• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo dengan luas wilayah 32,25 km2 atau 3.225 ha dengan ketinggian tempat 1200-1600 m dari permukaan laut dan wilayah penelitian ini didominasi oleh lahan pertanian dan hutan yang berada di sebelah barat kaki gunung barus. Kondisi topografi wilayah di daerah ini berbukit-bukit dan bergelombang dengan kemiringan lereng dari datar hingga sangat curam dan interval topografi yg tinggi sehingga di peroleh titik sampel yang mewakili lokasi penelitian sebanyak 15 titik. Vegetasi yang dominan di lahan hutan asli adalah tanaman hutan dan semak belukar. Pada lahan tanaman tahunan, vegetasinya adalah kopi dan jeruk. Pada lahan tanaman semusim, vegetasi yang dominan adalah jagung, kol, cabai, tomat, strawberry, bawang merah dan bawang putih.Pemupukan untuk tanaman tahunan dilakukan dua tahap, yaitu dua tahun sekali untuk pupuk NPK dengan aplikasi di lubang tanam dan setahun sekali untuk pupuk kandang dengan aplikasi di bedengan. Pada tanaman semusim, pemupukan tanaman dilakukan setiap masa tanam, jenis pupuk dan aplikasi yang dilakukan sama seperti tanaman tahunan.

Untuk dosis yang diberikan, para petani di wilayah ini tidak pernah menghitung besar pupuk yang diberikan, baik untuk tanaman tahunan dan tanaman semusim.

Pada umumnya petani memberikan pupuk terutama pupuk fosfat dengan sebanyak-banyaknya untuk hasil produksi lebih maksimal.

Hasil survei dan analisis didapat data P-tersedia, retensi fosfat, tekstur tanah dan pH tanah seperti tertera pada tabel berikut :

Pemetaan dan Sebaran P-Tersedia

Kadar P-tersedia, metode Bray II, tanah Andisol Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo di sajikan pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Kadar P-Tersedia Tanah Andisol Kecamatan Dolat Rayat Sampel Titik Koordinat

P-Tersedia

(ppm) *Kriteria

Bujur Timur Lintang Utara

1 98,558328 3,120225 184,06 Sangat tinggi

2 98,553445 3,127667 255,54 Sangat tinggi

3 98,551660 3,134072 158,92 Sangat tinggi

4 98,544745 3,140209 221,87 Sangat tinggi

5 98,557455 3,144934 71,40 Sangat tinggi

6 98,549745 3,158032 169,71 Sangat tinggi

7 98,547001 3,170522 178,34 Sangat tinggi

8 98,534067 3,177579 92,38 Sangat tinggi

9 98,530092 3,190293 205,41 Sangat tinggi

10 98,541066 3,180099 212,92 Sangat tinggi

11 98,530764 3,202558 148,35 Sangat tinggi

12 98,534907 3,200878 95,15 Sangat tinggi

13 98,541234 3,199422 56,84 Sangat tinggi

14 98,543810 3,203903 224,85 Sangat tinggi

15 98,548345 3,201998 116,18 Sangat tinggi

Sumber: *Staf Pusat Penelitian Tanah (1983).

Hasil analisis tanah pada Tabel 2.1 menunjukkan bahwa kadar hara P-tersedia di tanah Andisol Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo sangat tinggi (>35 ppm) pada seluruh wilayah pengamatan (100%).

Pemetaan dan Sebaran Tekstur Tanah

Analisis fraksi pasir, debu, liat dan tekstur tanah Andisol Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo di sajikan pada Tabel 2.2 dibawah ini.

Tabel 2.2 Kadar Fraksi liat, debu, pasir dan tekstur tanah Andisol di Kecamatan (Sumber: *Berdasarkan diagram segitiga kelas tekstur tanah USDA).

Hasil analisis tanah pada Tabel 2.2 menunjukkan bahwa tanah Andisol di Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo di dominasi oleh fraksi pasir dan tekstur tanahnya adalah lempung berpasir diseluruh areal penelitian.

Pemetaan dan Sebaran Retensi Fosfat

Hasil analisis retensi fosfat, metode Blakemore pada tanah Andisol Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo di sajikan pada Tabel 2.3 di bawah ini.

Tabel 2.3 Retensi fosfat tanah Andisol Kecamatan Dolat Rayat

Sampel Titik Koordinat

Hasil analisis tanah pada Tabel 2.3 menunjukkan bahwa nilai retensi fosfat di tanah Andisol Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo >85% pada seluruh wilayah pengamatan dan nilai ini sesuai dengan kriteria pada tanah Andisol yang memiliki tingkat retensi fosfat yang tinggi >85%.

Pemetaan dan Sebaran pH Tanah

Hasil pengukuran pH tanah, tanah Andisol Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo di sajikan pada Tabel 2.4 dibawah ini.

Tabel 2.4 Nilai pH tanah Andisol Kecamatan Dolat Rayat

Sampel Titik Koordinat Derajat

Kemasaman

Sumber: *Staf Pusat Penelitian Tanah 1983).

Hasil analisis pengukuran pH tanah pada Tabel 2.4 menunjukkan bahwa pH tanah di tanah Andisol Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo adalah masam dan agak masam. Hasil pengukuran pH tanah yang masam terdapat pada sampel 1,2,12,13,14 dan 15 (pH 4,5-5,5) dan pH agak masam terdapat pada sampel 3,4,5,6,7,8,9,10 dan 11 (pH 5,6-6,5).

Tabel 2.5 Luas Sebaran pH Tanah

pH Tanah Persentase (%) Agak Masam 60

Masam 40 Total 100

Hasil pemetaan tanah dan pengukuran pH tanah yang dilakukan di tanah Andisol Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo didapati ada dua kriteria tingkat pH tanah dengan kriteria yakni agak masam dengan luas persentase persebaran 60% dan masam dengan luas persentase persebaran 40%.

Pemupukan di Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Tabel 2.6 Pemupukan di Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo

No

*Dosis Pupuk Kg/rante

Ammophos Pupuk Kandang Patenkali Butir Pupuk Cantik Urea

1 10 80 5 3 -

Hasil kuisioner di lapangan dilihat pada Tabel 2.6 bahwa pemupukan di tanah Andisol Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo terdapat lima jenis pupuk yang digunakan, yaitu: ammophos, pupuk kandang, patenkali butir, pupuk cantik dan urea. Petani wilayah kecamatan initidak memiliki dosis tetap dalam pemberian pupuk, karena keadaan ekonomi yang berbeda-beda dari petani sehingga tidak menentu dalam pemberian pupuk terhadap tanaman yang dikelolanya sesuai dengan kemampuan ekonomi finansial dari masing-masing petani.

Pembahasan

Hasil analisis P tersedia dilihat pada Tabel 2.1 adalah sangat tinggi >35 ppm (100%). Kondisi ini sangat berbanding terbalik dari kondisi yang seharusnya

>85%. Faktor tersebut disebabkan oleh kondisi dilapangan dimana para petani menggunakan dosis pupuk yang berlebihan pada lahan pertanian mereka terutama pupuk fosfat, ditambah lagi dengan kemungkinan faktor pelapukan batuan dan cadangan mineral fosfor di dalam tanah, sehingga ketersediaan P menjadi meningkat tinggi didalam tanah. Dengan begitu petani berharap pemberian pupuk yang banyak akan mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Mukhlis (2011) yang menyatakan bahwa sebagian besar P yang diberikan dalam bentuk pupuk. Untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara P, biasanya petani memberi pupuk P jauh lebih banyak. Hal ini juga didukung oleh Damanik et al (2010) yang menyatakan bahwa kandungan P didalam tanah tergantung banyak sedikitnya cadangan mineral fosfor dan tingkat pelapukannya.

Hasil analisis penetapan Retensi Fosfat dapat dilihat Tabel 2.3 nilai Retensi Fosfat >85% (100%) pada seluruh wilayah pengamatan. Faktor yang menyebabkan tingginya retensi fosfat di dalam tanah adalah unsur P yang diserap oleh bahan amorf (alofan dan imogolit) sehingga menjadi tidak tersedia untuk tanaman. Hal ini sesuai dengan Mukhlis (2011) yang menyatakan bahwa tanah Andisol memiliki sifat yang khas, baik sifat fisika maupun sifat kimianya. Tanah ini merupakan salah satu tanah dengan permasalahan retensi fosfat yang tinggi yaitu dengan retensi fosfat >85%. Ketersediaan P yang rendah, unsur P diserap kuat oleh bahan alumunium yaitu amorf (alofan dan imogolit) sehingga menjadi tidak tersedia untuk tanaman.

Hasil analisis pada kondisi tekstur tanah dapat dilihat Tabel 2.2 menunjukkan bahwa fraksi tektur tanah adalah lempung berpasir di seluruh areal

penelitian. Kondisi wilayah pada areal penelitian merupakan daerah yang tidak jauh berada disekitar gunung vulkan seperti gunung Sinabung dan Sibayak, dimana wilayah ini adalah salah satu yang terkena dampak erupsi gunung Sinabung dan kondisi tanah didalamnya mengandung mineral non kristalin.

Faktor inilah yang menjadi tekstur tanah lempung berpasir dan cocok untuk ditanami tanaman hortikultura. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukarman dan Dariah (2014) tanah Andisol mempunyai tekstur yang sangat berveriasi dari lempung berpasir sampai liat berpasir, hal ini tergantung dari jenis dan ukuran partikel tefhra yang dikeluarkan saat terjadinya erupsi dan tingkat pelapukan.

Sering terjadi adanya perbedaan tekstur antara hasil pengamatan dilapangan dan hasil analisis dilaboratorium. Hal ini terjadi karena bahan tanah yang berasal dari tanah non kristalin sering kali tidak mengalami disperse secara sempurna menjadi butiran primer (debu,liat atau pasir) pada saat analisis tanah.

Hasil analisis pH tanah dapat dilihat pada Tabel 2.4 dengan kondisi tanah agak masam (60%) dan masam (40%). Kondisi ini sesuai dengan keadaan lingkungan penelitian dimana pada tanah Andisol dengan ketersediaan P yang rendah dikarenakan salah satu faktornya adalah tingkat pH yang rendah atau masam (pH<7). Faktor pendukung yang menyebabkan tanah masam pada daerah ini adalah tingkat curah hujan yang tinggi sehingga kation-kation basa hilang seperti Ca dan Mg terganti oleh kation-kation masam seperti Al, H dan Mn, lalu dengan curah hujan tinggi juga menyebabkan erosi yang mengurangi lapisan tanah topsoil dikarenakan lapisan olah tanah didominasi oleh subsoil. Pada lokasi penelitian juga didominasi oleh lahan pertanian yang ditanami dengan berbagai macam tanaman produktif sehingga pada waktu panen kandungan basa akan ikut

terangkat (ikut terpanen) dan vegetasi lainnya adalah tanaman hutan yang dimana vegetasi tersebut akan cenderung lebih masam dibanding dengan vegetasi yang sedikit tumbuh-tumbuhannya. Dengan demikian pada tanah Andisol dengan pH yang masam cenderung memang ketersediaan P akan lebih rendah di banding dengan jenis tanah lainnya.

Dari permasalahan yang ada di tanah Andisol adalah ketersediaan P yang rendah, dengan permasalahan tersebut petani memberikan berbagai macam pupuk terhadap tanaman sesuai dengan kebutuhan hara yang diperlukan setiap tanaman.

Dari semua jenis pupuk yang ada dilihat Tabel 2.6 petani mengatakan bahwa pupuk yang paling dominan dan selalu dipakai untuk mengatasi ketersediaan P tanah adalah pupuk Ammophos, karena harga dan barang yang lebih terjangkau dan penuturan beberapa petani mengatakan pupuk ini baik untuk merangsang awal pertumbuhan tanaman sehingga pemberian pupuk diberikan pada awal tanaman ditanam sampai tanaman terus tumbuh, semakin tumbuh tanaman maka semakin bertambah dosis pemberiannya terhadap tanaman, sehingga diharapkan produksi tanaman akan lebih maksimal. Petani disini tidak memiliki dosis tetap dalam pemberian pupuk karena keadaan ekonomi yang berbeda-beda dari petani sehingga tidak menentu dalam pembelian pupuk dan pemberiannya terhadap tanaman.

Dokumen terkait