• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMETAAN STATUS HARA P DAN K PADA LAHAN SAWAH DI DESA PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMETAAN STATUS HARA P DAN K PADA LAHAN SAWAH DI DESA PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI OLEH :"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PEMETAAN STATUS HARA P DAN K PADA LAHAN SAWAH DI DESA PERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI

SERDANG

SKRIPSI

OLEH :

FARHAN HAFIDZ NASUTION 150301096

ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(2)

SKRIPSI

OLEH :

FARHAN HAFIDZ NASUTION 150301096

ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

and Indonesian Oil Palm Research Institute Laboratory. Conducted on Mei to August 2019. Soil sampling was done with free grid of storey level semi detail method. Parameters were soil phosphate (HCl 25%) and Soil Pottasium (HCl 25%) and questioner of paddy field. The data was analyzed with interpolation method.

The result showed that soil phosphorus spread divided into three criteria’s, respectively low, medium and high. In the low criteria was 14%, 62%

for medium and 24% for high. While in soil potasium spread divided into three criteria’s, the low criteria was 4%, 48% for medium and 48% for high.

Keywords: Soil Phosphorus, Soil Pottasium, Interpolation

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran kandungan fosfor dan kalium tanah dilahan sawah. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang serta Laboratorium Sistem Informasi Geografis dan Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.

Dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2019. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Survei Grid Bebas tingkat survei semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel tiap 25 Ha). Parameter pengamatan fosfat (HCl 25%) dan kalium (HCl 25%) serta kuisener pola managemen lahan. Analisis data menggunakan metode Interpolasi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa penyebaran fosfor tanah terbagi atas tiga kriteria yaitu rendah, sedang dan tinggi dengan persentasi luas untuk 14%

rendah, 62% sedang dan 24% tinggi. Sedangkan kalium tanah terbagi atas tiga kriteria yaitu 4% rendah, 48% sedang dan 48% tinggi.

Kata Kunci : Fosfor Tanah, Kalium Tanah, Interpolasi

(6)

Utara dari ayah Muhammad Fauzi Nasution dan Halimah Lubis. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh hingga saat ini adalah:

menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Kemala Bhayangari 1 Medan, Kota Medan pada tahun 2009, menyelesaikan pendidikan SLTP di SMP Swasta Eria Medan, Kota Medan pada tahun 2012, menyelesaikan pendidikan SLTA di SMA Negeri 13 Medan, Kota Medan pada tahun 2015. Terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Pertanian di Jurusan Agroteknologi pada tahun 2015 melalui jalur SNMPTN.

Semasa kuliah, penulis pernah aktif sebagai Anggota Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK), anggota Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (FOKUSHIMITI) serta sebagai asisten praktikum di Laboratorium Biologi Tanah.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT. Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) Unit Usaha Dolok Ilir, Simalungun pada tahun 2018, dan melaksanakan Kuliah Kera Nyata (KKN) di Kelurahan Lubuk Raya, Kota Tebing Tinggi pada tahun 2019.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul skripsi ini adalah “Pemetaan Status Hara P dan K Pada Lahan Sawah di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Supriadi, MS, selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak Dr. Ir. Razali, MP,selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan saran sehingga skripsi ini dapat selesai.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh Karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, September 2019

Penulis

(8)

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penulisan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan ... 4

Produktivitas Padi Sawah ... 6

Lahan Sawah ... 8

Fosfor (P) ... 11

Kalium (K) ... 12

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian ... 15

Pelaksanaan Penelitian... 15

Persiapan ... 15

Survei dan Pengambilan Sampel di Lapangan ... 16

Parameter yang di Amati ... 16

Pengolahan Data ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 18

(9)

Kandungan P2O5 Pada Lahan Sawah Desa Percut ... 20

Kandungan K2O Pada Lahan Sawah Desa Percut ... 22

Nilai Korelasi P2O5, K2O, TSP, KCL, NPK dan Produksi ... 23

Pembahasan ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 28

Saran ... 28 DAFTAR PUSTAKA

(10)

2.

3.

4 . 5.

6.

7.

8.

9

kelas status hara P tanah rendah, sedang, dan tinggi Rekomendasi pupuk KCL untuk padi sawah pada kelas status hara K tanah rendah, sedang, dan tinggi

Penggunaan Lahan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Hasil Analisis Statistik Deskriptif Produksi, Produktivitas dan Pemupukan di Desa Percut

Hasil Analisis Statistik Deskriptif Hara Kandungan P2O5

Luas Status Hara Kandungan P-potensial

Hasil Analisis Statistik Deskriptif Hara Kandungan K2O

Luas Status Hara Kandungan K-potensial

Nilai Korelasi antara P2O5 dan K2O, TSP, KCL, NPK dan Produksi

13 18 19 20 21 22 22 24

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

1.

2.

3.

4

Peta Administrasi Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Peta Penggunaan Lahan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Peta Penyebaran Hara P-potensial Peta Penyebaran Hara K-potensial

14

19 21 23

(12)

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

25%

Kuisioner Data Kuisioner

Kriteria Kelas Status Hara P Tanah Sawah

Hasil Analisis Status Kandungan Hara P-potensial Kriteria Kelas Status Hara K Tanah Sawah

Hasil Analisis Status Kandungan Hara K-potensial Data Kandungan Hara P2O5, K2O dan Produksi Peta Pengambilan Titik Sampel

Peta Jenis Tanah

Dokumentasi Kegiatan Lapangan

34 35 36 36 37 37 38 39 40 41

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Lahan sawah adalah salah satu andalan untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional terutama komoditas strategis seperti beras, jagung dan kedelai.

Lahan sawah digunakan untuk menanam padi sawah secara terus – menerus sepanjang tahun. Berdasarkan hasil audit lahan sawah (BPS Sumatera Utara, 2018) Produktivitas tanaman padi di indonesia yaitu sebesar 53,14 kuintal/Ha dengan total luas lahan sawah sebesar sebesar 8,1 juta Ha. Semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk mengakibatkan semakin rendahnya juga lahan sawah produktif dikarenakan banyak beralih fungsi, hal ini yang akan mengancam posisi ketahanan pangan nasional.

Produktivitas lahan sawah dapat menurun akibat dari: pengurasan dan defisit hara karena yang terbawa panen lebih banyak daripada hara yang diberikan melalui pemupukan atau penambahan dari air irigasi. Kemudian kelebihan pemberian hara tertentu dan kekurangan hara lainnya karena pemupukan yang tidak berimbang dan penurunan kadar bahan organik tanah. Degradasi tersebut

tidak saja mengancam kuantitas (produktivitas) hasil padi, tetapi juga kualitasnya (Agus et al., 2009).

Pemupukan P dan K secara terus-menerus pada tiga dasa warsa terakhir ini menyebabkan sebagian besar lahan sawah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Lombok dan Bali berstatus hara P dan K tinggi. Selain itu penggunaan pupuk P dan K terus-menerus menyebabkan ketidakseimbangan hara tanah.

Ketidak seimbangan hara disinyalir mengakibatkan terjadinya pelandaian produktivitas (leveling off) padi sawah. Kadar hara P dan K yang tinggi menyebabkan ketersediaan hara mikro seperti Zn dan Cu tertekan. Hasil penelitian

(14)

pada lahan sawah intensifikasi baik di Jawa maupun di luar Jawa menunjukkan bahwa sebagian besar tanaman padi sudah tidak tanggap terhadap pemupukan P dan K. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan menjaga hasil padi sawah tetap tinggi maka rekomendasi pemupukan padi pada lahan sawah intensifikasi perlu disusun berdasarkan status hara tanah. Hal ini dapat dilakukan apabila tersedia peta status hara tanah skala operasional (1:50.000) pada lahan sawah intensifikasi. Status hara tanah dapat ditentukan dengan serangkaian penelitian uji tanah (Sofyan et al., 2004).

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah sentra penghasil beras di Sumatera Utara. Mayoritas penduduk disana memiliki mata pencaharian sebagai petani dilahan sawah, seiring dengan bertambahnya penduduk dengan kondisi produksi yang tetap dianggap belum mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk.

Desa Percut merupakan desa yang berada di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, yang memiliki luas 1357,6 Ha dengan komoditi padi sawah 470 Ha. Produksi padi sawah di Desa Percut masih dikatakan tergolong rendah, umumnya produksi 3-4,5 ton/Ha yang masih dibawah rata-rata produktivitas nasional sebesar 5,31 ton/Ha (BPS,2018).

Berdasarkan uraian diatas peneliti melakukan survei dan analisis tanah untuk memetakan sebaran kandungan status hara P dan K pada lahan sawah di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang penyebaran kandungan status hara P dan K pada lahan sawah di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

(15)

3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat peta sebaran status kandungan hara P dan K pada lahan sawah di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Kegunaan Penelitian

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan untuk rekomendasi pemupukan P dan K pada lahan sawah.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan

Survei pada umumnya dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atau populasi untuk mewakili seluruh populasi. Dengan demikian, penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 2006).

Tujuan utama dari survei tanah adalah (1) membuat semua informasi spesifik yang penting tentang tiap-tiap macam tanah terhadap penggunaannya dan sifat-sifat lainnya sehingga ditentukan pengelolaannya (2) menyajikan uraian satuan peta sedemikian rupa sehingga dapat diinterpretasikan oleh orang-orang yang memerlukan fakta-fakta mendasar tentang tanah (Rayes, 2007).

Kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan respon atau tanggapan atas daftar pertanyaan tersebut. Daftar pertanyaan dapat bersifat terbuka, yaitu jika jawaban tidak ditentukan sebelumnya oleh peneliti dan dapat bersifat tertutup, yaitu alternatif jawaban telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti (Noor, 2011).

Pengambilan contoh tanah adalah salah satu bagian yang sangat penting dalam penelitian tanah khususnya dalam kegiatan survei dan pemetaan tanah.

Dalam pengambilan contoh tanah, refleksi dari satu titik pengamatan yang hanya diwakili oleh beberapa kilogram tanah kredibilitasnya dianggap mewakili wilayah yang luasnya mencapai puluhan, ratusan atau ribuan hektar, tergantung dari

(17)

5

tingkat atau skala pemetaan tanah. Contoh tanah yang diambil harus dapat mewakili (representiative) satuan-satuan tanah (Balai Penelitian Tanah, 2004).

Rayes (2007) menyatakan bahwa terdapat tiga metode yang digunakan dalam survei tanah, yakni metode Grid Kaku, Fisiografi (Interpretasi Foto Udara/IFU), dan Grid Bebas.

1. Metode Grid Kaku, dilakukan dengan pengambilan contoh tanah yang secara sistematik dirancang dengan mempertimbangkan kisaran spasial autokorelasi yang diharapkan. Jarak pengamatan teratur dengan pola persegi (rectangular grid) dengan interval titik pengamtan berjarak sama pada arah horizontal dan

vertikal.

2. Metode Fisiografi (IFU), dilakukan dengan interpretasi foto udara untuk mendelienasi landform pada daerah yang disurvei, diikuti dengan peninjauan lapangan terhadap komposisi satuan peta hanya pada daerah pewakil, sehingga tidak semua delineasi dikunjungi.

3. Metode Grid Bebas, merupakan perpaduan metode grid Kaku dan fisiografi yang umumnya diterapkan pada survei tingkat semidetail hingga detail.

Pengamatan di lapangan dilakukan seperti Grid Kaku, tetapi jarak pengamatan tidak perlu sama dalam dua arah tergantung pada fisiografi daerah survei. Jika terjadi perubahan fisiografi yang menyolok dalam jarak dekat, perlu pengamatan lebih rapat, sedangkan jika landform cenderung seragam maka jarak pengamatan dapat berjauhan. Sehingga, kerapatan pengamatan disesuaikan menurut kebutuhan skala survei yang dilaksanakan serta tingkat kerumitan pola tanah di lapangan

(18)

Pemetaan adalah ilmu yang mempelajari kenampakan muka bumi yang menggunakan suatu alat dan menghasilkan informasi yang akurat. Dengan kata lain, pemetaan dan ilmu geografi itu sama karena sama-sama membahas sesuatu yang berada di dalam atau di atas bumi selama hal tersebut mempengaruhi permukaan bumi (Ambarwati dan Yar, 2016).

Peta digital adalah representasi fenomena geografik yang disimpan untuk ditampilkan dan dianalisis oleh komputer digital (Nuryadin, 2005). Beberapa kelebihan penggunaan peta digital dibandingkan dengan peta analog (yang disimpan dalam bentuk kertas atau media cetakan lain), antara lain dalam hal : 1.

Peta digital kualitasnya tetap. Tidak seperti kertas yang dapat terlipat, memuai atau sobek ketika disimpan, peta digital dapat dikembalikan ke bentuk asalnya kapanpun tanpa ada penurunan kualitas; 2. Peta digital mudah disimpan dan dipindahkan dari satu media penyimpanan yang satu ke media penyimpanan yang lain. Peta analog yang disimpan dalam bentuk gulungan gulungan kertas misalnya, memerlukan ruangan yang lebih besar dibanding dengan jika peta tersebut disimpan sebagai peta digital dalam sebuah hard disk; 3. Peta digital lebih mudah diperbarui. Penyuntingan untuk keperluan pemutakhiran data atau perubahan sistem koordinat misalnya, dapat lebih mudah dilakukan menggunakan perangkat lunak tertentu (Nuryadin, 2005).

Produktivitas Padi Sawah

Produktivitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor antara lain kualitas bibit, pupuk, jenis teknologi yang digunakan, ketersediaan modal, kualitas infrastruktur dan tingkat pendidikan/pengetahuan petani/buruh tani.

(19)

7

Selain faktor faktor tersebut praktek manajemen (pemupukan, pemberian pestisida dan sebagainya) juga sangat mempengaruhi produktivitas (Tambunan, 2003).

Produktivitas lahan diantaranya dapat dibedakan kedalam faktor: tanah, iklim dan topografi.

a. Tanah

Substansi tanah terdiri dari empat komponen utama yang mendukung hidupnya tumbuhan, yaitu bahan mineral, bahan organik, air dan udara. Posisi dan keadaan komponen-komponen tersebut sangat menentukan kesuburan tanah atau penggunaan tanah untuk macam - macam usahatani (Hanafie, 2010). Tanah dapat dinilai berdasarkan tekstur lapisan atas dan bawah, atau pada kedalaman lapisan kedap air jika lapisan-lapisan tersebut terdapat pada kedalaman < 1,5 meter.

Faktor - faktor tersebut sangat penting pengaruhnya terutama untuk penahanan air, perkembangan akar tanaman, keadaan drainase, dan sifat-sifat fisik tanah (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

b. Iklim

Iklim merupakan salah satu unsur sumber daya alam yang sangat penting dalam bidang pertanian. Iklim dapat didefinisikan sebagai keadaan cuaca rata-rata di suatau tempat. Unsur - unsur iklim terdiri dari radiasi, suhu, kelembapan udara, awan, curah hujan, penguapan, tekanan udara, dan angin. Karakteristik iklim sangat berpengaruh terhadap kehidupan tanaman pertanian (Hanafie, 2010).

c. Topografi

Faktor topografi diantaranya terdiri dari faktor kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk lereng. Pada dasarnya lereng yang lebih curam selain menghendaki tenaga dan ongkos yang lebih besar dalam pengelolaannya juga

(20)

akan menyebabkan lebih sulitnya pengaturan air dan lebih besarnya masalah erosi yang dihadapi (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).

Lahan Sawah

Lahan sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija.

Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah pertanian dan sebagainya. Segala macam jenis tanah dapat disawahkan asalkan air cukup tersedia. Kecuali itu padi sawah juga ditemukan pada berbagai macam iklim yang jauh lebih beragam dibandingkan dengan jenis tanaman lain. Karena itu tidak mengherankan bila sifat tanah sawah sangat beragam sesuai dengan sifat tanah asalnya (Hardjowigeno dan Rayes, 2005).

Lahan sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan membuat saluran-saluran drainase. Sawah yang airnya berasal dari air irigasi disebut sawah irigasi, sedang yang menerima langsung dari air hujan disebut sawah tadah hujan.

Di daerah pasang surut ditemukan sawah pasang surut, sedangkan yang dikembangkan di daerah rawa-rawa lebak disebut sawah lebak (Agus et al., 2004).

Lahan sawah di Indonesia pada umumnya sudah diusahakan sangat lama sejak puluhan bahkan ratusan tahun lalu yang sesungguhnya merupakan suatu sistem lahan berkelanjutan karena penyediaan dan peredaran hara yang lebih efisien, rendahnya perkolasi dan pencucian hara karena adanya tapak bajak, terjadinya penambahan hara secara alami dari air irigasi. Namun karena pengelolaan yang kurang tepat, lahan sawah mengalami degradasi yang sering

(21)

9

disebut tanah sakit (soil fatique). Degradasi lahan sawah dapat disebabkan oleh:

(1) pengurasan dan defisit hara karena terbawa panen lebih banyak dari hara yang diberikan; (2) kelebihan pemberian hara tertentu dan kekurangan hara lainnya karena pemupukan yang tidak berimbang, dan (3) penurunan kadar bahan organic tanah. Menurunnya kadar bahan organik tanah sawah banyak dipicu oleh peningkatan penggunaan pupuk kimia tanpa diikuti penggunaan pupuk organik (pupuk kandang, pupukhijau dan kompos) yang memadai. Ini berakibat hilangnya berbagai fungsi penting bahan organik dalam memelihara produktivitas tanah yang berujung pada kerusakan fisik, kimia dan biologi tanah (Anny et al., 2010).

Produktivitas suatu lahan sawah ditentukan oleh status kesuburan tanahnya dan juga ditentukan oleh pola pengelolaannya seperti pemupukan,pengolahan lahan, sistem irigasi, dan pengembalian bahan organiknya. Di lahan sawah, sumber bahan organik yang paling penting yaitu sisa tanaman yang telah dipanen.

Jerami dan terutama sisa-sisa akar dan tunggul padi yang tertinggal di dalam tanah akan melapuk, menambah sumber bahan organik. Hanya sedikit dari para petani yang menyadari bagaimana besarnya bantuan sistem pengembalian bahan organik terhadap perbaikan tanah mereka. Selain itu, secara spasial perbedaan sistem ragam, jenis tanah dan topografi atau ketinggian tempat juga berpengaruh terhadap kualitas tanah. Terkait dengan bahan organik terhadap proses dekomposisi dan perombakan bahan organik yang dikembalikan kedalam sawah, hubungan karakteristik kesuburan tanah dengan jumlah potensi hara sisa panen yang dikembalikan ketanah sawah perlu diketahui (Wetria et al., 2013).

Pola tanam digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Hanya saja, dalam pengelolaannya diperlukan pemahaman kaedah teoritis

(22)

dan keterampilan yang baik tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan tersebut. Biasanya, pengelolaan lahan sempit untuk mendapatkan hasil atau pendapatan yang optimal maka pendekatan pertanian terpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman merupakan produk utama adalah pendekatan yang bijak (Setyawati dan Asandhi, 2003).

Perubahan kimia yang disebabkan oleh penggenangan tanah sawah sangat mempengaruhi dinamika dan ketersediaan hara untuk tanaman padi. Pada saat tanah sawah tergenang, oksigen yang terdapat dalam pori-pori tanah dan air dikonsumsi oleh mikroba tanah, sehingga menyebabkan terjadinya keadaan anaerob. Menurut Prasetyo, et al., (2004) Penggenangan tersebut mengakibatkan perubahan-perubahan kimia tanah sawah antara lain:

- Penurunan kadar oksigen dalam tanah - Penurunan potensial redoks

- Perubahan pH tanah

- Reduksi besi (Fe) dan mangan (Mn)

- Peningkatan suplai dan ketersediaan nitrogen - Peningkatan ketersediaan fosfor.

Pengaruh positif yang menguntungkan pada sistem sawah adalah terjadinya perubahan pH menjadi menjadi netral (5,5-7,0). Sehingga ketersediaan beberapa unsur hara seperti N, P, K, Fe, Mn dan Mo meningkat. Pengaruh yang merugikan adalah menurunnya S, Zn dan Cu yang terikat sebagai sulfida yang mengendap dan menghilangnya NO3- karena denitrifikasi (Adiningsih et al.,2000).

Ketersediaan unsur pada tanah sawah berkaitan dengan distribusi oksigen pada lapisan olah. Pada saat tanah digenangi air, pertukaran udara yang terjadi

(23)

11

antara tanah, air, dan udara menjadi terhenti dan oksigen dari udara masuk ke dalam tanah melalui genangan air dengan proses difusi. Laju difusi oksigen tersebut adalah sangat rendah, yaitu 10 ribu kali lebih lambat dari pada melalui pori yang berisi udara, sehingga keadaan tanah menjadi anaerob. Oksigen yang terdapat dalam pori-pori tanah dan air dikonsumsi oleh jasad mikro tanah untuk respirasi. Pada saat itu pula, kegiatan mikroba tanah aerob segera diganti oleh mikroba tanah anaerob yang menggunakan energi dari senyawa-senyawa yang mudah tereduksi seperti NO3-, SO42-, Fe3+, dan Mn4+. Senyawa-senyawa tersebut segera direduksi menjadi S2- (sulfida), NO2-

(nitrit), dan Mn2+ (mangan), dan Fe2+ (ferro). Pada tanah dengan kadar besi tinggi, ion Fe2+ (ferro) yang larut dalam air dapat meracuni tanaman. Pengaruh positif yang menguntungkan pada sistem sawah, seperti yang dijelaskan adalah terjadinya perubahan pH tanah menjadi sekitar netral (6,5 – 7,50), ketersediaan beberapa unsur hara seperti N, P, K, Fe, Mn, Si, dan Mo. Pengaruh yang merugikan adalah menurunnya kadar S, Zn, Cu yang terikat pada sulfida yang mengendap dan hilangnya NO3- karena denitrifikasi pada tanah tereduksi, ketersediaan K menjadi meningkat karena adanya pertukaran ion K di komplek jerapan oleh ion ion Fe2+ dan Mn2+. Meningkatnya unsur hara P, disebabkan oleh reduksi ion Fe3+ menjadi ion Fe2+

yang mengakibatkan ikatan Fe-P menjadi lepas (Prasetyo et al., 2004).

Fosfor (P)

Unsur hara fosfor merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan esensial bagi pertumbuhan tanaman. Fosfor sering disebut sebagai kunci kehidupan karena terlibat langsung hampir pada seluruh proses kehidupan. Ia merupakan komponen setiap sel hidup dan cenderung lebih

(24)

ditemui pada biji dan titik tumbuh. Permasalahan yang harus diketahui dari fosfor ini adalah, sebagian fosfor dalam tanah umumnya tidak tersedia untuk tanaman, meskipun jumlah totalnya lebih besar daripada nitrogen (Damanik et al., 2011).

Kekurangan unsur hara P menyebabkan menurunnya produksi buah dan biji.

Gejala yang ditimbulkan akibat kekurangan unsur hara ini yaitu daun muda berwarna merah keunguan, ujung daun nampak seperti terbakar dan daun tua berwarna hitam serta pembentukan buah dan biji berkurang.

Tanaman padi memerlukan hara P sekitar 10% dari jumlah hara N atau K.

Ketersediaan hara P dalam tanah bergantung pada pH tanah, kandungan Fe, Al, dan C, tekstur, senyawa organik dan mikroorganisme tanah. Kondisi perakaran tanaman sangat menentukan kemampuan tanaman menyerap hara. Kebutuhan pupuk P tanaman padi dilahan sawah dapat diduga berdasarkan: (1) jumlah P tersedia dan P immobil dalam tanah yang dapat memasok P tersedia secara kontinyu dalam jangka waktu tertentu sesuai kebutuhan P tanaman, dan (2)

hubungan antara tingkat hasil tanaman dan total serapan hara P (Makarim et al., 2000).

Tabel 1. Rekomendasi pupuk SP-36 untuk padi sawah pada kelas status hara P tanah rendah, sedang, dan tinggi

Jenis Pupuk Takaran Pupuk pada Tanah Berstatus:

Rendah Sedang Tinggi

Kg/Ha/Musim

SP-36 100 75 50

Sumber : Permentan, 2007.

Kalium (K)

Kalium merupakan unsur hara makro ketiga yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak setelah nitrogen dan fosfor, bahkan kadang – kadang melebihi jumlah nitrogen, kadar kalium dalam tanah pada umumnya cukup tinggi,

(25)

13

dan diperkirakan mecapai 2,6 % dari total berat tanah, tetapi kalium yang tersedia dalam tanah cukup rendah. Pemupukan hara nitrogen dan fosfor dalam jumlah besar turut memperbesar serapan kalium dari dalam tanah, ditambah lagi pencucian dan erosi menyebabkan kehilangan kalium semakin besar (Damanik et al., 2011)

Tanaman yang diberi kalium dalam jumlah yang cukup dapat menghasilkan daun yang lebih luas dan kemampuan fotosintesis meningkat.

Meningkatnya proses fotosintesis karena kalium dapat meningkatkan resistensi stomata, sehingga jumlah CO2 yang berdifusi kedalam tanaman lebih banyak sehingga dapat meningkatkan kadar klorofil. Tanaman yang kekurangan kalium akan mengakibatkan tanaman kurang tahan kekeringan daripada tanaman yang kebutuhan kaliumnya tercukupi (Orcutt dan Nilsen, 2000).

Tabel 2. Rekomendasi pupuk KCl untuk padi sawah pada kelas status hara K tanah rendah, sedang, dan tinggi

Jenis Pupuk Takaran Pupuk pada Tanah Berstatus:

Rendah Sedang Tinggi

Kg/Ha/Musim KCl:

-Jerami dikembalikan 50 0 0

-Jerami tidak dikembalikan 100 50 50

Sumber : Permentan, 2007.

(26)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat ± 6 meter diatas permukaan laut dengan jarak dari kota medan ± 24 km di sebelah barat. Pengamatan di lapangan dan analisis tanah di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Waktu penelitian dimulai pada bulan Mei 2019 sampai Agustus 2019. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini :

Gambar 1. Peta Administrasi Desa Percut Kecamatan Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Bahan dan Alat

Adapun Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian dan peta penggunaan lahan skala 1 : 50.000, sampel tanah yang diambil

(27)

15

dari lokasi penelitian, kuisioner petani (Lampiran 2) serta bahan – bahan kimia lainnya yang digunakan untuk analisis di Laboratorium.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System) sebagai alat untuk menentukan koordinat wilayah, bor tanah sebagai alat

untuk mengambil sampel tanah, pisau sebagai alat untuk membantu pengambilan contoh tanah, kamera sebagai alat untuk mendokumentasikan kegiatan di lapangan, kantong plastik sebagai alat untuk wadah sampel tanah, karet gelang sebagai alat untuk mengikat sampel tanah dalam kantong plastik, label dan alat tulis sebagai alat untuk menandai sampel tanah, dan alat laboratorium lainnya untuk analisis tanah.

Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Survey Grid Bebas dengan tingkat survei semi detail (kerapatan pengamatan 1 sampel setiap 25 ha).

Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan.

Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Persiapan

Sebelum pelaksanaan pekerjaan di lapangan, terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan komisi pembimbing, pengadaan peralatan, pengadaan peta, studi literatur, pembuatan Kuisioner untuk petani, persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini, penyusunan rencana kerja yang berguna

(28)

untuk mempermudah pekerjaan secara sistematis sehingga didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

2. Survei dan Pengambilan Sampel di Lapangan

Pekerjaan dimulai dengan survei pendahuluan, yaitu dengan mengadakan orientasi lapangan penelitian. Setelah survei pendahuluan, dilanjutkan dengan pelaksanaan survei utama dengan tujuan utamanya adalah pengambilan contoh tanah. Pelaksanaan pengambilan contoh tanah dengan menggunakan metode acak tersebar pada jarak tertentu sesuai dengan luasan yang telah ditentukan dengan berpedoman pada peta dasar. Pengambilan contoh tanah menggunakan bor tanah pada kedalaman 0 - 20 cm. Pada setiap titik sampel tanah diambil sebanyak ± 2 kg tanah dari setiap titik. Dari tiap pengambilan contoh tanah tersebut, dilakukan pencatatan hasil pembacaan koordinat pada GPS. Peta titik sampel terdapat pada (Lampiran 9).

Pengambilan sampel kuisioner dilakukan terhadap petani yang memiliki lahan sawah sesuai dengan titik sampel yang akan diamati persawahan untuk dapat diwawancarai mengenai teknik pengolahan lahan yang mereka lakukan.

Contoh kuisioner yang akan diberikan ke petani dapat dilihat pada (Lampiran 2).

3. Parameter Yang di Amati

Adapun parameter yang diamati adalah : - P2O5 (metode ekstrak HCl 25%)

- K2O (metode ekstrak HCl 25%) 4. Pengolahan Data

Data hasil analisis laboratorium fosfat dan kalium tanah yang telah yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis spasial menggunakan QGIS

(29)

17

3.60 (Quantum Geografic Information System) dengan teknik interpolasi.

Interpolasi adalah metode untuk mendapatkan data berdasarkan beberapa data yang telah diketahui, interpolasi adalah proses estimasi nilai pada wilayah yang tidak disampel atau diukur, sehingga terbuatlah peta atau sebaran nilai pada seluruh wilayah lahan sawah di Desa Percut kecamatan Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang.

Data hasil analisis laboratorium yang diperoleh kemudian di analsis statistik deskriptif dimulai dengan nilai minimum, maksimum, rataan, standart deviasi dan CV (Coefficient of variation) dengan cara :

- Minimum diambil dari nilai terkecil pada parameter yang dilakukan - Maksimal diambil dari nilai terbesar pada parameter yang diakukan - Rataan didapat dari rumus

- Standart deviasi diperoleh dengan rumus s2 = Keterangan : s2 = varian

s = standar deviasi (simpangan baku) xi = nilai x ke-i

n = jumlah sampel

- CV diperoleh dengan rumus x 100 standart deviasi rataan

total nilai jumlah sampel

n (xi2

) (xi)2 n(n-1)

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Kondisi Wilayah

Desa Percut adalah salah satu desa yang terdapat pada Kecamatan Percut Sei Tuan , Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Desa ini terletak di dataran rendah dengan ketinggian ± 6 mdpl. Luas desa sebesar 1321,9 Ha dengan batas administrasi sebagai berikut :

Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah Selatan : Kecamatan Batang Kuis dan Pantai Labu Sebelah Timur : Kecamatan Labuhan Deli dan Kota Medan Sebelah Barat : Kota Medan

Tabel 3. Penggunaan Lahan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%)

Lahan Sawah 450,1 34,0

Kebun Campuran 767,5 58,1

Pemukiman 104,3 7,9

Total 1321,9 100

Dari Hasil Survey lokasi yang dilakukan (Tabel 3) diperoleh bahwa penggunaan lahan di Desa Percut diantaranya adalah lahan sawah seluas 450,1 Ha (34,0%), kebun campuran seluas 767,5 (58,1%) dan Pemukiman seluas 104,3 (7,9%). Peta penggunaan lahan di Desa Percut dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut :

(31)

19

Gambar 2. Peta Penggunaan Lahan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Dari hasil kuisioner yang dilakukan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang (Lampiran 3). Hasil analisis statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Produksi, Produktivitas dan Pemupukan di Desa Percut

Min Max Rataan Std. Deviasi CV (%)

Luas lahan (Ha) 0,2 1,1 0,5 0,2 0,4

Produksi (ton) 1,6 6,4 3,3 1,5 0,5

Produktivitas (ton/Ha) 3,5 8,0 6,3 1,6 0,3

Urea (kg/ha) 89,2 333,3 212,2 48,1 0,2

ZA (kg/ha) 83,3 333,3 174,5 62,8 0,4

TSP (kg/ha) 89,2 333,3 199,2 67,4 0,3

KCl (kg/ha) 167,2 250,2 177,1 103,1 0,6

Phonska(kg/ha) 62,5 125,0 107,6 27,7 0,3

NPK (kg/ha) 62,5 167,0 104,2 51,0 0,5

Sumber : Olahan Data Kuisioner

(32)

Dari Tabel 4 diketahui bahwasanya didapat nilai rata-rata dari kuisioner yang dilakukan yaitu luas lahan 0,5 Ha, produksi 3,3 ton, produktivitas 6,3 ton/Ha. Nilai CV yang didapat dari semua analisis termasuk kecil berarti tingkat ketelitian pada percobaan yang dilakukan tinggi. Pemupukan di Desa Percut terdapat 6 jenis pupuk yang digunakan yaitu Urea, ZA, TSP, KCl, Phonska dan NPK. Petani di Desa percut tidak memiliki dosis tetap dalam pemberian pupuk, karena keadaan ekonomi yang berbeda –beda dari petani sehingga tidak menentu dalam pemberian pupuk terhadap tanaman yang dikelolanya sesuai dengan kemampuan ekonomi finansial dari masing – masing petani.

Kandungan P2O5 pada Lahan Sawah Desa Percut

Hasil analisis kandungan P-potensial tanah dilahan sawah Desa Percut kecamatan Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Hara Kandungan P2O5 ( % ) Minimum Maksimum Rata-Rata Std.Deviasi CV (%) P2O5 (mg/100g tanah) 10 130 39,52 32,93 0,83

Dari Tabel 5 diketahui nilai terendah kandungan P2O5 terdapat pada sampel 8, 11 dan 12 yaitu 10 mg/100g tanah dan nilai tertinggi pada sampel 4 yaitu 130 mg/100g tanah. (Lampiran 5).

Dari hasil analisis tanah yang didapat pada lahan sawah di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, didapatkan hasil sebagai berikut yang digolongkan berdasarkan kriteria Pusat Penelitian Tanah (1992) (Lampiran 4) dapat dilihat pada Tabel 6 :

(33)

21

Tabel 6. Luas Status Hara Kandungan P-potensial Kriteria

P2O5

Luas

(ha) (%)

Rendah 65 14

Sedang 278 62

Tinggi 107 24

Total 450 100

Pada Tabel 6 diatas diketahui bahwa kandungan P2O5 pada Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dapat digolongkan menjadi tiga kriteria yaitu rendah, sedang dan tinggi. Kriteria rendah mempunyai luasan 65 ha atau 14 % dari total wilayah, kriteria sedang mempunyai luasan 278 ha atau 62

% dari total wilayah, dan kriteria tinggi mempunyai luasan 107 ha atau 24 % dari total wilayah. Pola penyebarannya dapat dilihat pada Gambar 3 berikut :

Gambar 3. Peta Penyebaran Hara P-potensial

(34)

Kandungan K2O pada Lahan Sawah Desa Percut

Hasil analisis kandungan K-potensial tanah dilahan sawah Desa Percut kecamatan Percut Sei Tuan kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Hara Kandungan K2O ( % ) Minimum Maksimum Rata-Rata Std.Deviasi CV (%)

K2O (mg/100g tanah) 10 40 24,76 6,79 0,27

Dari Tabel 7 diketahui nilai terendah kandungan K2Oterdapat pada sampel 2 yaitu 10 mg/100g tanah dan nilai tertinggi pada sampel 21 yaitu 40 mg/100g tanah (Lampiran 7).

Dari analisis tanah yang didapat pada lahan sawah di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, didapatkan hasil sebagai berikut yang digolongkan berdasarkan kriteria Pusat Penelitian Tanah (1992) (Lampiran 6) dapat dilihat pada Tabel 8 :

Tabel 8. Luas Status Hara Kandungan K-potensial Kriteria

K2O Luas

(ha) (%)

Rendah 22 4

Sedang 214 48

Tinggi 214 48

Total 450 100

Pada Tabel 8 diatas diketahui bahwa kandungan K2O pada Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dapat digolongkan menjadi tiga kriteria yaitu rendah, sedang dan tinggi. Kriteria rendah mempunyai luasan 22 ha atau 4% dari total luasan wilayah, sedang mempunyai luasan 214 ha atau 48 % dari total luasan wilayah dan kriteria tinggi mempunyai luasan yang sama dengan

(35)

23

Gambar 4. Peta Penyebaran Hara K-potensial

Nilai Korelasi P2O5, K2O, TSP, KCL, NPK dan Produksi

Dari hasil analisis dengan uji korelasi antara P2O5, K2O, TSP, KCL, NPK dan Produksi yang dilakukan diperoleh hasil pada Tabel 9 dibawah ini :

(36)

Tabel 9. Nilai Korelasi P2O5, K2O, TSP, KCL, NPK dan Produksi

P2O5 K2O TSP KCL NPK Produksi

P2O5 1 0,14 0,03 0 0,54 0,24

K2O - 1 0,02 0 -0,24 0,12

TSP - - 1 0 0 -0,53

KCL - - - 1 0 0

NPK - - - - 1 -0,24

Produksi - - - 1

Ket : Hasil analisis korelasi

Dari Tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa nilai korelasi antara P2O5 dengan K2O adalah 0,14, P2O5 dengan TSP adalah 0,03, P2O5 dengan KCL adalah 0, P2O5

dengan NPK adalah 0,54, P2O5 dengan produksi adalah 0,24, K2O dengan TSP adalah 0,02, K2O dengan KCL adalah 0, K2O dengan NPK adalah -0,24, K2O dengan produksi adalah 0,12, TSP dengan KCL 0, TSP dengan NPK adalah 0, TSP dengan produksi adalah -0,53, KCL dengan NPK adalah 0, KCL dengan produksi adalah 0, NPK dengan produksi adalah -0,24.

Pembahasan

Tanah di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang di analisis status hara P dan K tanahnya dengan menggunakan metode ekstrak HCl 25 % karena menurut Al-Jabri (2013) ekstraksi tanah menggunakan larutan HCL 25 % adalah cara yang paling tepat untuk menetapkan status hara P dan K tanah. Korelasi tertinggi antara hasil uji tanah dengan ketepatan rekomendasi pemupukan dicapai pada ekstrak tersebut dibandingkan ekstrak lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian uji P dan K untuk lahan sawah intensifikasi di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang didapatkan hasil status kandungan hara rendah, sedang dan tinggi. Oleh karenanya rekomendasi

(37)

25

pemupukan P untuk tanah sawah berstatus P rendah, sedang, dan tinggi berturut- turut adalah 100, 75, dan 50 kg SP-36/ha yang diberikan pada setiap musim tanam sesuai pada Tabel 1.

Sedangkan untuk rekomendasi pemupukan K pada lahan sawah intensifikasi di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang berstatus K rendah adalah 50 kg KCL/ha yang diberikan pada status K yang rendah setiap musim tanam apabila jerami dikembalikan, dan diberikan pupuk berturut-turut pada status hara rendah, sedang dan tinggi adalah 100, 50 dan 50 apabila jerami tidak dikembalikan sesuai pada Tabel 2.

Pada Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang diketahui memiliki sebagian besar lahan sawah yang memiliki status hara P rendah adalah sekitar 14 %, sedang 62 % dan tinggi 24 %, sehingga membutuhkan pupuk SP-36 100 kg/ha untuk status hara P2O5 rendah, membutuhkan pupuk SP- 36 75 kg/ha untuk status hara P2O5 sedang dan membutuhkan pupuk SP-36 50 kg/ha untuk status hara P2O5 tinggi.

Pada Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang diketahui memiliki sebagian besar lahan sawah yang memiliki status hara K rendah yaitu sekitar 4 %, sedang 48 % dan tinggi 48 %, sehingga membutuhkan pupuk KCl pada status hara rendah sebanyak 50 kg/ha. Karena diketahui pada Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang jerami pada lahan sawah dijadikan pupuk, sehingga pupuk K tidak dibutuhkan lagi pada lahan dengan status hara tinggi dan sedang karena jerami dikembalikan ke lahan sawah (Lampiran 3).

(38)

Rekomendasi pemupukan dapat digunakan sebagai dasar pemupukan bagi para petani untuk menghemat pengeluaran, seperti pemberian pupuk KCl yang mencapai 250 kg/ha (Lampiran 3) dapat dikurangi menjadi 50 kg/ha bagi status kandungan hara rendah dan tidak perlu dilakukan pemupukan apabila jerami dikembalikan ke lahan. Hal ini sesuai dengan literatur Ariawan et al (2016) yang menyatakan bahwa Pemupukan kalium pada tanah yang berstatus kalium rendah, kemungkinan untuk memperoleh tanggap pemupukan kalium cukup besar, sedangkan pada tanah yang berstatus kalium sedang dan tinggi tidak perlu diberi pupuk kalium karena kebutuhan kalium padi sawah sudah terpenuhi dari kalium tanah, sumbangan kalium dari air irigasi dan pengembalian jerami sisa panen.

Dari hasil yang diperoleh di lapangan diketahui bahwa para petani di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tidak memiliki dosis tetap dalam pemberian pupuk, karena keadaan ekonomi yang berbeda – beda dari petani sehingga tidak menentu dalam pemberian pupuk terhadap tanaman yang dikelolanya sesuai dengan kemampuan ekonomi finansial dari masing – masing petani. Pemberian pupuk berlebih dan tidak memiliki dosis yang tetap juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan hara tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Sukarman et al (2012) yang menyatakan bahwa status hara tanah sangat dipengaruhi oleh tingkat pengelolaan tanah yang dilakukan petani. Lahan sawah yang dikelola secara intensif dan dipupuk terus menerus diduga mengalami peningkatan kadar hara tanah, terutama kadar P dan K, serta mengalami ketidakseimbangan hara.

Dari hasil korelasi antara P2O5 dengan produksi pada Tabel 9 menunjukkan hasil 0,24 dalam arti tidak terjadi hubungan antara P2O5 dengan

(39)

27

produksi. Keadaan seperti ini disebabkan karena penggunaan pupuk P terus- menerus yang tidak sesuai dengan rekomendasi menyebabkan ketidakseimbangan hara tanah yang mengakibatkan produksi menurun. Hal ini sesuai dengan literatur Sofyan et al (2004) yang menyatakan bahwa Pemupukan P dan K secara terus- menerus pada tiga dasa warsa terakhir ini menyebabkan sebagian besar lahan sawah di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Lombok dan Bali berstatus hara P dan K tinggi. Selain itu penggunaan pupuk P dan K terus-menerus menyebabkan ketidakseimbangan hara tanah. Ketidakseimbangan hara disinyalir mengakibatkan terjadinya pelandaian produktivitas (leveling off) padi sawah.

Kadar hara P dan K yang tinggi menyebabkan ketersediaan hara mikro seperti Zn dan Cu tertekan.

Dari hasil korelasi antara K2O dengan produksi pada Tabel 9 menunjukkan hasil 0,12. Hal ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara K2O dengan produksi. Keaadan seperti ini diduga karena tingginya tingkat salinitas pada lahan sawah berdasarkan hasil wawancara kepada petani yang ada di Desa Percut. Hal ini sesuai dengan literatur wibowo dkk (2013) yang menyatakan bahwa, pengaruh salinitas tinggi pada tanaman menunjukkan tinggi konsentrasi salinitas pertambahan tinggi tanaman semakin menurun yang diduga disebabkan oleh terlarutnya garam sehingga menurunkan potensial air, yang berakibat tanaman sulit menyerap, rusaknya membran sel dan menyebabkan sifat selektivitas membran sel berkurang. Keadaan ini dapat mengakibatkan pengambilan ion menjadi berlebih dan dapat meracuni tanaman, sehingga dapat menghentikan pertumbuhan sel. Pada pengaruh berat kering, menurunnya berat kering diduga karena menurunnya laju fotosintesis. Salinitas menyebabkan kekurangan air pada

(40)

tanaman terutama pada organ daun, sehingga mendorong penutupan stomata.

Penutupan stomata akan menghalangi masuknya CO2, sehingga menurunkan kecepatan fotosintesis. Menurunnya luas daun total merupakan tanggapan tanaman terhadap penyediaan air, penyediaan air ini diduga karena sel-sel daun yang masih muda dan sedang mengadakan pembentangan mengalami cekaman air akibat salinitas. Keadaan ini menyebabkan pembesaran dan pemanjangan sel muda yang tidak maksimal.

(41)

29

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Penyebaran kandungan hara fosfat digolongkan menjadi tiga kriteria yaitu kriteria rendah dengan luas 65 ha (14 %), sedang 278 ha (62 %) dan kriteria tinggi 107 ha (24 %).

2. Penyebaran kandungan hara kalium digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu kriteria rendah dengan luas 22 ha (4 %), kriteria sedang dengan luas 214 ha (48 %) dan kriteria tinggi dengan luas 214 ha (48 %).

3. Rekomendasi pemupukan fosfat adalah SP-36 100 kg/ha/musim untuk kandungan hara P2O5 rendah, SP-36 75 kg/ha/musim untuk kandungan hara P2O5 sedang dan membutuhkan pupuk SP-36 50 kg/ha/musim untuk kandungan hara P2O5 tinggi.

4. Rekomendasi pemupukan kalium adalah pupuk KCl pada kandungan hara K2O rendah sebanyak 50 kg/ha dan tidak perlu dilakukan pemupukan pada kandungan hara K2O sedang dan tinggi karena jerami dikembalikan ke tanah.

Saran

Untuk wilayah yang telah memiliki kadar P dan K tinggi, sebaiknya tidak dilakukan pemupukan secara terus-menerus dan berlebihan dikarenakan dapat menyebabkan ketidak-seimbangan hara dan kadar hara mikro dapat tertekan dan untuk beberapa wilayah yang jerami masih dibakar sebaiknya jerami dikembalikan ke lahan sawah dan melakukan pemupukan sesuai rekomendasi.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, J. S., A. Sofyan dan D. Nursyamsi. 2000. Lahan Sawah dan Pengolahannya. Editor : Abdurachman, A., L. I. Amien., F. Agus., dan Djaenuddin.Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Pertanian, Bogor.

Agus, F., A. Adimihardja., S. Hardjowigeno., A. M. Fagi., dan W. Hartatik, 2004.

Tanah Sawah Dan Teknologi Pengelolaannya. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

____, F., D. Setyorini, dan A. Dariah. 2009. Pelestarian Lahan Sawah. Balai PenelitianTanah. Bogor.

Al-Jabri, M. 2013. Teknologi Uji Tanah Untuk Penyusunan Rekomendasi Pemupukan Berimbang Tanaman Padi Sawah. Balai Penelitian Tanah.

Ambarwati, W. dan Yar, J. 2016. Sejarah dan Perkembangan Ilmu Pemetaan.

Jurnal Enggano. Vol 1 No 2. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Anny, M., D. Setyorini., S. Rochayati Dan I. Las, 2010. Karakteristik Dan Sebaran Lahan Sawah Terdegradasi Di 8 Provinsi Sentra Produksi Padi.

Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Ariawan,R. M. I., Thaha,R. A., dan Prahastuti,W. S. 2016. Pemetaan Status Hara Kalium Pada Tanah Sawah Di Kecamatan Balinggi, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Online Agrotekbis. Vol 4(1) :43-49. Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Tadulako. Palu.

Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Burhan, M. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

BPS Deli Serdang. 2018. Profil Kabupaten / Kota Deli Serdang Kecamatan Percut Sei Tuan. Sumatera Utara.

___ Sumatera Utara. 2018. Statistik Lahan Sawah di Sumatera Utara.

___. 2018. Kecamatan Percut Sei Tuan Dalam Angka 2018. Kabupaten Deli Serdang.

Damanik, M.M.B.D., B.E. Hasibuan., Fauzi ., Sarifuddin., H. Hanum. 2011.

Kesuburan Tanah dan Pemupukan.USU Press. Medan.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Hardjowigeno, S. dan M. L. Rayes. 2005. Tanah Sawah : Karakteristik, Kondisi, dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Bayumedia Publishing.

Malang.

(43)

31

____________, Sarwono dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Bogor: Gadjah Mada University Press.

Makarim, A. K, U. S. Nugroho dan U. G. Kartasasmita. 2000. Teknologi Produksi Padi Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Prenadamedia Group.

Nuryadin, R., (2005), Panduan Menggunakan Mapserver, Informatika, Bandung.

Orcutt, D. M. & E.T. Nilsen. 2000. Physiology of Plants Under Stress. Soil and Biotic Factors. John Willey and Sons, Inc. Canada.

Peraturan Menteri Pertanian. 2007. Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K Pada Padi Sawah Spesifik Lokasi. Menteri Pertanian. Jakarta.

Prasetyo, B. H., J. Sri Adiningsih, Kasdi Subagyono, dan R. D. M.

Simanungkalit.2004. Mineralogi, Kimia, Fisika, Dan Biologi Tanah Sawah. Dalam Tanah Sawah dan Teknologi Pengolahannya. Editor: Agus.

F.,A. Adimihardja., S. Hardjowigeno. A. M. Fagi., W. Hartatik. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanah Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengmbangan Pertanian, Bogor.

Puslittanak. 1992. Laporan Hasil Penelitian Status P Lahan Sawah di Sulawesi Selatan. Puslittanak. Bogor.

Rayes, L. M. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi.

Yogyakarta.

Setyawati W, dan A.A Asandhi. 2003. Pengaruh Sistem Pertanaman Monokultur Dan Tumpangsari Sayuran Crucifera Dan Solanaceae Terhadap Hasil Da Struktur Dan Fungsi Komunitas Artropoda. Jurnal Hortikultura.

Setyorini,D., S. Rochayati, dan I.Las, 2010. Pertanian Pada Ekosistem Lahan Sawah. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian. IPB Press. Bogor.

Singarimbun, Masri. 2006. Metodologi Penelitian Survai. Jakarta: Pustaka Media LP3ES.

Sofyan, A., Nurjaya, dan A. Kasno. 2004. Status hara tanah sawah untuk rekomendasi pemupukan. Dalam Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Ed. Agus, F., A. Adimihardja, S. Hardjowigeno, A.M.

Fagi, dan W. Hartatik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Hlm. 83—114.

Sukarman, Setyorini,D., dan Ritung,S. 2012. Teknologi Pemupukan Dan Pemulihan Lahan Terdegradasi : Metodologi Percepatan Pemetaan Status Hara Lahan Sawah. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.

Tambunan, Tulus TH. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia. Ghalia.

Jakarta.

(44)

Wetria, O., Hermansah Dan N. E. Putri, 2013. Karakteristik Kesuburan Tanah Dan Potensi Hara Dari Bahan Organik Sisa Panen Padi Sawah Pada Beberapa Lokasi Di Sumatera Barat. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.

Wibowo, F., Rosmayati dan R. I. M. Damanik. 2016. Pendugaan Pewarisan

Genetik Karakter Morfologi Hasil Persilangan F2 Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Pada Cekaman Salinitas. Jurnal

Pertanian Tropik Vol 3 No 1. Program Pascasarjana Agroteknologi.

Fakultas Pertanian USU. Medan

(45)

33

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Hasil Analisis Fosfat dan Kalium dengan HCl 25%

No Sampel

Titik Koordinat P2O5

(%)

K2O Bujur Timur Lintang Utara (%)

1 98,74844 3,68373 0,07 0,03

2 98,75854 3,68434 0,02 0,01

3 98,74826 3,68733 0,04 0,02

4 98,75248 3,68724 0,13 0,03

5 98,75757 3,6875 0,03 0,03

6 98,76143 3,68724 0,12 0,02

7 98,74852 3,69234 0,05 0,03

8 98,75239 3,69242 0,01 0,02

9 98,75757 3,69251 0,02 0,02

10 98,76258 3,69251 0,03 0,02

11 98,76688 3,69269 0,01 0,02

12 98,7494 3,69558 0,01 0,02

13 98,75256 3,69725 0,03 0,02

14 98,75757 3,69743 0,07 0,02

15 98,76258 3,69743 0,02 0,03

16 98,76712 3,69676 0,02 0,03

17 98,75335 3,702 0,03 0,02

18 98,75748 3,70217 0,02 0,03

19 98,76222 3,70226 0,03 0,03

20 98,75785 3,70717 0,03 0,03

21 98,75406 3,70683 0,04 0,04

(46)

Lampiran 2. Kuisioner

KUISIONER

Sampel :...

Luas Lahan Sawah :...(Ha/rante) Produksi :...(ton/Ha) Pupuk Yang Dipakai (Dosis) : 1...

2...

3...

4...

Pengairan :...

Varietas :...

Pengolahan Jerami :...

(47)

35

Lampiran 3. Data Kuisioner

No Luas lahan (Ha)

Produksi (ton)

Produktivitas (ton/Ha)

Penggunaan Pupuk

Pengairan Varietas Pengolahan Jerami

Tunggal Majemuk

Urea (kg/ha)

ZA (kg/ha)

TSP (kg/ha)

KCl

(kg/ha) Phonska(kg/ha) NPK (kg/ha)

1 0,40 3,20 8,00 250 125 250 - 125 - Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan

2 0,40 3,20 8,00 250 250 250 - - - Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan

3 0,40 2,80 7,00 250 250 250 - 125 - Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan

4 0,40 3,20 8,00 250 125 250 - 125 - Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan

5 0,80 5,60 7,00 188 188 125 - 62,5 62,5 Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan

6 1,04 5,46 5,25 144 144 96 - - - Tadah Hujan Ciherang Dibakar

7 0,48 2,52 5,25 208 208 313 - - - Tadah Hujan Ciherang Dibakar

8 0,20 1,60 8,00 250 250 250 - - - irigasi Ciherang Dibiarkan

9 0,48 3,20 6,67 208 104 104 - - - irigasi Ciherang Dibakar

10 0,60 3,20 5,33 167 167 167 250 - 167 irigasi Ciherang Dibakar

11 0,40 2,80 7,00 250 125 250 - - - Tadah Hujan Ciherang Dibakar

12 0,20 1,60 8,00 250 250 250 - 62,5 Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan

13 0,80 6,40 8,00 250 250 188 - 125 - Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan

14 0,72 3,20 4,44 139 139 139 - - - irigasi Ciherang Dibakar

15 0,40 1,60 4,00 250 250 250 - - - Tadah Hujan Ciherang Dibakar

16 1,12 5,88 5,25 89 89 89 - - - Irigasi Ciherang Dibakar

17 0,60 3,15 5,25 167 83 167 - 83 - Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan

18 0,40 2,80 7,00 250 125 250 - - - Tadah Hujan Ciherang Dibiarkan

19 0,48 1,68 3,50 208 104 104 104 - - irigasi Ciherang Dibiarkan

20 0,40 1,40 3,50 250 250 250 - - 125 Tadah Hujan Ciherang Dibakar

21 0,80 5,60 7,00 188 188 188 - - - Tadah Hujan Ciherang Dibakar

Rata-rata 0,5 3,3 6,3 212,2 174,5 199,0 177,1 107,6 104,2

Min 0,2 1,6 3,5 89,0 83,0 89,0 167,0 62,5 62,5

Max 1,1 6,4 8,0 333,0 333,0 333,0 250,0 125,0 167,0

Std. Deviasi 0,2 1,5 1,6 48,1 62,8 67,4 103,1 27,7 51,0

(48)

Lampiran 4. Kriteria Kelas Status Hara P Tanah Sawah (Puslittanak, 1992) Kadar hara mg / 100 g tanah

P2O5 Rendah

Sedang

< 20 20 – 40

Tinggi > 40

Lampiran 5. Hasil Analisis Status Kandungan Hara P-potensial

No. Sampel P2O5

Keterangan Kriteria (mg/100g tanah)

1 70 Tinggi

2 20 Sedang

3 40 Sedang

4 130 Tinggi

5 30 Sedang

6 120 Tinggi

7 50 Tinggi

8 10 Rendah

9 20 Sedang

10 30 Sedang

11 10 Rendah

12 10 Rendah

13 30 Sedang

14 70 Tinggi

15 20 Sedang

16 20 Sedang

17 30 Sedang

18 20 Sedang

19 30 Sedang

20 30 Sedang

21 40 Sedang

(49)

37

Lampiran 6. Kriteria Kelas Status Hara K Tanah Sawah (Puslittanak, 1992) Kadar hara mg / 100 g tanah

K2O Rendah

Sedang

< 10 10 – 20

Tinggi > 20

Lampiran 7. Hasil Analisis Status Kandungan Hara K-potensial

No. Sampel K2O

Keterangan Kriteria (mg/100g tanah)

1 30 Tinggi

2 10 Rendah

3 20 Sedang

4 30 Tinggi

5 30 Tinggi

6 20 Sedang

7 30 Tinggi

8 20 Sedang

9 20 Sedang

10 20 Sedang

11 20 Sedang

12 20 Sedang

13 20 Sedang

14 20 Sedang

15 30 Tinggi

16 30 Tinggi

17 20 Sedang

18 30 Tinggi

19 30 Tinggi

20 30 Tinggi

21 40 Tinggi

(50)

Lampiran 8. Data Kandungan Hara P2O5 , K2O dan Produksi

No. Sampel P2O5 K2O Produksi

(mg/100g tanah) (mg/100g tanah) ( ton )

1 70 30 8,00

2 20 10 8,00

3 40 20 7,00

4 130 30 8,00

5 30 30 7,00

6 120 20 5,25

7 50 30 5,25

8 10 20 8,00

9 20 20 6,67

10 30 20 5,33

11 10 20 7,00

12 10 20 8,00

13 30 20 8,00

14 70 20 4,44

15 20 30 4,00

16 20 30 5,25

17 30 20 5,25

18 20 30 7,00

19 30 30 3,50

20 30 30 3,50

21 40 40 7,00

(51)

39

Lampiran 9. Peta Pengambilan Titik Sampel

(52)

Lampiran 10. Peta Jenis Tanah

(53)

41

Lampiran 11. Dokumentasi Kegiatan Lapangan

Gambar

Gambar 1.  Peta Administrasi Desa Percut Kecamatan Sei Tuan Kabupaten Deli  Serdang.
Gambar 2.  Peta Penggunaan Lahan di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan  Kabupaten Deli Serdang
Tabel 6. Luas Status Hara Kandungan P-potensial  Kriteria   P 2 O 5 Luas  (ha)  (%)  Rendah    65  14  Sedang  278  62  Tinggi  107  24  Total  450  100
Gambar 4. Peta Penyebaran Hara K-potensial

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu dilakukan kajian “Analisis Strategi Pengelolaan Sedimentasi Di Muara Sungai Percut Terhadap Potensi Ekonomi Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang” ,

Hasil Uji Beda Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan dan Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Kabupaten Deli Serdang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Kondisi debit air irigasi di Desa Cinta Damai Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, (2) Kondisi jaringan

Data Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Air di Perairan Estuari Percut Sei Tuan Kabupaten Deli

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Komunitas Makrozoobentos Di Sungai Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.” Skripsi ini ditulis sebagai satu

Data suhu udara rata-rata bulanan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang pada

Gastropoda yang hidup pada ekosistem hutan mangrove hasil restorasi di Desa Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara terdapat 6 Family dan

Judul Skripsi : KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI NELAYAN DESA BAGANPERCUT KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG (Studi Kemiskinan Keluarga Nelayan Desa Bagan Percut).. Nama