• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian tentang pemanfaatan asap cair sebagai bahan pengawet kayu karet dilakukan melalui perbandingan antara contoh uji tanpa perlakuan dan pemberian asap cair dengan konsentrasi 25% dan 50% dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Persentase Luasan Serangan Jamur (Blue stain) pada Contoh Uji Kayu Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

Hari Pengamatan Tanpa Perendaman Asap Cair

(kontrol) (%) Perlakuan 1 (%) Perlakuan 2 (%) 1 2,34 0,00 0,00 2 4,20 0,00 0,00 3 4,62 0,00 0,00 4 4,98 0,00 0,00 5 5,26 0,00 0,00 6 5,51 0,00 0,00 7 5,75 0,00 0,00 8 6,00 0,00 0,00 9 6,64 0,00 0,00 10 7,08 0,00 0,00 11 7,95 0,00 0,00 12 9,33 0,39 0,00 13 9,66 0,67 0,08 14 9,99 0,94 0,15 15 10,32 1,22 0,23 16 10,98 1,58 0,84 17 11,58 2,09 1,17 18 12,46 2,76 1,52 19 14,33 3,52 2,52 20 14,93 3,79 2,86 21 15,52 4,06 3,20 22 16,12 4,33 3,54 23 18,08 5,05 4,51 24 19,26 5,33 4,96 25 19,79 5,42 5,31 26 20,22 5,74 5,62

Keterangan :

Perlakuan 1 : Contoh Uji direndam dalam larutan asap cair konsentrasi 25% Perlakuan 2 : Contoh Uji direndam dalam larutan asap cair konsentrasi 50%

Dari tabel diatas, luasan serangan jamur pada contoh uji antara contoh uji yang direndam dalam asap cair konsentrasi 25% dan konsentrasi 50% maupun contoh uji tanpa perlakuan dapat digambarkan dalam histogram di bawah ini :

Gambar 1. Perbandingan Peningkatan Serangan Jamur pada Contoh Uji Selama Pengamatan

B. Pembahasan

Melihat hasil dari pengamatan tabel 2, terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara contoh uji tanpa perlakuan dan contoh uji yang direndam dengan asap cair konsentrasi 25% ataupun asap cair konsentrasi 50%. Pada contoh uji tanpa perlakuan (kontrol) luasan serangan jamur selama 26 hari pengamatan terjadi peningkatan yang sangat besar seperti pada histogram berikut :

Gambar 2. Peningkatan Serangan Jamur pada Contoh Uji tanpa perlakuan Pada histogram di atas terlihat serangan jamur (Blue stain) muncul mulai hari pertama pengamatan dengan persentase serangan seluas 2,34% dari seluruh permukaan contoh uji atau sebesar 2,53 cm2. Serangan jamur (Blue

stain) terus meningkat hingga hari terakhir pengamatan, yaitu pada hari ke-26

dengan luasan serangan jamur mencapai 20,22% dari luas seluruh permukaan contoh uji atau sebesar 21,83 cm2. Serangan jamur rata- rata pada setiap hari pengamatan sebesar 0,87% dari luas seluruh permukaan atau sebesar 0,94 cm2. Pada contoh uji tanpa perlakuan ini serangan jamur tertinggi terjadi pada hari pertama pengamatan, yaitu sebesar 2,34% atau seluas 2,53 cm2 dari seluruh permukaan contoh uji. Sedangkan serang jamur terendah terjadi pada pengamatan hari ke-14, yaitu seluas 0,25% dari seluruh permukaan contoh uji atau sebesar 0,27 cm2 (data serangan jamur per hari dapat dilihat pada lampiran halaman 34 - 35). Hal ini membuktikan bahwa kayu karet rentan terhadap

serangan jamur sehingga memerlukan proses pengawetan untuk meningkatkan kualitas keawetannya.

Pada contoh uji yang direndam di dalam larutan pengawet berbahan asap cair selama 24 jam dengan konsentrasi 25% terlihat hasil yang jauh lebih baik dibandingkan dengan contoh uji tanpa perlakuan. Tingkat efektivitas dari perlakuan 1 dapat dilihat dalam histogram di bawah ini :

Gambar 3. Peningkatan Serangan Jamur pada Contoh Uji dengan Perendaman dalam Asap Cair Konsentrasi 25%

Pada histogram di atas terlihat serangan jamur baru muncul pada hari ke-12 pengamatan dilakukan. Serangan jamur yang muncul pada hari ke-12 seluas 0,39% dari luas seluruh permukaan contoh uji atau sama dengan 0,42 cm2. Setelah hari ke-12 serangan jamur terus meningkat dengan luas serangan rata-rata per hari sebesar 0,46% atau sama dengan 0,49 cm2 dari luas seluruh permukaan contoh uji. Sampai hari ke-26 serangan jamur mencapai 5,74% dari luas seluruh permukaan contoh uji atau sebesar 6,2 cm2. Pada perlakuan ini serangan jamur tertinggi terjadi pada pengamatan hari ke-15 dengan luasan

serangan sebesar 0,83% atau sama dengan 0,89 cm2. Sedangkan serangan jamur terendah terjadi pada hari pengamatan ke-25 dengan luasan serangan sebesar 0,09% atau sama dengan 0,1 cm2 (data serangan jamur per hari dapat dilihat pada lampiran halaman 34 - 35). Dengan data ini diketahui bahwa asap cair konsentrasi 25% mampu menghambat pertumbuhan jamur (Blue stain) dibandingkan dengan tanpa diberi perlakuan apapun.

Pada contoh uji dengan perendaman di dalam larutan asap cair konsentrasi 50% terjadi hasil sedikit lebih baik dibandingkan dengan contoh uji yang direndam dalam larutan asap cair yang dapat dilihat dari histogram di bawah ini :

Gambar 4. Peningkatan Serangan Jamur pada Contoh Uji dengan Perendaman dalam Asap Cair Konsentrasi 50%

Pada histogram di atas diketahui bahwa serangan jamur baru muncul pada hari ke-13 pengamatan dilakukan. Luasan serangan jamur pada hari ke-13 sebesar 0,08% atau sama dengan 0,09 cm2. Setelah hari ke-13 serangan jamur meningkat dengan rata-rata luas serangan jamur per hari sebesar 0,46% atau

seluas 0,5 cm2 sama dengan contoh uji dengan perlakuan perendaman dalam asap cair konsentrasi 25%. Sampai hari ke-26 luas serangan jamur mencapai 5,62% atau sebesar 6,1 cm2 sedikit lebih rendah dibandingkan dengan contoh uji dengan perlakuan perendaman dalam asap cair konsentrasi 25% dan jauh sangat efektif dibandingkan dengan contoh uji tanpa perlakuan apapun dengan luasan jamur mencapai 20,22% atau sebesar 21,84 cm2 dari luas seluruh permukaan contoh uji. Pada perlakuan ini serangan jamur tertinggi terjadi pada pengamatan hari ke-22 dengan luasan serangan sebesar 1,02% atau sama dengan 1,1 cm2. Sedangkan serangan jamur terendah terjadi pada hari pengamatan ke-13 dengan luasan serangan sebesar 0,08% atau sama dengan 0,09 cm2 (data serangan jamur per hari dapat dilihat pada lampiran halaman 34 - 35).

Jika dibandingkan antara 3 pengujian di atas, serangan jamur per hari tertinggi dialami oleh contoh uji tanpa perlakuan sedangkan serangan jamur terendah terjadi pada contoh uji dengan perlakuan perendaman selama 24 jam di dalam larutan pengawet asap cair konsentrasi 50%. Tetapi serangan jamur rata-rata per hari pada perlakuan 1 dan 2 sama, yaitu sebesar 0,46% atau seluas 0,5 cm2 sedangkan pada contoh uji tanpa perlakuan hampir dua kali lipatnya, yaitu sebesar 0,87% atau seluas 0,94 cm2 (data serangan jamur per hari dapat dilihat pada lampiran halaman 34 - 35).

Dalam metode perendaman ini terjadi perubahan warna pada contoh uji. Warna pada contoh uji menjadi lebih gelap. Hal ini dikarenakan warna pada asap cair grade 3 dari kayu karet yang berwarna cokelat kehitaman masih mengandung banyak tar sehingga mempengaruhi warna benda yang direndam kedalamnya.

adalah Nancy dan Gunawani (2012), dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa sangat penting sebagai sebuah proses utama pada kayu karet adalah dengan melakukan pengawetan menggunakan bahan pengawet baik kimia maupun organik agar menghindarkan kayu karet dari Blue stain atau serangga pemakan kayu.

Asap cair memiliki kemampuan untuk mengawetkan kayu dan membuat warna kayu menjadi lebih gelap juga diperkuat dengan hasil penelitian yang diungkapkan oleh Manshuri (2010), yaitu asap cair digunakan sebagai bahan pengawet karena mengandung senyawa fenol, asam dan karbonil. Senyawa fenol dalam asap cair berperan sebagai antioksidan sehingga mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh proses oksidasi. Asam dalam asap cair mempengaruhi umur simpan produk yang diawetkan dengan asap cair. Sedangkan karbonil mempengaruhi warna produk asapan. Warna pada kayu mengalami penuaan menjadi lebih gelap setelah diawetkan menggunakan asap cair dengan metode perendaman maupun pencelupan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait