• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Kemasaman Tanah (pH)

Dari hasil sidik ragam pH tanah pada 6 MST menunjukkan bahwa pemberian amelioran secara keseluruhan berpengaruh nyata menurunkan pH tanah (Lampiran 2 dan 3).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap perubahan pH tanah pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. pH tanah pada 6 Minggu Setelah Tanam (MST)

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0) 5.02 a

Pasir vulkan 5 kg (G1) 5.00 a

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 4.78 b

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 4.77 b

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji BNT 5%

Berdasar Tabel 1 diatas diketahui bahwa pH yang tertinggi pada perlakuan Kontrol (G0) sebesar 5.02 sedangkan yang terendah pada perlakuan pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) sebesar 4.78.

Daya Hantar Listrik (DHL)

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pasir vulkan, pasir vulkan + air laut, serta pasir vulkan + air laut + zeolit berpengaruh nyata dalam meningkatkan daya hantar listrik tanah (Lampiran 4 dan 5).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap perubahan Daya Hantar Listrik (DHL) pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Daya Hantar Listrik Tanah pada 6 MST

Perlakuan Rataan

(mmhos/cm)

Kontrol (G0) 0.0283 b

Pasir vulkan 5 kg (G1) 0.0470 b

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 0.1660 a

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 0.1592 a

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji BNT 5%

Berdasar Tabel 2 diatas diketahui bahwa daya hantar listrik yang tertinggi pada perlakuan Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) sebesar 0.1660 mmhos/cm sedangkan yang terendah pada perlakuan Kontrol (G0) sebesar 0.0283 mmhos/cm.

Basa-Basa Tukar dan Kejenuhan Basa (KB) Tanah

Dari hasil sidik ragam Basa – Basa Tukar tanah pada 6 MST memperlihatkan bahwa perlakuan dengan pemberian air laut (G2 dan G3) nyata meningkatkan Na – tukar dan Mg –

tukar tanah ( Lampiran 6, 7, 12 dan 13) sedangkan perlakuan dengan pemberian zeolit (G3) berpengaruh nyata menurunkan Ca – tukar dan kejenuhan basa tanah (Lampiran 10, 11, 14 dan 15). Sementara pemberian amelioran pada tiap perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap K – tukar (Lampiran 8 dan 9).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap perubahan basa –

Basa Tukar dan Kejenuhan Basa (KB) tanah pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 3 -7. Tabel 3. Nilai Rataan Na – Tukar Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

(me/100 gram) 0.011 b

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 0.016 ab

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 0.020 a Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 0.024 a

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5 %

Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa secara umum pemberian semua perlakuan meningkatkan Na – tukar tanah. Perlakuan (G3) berbeda tidak nyata dengan G2 dan G1, namun berbeda nyata dengan G0.

Tabel 4. Nilai Rataan K – Tukar Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

(me/100 gram) 0.031 a

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 0.025 b

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 0.022 b Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 0.023 b

Dari Tabel 4 menunjukkan pemberian semua amelioran menurunkan K – tukar tanah. Tabel 5. Nilai Rataan Ca – Tukar Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

(me/100 gram) 4.48 a

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 4.19 a

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 3.08 b Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 2.34 c

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5%

Dari Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian pasir vulkan + air laut + zeolit nyata menurunkan nilai Ca – tukar tanah.

Tabel 6. Nilai Rataan Mg – Tukar Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

(me/100 gram) 0.160 b

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 0.176 b

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 0.233 a Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 0.254 a

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5 %

Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa secara umum pemberian semua perlakuan meningkatkan Mg – tukar tanah. Perlakuan air laut (G2 dan G3) berbeda nyata dengan perlakuan (G0 dan G1).

Tabel 7. Nilai Rataan KB Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

(%) 22.25 a

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 22.28 a

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 16.05 b Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 14.17 b

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5% Dari Tabel 7 menunjukkan perlakuan dengan pemberian air laut berpengaruh nyata menurunkan Kejenuhan Basa tanah. Perlakuan G2 dan G3 berbeda nyata terhadap perlakuan G0 dan G1.

Kapasitas Tukar Kation (KTK)

Hasil sidik ragam KTK tanah pada 6 MST memperlihatkan bahwa pemberian semua perlakuan menurunkan nilai KTK tanah (Lampiran 16 dan 17).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap perubahan Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada 6 MST dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Nilai Rataan KTK Tanah Gambut tiap perlakuan pada 6 MST

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

(me/100 gram) 21.08 a

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 19.77 bc

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 20.89 ab Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 18.61 c

Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata dengan uji BNT pada taraf 5%

Dari Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan G0 dan G2 berbeda nyata dengan perlakuan G1 dan G3.

Bulk Density (BD)

Hasil sidik ragam BD tanah pada 20 MST (akhir vegetatif) memperlihatkan bahwa pemberian semua perlakuan terutama pasir vulkan yang memiliki tekstur pasir belum memberikan pengaruh nyata pada BD tanah gambut (Lampiran 18-20 ).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap perubahan Bulk Density (BD) tanah pada 20 MST (akhir vegetatif) dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai Rataan BD Tanah Gambut tiap perlakuan pada 20 MST (akhir vegetatif)

Perlakuan Rataan

Kontrol (G0)

(gr/cm3) 0.43

Pasir vulkan 5 kg / plot (G1) 0.44

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L /plot (G2) 0.41

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2,5 L + zeolit 1 kg / plot (G3) 0.42

Dari Tabel 9 menunjukkan bahwa BD tanah gambut tertinggi terdapat pada perlakuan G0 dengan 0.43 gr/cm3, sedangkan terendah diperoleh pada perlakuan G2 dengan 0.41 gr/cm3.

Tinggi Tanaman

Hasil sidik ragam Tinggi Tanaman pada 6 dan 20 MST (akhir vegetatif) memperlihatkan bahwa pemberian semua perlakuan belum memberikan pengaruh yang nyata pada tinggi tanaman (Lampiran 21-26).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman pada 6 dan 20 MST (akhir vegetatif) dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11.

Tabel 10. Tinggi Tanaman pada 6 MST

Perlakuan Rataan

(cm)

Kontrol (G0) 38.41

Pasir vulkan 5 kg (G1) 38.06

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 41.46

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 38.75

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada plot perlakuan pemberian vasir vulkan + air laut (G2) yaitu 41.46 cm sedangkan yang terendah pada plot perlakuan pemberian pasir vulkan (G1) yaitu 38.06 cm.

Tabel 11. Tinggi Tanaman pada 20 MST

Perlakuan Rataan

(cm)

Kontrol (G0) 100.12

Pasir vulkan 5 kg (G1) 98.09

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 98.21

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 94.44

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada plot perlakuan kontrol (G0) yaitu 100.12 cm sedangkan terendah pada perlakuan pemberian pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) yaitu 94.44 cm.

Jumlah Anakan Vegetatif

Hasil sidik ragam Jumlah Anakan Vegetatif pada 6 dan 20 MST memperlihatkan bahwa pemberian semua perlakuan belum memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah anakan vegetatif padi (Lampiran 27 - 32).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap jumlah anakan vegetatif pada 6 dan 20 MST dapat dilihat pada Tabel 12 dan 13.

Tabel 12. Jumlah Anakan Vegetatif pada 6 MST

Perlakuan Rataan

(anakan)

Kontrol (G0) 13.042

Pasir vulkan 5 kg (G1) 11.542

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 11.875

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 11.750

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa jumlah anakan vegetatif tertinggi diperoleh pada plot perlakuan kontrol (G0) yaitu 13.042 anakan, sedangkan terendah pada plot perlakuan pemberian pasir vulkan yaitu 11.542 anakan.

Tabel 13. Jumlah Anakan Vegetatif pada 20 MST

Perlakuan Rataan

(anakan)

Kontrol (G0) 19.583

Pasir vulkan 5 kg (G1) 17.792

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 18.125

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 18.25

Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa jumlah anakan vegetatif tertinggi diperoleh pada plot perlakuan kontrol (G0) yaitu 19.583 anakan, sedangkan terendah pada plot perlakuan pemberian pasir vulkan (G1) yaitu 17.792 anakan.

Jumlah Anakan Produktif

Hasil sidik ragam Jumlah Anakan Produktif memperlihatkan bahwa pemberian semua perlakuan belum memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah anakan vegetatif padi varietas lokal(Lampiran 33 - 35).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap jumlah anakan produktif dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah Anakan Produktif

Perlakuan Rataan

(anakan)

Kontrol (G0) 6.125

Pasir vulkan 5 kg (G1) 4.958

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 5.000

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa jumlah anakan produktif tertinggi diperoleh pada plot perlakuan kontrol (G0) yaitu 6.125 anakan, sedangkan terendah pada plot perlakuan pemberian pasir vulkan (G1) yaitu 3.858 anakan.

Bobot Kering Akar

Hasil sidik ragam bobot kering akar memperlihatkan bahwa pemberian semua perlakuan belum memberikan pengaruh yang nyata pada bobot kering akar tanaman padi varietas lokal (Lampiran 36 - 38).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap bobot kering akar tanaman dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Bobot Kering Akar

Perlakuan Rataan

( g )

Kontrol (G0) 19.627

Pasir vulkan 5 kg (G1) 13.067

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 11.657

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 14.160 Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa bobot kering akar tertinggi diperoleh pada plot perlakuan kontrol (G0) yaitu 19.627 g, sedangkan terendah pada plot perlakuan pemberian pasir vulkan (G2) yaitu 11.657 g.

Bobot Kering Tajuk Tanaman

Hasil sidik ragam bobot kering tanaman memperlihatkan bahwa pemberian semua perlakuan belum memberikan pengaruh yang nyata pada bobot kering padi varietas lokal (Lampiran 39 - 41).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap bobot kering tajuk tanaman dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Bobot Kering Tanaman

Perlakuan Rataan

( g )

Kontrol (G0) 43.577 a

Pasir vulkan 5 kg (G1) 36.560 b

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 38.110 ab

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji BNT 5%

Dari tabel 16 menunjukkan bahwa perlakuan G0 dan G2 berbeda nyata dengan perlakuan G1 dan G3.

Jumlah bulir per malai

Hasil sidik ragam jumlah bulir per malai memperlihatkan bahwa pemberian semua perlakuan belum memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah bulir per malai (Lampiran 42 dan 43).

Hasil uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pengaruh perlakuan terhadap jumlah bulir per malai dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Jumlah Bulir per Malai

Perlakuan Rataan

(Bulir)

Kontrol (G0) 10,377.33 a

Pasir vulkan 5 kg (G1) 8,736 b

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L (G2) 9,085 ab

Pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) 8,083 b

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata menurut uji BNT 5%

Dari Tabel 17 menunjukkan bahwa perlakuan G0 dan G2 berbeda nyata dengan perlakuan G1 dan G3 .

Pembahasan

Hasil pengukuran pH tanah akibat pemberian amelioran pasir vulkan, zeolit dan air laut berpengaruh nyata meningkatkan kemasaman tanah (menurunkan pH) gambut (Tabel 2), tergolong agak masan menurut kriteria BPPM (1982) dengan kisaran 5,28 - 5,93. Meningkatnya kemasaman tanah gambut karena terjadinya pelepasan asam – asam organik akibat pemberian amelioran.

Secara umum semua perlakuan menurunkan pH tanah. Pada perlakuan G1, G2 dan G3 dengan adanya pemberian pasir vulkan, air laut, dan zeolit berbeda nyata dengan perlakuan Kontrol (G0). Hal ini disebabkan karena baik pasir vulkan dan air laut mengandung kation –

vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman dengan komposisi total unsur tertinggi yaitu Ca, Na, K dan Mg, unsur makro lain berupa P dan S, sedangkan unsur mikro terdiri dari Fe, Mn, Zn, Cu. Yufdy dan Jumberi (2008) yang menyatakan bahwa air laut memiliki kandungan kation – kation basa seperti Na dalam konsentrasi yang sangat tinggi dan K, Ca dan Mg dalam konsentrasi yang cukup tinggi dibandingkan unsur lainnya. Kation – kation basa seperti Na, K, Ca dan Mg mampu mendesak ion H+ asam-asam organik dari komplek jerapan keluar dari sistem menyebabkan konsentrasi ion H+ di larutan tanah meningkat sehingga kemasaman tanah meningkat.

Pemberian air laut pada perlakuan pasir vulkan + air laut (G2) dan pasir vulkan + air laut + zeolit (G3) meningkatkan daya hantar listrik dibandingkan perlakuan yang tidak diberi air laut. Hal ini disebabkan oleh tingginya ion Na+ , Ca2+ , Mg2+ , Cl- , SO42- yang menyebabkan kenaikan daya hantar listrik. Ion Na+ dan Cl- adalah ion utama yang ada pada air laut, kemudian disusul oleh kation-kation Mg2+, Ca2+, K+, Sr+ serta anion anion SO42-, Br -dam HCO3- (Brotowijaya et al,1995).

Terhadap nilai basa – basa tukar (Tabel 3 – 7) memperlihatkan bahwa pemberian air laut cenderung meningkatkan jumlah basa – basa tukar tanah gambut terutama Na – tukar dan Mg – tukar. Sudarman, dkk (2002) menyatakan bahwa air laut dapat berfungsi sebagai amelioran karena air laut mempunyai daya penukar yang besar sehingga Al3+ dan Fe2+ yang berada pada kompleks pertukaran dapat digantikan oleh Na+, Ca2+, atau Mg2+ dari air yang ditambahkan. Oleh karena itu air laut dengan konsentrasi tertentu dapat berperan sebagai ion penukar (ion exchanger) atau sebagai bahan amelioran. Sedangkan pemberian pasir vulkan cenderung meningkatkan nilai kejenuhan basa tanah dimana perlakuan pemberian pasir vulkan 5 kg / plot (G1) memiliki nilai KB tertinggi 22,28 % (Tabel 7). Fiantis (2006) menyatakan bahwa hasil pelapukan lanjut dari bahan vulkanik mengakibatkan terjadinya penambahan kadar kation-kation (Ca, Mg, K dan Na) di dalam tanah hampir 50% dari

keadaan sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dibuktikan bahwa bahan vulkanik mengandung kation-kation basa yang dapat meningkatkan Kejenuhan Basa (KB) tanah yang selanjutnya dapat meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) nilai KB tanah gambut dataran tinggi tersebut masih tergolong rendah.

Untuk parameter kapasitas tukar kation (Tabel 8) menunjukkan bahwa aplikasi semua perlakuan menurunkan nilai KTK yaitu berkisar antara 18 – 21 me/100 g dengan nilai KTK tertinggi terdapat pada perlakuan (G0) dengan 21,08 me/100 gr sedangkan terendah diperoleh pada perlakuan (G3) yaitu 18,61 me/100 gr. Berdasarkan kriteria BPPM (1982) hasil analisis KTK tanah gambut tergolong sedang, berbeda dengan gambut dataran rendah umumnya memiliki nilai KTK dengan kriteria tinggi hingga sangat tinggi (Suhardjo dan Widjaja Adhi, 1976).

Perubahan nilai KTK tanah gambut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pH, tingkat dekomposisi dan perubahan gugus fungsional di lahan gambut akibat adanya reaksi dengan bahan amelioran yang diberikan. Kapasitas tukar kation merupakan kemampuan koloid, dalam hal ini koloid organik tanah untuk mengadsorbsi kation-kation di dalam larutan tanah. KTK tanah gambut berbanding lurus dengan pH dimana KTK akan turun bila pH gambut turun dan sebaliknya. Agus dan Subiksa (2008) menyatakan bahwa muatan negatif yang menentukan KTK pada tanah gambut seluruhnya adalah muatan tergantung pH (pH dependent charge). Muatan negatif yang terbentuk adalah hasil dissosiasi hidroksil pada gugus karboksilat atau fenol. Oleh karenanya penetapan KTK menggunakan pengekstrak amonium acetat pH 7 akan menghasilkan nilai KTK yang lebih tinggi, sedangkan penetapan KTK dengan pengekstrak amonium klorida (pada pH aktual) akan menghasilkan nilai yang lebih rendah.

Hasil pengukuran BD (Tabel 9) diketahui bahwa semua perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan BD tanah gambut yang tergolong rendah dimana rataan BD tanah semua perlakuan masih dibawah 0,5 gr/cm3. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa lahan gambut telah memiliki tingkat kematangan gambut saprik yang didukung dengan pengamatan visual dimana warna gambut coklat dengan asal bahan sudah tidak dapat diidentifikasi. Hasil ini didukung oleh penelitian Sihite (2013) bahwa karakterikstik lahan gambut dataran tinggi di Desa Hutabagasan Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara memiliki tingkat kematangan gambut saprik dengan BD 0,51 g/cm3 pada kedalaman 0 – 30 cm.

Untuk parameter tinggi tanaman pada pengamatan 6 dan 20 MST (akhir vegetatif) dapat dilihat pada Tabel 10 dan 11 menunjukkan bahwa semua perlakuan belum memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman padi, tetapi angka tertinggi pada perlakuan kontrol (G0) dan terendah pada perlakuan (G3) artinya pemberian amelioran justru menghambat pertumbuhan tinggi tanaman padi. Hal ini terjadi karena adanya kahat kalsium oleh tanaman akibat adanya penurunan jumlah Ca – tukar di dalam tanah gambut (sesuai dengan hasil pada Tabel 5). Kalsium berperan penting pada fase vegetatif tanaman terutama pembentukan akar dan batang. Kahat kalsium pada tanaman akan menghambat pertumbuhan akar dan batang sehingga tidak mampu tumbuh memanjang dengan cepat akibatnya tidak dapat memperoleh air dan unsur hara yang cukup dari dalam tanah. Secara visual gejala yang tampak pada tanaman yang kahat kalsium dapat dilihat dari pertumbuhannya yang kerdil (Damanik dkk., 2011).

Selain itu, faktor kekeringan juga menganggu pertumbuhan tanaman padi. Penanaman yang dilakukan pada bulan Juli bertujuan agar kebutuhan air tanaman baik pada fase vegetatif hingga fase generatif tanaman padi (Agustus – Oktober) dapat terpenuhi mengingat pada bulan – bulan tersebut merupakan bulan musim penghujan. Namun tidak adanya turun hujan

di lokasi saat penelitian dilakukan menyebabkan tanaman mengalami kekeringan sehingga amelioran yang diberikan terutama air laut memberikan dampak lebih buruk pada kondisi kurang air hingga timbul retakan – retakan di permukaan tanah. Keberadaan ion Na+ dalam jumlah yang tinggi menyebabkan terhambatnya adsorbsi kation lainnya di larutan tanah ditambah adanya kekeringan menyebabkan bertambahnya kepekatan garam mudah larut di dalam tanah sehingga tekanan osmotik di larutan tanah meningkat. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman akibat terjadinya plasmolisis yang mengganggu metabolisme tanaman (Cachorro dkk., 1994).

Sementara untuk jumlah anakan vegetatif tanaman pada pengamatan 6 MST (Tabel 12), pemberian semua perlakuan belum memberikan pengaruh nyata dengan perlakuan tertinggi pada perlakuan kontrol (G0) yaitu 13,04 tanaman dan terendah pada perlakuan pemberian pasir vulkan 5 kg (G1) yaitu 11,54 tanaman. Pada pengamatan 20 MST (Tabel 13), pemberian semua perlakuan belum memberikan pengaruh nyata dengan perlakuan tertinggi pada perlakuan kontrol (G0) yaitu 19,58 tanaman dan terendah pada perlakuan pemberian pasir vulkan 5 kg (G1) yaitu 17,79 tanaman. Sedangkan untuk jumlah anakan produktif tanaman oada 20 MST pemberian semua perlakuan belum memberikan pengaruh nyata dengan perlakuan tertinggi pada perlakuan kontrol (G0) yaitu 6,13 tanaman dan terendah pada perlakuan pemberian pasir vulkan 5 kg + air laut 2.5 L + zeolit 1 kg (G3) yaitu 3,96 tanaman.Hal ini disebabkan penanaman padi dilakukan pada waktu yang kurang tepat dan lahan sawah gambut lokasi penelitian merupakan lahan sawah tadah hujan dimana ketersediaan air lahan sangat ditentukan oleh banyaknya curah hujan. Hasil observasi di lapangan menunjukkan adanya indikasi cekaman kekeringan melihat adanya retakan –

retakan pada permukaan tanah gambut akibat minimnya jumlah hari hujan di lokasi saat penelitian dilakukan sehingga pasokan air ke areal lahan berkurang mengingat lahan sawah tersebut merupakan lahan sawah tadah hujan. Apriantoro (2009) menyatakan bahwa sawah

tadah hujan umumnya hanya dapat ditanami sekali setahun. Pertanaman padi pada areal sawah tadah hujan seringkali mengalami kegagalan panen karena mengalami kekurangan air, baik pada waktu pengolahan tanah maupun pertumbuhan tanaman.

Waktu tanam diakhir musim kering menyebabkan tanaman mengalami cekaman kekeringan yang terjadi pada pertengahan fase vegetatif hingga pertengahan fase generatif akibat tidak adanya hujan selama priode penting tersebut. Cekaman air berpengaruh besar terhadap pertumbuhan vegetatif maupun generatif tanaman padi terutama dapat mempengaruhi rendahnya hasil panen. Terjadinya cekaman air selama masa pertumbuhan tanaman umumnya menghambat proses pertumbuhan dan menyebabkan gangguan pada fotosintesis (Begg, 1980 dalam Santos, 2009 ).

Bobot kering tanaman dan bobot kering akar yang disajikan pada Tabel. 15 dan 16 menunjukkan setelah pemberian amelioran berupa pasir vulkan, pasir vulkan ditambah air laut dan pasir vulkan ditambah air laut dan zeolit mengalami penurunan bobot kering tanaman. Ini diakibatkan pengaruh garam yang berasal dari air laut menghambat penyerapan unsur hara sehingga pertumbuhan terganggu. Hal ini sesuai dengan Sembiring dan Gani (2006) yang menyatakan pertumbuhan akar, batang dan luas daun berkurang karena cekaman garam, yaitu; ketidak-seimbangan metabolik yang disebabkan oleh keracunan ion, cekaman osmotik dan kekurangan hara.

Untuk parameter jumlah bulir padi (Tabel 17) menunjukkan bahwa pemberian amelioran berupa pasir vulkan, pasir vulkan ditambah air laut dan pasir vulkan ditambah air laut dan zeolit secara umum mengalami penurunan jumlah bulir padi. Hal ini diduga akibat hadirnya ion Na+ yang bersumber dari air laut yang menyebabkan keracunan pada akar sehingga mengganggu penyerapan hara. Hal ini sesuai dengan Sipayung (2003) yang menyatakan Salinitas dan kekeringan akan mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah, yaitu: 1) meningkatkan tekanan osmotik, 2) peningkatan potensi ionisasi, 3) infiltrasi tanah menjadi

buruk, 4) kerusakan dan terganggunya stuktur tanah, 5) permeabilitas tanah buruk, 6) penurunan produktivitas. Salinitas atau konsentrasi garam-garam terlarut yang cukup tinggi akan menimbulkan cekaman dan memberikan tekanan terhadap pertumbuhan tanaman.

Dokumen terkait