Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 5-78)
diketahui bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter umur
bertunas (hari), tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), jumlah umbi.
Pemberian kompos jerami padi berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah
daun (helai). Interaksi antara jarak tanam dan pemberian kompos jerami padi
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 5 MST dan jumlah daun 3 MST.
Umur Bertunas
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur bertunas dapat dilihat
pada Lampiran 5 dan 6. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam
berpengaruh nyata terhadap umur bertunas, sedangkan pemberian kompos jerami
dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap umur bertunas.
Data rataan umur bertunas bibit bawang sabrang pada berbagai jarak
tanam dan pemberian kompos jerami padi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Umur bertunas bibit bawang sabrang (hari) pada perlakuan jarak tanam dan pemberian kompos jerami padi
Jarak Tanam
(cm)
Kompos Jerami Padi (Kg/plot) Rataan
K0 (0) K1 (0,5) K2 (1)
J1 (20x15) 6,89 6,11 7,33 6,78a
J2 (15x15) 5,89 6,89 5,78 6,19a
J3 (10x15) 5,89 5,67 5,89 5,81b
Rataan 6,22 6,22 6,33
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada α = 0,05
Tabel 1 menunjukkan bahwa umur bertunas tertinggi terdapat pada jarak
tanam 20x15 cm (J1) yaitu 6,78 hari. Umur bertunas terendah terdapat pada jarak
tanam 10x15 cm (J3) yaitu 5,81 hari, berbeda nyata dengan jarak tanam 20x15 cm
Hubungan umur bertunas bibit bawang sabrang pada perlakuan jarak
tanam dapat dilihat pada Gambar 1.
.
Gambar 1. Grafik hubungan umur bertunas bibit bawang sabrang pada perlakuan jarak tanam
Tinggi Tanaman
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari tinggi tanaman pada 3 - 17
MST dapat dilihat pada Lampiran 7 - 36. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kecuali pada 9 – 12 MST,
sedangkan pemberian kompos jerami padi berpengaruh tidak nyata terhadap
parameter tinggi tanaman. Interaksi antara jarak tanam dengan kompos jerami
padi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 dan 5 MST.
Data rataan tinggi tanaman bawang sabrang pada perlakuan jarak tanam
dan pemberian kompos jerami padi 5 MST dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Tinggi tanaman bawang sabrang 5 dan 17 MST (cm) pada perlakuan jarak tanam dan pemberian kompos jerami padi
MST Jarak
Tanam (cm)
Kompos Jerami Padi (kg/plot) Rataan
K0 (0) K1 (0,5) K2 (1) ŷ= -0,481x + 7,222 r = 0,982 5,40 5,60 5,80 6,00 6,20 6,40 6,60 6,80 7,00 0 1 2 3 U m u r B ertu n as (h ari) Jarak Tanam J1 J2 J3
J1 (20x15) 15,17 cd 18,57 abc 14,31 d 16,01 5 J2 (15x15) 20,36 a 16,31 bcd 20,07 ab 18,91 J3 (10x15) 20,09 ab 19,69 ab 20,51 a 20,10 Rataan 18,54 18,19 18,30 J1 (20x15) 46,53 47,99 44,67 46,40 b 17 J2 (15x15) 53,67 47,90 49,34 50,30 a J3 (10x15) 48,84 52,01 52,20 51,02 a Rataan 49,68 49,30 48,74
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada α = 0,05 Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman 5 MST tertinggi terdapat
pada interaksi perlakuan jarak tanam 10x15 cm dan pemberian kompos jerami
1 kg/plot (J3K2) yaitu 20,51 cm. Tinggi tanaman terendah terdapat pada
perlakuan jarak tanam 20x15 dan pemberian kompos jerami padi 1 kg/plot (J1K2)
yaitu 14,31 cm. Perlakuan J3K2 berbeda nyata dengan J1K0, J1K2, dan J2K1,
tetapi berbeda tidak nyata dengan JIK1, J2K0, J2K2,J3K0, dan J3K1.
Hubungan tinggi tanaman bawang sabrang 5 MST pada perlakuan jarak
tanam dan pemberian kompos jerami padi dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik tinggi tanaman bawang sabrang 5 MST pada perlakuan jarak tanam dan pemberian kompos jerami padi
Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada 17 MST tertinggi
terdapat pada jarak tanam 10x15 cm (J3) yaitu 51,02 cm. Tinggi tanaman terendah
ŶJ1 = -15,31x2+ 14,45x + 15,16 R² = 1 ŶJ2 = 15,6x2- 15,88x + 20,35 R² = 1 ŶJ3 = 2,444x2- 2,022x + 20,08 R² = 1 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 0 0,5 1 T inggi T ana m an 5 M S T
Kompos Jerami Padi (kg/plot)
J1 J2 J3
pada jarak tanam 20x15 cm (J1) yaitu 46,40 cm. Jarak tanam 10x15 cm berbeda
nyata dengan jarak tanam 15x15 cm, dan berbeda tidak nyata pada jarak tanam
15x15 cm.
Hubungan tinggi tanaman bawang sabrang 17 MST pada perlakuan jarak
tanam dan pemberian kompos jerami padi dapat dilihat pada Gambar 3.
.
Gambar 3. Grafik tinggi tanaman bawang sabrang 17 MST pada perlakuan jarak tanam
Perkembangan tinggi tanaman bawang sabrang 3-17 MST pada perlakuan
jarak tanam dan pemberian kompos jerami padi dapat dilihat pada Gambar 4
dan 5. ŷ = 2.311x + 44.61 r = 0.92 44 46 48 50 52 0 1 2 3 T inggi T an am an 17 M S T (c m) Jarak Tanam (cm) J1 J2 J3
Gambar 4. Grafik tinggi tanaman bawang sabrang 3-17 MST pada perlakuan jarak tanam
Gambar 5. Grafik tinggi tanaman bawang sabrang 3-17 MST pada perlakuan pemberian kompos jerami padi
Jumlah Daun
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari tinggi tanaman pada 3 - 17
MST dapat dilihat pada Lampiran 37- 66. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 5, 6, 7, 8 dan 10 MST, 0 10 20 30 40 50 60 0 3 6 9 12 15 T inggi T ana m an (c m ) Umur (MST) J1 (20x15) J2 (15x15) J3 (10X15) 17 0 10 20 30 40 50 60 0 3 6 9 12 15 T inggi T ana m an (c m ) Umur (MST) K0 (0) K1 (0,5 kg/plot) K2 (1 kg/plot) 17
sedangkan pemberian kompos jerami berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 4
dan 5 MST dan interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman 3 MST.
Data rataan jumlah daun bawang sabrang 10 MST pada berbagai jarak
tanam dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah daun bawang sabrang 10 MST (helai) pada perlakuan jarak tanam
Jarak Tanam (cm)
Kompos Jerami Padi (kg/plot) Rataan
K0 (0) K1 (0,5) K2 (1)
J1 (20x15) 16,44 22,00 14,22 17,56 b
J2 (15x15) 28,00 21,11 23,44 24,19 a
J3 (10x15) 28,00 21,44 25,44 24,96 a
Rataan 24,15 21,52 21,04
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada α = 0,05
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah daun pada 10 MST tertinggi terdapat
pada jarak tanam 10x15 cm (J3) yaitu 24,69 helai. Jumlah daun terendah pada
jarak tanam 20x15 cm (J1) yaitu 17,56 helai. Jarak tanam 10x15 cm berbeda nyata
dengan jarak tanam 20x15 cm dan berbeda tidak nyata dengan jarak tanam
15x15 cm.
Perkembangan jumlah daun bawang sabrang 10 MST pada perlakuan jarak
Gambar 6. Grafik jumlah daun bawang sabrang 10 MST pada perlakuan jarak tanam
Hubungan jumlah daun bawang sabrang 3-17 MST pada perlakuan jarak
tanam dan pemberian kompos jerami padi dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8.
Gambar 7. Grafik jumlah daun bawang sabrang 3-17 MST pada perlakuan jarak tanam ŷ= 3,703x + 14,82 r = 0,91 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 0 1 2 3 Jum la h D aun 10 M S T ( H el ai ) Jarak Tanam 0 10 20 30 40 50 60 70 0 3 6 9 12 15 Jum la h D aun ( he la i) Umur (MST) J1 (20x15) J2 (15x15) J3 (10X15) 17 J1 J2 J3
Gambar 8. Grafik jumlah daun bawang sabrang 3-17 MST pada perlakuan pemberian kompos jerami padi
Klorofil Daun
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari klorofil daun dapat dilihat
pada Lampiran 67 dan 68. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam dan
pemberian kompos jerami padi, serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak
nyata terhadap klorofil daun
Data rataan klorofil daun pada perlakuan jarak tanam dan pemberian
kompos jerami padi pada bawang sabrang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Klorofil daun bawang sabrang pada perlakuan jarak tanam dan pemberian kompos jerami padi
Jarak Tanam
(cm)
Kompos Jerami Padi (kg/plot) Rataan
K0 (0) K1 (0,5) K2 (1) J1 (20x15) 27,61 25,27 23,62 25,50 J2 (15x15) 26,82 26,09 24,82 25,91 J3 (10x15) 22,62 27,22 26,09 25,31 Rataan 25,68 26,19 24,84 0 10 20 30 40 50 60 70 0 3 6 9 12 15 Jum la h D aun ( he la i) Umur( MST) K0 (0) K1 (0,5 kg/plot) K2 (1 kg/plot) 17
Tabel 4 menunjukkan bahwa klorofil daun tertinggi terdapat pada jarak
tanam 15x15 (J2) yaitu 25,91 dan terendah pada jarak tanam 10x15 (J3) yaitu
25,31. Klorofil daun tertinggi terdapat pada pemberian kompos jerami padi 0,5
kg/plot (K1) yaitu 26,19 dan terendah pada pemberian kompos jerami padi 1
kg/plot (K2) 24,84 gram.
Umur Berbunga
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur berbunga dapat dilihat
pada Lampiran 69 dan 70. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam dan
pemberian kompos jerami padi, serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak
nyata terhadap umur berbunga.
Data rataan umur berbunga bawang sabrang pada berbagai jarak tanam
dan pemberian kompos jerami padi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 . Umur berbunga bawang sabrang (hari) pada perlakuan jarak tanam dan pemberian kompos jerami padi
Jarak Tanam
(cm)
Kompos Jerami Padi (Kg/plot) Rataan
K0 (0) K1 (0,5) K2 (1)
J1 (20x15) 63,11 63,67 68,56 65,11
J2 (15x15) 71,00 72,78 62,00 68,59
J3 (10x15) 56,78 63,33 69,11 63,07
Rataan 63,63 66,59 66,56
Tabel 5 menunjukkan bahwa umur berbunga tertinggi terdapat pada jarak
tanam 15x15 (J2) yaitu 68,59 hari dan terendah pada jarak tanam 10x15 (J3) yaitu
63,07 hari dan umur berbunga tertinggi terdapat pada pemberian kompos jerami
padi 0,5 kg/plot (K1) yaitu 66,59 hari dan terendah pada pemberian kompos
Jumlah Anakan
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah anakan dapat dilihat
pada Lampiran 71 dan 72. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam dan
pemberian kompos jerami padi, serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak
nyata terhadap jumlah anakan.
Data rataan jumlah anakan bawang sabrang pada jarak tanam dan
pemberian kompos jerami padi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah anakan bawang sabrang pada perlakuan jarak tanam dan pemberian kompos jerami padi
Jarak Tanam
(cm)
Kompos Jerami Padi (Kg/plot) Rataan
K0 (0) K1 (0,5) K2 (1)
J1 (20x15) 11,00 10,78 10,78 10,85
J2 (15x15) 12,56 9,00 11,33 10,96
J3 (10x15) 9,00 8,89 11,33 9,74
Rataan 10,85 9,56 11,15
Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah anakan tertinggi terdapat pada jarak
tanam 15x15 (J2) yaitu 10,96 dan terendah pada jarak tanam 10x15 (J3) yaitu 9,74
dan umur berbunga tertinggi terdapat pada pemberian kompos jerami padi 1
kg/plot (K2) yaitu 11,59 dan terendah pada pemberian kompos jerami padi 0,5
kg/plot (K1) yaitu 9,56.
Jumlah Umbi
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur bertunas dapat dilihat
pada Lampiran 73 dan 74. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam
berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi, sedangkan pemberian kompos jerami
Data rataan jumlah umbi bawang sabrang pada jarak tanam dan pemberian
kompos jerami padi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah umbi bawang sabrang pada perlakuan jarak tanam dan pemberian kompos jerami padi
Jarak Tanam
(cm)
Kompos Jerami Padi (Kg/plot) Rataan
K0 (0) K1 (0,5) K2 (1)
J1 (20x15) 8,00 9,78 8,33 8,70 b
J2 (15x15) 10,89 9,56 11,11 10,52a
J3 (10x15) 8,22 7,89 10,56 8,89 b
Rataan 9,04 9,07 10,00
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada α = 0,05
Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah umbi tertinggi terdapat pada jarak
tanam 15x15 cm (J2) yaitu 10,52 gram. Jumlah umbi terendah pada jarak tanam
20x15 cm (J1) yaitu 8,70 gram. Jarak tanam 15x15 berbeda nyata dengan jarak
tanam 10x15 dan jarak tanam 20x15.
Hubungan jumlah umbi pada jarak tanam pada bibit bawang sabarang
dapat dilihat pada Gambar 9.
.
Gambar 9. Grafik jumlah umbi bawang sabrang pada perlakuan jarak tanam Ŷ = -1,722x2+ 6,981x + 3,444 R² = 0,998 7,00 8,00 9,00 10,00 11,00 0 1 2 3 Jum la h um bi ( g) Jarak tanam J1 J2 J3
Dari Gambar 9 dapat diketahui bahwa hubungan jarak tanam terhadap
jumlah umbi menunjukkan hubungan kuadratik. Pada grafik dapat dilihat bahwa
jarak tanam optimum adalah 15x15 cm dengan jumlah umbi maksimum 10,48.
Bobot Basah Umbi
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari bobot basah umbi dapat
dilihat pada Lampiran 75 dan 76. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa jarak
tanam dan pemberian kompos jerami padi, serta interaksi antara keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah umbi.
Data rataan bobot basah umbi pada jarak tanam dan pemberian kompos
jerami padi pada bawang sabrang dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Bobot basah umbi bawang sabrang (gram) pada perlakuan jarak tanam dan pemberian kompos jerami padi
Jarak Tanam
(cm)
Kompos Jerami Padi (Kg/plot) Rataan
K0 (0) K1 (0,5) K2 (1)
J1 (20x15) 39,78 42,43 31,20 37,80
J2 (15x15) 59,57 36,59 41,14 45,76
J3 (10x15) 33,70 36,23 43,56 37,83
Rataan 44,35 38,42 38,64
Tabel 7 menunjukkan bahwa bobot basah umbi tertinggi terdapat pada
jarak tanam 15x15 (J2) yaitu 45,76 gram dan terendah pada jarak tanam 10x15
(J3) yaitu 37,80 gram dan bobot basah umbi tertinggi terdapat pada pemberian
kompos jerami padi 0 kg/plot (K0) yaitu 44,35 gram dan terendah pada pemberian
Pembahasan
Pertumbuhan dan produksi bawang sabrang pada jarak tanam.
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa jarak
tanam berpengaruh nyata terhadap umur bertunas, tinggi tanaman kecuali 9 – 12
MST, jumlah daun 5, 6, 7, 8 dan 10 MST, serta jumlah umbi.
Umur bertunas tercepat pada perlakuan 10x15 cm yaitu 5,81 hari yang
berbeda nyata dengan perlakuan 10x15 yaitu 6,78 hari dan jarak tanam 15x15 cm
yaitu 6,19 hari. Hal ini diduga terjadi karena jarak tanam dengan populasi yang
paling banyak mengakibatkan peningkatan suhu karena terjadinya respirasi
didalam tanah sehingga tanaman semakin cepat bertunas. Hal ini didukung oleh
Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa laju pertumbuhan tanaman
akan sangat rendah apabila tanaman dikondisikan di bawah suhu minimum dan
diatas suhu maksimum, sedangkan pada kisaran suhu optimum akan diperoleh
laju pertumbuhan tanaman yang tinggi. Gardner dkk (1991) menyatakan bahwa
suhu banyak mempengaruhi metabolisme tanaman seperti fotosintesis, respirasi,
dan fotorespirasi. Peningkatan suhu sampai tingkat tertentu akan meningkatkan
laju fotosintesis. Namun peningkatan ini akan segera menurun pada suhu yang
sangat tinggi.
Pada parameter tinggi tanaman (Tabel 2), jarak tanam berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman kecuali 9 – 12 MST, dimana rataan tinggi tanaman
tertinggi 17 MST adalah 51,02 cm yaitu pada jarak tanam 10x15 cm. Rataan
tinggi tanaman terendah 17 MST yaitu 46,40 cm pada jarak tanam 20x15 cm.
Dapat dilihat bahwa paramater tinggi tanaman dan umur bertunas mempunyai
tersebut, selain itu jarak tanam yang terlalu rapat atau kepadatan populasi yang
tinggi mengakibatkan terjadinya persaingan unsur hara, cahaya dan air yang
dibutuhkan bagi tanaman. Tanaman yang mempunyai jarak tanam yang rapat akan
mengakibatkan pemanjangan daun sehingga tanaman menjadi lebih tinggi. Hal ini
didukung oleh pernyataan Putra (2012) yang menyatakan bahwa daun lebih cepat
memanjang ketika menerima sedikit cahaya, karena adanya etiolasi. Semakin
rapat jarak tanam, maka cahaya yang diterima oleh tanaman semakin berkurang
karena adanya persaingan antar tanaman dalam mendapatkan cahaya matahari.
Hal ini sejalan dengan literatur dari Budiastuti (2000) yang menyatakan bahwa
beberapa penelitian tentang jarak tanam menunjukkan bahwa semakin rapat jarak
tanam, maka semakin tinggi tanaman tersebut. Tanaman yang diusahakan pada
musim kering dengan jarak tanam rapat akan berakibat pada pemanjangan ruas,
oleh karena jumlah cahaya yang dapat mengenai tubuh tanaman berkurang.
Akibat lebih jauh terjadi peningkatan aktifitas auksin sehingga sel-sel tumbuh
memanjang.
Pada parameter jumlah daun (Tabel 3), jarak tanam berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun pada 5, 6, 7, 8 dan 10 MST, dimana rataan jumlah daun 10
MST tertinggi adalah 24,96 helai yaitu pada jarak tanam 10x15 cm dan rataan
jumlah daun terendah yaitu 17,56 helai pada jarak tanam 20x15 cm. Hasil
penelitian ini sama dengan penelitian Putra (2012) bahwa jarak tanam
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, dimana jarak tanam yang lebih rapat
mempunyai jumlah daun yang paling tinggi dibandingkan dengan jarak tanam
yang lebih renggang. Putra (2012) juga menyatakan bahwa jumlah daun tidak
dipengaruhi oleh faktor genetis tanaman hingga fase berbunga. Hal ini didukung
oleh pernyataan Rahayu dan Berlian (1999) dalam Fachni (2011) yang menyatakan bahwa tanaman itu pada hakekatnya merupakan produk dari hasil
genetik dan lingkungan, oleh sifat yang dibawa dalam genetis tanaman telah
tertentu jumlahnya. Selain itu jumlah daun ditentukan oleh banyaknya umbi,
dimana semakin besar ukuran umbinya yang berarti semakin banyak lapisan
umbinya maka jumlah daunnya semakin banyak, karena setiap satu lapisan umbi
menghasilkan sebuah daun. Pada umur 17 MST jumlah daun tertinggi ialah 65,78
helai yaitu pada jarak tanam 15x15 cm (Gambar 7). Dapat dilihat bahwa
parameter jumlah daun berhubungan dengan parameter jumlah anakan, dimana
semakin banyak jumlah anakan maka jumlah daun juga akan semakin banyak.
Dapat dilihat pada Tabel 6 jumlah anakan tertinggi ialah pada jarak tanam 15x15
cm yaitu 10,96.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan parameter jumlah umbi (Tabel 7)
tertinggi terdapat pada jarak tanam 15x15 cm yaitu 10,52 umbi berbeda nyata
dengan jarak tanam 10x15 cm dan 20x15 cm. Parameter jumlah umbi cenderung
menurun pada jarak tanam 20x15 cm dan jarak tanam 10x15 cm. Mursito dan
Kawaji (2001) berpendapat pada jarak tanam rapat, terjadi kompetisi dalam
penggunaan cahaya yang mempengaruhi pula pengambilan unsur hara, air dan
udara. Kompetisi cahaya terjadi apabila suatu tanaman menaungi tanaman lainnya
atau suatu daun menaungi daun lainnya sehingga berpengaruh pada proses
fotosintesis sehingga terjadi penurunan produksi. Pada jarak tanam 15x15 jumlah
umbi mengalami peningkatan, tetapi bila lebih dirapatkan lagi yaitu pada jarak
dan Sufiani (1999) mengemukakan bahwa produksi tanaman akan meningkat
sampai tingkat populasi tertentu dan bila populasi ditingkatkan lagi justu akan
menurunkan produksi. Pada jarak tanam 15x15 cm mungkin merupakan kondisi
yang baik bagi pertumbuhan bawang sabrang, dengan tidak terlalu ketatnya
persaingan antar tanaman.
Jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter klorofil daun,
umur berbunga, jumlah anakan dan bobot basah umbi, namun ada kecenderungan
jarak tanam 15x15 memberikan hasil klorofil daun, jumlah anakan dan bobot
basah umbi tertinggi. Sedangkan jarak tanam 10x15 cm memberikan hasil
tercepat pada parameter umur berbunga.
Pertumbuhan dan produksi bawang sabrang pada pemberian kompos jerami padi
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa
pemberian kompos jerami padi berpengaruh nyata pada parameter pengamatan
jumlah daun 4 dan 5 MST.
Pemberian kompos jerami padi 0 kg/plot atau tanpa pemberian kompos
jerami padi cenderung memberikan hasil tertinggi pada tinggi tanaman, bobot
basah umbi dan memberikan hasil tercepat pada umur berbunga. Pemberian
kompos jerami padi 0,5 kg/plot (10 ton/ha) cenderung memberikan hasil tercepat
pada umur bertunas, dan klorofil daun, sedangkan pemberian kompos jerami padi
1 kg/plot (20 ton/ha) cenderung mengalami peningkatan pada parameter jumlah
daun, jumlah anakan dan jumlah umbi. Pemberian kompos jerami padi dapat
memenuhi kebutuhan bahan organik bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur
akan melestarikan kesuburan baik fisik, kimia, dan biologi tanah. Dengan
demikian dapat mendukung keberlanjutan produksi tanaman. Pada kompos jerami
padi terkandung unsur K yang tinggi, pada tanaman bawang merah unsur K dapat
membantu dalam pembentukan umbi. Hal ini sejalan dengan literatur dari Gunadi
(2009) yang menyatakan bahwa unsur kalium pada tanaman bawang merah
memberikan hasil umbi yang lebih baik dan daya simpan umbi bawang merah
yang lebih tinggi serta umbi tetap padat meskipun sudah disimpan lama.
Pemberian kompos jerami padi tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh
parameter pengamatan. Hal ini disebabkan karena tanah pada lahan yang
digunakan sudah mempunyai tekstur yang baik seperti terlihat pada Lampiran 4.
Murbandono (1999) menyatakan bahwa pemupukan pada umumnya bertujuan
untuk memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah sehingga tanaman dapat
tumbuh lebih cepat, subur, dan sehat. Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman
harus mempunyai kandungan hara yang cukup untuk menunjang proses
pertumbuhan tanaman sampai berproduksi, artinya tanah yang digunakan harus
subur.
Hasil produksi yang diharapkan pada tanaman bawang sabrang yaitu umbi
tanaman yang digunakan sebagai obat, pada pemberian kompos jerami padi
sebanyak 0 kg/plot atau tanpa pemberian kompos jerami padi memberikan hasil
terbaik pada bobot basah umbi.
Pertumbuhan dan produksi bawang sabrang pada jarak tanam dan pemberian kompos jerami padi
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi
parameter tinggi tanaman 4 dan 5 MST, serta jumlah daun 3 MST namun
berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lainnya.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi yang terbaik terjadi pada
perlakuan jarak tanam 10x15 cm dengan pemberian kompos jerami padi sebanyak
1 kg/plot (20 ton/ha). Pada jarak tanam yang rapat, tanaman lebih berkompetisi
untuk mendapatkan cahaya matahari hal ini mengakibatkan pemanjangan daun
sehingga tanaman menjadi lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan literatur dari
Habibie dkk (2011) yang menyatakan bahwa cahaya matahari berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan besar dan arah batang dan daun. Kekurangan energi
matahari akan menyebabkan tanaman mengalami etiolasi atau pemanjangan
batang yang diikuti daun guna mencari sumber cahaya matahari, tentu secara
penampilan tanaman akan lebih panjang daripada tanaman yang cukup cahaya.
Pada pemberian kompos jerami padi sebanyak 1 kg/plot (20 ton/ha) memberikan
hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan tinggi tanaman 5 MST. Kompos jerami
padi dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman karena kompos jerami menjadi
salah satu sumber bahan organik bagi tanah. Hal ini sesuai dengan literatur dari
Harsanti, dkk (2012) yang menyatakan bahwa pasokan hara dari pembenah
organik seperti kompos jerami padi dengan struktur tanah yang mampu
mendukung pertumbuhan tanaman akan meningkatkan produktivitas tanaman.
Putra (2012) menyatakan bahwa hasil yang diharapkan pada tanaman ini
ialah bobot basah umbi yang tinggi, bukan jumlah umbi yang paling banyak,
sebab umbi yang dikonsumsi sebagai bahan obat, umumnya merupakan umbi
yang telah berukuran besar. Karena itu perlakuan J2K0 memberikan hasil yang