabel yang merupakan kekuatan dan peluang yang kemudian digunakan skala likert (berupa skala likert Keunggulan dan Peluang) atas lima tingkat yang terdiri dari : Sangat baik (5), Baik (4), Cukup baik (3), Kurang baik (2), dan Tidak baik (1). Kemudian penelitian dilanjutkan dengan identifikasi variable-variabel yang merupakan kelemahan dan ancaman dari luar yang kemudian digunakan skala likert (berupa Skala Likert Tantangan dan Ancaman) atas lima tingkat yang terdiri dari: Sangat berat (=5), Berat (=4), Cukup berat (=3), Kurang berat (=2), dan Tidak berat (=1), analisis SWOT ini adalah membandingkan antara faktor eksternal, berupa Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan faktor internal, yang berupa Kekuatan (strengths) dan Kelemahan (weaknesses).

Selanjutnya, nilai rata-rata masing-masing faktor positif dibandingkan dengan faktor negatif baik di lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Dan Hasil dari perhitungan tersebut, dituangkan dalam digram Cartesius. Dari diagram Cartesius tersebut, dapat diketahui hasil analisis SWOT, sesuai dengan posisi dari hasil perhitungannya, yaitu : Sebelah kiri atas -> Startegi Rasionalisasi (Turne around), sebelah kanan atas -> Strategi Agresif (Growth), sebelah kiri bawah -> Strategi Defensif, sebelah Kanan bawah -> Strategi Diversifikasi (www.pustaka-ugm, 5 Juli 2010).

2.1.5. Menentukan Strategi-strategi berdasarkan Hasil Analisis SWOT

Setelah hasil analisis SWOT dilakukan yang menghasilkan faktor-faktor internal (Kekuatan / Strengths dan Kelamahan / Weaknesses ) dan eksternal ( Peluang / Opportunities dan Ancaman / Threats ), maka berdasarkan hasil tersebut digunakan untuk menentukan strategi-strategi, yaitu:

1. Startegi SO dengan mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada.

(20)

2. Strategi WO yaitu mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada.

3. Strategi ST yaitu dengan mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkana kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T).

4. Strategi WT yaitu dengan mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T).

Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor SWOT diatas ditetapkan strategi-strategi seperti di bawah ini:

FAKTOR INTERNAL (S) Strengths/Kekuatan. (W) Weaknesses / Kelemahan (O) Opportunities/ Peluang Strategi SO :

mengembangkan suatu

strategi dalam

memanfaatkan kekuatan

(S) untuk mengambil

manfaat dari peluang (O)

yang ada.

Strategi WO:

mengembangkan suatu

strategi dalam

memanfaatkan peluang

(O) untuk mengatasi

kelemahan (W) yang ada.

(T) Threats/Ancaman Strategi ST: mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkana kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T). Strategi WT : mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T).

2.2. Penelitian Terdahulu

Pengalaman dari berbagai lembaga bantuan internasional menunjukkan bahwa dengan memperhatikan isu jender dan partisipasi perempuan dalam kegiatan pembangunan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan dan keberlanjutan suatu program atau proyek. Hasil‐hasil penelitian tentang peran perempuan dalam pertanian selama dua dasawarsa terakhir menunjukkan bahwa perempuan adalah juga petani, dan kontribusinya terhadap produksi pertanian dan rumah tangga adalah signifikan (Mehra and Esim, 1998 dalam Sudirja, 2007). Dengan demikian, perempuan pedesaan memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan ekonomi, baik melalui kegiatan

(21)

produktif di usahatani maupun sebagai tenaga kerja tidak dibayar (unpaid worker) melalui investasi non material yang dilakukannya di dalam rumah tangga (misal: menumbuhkembangkan anak, disamping kegiatan‐kegiatan rumah tangga lainnya).

Malangnya, seringkali oleh masyarakat secara sistematis mereka “dilepaskan/dicabut” dari akses terhadap sumberdaya, pelayanan‐pelayanan publik yang esensial, dan proses pengambilan keputusan. Khusus dalam bidang keirigasian, terabaikannya perempuan dalam kegiatan pembangunan terutama disebabkan oleh kurang terwakilkannya mereka dalam organisasi pengguna air. Padahal aktivitas mereka dalam berbagai kegiatan usahatani berkaitan erat dengan kegiatan pengelolaan irigasi. Oleh karena itu, untuk keberhasilan suatu program, maka harus dipertimbangkan berbagai peran, kebutuhan, dan persepsi laki‐laki dan perempuan dalam pengelolaan irigasi. Hambatan‐hambatan atau keterbatasan apa yang dihadapi oleh perempuan untuk berpartisipasi dalam perencanaan, implementasi dan pengelolaan irigasi. Jika hal‐hal tersebut tidak menjadi bahan pertimbangan maka akan berpengaruh terhadap kinerja suatu program.

Memfokuskan isu gender dengan memberikan peluang kepada perempuan untuk berpartisipasi secara aktif, akan berpengaruh bukan saja terhadap kinerja suatu program, tetapi juga memberdayakan perempuan dan menimbulkan rasa kepemilikan (sense of ownership) terhadap suatu sumber usaha. Akses yang lebih baik terhadap sumberdaya juga memberikan kesempatan kepada perempuan untuk berkontribusi dalam kegiatan ekonomi produktif.

Hasil kajian Suhaeti.RN dan S Suharni, tentang Inkorporasi Perspektif Gender dalam Pengembangan Rekayasa Alat Mesin Pertanian, disimpulkan bahwa Usaha agribisnis dan pengembangan ekonomi pertanian rakyat akan behasil apabila segala bentuk diskriminatif untuk pemberdayaan pelaku usaha dihilangkan dan keadilan mekanisme pasar dapat ditegakkan. Hambata social dan institusional yang masih melekat pada budaya kita perlu dikaji karena SDM perempuan tani perlu mendapat ketrampilan di dalam pemeliharaan dan pengoperasian serta perbaikan-perbaikan alsintan secara sederhana dan sesuai dengan tugas pelerjaan sehari-hari. Pada masyarakat pedesaan, umumnya jenis alisntan pasca panen sekunder dan pengolahannya dilakukan oleh perempuan

(22)

(Mesin perajang bawang, oven, blender, penepung cabe). Peluang ini dapat dimanfaatkan dalam kegiatan pembangunan pertanian khususnya dddalam pemberdayaan pelaku usaha agribisnis.

Hasil pendampingan teknologi dalam pelaksanaan SL-PTT Padi yang dilaksanakan oleh Wibawa (2010) antara lain disebutkan bahwa koordinasi dan persamaan persepsi tentang filosofi pelaksanaan SL-PTT dari tingkat pusat hingga daerah perlu ditingkatkan agar tidak menimbulkan tafsiran, kebijaksanaan dan implementasi yang beragam. Dari temuan ini akan dicoba melakukan kajian terhadap pelaksanaan SL-PTT Padi khususnya pembagian peran pria dan wanita mulai dari peresiapan lahan sampai pemasaran hasil.

(23)

III METODOLOGI

Metoda dasar dalam pelaksanaan pengkajian ini adalah survey yang dimaksudkan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Waktu pengkajian pada bulan Juli sampai dengan Desember 2011, kegiatan survey dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan November 2011 di 2 kabupaten dan 1 kota yaitu Kabupaten Seluma, Kepahiang, dan Kota Bengkulu (Tabel 1). Lokasi survei adalah 6 desa/kelurahan penerima program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (SL-PTT) Padi Sawah dan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

Tabel 1. Lokasi survey Analisis Peran Wanita dalam Rumah Tangga Petani di Bengkulu tahun 2011.

No Kabupaten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan Bantuan program (tahun) SLPTT PUAP 1 Seluma Air Periukan Ds. Lokasi Baru 2011 2008 2 Seluma Seluma Selatan Kel. Rimbo Kedui 2011 2008 3 Kepahiang Kabawetan Ds. Tangsi Baru 2011 2009 4 Kepahiang Merigi Ds. Bukit Barisan - 2010 5 Kota Bengkulu Ratu Agung Kel. Sawah Lebar Lama 2011 2008 6 Kota Bengkulu Ratu Agung Kel. Sawah Lebar Baru 2011 -

Metode pengambilan sampel lokasi secara purposive dengan mempertimbangkan bahwa lokasi sampel terdapat program PUAP dan SL-PTT. Jumlah Kabupaten dipilih 2 Kabupaten (Kepahiang dan Seluma) dan Kota dengan kriteria bahwa Kabupaten terpilih merupakan pelaksana PUAP dan SL-PTT dan terdapat peran laki-laki dan perempuan di dalamnya. Responden dipilih secara acak sebanyak 118 orang wanita tani pada 6 desa/kelurahan yang melakukan usahatani padi, usaha pemeliharaan ternak sapi potong, dan usaha pengolahan hasil pertanian yang mendapat program SL-PTT dan atau PUAP. Masing-masing jenis usahatani diwakili oleh 2 desa/kelurahan.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik petani, aktifitas harian wanita tani, pola pengambilan keputusan dan alokasi waktu dalam usahatani, serta identifikasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) (SWOT) terhadap wanita tani. Pengumpulan Data dilakukan melalui wawancara individu menggunakan

(24)

daftar pertanyaan serta diskusi kelompok dengan metode FGD (focus group disccussion). Data sekunder dikumpulkan dengan penelusuran pustaka, laporan, dan

browsing internet.

Analisis data menggunakan metode AHP (Analitycal Hierarchy Process) untuk mengetahui besarnya peranan wanita tani, analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran aktivitas wanita tani dalam keluarga, sedangkan strategi pemberdayaan gender dirumuskan dengan analisis SWOT serta QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) untuk menentukan strategi terpilih yang dijadikan prioritas utama dalam pemberayaan wanita tani.

Lingkup kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari isu-isu gender yang dihimpun dalam program PUAP dan SL-PTT adalah adanya informasi tentang profil keluarga, profil kegiatan produktif dan non produktif, serta profil pola pengambilan keputusan laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya pembangunan. Kegiatan penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yakni sebagai berikut:

1. Persiapan (review data sekunder, penyusunan instrumen penelitian, dan administrasi penelitian).

2. Survey awal, uji coba instrumen penelitian (kuesioner), dan penyempurnaan instrumen penelitian.

3. Pengumpulan data dan informasi penelitian, baik data kuantitatif maupun kualitatif.

4. Analisis awal serta interpretasi data dan informasi yang telah dikumpulkan. 5. Persiapan untuk kegiatan Focus Group Discussion/FGD, dan koordinasi dengan

instansi terkait.

6. pelaksanaan FGD : pengumpulan data primer yang berasal dari petani pelaksana SL-PTT dan PUAP.

7. Validasi data ke Kabupaten yang telah tersurvey 8. Penulisan dan penyampaian laporan akhir penelitian.

(25)

IV PROFIL DAERAH/LOKASI SAMPEL PENELITIAN

Gambaran Umum Daerah Penelitian

Propinsi Bengkulu terletak pada pantai barat pulau Sumatera dengan posisi 101 derajat 1 menit sampai 104 derajat 46 menit Bujur Timur dan 2 derajat 16 menit sampai 5 derajat 13 menit Lintang Selatan, yang membujur sejajar dengan bukit barisan dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dengan panjang pantai 525 km dan luas teritorial 48.075 km2.

Secara administratif Provinsi Bengkulu berbatasan sebelah selatan dengan provinsi Lampung, sebelah utara dengan Provinsi Sumatera Barat, Sebelah Barat Samudera Indonesia dan sebeleh Timur dengan Provinsi Sumatera Selatana dan Jambi. Pemerintahan Provinsi Bengkulu terbagi atas 9 Kabupaten dan 1 Kota yaitu Kabupaten Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Rejang Lebong, Kaur, Seluma, Lebong, Mukomuko, Kepahiang, Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu.

Kondisi tanah di Bengkulu terdiri dari tekstur tanah halus seluas 1.201.529 ha, agak halus 39.319 ha, sedang 469.247 ha dan agak kasar 268.775 ha. Sedangkan jenis tanah terdiri dari tanah organosol 1,48%; tanah alluvial 5,15%; Regosol 3,58%; asosiasi potsolik-merah-kuning dan latosol 41,22% latosol 20,81%, andosol 6,56%; asosiasi andosol-regosol 6% dan asosiasi podsolik-coklat, podsolik-litosol 15,21%.

Profil Kabupaten Kepahiang

Kepahiang merupakan salah satu Kabupaten di provinsi Bengkulu yang luas wilayah daerahnya 66.500 Ha. Daerah ini berbatasan dengan Kecamatan Curup,Sindang Kelingi, Padang Ulak Tanding, Kabupaten rejang lebong di utara, Kecamatn Ulu Musi Kabupaten Lahat Provinsi sumatera Selatan di timur, Kabupaten Taba penanjung dan Kabupaten bengkulu Utara di selatan, kecamatan Pagar Jati, Kabupaten Bengkulu utara dan Bermani Ulu, serta Kabupaten Rejang Lebong di barat.

(26)

Secara administratif, daerah ini terbagi menjadi delapan Kecamatan dan 91 Desa. Pada tahun 2010 memiliki jumlah penduduk 125.011 jiwa terdiri dari 64.040 laki-laki dan 60.971 perempuan, dengan tingkat kepadatan penduduk 562 per/km2. Kabupaten Kepahiang merupakan daerah yang sejuk terdapat perkebunan teh yang hijau dan rapi terdapat dua perusahaan yang mengelola perkebunan teh ini yaitu PT. Trisula Ulung Mega Karya dan PT. Sarana Mandiri Mukti, keberadaan kebun teh ini juga dapat dijadikan potensi pariwisata yakni agrowisata, Kepahiang juga memiliki aset alam yang berpotensi dioptimalkan untuk wisata. Aset itu berupa kawah belerang dan hamparan pasir di Kecamatan Ujan Mas, habitat bunga Rafflesia Arnoldi di Kecamatan Kepahiang, air terjun di Kecamatan Tebat Karai, serta aliran Sungai Musi yang dapat digunakan untuk arena olahraga arung jeram.

Hasil pertanian Kabupaten Kepahiang di sektor perkebunan adalah komoditi kopi robusta (13.026 ton), lada (1.439 ton), dan kelapa dalam (295 ton). Untuk komoditas tanaman pangan berupa padi dan palawija serta tanaman hortikultura seperti sayuran, tanaman obat-obatan, dan buah-buahan. Jumlah unit pelaksana SLPTT seluas 60 kelompok atau seluas 1.500 ha dan jumlah penerima Bantuan Langsung PUAP sebanyak 73 Desa dari 101 Desa.

Hasil kegiatan agraris masyarakat Kepahiang relatif mudah dipasarkan, ini terkait dengan lokasi kabupaten yang strategis. Letaknya yang berada di daerah perlintasan, ditunjang dengan sarana jalan yang terbilang mulus, dan kemudahan transportasi. Daerah ini juga memiliki dukungan sarana pembangkit tenaga listik, air bersih, gas, dan jaringan telekomunikasi, serta internet.

Profil Kabupaten Seluma

Jumlah unit pelaksana SLPTT 300 kelompok atau seluas 7.500 ha dan jumlah penerima Bantuan Langsung PUAP sebanyak 101 Desa dari 110 Desa/Kelurahan.

Profil Kota Bengkulu

Kota Bengkulu memiliki luas wilayah 151,7 Km2, terletak di pesisir barat pulau Sumatera dan berada diantara 3 derajat 45 menit – 3 derajat 59 menit lintang selatan serta 102 derajat 14 menit – 102 derajat 22 menit bujur timur. Relief permukaan tanah yang bergelombang, terdiri dari dataran pantai dan daerah berbukit- bukit serta di beberapa tempat terdapat cekungan alur sungai kecil. Secara administratif, Kota

(27)

selatan berbatasan dengan Kabupaten Seluma, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Tengah dan sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Jumlah penduduk tahun 2010 sebanyak 308.544 jiwa, 78.262 rumah tangga, rata-rata ART sebesar 3,9 ART per rumah tangga, dengan kepadatan penduduk 2.033 jiwa/km2.

Jumlah unit pelaksana SLPTT seluas 80 kelompok atau seluas 2.000 ha dan jumlah penerima Bantuan Langsung PUAP sebanyak 50 Kelurahan dari 67 Kelurahan

(28)

V HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Deskripsi Responden

Jumlah responden survey sebanyak 152 responden wanitatani dan pria, namun yang dapat diolah hanya 118 responden. Cabang usahatani utama yang diusahakan oleh wanita tani di lokasi survei adalah pengolahan hasil (Bukit Barisan dan Sawah Lebar Lama), budidaya padi (Rimbo Kedui dan Sawah Lebar Baru), dan pemeliharaan sapi potong (Lokasi Baru dan Tangsi Baru). Umur rata-rata responden adalah 43,75 tahun dengan pendidikan rata-rata-rata-rata 7,04 tahun. Deskripsi responden tersebut menggambarkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan wanita tani masih rendah. Kelompok wanita tani telah tumbuh dan berkembang pada 2 lokasi yaitu di Desa Bukit Barisan (Kepahiang) dan Kelurahan Sawah Lebar Lama (Kota Bengkulu). Kelompok wanita tani pada kedua lokasi ini merupakan kelompok pengolah hasil pertanian. Tabel 2 menampilkan deskripsi responden survei.

Tabel 2. Deskripsi Responden Hasil Survey Analisis Peran Wanita di Bengkulu Tahun 2011. No Desa/Kelurahan Jumlah responden (org) Umur rata-rata (thn) Pendidikan rata-rata (thn) Kegiatan Kelompok wanita tani 1 Lokasi Baru, Seluma 20 45,66 6,60 Pemeliharaan ternak sapi - 2 Rimbo Kedui,

Seluma 20 32,10 6,55 Budidaya padi - 3 Tangsi Baru,

Kepahiang 17 51,07 8,60 Pemeliharaan ternak sapi - 4 Bukit Barisan, Kepahiang 20 42,10 6,70 Pengolahan marning 5 5 Sawah Lebar Lama, Kota Bengkulu 28 43,54 9,14 Pengolahan hasil (kue, tempe, keripik, kopi) 3 6 Sawah Lebar Baru, Kota Bengkulu 13 40,40 6,40 Budidaya padi - 118 43,75 7,04

Sumber : data primer terolah

(29)

Akses wanita tani terhadap program pembangunan hanya terlihat pada program PUAP untuk usaha pengolahan hasil di 2 desa yaitu Sawah Lebar Baru (Kota Bengkulu) dan Bukit Barisan (Kepahiang). Pada kedua desa ini, kaum wanita melalui kelompok wanita tani ikut serta dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan program. Untuk usaha budidaya padi dan pemeliharaan ternak sapi potong, akses terhadap program dilakukan oleh kaum pria. Kaum pria yang merencanakan dan melaksanakan program bantuan Kementerian Pertanian.

Dalam kegiatan usaha pengolahan hasil, wanita tani terlibat aktif sejak tahapan penyediaan bahan baku, proses produksi, pengepakan, dan pemasaran. Dalam budidaya padi, wanita tani berperan membantu dalam kegiatan penanaman, pemeliharaan, panen, dan pasca panen. Sedangkan pada pemeliharaan sapi potong wanita tani membantu dalam pemberian pakan, air minum, dan membersihkan kandang.

Akses wanita tani pengolah hasil pertanian terhadap program pembangunan terlihat dengan eksistensi kelompok wanita tani yang ada di desa. Terdapat 3 kelompok wanita tani yang ada di Kelurahan Sawah Lebar Lama dan 5 kelompok di Desa Bukit Barisan (Tabel 2). Kelompok ini telah eksis sebelum adanya bantuan pemerintah melalui program PUAP. Fenomena yang menarik adalah kelompok wanita tani juga memiliki fungsi sosial keagamaan dalam masyarakat seperti pengajian/perayaan keagamaan dan kunjungan suka duka.

Pertemuan kelompok wanita tani dilakukan setiap bulan untuk pembayaran angsuran pinjaman, pembayaran simpanan, pemberian pinjaman kepada anggota, dan arisan. Pada saat-saat tertentu, dilakukan pembinaan usaha dan penyuluhan oleh petugas dari dinas/instansi teknis. Pertemuan secara rutin ini akan mempengaruhi pengelolaan organisasi kelompok. Menurut Pranadji dan Hastuti (2010), sistem manajemen yang digunakan dalam organisasi harus menggunakan kaidah pertanggungjawaban (accountability), keterbukaan manajemen (transparency), keputusan yang bersifat partisipatif dan demokratis. Sehingga pertemuan secara rutin untuk merencanakan dan mengevaluasi jalannya organisasi merupakan sesuatu yang harus ada.

Pada 4 desa (Lokasi Baru – Seluma, Rimbo Kedui – Seluma, Tangsi Baru – Kepahiang, dan Sawah Lebar Baru – Kota Bengkulu) kegiatan produktif wanita

(30)

kelompok wanita tani sehingga wanita tani belum dapat mengakses program SL-PTT dan PUAP. Kegiatan wanita berkelompok tidak mengarah kepada kegiatan produktif, masih terbatas pada kegiatan kemasyarakatan, seperti pengajian dan arisan. Dari uraian di atas jelas bahwa akses wanita tani terhadap program pembangunan sangat ditentukan oleh keberadaan kelompok. Hal ini disebabkan karena bantuan program pemerintah kepada petani disalurkan melalui kelompok tani atau gabungan kelompok tani.

Peran Wanita Tani dalam Usahatani Keluarga

Perbandingan tingkat peranan pria dan wanita dalam usahatani pada lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa wanita tani memiliki peran dominan atau lebih tinggi daripada pria dalam usahatani padi dan pengolahan hasil. Rata-rata sumbangan peranan wanita tani dalam usahatani padi adalah 41,13% dibandingkan pria sebesar 35,96%. Dalam usaha pengolahan hasil, peranan wanita tani jauh lebih tinggi daripada pria yaitu mencapai 67,13% berbanding 17,63%. Sedangkan peranan wanita tani dalam usaha ternak sapi potong tidak dominan yaitu hanya 21,12% dibandingkan pria sebesar 49,48%.

Dalam usahatani padi, wanita berperan lebih besar daripada pria pada hampir seluruh tahapan usaha, hanya pada penentuan jenis usaha dan penyediaan modal kaum pria lebih berperan. Dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, dominannya peranan wanita disebabkan oleh karena kaum pria juga melakukan pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti menjadi buruh tani, tukang, jasa, berdagang, PNS dan sebagainya. Tujuan utama budidaya padi adalah untuk memenuhi konsumsi pangan keluarga.

Pada usaha pemeliharaan ternak sapi potong, peranan kaum pria dominan. Namun yang menarik adalah peranan wanita pada saat penjualan sapi lebih dominan (44,4%). Hal ini dapat dimaklumi karena tujuan utama memelihara ternak sapi adalah sebagai tabungan keluarga. Kepemilikan rata-rata sapi dalam keluarga berkisar antara 2-3 ekor. Sapi akan dijual untuk kebutuhan mendadak dan biasanya untuk kebutuhan yang telah direncanakan terlebih dahulu seperti untuk biaya pendidikan anak.

(31)

Tabel 3. Peranan Pria dan Wanita dalam Usaha Budidaya Padi, Ternak Sapi potong, dan Pengolahan Hasil Pertanian di Bengkulu Tahun 2011.

No Uraian Persentase peranan rata-rata (%)

Pria Wanita Pria dan Wanita 1 Budidaya padi sawah

Penentuan jenis usaha 52,5 18,3 29,2

Penyediaan modal 69,9 12,5 17,6

Pembelian sarana produksi 40,4 41,6 18,0

Kegiatan budidaya 20,5 52,6 26,9

Panen 20,5 52,6 26,9

Pasca panen 11,5 69,0 19,5

Pemasaran hasil 36,4 41,3 22,3

Rata-rata 35,96 41,13 22,91

2 Pemeliharaan ternak sapi potong

Penentuan jenis usaha 54,0 16,3 29,7

Penyediaan modal 63,7 10,5 25,8

Pembelian bibit 67,3 10,1 22,6

Kegiatan budidaya 45,5 24,3 30,2

Penjualan sapi 16,9 44,4 38,7

Rata-rata 49,48 21,12 29,40

3 Usaha pengolahan hasil

Penentuan jenis usaha 8,9 77,5 13,6

Penyediaan modal 34,4 49,4 16,2

Pembelian sarana produksi 23,8 61,3 14,9

Kegiatan produksi 10,4 72,2 17,4

Kegiatan pengepakan 12,5 72,1 15,4

Pemasaran hasil 15,8 70,3 13,9

Rata-rata 17,63 67,13 15,23

Sumber : data primer terolah

Peranan wanita tani sangat dominan dalam usaha pengolahan hasil pertanian. Pada Tabel 3 di atas jelas terlihat bahwa wanita tani berperan dominan pada seluruh kegiatan usahatani sejak penentuan jenis usaha sampai dengan pemasaran hasil.

Aktivitas Produktif Wanita Tani dalam Usahatani

Usaha Produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh petani/kelompok tani yang mempunyai transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan (Departemen Pertanian, 2008). Dari hasil pengamatan diketahui bahwa alokasi waktu yang digunakan untuk usaha

(32)

produktif wanita tani adalah memanfaatkan waktu luang yang dimiliki, setelah alokasi waktu untuk melakukan fungsi utama sebagai ibu rumah tangga yaitu dalam pengasuhan anak dan mengurusi keperluan keluarga.

Dalam kegiatan usahatani di sawah, wanita tani di Desa Rimbo Kedui (Seluma) dan Kelurahan Sawah Lebar Baru (Kota Bengkulu) rata-rata melakukan kegiatan produktif di sawah 4-7 jam, kecuali pada saat tanam dan panen membutuhkan waktu yang lebih lama. Curahan waktu lainnya dimanfaatkan oleh wanita tani untuk mengurusi rumah tangga dan kemasyarakatan (kegiatan sosial) dan kegiatan non produktif. Rata-rata lamanya kegiatan per hari untuk kegiatan produktif usahatani padi adalah sekitar 6,3 jam. Selain itu wanita tani melakukan kegiatan sosial seperti mengurus keperluan rumah tangga, anak sekolah, dan perhimpunan kemasyarakatan/keagamaan sekitar 6,5 jam. Sedangkan kegiatan non produktif seperti waktu tidur dan santai sekitar 11,2 jam per hari.

Alokasi waktu wanita dalam kegiatan usaha pemeliharaan ternak sapi potong relatif lebih sedikit daripada alokasi waktu wanita tani dalam usahatani padi sawah. Untuk membantu usaha ternak sapi hanya dibutuhkan waktu rata-rata 2 jam per hari untuk pemberian pakan, memandikan ternak, atau membersihkan kandang. Waktu luang yang tersisa dimanfaatkan untuk keperluan usaha produktif lainnya seperti menjadi buruh tani, membantu di kebun/lahan usahatani atau berdagang. Rata-rata lamanya alokasi waktu untuk kegiatan produktif wanita tani di Desa Lokasi Baru (Seluma) dan Tangsi Baru (Kepahiang) adalah sekitar 9,24 jam, kegiatan sosial 6,76 jam, dan kegiatan non produktif 8 jam.

Waktu yang digunakan dalam aktivitas pengolahan hasil pertanian di Sawah Lebar Lama (Kota Bengkulu) dan Bukit Barisan (Kepahiang) adalah sekitar 10 jam, kegiatan sosial 6,5 jam, dan kegiatan non produktif 8 jam per hari. Terlihat bahwa kegiatan wanita tani dalam pengolahan hasil membutuhkan alokasi waktu yang lebih lama dibandingkan dengan usahatani padi atau membantu dalam pemeliharaan ternak sapi. Tabel 4 menunjukkan pembagian waktu wanita tani dalam kegiatan produktif, sosial dan non produktif.

Tabel 4. Alokasi Waktu Usaha Produktif Wanita Tani di Bengkulu Tahun 2011.

(33)

1 Budidaya padi 6,3 2 Pemeliharaan ternak sapi 2 3 Pengolahan hasil pertanian 10

Sumber : data primer terolah

Strategi Pemberdayaan Wanita Tani

Strategi pemberdayaan wanita tani dirumuskan menggunakan analisis SWOT. Matrik SWOT (Tabel 5) menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, sehingga menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis. Selanjutnya untuk menentukan strategi prioritas dilakukan analisis dengan QSPM (Rangkuti, 2008).

Tabel 5. Matrik SWOT Strategi Pemberdayaan Wanita Tani di Bengkulu Tahun 2011. FAKTOR INTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL

Kekuatan (Strengths):

1. Tingginya peranan wanita dalam

usahatani

2. Kemampuan wanita tani dalam

menambah pendapatan keluarga

3. Pemanfaatan waktu luang wanita

tani cukup tinggi

4. Potensi berkelompok wanita tani

cukup tinggi

Kelemahan (Weaknesses):

1. Lemahnya organisasi wanita tani 2. Kurangnya pengetahuan dan

ketrampilan teknis wanita tani 3. Akses wanita tani terhadap

program pembangunan terbatas 4. Fungsi utama wanita tani secara sosial adalah sebagai ibu rumah tangga

Peluang (Opportunities):

1. Adanya program pemerintah

yang dapat diakses wanita tani

2. Dukungan keluarga terhadap

partisipasi wanita tani dalam kegiatan usaha produktif

3. Dukungan pemerintah

terhadap pemberdayaan kelompok wanita tani cukup tinggi

4. Potensi pengembangan

agribisnis khususnya dalam usaha pengolahan hasil masih terbuka

Strategi S-O:

Memanfaatkan peranan wanita dalam usaha produktif untuk mengakses program pemerintah (S1, S2, S3, S4, O1, O2)

Strategi W-O:

a. Membuka akses wanita tani dalam pengembangan agribisnis melalui penumbuhan dan pengembangan kelompok wanita tani (W2, W3, O4) b. Meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan wanita tani melalui pelatihan yang difasilitasi program pemerintah (W2, O3)

Ancaman (Threats):

1. Persaingan antara pria dan

wanita dalam mengakses program pembangunan

2. Pembinaan petugas kepada

kelompok wanita tani masih kurang

Strategi S-T:

Membentuk kelompok wanita tani sehingga dapat mengakses program pemerintah dan pelayanan

petugas/pembina (S4, T1, T2)

Strategi W-T:

Memperbaiki kelemahan organisasi wanita tani melalui peningkatan intensitas pembinaan petugas (W1, T2)

(34)

Berdasarkan analisis matrik SWOT pada Tabel 5 diperoleh empat arahan strategi pemberdayaan wanita tani. Jika lebih disederhanakan lagi, maka keempat arahan strategi tersebut mengarah pada dua strategi utama yaitu (1) penumbuhan dan pengembangan kelompok wanita tani agar dapat mengakses program pemerintah dan (2) peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha ekonomi produktif. Untuk menentukan pilihan strategi tersebut, selanjutnya dilakukan analisis dengan QSPM yang terlihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis QSPM untuk Pemilihan Alternatif Strategi dalam Pemberdayaan Wanita Tani di Bengkulu Tahun 2011.

Uraian Alternatif strategi (1)

penumbuhan dan pengembangan kelompok

wanita tani agar dapat mengakses program

pemerintah

(2) peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha

ekonomi produktif Bobot Rating Skor Bobot Rating Skor

Faktor Internal (SW) Kekuatan (S):

S1. Tingginya peranan wanita dalam usahatani 0,15 2 0,30 0,15 3 0,45 S2. Kemampuan wanita tani dalam menambah

pendapatan keluarga

0,15 1 0,15 0,15 3 0,45 S3. Pemanfaatan waktu luang wanita tani cukup

tinggi 0,10 1 0,10 0,10 3 0,30 S4. Potensi berkelompok wanita tani cukup tinggi 0,10 4 0,40 0,10 3 0,30

Kelemahan (W):

W1. Lemahnya organisasi wanita tani 0,20 4 0,80 0,20 1 0,20 W2. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan

teknis wanita tani

0,15 1 0,15 0,15 4 0,60 W3. Akses wanita tani terhadap program

pembangunan terbatas 0,10 4 0,40 0,10 3 0,30 W4. Fungsi utama wanita tani secara sosial

adalah sebagai ibu rumah tangga 0,05 - - 0,05 - -

Jumlah Faktor Internal 1,000 2,30 1,000 2,60

Faktor Eksternal Peluang (O):

O1. Adanya program pemerintah yang dapat diakses wanita tani

0,20 4 0,80 0,20 3 0,60 O2. Dukungan keluarga terhadap partisipasi

wanita tani dalam kegiatan usaha produktif 0,05 2 0,10 0,05 3 0,15 O3. Dukungan pemerintah terhadap

pemberdayaan kelompok wanita tani cukup tinggi

0,10 4 0,40 0,10 3 0,30 O4. Potensi pengembangan agribisnis khususnya 0,30 2 0,60 0,30 3 0,90

(35)

dalam usaha pengolahan hasil masih terbuka

Ancaman (T):

T1. Persaingan antara pria dan wanita dalam

mengakses program pembangunan 0,20 3 0,60 0,20 3 0,60 T2. Pembinaan petugas kepada kelompok wanita

tani masih kurang 0,15 3 0,45 0,15 3 0,45

Jumlah Faktor Eksternal 1,000 2,95 1,000 3,00

Jumlah Skor Total 5,25 5,60

Sumber : data primer terolah

Keterangan: Nilai rating (1=tidak menarik, 2=kurang menarik; 3=menarik; 4=sangat menarik) Analisis QSPM pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa strategi (2): peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha ekonomi produktif dapat lebih mendorong pemberdayaan wanita tani dengan nilai skor ketertarikan (attractive score) 5,60 dibandingkan pada strategi (1): penumbuhan dan pengembangan kelompok wanita tani agar dapat mengakses program pemerintah (5,25).

5.2. Pembahasan

Peran Wanitatani dalam kegiatan usahatani keluarganya ternyata cukup besar, namun jarang terlihat adanya pelatihan ataupun apresiasi teknologi yang melibatkan wanitatani. Dalam pengambilan keputusanpun Nampak bahwa wanitatani cukup menentukan hanya pada usaha pengolahan hasil padahal dalam Pengambilan keputusan usahatani dalam keluarga sebenarnya merupakan hasil kompromi (keputusan bersama dalam keluarga), umumnya antara bapak dan ibu tani. Hal ini disebabkan oleh konsekuensi dari keputusan yang juga akan ditanggung secara bersama-sama dalam keluarga. Menurut Reason (1997), pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau pengetahuan yang membawa pada pemilihan suatu tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan akhir. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan. Oleh karenanya hasil keputusan seseorang berupa tindakan akan menentukan peranannya.

Hasil suevey menunjukkan bahwa dalam kelompok dilakukan pertemuan kelompok wanita tani secara rutin setiap bulan. Kegiatan yang dilakukan dalam kelompok antara lain : pembayaran angsuran pinjaman, pembayaran simpanan, pemberian pinjaman kepada anggota, dan arisan dan pengajian. Pada saat-saat

(36)

tertentu, dilakukan pembinaan usaha dan penyuluhan oleh petugas dari dinas/instansi teknis. Pertemuan secara rutin ini akan mempengaruhi pengelolaan organisasi kelompok, hal ini juga disampaikan oleh Pranadji dan Hastuti (2010) bahwa sistem manajemen yang digunakan dalam organisasi harus menggunakan kaidah pertanggungjawaban (accountability), keterbukaan manajemen (transparency), keputusan yang bersifat partisipatif dan demokratis. Sehingga pertemuan secara rutin untuk merencanakan dan mengevaluasi jalannya organisasi merupakan sesuatu yang harus ada.

Hasil analisis QSPM menunjukkan bahwa strategi pemberdayaan wanita tani yang lebih menarik dilakukan adalah melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani seperti pelatihan usaha ekonomi produktif dan sejenisnya dibandingkan strategi penumbuhan kelompok.

(37)

VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Penelitian ini menunjukkan bahwa peranan wanita dalam usahatani padi sawah dan pengolahan hasil pertanian lebih dominan daripada peranan pria dengan dengan sumbangan peranan masing-masing cabang usaha 41,13% dan 67,13%. Sedangkan peranan wanita tani dalam usaha ternak sapi potong kurang dominan dibandingkan pria yaitu hanya 21,12%.

2. Alokasi waktu rata-rata usaha produktif wanita tani dalam kegiatan pengolahan hasil adalah 10 jam per hari, usahatani padi sawah 6,3 jam dan pemeliharaan ternak sapi 2 jam.

3. Pilihan strategi untuk pemberdayaan wanita tani ke depan sebagai masukan bagi pengambil kebijakan adalah mendorong peningkatan pengetahuan dan ketrampilan wanita tani melalui pelatihan usaha ekonomi produktif.

6.2. Saran

1. Begitu besarnya sumbangan/peran wanita dalam usahatani padi dan pengolahan hasil, disarankan untuk program pembangunan pertanian ke depan lebih banyak melibatkan wanitatani

2. Perlu dilakukan pelatihan teknis budidaya dan pelatihan usaha produktif kepada wanitatani

(38)

VII KINERJA HASIL

1. Telah terpenuhinya output kegiatan berupa laporan akhir dan alternative rekomendasi strategi pembinaan wanitatani dalam pembangunan pertanian di Bengkulu.

2. Telah ditulis secara ilmiah dalam seminar nasional sebanyak 2 kali yang akan diterbitkan dalam prosiding nasional. Sedangkan tulisan dalam jurnal nasional akan disampaikan pada tahun 2012.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulah, I, 2003. Penelitian Berwawasan Gender dalam Ilmu Sosial, Humaniora Vol XV No.2.tahun 2003. www.psw-ugm.co.id, tanggal 25 Juni 2010

BPS Bengkulu, 2010. Bengkulu Dalam Angka 2009. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, Bengkulu.

BPS Kota, 2010. Kota Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Bengkulu, Bengkulu. BPS Kabupaten Kepahiang, 2010. Kabupaten Kepahiang Dalam Angka. Badan Pusat

Statistik Kabupaten Kepahiang, Kepahiang.

BPS Kabupaten Seluma, 2010. Kabupaten Seluma Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Seluma, Seluma.

Bappenas. 2010. Laporan Akhir Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu. Kerjasama Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dengan Universitas Bengkulu. Jakarta. 2010.

BPTP Bengkulu. 2008. Database Gapoktan PUAP Tahun 2008 Provinsi Bengkulu. BPTP Bengkulu. Laporan tidak dipublikasikan.

Departemen Pertanian. 2008. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Departemen Pertanian. Jakarta.

Handayani.Th.M dan R.P Yusuf, aapenyadaran Peran Wanita sebagai Tenaga Kerja Sektor Informal dalam Persamaan Jender, www.unpad.go.id , 5 Juli 2010

Pranadji, T. dan E.L. Hastuti. 2010. Transformasi Sosio Budaya dalam Pembangunan Pedesaan dalam Analisis Kebijakan Pertanian Volume 8 Nomor 1, Maret 2010. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Cetakan Kelimabelas. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Reason, J. 1997. Managing The Risks of Organizational Accidents. Cetakan keempat. Ashgate Publishing Ltd. Hampshire. Inggris.

Sudarta, W. 2010. Peran Wanita dalam Pembangunan Berwawasan Gender. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana. www.pswunud.go.id, 5 Juli 2010.

Sudaryanto, T. 2010. Anggaran Berbasis Gender mengakomodir semua Golongan. Artikel dimuat dalam Sinar Tani, Edisi 6 - 12 Januari 2010 No.3336 Tahun XL, hal. 14.

(40)

Sudirja, R. 2007. Partisipasi Perempuan dalam Penyusunan Program Pembangunan Pertanian di Pedesaan. Makalah disampaikan dalam Pelatihan PRA bagi Tenaga Pemandu Dinas Tenaga Kerja se-Kabupaten/Kota di Indonesia tanggal 8 – 13 Juli 2007, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jawa Barat.

Suhaeti, N.R. dan S. Suharni. 2010. Inkorporasi Perspektif Gender dalam Pengembangan Rekayasa Alat Mesin Pertanian. http://psekp.litbang-deptan.go.id, 20 Juni 2010.

Wiasti.M.N, Gender dan Kesetaraan dan Keadilan Gender : Studi tentang Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Bali. www.pswunud, 5 Juli 2010.

www.pustaka-ugm : analisis SWOT. 5Juli 2010

Wibawa. W, 2010. Laporan Tengah Tahun : Pendampingan Program SL-PTT Minimal 60% Unit di 10 Kabupaten (965 LL) di Provinsi Bengkulu Untuk Peningkatan Produktivitas Padi dan Jagung > 15%. Balai Pengkajian Teknologi Bengkulu. Bengkulu

(41)
(42)

Lampiran 1

TENAGA DAN ORGANISASI PEKLAKSANAAN

NO NAMA INSTITUSI JABATAN FUNGSIONAL/ BIDANG KEAHLIAN JABATAN DALAM KEGIATAN

URAIAN TUGAS ALOKASI WAKTU (JAM/ MINGGU) 1 Dr. Umi Pudji Astuti,MP BPTP BKL Peny. Pert. Muda/ Ekonomi Pertanian Penanggu

ng Jawab Bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan, penyusunan rencana kerja, pelaporan, mempresentasikan rencana kegiatan dan hasil pelaksanaan Membuat tulisan dalam jurnal 8 2 Dr. Dedi Sugandi, MP BPTP BKL Peneliti Madya/ Farming Sistem Anggota Tim Melaksanakan survey, membantu dalam analisis data 6

3 Ir.Eddy Makruf BPTP BKL Peny. Pert.

Madya/ Agronomi Anggota Tim Melaksanakan survey di 3 Kabupaten,melaku kan tabulasi data

6 4 Dr. Reni Kustiari, MSc PSEKP Peneliti Madya/Ekono mi Pertanian Anggota Tim Melaksanakan survey di 1 Kabupaten, membantu dalam analisis data Membuat tulisan dalam jurnal 2 5 Johan Syafri, A.Md BPTP BKL - Peternakan Anggiota

Tim Membantu dalam pelaksanaan survey, tabulasi data

4

6 Bahagia, AMd BPTP BKL - Peternakan Anggiota

Tim Membantu dalam pelaksanaan survey, dan penyelesaian administrasi keuangan

(43)

Lampiran 2

Jadwal Pelaksanaan

Kegiatan

Waktu Pelaksanaan (2011)

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Persiapan: konsultasi, Koordinasi, Pemantapan dokumen perencanaan, quesioner

Pelaksanaan prasurvey dan pre test quesioner

Pelaksanaan survey

Tabulasi dan analisis Data

Evaluasi kemajuan, konsinyasi,seminar hasil pengkajian

(44)

Lampiran 3

REKAPITULASI ANGGARAN

No. Jenis Pengeluaran Volume Satuan Harga

Satuan (Rp) Jumlah (Rp)

1 Belanja Bahan 1 Keg 5,760,000 5,760,000

- ATK, komputer supplies, dan

bahan pembantu lainnya 1 tahun 3,500,000 3,500,000 - Fotokopi, jilid, pengiriman

surat/laporan, dokumentasi 1 tahun 1,760,000 1,760,000 - Konsumsi dalam rangka

persiapan dan pelaksanaan kegiatan

2 kali 250,000 500,000

2 Honor yang Terkait Dengan

Output Kegiatan 1 Keg 4,000,000 4,000,000

- Penyusunan dan pengetikan

laporan 1 kali 2,000,000 2,000,000

- Upah Harian Lepas (UHL) 20 OH 50,000 1,000,000 - Pengolahan dan analisis data 1 kali 1,000,000 1,000,000 3 Belanja Barang non

operasional Lainnya 1 tahun 3,500,000 3,500,000

- Konsumsi, Akomodasi dalam

Rangka Konsinyasi 1 kali 2,000,000 2,000,000

- Sewa Kendaraan 3 kali 500,000 1,500,000

4 Belanja Jasa Profesi 1,000,000

- Narasumber 2 OJ 500,000 1,000,000

5 Belanja perjalanan lainnya 1 Tahun 58,682,000 58,682,000

Perjalanan Konsultasi, Konsolidasi,

Koordinasi di Indonesia

- Perjalanan Luar Provinsi 5 OP 3,864,000 19,320,000 - Perjalanan ke Kabupaten 126 OP 300,000 37,800,000 - Perjalanan pendek 20 OP 78,100 1,562,000

(45)

Lampiran 4

FOTO KEGIATAN SURVEY

Kegiatan FGD di Kabupaten Seluma

(46)

PENILAIAN POHON KEPUTUSAN (DENGAN AHP)

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KEGIATAN USAHATANI BERWAWASAM GENDER (STUDI KASUS PADA PROGRAM SL-PTT PADI DAN

PROGRAM PUAP DI KABUPATEN KEPAHIANG, SELUMA, DAN KOTA BENGKULU)

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) BENGKULU

Gambar

Tabel  1.  Lokasi  survey  Analisis  Peran  Wanita  dalam  Rumah  Tangga  Petani  di  Bengkulu tahun 2011
Tabel 2. Deskripsi Responden Hasil Survey Analisis Peran Wanita di Bengkulu Tahun               2011
Tabel 3.  Peranan  Pria  dan  Wanita  dalam  Usaha  Budidaya  Padi,  Ternak  Sapi  potong,  dan Pengolahan Hasil Pertanian di Bengkulu Tahun 2011
Tabel 5. Matrik SWOT Strategi Pemberdayaan Wanita Tani di Bengkulu Tahun 2011.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Agitasi merupakan kejadian yang sering terjadi pada pasien-pasien dengan skizofrenia akut atau bipolar mania dan jika semakin parah dapat menimbulkan perilaku yang agresif

i) menerangkan penggunaan pelbagai jenis garisan untuk menghasilkan corak secara terancang. menghasilkan corak geomatri melalui teknik garisan dan

Salah satu prinsip pelayanan publik berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M-PAN/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan

Bapak sudah memperhatikan saya.Dengan sesungguh-sungguhnya, saya hormat atas perhatian Bapak." Sembari berkata itu, Taksu menarik tangan saya, lalu di atas telapak tangan

To make sure the data of speaking performance were collected more valid, every student has three rubric that scored by the teacher, the researcher and a volunteer

defenisi ‘Penunjukan perwakilan masyarakat’ Ismu Zulfikar (Chairperson/Smart) Panduan untuk seluruh kriteria 2.3 diambil dari versi terjemahan dengan. ditambahkan

Memebedakan fakta dan opini dalam bacaan 11 Menginterpret asikan informasi baik yang saling mendukung maupun yang berlawanan Menyesuaikan bahan yang dibaca dengan

Sumber data primer penelitian ini, penulis peroleh dari hasil wawancara dengan pemilik sawah dan buruh tani / pekerja, dan melalui kegiatan observasi dengan terlibat