Hasil
Hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan NAA berpengaruh nyata terhadap parameter panjang akar. Sedangkan pada interaksi antara perlakuan NAA dan perlakuan IBA berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun induk.
Panjang Akar (mm)
Hasil sidik ragam terhadap parameter rataan panjang akar pada perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST dapat dilihat pada Lampiran 1-3. Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan NAA berpengaruh nyata terhadap rataan panjang akar, tetapi perlakuan IBA dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata pada panjang akar. Rataan panjang akar pada perlakuan NAA dan IBA dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan panjang akar anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie dari perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST
IBA
Keterangan: *Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan pada taraf 5%.
Tabel 1 memperlihatkan bahwa perlakuan N2 (NAA 1 mg/l) dengan rataan 10,25 mm dan perlakuan N3 (NAA 3 mg/l) dengan rataan 9,44 mm tidak berbeda nyata dengan perlakuan N0 (NAA 0 mg/l) dengan rataan 11,13 mm, namun berbeda nyata dengan perlakuan N1 (NAA 0,1 mg/l) dengan rataan 6,69 mm.
Jumlah Akar
Hasil sidik ragam terhadap parameter rataan jumlah akar yang membentuk akar pada perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST (Minggu Setelah Tanam) dapat dilihat pada Lampiran 4-6. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan NAA, perlakuan IBA serta perlakuan interaksi NAA dan IBA tidak memberikan pengaruh nyata terhadap rataan jumlah akar. Rataan jumlah akar pada perlakuan NAA dan IBA dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah akar anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie dari perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST
IBA
Hasil sidik ragam terhadap parameter rataan diameter akar pada perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST dapat dilihat pada Lampiran 7-8. Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan NAA, perlakuan IBA serta perlakuan interaksi NAA dan IBA tidak memberikan pengaruh nyata terhadap rataan diameter akar. Rataan diameter akar pada perlakuan NAA dan IBA dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan diameter akar anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie dari perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST
IBA
Hasil sidik ragam terhadap parameter rataan umur muncul akar pada perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST dapat dilihat pada Lampiran 9-11.
Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan NAA, perlakuan IBA serta perlakuan interaksi NAA dan IBA tidak memberikan berpengaruh nyata terhadap umur muncul akar. Rataan umur muncul akar pada perlakuan NAA dan IBA dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan umur muncul akar anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie dari perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST
IBA
Hasil sidik ragam terhadap parameter rataan jumlah daun induk pada perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST dapat dilihat pada Lampiran 12-13.
Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan NAA dan IBA
memberikan pengaruh nyata terhadap rataan jumlah daun. Rataan jumlah daun pada perlakuan NAA dan IBA dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan jumlah daun anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie dari perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST
IBA
Keterangan: *Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan pada taraf 5%.
Tabel 5. memperlihatkan bahwa interaksi terbaik terdapat pada perlakuan N3I3 yaitu 4,88 helai, perlakuan N2I2 yaitu 4,88 helai, perlakuan N0I3 yaitu 4,25 helai, perlakuan N0I2 yaitu 4,13 helai, perlakuan N3I2 yaitu 4,13 helai, perlakuan N1I0 yaitu 4,00 helai, perlakuan N1I1 yaitu 4,00 helai, perlakuan N2I3 yaitu 4,00 helai, N2I0 yaitu 3,88 dan N3I0 yaitu 3,88 helai. Perlakuan N3I3 dan N2I2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan N0I3, N0I2, N3I2, N1I0, N1I1, N2I3, N2I0 dan N3I0. Namun berbeda nyata dengan perlakuan N0I0 yaitu 3,75 helai, N0I1 yaitu 3,50 helai, N2I1 yaitu 3,38 helai, N3I1 yaitu 3,00 helai, N1I2 yaitu 2,88 helai dan N1I3 yaitu 2,38 helai.
Panjang Tunas Baru
Hasil sidik ragam terhadap parameter rataan panjang tunas baru pada perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST dapat dilihat pada Lampiran 14-16.
Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan NAA, perlakuan IBA, serta perlakuan interaksi NAA dan IBA tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap rataan panjang tunas baru. Rataan panjang tunas baru pada perlakuan NAA dan IBA dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan panjang tunas baru anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie dari perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST
IBA
Aklimatisasi dilakukan setelah penghitungan parameter jumlah daun. Dibersihkan tanaman dari sisa media agar yang masih lengket dengan tanaman. Setelah tanaman bersih dari sisa media agar, selanjutnya tanaman di pindahkan ke keranjang kecil yang berlubang-lubang dengan media serabut kelapa didalamnya.
Media serabut kelapa sebelumnya di sterilkan terlebih dahulu dengan fungisida untuk menghindari media berjamur. Lalu tanaman di susun berdasarkan tiap perlakuannya. Aklimatisasi dilakukan di rumah nurseri dengan atap paranet yang dilapis dua. Selanjutnya diambil data kualitatif.
Data kualitatif aklimatisasi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Aklimatisasi Tanaman Anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie pada 6 MST
Perlakuan Aklimatisasi Total Jumlah Daun (>2)
Tabel 7. memperlihatkan bahwa pada saat aklimatisasi semua perlakuan berhasil, dimana perlakuan N0I2, N0I3, N1I0, N1I1, N2I0, N2I2,N3I0 dan N3I3 memiliki persentase total jumlah daun yaitu 100%, sedangkan perlakuan, N2I3 dan N3I2 memiliki persentase total jumlah daun yaitu 87,5%, lalu perlakuan N0I0, N0I1, N2I1 dan N3I1 memiliki persentase total jumlah daun yaitu 75%, dan perlakuan N1I2 memiliki persentase total jumlah daun yaitu 62,5% lalu perlakuan N1I3 memiliki persentase total jumlah daun yaitu 37,5%. Untuk persentase akar perlakuan N0I0, N0I1, N0I2,N0I3, N1I0, N1I1, N2I0, N2I2, N2I3, N3I0, N3I1, N3I2 dan N3I3 memiliki persentase akar 100% sedangkan perlakuan N1I2, N1I3, dan N2I1 memiliki persentase akar 87,5%.
Pembahasan
Pengaruh NAA Terhadap Pembentukan Akar Tunas Anggrek Dendrobium sp. Varietas Dawn Marie Secara In Vitro
Dari hasil analisis secara statistik diperoleh bahwa perlakuan NAA berpengaruh nyata terhadap panjang akar dan jumlah daun induk, sedangkan pada jumlah akar, diameter akar, panjang tunas dan umur muncul akar tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan NAA. Pemberian NAA memberikan pengaruh nyata terhadap konsentrasi 0 mg/l, 1 mg/l dan 3 mg/l, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsentrasi 0,1 mg/l pada parameter panjang akar. Begitu juga dengan parameter jumlah daun induk, pemberian NAA memberikan pengaruh nyata terhadap konsentrasi 0 mg/l, 1 mg/l dan 3 mg/l, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsentrasi 0,1mg/l. Hal ini sesuai dengan literatur Poonsapaya et al., (1989) yang menyatakan bahwa penambahan auksin kedalam media kultur dapat meningkatkan konsentrasi zat pengatur tumbuh endogen di dalam sel, sehingga menjadi faktor pemicu dalam proses tumbuh dan perkembangan jaringan.
Rataan panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan N0 (NAA 0mg/l) diikuti N2 (NAA 1mg/l) dengan rataan masing-masing 11,13 mm dan 10,25 mm sedangkan terendah pada perlakuan N1 (NAA 0,1mg/l) diikuti N3 (NAA 3mg/l) dengan rataan masing-masing 6,69 mm dan 9,44 mm. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian NAA 1mg/l dengan nilai rata-rata sebesar 10,25 mm lebih cenderung meningkatkan pertambahan panjang akar dibandingkan dengan pemberian NAA 0,1mg/l dengan nilai rata-rata sebesar 6,69 mm. Hal ini diduga disebabkan oleh NAA lebih berpengaruh terhadap pemanjangan sel. Hal ini dapat dijelaskan oleh Nisak et al., (2012), bahwa pemberian NAA dapat menstimulasi
pemanjangan sel. Pemajangan sel ini dilakukan dengan cara penambahan plastisitas dinding sel menjadi longgar, sehingga air dapat masuk ke dalam dinding sel dengan cara osmosis dan sel mengalami pemanjangan.
Rataan jumlah daun induk tertinggi terdapat pada perlakuan N2 (NAA 1mg/l) diikuti N3 (NAA 3mg/l) dengan rataan masing-masing 4,03 helai dan 3,97 helai sedangkan terendah pada perlakuan N1 (NAA 0,1mg/l) diikuti N0 (NAA 0mg/l) dengan rataan masing-masing 3,31 helai dan 3,91 helai. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan N2 (NAA 1mg/l) mampu memberikan jumlah daun induk tertinggi walau tidak berbeda nyata dengan perlakuan N3 (NAA 3mg/l). Hal ini sesuai dengan literatur Pandanari et al., (2017) yang menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi NAA hingga 375 mg/l secara nyata meningkatkan jumlah daun pada umur 10hst, pada umur 15hst pemberian konsentrasi 125 mg/l menghasilkan jumlah daun yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibanding konsentrasi 0mg/l, sedangkan pada dosis 250mg/l dan 375mg/l tidak berbeda nyata dengan dosis 125mg/l.
Pengaruh IBA Terhadap Pembentukan Akar Tunas Anggrek Dendrobium sp.
Varietas Dawn Marie Secara In Vitro
Dari hasil analisis secara statistik diperoleh bahwa perlakuan IBA tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar, diameter akar, panjang akar, panjang tunas baru, umur muncul akar dan jumlah daun induk, namun secara deskriptif nilai rataan penampilan hormon IBA pada akar memberikan nilai rataan tertinggi pada parameter jumlah akar yaitu 5,84, pada parameter diameter akar yaitu 1,63, pada parameter panjang akar yaitu 10,31, pada parameter panjang tunas baru yaitu 0,87, pada parameter umur muncul akar yaitu 8,94, pada parameter jumlah daun induk yaitu 4,00.
Interaksi Antara NAA dan IBA Terhadap Pembentukan Akar Tunas Anggrek Dendrobium sp. Varietas Dawn Marie Secara In Vitro
Hasil analisis secara statistik diperoleh bahwa interaksi antara perlakuan NAA dan IBA berpengaruh nyata terhadap jumlah daun induk, sedangkan pada jumlah akar, panjang akar, diameter akar, panjang tunas dan umur muncul akar tidak berpengaruh nyata terhadap interaksi antara perlakuan NAA dan IBA.
Rataan jumlah daun induk tertinggi terdapat pada interaksi perlakuan N3I3 (NAA 3mg/l dan IBA 3mg/l) dan N2I2 (NAA 2mg/l dan IBA 2mg/l) dengan rataan masing-masing yaitu 4,88 helai diikuti N0I3 (NAA 0mg/l dan IBA 3mg/l) dengan rataan masing-masing yaitu 4,25 helai sedangkan terendah pada interaksi perlakuan N1I3 (NAA 0,1ml dan IBA 3ml) diikuti N3I1 (NAA 3ml dan IBA 0,1ml) dengan rataan masing-masing 2,38 helai dan 3 helai. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi perlakuan N3I3 (NAA 3ml dan IBA 3ml) mampu memberikan jumlah daun induk tertinggi walau tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan N2I2 (NAA 1ml dan IBA 1ml). Hal ini sesuai dengan literatur Zasari (2010) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tinggi dan jumlah daun induk meningkat dengan pemberian IBA atau NAA pada tingkat konsentrasi antara 2000ppm – 4000ppm.
Diduga, pertambahan tinggi dan jumlah daun berkolerasi dengan pertumbuhan akar stek yang terpicu akibat pemberian zat pengatur tumbuh (NAA dan IBA).
Zasari (2015) dengan percobaannya membuktikan bahwa bibit tertinggi dengan jumlah daun terbanyak masing-masing diperoleh dari perlakuan NAA + IBA 7,22 helai.
Berdasarkan penelitian yang telah saya lakukan, dapat disimpulkan bahwa kombinasi N3I3 (NAA 3mg/l + IBA 3mg/l), N2I2 (NAA 2mg/l + IBA 2mg/l), N0I3 (NAA 0mg/l + IBA 3mg/l), N0I2 (NAA 0mg/l + IBA 2mg/l), N1I0 (NAA
0,1mg/l + IBA 0mg/l), N1I1 (NAA 0,1mg/l + IBA 0,1mg/l), N2I0 (NAA 1mg/l + IBA 0mg/l), dan N3I0 (NAA 3mg/l + IBA 0mg/l), menunjukkan yang terbaik untuk proses aklimatisasi anggrek Dendrobium sp. varietas Dawn Marie. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan uji jarak duncan pada taraf 5% bahwa kombinasi-kombinasi tersebut di atas berbeda nyata dengan kombinasi-kombinasi-kombinasi-kombinasi lainnya yang tidak disebutkan di atas dan juga berdasarkan data kualitatif pada saat aklimatisasi dimana persentase dari kombinasi-kombinasi yang di atas memiliki persentase total jumlah daun dan akar 100%.