• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH AUKSIN TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR TUNAS ANGGREK Dendrobium sp. VARIETAS DAWN MARIE SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH AUKSIN TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR TUNAS ANGGREK Dendrobium sp. VARIETAS DAWN MARIE SECARA IN VITRO SKRIPSI OLEH :"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH AUKSIN TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR TUNAS ANGGREK Dendrobium sp. VARIETAS DAWN MARIE SECARA IN VITRO

SKRIPSI

OLEH :

AHMAD ZULFIKAR RIZAL SIREGAR 140301051

AGROTEKNOLOGI - PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

PENGARUH AUKSIN TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR TUNAS ANGGREK Dendrobium sp. VARIETAS DAWN MARIE SECARA IN VITRO

SKRIPSI

OLEH :

AHMAD ZULFIKAR RIZAL SIREGAR 140301051

AGROTEKNOLOGI - PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)
(4)

ABSTRACT

The Effect of Auxin on the Root Formation of Dendrobium sp. var. Dawn Marie in Vitro. Supervised by Lutfi Aziz M. Siregar, SP, M.Sc, Ph.D and Ir. Emmy Harso K., M.Sc. The aim of research was to determine the effect of NAA, IBA and their interaction on the root formation of Orchid buds Dendrobium sp. Dawn Marie.

This research was conducted at the Tissue Culture Laboratory of PT. Hijau Surya Biotechindo, Kisaran, Asahan Regency, North Sumatera, from May 2018 to June 2018. This research used Completely Randomized Design (CRD) with 2 factors, 16 treatments and 4 replications. The parameters observed were the number of root, root diameter (mm), root length (mm), length of new bud (cm), age of root appearance and the number of leaves. The results of this research indicate that MS medium + NAA has a significant effect on root length, but does not significantly affect the number of root, root diameter, age of root appearance and length of new bud.The average length of orchid roots in NAA 0.1 mg/L treatment (6.69 mm) was the shortest of all treatments. MS medium + IBA at all doses did not show any real effect on all parameters. The interaction of NAA and IBA only shows the difference in the number of leaves, but does not affect the development of root length, number of root, root diameter, age of root appearance and length of new bud.

Keywords: Dendrobium sp. var. Dawn Marie, Auxin, NAA, IBA.

(5)

ABSTRAK

Pengaruh Auksin Terhadap Pembentukan Akar Tunas Anggrek Dendrobium sp. var. Dawn Marie Secara in Vitro. Dibimbing oleh Luthfi Aziz M. Siregar, SP, M.Sc, Ph.D dan Ir. Emmy Harso K., M.Sc. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh NAA, IBA serta interaksi keduanya terhadap pembentukan akar tunas anggrek Dendrobium sp. Dawn Marie secara in vitro. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan PT. Hijau Surya Biotechindo, Kisaran Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, dari bulan Mei 2018 sampai Juni 2018. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, 16 perlakuan dan 4 ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah akar, diameter akar (mm), panjang akar (mm), panjang tunas baru (cm), umur muncul akar dan jumlah daun.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Medium MS + NAA berpengaruh nyata terhadap panjang akar, namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar, diameter akar, umur muncul akar dan panjang tunas baru. Rata–rata panjang akar anggrek pada perlakuan NAA 0,1 mg/L (6,69 mm) paling pendek di antara semua perlakuan. Medium MS + IBA pada semua dosis tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap semua parameter. Interaksi NAA dan IBA hanya menunjukkan perbedaan terhadap jumlah daun, tetapi tidak mempengaruhi perkembangan panjang akar, jumlah akar, diameter akar, umur muncul akar dan panjang tunas baru.

Kata Kunci : Dendrobium sp. Dawn Marie, Auksin, NAA, IBA.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Ahmad Zulfikar Rizal Siregar dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 22 Oktober 1996, putra ketiga dari pasangan Wildan Siregar dan Roslina Nainggolan.

Pendidikan formal yang sudah ditempuh adalah SD N 122376 Pematangsiantar lulus pada tahun 2008, SMP N 4 Pematangsiantar lulus pada tahun 2011 dan SMA N 4 Pematangsiantar lulus pada tahun 2014 dan pada tahun yang sama lulus seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) pada program studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Selama mengikuti perkuliahan, Penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan yaitu BKM AL-Mukhlisin FP USU sebagai staf Ukhuwah Islamiyah periode (2015-2016), penulis juga berkesempatan membantu dosen sebagai asisten dalam menjalankan praktikum di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Di PTPN III Kebun Bandar Selamat di Kecamatan Aek Song-Songan Kabupaten Asahan dari Juli- Agustus 2017.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Auksin Terhadap Pembentukan Akar Tunas Anggrek Dendrobium sp. Varietas Dawn Marie Secara In Vitro”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yang telah mendidik penulis dari kecil hingga sampai sekarang dan tak hentinya memberikan arahan dan nasehat dalam penyelesaian gelar sarjana ini serta kepada kakak dan abang penulis yang telah memberikan motivasi dan dukungan selama masa perkuliahan penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Luthfi A. M. Siregar, SP., M.Sc., Ph.D., sebagai ketua komisi pembimbing, dan bapak Ir. Emmy Harso K., M.Sc., selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi ini dan sangat berterima kasih untuk keluarga besar PT. Hijau Surya Biotechindo yang telah memfasilitasi saya dalam penelitian ini.

Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, teman-teman Agroteknologi angkatan 2014, keluarga besar minat Pemuliaan Tanaman, keluarga besar BKM AL-Mukhlisin, seluruh asisten laboratorium yang pernah mengajar dan

(8)

membimbing penulis dalam memahami setiap judul praktikum dan semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

Skripsi ini merupakan tahap awal penelitian tentang upaya pembentukan akar yang baik pada tanaman anggrek Dendrobium sp. varietas Dawn Marie yang belum banyak didukung oleh kajian teori. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Oktober 2019

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penulisan ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5

Kultur Jaringan ... 7

Mikropropagasi ... 8

Eksplan ... 8

Media Kultur Jaringan ... 9

Auksin ... 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengakaran secara In Vitro ... 10

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat Penelitian ... 12

Metode Penelitian ... 12

PELAKSAAN PENELITIAN Pembuatan Media ... 15

Sterilisasi Media ... 15

Persiapan Ruang Tanam ... 15

Pengambilan Bahan Tanam ... 16

Penanaman ... 16

Pemeliharaan Eksplan ... 16

Aklimatisasi ... 17

Peubah Amatan ... 17

Panjang Akar (mm) ... 17

Jumlah Akar ... 17

Diameter Akar (mm) ... 18

(10)

Umur Muncul Akar (hari) ... 18

Jumlah Daun Induk ... 18

Panjang Tunas (cm) ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Panjang Akar (mm) ... 19

Jumlah Akar ... 20

Diameter Akar (mm) ... 20

Umur Muncul Akar ... 21

Jumlah Daun Induk ... 21

Panjang Tunas Baru (cm) ... 22

Aklimatisasi ... 23

Pembahasan Pengaruh NAA Terhadap Pembentukan Akar Tunas Anggrek Dendrobium sp. Varietas Dawn Marie Secara In Vitro ... 25

Pengaruh IBA Terhadap Pembentukan Akar Tunas Anggrek Dendrobium sp. Varietas Dawn Marie Secara In Vitro ... 26

Interaksi Antara NAA dan IBA Terhadap Pembentukan Akar Tunas Anggrek Dendrobium sp. Varietas Dawn Marie Secara In Vitro ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29

Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

LAMPIRAN ... 34

(11)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Rataan panjang akar anggrek Dendrobium Dawn Marie dari perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST ... 19 2. Rataan jumlah akar anggrek Dendrobium Dawn Marie dari perlakuan

NAA dan IBA pada 6 MST ... 20 3. Rataan diameter akar anggrek Dendrobium Dawn Marie dari perlakuan

NAA dan IBA pada 6 MST ... 21 4. Rataan umur muncul akar anggrek Dendrobium Dawn Marie dari

perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST ... 21 5. Rataan jumlah daun anggrek Dendrobium Dawn Marie dari perlakuan

NAA dan IBA pada 6 MST ... 22 6. Rataan panjang tunas baru anggrek Dendrobium Dawn Marie dari

perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST ... 23 7. Aklimatisasi Tanaman Anggrek Dendrobium Dawn Marie pada 6 MST .... 24

(12)

DAFTAR LAMPIRAN No.

1. Data Panjang Akar (mm) ... 34

2. Data Transformasi Panjang Akar (X+0.5)1/2 ... 34

3. Data Sidik Ragam Panjang Akar ... 35

4. Data Jumlah Akar Daun Induk... 36

5. Data Transformasi Jumlah Akar (X+0.5)1/ ... 36

6. Data Sidik Ragam Jumlah Akar ... 37

7. Data Diameter Akar (mm) ... 38

8. Data Sidik Ragam Diameter Akar ... 38

9. Data Umur Muncul Akar ... 39

10. Data Transformasi Umur Muncul Akar (X+0.5)1/2 ... 39

11. Data Sidik Ragam Umur Muncul Akar... 40

12. Data Jumlah Daun Induk ... 41

13. Data Sidik Ragam Jumlah Daun Induk ... 41

14. Data Panjang Tunas Baru (cm) ... 42

15. Data Transformasi Panjang Tunas Baru (X+0.5)1/2 ... 42

16. Data Sidik Ragam Panjang Tunas Baru ... 43

17. Komposisi Media Murashige dan Skoog (MS)... 44

18. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 45

19. Bagan Penelitian ... 46

20. Lampiran Foto Penelitian ... 47

21. Lampiran Foto pada Saat Supervisi ... 47

22. Lampiran Foto Penelitian pada Saat Panen (6MST) ... 48

23. Lampiran Foto Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp. Varietas Dawn Marie pada 6 MST ... 51

Hal.

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Anggrek jenis Dendrobium merupakan komoditas yang paling banyak digemari masyarakat karena sifatnya yang relatif lebih tahan lama dan warna bunga yang bervariasi, sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan karena mempuyai nilai ekonomis yang tinggi sebagai komoditas ekspor maupun untuk pasaran dalam negeri. Dendrobium merupakan salah satu marga Orchidaceae yang jumlahnya besar dan beraneka ragam (Widiastoety et al., 2000). Jenis ini paling populer di kalangan hobiis maupun pengusaha anggrek karena bunganya memiliki beragam bentuk, ukuran dan warna. Selain itu, anggrek ini memiliki pangsa pasar 50% dari total pasar anggrek untuk tanaman dalam pot (Andarini, 2013).

Tahun 2002 adalah tahun terakhir Indonesia mampu melakukan ekspor bibit anggrek sebelum akhirnya sama sekali tidak ada ekspor bibit anggrek Indonesia di tahun 2010 dan 2011. Tahun 2012-2014 terjadi lagi ekspor bibit dengan volume lebih besar dari tanaman anggrek yaitu berkisar antara 52.187 kg sampai 54.972 kg. Selama periode tahun 2000-2014, ekspor anggrek Indonesia sebagian besar dalam bentuk tanaman anggrek dengan rata-rata kontribusi sebesar 70,94%, sementara dalam bentuk bibit anggrek sebesar 29,06%. (Suwandi, 2015).

Tahun 2007 ekspor anggrek Indonesia dominan ditujukan ke negara Jepang yaitu sebesar US$ 263,04 ribu atau 41,15% dari total ekspor anggrek Indonesia. Negara tujuan ekspor anggrek berikutnya adalah Australia yakni sebesar US$ 177,80 ribu atau 27,82% dari total indonesia, kemudian negara Singapore dengan nilai ekspor sebesar US$ 137,02 ribu atau 21,44%. Negara tujuan ekspor berikutnya adalah

(14)

Taiwan, Uni Emerat Arab, Gatar, Malaysia dan Thailand dengan realisasi ekspor di bawah US$ 54 ribu (Suwandi, 2015).

Salah satu jenis tanaman anggrek yang digemari masyarakat adalah Dendrobium varietas Dawn Marie yang merupakan hasil silangan (hibrida) (D. cruentum x D. formosum Var. Giganteum) dari Thailand (Ratnasari, 2007). Ciri khas dari anggrek ini apabila ditempatkan pada sinar matahari yang cukup, batangnya akan subur dan rajin berbunga dengan kondisi angin yang tersedia. Varietas-varietas Dendrobium yang sekarang ada merupakan hasil persilangan ulang induk-induk dari hasil silangan. Dendrobium relative mudah disilangkan bergantung pada spesies dan varietas dan mudah ditumbuhkan dalam media buatan in vitro (Widiastoety et al., 2000).

Salah satu alternatif untuk melestarikan keanekaragaman anggrek adalah melakukan perbanyakan melalui kultur jaringan yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan cara konvensional (Panjaitan, 2005). Kelebihan itu di antaranya dapat menghasilkan anggrek dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat, serta memiliki sifat yang sama dengan induknya dan pertumbuhannya relatif seragam. Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan maupun organ dalam kondisi aseptik secara in vitro (Marliana dan Rusnandi, 2007).

Masalah yang sering ditemukan pada saat perbanyakan anggrek Dendrobium secara kultur jaringan ialah tidak optimalnya pertumbuhan akar anggrek. Sistem perakaran yang cenderung mudah rusak dan tidak berfungsi dengan baik akan membuat pertumbuhan tanaman pada kondisi in vivo sangat tertekan. Proses pengakaran biasanya tunas ditanam dalam media yang mengandung zat pengatur

(15)

tumbuh (IAA, IBA atau NAA). Perakaran umumnya dilakukan pada tahap akhir dalam suatu periode perbanyakan kultur jaringan. Apabila jumlah tunas in vitro sudah tersedia sesuai dengan jumlah bibit yang akan diproduksi, pada tahap berikutnya tunas disubkultur pada media untuk perakaran. Adanya hambatan dalam proses aklimatisasi dipandang merugikan dalam budidaya anggrek, sehingga diperlukan perbaikan dalam teknik budidaya (Mariska dan Sukmadjaja, 2003).

Salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan adalah media kultur. Komponen media yang menentukan keberhasilan kultur jaringan yaitu jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan dan tahap pengkulturan. Auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang dibutuhkan dalam media kultur jaringan dan diberikan dalam konsentrasi yang sesuai dengan pertumbuhan yang diinginkan (Ali et al., 2007)

Auksin merangsang inisiasi akar lateral (samping). Komposisi media kultur yang berbeda, seperti zat pengatur tumbuh tergantung pada jenis spesies dan eksplan.

Sebagian besar, auksin baik sendiri atau dalam kombinasi dengan auksin atau dengan sitokinin lainnya, telah digunakan dalam media kultur untuk pembentukan akar tunas mikro. Auksin memainkan peranan penting dalam pembentukan akar (rooting) secara in vitro . Napthalene -3-acetic acid (NAA) dan Indole-3-butyric acid (IBA) merupakan zat pengatur tumbuh yang termasuk auksin yang sering digunakan dalam proses pengakaran in vitro (Fukaki dan Tasaka, 2009).

(16)

Pada kultur jaringan, akar dan aklimatisasi adalah tahap yang sangat penting dalam budidaya anggrek. Keberhasilan transplantasi dari planlet in vitro ke kondisi ex vitro terutama selama aklimatisasi, tergantung pada akar yang dikembangkan selama proses in vitro (Fukaki dan Tasaka, 2009).

Bibit anggrek hasil in vitro memerlukan tahap aklimatisasi. Masa aklimatisasi merupakan masa yang dianggap paling kritis dalam rangkaian perbanyakan tanaman (Purwanti, 2012). Kriteria perakaran bibit anggrek yang baik untuk aklimatisasi yaitu jumlah akar yang banyak, diameter yang lebih tebal dan akar tidak terlalu panjang.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Pengaruh NAA dan IBA Terhadap Pembentukan akar Tunas Anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie Secara in vitro .

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh NAA, pengaruh IBA serta pengaruh interaksi keduanya terhadap pembentukan akar tunas anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie secara in vitro .

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh auksin NAA dan IBA serta interaksi keduanya terhadap pembentukan akar tunas anggrek Dendrobium Dawn Marie.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(17)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Sistematika tanaman anggrek Dendrobium adalah sebagai berikut:

Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Subdivisi: Angiospermae;

Kelas: Monocotyledoneae; Ordo: Orchidales; Famili: Orchidaceae; Genus:

Dendrobium; Spesies: Dendrobium sp. (Dressler dan Dodson, 2000).

Daun anggrek memiliki bentuk yang bervariasi dari sempit memanjang sampai bulat panjang. Seperti pada tanaman monokotil lainnya, daun anggrek mempunyai tulang daun sejajar dengan helai daun. Ketebalan daun bervariasi dari tipis sampai tebal sukulen (Yusuf, 2012).

Ada dua jenis pola pertumbuhan anggrek, simpodial dan monopodial.

Anggrek monopodial, Phalaenopsis dan Vanda menjadi dua yang paling umum, tumbuh dari batang pusat tunggal dengan daun di kedua sisi. Anggrek simpodial memiliki beberapa pertumbuhan dan biasanya tumbuh satu atau lebih pertumbuhan baru per tahun. Seringkali pola pertumbuhan terlihat seperti pembuka botol dengan setiap pertumbuhan baru datang dari sisi yang sebelumnya dalam pola melingkar (Naik et al., 2014).

Dendrobium memiliki akar rimpang panjang dengan panjang 1-2 m, batang kadang-kadang bercabang. Umbi semu berantar-ruas 2-4 umbi. Daun beruas dengan pelepah berbentuk tabung, helaian daun duduk tebal memanjang sampai membentuk garis dengan ujung tumpul melekuk ke dalam dengan panjang 4-8 cm. Tandan bunga di ujung pelepah dari daun yang tidak sempurna pada pangkalnya. Bunga berwarna putih dan tangkai bunga pada pangkal bersisik. Dua mahkota bunga lateral memanjang sampai bentuk lanset sepanjang 2-2,5 cm

(18)

(Steenis, 2004). Menurut Indradewa et al (2001) Dendrobium memiliki akar lekat dan akar udara. Akar lekat berperan sebagai penahan tanaman, sedangkan akar udara berfungsi untuk kelangsungan hidup tanaman, yaitu menyerap air dan nutrisi.

Bagian lain dari bunga anggrek adalah labellum (bibir bunga). Bagian ini merupakan perkembangan dari salah satu petal. Pada labellum terdapat bagian yang disebut column (tugu bunga) tempat kumpulan alat-alat kelamin bunga.

Adanya column menjadi ciri khas atau karakter bunga anggrek karena tidak dimiliki oleh famili tumbuhan lain (Hidayani, 2007).

Kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan anggrek Dendrobium berkisar suhu 21°C-30°C, dengan kelembapan nisbi berkisar 65-85% dan rata-rata curah hujan 8,8mm. Kondisi yang terlalu basah sangat tidak cocok untuk anggrek Dendrobium karena menyebabkan kebusukan, tetapi kondisi lingkungan dengan kelembapan tinggi sangat cocok untuk anggrek Dendrobium karena dapat menghindari penguapan yang berlebihan (Rachmawati et al., 2016).

Tanaman anggrek Dendrobium tergolong dalam tumbuhan epifit, namun dapat juga hidup didalam pot dengan media tertentu. Tumbuh-tumbuhan mempunyai adaptasi anatomi untuk kelangsungan hidupnya, dengan cara memberikan peluang keberhasilan menyesuaikan kehidupan di habitat.Cara hidup anggrek yang berbedamemiliki morfologi yang berbeda (Sukmawati, 2014).

Sistem pertumbuhan batangnya monopodial dengan membentuk rumpun, batang bagian bawah dengan sedikit menggembung, bentuk bulat memanjang. Panjang batang 23 cm atau lebih, daun berbentuk lanset, tepi rata, ujung runcing, permukaan halus, pertulangan sejajar, letak berseling berhadapan dengan panjang

(19)

10 cm, lebar 2 cm, dengan warna hijau gelap. Bentuk sepal bunganya mirip berbentuk segitiga, tandan bunganya kebanyakan mucul dari batang yang sudah tua tidak berdaun dengan panjang 4-12 cm, bunga tidak mekar penuh, dan tidak beraroma (Prasetyo, 2009).

Anggrek Dendrobium tumbuh baik di dataran sedang yakni dengan ketinggian antara 500-1000 m dpl (Zihan, 2011). Anggrek Dendrobium Dawn Marie termasuk epifit, yaitu tumbuh di tanaman lain tanpa merugikan tanaman yang ditumpanginya. Dendrobium Dawn Marie digunakan sebagai tanaman hias pot dan bunga potong. Perbanyakan dengan biji dan anakan (Ratnasari, 2007).

Kultur Jaringan

Kultur jaringan tanaman adalah suatu cara untuk mengisolasi dan menumbuhkan bagian tanaman dalam kondisi yang aseptik secara in vitro sehingga bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap (Hartman et al., 2002).

Berbeda dengan teknik perbanyakan vegetatif konvensional, kultur jaringan melibatkan pemisahan komponen-komponen biologis dan tingkat pengendalian yang tinggi dalam memacu proses regenerasi dan perkembangan jaringan. Setiap urutan proses dapat dimanipulasi melalui seleksi bahan tanaman, medium kultur dan faktor-faktor lingkungan, termasuk eliminasi mikroorganisme seperti jamur dan bakteri. Semua itu dimaksudkan untuk memaksimalkan produk akhir dalam bentuk kuantitas dan kualitas propagula berdasarkan prinsip totipotensi sel (Zulkarnain, 2014).

Teknik kultur jaringan akan berhasil apabila syarat-syarat yang diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan sebagai bahan dasar

(20)

untuk pembentukan kalus, penggunaan medium yang cocok, keadaan aseptik dan pengaturan udara yang baik. Kondisi steril merupakan suatu syarat mutlak keberhasilan pelaksanaan kultur jaringan, sehingga kondisi ini harus tetap dijaga selama proses kultur berlangsung. Walaupun hanya satu spora jamur atau hanya satu sel bakteri yang masuk ke media kultur, maka pekerjaan kultur akan gagal dan tidak akan dihasilkan tanaman baru (Dwiyani, 2015).

Mikropropagasi

Teknik mikropropagasi merupakan perbanyakan klonal tanaman menggunakan eksplan dari jaringan meristematik atau non-meristematik.

Tanaman dapat diregenerasi baik secara langsung dari eksplan maupun secara tidak langsung melalui kalus yang diinisiasi dari eksplan (Geisjkes et al., 2003).

Teknik mikropropagasi dimulai dari bagian tanaman yang terorganisasi, sering kali berupa suatu mata tunas, selanjutnya proses kultur dengan memelihara organisasi jaringan ini sambil mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya ke arah penggandaan dan regenerasi tanaman lengkap (Zulkarnain, 2014).

Eksplan

Eksplan adalah bagian kecil jaringan atau organ yang dipisahkan dari tanaman induk dan kemudian dikulturkan. Keberhasilan pengkulturan eksplan tergantung pada faktor yang meliputi genotif eksplan, umur fisiologi dan sumber jaringan atau organ tanaman (Hughes, 1982).

Bagian eksplan untuk anggrek Dendrobium diambil dari tunas samping (keiki) induknya. Saat di dalam laminar air flow cabinet, keiki harus telanjang, dalam artian semua daun-daun yang masih ada harus dibuang hingga terlihat mata

(21)

tunasnya. Bagian eksplan yang rusak akibat perlakuan sterilisasi, dibuang terlebih dahulu sebelum eksplan dikulturkan pada medium yang sudah disiapkan sebelumnya (Zulkarnain, 2014).

Media Kultur Jaringan

Pada kultur jaringan formulasi media yang dapat digunakan untuk pengecambahan biji anggrek, diantaranya adalah Vacin dan Went (Vacin dan Went, 1949) atau Murashige dan Skoog (Murashige dan Skoog, 1962) dengan ukuran ½ MS atau penuh (full strength- MS macronutrients) (Sagawa, 1991).

Media tanam dalam kultur jaringan adalah tempat untuk tumbuh eksplan. Media tanam ini harus berisi semua zat yang dibutuhkan untuk menjamin pertumbuhan eksplan. Dengan demikian keberhasilan kultur jaringan jelas ditentukan oleh media tanam dan macam tanaman (Rahardja, 1988).

Auksin

Auksin merupakan salah satu golongan fitohormon baik alamiah maupun sintetik, yang dapat menginduksi pemanjangan sel dan juga dalam kasus pembelahan sel. Auksin mempunyai peran fisiologis yang dapat mempengaruhi tanaman yaitu, mendorong perpanjangan sel dan organ, mendorong pembentukan akar, mendorong gerakan trofisme, mendorong dominasi apikal, mencegah imbibisi, mendorong pembentukan kalus dan mendorong pembungaan (Gunawan, 2005).

Auksin sintetik antara lain Napthalene-3-acetic acid (NAA), Indole-3-acetic acid (IAA), IBA dan 2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4 D). Napthalene-3-acetic acid (NAA) termasuk dalam auksin eksogen sehingga dapat menggantikan hormon IAA (auksin endogen). NAA berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan

(22)

perakaran dan mendorong pertumbuhan stek dari tanaman berkayu dan tanaman berbatang lunak. Penambahan auksin pada konsentrasi yang rendah pada media akan mendorong pembentukan akar adventif, sedangkan pada konsentrasi tinggi cenderung membentuk kalus. Penerapan auksin untuk tunas mikropropagasi tampaknya mengintensifkan jumlah akar dengan pemasangan enzim endogen (Asghar et al., 2011).

George et al., (2008) mengemukakan bahwa auksin penting untuk pemeliharaan polaritas tanaman. Pada jumlah akar Dendrobium, pemberian IBA pada 1 mg/l menunjukkan jumlah tertinggi dibandingkan pemberian BAP pada konsentrasi 0,0 mg/l, 1,0 mg/l dan 5,0 mg/l (Aktar et al., 2007).

NAA ditemukan lebih baik dari IBA untuk pembentukan dan perkembangan akar. Akar terbentuk pada konsentrasi NAA lebih baik dan kuat daripada IBA dalam jumlah akar, panjang dan ketebalan. Peningkatan konsentrasi NAA 0,1 – 3,0 mg/l, terbukti progresif untuk in vitro perakaran. Nilai-nilai yang signifikan tertinggi di jumlah akar, panjang dan ketebalan diperoleh dengan NAA di 3,0 mg/l (Mirani et al., 2017).

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengakaran Secara In Vitro

Dalam perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan, pertumbuhan akar dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh, media dan zat pengatur tumbuh yang diberikan. Untuk mendapatkan hasil yang optimum maka penggunaan media dasar dan zat pengatur tumbuh yang tepat merupakan faktor yang penting.

Kombinasi media dasar dan zat pengatur tumbuh yang tepat akan meningkatkan

aktivitas pembelahan sel dalam proses morfogenesis dan organogenesis (Purnamaningsih dan Lestari, 1998).

(23)

Dalam proses pembentukan organ seperti akar ada interaksi antara zat pengatur tumbuh eksogen yang ditambahkan ke dalam media dengan zat pengatur tumbuh endogen yang diproduksi oleh jaringan tanaman (Winata, 1987). Penambahan auksin ke dalam media kultur dapat meningkatkan konsentrasi zat pengatur tumbuh endogen di dalam sel, sehingga menjadi “faktor pemicu” dalam proses tumbuh dan perkembangan jaringan (Poonsapaya et al., 1989). Menurut Weaver (1972), auksin sangat efektif dalam menginisiasi pembentukan akar pada banyak spesies tanaman.

Faktor lain yaitu lingkungan tumbuh. Pengaruh cahaya pada perkembangan tanaman sering dihubungkan dengan lamanya penyinaran dan kegelapan (Muslihin, 2001). Lama penyinaran atau photoperiodisitas juga mempengaruhi pertumbuhan eksplan yang dikulturkan. Lama penyinaran umumnya diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman sesuai dengan kondisi alamiahnya. Periode terang dan gelap umumnya diatur pada kisaran 8-16 jam terang dan 16-8 jam gelap tergantung varietas tanaman dan eksplan yang dikulturkan. Periode siang/malam (terang/gelap) ini diatur secara otomatis menggunakan timer yang ditempatkan pada saklar lampu pada ruang kultur.

Dengan teknik ini penyinaran dapat diatur konstan sesuai kebutuhan tanaman (Mulyaningsih dan Aluh, 2008).

(24)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan PT. Hijau Surya Biotechindo, Kisaran, Sumatera Utara pada bulan Mei 2018 sampai dengan Juni 2018.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah eksplan hasil subkultur ke-4 anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie yang didapat dari PT. Hijau Surya Biotechindo, media ½ MS sebagai media tumbuh tanaman dengan NAA dan IBA sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan dan bahan penyusun media lainnya (agar, akuades steril), kertas milimeter blok, umonium 0,5%, spiritus, dan bahan lainnya yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan adalah laminar air flow cabinet (LAFC), botol kultur, autoklaf, timbangan analitik, rak kultur, erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, pinset, lampu bunsen, pisau scalpel, jangka sorong, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Penambahan NAA dalam media dengan 4 taraf N0 : Kontrol

N1 : 0,1 mg/l NAA N2 : 1,0 mg/l NAA N3 : 3,0 mg/l NAA

(25)

Faktor II : Penambahan IBA dalam media dengan 4 taraf I0 : Kontrol

I1 : 0,1 mg/l IBA I2 : 1,0 mg/l IBA I3 : 3,0 mg/l IBA

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut:

N010 N110 N210 N310

N011 N111 N211 N311

N012 N112 N212 N312

N013 N113 N213 N313 Jumlah perlakuan : 16

Jumlah ulangan : 4 Jumlah eksplan tiap botol uji : 2 Jumlah seluruh botol uji : 64 Jumlah seluruh eksplan : 128 Model rancangan adalah sebagai berikut:

Yijk = μ + αi + βj + (αβ)ij + ε ijk

i = 1,2,3,4 j = 1,2,3,4 k = 1,2,3,4

Yijk = Nilai pengamatan unit percobaan pada perlakuan NAA ke-i, perlakuan IBA ke-j, dan ulangan ke-k

μ = Nilai tengah umum αi = Pengaruh NAA ke-i βj = Pengaruh IBA ke-j

(αβ)ij = Nilai tambah pengaruh interaksi NAA ke-i dan pengaruh IBA ke-j

(26)

εijk = Galat percobaan

Perlakuan (konsentrasi NAA, konsentrasi IBA) yang berbeda nyata dalam sidik ragam dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan pada α = 5% (Steel dan Torrie, 1995).

(27)

PELAKSANAAN PENELITIAN Pembuatan Media

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media ½ MS (Murashige &

Skoog), larutan hormon NAA dan IBA. Kemudian media yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 2 liter untuk 64 botol kultur. Diambil media ½ MS ukuran 100 ml lalu digabungkan dengan ZPT NAA dan IBA masing-masing perlakuan.

Selanjutnya diukur pH media sampai pH nya 5,8. Media dimasak sampai mendidih kemudian dituang ke dalam botol kultur, lalu botol kultur ditutup dengan menggunakan penutup botol kultur plastik, lalu tiap botol diberikan label masing-masing perlakuan. Kemudian dilakukan sterilisasi media.

Sterilisasi Media

Disterilkan botol yang telah berisi media dengan autoklaf pada suhu 121°C dengan tekanan 17,5 psi selama 15 menit. Setelah itu media dikeluarkan dari autoklaf dan dimasukkan ke dalam dark room (ruangan khusus penyimpan media yang telah di autoklaf) dan didiamkan selama 3 hari.

Persiapan Ruang Tanam

Seluruh permukaan laminar air flow cabinet sebelumnya dibersihkan terlebih dahulu dengan dilap menggunakan umonium 0,5% lalu disterilkan dengan sinar ultra violet selama 30 menit sebelum proses penanaman dilakukan. Semua alat dan bahan yang akan dipakai harus dilap dengan umonium 0,5% dan beberapa alat seperti pinset, pisau scalpel, bunsen, dan mancis. Setelah dilap lalu pinset dan pisau scalpel dibakar dengan api bunsen di dalam laminar air flow cabinet selama 1 menit. Hal ini dilakukan untuk menghindari resiko bahan penelitian terkontaminasi.

(28)

Pengambilan Bahan Tanaman

Bahan tanaman yang digunakan ialah eksplan anggrek Dendrobium sp hasil subkultur ke-4 yang berumur 6 minggu dengan jumlah daun dengan kriteria 2 helai dan panjang tunas 2 cm yang dipelihara dan diperoleh dari PT. Hijau Surya Biotechindo sebagai bahan perbanyakan yang berasal dari kultur embrio.

Bahan tanaman berasal dari biji hybrid Dendrobium varietas Dawn Marie yang telah tumbuh dan diperbanyak menjadi tunas mikro. Selanjutnya dipisahkan dari rumpunnya untuk diperbanyak dan disubkultur dalam periode 6 minggu.

Penanaman

Penanaman eksplan dilakukan dalam laminar air flow cabinet. Selanjutnya botol kultur diletakkan di laminar air flow cabinet dengan lampu dihidupkan, serta lampu bunsen dinyalakan. Dalam setiap botol kultur terdiri dari 2 eksplan, eksplan yang sudah steril ditanam pada botol kultur ukuran 100ml yang sudah berisi media sebanyak ±25 ml/botol kultur. Botol kultur ditutup dengan penutup botol kultur. Botol kultur diletakkan di rak kultur yang ruangannya memilki air conditioner dengan suhu ±24°C dan cahaya yang cukup.

Pemeliharaan Eksplan

Tabung-botol kultur diletakkan pada rak kultur di dalam ruang kultur. Ruangan ini diusahakan bebas dari bakteri dan cendawan. Dalam penelitian ini suhu ruangan kultur yang digunakan ±24°C dengan kondisi ruangan memiliki air conditioner dilengkapi filter High Efficiency Particulate Air (HEPA) yang dibersihkan selama 6 bulan sekali. Apabila mengalami kontaminasi, segera diambil dari rak kultur agar mencegah kontaminasi ke tabung lainnya.

(29)

Aklimatisasi

Aklimatisasi dilakukan setelah penghitungan parameter jumlah daun.

Dibersihkan tanaman dari sisa media agar yang masih melekat pada tanaman.

Setelah tanaman bersih dari sisa media agar, selanjutnya tanaman dipindahkan ke keranjang kecil yang berlubang-lubang dengan media serabut kelapa di dalamnya.

Media serabut kelapa sebelumnya disterilkan terlebih dahulu dengan fungisida untuk menghindari kontaminasi jamur. Lalu tanaman disusun berdasarkan tiap perlakuannya. Aklimatisasi dilakukan di rumah nursery dengan atap paranet 20%.

Selanjutnya diambil data kualitatif.

Peubah Amatan Panjang Akar (mm)

Panjang akar diukur dengan cara mengukur panjang akar terpanjang menggunakan kertas milimeter yang diukur dari tempat munculnya akar (pangkal) sampai ujung akar. Pengukuran dilakukan pada 6 MST.

Jumlah Akar

Jumlah akar dihitung dengan menghitung banyaknya jumlah akar baru yang terbentuk dari setiap eksplan.

Diameter Akar (mm)

Diameter akar diukur dengan mengukur 1 cm dari pangkal batang menggunakan jangka sorong.

(30)

Umur Muncul Akar (hari)

Umur muncul akar dihitung dengan mengamati munculnya akar dari awal penanaman hingga terbentuknya akar dalam satuan hari.

Jumlah Daun Induk

Jumlah daun induk dihitung pada 6 MST dengan menghitung banyaknya jumlah daun indukan dari setiap eksplan.

Panjang Tunas Baru (cm)

Panjang tunas baru diukur pada tunas baru tertinggi dengan menggunakan kertas milimeter yang diukur dari tempat munculnya tunas (pangkal) sampai ujung tunas tertinggi. Pengukuran dilakukan pada 6 MST.

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan NAA berpengaruh nyata terhadap parameter panjang akar. Sedangkan pada interaksi antara perlakuan NAA dan perlakuan IBA berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun induk.

Panjang Akar (mm)

Hasil sidik ragam terhadap parameter rataan panjang akar pada perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST dapat dilihat pada Lampiran 1-3. Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan NAA berpengaruh nyata terhadap rataan panjang akar, tetapi perlakuan IBA dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata pada panjang akar. Rataan panjang akar pada perlakuan NAA dan IBA dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan panjang akar anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie dari perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST

IBA

NAA I0

(0 mg/l)

I1 (0,1 mg/l)

I2 (1,0 mg/l)

I3 (3,0 mg/l)

Rataan N0 (0 mg/l) 9,38 11,00 13,25 10,88 11,13 a N1 (0,1 mg/l) 8,75 7,50 6,25 4,25 6,69 b N2 (1,0 mg/l) 10,00 11,50 11,50 8,00 10,25 a N3 (3,0 mg/l) 10,50 7,88 10,25 9,13 9,44 a

Rataan 9,66 9,47 10,31 8,06

Keterangan: *Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan pada taraf 5%.

Tabel 1 memperlihatkan bahwa perlakuan N2 (NAA 1 mg/l) dengan rataan 10,25 mm dan perlakuan N3 (NAA 3 mg/l) dengan rataan 9,44 mm tidak berbeda nyata dengan perlakuan N0 (NAA 0 mg/l) dengan rataan 11,13 mm, namun berbeda nyata dengan perlakuan N1 (NAA 0,1 mg/l) dengan rataan 6,69 mm.

(32)

Jumlah Akar

Hasil sidik ragam terhadap parameter rataan jumlah akar yang membentuk akar pada perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST (Minggu Setelah Tanam) dapat dilihat pada Lampiran 4-6. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan NAA, perlakuan IBA serta perlakuan interaksi NAA dan IBA tidak memberikan pengaruh nyata terhadap rataan jumlah akar. Rataan jumlah akar pada perlakuan NAA dan IBA dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan jumlah akar anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie dari perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST

IBA

NAA I0

(0 mg/l)

I1 (0,1 mg/l)

I2 (1,0 mg/l)

I3 (3,0 mg/l)

Rataan

N0 (0 mg/l) 4,25 3,38 6,50 5,75 4,97

N1 (0,1 mg/l) 5,75 5,50 4,38 5,38 5,25

N2 (1,0 mg/l) 5,50 5,00 5,25 4,25 5,00

N3 (3,0 mg/l) 5,88 5,25 7,25 5,88 6,06

Rataan 5,34 4,78 5,84 5,31

Diameter Akar (mm)

Hasil sidik ragam terhadap parameter rataan diameter akar pada perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST dapat dilihat pada Lampiran 7-8. Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan NAA, perlakuan IBA serta perlakuan interaksi NAA dan IBA tidak memberikan pengaruh nyata terhadap rataan diameter akar. Rataan diameter akar pada perlakuan NAA dan IBA dapat dilihat pada Tabel 3.

(33)

Tabel 3. Rataan diameter akar anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie dari perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST

IBA

NAA I0

(0 mg/l)

I1 (0,1 mg/l)

I2 (1,0 mg/l)

I3 (3,0 mg/l)

Rataan

N0 (0 mg/l) 1,19 1,19 1,63 1,50 1,38

N1 (0,1 mg/l) 1,31 1,19 1,50 1,69 1,42

N2 (1,0 mg/l) 1,38 1,31 1,88 1,50 1,52

N3 (3,0 mg/l) 2,00 1,50 1,31 1,81 1,66

Rataan 1,47 1,30 1,58 1,63

Umur Muncul Akar

Hasil sidik ragam terhadap parameter rataan umur muncul akar pada perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST dapat dilihat pada Lampiran 9-11.

Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan NAA, perlakuan IBA serta perlakuan interaksi NAA dan IBA tidak memberikan berpengaruh nyata terhadap umur muncul akar. Rataan umur muncul akar pada perlakuan NAA dan IBA dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan umur muncul akar anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie dari perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST

IBA

NAA I0

(0 mg/l)

I1 (0,1 mg/l)

I2 (1,0 mg/l)

I3 (3,0 mg/l)

Rataan N0 = 0 mg/l 5,50 11,25 11,00 10,50 9,56 N1 = 0,1 mg/l 10,75 22,50 14,00 14,25 15,38 N2 = 1,0 mg/l 9,00 20,75 11,50 12,50 13,44 N3 = 3,0 mg/l 10,50 17,75 17,00 13,25 14,63

Rataan 8,94 18,06 13,38 12,63

Jumlah Daun Induk

Hasil sidik ragam terhadap parameter rataan jumlah daun induk pada perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST dapat dilihat pada Lampiran 12-13.

Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan NAA dan IBA

(34)

memberikan pengaruh nyata terhadap rataan jumlah daun. Rataan jumlah daun pada perlakuan NAA dan IBA dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan jumlah daun anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie dari perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST

IBA

NAA I0

(0 mg/l)

I1 (0,1 mg/l)

I2 (1,0 mg/l)

I3

(3,0 mg/l) Rataan N0 (0 mg/l) 3,75 bcd 3,50 bcd 4,13 ab 4,25 ab 3,91 N1 (0,1 mg/l) 4,00 abc 4,00 abc 2,88 de 2,38 e 3,31 N2 (1,0 mg/l) 3,88 abcd 3,38 bcde 4,88 a 4,00 abc 4,03 N3 (3,0 mg/l) 3,88 abcd 3,00 cde 4,13 ab 4,88 a 3,97

Rataan 3,88 3,47 4,00 3,88

Keterangan: *Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan pada taraf 5%.

Tabel 5. memperlihatkan bahwa interaksi terbaik terdapat pada perlakuan N3I3 yaitu 4,88 helai, perlakuan N2I2 yaitu 4,88 helai, perlakuan N0I3 yaitu 4,25 helai, perlakuan N0I2 yaitu 4,13 helai, perlakuan N3I2 yaitu 4,13 helai, perlakuan N1I0 yaitu 4,00 helai, perlakuan N1I1 yaitu 4,00 helai, perlakuan N2I3 yaitu 4,00 helai, N2I0 yaitu 3,88 dan N3I0 yaitu 3,88 helai. Perlakuan N3I3 dan N2I2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan N0I3, N0I2, N3I2, N1I0, N1I1, N2I3, N2I0 dan N3I0. Namun berbeda nyata dengan perlakuan N0I0 yaitu 3,75 helai, N0I1 yaitu 3,50 helai, N2I1 yaitu 3,38 helai, N3I1 yaitu 3,00 helai, N1I2 yaitu 2,88 helai dan N1I3 yaitu 2,38 helai.

Panjang Tunas Baru

Hasil sidik ragam terhadap parameter rataan panjang tunas baru pada perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST dapat dilihat pada Lampiran 14-16.

Berdasarkan sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan NAA, perlakuan IBA, serta perlakuan interaksi NAA dan IBA tidak memberikan pengaruh nyata

(35)

terhadap rataan panjang tunas baru. Rataan panjang tunas baru pada perlakuan NAA dan IBA dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan panjang tunas baru anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie dari perlakuan NAA dan IBA pada 6 MST

IBA

NAA I0

(0 mg/l)

I1 (0,1 mg/l)

I2 (1,0 mg/l)

I3 (3,0 mg/l)

Rataan N0 (0 mg/l) 0,68 0,81 0,76 0,39 0,66

N1 (0,1 mg/l) 0,28 0,00 0,74 1,03 0,51

N2 (1,0 mg/l) 0,10 1,26 0,23 1,09 0,67

N3 (3,0 mg/l) 1,01 0,56 0,56 0,99 0,78

Rataan 0,51 0,66 0,57 0,87

Aklimatisasi

Aklimatisasi dilakukan setelah penghitungan parameter jumlah daun. Dibersihkan tanaman dari sisa media agar yang masih lengket dengan tanaman. Setelah tanaman bersih dari sisa media agar, selanjutnya tanaman di pindahkan ke keranjang kecil yang berlubang-lubang dengan media serabut kelapa didalamnya.

Media serabut kelapa sebelumnya di sterilkan terlebih dahulu dengan fungisida untuk menghindari media berjamur. Lalu tanaman di susun berdasarkan tiap perlakuannya. Aklimatisasi dilakukan di rumah nurseri dengan atap paranet yang dilapis dua. Selanjutnya diambil data kualitatif.

Data kualitatif aklimatisasi dapat dilihat pada Tabel 7.

(36)

Tabel 7. Aklimatisasi Tanaman Anggrek Dendrobium varietas Dawn Marie pada 6 MST

Perlakuan Aklimatisasi Total Jumlah Daun (>2)

Akar Keterangan

N0I0 Berhasil 75% 100% Hidup

N0I1 Berhasil 75% 100% Hidup

N0I2 Berhasil 100% 100% Hidup

N0I3 Berhasil 100% 100% Hidup

N1I0 Berhasil 100% 100% Hidup

N1I1 Berhasil 100% 100% Hidup

N1I2 Berhasil 62,50% 87,50% Hidup

N1I3 Berhasil 37,50% 87,50% Hidup

N2I0 Berhasil 100% 100% Hidup

N2I1 Berhasil 75% 87,50% Hidup

N2I2 Berhasil 100% 100% Hidup

N2I3 Berhasil 87,50% 100% Hidup

N3I0 Berhasil 100% 100% Hidup

N3I1 Berhasil 75% 100% Hidup

N3I2 Berhasil 87,50% 100% Hidup

N3I3 Berhasil 100% 100% Hidup

Tabel 7. memperlihatkan bahwa pada saat aklimatisasi semua perlakuan berhasil, dimana perlakuan N0I2, N0I3, N1I0, N1I1, N2I0, N2I2,N3I0 dan N3I3 memiliki persentase total jumlah daun yaitu 100%, sedangkan perlakuan, N2I3 dan N3I2 memiliki persentase total jumlah daun yaitu 87,5%, lalu perlakuan N0I0, N0I1, N2I1 dan N3I1 memiliki persentase total jumlah daun yaitu 75%, dan perlakuan N1I2 memiliki persentase total jumlah daun yaitu 62,5% lalu perlakuan N1I3 memiliki persentase total jumlah daun yaitu 37,5%. Untuk persentase akar perlakuan N0I0, N0I1, N0I2,N0I3, N1I0, N1I1, N2I0, N2I2, N2I3, N3I0, N3I1, N3I2 dan N3I3 memiliki persentase akar 100% sedangkan perlakuan N1I2, N1I3, dan N2I1 memiliki persentase akar 87,5%.

(37)

Pembahasan

Pengaruh NAA Terhadap Pembentukan Akar Tunas Anggrek Dendrobium sp. Varietas Dawn Marie Secara In Vitro

Dari hasil analisis secara statistik diperoleh bahwa perlakuan NAA berpengaruh nyata terhadap panjang akar dan jumlah daun induk, sedangkan pada jumlah akar, diameter akar, panjang tunas dan umur muncul akar tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan NAA. Pemberian NAA memberikan pengaruh nyata terhadap konsentrasi 0 mg/l, 1 mg/l dan 3 mg/l, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsentrasi 0,1 mg/l pada parameter panjang akar. Begitu juga dengan parameter jumlah daun induk, pemberian NAA memberikan pengaruh nyata terhadap konsentrasi 0 mg/l, 1 mg/l dan 3 mg/l, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsentrasi 0,1mg/l. Hal ini sesuai dengan literatur Poonsapaya et al., (1989) yang menyatakan bahwa penambahan auksin kedalam media kultur dapat meningkatkan konsentrasi zat pengatur tumbuh endogen di dalam sel, sehingga menjadi faktor pemicu dalam proses tumbuh dan perkembangan jaringan.

Rataan panjang akar tertinggi terdapat pada perlakuan N0 (NAA 0mg/l) diikuti N2 (NAA 1mg/l) dengan rataan masing-masing 11,13 mm dan 10,25 mm sedangkan terendah pada perlakuan N1 (NAA 0,1mg/l) diikuti N3 (NAA 3mg/l) dengan rataan masing-masing 6,69 mm dan 9,44 mm. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian NAA 1mg/l dengan nilai rata-rata sebesar 10,25 mm lebih cenderung meningkatkan pertambahan panjang akar dibandingkan dengan pemberian NAA 0,1mg/l dengan nilai rata-rata sebesar 6,69 mm. Hal ini diduga disebabkan oleh NAA lebih berpengaruh terhadap pemanjangan sel. Hal ini dapat dijelaskan oleh Nisak et al., (2012), bahwa pemberian NAA dapat menstimulasi

(38)

pemanjangan sel. Pemajangan sel ini dilakukan dengan cara penambahan plastisitas dinding sel menjadi longgar, sehingga air dapat masuk ke dalam dinding sel dengan cara osmosis dan sel mengalami pemanjangan.

Rataan jumlah daun induk tertinggi terdapat pada perlakuan N2 (NAA 1mg/l) diikuti N3 (NAA 3mg/l) dengan rataan masing-masing 4,03 helai dan 3,97 helai sedangkan terendah pada perlakuan N1 (NAA 0,1mg/l) diikuti N0 (NAA 0mg/l) dengan rataan masing-masing 3,31 helai dan 3,91 helai. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan N2 (NAA 1mg/l) mampu memberikan jumlah daun induk tertinggi walau tidak berbeda nyata dengan perlakuan N3 (NAA 3mg/l). Hal ini sesuai dengan literatur Pandanari et al., (2017) yang menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi NAA hingga 375 mg/l secara nyata meningkatkan jumlah daun pada umur 10hst, pada umur 15hst pemberian konsentrasi 125 mg/l menghasilkan jumlah daun yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibanding konsentrasi 0mg/l, sedangkan pada dosis 250mg/l dan 375mg/l tidak berbeda nyata dengan dosis 125mg/l.

Pengaruh IBA Terhadap Pembentukan Akar Tunas Anggrek Dendrobium sp.

Varietas Dawn Marie Secara In Vitro

Dari hasil analisis secara statistik diperoleh bahwa perlakuan IBA tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar, diameter akar, panjang akar, panjang tunas baru, umur muncul akar dan jumlah daun induk, namun secara deskriptif nilai rataan penampilan hormon IBA pada akar memberikan nilai rataan tertinggi pada parameter jumlah akar yaitu 5,84, pada parameter diameter akar yaitu 1,63, pada parameter panjang akar yaitu 10,31, pada parameter panjang tunas baru yaitu 0,87, pada parameter umur muncul akar yaitu 8,94, pada parameter jumlah daun induk yaitu 4,00.

(39)

Interaksi Antara NAA dan IBA Terhadap Pembentukan Akar Tunas Anggrek Dendrobium sp. Varietas Dawn Marie Secara In Vitro

Hasil analisis secara statistik diperoleh bahwa interaksi antara perlakuan NAA dan IBA berpengaruh nyata terhadap jumlah daun induk, sedangkan pada jumlah akar, panjang akar, diameter akar, panjang tunas dan umur muncul akar tidak berpengaruh nyata terhadap interaksi antara perlakuan NAA dan IBA.

Rataan jumlah daun induk tertinggi terdapat pada interaksi perlakuan N3I3 (NAA 3mg/l dan IBA 3mg/l) dan N2I2 (NAA 2mg/l dan IBA 2mg/l) dengan rataan masing-masing yaitu 4,88 helai diikuti N0I3 (NAA 0mg/l dan IBA 3mg/l) dengan rataan masing-masing yaitu 4,25 helai sedangkan terendah pada interaksi perlakuan N1I3 (NAA 0,1ml dan IBA 3ml) diikuti N3I1 (NAA 3ml dan IBA 0,1ml) dengan rataan masing-masing 2,38 helai dan 3 helai. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi perlakuan N3I3 (NAA 3ml dan IBA 3ml) mampu memberikan jumlah daun induk tertinggi walau tidak berbeda nyata dengan interaksi perlakuan N2I2 (NAA 1ml dan IBA 1ml). Hal ini sesuai dengan literatur Zasari (2010) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tinggi dan jumlah daun induk meningkat dengan pemberian IBA atau NAA pada tingkat konsentrasi antara 2000ppm – 4000ppm.

Diduga, pertambahan tinggi dan jumlah daun berkolerasi dengan pertumbuhan akar stek yang terpicu akibat pemberian zat pengatur tumbuh (NAA dan IBA).

Zasari (2015) dengan percobaannya membuktikan bahwa bibit tertinggi dengan jumlah daun terbanyak masing-masing diperoleh dari perlakuan NAA + IBA 7,22 helai.

Berdasarkan penelitian yang telah saya lakukan, dapat disimpulkan bahwa kombinasi N3I3 (NAA 3mg/l + IBA 3mg/l), N2I2 (NAA 2mg/l + IBA 2mg/l), N0I3 (NAA 0mg/l + IBA 3mg/l), N0I2 (NAA 0mg/l + IBA 2mg/l), N1I0 (NAA

(40)

0,1mg/l + IBA 0mg/l), N1I1 (NAA 0,1mg/l + IBA 0,1mg/l), N2I0 (NAA 1mg/l + IBA 0mg/l), dan N3I0 (NAA 3mg/l + IBA 0mg/l), menunjukkan yang terbaik untuk proses aklimatisasi anggrek Dendrobium sp. varietas Dawn Marie. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan uji jarak duncan pada taraf 5% bahwa kombinasi- kombinasi tersebut di atas berbeda nyata dengan kombinasi-kombinasi lainnya yang tidak disebutkan di atas dan juga berdasarkan data kualitatif pada saat aklimatisasi dimana persentase dari kombinasi-kombinasi yang di atas memiliki persentase total jumlah daun dan akar 100%.

(41)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Medium MS + NAA 0,1 mg/l hanya menunjukkan panjang akar yang lebih pendek dari perlakuan lainnya (NAA 0 mg/l, NAA 1 mg/l, dan NAA 3 mg/l), tetapi tidak menunjukkan perbedaan terhadap jumlah akar,diameter akar, umur muncul akar dan panjang tunas baru.

2. Medium MS + IBA (0 mg/l, 0,1 mg/l, 1 mg/l dan 3 mg/l) tidak menunjukkan perbedaan terhadap perkembangan panjang akar, jumlah akar, diameter akar, umur muncul akar, panjang tunas baru, dan jumlah daun.

3. Interaksi NAA dan IBA hanya menunjukkan perbedaan terhadap jumlah daun, tetapi tidak mempengaruhi perkembangan panjang akar, jumlah akar, diameter akar, umur muncul akar dan panjang tunas baru.

Saran

Beberapa media yang diuji seperti N3I3 (NAA 3mg/l + IBA 3mg/l), N2I2 (NAA 2mg/l + IBA 2mg/l), N0I3 (NAA 0mg/l + IBA 3mg/l), N0I2 (NAA 0mg/l + IBA 2mg/l), N1I0 (NAA 0,1mg/l + IBA 0mg/l), N1I1 (NAA 0,1mg/l + IBA 0,1mg/l), N2I0 (NAA 1mg/l + IBA 0mg/l), dan N3I0 (NAA 3mg/l + IBA 0mg/l), dapat digunakan sebagai media untuk proses aklimatisasi anggrek Dendrobium sp.

varietas Dawn Marie.

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, S.K., Elhassan, A. A., Ehiwaris, O. S., dan Maki, E. H. 2007. Regeneration Via immature Flower Culture of Banana (Musa sp.). CV. Grand Nain. Journal of forest products & Industries. 2 (3) : 48-52.

Aktar, S., K. M. Nasiruddin dan H.Huq. 2007. In Vitro Root Formation In Dendrobium Orchid Planlets with IBA. Bangladesh Agricultural University, Mymensingh.

Andarini, Y. N. 2013. Respon Planlet Anggrek Dendrobium spectabile pada Pemberian Beberapa Taraf Paclobutrazol Selama Tahap Aklimatisasi. IPB, Bogor.

Asghar, S., Ahmad, T., Hafiz, I.A., dan Yasin, M. 2011. In vitro Propagasi Anggrek (Dendrobium nobile) var. Emma Putih. Afr. J. Biotechnol. 10 (16):

3097-3103.

Dwiyani, R. 2015. Kultur Jaringan Tanaman. Pelawa Sari, Bali.

Dressler, R. dan C, Dodson. 2000. Classification and Phylogeny in Orchidaceae.

Annal of the Missouri Botanic Garden 47: 25−67.

Fukaki, H., dan Tasaka, M. 2009. Hormone Interaction During Lateral Root Formation. Plant Mol Bio 69:437-449.

Geisjkes, R.J., L.F. Wang, P. Lakshmanan, M.G. McKeon, N. Berding, R.S Swain, A.R Elliot, C.P.L Grof, J. Jackson dan G.R Smith. 2003. Smartsett TM Seedlings: Tissue Culture Seed Plants for the Australian Sugar Industry.

Sugarcane Int May/ June, 13-17.

George, E. F., Balai, MA, dan Deklerk, G.J. 2008. Propagation of Plants with Tissue Culture. Springer, 1: 206-217.

Hartmann, H.T., Kester, D.E., Davies, F.T., dan Geneve R.L. 2002. Plant Propagation Principles and Practiese, 6th Ed. New Delhi: Prentice Hall of Insia Private Limited.

Hidayani, F. 2007. Mengenal dan Bertanam Anggrek. Bandung (ID): Amico.

Hughes, K. W. 1982. Ornamental Species. In B.V. Conger (Ed.) Cloning Agriculture Plant Via in vitro Technoques. C. R. C. Press. Boca Rotan, Florida.

14 – 20 pp.

Indradewa, D., Soebijanti, H., dan Umul, K. 2001. Pengaruh Waktu Aplikasi dan Konsentrasi Pupuk Daun Terhadap Proses Fisiologis dan Pertumbuhan Anggrek Dendrobium. JIPI. 8(2):76-82.

(43)

Mariska, I. dan Sukmadjaja, D. 2003. Perbanyakan Bibit Abaka melalui Kultur Jaringan. Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor.

Marliana, M. dan Rusnandi, D. 2007. Teknik Aklimatisasi Planlet Anthurium pada Beberapa Media Tanam. Buletin Teknik Pertanian. Vol 12(1):38-40.

Mirani, A.A., Abul-Soad, A.A., dan Markhand, G. S. 2017. In Vitro Rooting of Dendrobium Nobile Orchid: Multiple Responses to Auxin Combinations.

http://www.notulaebiologicae.ro (23 Maret 2018).

Mulyaningsih, T. dan Aluh, N. 2008. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Keberhasilan Mikropropagasi. Diakses dari http://elearning.Unram.ac.id.

Universitas Mataram, Lombok.

Muslihin. 2001. Respon Pertumbuhan Kultur Pucuk Beberapa Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L.) Terhadap Lama Penyinaran secara In Vitro. Repository Universitas Sumatera Utara, Medan.

Naik, S.K., Jaipal, S.C., dan Sudarshan, M. 2014. Growing Orchid-an Overview.

ICAR Research Complex for Eastern Region. Research Centre, Ranchi.

Nisak, K., T. Nurhidayati., dan K.I. Purwani. 2012. Pengaruh Kombinasi Konsentrasi ZPT NAA dan BAP pada Kultur Jaringan Tembakau Nicotiana tabacum var. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 1(1): 1-6.

Pandanari, D. S., Maghfoer, M. D., dan Nawawi, M. 2017. Pengaruh Hormon NAA dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Tanaman Krisan (Chysanthemum morifolium) Varietas White Fuji. Jurnal Produksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Panjaitan, E. 2005. Respon Pertumbuhan Tanaman Anggrek (Dendrobium sp.) terhadap Pemberian BAP dan NAA secara In Vitro . Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. 3(3):50-56.

Poonsapaya, P.M.W, Nabors, W. Kersi, dan M. Vajrabhaya. l989. A Comparison of Methods for Callus Culture and Plant Regeneration of RD-25 rice (Oryza sativa L.) In Vitro laboratoris. Plant Cell Tiss. Org. Cult. 16:175-186.

Prasetyo, C. 2009. Teknik Kultur Jaringan Anggrek Dendrobium sp. di Pembudidayaan Anggrek Widorokandang Yogyakarta. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Purnamaningsih, R. dan E.G. Lestari. 1998. Multiplikasi Tunas Temu Giring Melalui Kultur In Vitro. Buletin Plasma Nutfah 1(5):24-27.

Purwanti, P., 2012. Pengaruh Macam Media dalam Keberhasilan Aklimatisasi Anggrek Phalaeopsis amabilis. Skripsi. Lampung: FHortikultura PNL

(44)

Rahardja, P.C. 1988. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka.

Jakarta.

Ratnasari, J. 2007. Galeri Tanaman Hias Bunga. Penebar Swadaya. Bogor.

Rachmawati, T.A., Sucipto, H., dan Hery, P. 2016. Keanekaragaman Morfologi Bunga pada Spesies Anggrek dalam Genus Dendrobium. Universitas Airlangga, Surabaya.

Sagawa, Y. 1991. Clonal Propagation of Orchids. Plant Tissue Culture Mannual C1:1-7. Nederlands. Kluwer Academic Publisher.

Sukmawati, A. 2014. Morfologi dan Anatomi Tumbuhan Paku Sarang Burung (Asplenium nidus) Epifit dan Paku Sarang Burung (Asplenium nidus) Terestrial.(Skripsi Program Sarjana Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Bandar Lampung: IAIN Raden Intan Lampung: 2014). h. 6

Suwandi. 2015. Outlook Anggrek. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, Jakarta.

Steel, R. G. D dan J. H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. Gramedia, Pustaka Umum, Jakarta.

Steenis, C.G.G.J. 2004. FLORA. Cetakan kesepuluh. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Weaver, R. J. 1972. Plant Growth Substances in Agriculture. W.H. Freeman and Company, San Francisco.

Widiastoety, D., Waspodo, P., dan Nina S. 2000. Pengaruh Naungan Terhadap Produksi Tiga Kultivar Bunga Anggrek Dendrobium. Balai Penelitian Tanaman Hias. Ragunan Jakarta (ID): Balithi.

Winata, L. l987. Teknik Kultur Jaringan. PAU Bogor. 252 hlm.

Yusnita. 2003. Kultur Jaringan. Cara Memperbanyak Tanaman secara Efisien.

Cetakan Ketiga. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Yusuf, S.W. 2012. Anggrek Spesies Indonesia. Direktorat Perbenihan Hortikultura. Jakarta (ID): Kementrian Pertanian Republik Indonesia.

Zasari, M. 2010. Shoot Cutting Jarak Pagar pada Tingkatan Umur Ontogeni dan Zat Pengatur Tumbuhan. Enviagro, 3(1).

Zasari, M. 2015. Pengaruh Indolebutyric Acid (IBA) dan Napthalene Acetid Acid (NAA) Terhadap Node Cutting Lada Varietas Lampung Daun Lebar. Jurnal Pertanian dan Lingkungan Universitas Bangka Belitung, Bangka.

(45)

Zihan, O. 2011. Pengaruh Iradiasi Sinar Gamma Terhadap Pertumbuhan Anggrek Hybrid. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.

(46)

LAMPIRAN Lampiran 1. Data Panjang Akar

PERLAKUAN ULANGAN

U1 U2 U3 U4 TOTAL RATAAN

N0I0 8,50 9,50 9,50 10,00 37,50 9,38

N0I1 10,50 15,00 13,00 5,50 44,00 11,00 N0I2 12,50 18,00 10,00 12,50 53,00 13,25 N0I3 9,50 15,50 8,00 10,50 43,50 10,88

N1I0 8,00 7,50 8,00 11,50 35,00 8,75

N1I1 6,00 6,00 9,00 9,00 30,00 7,50

N1I2 8,00 7,50 6,50 3,00 25,00 6,25

N1I3 6,50 2,50 6,50 1,50 17,00 4,25

N2I0 12,50 7,50 11,50 8,50 40,00 10,00 N2I1 18,50 9,00 14,00 4,50 46,00 11,50 N2I2 10,00 10,50 8,50 17,00 46,00 11,50

N2I3 5,50 5,00 14,00 7,50 32,00 8,00

N3I0 18,50 8,50 6,50 8,50 42,00 10,50

N3I1 7,00 6,50 10,50 7,50 31,50 7,88

N3I2 5,50 9,50 17,50 8,50 41,00 10,25 N3I3 8,00 10,00 6,50 12,00 36,50 9,13 TOTAL 155,00 148,00 159,50 137,50 600,00

RATAAN 9,69 9,25 9,97 8,59 9,38

Lampiran 2. Data Transformasi Panjang Akar (X+0.5)1/2

PERLAKUAN ULANGAN

U1 U2 U3 U4 TOTAL RATAAN

NOIO 3,00 3,16 3,16 3,24 12,56 3,14

NOI1 3,32 3,94 3,67 2,45 13,38 3,34

N0I2 3,61 4,30 3,24 3,61 14,75 3,69

N0I3 3,16 4,00 2,92 3,32 13,39 3,35

N1I0 2,92 2,83 2,92 3,46 12,12 3,03

N1I1 2,55 2,55 3,08 3,08 11,26 2,82

N1I2 2,92 2,83 2,65 1,87 10,26 2,57

N1I3 2,65 1,73 2,65 1,41 8,44 2,11

N2I0 3,61 2,83 3,46 3,00 12,90 3,22

N2I1 4,36 3,08 3,81 2,24 13,49 3,37

N2I2 3,24 3,32 3,00 4,18 13,74 3,44

N2I3 2,45 2,35 3,81 2,83 11,43 2,86

N3I0 4,36 3,00 2,65 3,00 13,00 3,25

N3I1 2,74 2,65 3,32 2,83 11,53 2,88

N3I2 2,45 3,16 4,24 3,00 12,85 3,21

N3I3 2,92 3,24 2,65 3,54 12,34 3,08

TOTAL 50,23 48,96 51,21 47,06 197,45

RATAAN 3,14 3,06 3,20 2,94 3,09

(47)

Lampiran 3. Data Sidik Ragam Panjang Akar

Sumber Db JK KT F Hitung 5% 1% Ket

Perlakuan 15,00 8,65 0,58 1,95 1,83 2,33 * IBA (I) 3,00 1,30 0,43 1,47 2,75 4,10 tn NAA (N) 3,00 5,01 1,67 5,67 2,75 4,10 **

NxI 15,00 2,33 0,16 0,53 1,83 2,33 tn

Error 48,00 14,16 0,30

Total 63,00 22,81

Keterangan:

FK = 609,19 KK = 17,60

* = nyata

** = sangat nyata tn = tidak nyata

(48)

Lampiran 4. Data Jumlah Akar

PERLAKUAN ULANGAN

U1 U2 U3 U4 TOTAL RATAAN

N0I0 4,00 5,00 4,00 4,00 17,00 4,25

N0I1 3,50 4,50 2,50 3,00 13,50 3,38

N0I2 6,50 7,50 5,50 6,50 26,00 6,50

N0I3 5,50 6,00 5,50 6,00 23,00 5,75

N1I0 6,00 6,00 4,50 6,50 23,00 5,75

N1I1 3,50 5,00 7,00 6,50 22,00 5,50

N1I2 4,00 8,00 3,50 2,00 17,50 4,38

N1I3 4,50 3,00 12,50 1,50 21,50 5,38

N2I0 4,00 7,00 5,50 5,50 22,00 5,50

N2I1 4,50 5,50 6,50 3,50 20,00 5,00

N2I2 5,50 4,50 5,00 6,00 21,00 5,25

N2I3 4,50 4,00 4,50 4,00 17,00 4,25

N3I0 6,00 6,00 6,50 5,00 23,50 5,88

N3I1 7,00 3,50 6,50 4,00 21,00 5,25

N3I2 5,50 9,00 8,50 6,00 29,00 7,25

N3I3 6,50 4,00 5,00 8,00 23,50 5,88

TOTAL 81,00 88,50 93,00 78,00 340,50

RATAAN 5,06 5,53 5,81 4,88 5,32

Lampiran 5. Data Transformasi Jumlah Akar (X+0.5)1/2

PERLAKUAN ULANGAN

U1 U2 U3 U4 TOTAL RATAAN

NOIO 2,12 2,35 2,12 2,12 8,71 2,18

NOI1 2,00 2,24 1,73 1,87 7,84 1,96

N0I2 2,65 2,83 2,45 2,65 10,57 2,64

N0I3 2,45 2,55 2,45 2,55 10,00 2,50

N1I0 2,55 2,55 2,24 2,65 9,98 2,50

N1I1 2,00 2,35 2,74 2,65 9,73 2,43

N1I2 2,12 2,92 2,00 1,58 8,62 2,15

N1I3 2,24 1,87 3,61 1,41 9,13 2,28

N2I0 2,12 2,74 2,45 2,45 9,76 2,44

N2I1 2,24 2,45 2,65 2,00 9,33 2,33

N2I2 2,45 2,24 2,35 2,55 9,58 2,40

N2I3 2,24 2,12 2,24 2,12 8,71 2,18

N3I0 2,55 2,55 2,65 2,35 10,09 2,52

N3I1 2,74 2,00 2,65 2,12 9,51 2,38

N3I2 2,45 3,08 3,00 2,55 11,08 2,77

N3I3 2,65 2,12 2,35 2,92 10,03 2,51

TOTAL 37,55 38,94 39,65 36,53 152,66

RATAAN 2,35 2,43 2,48 2,28 2,39

(49)

Lampiran 6. Data Sidik Ragam Jumlah Akar

SUMBER Db JK KT F Hitung 5% 1% Ket

Perlakuan 15 2,45 0,16 1,33 1,83 2,33 tn

IBA (I) 3 0,38 0,13 1,04 2,75 4,10 tn

NAA (N) 3 0,54 0,18 1,47 2,75 4,10 tn

NxI 15 1,52 0,10 0,82 1,83 2,33 tn

Error 48 5,91 0,12

Total 63 8,36

Keterangan:

FK = 364,14 KK = 14,71 tn = tidak nyata

(50)

Lampiran 7. Data Diameter Akar

PERLAKUAN ULANGAN

U1 U2 U3 U4 TOTAL RATAAN

N0I0 1,75 1,00 1,00 1,00 4,75 1,19

N0I1 1,50 1,50 0,75 1,00 4,75 1,19

N0I2 2,00 1,50 1,25 1,75 6,50 1,63

N0I3 1,50 1,75 1,25 1,50 6,00 1,50

N1I0 1,50 1,50 1,00 1,25 5,25 1,31

N1I1 1,00 0,75 1,50 1,50 4,75 1,19

N1I2 1,25 2,25 1,00 1,50 6,00 1,50

N1I3 2,00 1,75 2,00 1,00 6,75 1,69

N2I0 1,25 1,00 1,50 1,75 5,50 1,38

N2I1 1,25 1,00 1,50 1,50 5,25 1,31

N2I2 2,00 1,50 1,75 2,25 7,50 1,88

N2I3 1,00 1,25 2,25 1,50 6,00 1,50

N3I0 2,25 1,50 2,25 2,00 8,00 2,00

N3I1 1,50 1,25 1,75 1,50 6,00 1,50

N3I2 1,00 1,50 1,25 1,50 5,25 1,31

N3I3 2,00 1,75 1,25 2,25 7,25 1,81

TOTAL 24,75 22,75 23,25 24,75 95,50

RATAAN 1,55 1,42 1,45 1,55 1,49

Lampiran 8. Data Sidik Ragam Diameter Akar

Sumber Db JK KT F Hitung 5% 1% Ket

Perlakuan 15 3,81 0,25 1,93 1,83 2,33 *

IBA (I) 3 1,02 0,34 2,58 2,75 4,10 tn

NAA (N) 3 0,74 0,25 1,87 2,75 4,10 tn

NxI 15 2,05 0,14 1,04 1,83 2,33 tn

Error 48 6,31 0,13

Total 63 10,12

Keterangan:

FK = 142,50 KK = 24,30

* = nyata tn = tidak nyata

(51)

Lampiran 9. Data Umur Muncul Akar

PERLAKUAN ULANGAN (HARI KE-)

U1 U2 U3 U4 TOTAL RATAAN

N0I0 11,00 4,00 4,00 3,00 22,00 5,50 N0I1 19,00 2,00 22,00 2,00 45,00 11,25 N0I2 16,00 4,00 11,00 13,00 44,00 11,00 N0I3 17,00 8,00 4,00 13,00 42,00 10,50 N1I0 3,00 20,00 3,00 17,00 43,00 10,75 N1I1 2,00 33,00 22,00 33,00 90,00 22,50 N1I2 19,00 3,00 15,00 19,00 56,00 14,00 N1I3 13,00 16,00 12,00 16,00 57,00 14,25 N2I0 22,00 8,00 4,00 2,00 36,00 9,00 N2I1 8,00 22,00 20,00 33,00 83,00 20,75 N2I2 23,00 4,00 11,00 8,00 46,00 11,50 N2I3 15,00 5,00 22,00 8,00 50,00 12,50 N3I0 3,00 5,00 17,00 17,00 42,00 10,50 N3I1 33,00 15,00 11,00 12,00 71,00 17,75 N3I2 15,00 10,00 10,00 33,00 68,00 17,00 N3I3 17,00 22,00 6,00 8,00 53,00 13,25 TOTAL 236,00 181,00 194,00 237,00 848,00

RATAAN 14,75 11,31 12,13 14,81 13,25

Lampiran 10. Data Transformasi Umur Muncul Akar (X+0.5)1/2

PERLAKUAN ULANGAN (HARI KE-)

U1 U2 U3 U4 TOTAL RATAAN

NOIO 3,39 2,12 2,12 1,87 9,50 2,38

NOI1 4,42 1,58 4,74 1,58 12,32 3,08

N0I2 4,06 2,12 3,39 3,67 13,25 3,31

N0I3 4,18 2,92 2,12 3,67 12,89 3,22

N1I0 1,87 4,53 1,87 4,18 12,45 3,11

N1I1 1,58 5,79 4,74 5,79 17,90 4,48

N1I2 4,42 1,87 3,94 4,42 14,64 3,66

N1I3 3,67 4,06 3,54 4,06 15,33 3,83

N2I0 4,74 2,92 2,12 1,58 11,36 2,84

N2I1 2,92 4,74 4,53 5,79 17,97 4,49

N2I2 4,85 2,12 3,39 2,92 13,28 3,32

N2I3 3,94 2,35 4,74 2,92 13,94 3,49

N3I0 1,87 2,35 4,18 4,18 12,58 3,15

N3I1 5,79 3,94 3,39 3,54 16,65 4,16

N3I2 3,94 3,24 3,24 5,79 16,21 4,05

N3I3 4,18 4,74 2,55 2,92 14,39 3,60

TOTAL 59,82 51,38 54,61 58,87 224,68

RATAAN 3,74 3,21 3,41 3,68 3,51

(52)

Lampiran 11. Data Sidik Ragam Umur Muncul Akar

Sumber Db JK KT F Hitung 5% 1% Ket

Perlakuan 15 20,48 1,37 0,93 1,83 2,33 tn

IBA (I) 3 11,40 3,80 2,58 2,75 4,10 tn

NAA (N) 3 6,13 2,04 1,39 2,75 4,10 tn

NxI 15 2,95 0,20 0,13 1,83 2,33 tn

Error 48 70,75 1,47

Total 63 91,23

Keterangan:

FK = 788,77 KK = 34,58 tn = tidak nyata

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan macam varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah tunas, saat muncul tunas dan panjang tunas bibit mangga. Varietas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemberian PEG berpengaruh nyata terhadap waktu muncul akar, waktu muncul tunas, tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi IBA berpengaruh nyata terhadap persentase eksplan membentuk tunas, jumlah tunas, jumlah daun dan panjang akar, tetapi

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan tunas embrio yang dinyatakan dalam jumlah daun, panjang daun dan diameter daun terlebar pada berbagai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan NAA 10 μ M dikombinasikan dengan IBA 20 μ M menghasilkan persentase pembentukan akar planlet kelapa sawit tertinggi yaitu 73,3%

1.Perlakuan kombinasi macam ZPT degan lama perendaman yang berbeda berpengaruh secara nyata terhadap parameter saat muncul tunas, jumlah daun, panjang tunas, panjang akar,

Parameter yang diukur dalam penelitian ini yaitu umur bertunas, jumlah tunas, jumlah daun, luas daun, panjang akar, dan volume akar.Hasil penelitian

Induksi dan pemanjangan akar kelapa sawit secara in vitro dengan perlakuan NAA 4 mg/l + IBA 4 mg/l pada media padat memberikan hasil yang terbaik, dengan