• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Kondisi Wilayah

Desa Percut adalah salah satu desa yang terdapat pada Kecamatan Percut Sei Tuan , Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Desa ini terletak di dataran rendah dengan ketinggian ± 6 mdpl. Luas desa sebesar 1321,9 Ha dengan batas administrasi sebagai berikut :

Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Selatan : Kecamatan Batang Kuis dan Pantai Labu Sebelah Timur : Kecamatan Labuhan Deli dan Kota Medan Sebelah Barat : Kota Medan

Tabel 3. Penggunaan Lahan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%)

Lahan Sawah 450,1 34,0

Kebun Campuran 767,5 58,1

Pemukiman 104,3 7,9

Total 1321,9 100

Dari Hasil Survey lokasi yang dilakukan (Tabel 3) diperoleh bahwa penggunaan lahan di Desa Percut diantaranya adalah lahan sawah seluas 450,1 Ha (34,0%), kebun campuran seluas 767,5 (58,1%) dan Pemukiman seluas 104,3 (7,9%). Peta penggunaan lahan di Desa Percut dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut :

19

Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Dari hasil kuisioner yang dilakukan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang (Lampiran 3). Hasil analisis statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Produksi, Produktivitas dan Pemupukan di Desa Percut

Min Max Rataan Std. Deviasi CV (%)

Luas lahan (Ha) 0,2 1,1 0,5 0,2 0,4

Produksi (ton) 1,6 6,4 3,3 1,5 0,5

Produktivitas (ton/Ha) 3,5 8,0 6,3 1,6 0,3

Urea (kg/ha) 89,2 333,3 212,2 48,1 0,2

ZA (kg/ha) 83,3 333,3 174,5 62,8 0,4

TSP (kg/ha) 89,2 333,3 199,2 67,4 0,3

KCl (kg/ha) 167,2 250,2 177,1 103,1 0,6

Phonska(kg/ha) 62,5 125,0 107,6 27,7 0,3

NPK (kg/ha) 62,5 167,0 104,2 51,0 0,5

Sumber : Olahan Data Kuisioner

Dari Tabel 4 diketahui bahwasanya didapat nilai rata-rata dari kuisioner yang dilakukan yaitu luas lahan 0,5 Ha, produksi 3,3 ton, produktivitas 6,3 ton/Ha. Nilai CV yang didapat dari semua analisis termasuk kecil berarti tingkat ketelitian pada percobaan yang dilakukan tinggi. Pemupukan di Desa Percut terdapat 6 jenis pupuk yang digunakan yaitu Urea, ZA, TSP, KCl, Phonska dan NPK. Petani di Desa percut tidak memiliki dosis tetap dalam pemberian pupuk, karena keadaan ekonomi yang berbeda –beda dari petani sehingga tidak menentu dalam pemberian pupuk terhadap tanaman yang dikelolanya sesuai dengan kemampuan ekonomi finansial dari masing – masing petani.

Kandungan P2O5 pada Lahan Sawah Desa Percut

Hasil analisis kandungan P-potensial tanah dilahan sawah Desa Percut kecamatan Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Hara Kandungan P2O5 ( % ) Minimum Maksimum Rata-Rata Std.Deviasi CV (%) P2O5 (mg/100g tanah) 10 130 39,52 32,93 0,83

Dari Tabel 5 diketahui nilai terendah kandungan P2O5 terdapat pada sampel 8, 11 dan 12 yaitu 10 mg/100g tanah dan nilai tertinggi pada sampel 4 yaitu 130 mg/100g tanah. (Lampiran 5).

Dari hasil analisis tanah yang didapat pada lahan sawah di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, didapatkan hasil sebagai berikut yang digolongkan berdasarkan kriteria Pusat Penelitian Tanah (1992) (Lampiran 4) dapat dilihat pada Tabel 6 :

21

Tabel 6. Luas Status Hara Kandungan P-potensial Kriteria

P2O5

Luas

(ha) (%)

Rendah 65 14

Sedang 278 62

Tinggi 107 24

Total 450 100

Pada Tabel 6 diatas diketahui bahwa kandungan P2O5 pada Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dapat digolongkan menjadi tiga kriteria yaitu rendah, sedang dan tinggi. Kriteria rendah mempunyai luasan 65 ha atau 14 % dari total wilayah, kriteria sedang mempunyai luasan 278 ha atau 62

% dari total wilayah, dan kriteria tinggi mempunyai luasan 107 ha atau 24 % dari total wilayah. Pola penyebarannya dapat dilihat pada Gambar 3 berikut :

Gambar 3. Peta Penyebaran Hara P-potensial

Kandungan K2O pada Lahan Sawah Desa Percut

Hasil analisis kandungan K-potensial tanah dilahan sawah Desa Percut kecamatan Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Hara Kandungan K2O ( % ) Minimum Maksimum Rata-Rata Std.Deviasi CV (%)

K2O (mg/100g tanah) 10 40 24,76 6,79 0,27

Dari Tabel 7 diketahui nilai terendah kandungan K2Oterdapat pada sampel 2 yaitu 10 mg/100g tanah dan nilai tertinggi pada sampel 21 yaitu 40 mg/100g tanah (Lampiran 7).

Dari analisis tanah yang didapat pada lahan sawah di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, didapatkan hasil sebagai berikut yang digolongkan berdasarkan kriteria Pusat Penelitian Tanah (1992) (Lampiran 6) dapat dilihat pada Tabel 8 :

Tabel 8. Luas Status Hara Kandungan K-potensial Kriteria Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dapat digolongkan menjadi tiga kriteria yaitu rendah, sedang dan tinggi. Kriteria rendah mempunyai luasan 22 ha atau 4% dari total luasan wilayah, sedang mempunyai luasan 214 ha atau 48 % dari total luasan wilayah dan kriteria tinggi mempunyai luasan yang sama dengan

23

Gambar 4. Peta Penyebaran Hara K-potensial

Nilai Korelasi P2O5, K2O, TSP, KCL, NPK dan Produksi

Dari hasil analisis dengan uji korelasi antara P2O5, K2O, TSP, KCL, NPK dan Produksi yang dilakukan diperoleh hasil pada Tabel 9 dibawah ini :

Tabel 9. Nilai Korelasi P2O5, K2O, TSP, KCL, NPK dan Produksi

Dari Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa nilai korelasi antara P2O5 dengan K2O adalah 0,14, P2O5 dengan TSP adalah 0,03, P2O5 dengan KCL adalah 0, P2O5

dengan NPK adalah 0,54, P2O5 dengan produksi adalah 0,24, K2O dengan TSP adalah 0,02, K2O dengan KCL adalah 0, K2O dengan NPK adalah -0,24, K2O dengan produksi adalah 0,12, TSP dengan KCL 0, TSP dengan NPK adalah 0, TSP dengan produksi adalah -0,53, KCL dengan NPK adalah 0, KCL dengan produksi adalah 0, NPK dengan produksi adalah -0,24.

Pembahasan

Tanah di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang di analisis status hara P dan K tanahnya dengan menggunakan metode ekstrak HCl 25 % karena menurut Al-Jabri (2013) ekstraksi tanah menggunakan larutan HCL 25 % adalah cara yang paling tepat untuk menetapkan status hara P dan K tanah. Korelasi tertinggi antara hasil uji tanah dengan ketepatan rekomendasi pemupukan dicapai pada ekstrak tersebut dibandingkan ekstrak lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian uji P dan K untuk lahan sawah intensifikasi di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang didapatkan hasil status kandungan hara rendah, sedang dan tinggi. Oleh karenanya rekomendasi

25

pemupukan P untuk tanah sawah berstatus P rendah, sedang, dan tinggi berturut-turut adalah 100, 75, dan 50 kg SP-36/ha yang diberikan pada setiap musim tanam sesuai pada Tabel 1.

Sedangkan untuk rekomendasi pemupukan K pada lahan sawah intensifikasi di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang berstatus K rendah adalah 50 kg KCL/ha yang diberikan pada status K yang rendah setiap musim tanam apabila jerami dikembalikan, dan diberikan pupuk berturut-turut pada status hara rendah, sedang dan tinggi adalah 100, 50 dan 50 apabila jerami tidak dikembalikan sesuai pada Tabel 2.

Pada Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang diketahui memiliki sebagian besar lahan sawah yang memiliki status hara P rendah adalah sekitar 14 %, sedang 62 % dan tinggi 24 %, sehingga membutuhkan pupuk SP-36 100 kg/ha untuk status hara P2O5 rendah, membutuhkan pupuk SP-36 75 kg/ha untuk status hara P2O5 sedang dan membutuhkan pupuk SP-36 50 kg/ha untuk status hara P2O5 tinggi.

Pada Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang diketahui memiliki sebagian besar lahan sawah yang memiliki status hara K rendah yaitu sekitar 4 %, sedang 48 % dan tinggi 48 %, sehingga membutuhkan pupuk KCl pada status hara rendah sebanyak 50 kg/ha. Karena diketahui pada Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang jerami pada lahan sawah dijadikan pupuk, sehingga pupuk K tidak dibutuhkan lagi pada lahan dengan status hara tinggi dan sedang karena jerami dikembalikan ke lahan sawah (Lampiran 3).

Rekomendasi pemupukan dapat digunakan sebagai dasar pemupukan bagi para petani untuk menghemat pengeluaran, seperti pemberian pupuk KCl yang mencapai 250 kg/ha (Lampiran 3) dapat dikurangi menjadi 50 kg/ha bagi status kandungan hara rendah dan tidak perlu dilakukan pemupukan apabila jerami dikembalikan ke lahan. Hal ini sesuai dengan literatur Ariawan et al (2016) yang menyatakan bahwa Pemupukan kalium pada tanah yang berstatus kalium rendah, kemungkinan untuk memperoleh tanggap pemupukan kalium cukup besar, sedangkan pada tanah yang berstatus kalium sedang dan tinggi tidak perlu diberi pupuk kalium karena kebutuhan kalium padi sawah sudah terpenuhi dari kalium tanah, sumbangan kalium dari air irigasi dan pengembalian jerami sisa panen.

Dari hasil yang diperoleh di lapangan diketahui bahwa para petani di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tidak memiliki dosis tetap dalam pemberian pupuk, karena keadaan ekonomi yang berbeda – beda dari petani sehingga tidak menentu dalam pemberian pupuk terhadap tanaman yang dikelolanya sesuai dengan kemampuan ekonomi finansial dari masing – masing petani. Pemberian pupuk berlebih dan tidak memiliki dosis yang tetap juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan hara tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Sukarman et al (2012) yang menyatakan bahwa status hara tanah sangat dipengaruhi oleh tingkat pengelolaan tanah yang dilakukan petani. Lahan sawah yang dikelola secara intensif dan dipupuk terus menerus diduga mengalami peningkatan kadar hara tanah, terutama kadar P dan K, serta mengalami ketidakseimbangan hara.

Dari hasil korelasi antara P2O5 dengan produksi pada Tabel 9 menunjukkan hasil 0,24 dalam arti tidak terjadi hubungan antara P2O5 dengan

27

produksi. Keadaan seperti ini disebabkan karena penggunaan pupuk P terus-menerus yang tidak sesuai dengan rekomendasi menyebabkan ketidakseimbangan hara tanah yang mengakibatkan produksi menurun. Hal ini sesuai dengan literatur Sofyan et al (2004) yang menyatakan bahwa Pemupukan P dan K secara terus-menerus pada tiga dasa warsa terakhir ini menyebabkan sebagian besar lahan sawah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Lombok dan Bali berstatus hara P dan K tinggi. Selain itu penggunaan pupuk P dan K terus-menerus menyebabkan ketidakseimbangan hara tanah. Ketidakseimbangan hara disinyalir mengakibatkan terjadinya pelandaian produktivitas (leveling off) padi sawah.

Kadar hara P dan K yang tinggi menyebabkan ketersediaan hara mikro seperti Zn dan Cu tertekan.

Dari hasil korelasi antara K2O dengan produksi pada Tabel 9 menunjukkan hasil 0,12. Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara K2O dengan produksi. Keaadan seperti ini diduga karena tingginya tingkat salinitas pada lahan sawah berdasarkan hasil wawancara kepada petani yang ada di Desa Percut. Hal ini sesuai dengan literatur wibowo dkk (2013) yang menyatakan bahwa, pengaruh salinitas tinggi pada tanaman menunjukkan tinggi konsentrasi salinitas pertambahan tinggi tanaman semakin menurun yang diduga disebabkan oleh terlarutnya garam sehingga menurunkan potensial air, yang berakibat tanaman sulit menyerap, rusaknya membran sel dan menyebabkan sifat selektivitas membran sel berkurang. Keadaan ini dapat mengakibatkan pengambilan ion menjadi berlebih dan dapat meracuni tanaman, sehingga dapat menghentikan pertumbuhan sel. Pada pengaruh berat kering, menurunnya berat kering diduga karena menurunnya laju fotosintesis. Salinitas menyebabkan kekurangan air pada

tanaman terutama pada organ daun, sehingga mendorong penutupan stomata.

Penutupan stomata akan menghalangi masuknya CO2, sehingga menurunkan kecepatan fotosintesis. Menurunnya luas daun total merupakan tanggapan tanaman terhadap penyediaan air, penyediaan air ini diduga karena sel-sel daun yang masih muda dan sedang mengadakan pembentangan mengalami cekaman air akibat salinitas. Keadaan ini menyebabkan pembesaran dan pemanjangan sel muda yang tidak maksimal.

29

Dokumen terkait