• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan data hasil penelitian dan sidik ragam (Lampiran 5-46) terlihat bahwa perlakuan konsentrasi auksin berpengaruh nyata terhadap tinggi tanamanumur 4 dan 9 MSPT serta diameter batangumur 2, 5, 6, 7 dan 8 MSPT, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tandan buah, jumlah buah per tandan buah, jumlah buah per tanaman, rata-rata berat buah per tanaman dan produksi per tanaman. Perlakuan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 4 MSPT, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang, jumlah tandan buah, jumlah buah per tandan buah, jumlah buah per tanaman, rata-rata berat buah per tanaman dan produksi per tanaman. Interaksi konsentrasi auksin dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap tinggi tanamanumur 4 dan 7 MSPT, diameter batang pada umur 7 dan 8 MSPT.

Tinggi Tanaman

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam parameter tinggi tanaman umur 2-9 MSPT (Lampiran 5-20) diketahui bahwa perlakuan konsentrasi auksin berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4 dan 9 MSPT dan lama perendaman berpengaruh nyata pada umur 4 MSPT. Interaksi konsentrasi auksin dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 4 dan 7 MSPT.

Tinggi tanaman tomat cherry pada umur 2-9MSPT dengan berbagai perlakuan konsentrasi auksin dan lama perendaman dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman 2-9 MSPT (cm) dengan berbagai perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin

MSPT Lama Perendaman (Menit) Konsentrasi Auksin (ppm) Rataan 100 200 300 400 2 10 4.50 4.10 3.31 4.54 4.11 20 3.78 3.74 4.20 3.80 3.88 30 4.34 3.80 3.80 4.54 4.14 Rataan 4.21 3.88 3.79 4.30 3 10 6.56 5.76 4.69 6.33 5.83 20 5.43 5.53 6.26 5.63 5.71 30 5.68 6.27 6.34 5.59 5.97 Rataan 5.89 5.85 5.76 5.85 4

10 19.33e 21.73cde 21.33cde 21.17cde 20.89b 20 20.10e 23.86b 21.76cde 21.40cde 21.78a 30 20.27de 25.29a 21.28cde 19.61e 21.61a Rataan 19.90d 23.63a 21.46b 20.73c 5 10 38.99 42.03 33.34 48.78 40.79 20 28.83 34.92 36.51 35.33 33.90 30 31.91 34.20 34.77 35.00 33.97 Rataan 33.24 37.05 34.88 39.70 6 10 60.02 57.11 52.98 68.58 59.67 20 52.91 66.93 55.48 51.20 56.63 30 56.94 57.59 55.39 53.49 55.85 Rataan 56.63 60.54 54.61 57.76 7

10 79.62ab 72.60ab 71.69b 87.12a 77.76 20 74.13ab 82.74ab 78.53ab 67.44b 75.71 30 76.21ab 77.02ab 74.78ab 72.56ab 75.14

Rataan 62.09 76.66 75.00 75.71 8 10 88.21 84.26 86.63 105.37 91.12 20 89.03 90.40 85.42 87.40 88.06 30 90.12 91.70 93.12 93.56 92.13 Rataan 89.12 88.79 88.39 95.44 9 10 105.00 95.98 98.04 126.57 106.40 20 109.24 101.66 116.38 108.33 108.90 30 112.58 107.89 112.66 116.08 112.30 Rataan 108.94ab 101.84b 109.03ab 116.99a

Keterangan :Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada taraf 5 % menurut uji beda rataan Duncan taraf 5%

Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi antara konsentrasi dan lama perendaman auksin berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman yaitu pada pengamatan umur 4 dan 7 MSPT.

Pada pengamatan 4 MSPT terlihat bahwa pengaruh lama perendaman pada berbagai konsentrasi auksin (100, 200, 300 dan 400 ppm) menunjukkan bahwa tinggi tanaman meningkat seiring dengan peningkatan lama perendaman. Lama perendaman 30 menit menghasilkan data tertinggi yang berbeda tidak nyata dengan perendaman 20 menit, namun berbeda nyata dengan perendaman 10 menit. Perlakuan konsentrasi auksin pada beberapa lama perendaman (10, 20 dan 30 menit) menunjukkan bahwa tinggi tanaman meningkat dari

konsentrasi 100 ppm hingga 200 ppm namun selanjutnya terjadi penurunan dengan penambahan konsentrasi 300 ppm dan 400 ppm. Kombinasi perlakuan terbaik ditunjukkan pada A2T3(konsentrasi 200 ppm, lama perendaman 30 menit)

yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya.

Pada pengamatan 7 MSPT pengaruh interaksi konsentrasi auksin dan lama perendaman menghasilkan tanaman tertinggi pada A4T1 (konsentrasi 400 ppm dengan lama perendaman 10 menit) yakni 87,12 cm yang berbeda nyata dengan A4T2 (konsentrasi 400 ppm dengan lama perendaman 20 menit) yakni 67,44 cm,

Kurva respon tinggi tanaman tomat cherry pada umur 4 MSPT dengan perlakuan beberapa konsentrasi auksin terhadap lama perendaman dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1.Hubungan interaksi konsentrasi auksin dan lama perendaman terhadap tinggi tanaman 4 MSPT

Gambar 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada lama perendaman auksin 10 menit mengalami peningkatan dari konsentrasi auksin 100 ppm ke konsentrasi 200 ppm, tetapi mengalami penurunan pada konsentrasi 300 dan 400 ppm. Kemudian pada lama perendaman auksin 20 menit tinggi tanaman mengalami peningkatan dari konsentrasi auksin 100 ppm ke konsentrasi 200 ppm, tetapi mengalami penurunan pada konsentrasi 300 dan 400 ppm. Selanjutnya pada lama perendaman auksin 30 menit tinggi tanaman mengalami peningkatan dari

konsentrasi auksin 100 ppm ke konsentrasi 200 ppm, tetapi mengalami penurunan pada konsentrasi 300 dan 400 ppm.

Kurva respon tinggi tanaman tomat cherry pada umur 7 MSPT dengan perlakuan beberapa konsentrasi auksin terhadap lama perendaman dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2.Hubungan interaksi konsentrasi auksin dan lama perendaman terhadap tinggi tanaman 7 MSPT

Gambar 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada lama perendaman auksin 10 menit mengalami penurunan dari konsentrasi auksin 100 ppm ke konsentrasi 200 ppm, dan mengalami penurunan lagi dari konsentrasi auksin 200 ppm ke konsentrasi 300 ppm, tetapi mengalami peningkatan pada konsentrasi 400 ppm. Kemudian pada lama perendaman auksin 20 menit diperoleh tinggi tanaman mengalami peningkatan dari konsentrasi auksin 100 ppm ke konsentrasi 200 ppm, tetapi mengalami penurunan pada konsentrasi 300 dan 400 ppm. Selanjutnya pada lama perendaman auksin 30 menit diperoleh tinggi tanaman

ŶT1 = 0,001x2 - 0,259x + 100,4 R² = 0,966 X opt = 129,5 ŶT2= -0,001x2 + 0,222x + 57,15 R² = 0,986 X opt = 111 ŶT3 = -8E-05x2 + 0,024x + 74,65 R² = 0,958 X opt = 300 T inggi T ana m an 7 M S T ( cm ) konsentrasi Auksin (ppm) T1 (10 menit) T2 (20 menit) T3(30 menit)

terus mengalami penurunan dari konsentrasi auksin 100 ppm ke konsentrasi 200, 300 dan 400 ppm.

Diameter Batang

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam diameter batang umur2-9 MSPT (Lampiran 21-36) diketahui bahwa konsentrasi auksin berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada pengamatan 2, 5, 6, 7 dan 8 MSPT. Lama perendaman berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang. Interaksi konsentrasi auksin dan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada pengamatan 7 dan 8 MSPT.

Diameter batang tanaman tomat cherryumur 2-9 MSPT pada berbagai perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 berikut menunjukkan bahwa interaksi antara konsentrasi dan lama perendaman auksin berpengaruh nyata terhadap diameter batang yaitu pada pengamatan umur 7 dan 8 MSPT.

Pada pengamatan 7 MSPT pengaruh interaksi konsentrasi auksin dan lama perendaman menghasilkan data tertinggi pada A4T1 (konsentrasi 400 ppm dengan lama perendaman 10 menit) yakni 8,11 mm dan terendah pada A1T2 (konsentrasi

100 ppm dengan lama perendaman 20 menit) yakni 6,55 mm. Pada lama perendaman 10 menit, interaksi terbaik pada konsentrasi 400 ppm yang berbeda nyata dengan konsentrasi 200 ppm dan 300 ppm, namun berbeda tidak nyata dengan konsentrasi 100 ppm. Pada lama perendaman 20 menit dan 30 menit, interaksi terbaik pada konsentrasi 300 ppm yang berbeda nyata dengan konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm, namun berbeda tidak nyata dengan konsentrasi 400 ppm.

Tabel 2.Diameter batang 2-9 MSPT (mm) pada berbagai perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin

MSPT Lama Perendaman (Menit) Konsentrasi Auksin (ppm) Rataan 100 200 300 400 2 10 1.63 1.66 1.38 1.85 1.63 20 1.64 1.51 1.52 1.66 1.58 30 1.57 1.58 1.61 1.68 1.61

Rataan 1.61ab 1.58bc 1.50d 1.73a 3 10 3.20 2.82 2.53 3.62 3.04 20 2.64 2.93 3.02 2.62 2.80 30 2.58 2.69 3.14 2.58 2.75 Rataan 2.81 2.82 2.89 2.94 4 10 4.18 3.31 3.71 4.42 3.91 20 3.37 3.35 3.56 3.24 3.38 30 3.26 3.73 3.81 3.19 3.50 Rataan 19.90 3.46 3.69 3.62 5 10 5.38 4.44 4.82 6.26 5.22 20 4.67 4.60 5.76 6.32 5.34 30 5.42 4.64 5.98 5.43 5.37

Rataan 5.15a 4.56ab 5.52bc 6.00c 6

10 6.36 5.56 5.91 7.29 6.28

20 5.54 5.82 6.89 7.06 6.33

30 6.47 5.72 7.05 6.69 6.48

Rataan 6.13bc 5.70 6.62ab 7.01a 7

10 7.46ab 6.55b 6.76b 8.11a 7.22

20 6.64b 6.67b 8.04a 7.92ab 7.32

30 7.89ab 6.63b 8.06a 7.77ab 7.59

Rataan 7.33a 6.62b 7.62a 7.93a

8

10 8.36abc 7.37c 7.74c 9.27a 8.19

20 7.86ab 7.66b 8.98ab 8.91ab 8.35

30 9.10ab 7.52b 9.24a 8.82ab 8.67

Rataan 8.44a 7.52b 8.65a 9.00a

9

10 9.30 8.81 9.00 20.68 11.96

20 8.94 8.86 10.33 10.18 9.58

30 10.12 8.63 10.29 9.94 9.74

Rataan 9.47 8.77 9.87 13.60

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf tidak sama pada baris atau kolom menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji beda rataan Duncan taraf 5%

Pada pengamatan 8 MSPT pengaruh interaksi konsentrasi auksin dan lama perendaman menghasilkan data tertinggi pada A4T1 (konsentrasi 400 ppm dengan

lama perendaman 10 menit) yakni 9,27 mm dan terendah pada A1T2 (konsentrasi 100 ppm dengan lama perendaman 20 menit) yakni 7,37 mm. Pada lama perendaman 10 menit, interaksi terbaik pada konsentrasi 400 ppm yang berbeda nyata dengan konsentrasi 200 ppm dan 300 ppm, namun berbeda tidak nyata dengan konsentrasi 100 ppm. Pada lama perendaman 20 menit dan 30 menit, interaksi terbaik pada konsentrasi 300 ppm yang berbeda nyata dengan konsentrasi 200 ppm namun berbeda tidak nyata dengan konsentrasi 100 ppm dan 400 ppm.

Kurva respon diameter batang tomat cherry pada umur 7 MSPT dengan perlakuan beberapa konsentrasi auksin terhadap lama perendaman dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini.

Gambar 3. Hubungan diameter batang dengan beberapa konsentrasi auksin terhadap lama perendaman pada umur 7 MSPT

ŶT1 = 6E-05x2- 0,026x + 9,499 R² = 1 X opt = 216 ŶT2 = -4E-06x2+ 0,007x + 5,822 R² = 0,774 X opt = 175 ŶT3 = -7E-07x3+ 0,0001x2- 0,133x + 16,23 R² = 1 D iam et er B at an g ( m m ) Konsentrasi Auksin (ppm) T1 (10 menit) T2 (20 menit) T3(30 menit)

Gambar 3 menunjukkan bahwa diameter batang pada lama perendaman auksin 10 menit mengalami penurunan dari konsentrasi 100 ppm ke konsentrasi 200 ppm, tetapi terus mengalami peningkatan pada konsentrasi 300 dan 400 ppm. Kemudian pada lama perendaman auksin 20 menit diperoleh diameter batang mengalami penurunan konsentrasi 100 ppm ke konsentrasi 200 ppm, tetapi mengalami peningkatan pada konsentrasi 300 ppm dan mengalami penurunan lagi pada konsentrasi 400 ppm. Selanjutnya pada lama perendaman auksin 30 menit diperoleh diameter batang mengalami penurunan dari konsentrasi 100 ppm ke konsentrasi 200 ppm, tetapi mengalami peningkatan pada konsentrasi 300 ppm dan mengalami penurunan lagi pada konsentrasi 400 ppm.

Kurva respon diameter batang tomat cherry pada umur 8 MSPT dengan perlakuan beberapa konsentrasi auksin terhadap lama perendaman dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini :

Gambar 4.Hubungan diameter batang dengan beberapa konsentrasi auksin terhadap lama perendaman pada 8 MSPT

Gambar 4 menunjukkan bahwa diameter batang pada lama perendaman

auksin 10 menit mengalami penurunan dari konsentrasi 100 ppm ke konsentrasi 200 ppm, tetapi terus mengalami peningkatan pada konsentrasi 300 dan 400 ppm.

Kemudian pada lama perendaman auksin 20 menit diperoleh diameter batang menurun dari konsentrasi 100 ppm ke konsentrasi 200 ppm, tetapi mengalami peningkatan pada konsentrasi 300 ppm dan mengalami penurunan lagi pada konsentrasi 400 ppm. Selanjutnya pada lama perendaman auksin 30 menit diperoleh diameter batang mengalami penurunan dari konsentrasi 100 ppm ke konsentrasi 200 ppm, tetapi mengalami peningkatan pada konsentrasi 300 ppm dan menurun lagi pada konsentrasi 400 ppm.

Jumlah Tandan Buah (tandan)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam jumlah tandan buah (Lampiran 37-38) menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin adalah berpengaruh tidak nyata dan juga tidak terlihat ada interaksi antara kedua perlakuan.

Jumlah tandan buah tanaman tomat cherry pada berbagai perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Jumlah tandan buah (tandan) tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin

Lama Perendaman (Menit) Konsentrasi Auksin (ppm) Rataan 100 200 300 400 10 3.33 4.44 3.44 3.67 3.72 20 3.78 4.00 3.11 4.56 3.86 30 3.00 3.89 4.56 3.44 3.96 Rataan 3.37 4.11 3.70 4.22 3.85

Tabel 3 menunjukkan rataan jumlah tandan buah tomat tertinggi diperoleh pada pemberian auksin dengan konsentrasi 400 ppm (A2) yaitu 4,22 buah, yang

berbeda tidak nyata dengan perlakuan A1 (100 ppm) yaitu 3,37, A2(200 ppm) yaitu 4,11, dan A3(300 ppm) yaitu 3,70 buah.

Selanjutnya juga terlihat bahwa tandan buah tanaman tomat tertinggi terdapat pada perlakuan lama perendaman T3 (30 menit) yaitu 3,96 buah yang berbeda tidak nyata dengan T1 (10 menit) yaitu 3,72 dan T2(20 menit) yaitu3,86

buah.

Jumlah Buah per Tandan(buah)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam jumlah buah per tandan (Lampiran 39-40) menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin adalah berpengaruh tidak nyata dan juga tidak terlihat ada interaksi antara kedua perlakuan.

Jumlah buah per tandan pada berbagai perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.Jumlah buah per tandan buah tanaman tomat (buah) pada berbagai perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin.

Lama Perendaman (Menit) Konsentrasi Auksin (ppm) Rataan 100 200 300 400 10 4.83 5.40 5.05 5.62 5.22 20 5.34 6.59 5.55 5.20 5.67 30 6.18 6.28 5.14 4.72 5.58 Rataan 5.45 6.09 5.25 5.18 5.49

Tabel 4 menunjukkan rataan tertinggi jumlah buah per tanaman tomat diperoleh pada perlakuan konsentrasi auksin 200 ppm (A2) yaitu 6,09 buah yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan A1 (100 ppm) yaitu 5,45 buah,A3(300 ppm)

yaitu 5,25 buah, dan A4(400 buah) yaitu 5,58 buah. Rataan terendah jumlah buah per tandan buah tanaman tomat diperoleh pada perlakuan konsentrasi auksin 400 ppm (A4) yaitu 5,18 buah.

Selanjutnya juga terlihat bahwa rataan tertinggi jumlah buah per tanaman diperoleh pada lama perendaman T2(20 menit) yaitu 5,67 buah yang berbeda tidak

nyata dengan perlakuan T1(10 menit) yaitu 5,22 buah dan T3(30 menit) yaitu

5,58 buah. Rataan terendah jumlah buah per tandan buah tanaman tomat diperoleh pada lama perendaman T1(10 menit) yaitu 5,22 buah.

Jumlah Buah per Tanaman (buah)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam jumlah buah per tanaman (Lampiran 41-42) menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin adalah berpengaruh tidak nyata dan juga tidak terlihat ada interaksi antara kedua perlakuan.

Jumlah buah per tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Jumlah buah per tanaman tomat (buah) pada berbagai perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin.

Lama Perendaman (Menit) Konsentrasi Auksin (ppm) Rataan 100 200 300 400 10 16.78 25.33 19.56 23.89 21.39 20 19.11 25.67 17.56 24.44 21.69 30 17.44 24.67 21.67 16.89 20.17 Rataan 17.78 25.22 19.56 21.74 21.08

Tabel 5 menunjukkan rataan tertinggi jumlah buah per tanaman tomat diperoleh pada perlakuan konsentrasi 200 ppm (A2) yaitu 25,22 buah yang

berbeda tidak nyata dengan perlakuan A1(100 ppm) yaitu 17,78 buah, A3(300 ppm) yaitu 19,56 buah dan A4 (400 ppm) yaitu 21,74 buah. Rataan

terendah jumlah buah per tanaman tomat diperoleh pada perlakuan konsentrasi A1(100 ppm) yaitu 17,78 buah.

Selanjutnya juga terlihat bahwa rataan tertinggi jumlah buah per tanaman tomat diperoleh pada lama perendaman T2(20 menit) yaitu 21,69 buah yang

berbeda tidak nyata dengan perlakuan T1(10 menit) yaitu 21,39 buah dan T3(30

menit) yaitu 20,17 buah. Rataan terendah jumlah buah per tanaman diperoleh pada lama perendaman T3(30 menit) yaitu 20,17buah.

Berat Rata-rata per buah (g)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam berat rata-rata per buah (Lampiran 43-44) menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin adalah berpengaruh tidak nyata dan juga tidak terlihat ada interaksi antara kedua perlakuan.

Berat rata-rata per buah pada berbagai perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6.Berat rata-rata per buah pada berbagai perlakuan konsentrasi dan lamaperendaman auksin Lama Perendaman (Menit) Konsentrasi Auksin (ppm) Rataan 100 200 300 400 10 23.68 28.54 25.73 28.29 26.56 20 27.42 29.56 27.84 29.38 28.55 30 28.74 30.06 31.91 31.09 30.45 Rataan 26.61 29.39 28.50 29.59 28.52

Tabel 6 menunjukkan berat rata-rata per buah tertinggi diperoleh pada pemberian auksin dengan konsentrasi A4(400 ppm) yaitu29,59 g, yang berbeda

tidak nyata dengan perlakuan A1(100 ppm) yaitu 26,61 g,A2(200 ppm) yaitu 29,39 g dan A3(300 ppm) yaitu 28,50 g. Rataan terendah berat buah per tanaman

tomat diperoleh pada perlakuan A1(100 ppm) yaitu 26,61 g.

Selanjutnya juga terlihat bahwa berat rata-rata per buah tertinggi diperoleh pada pemberian auksin dengan lama perendaman T3 (30 menit) yaitu 30,45 g

yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan T1 (10 menit) yaitu 26,56 g dan T2 (20 menit) yaitu 28,55 g. Berat rata-rata per buah terendah diperoleh pada

perlakuan T1(10 menit) yaitu 26,56 g.

Produksi per Tanaman (g)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam produksi per tanaman (Lampiran 45-46) menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin adalah berpengaruh tidak nyata dan juga tidak terlihat ada interaksi antara kedua perlakuan.

Produksi per tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Produksi per tanaman tomat (g) pada berbagai perlakuan konsentrasi dan lama perendaman auksin

Lama Perendaman (Menit) Konsentrasi Auksin (ppm) Rataan 100 200 300 400 10 405.11 704.46 517.84 681.16 577.14 20 515.17 740.86 499.76 699.27 613.77 30 471.52 729.42 701.47 505.44 601.96 Rataan 463.93 724.91 573.03 628.62 597.62 Tabel 7 menunjukkan rataan tertinggi produksi buah per tanaman tomat diperoleh pada pemberian auksin dengan konsentrasi 200 ppm (A2) yaitu 724,91 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuanA1(100 ppm) yaitu 463,93 g, A3(300

ppm) yaitu 573,03 g dan A4 (400 ppm) yaitu 628,62 g. Rataan terendah produksi

buah per tanaman diperoleh pada perlakuanA1(100 ppm) yaitu 463,93 g.

Selanjutnya juga terlihat bahwa rataan tertinggi produksi buah per tanaman tomat diperoleh pada lama perendaman auksin selama T2 (20 menit) yaitu 613,77 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan T1(10 menit) yaitu

577,14 g dan T3 (30 menit) yaitu 601,96 g. Rataan terendah produksi buah per tanaman tomat diperoleh pada perlakuan T1(10 menit) yaitu 577,14 g.

Pembahasan

Pengaruh Konsentrasi Auksin Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat Cherry (Lycopersicum cerasiformaeMill.)

Berdasarkan data pengamatan dan sidik ragam, perlakuan konsentrasi auksin berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 dan 9 MSPT. Pada 4 MSPT, perlakuan konsentrasi auksin menunjukkan bahwa tinggi tanaman meningkat dari konsentrasi 100 ppm hingga 200 ppm namun selanjutnya terjadi penurunan dengan penambahan konsentrasi 300 ppm dan 400 ppm. Secara regresi membentuk hubungan kuadratik positif, yakni adanya peningkatan hingga batas konsentrasi optimum dan selanjutnya terjadi penurunan.Hal ini dikarenakan hormon dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit sebagai perangsang pertumbuhan, dalam jumlah besar justru dapat mengakibatkan keracunan.Oleh Mulyono (2010) disebutkan bahwa penambahan zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin (BAP/kinetin) berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tinggi dan jumlah ruas, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tunas.Auksin digunakan untuk pertumbuhan kalus, pemanjangan tunas dan pembentukan akar. Dalam konsentrasi rendah akar memacu tunas adventif, sedangkan konsentrasi tinggi mendorong terbentuk kalus.

Berdasarkan data hasil penelitian dan daftar sidik ragam diketahui bahwa pada perlakuan konsentrasi auksin berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada pengamatan 7 dan 8 MSPT. Pengaruh konsentrasi auksin menyebabkan fluktuasi diameter batang, yakni terjadi penurunan pada konsentrasi 200 ppm, namun kembali meningkat dengan penambahan konsentrasi 300 ppm, dan

400 ppm. Namun secara uji beda rataan, perlakuan konsentrasi 400 ppm meskipun menghasilkan diameter terbesar tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 100 dan 300 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh auksin terhadap perkembangan diameter batang lebih kecil dibandingkan dengan perkembangan meristem apikal. Hal ini sesuai dengan Kusriningrum dan Harjadi dalam Suprapto (2004) menyebutkan bahwa pengaruh rangsangan auksin terhadap jaringan berbeda-beda, rangsangan paling kuat terutama terhadap sel-sel meristem apikal batang dan koleoptil. Pengaruh auksin terhadap perkembangan sel-sel menunjukkan bahwa auksin dapat menaikkan tekanan osmotik, meningkatkan sintesa protein, permeabilitas sel terhadap air, dan melunakkan dinding sel yang diikuti menurunnya tekanan dinding sel yang disertai kenaikan volume sel. Dengan adanya kenaikan sintesa protein dapat digunakan sebagai sumber tenaga dalam pertumbuhan.

Sesuai dengan literatur dari Weaver (1972) yang menyatakan bahwa pati yang dihidrolisis oleh auksin akan membentuk amilase sehingga terjadi peningkatan gula yang digunakan sebagai energi untuk pemanjangan sel yakni menambah tinggi tanaman tomat cherry. Selain itu faktor dosis dan waktu pemberian juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tomat cherry terutama tinggi tanaman. Namun pada penelitian ini dilihat bahwa pemberian auksin tidak berpengaruh nyata pada pertambahan jumlah tandan buah, jumlah buah per tandan, jumlah buah per tanaman, dan berat rata-rata buah serta produksi per tanaman. Hal ini sesuai dengan Prawiranata dan Tjondronegoro dalam Heru Sudrajat (2011) yang menyebutkan bahwa keberhasilan zat pengatur tumbuh tergantung pada beberapa faktor antara lain dosis, jenis zat pengatur tumbuh yang

digunakan, interval waktu pemberian, cara pemberian serta faktor dalam tanaman itu sendiri antara lain umur dan jenis tanaman.

Pengaruh Lama Perendaman Auksin Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat Cherry (Lycopersicum cerasiformaeMill.)

Berdasarkan data hasil penelitian dan daftar sidik ragam diketahui bahwa perlakuan lama perendaman berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada pengamatan 4 MSPT.Pengaruh lama perendaman menunjukkan bahwa tinggi tanaman meningkat seiring dengan peningkatan lama perendaman.Secara regresi hubungan ini membentuk pola linear positif. Lama perendaman 30 menit menghasilkan data tertinggi yang berbeda tidak nyata dengan perendaman 20 menit, namun berbeda nyata dengan perendaman 10 menit. Lamanya perendaman berkaitan erat dengan imbibisi atau penyerapan hormon kedalam benih tomat.Hal ini diasumsikan semakin lama direndam maka semakin besar pula daya serap benih terhadap auksin. Pada awal pertumbuhan auksin akan memacu benih untuk berkecambah lebih cepat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Riyadi (2014) yang menyebutkan bahwa auksin berfungsi untuk perkecambahan benih yaitu untuk mematahkan dormansi benih dan akan merangsang proses perkecambahan benih dengan cara melakukan perendaman.

Pada parameter lainnya, pengaruh lama perendaman menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan.Namun terdapat kecenderungan bahwa lama perendaman 30 menit menghasilkan data tertinggi pada parameter diameter batang, jumlah tandan buah dan berat rata-rata per buah.Hal ini menunjukkan bahwa auksin berkontribusi terhadap produksi tanaman, namun belum signifikan secara sidik ragam.Pengetahuan tentang mekanisme kerja hormon dapat membantu kita untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal ini

sejalan dengan Winten (2009) yakni pemberian zat pengatur tumbuh yang sesuai merupakan salah satu alternatif teknologi baru yang dapat memperbaiki proses biologis tanaman.

Lama perendaman auksin tidak menunjukkan pengaruh yang nyata pada beberapa parameter lainnya, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti lingkungan daerah penanaman tomat. Hal ini sesuai dengan literatur dari Abidin(1983) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemakaian ZPT. Faktor-faktor tersebut antara lain kedewasaan tanaman, lingkungan dan dosis. Penggunaan dosis yang tepat sangat penting, kalau rendah pengaruhnya tak akan ada, sebaliknya kalau berlebih, pertumbuhan tanaman justru terhambat atau bahkan mati sama sekali.

Pengaruh Interaksi Konsentrasi Auksin dan Lama Perendaman Auksin

Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat Cherry (Lycopersicum cerasiformaeMill.)

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi konsentrasi auksin dan lama perendaman auksin berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 dan 7 MSPT.Gambar Interaksi konsentrasi auksin dan lama perendaman menunjukkan hubungan kuadratik positif (Gambar 1).Hubungan kuadratik positif berarti adanya peningkatan tinggi tanaman hingga batas konsentrasi optimum (X optimum) namun selanjutnya terjadi penurunan akibat penambahan konsentrasi. Pada perendaman T1 (10 menit), konsentrasi optimum

diperoleh pada 308,33 ppm. Pada perendaman T2 (20 menit), konsentrasi optimum diperoleh pada 265 ppm.Pada perendaman T3 (30 menit),konsentrasi

optimum diperoleh pada 285 ppm.Adanya konsentrasi optimum ini menunjukkan bahwa auksin diperlukan dalam jumlah tepat (presisi) sehingga dapat berperan

dalam pengatur pertumbuhan tanaman.Hal ini sesuai dengan literatur dari Mulyono (2010) yang menyatakan bahwa fungsi hormon auksin dalam pertumbuhan tanaman adalah sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang ujung meristem.Auksin berperan penting dalam pertumbuhan, sehingga dapat digunakan untuk memacu kecepatan pertumbuhan tanaman seperti tinggi tanaman dan penambahan diameter batang tanaman padabudidaya yang dilakukan secara intensif.

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi konsentrasi auksin dan lama perendaman auksin berpengaruh nyata terhadap diameter batang 7 dan 8 MSPT. Gambar 4 menunjukkan bahwa diameter batang pada lama perendaman auksin 10, 20 dan 30 menit mengalami penurunan dari konsentrasi 100 ppm ke konsentrasi 200 ppm, tetapi terus mengalami peningkatan pada konsentrasi 300 dan 400 ppm. Hubungan interaksi yang terbentuk adalah kuadratik negatif untuk perendaman 10 dan 20 menit, dan hubungan kubik untuk perendaman 30 menit. Fluktuasi data ini menunjukkan bahwa interaksi antara konsentrasi dan lama perendaman mempengaruhi proses fisiologis tanaman dalam perbesaran diameter batang. Hal ini sesuai dengan Darnell, dkk (1986) yang menyatakan auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang banyak mempengaruhi proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa protein.

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa interaksi konsentrasi auksin dan lama perendaman auksin berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tandan buah, jumlah buah per tandan, jumlah buah per tanaman, rata-rata berat buah per tanaman dan produksi per tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa

kedua faktor perlakuan memberikan respon masing-masing terhadap parameter

pengamatan tanpa adanya interaksi. Hal ini sesuai dengan literatur dari Winten (2009) yang menyatakan bahwa bila pengaruh-pengaruh sederhana suatu

faktor berbeda lebih besar daripada yang dapat ditimbulkan oleh faktor kebetulan, beda respon ini disebut interaksi antara kedua faktor itu. Bila interaksinya tidak nyata, maka disimpulkan bahwa faktor-faktornya bertindak bebas satu sama lain,

Dokumen terkait