• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Kondisi Kimia Tanah

Pada awal penelitian, dilakukan analisis terhadap kondisi kimia tanah. Hasil analisis parameter kimia tanah pada awal penelitian disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil analisis jumlah pupuk organik yang digunakan

Parameter Kisaran Nilai Kriteria

pH - Top soil - A1B1 - A2B1 6,25 6,70 7,18 Netral Netral Netral C-organik (%) - Top soil - A1B1 - A2B1 3,12 4,39 6,63 Tinggi Tinggi Sangat Tinggi

Sumber : Laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil analisis sifat kimia jumlah pupuk organik yang digunakan termasuk jumlah pupuk organik yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini ditunjukkan dari pH tanah, humus dan kompos cocopeat yang termasuk netral, C-organik humus yang tinggi dan C-organik kompos cocopeat yang sangat tinggi. Pada Tabel 2, pH dan C-organik terjadi peningkatan setelah penambahan pupuk organik. Terjadinya peningkatan pH dan C-organik tanah dipengaruhi oleh penambahan pupuk organik yang digunakan. Hal ini sesuai dengan penelitian Sinaga (2002) yang menyatakan peningkatan pH tanah disebabkan karena kompos sebagai bahan-bahan organik akan mengeluarkan asam-asam organik yang merupakan salah satu penyebab kemasaman tanah. Media campuran tanah dan kompos cocopeat memiliki pH yang relatif rendah yakni 5,3–7. Kompos cocopeat membuat media menjadi lebih asam dengan

berkurangnya asam-asam organik maka pH tanah akan meningkat (Utami, dkk., 2008).

Peningkatan C-organik tanah disebabkan karena kompos cocopeat memiliki C-organik yang sangat tinggi, sehingga apabila diberikan kedalam tanah akan meningkatkan C-organik tanah. Penambahan kompos cocopeat menunjukan nilai C-organik yang paling tinggi dibandingkan dengan interaksi perlakuan lainya. Nisbah C/N organik cocopeat berkisar 110-200, hal ini dapat dipengaruhi oleh kompos cocopeat yang digunakan masih mentah, sehingga proses perombakan bahan organik lambat. Rosmarkam dan Yuwono (2005) menyatakan bahwa bahan organik yang memiliki C/N-organik yang jauh lebih tinggi diatas 30 akan terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu rendah akan terjadi kehilangan N karena menguap selama proses perombakan berlangsung.

Pertambahan Tinggi Semai (cm)

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 4) rataan interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik berpengaruh nyata. Nilai rataan pertambahan tinggi semai disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan pertambahan tinggi semai (cm) dan hasil uji lanjut Duncan Jenis Pupuk Organik

Jumlah pupuk organik B1 (500 gr/polibag) B2 (250 gr/polibag) B3 (167 gr/polibag)

A1 = Humus 20,08b 16,48ab 11,74a

A2 = Kompos cocopeat 9,84a 11,90a 15,64ab

Rata-rata 14,96 11,69 13,69

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa rataan pertambahan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik A1B1 memberikan rataan pertambahan tinggi tertinggi yaitu sebesar 20,08 cm. Rataan pertambahan tinggi terendah terdapat pada interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik A2B1 yaitu sebesar 9,84 cm. Hasil uji lanjut

Duncan menunjukkan rataaan pertambahan tinggi dengan interaksi perlakuan A1B1 tidak berbeda nyata dengan rataan pertambahan tinggi interaksi interaksi perlakuan A1B2 dan A2B3. Rataan pertambahan tinggi setiap minggu disajikan pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Grafik rata-rata pertambahan tinggi semai Jabon Putih dari minggu ke-2 sampai minggu ke-9

Gambar 1 menunjukkan bahwa pertambahan tinggi yang cukup cepat sampai minggu ke-9 ditunjukkan oleh interaksi perlakuan A1B1 dengan pertambahan tinggi sebesar 5,26 cm sedangkan pertambahan tinggi yang lambat ditunjukkan oleh interaksi perlakuan A2B1 yaitu sebesar 2,38 cm.

Pertambahan Diameter (mm)

Hasil analisis sidik ragam pertambahan rata-rata diameter semai (Lampiran 7) menunjukkan interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik berpengaruh nyata terhadap pertambahan rata-rata diameter semai. Nilai rataan pertamabahn diameter disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan pertambahan diameter (mm) dan hasil uji lanjut Duncan Jenis Pupuk Organik

Jumlah pupuk organik B1 (500 gr/polibag) B2 (250 gr/polibag) B3 (167 gr/polibag) A1 = Humus 10,16c 9,7b 7,48a

A2 = Kompos cocopeat 6,74b 7,34a 8,36ab

Rata-rata 8,66 7,825 8,57

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

0 1 2 3 4 5 6 2 3 4 5 6 7 8 9 Tinggi sem ai (cm )

Pengamatan Minggu

ke-A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

Hasil uji lanjut Duncan pada Tabel 6 memperlihatkan bahwa pertambahan diameter semai pada interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata dengan interaksi perlakuan lainnya. Sedangkan penambahan kompos cocopeat tidak berbeda nyata dengan penambahan jumlah kompos cocopeat lainnya. Nilai rataan pertambahan diameter rata-rata tertinggi terdapat pada interaksi perlakuan A1B1 yaitu sebesar 10,16 mm mm. Rataan pertambahan diameter terendah terdapat pada interaksi perlakuan A2B1 yaitu sebesar 6,74 mm. Rataan pertambahan diameter semai setiap minggu disajikan pada gambar 2 berikut:

Gambar 2. Grafik rata-rata pertambahan diameter semai Jabon Putih dari minggu ke-2 sampai minggu ke-9

Gambar 2 menunjukkan bahwa pertambahan diameter yang cepat sampai minggu ke-9 ditunjukkan oleh interaksi perlakuan A1B1 yang mencapai 2,88 mm sedangkan pertambahan diameter yang lambat ditunjukkan oleh interaksi perlakuan A2B2 yaitu sebesar 1,36 mm. Tabel pertambahan diameter rata-rata (Lampiran 6) menunjukkan pada interaksi perlakuan A1B1 memberikan pertambahan tinggi tertinggi yaitu sebesar 10,58 mm dan terendah pada interaksi perlakuan (A2B1) yaitu 6,74 mm.

Jumlah Daun (helai)

Hasil analisis sidik ragam pertambahan rata-rata jumlah daun semai

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 2 3 4 5 6 7 8 9 Diam eter sem ai (m m )

Pengamatan minggu

ke-A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

(Lampiran 8) menunjukkan bahwa interaksi jenis pupuk organik dan jumlah pupuk organik (A x B) tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun. Jenis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap jumlah daun semai. Nilai rataan pertambahan jumlah daun (helai) dan hasil uji lanjut Duncan disajikan pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7. Rataan pertambahan jumlah daun (helai) dan hasil uji lanjut Duncan Jenis Pupuk Organik

Jumlah pupuk organik B1 (500 gr/polibag) B2 (250 gr/polibag) B3 (167 gr/polibag)

A1 = Humus 43,20b 38,80ab 40,80ab

A2 = Kompos cocopeat 31,20a 34a 38,40a

Rata-rata 37,20 55,80 39,60

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Rataan pertambahan jumlah daun setiap minggu pada setiap interaksi perlakuan disajikan pada Gambar 3 berikut:

Gambar 3. Grafik pertambahan jumlah daun semai Jabon Putih dari minggu ke-2 sampai minggu ke-9

Hasil uji lanjut Duncan pada Tabel 7 interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk menunjukkan nilai rataan pertambahan jumlah daun berbeda nyata dengan interaksi perlakuan lainnya. Nilai rataan tertinggi pada interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik adalah 43,20 helai (A1B1) dan terendah yaitu 31,20 (A2B1). 0 2 4 6 8 10 1 2 3 4 5 6 7 8 Jum lah daun (helai)

Pengamatan minggu

ke-A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B1

Gambar 3 menunjukkan bahwa pertambahan jumlah daun yang cepat sampai minggu ke-9 ditunjukkan oleh interaksi perlakuan A1B1 yang mencapai 8,8 helai sedangkan pertambahan jumlah daun yang lambat ditunjukkan oleh interaksi perlakuan A2B2 yaitu sebesar 6,0 helai. Pertambahan jumlah mengalami peningkatan setiap minggunya. Pertambahan tersebut berbeda pada setiap interaksi perlakuan.

Luas Daun Semai (cm2)

Hasil uji sidik ragam luas daun tanaman (Lampiran 12) menunjukkan bahwa interaksi jenis dan jumlah pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun. Sedangkan jenis pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap luas daun. Nilai rataan luas daun semai (cm2) dan hasil uji lanjut Duncan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan luas daun semai (cm2) dan hasil uji lanjut Duncan Jenis Pupuk Organik

Jumlah pupuk organik B1 (500 gr/polibag) B2 (250 gr/polibag) B3 (167 gr/polibag) A1 = Humus 460,63b 368,21ab 366,36b

A2 = Kompos cocopeat 96,98a 134,54a 218,45a

Rata-rata 278,80 251,37 584,81

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Hasil uji lanjut Duncan rataan luas daun pada interaksi perlakuan jenis dan jumlah humus berbeda nyata dengan interaksi perlakuan jenis dan jumlah kompos cocopeat. Sedangkan interaksi perlakuan antara jenis pupuk organik yang sama dengan jumlah yang berbeda menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Rataan luas daun pada interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik disajikan pada gambar 4 berikut:

Gambar 4. Histogram rataan luas daun semai Jabon Putih pada penambahan pupuk organik yang berbeda.

Gambar 4 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik pada interaksi perlakuan A1B1 memberikan rataan luas daun tertinggi yaitu sebesar 460,63 (cm2). Rataan luas daun terendah terdapat pada interaksi perlakuan A2B1 yaitu sebesar 96,01 (cm2).

Berat Basah Tajuk (gr)

Hasil analisis sidik ragam dari rataan berat basah tajuk (Lampiran 16) menunjukkan interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhdap luas daun. Sedangkan jenis pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap luas daun. Rataan berat basah tajuk pada interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan berat basah tajuk (gr) dan hasil uji lanjut Duncan Jenis Pupuk Organik

Jumlah pupuk organik B1 (500 gr/polibag) B2 (250 gr/polibag) B3 (167 gr/polibag) A1 = Humus 9,32c 7,94c 7,45bc

A2 = Kompos cocopeat 1,878a 2,13a 4,16a

Rata-rata 5,60 5,04 5,81

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

Luas daun

(cm

²)

Dari Tabel 9 diketahui bahwa rataan berat basah tajuk tertinggi terdapat pada interaksi perlakuan A1B1 yaitu sebesar 9,32 gr. Rataan berat basah terendah terdapat pada interaksi perlakuan A2B1 yaitu sebesar 1,878 gr. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan rataan berat basah tajuk pada interaksi perlakuan A1B1 berbeda nyata dengan A2B1 dan A2B2.

Berat Basah Akar (gr)

Hasil analisis sidik ragam dari berat basah akar (Lampiran 18) diketahui interaksi jenis pupuk organik dan jumlah pupuk organik, dan jenis pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata, sedangkan jumlah pupuk organik memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap berat basah akar. Nilai rataan berat basah akar (gr) dan hasil uji lanjut Duncan disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan berat basah akar (gr) dan hasil uji lanjut Duncan Jenis Pupuk Organik

Jumlah pupuk organik B1 (500 gr/polibag) B2 (250 gr/polibag) B3 (167 gr/polibag)

A1 = Humus 3,56b 2,61ab 2,18a

A2 = Kompos cocopeat 0,83a 0,93a 1,93a

Rata-rata 2,20 1,77 2,06

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa interaksi perlakuan A1B1 memberikan rataan berat basah akar tertinggi yaitu sebesar 3,562 gr dan rataan berat basah terendah terdapat pada interaksi perlakuan A2B1 yaitu sebesar 0,826 gr.

Berat Kering Tajuk (gr)

Hasil analisis sidik ragam berat kering tajuk (Lampiran 20) menunjukkan interaksi jenis dan jumlah pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk. Jenis pupuk organik memberikan pengaruh yang nyata. Nilai rataan berat kering tajuk (gr) dan hasil uji lanjut Duncan disajikan pada Tabel 9 berikut:

Tabel 11. Rataan berat kering tajuk (gr) dan hasil uji lanjut Duncan Jenis Pupuk Organik

Jumlah pupuk organik B1 (500 gr/polibag) B2 (250 gr/polibag) B3 (167 gr/polibag) A1 = Humus 1,98c 1,53bc 1,5bc

A2 = Kompos cocopeat 0,38a 0,49a 0,89a

Rata-rata 1,18 1,01 1,19

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Pada Tabel 11 interaksi perlakuan A1B1 memberikan rataan berat kering tajuk tertinggi yaitu sebesar 1,982 gr dan rataan berat kering tajuk terendah terdapat pada interkasi interaksi perlakuan A2B1 yaitu sebesar 0,378 gr. Berdasarkan hasil uji Duncan bahwa interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik humus berbeda nyata dengan interaksi perlakuan jenis dan jumlah kompos cocopeat.

Berat Kering Akar (gr)

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 22) menunjukkan interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik berpengaruh nyata terhadap berat kering akar, sedangkan jumlah pupuk organik yang digunakan tidak berpengaruh nyata. Nilai rataan berat kering akar semai (gr) dan hasil uji lanjut Duncan disajikan pada Tabel 12 berikut:

Tabel 12. Rataan berat kering akar semai (gr) dan hasil uji lanjut Duncan Jenis Pupuk Organik

Dosis Pupuk Organik B1 (500 gr/polibag) B2 (250 gr/polibag) B3 (167 gr/polibag) A1 = Humus 0,61c 0,53b 0,36ab

A2 = Kompos cocopeat 0,13a 0,18a 0,32ab

Rata-rata 0,98 0,36 0,34

Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Rataan berat kering akar pada interaksi perlakuan A1B1 memberikan rataan tertinggi yaitu sebesar 0,61 gr dan rataan berat kering akar terendah

terdapat pada interaksi perlakuan A2B1 yaitu sebesar 0,13 gr. Interaksi perlakuan A1B1 memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan interaksi perlakuan lainnya menurut uji Duncan pada taraf 5%. Rataan berat basah tajuk dan akar serta rataan berat kering tajuk dan akar pada interkasi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik disajikan pada gambar 5 berikut:

Gambar 5. Rataan berat dan berat kering tajuk (A) dan berat basah dan berat kering akar (B) semai Jabon Putih.

Gambar 5 menunjukkan perbedaan berat basah dan berat kering tajuk maupun akar semai pada setiap interkasi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik (humus dan kompos cocopeat)

PEMBAHASAN

Hasil pengamatan bahwa perlakuan interaksi jenis dan jumlah pupuk organik berpengaruh nyata terhadap rata-rata pertambahan tinggi semai, pertambahan diameter, berat basah akar, dan berat kering akar sedangkan pada rata-rata pertambahan jumlah daun, luas daun, berat basah tajuk dan berat kering tajuk tidak berpengaruh nyata. Akan tetapi pada perlakuan jenis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap pertamabahn tinggi, jumlah daun, luas daun, berat

0 2 4 6 8 10 12

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3

Berat Basah dan Bera t Kering Ta juk (g r) PERLAKUAN Berat Basah Tajuk Berat Kering Tajuk 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00

A1B1 A1B2 A1B3 A2B1

Berat Basah dan Bera t k ering Ak ar (gr) PERLAKUAN

A B

basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar. Sedangkan jumlah pupuk organik tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter pertumbuhan semai Jabon Putih yang diamati. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1994) menyatakan bahwa tanaman akan tumbuh subur apabila unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia dalam proporsi yang seimbang taerutama unsur hara N, P dan K. Sesuai dengan pendapat Lingga (1986) yang menyatakan bahwa peranan utama Nitrogen ialah merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang dan daun. Unsur hara Fosfor diperlukan tanaman terutama adalah untuk penyusunan inti sel, pembelahan sel serta perkembangan jaringan meristem. Unsur Kalium berperan dalam memperlancar proses fotosintesis dan membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Semakin lancer proses fotosintesis akan semakin banyak karbohidrat yang dihasilkan, dengan demikian laju pertumbuhan sel-sel baru akan semakin meningkat yang menyebababkan meningkatnya pertumbuhan tanaman (Setyamidjaja, 1986).

Hasil analisis sidik ragam pemberian jenis pupuk organik terhadap pertambahan tinggi yang signifikan berkaitan dengan pertambahan jumlah daun dan ukuran sel. Laju pembelahan sel serta pembentukan jaringan sebanding dengan pertumbuhan batang, daun dan sistem perakarannya. Pertumbuhan tinggi tanaman menunjukkan aktivitas pembentukan xylem dan pembesaran sel-sel yang tumbuh. Aktivitas ini menyebabkan cambium terdorong keluar dan terbentuknya sel-sel baru di luar lapisan tersebut sehingga terjadi peningkatan tinggi tanaman. tanaman yang lebih tinggi dapat memberikan hasil per tanaman yang lebih tinggi dibandingkan tanaman yang lebih pendek. Hal ini dipengaruhi karena tanaman

yang lebih tinggi dapat mempersiapkan organ vegetatifnya lebih baik sehingga fotosintat yang dihasilkan akan lebih banyak.

Menurut Yuwono (2005) menyatakan bahwa pupuk kimia berperan menyediakan nutrisi dalam jumlah yang besar bagi tanaman, sedangkan pupuk organik cenderung berperan menjaga fungsi tanah agar unsur hara dalam tanah mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Pemberian pupuk daun dapat membantu ketersediaan unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman dapat meningkat. Pupuk daun Growmore 6-30-30 mengandung Nitrogen 6%, Kalium 30% dan Fosfor 30%, melalui pemberian pupuk daun tersebut jumlah N, P dan K yang dibutuhkan tanaman meningkat.

Hasil analisis analisis sidik ragam menunjukkan interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik (A1B1) memiliki pertumbuhan yang signifikan pada pertambahan tinggi dan diameter semai Jabon Putih. Sedangkan pertumbuhan jumlah daun dan luas daun semai pada interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik tidak signifikan. hal ini dipengaruhi oleh pertambahan jumlah yang relatif lambat, juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman. Menurut Loveless (1991) pertambahan jumlah daun dipengaruhi oleh faktor genetis. Dengan peningkatan tinggi tanaman, diameter, seharusnya perlakuan berat basah dan berat kering tajuk sudah berpengaruh nyata. Namun dalam penelitian ini, berat basah dan berat kering tajuk semai tidak berpengaruh nyata. Hal ini dipengaruhi perbedaan pada bobot basah dan bobot kering akar yang menunjukkan perbedaan yang nyata antara jenis dna jumlah pupuk organik. Menurut Lingga (2004), berkembanganya system perakaran yang baik mendorong perkembangan atas

karena adanya korelasi antara perkembangan akar dan pertumbuhan bagian kanopi tanaman. Akar menyerap hara dari tanah dan ditransportasikan ke tajuk tanaman.

Analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa interkasi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik, masing-masing berpengaruh nyata terhadap berat basah dan berat kering akar. Jenis dan jumlah pupuk organik pada interaksi A1B1 (humus 500 gr/polibag) memberikan pertumbuhan yang lebih baik. Fase vegetative terutama terjadi pada perkembangan daun, batang dan akar. Menurut Harjadi (1995) apabila laju pembelahan sel dan perpanjangan serta pembentukan jaringan berjalan cepat, pertumbuhan batang, daun dan akar juga akan berjalan cepat demikian juga sebaliknya.

Pertumbuhan semai yang tidak optimum menyebabkan berkurangnya berat kering tajuk dan akar. Berat kering tajuk dan akar meningkat seiring dengan peningkatan komposisi media humus yang digunakan, sedangkan berat kering tajuk dan akar mengalami penurunan seiring dengan peningkatan komposisi media kompos cocopeat. Penambahan humus sebagai campuran media tumbuh mampu memperbaiki kondisi tanah menjadi lebih baik, sehingga tanah memiliki ruang pori yang cukup sehingga aerase, draenase dan suplai unsur hara ke tanaman dapat berlangsung dengan baik. Salisbury dan Ross (1995), menyatakan bahwa bahan kering suatu tanaman merupakan suatu indikasi terjadinya penyerapan hara yang dilakukan oleh tanaman dan laju penyerapan unsur hara tersebut ditentukan oleh akar tanaman. Dengan demikian berat kering tanaman (tajuk dan akar) yang tinggi menandakan kondisi perakaran tanaman cukup baik sehingga proses penyerapan unsur hara berlangsung dengan baik.

Hasil pengukuran berat basah dan berat kering akar pada interaksi perlakuan (A2B3) (kompos cocopeat 167 gr/polibag) menunjukkan rata-rata berat basah dan berat kering tertinggi dibandingkan interaksi A2B2 (kompos cocopeat 250 gr/polibag) dan A2B1 (penambahan kompos cocopeat 500 gr/polibag). Hal ini menunjukkan jumlah kompos cocopeat yang sedikit lebih baik mempengaruhi sifat tanah dibandingkan dengan pemberian jumlah kompos cocopeat yang tinggi. Tjia (2001) dalam Agustin, dkk., (2010) dalam penggunaan kompos cocopeat sebagai campuran media tanam dengan dosis yang tepat dapat menyumbangkan total ruang pori lebih banyak dan kapasitas memegang air yang lebih tinggi pada zona perakaran dan menghasilkan perakaran yang lebih kuat. Menurut Menggelen-Laagland (1995) dalam Agustin, dkk., (2010) penggunaan kompos cocopeat membuat akar tanaman lebih banyak dan halus.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada media tanam yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. kondisi media yang mampu menahan air serta kemampuan akar menyerap air dan mineral. Berdasarkan pengamatan secara visual terhadap akar pada akhir pengamatan, interaksi perlakuan jenis dan jumlah pupuk organik humus (A1B1) memberikan pertumbuhan yang baik terhadap akar. Hal ini terlihat dari kondisi rambut akar yang tumbuh menyebar, yang artinya interaksi jenis dan jumlah humus 500 gr/polibag memberi ruang untuk menyediakan oksigen dan air hingga akhir pertumbuhan tanaman. Lingga dan Marsono (2000) menyatakan bahwa sifat humus tidak berbeda dari kompos, yaitu mudah mengikat dan merembeskan air, dan gembur. Sehingga humus sangat berguna untuk memperbaiki keadaan tanah yang kurang baik.

Akar tanaman memiliki peranan yang sama pentingnya dengan tajuk. Hal ini karena fungsi akar ialah untuk penyerapan air dan unsur hara yang terlarut dalam tanah dan ditansportasikan ke tunas Wulandari dan Susanti (2012), tanaman harus mempunyai akar dan sistem perakaran yang cukup luas untuk dapat memperoleh hara dan air sesuai dengan kebutuhan tanaman. Sehingga tanaman akan tumbuh dengan baik. Perkembangan akar juga dipengaruhi oleh proses fotosintesis pada daun. Apabila proses fotosintesis berlangsung dengan baik dan menghasilkan karbohidrat yang lebih banyak maka berat kering anakannya juga meningkat (Ningsih, 2007).

Hasil pengamatan dan pengukuran terhadap parameter pertumbuhan semai jabon pada interaksi perlakuan jenis dan jumlah kompos cocopeat menunjukkan hasil rata-rata pertambahan parameter yang lebih rendah dibandingkan denga interkasi jenis dan jumlah humus yang digunakan sebagi media tanam. Hal ini dapat dipengaruhi oleh sifat kompos cocopeat yang mengandung lignin dan selulosa yang tinggi sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Manzeen dan Van Holm (1993) dalam Adiyati (1999) yang menyatakan bahwa cocopeat kandungan lignin yang tinggi sehingga tahan terhadap degradasi oleh microorganisme menyebabkan degradasi bahan organik yang terdapat dalam cocopeat akan berjalan lambat. Selain mengandung lignin dan selulosa yang cocopeat juga memiliki kadar garam yang tinggi (Agustin, 2010). Semakin banyak cocoepeat yang ditambahkan ke dalam media tanam. Kadar garam dalam media akan semakin besar. Kadar garam yang berlebih dalam suatu media tanam akan menghambat pertumbuhan tanaman.

Dokumen terkait