• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Data tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar, panjang akar ditampilkan pada lampiran 4 - 19. Perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, bobot basah akar, dan panjang akar namun berpengaruh nyata jumlah anakan, bobot basah tajuk, dan bobot kering akar. Sebaliknya perlakuan panjang bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot basah tajuk, namun tidak nyata terhadap jumlah anakan, bobot basah akar, bobot kering akar dan panjang akar.

Interaksi antara media tanam dan panjang bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar dan panjang akar.

Tinggi Tanaman

Data tinggi tanaman pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 1.

Hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman dapat dilihat pada lampiran 4 - 9. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada pengamatan 4, 6, 8, 10, 12 MST namun berpengaruh tidak nyata terhadap pengamatan 2 MST. Perlakuan panjang slip bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada semua pengamatan.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman serta interaksinya pada pengamatan 2 - 12 MST

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST Media Tanam

M1 (topsoil/kontrol) 36,07 60,86a 71,65a 77,73a 85,03a 96,77a M2 (topsoil:pasir) 33,18 56,55a 66,83ab 73,21ab 80,72ab 93,94ab M3 (topsoil:cocopeat) 31,01 50,18b 59,70bc 66,26ab 72,76ab 86,97bc

M4 (topsoil:serbuk

gergaji) 32,38 49,36b 57,74c 65,56b 71,48b 82,15c Panjang Bahan

Tanaman

T1 (10 cm) 27,54b 47,92b 56,77b 63,48c 70,55b 84,96a T2 (20 cm) 31,46b 53,16b 64,32a 70,86b 78,57a 91,12a T3 (30 cm) 40,49a 61,63a 70,86a 77,73a 83,38a 93,79a Interaksi (MxT) M1T1 31,52 56,69 66,00 73,26 80,11 92,16 M1T2 31,98 58,86 71,83 76,09 84,15 98,02 M1T3 44,71 67,04 77,12 83,84 90,82 100,14 M2T1 27,06 47,51 57,73 65,61 74,27 87,47 M2T2 33,47 62,66 74,38 80,03 86,64 100,38 M2T3 39,02 59,49 68,37 74,00 81,25 93,96 M3T1 24,60 44,00 53,86 60,24 67,18 85,40 M3T2 29,55 46,53 56,20 63,58 71,51 83,34 M3T3 38,89 60,02 69,05 74,96 79,58 92,17 M4T1 26,99 43,49 49,46 54,79 60,64 74,83 M4T2 30,82 44,59 54,85 63,76 71,96 82,74 M4T3 39,33 59,99 68,90 78,12 81,85 88,87

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada pengamatan 4, 6, 8, 10, 12 MST. Pada pengamatan 12 MST rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 96,77 cm dan rataan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan M4 yaitu 82,15 cm.

Pada pengamatan 12 MST rataan tanaman tertinggi yaitu pada M1: topsoil/kontrol (96,77) yang berbeda tidak nyata dengan M2: topsoil + pasir

(93,94) namun nyata dengan M3: topsoil + cocopeat (86,97) dan M4: topsoil serbuk gergaji (82,15).

Grafik hubungan media tanam dengan tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan media tanam terhadap tinggi tanaman pada 12 MST

Perlakuan panjang slip bahan tanaman juga berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada pengamatan 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST. Pada pengamatan 12 MST rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T3 yaitu 93,79 cm dan rataan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan T1 yaitu 84,96 cm.

Pada pengamatan 12 MST rataan tanaman tertinggi yaitu pada T3: 30 cm (93,79) yang berbeda tidak nyata dengan T2: 20 cm (91,12) dan T1: 10 cm (84,96).

Grafik hubungan panjang slip bahan tanaman dengan tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan panjang slip bahan tanaman terhadap tinggi tanaman pada 12 MST

Jumlah Anakan

Data jumlah anakan pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 2.

Hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah anakan dapat dilihat pada lampiran 10 - 15. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata pada pengamatan 2 dan 4 MST namun berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan pada pengamatan 6, 8, 10 dan 12 MST. Sedangkan perlakuan panjang slip bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah anakan.

Tabel 2. Rataan jumlah anakan (anakan) pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman serta interaksinya pada pengamatan 2 - 12 MST

Perlakuan Jumlah Anakan

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST Media Tanam

M1 (topsoil/kontrol) 0,73 1,12 2,30a 3,51a 5,43a 9,41a M2 (topsoil:pasir) 0,72 1,01 1,76ab 3,01ab 4,96a 8,96a M3 (topsoil:cocopeat) 0,61 0,91 1,61b 2,36bc 3,73b 6,94b M4 (topsoil:serbuk gergaji) 0,73 1,01 1,43b 2,11c 3,34b 6,12b Panjang Bahan Tanaman T1 (10 cm) 0,89 1,13 1,81 2,75 4,13 7,51 T2 (20 cm) 0,59 0,95 1,65 2,55 4,27 7,98 T3 (30 cm) 0,62 0,97 1,87 2,94 4,71 8,09 Interaksi (MxT) M1T1 0,77 1,07 2,00 2,97 4,67 8,87 M1T2 0,73 1,07 2,37 3,30 5,13 9,13 M1T3 0,70 1,23 2,53 4,27 6,50 10,23 M2T1 0,90 1,07 1,97 3,33 4,80 8,13 M2T2 0,53 1,07 1,70 2,97 5,37 10,23 M2T3 0,73 0,90 1,60 2,73 4,70 8,50 M3T1 0,97 1,30 1,70 2,67 3,70 6,90 M3T2 0,43 0,77 1,37 2,00 3,63 6,50 M3T3 0,43 0,67 1,77 2,40 3,87 7,43 M4T1 0,93 1,07 1,57 2,03 3,33 6,13 M4T2 0,67 0,90 1,17 1,93 2,93 6,03 M4T3 0,60 1,07 1,57 2,37 3,77 6,20

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah anakan pada pengamatan 6, 8, 10, dan 12 MST. Pada pengamatan 12 MST rataan jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 9,41 anakan dan rataan jumlah anakan terendah terdapat pada perlakuan M4 yaitu 6,12 anakan.

Pada pengamatan 12 MST rataan jumlah anakan tertinggi yaitu pada M1: topsoil/kontrol (9,41) yang berbeda tidak nyata dengan M2: topsoil + pasir (8,96) namun nyata dengan M3: topsoil + cocopeat (6,94) dan M4: topsoil + serbuk gergaji (6,12).

Grafik hubungan media tanam dengan jumlah anakan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan media tanam terhadap jumlah anakan pada 12 MST Bobot Basah Tajuk

Data bobot basah tajuk pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman dapat dilihat pada Tabel 3.

Hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah tajuk dapat dilihat lampiran 17. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk.

Tabel 3. Rataan bobot basah tajuk (gr) pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman

Media Panjang Bahan Tanaman Rataan

T1=10cm T2=20cm T3=30cm M1 (topsoil/kontrol) 47,60 60,22 70,44 59,42a M2 (topsoil:pasir) 40,23 61,97 52,50 51,57ab M3 (topsoil:cocopeat) 38,52 34,78 46,41 39,90bc M4 (topsoil:serbuk gergaji) 33,38 39,96 36,63 36,65c

Rataan 39,93a 49,23a 51,49a 46,88

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk. Pada pengamatan rataan bobot basah tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 59,42 gr dan rataan bobot basah tajuk terendah terdapat pada perlakuan M4 yaitu 36,65 gr.

Pada pengamatan 12 MST rataan bobot basah tajuk tertinggi yaitu pada M1: topsoil/kontrol (59,42) yang berbeda tidak nyata dengan M2: topsoil + pasir (51,57) namun nyata dengan M3: topsoil + cocopeat (39,90) dan M4: topsoil + serbuk gergaji (36,65).

Grafik hubungan media tanam dengan bobot basah tajuk dapat dilihat pada Gambar 4.

Perlakuan panjang slip bahan tanaman juga berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk. Pada pengamatan rataan bobot basah tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan T3 yaitu 51,49 gr dan rataan bobot basah tajuk terendah terdapat pada perlakuan T1 yaitu 39,93 gr.

Pada pengamatan rataan bobot basah tajuk tertinggi yaitu pada T3: 30 cm (51,49) yang berbeda tidak nyata dengan T2: 20 cm (49,23) dan T1: 10 cm (39,93).

Grafik hubungan panjang slip bahan tanaman dengan tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan panjang slip bahan tanaman terhadap bobot basah tajuk Panjang Akar

Data panjang akar pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman dapat dilihat pada Tabel 4.

Hasil pengamatan dan sidik ragam panjang akar dapat dilihat lampiran 16. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar.

Tabel 4. Rataan panjang akar (gr) pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman

Media Panjang Bahan Tanaman Rataan

T1=10cm T2=20cm T3=30cm M1 (topsoil/kontrol) 56,80 51,53 53,95 54,09 M2 (topsoil:pasir) 54,15 57,93 52,97 55,02 M3 (topsoil:cocopeat) 54,41 53,51 55,53 54,49 M4 (topsoil:serbuk gergaji) 50,40 54,00 50,90 51,77 Rataan 53,94 54,24 53,34 53,84

Bobot Basah Akar

Data bobot basah akar pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman dapat dilihat pada Tabel 5.

Hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah akar dapat dilihat lampiran 18. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar.

Tabel 5. Rataan bobot basah akar (gr) pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman

Media Panjang Bahan Tanaman Rataan

T1=10cm T2=20cm T3=30cm M1 (topsoil/kontrol) 35,54 34,71 45,18 38,47 M2 (topsoil:pasir) 34,03 41,10 34,45 36,53 M3 (topsoil:cocopeat) 35,64 25,66 36,42 32,57 M4 (topsoil:serbuk gergaji) 29,56 25,44 32,03 29,01 Rataan 33,69 31,73 37,02 34,15

Bobot Kering Akar

Data bobot kering akar pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman dapat dilihat pada Tabel 6.

Hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering akar dapat dilihat lampiran 19. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar dan panjang slip bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar.

Tabel 6. Rataan bobot kering akar (gr) pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman

Media Panjang Bahan Tanaman Rataan

T1=10cm T2=20cm T3=30cm M1 (topsoil/kontrol) 11,49 11,32 14,18 12,33a M2 (topsoil:pasir) 10,90 11,49 11,71 11,37ab M3 (topsoil:cocopeat) 9,66 6,58 9,02 8,42bc M4 (topsoil:serbuk gergaji) 7,64 6,68 9,34 7,89c Rataan 9,93 9,01 11,06 10,00

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar. Pada pengamatan rataan bobot kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 12,33 gr dan rataan bobot kering akar terendah terdapat pada perlakuan M4 yaitu 7,89 gr.

Pada pengamatan rataan bobot kering akar tertinggi yaitu pada M1: topsoil/kontrol (12,33) yang berbeda tidak nyata dengan M2: topsoil + pasir (11,37) namun nyata dengan M3: topsoil + cocopeat (8,42) dan M4: topsoil + serbuk gergaji (7,89).

Grafik hubungan media tanam dengan bobot kering akar dapat dilihat pada Gambar 6.

Pembahasan

Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan bibit vetiver (Vetiveria zizanoides (L) Nash

Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot basah tajuk dan bobot kering akar namun berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang akar dan bobot basah akar.

Media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman tampak pada peningkatan tinggi tanaman pada 4 MST hingga 12 MST. Pada pengamatan 12 MST rataan tinggi tanaman tertinggi (96,77 cm) terdapat pada perlakuan media topsoil/kontrol (M1) dan rataan tinggi tanaman terendah (82,15 cm) terdapat pada perlakuan media topsoil:serbuk gergaji (M4) (Tabel 1). Hal ini disebabkan dibanding media campuran lain, tanah topsoil (kontrol) menjadi media yang paling sesuai untuk tanaman tumbuh, sementara kombinasi dari campuran lain yang digunakan belum benar – benar tercampur dan terdekomposisi secara baik dapat dilihat dari kondisi fisik tanahnya yang belum menyatu. Itulah yang menyebabkan kondisi media belum optimal dalam memberikan pertumbuhan. Jika campuran kompos/media tanam yang diberikan belum komposit dapat menganggu pertumbuhan tanaman atau bahkan akar tanaman layu dan mati. Hal ini sesuai dengan literatur Fahmi (2013) yang menyatakan berbagai jenis media tanam dapat kita gunakan, tetapi pada prinsipnya kita menggunakan media tanam yang mampu menyediakan nutrisi, air, dan oksigen bagi tanaman. Penggunaan media yang tepat akan memberikan pertumbuhan yang optimal bagi tanaman.

Media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan tampak pada peningkatan jumlah anakan dari 6 MST hingga 12 MST. Pada

pengamatan 12 MST rataan jumlah anakan tertinggi (9,41 anakan) terdapat pada perlakuan media topsoil/kontrol (M1) dan rataan jumlah anakan terendah (6,12 anakan) terdapat pada perlakuan media topsoil:serbuk gergaji (M4) (Tabel 2). Hal ini disebabkan media tanam dengan tipe dan porositas yang sesuai mengakibatkan akar lebih cepat melakukan proses fisiologis seperti pembelahan sel dan menghasilkan anakan yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan literatur Fahmi (2013) yang menyatakan sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasok melalui media tanaman. Selanjutnya diserap oleh perakaran dan digunakan untuk proses fisiologis tanaman. Tiap jenis media tanam mempunyai bobot dan porositas yang berbeda. Oleh karena itu, dalam memilih media sebaiknya dicari kombinasi media tanam yang tepat sesuai dengan jenis tanaman.

Media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk. Pada pengamatan rataan bobot basah tajuk tertinggi (59,42 gr) terdapat pada perlakuan media topsoil/kontrol (M1) dan rataan bobot basah tajuk terendah (36,65 gr) terdapat pada perlakuan media topsoil:serbuk gergaji (M4) (Tabel 3). Hal ini disebabkan media tanam yang memiliki aerasi yang baik mengakibatkan tanaman cepat membelah dan tajuk bertambah bobot dan besarnya. Hal ini sesuai dengan literatur Hidayah dan Irawan (2012) yang menyatakan perbedaan karakteristik media terutama pada kandungan unsur hara bagi tanaman dan daya mengikat air yang tercermin pada porositas, kelembaban dan aerasi. Penentuan media yang sesuai diharapkan dapat menghasilkan persentase hidup optimal semai suatu tanaman.

Media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar. Pada pengamatan rataan bobot kering akar tertinggi (12,33 gr) terdapat pada

perlakuan media topsoil/kontrol (M1) dan rataan bobot kering akar terendah (7,89 gr) terdapat pada perlakuan media topsoil:serbuk gergaji (M4) (Tabel 5). Hal ini disebabkan media tanam yang baik akan mampu menyediakan unsur - unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk mendukung bertambahnya jumlah sel pada akar yang berpengaruh terhadap bobot kering akar dan sesuai dengan literatur Hidayah dan Irawan (2012) yang menyatakan bahwa syarat umum media sapih yang baik antara lain memiliki sifat ringan, murah, mudah diperoleh, gembur, dan mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman.

Pengaruh panjang slip bahan tanaman terhadap pertumbuhan bibit vetiver (Vetiveria zizanoides (L) Nash

Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan panjang slip bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman dan bobot basah tajuk, namun berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah anakan, panjang akar, bobot basah akar dan bobot kering akar.

Panjang slip bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Pada pengamatan 12 MST rataan tinggi tanaman tertinggi (93,79 cm) terdapat pada perlakuan panjang bahan pangkasan 30 cm (T3) dan rataan tinggi tanaman terendah (84,96 cm) terdapat pada perlakuan panjang bahan pangkasan 10 cm (T1) (Tabel 1). Hal ini disebabkan hormon auksin akan memacu pertumbuhan pada batang slip anakan apabila anakan yang mengalami pemangkasan. Hal ini sesuai dengan literatur Dwijoseputro (1980) yang menyatakan tunas yang di puncak merupakan pusat pembentukan auksin, auksin ini kemudian yang diedarkan ke bagian – bagian yang ada di bawahnya, termasuk juga daerah-daerah tempat kedudukan tunas-tunas lateral.

Panjang slip bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk. Pada pengamatan rataan bobot basah tajuk tertinggi (51,49 gr) terdapat pada perlakuan panjang bahan pangkasan 30 cm (T3) dan rataan bobot basah tajuk terendah (39,93 gr) terdapat pada perlakuan panjang bahan pangkasan 10 cm (T1) (Tabel 3). Hal ini disebabkan pemangkasan pada tanaman akan memacu pertumbuhan bobot sel tanaman yang sesuai dengan literatur Chomchalow (2000) yang menyatakan anakan merupakan tunas yang tumbuh dari pangkal batang dan berkembang dengan cepat ketika akarnya mulai tumbuh.

Pengaruh interaksi perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman terhadap pertumbuhan bibit tanaman vetiver (Vetiveria zizanoides (L) Nash

Hasil analisis data menunjukan bahwa interaksi antara media tanam dan panjang slip bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati yaitu parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang akar dan bobot basah atas, bobot basah akar dan bobot kering akar.

Interaksi antara media tanam dan panjang slip bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati. Hal ini berarti bahwa media tanam dan panjang slip bahan tanaman tidak saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Kedua faktor ini bekerja sendiri dalam memberikan pengaruhnya ataupun karena ada faktor yang mendominasi. Sesuai dengan pernyataan Gomez dan Gomez (1995) bahwa dua faktor dinyatakan berinteraksi apabila pengaruh salah satu faktor berubah pada saat perubahan taraf faktor lainnya.

Dokumen terkait