• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Media Tanam dan Panjang Slip Bahan Tanaman Terhadap Pembibitan Tanaman Vetiver (Vetiveria zizanoides (L.) Nash)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Media Tanam dan Panjang Slip Bahan Tanaman Terhadap Pembibitan Tanaman Vetiver (Vetiveria zizanoides (L.) Nash)"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PANJANG SLIP BAHAN TANAMAN TERHADAP

PERTUMBUHAN TANAMAN VETIVER (Vetiveria zizanoidesL. Nash)

SKRIPSI

GAMELIA MAGDALENA NAIBAHO / 100301080 AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PANJANG SLIP BAHAN TANAMAN TERHADAP

PERTUMBUHAN TANAMAN VETIVER (Vetiveria zizanoidesL. Nash)

SKRIPSI

GAMELIA MAGDALENA NAIBAHO / 100301080 AGROEKOTEKNOLOGI - BPP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul : Pengaruh Media Tanam dan Panjang Slip Bahan Tanaman Terhadap Pembibitan Tanaman Vetiver (Vetiveria zizanoides(L.) Nash)

Nama : Gamelia Magdalena Naibaho NIM : 100301080

Program Studi : Agroekoteknologi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D. Ir. Jonis Ginting, MS

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

GAMELIA NAIBAHO: Pengaruh Media Tanam dan Panjang Slip Bahan Tanaman Terhadap Pertumbuhan Tanaman Vetiver (Vetiveria zizanoides (L.) Nash) dibimbing oleh Edison Purba dan Jonis Ginting.

Tanaman vetiver memiliki sangat banyak manfaat untuk untuk berbagai keperluan ekologis dan fitoremediasi, namun pembibitannya masih belum mendapat perhatian terutama dalam hal media tanam dan bahan tanaman. Media tanam yang dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan akar antara lain campuran topsoil dengan media yang beraerasi tinggi seperti pasir, cocopeat dan serbuk gergaji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam dan panjang bahan tanaman terhadap pertumbuhan bibit tanaman vetiver (Vetiveria zizanoides (L.) Nash). Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU mulai bulan September - Desember 2014, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu media tanam (topsoil; topsoil+pasir; topsoil+cocopeat; topsoil+ sebuk gergaji) dan panjang anakan (10, 20, 30 cm). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang akar, bobot basah tajuk, bobot basah akar, dan bobot kering akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot basah tajuk dan bobot kering akar. Perlakuan panjang slip anakan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan bobot basah tajuk. Tetapi interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan.

(5)

ABSTRACT

GAMELIA NAIBAHO: The effects of plant media and length of tiller slip on the

growth of vetiver (Vetiveria zizanoides (L) Nash), supervised by Edison Purba and Jonis Ginting.

Vetiver have multiple uses for ecological dan phytoremediation needs, however the seedling planted still not received the attention, especially in plant media and length of tiller slip. Plant media that can be used to optimized root is mixing topsoil with high aeration media like sand, cocopeat, and sawdust. The objectives of this experiment were to determine the effect of plant media and the length of tiller slip on the growth of nursery vetiver (Vetiveria zizanoides (L.) Nash). This research was held in the field of Agriculture Faculty of University of Sumatera Utara from September - Desember 2014, arranged in a randomized complete block design with two factors, plant media (topsoil; topsoil+sand; topsoil+cocopeat; topsoil+sawdust) and length of tiller slip (10, 20, 30 cm). Parameters observed were plant height, number of tillers, root length, fresh weight of crown, fresh weight of root, dry weight of root. The result showed that plant media treatment significantly affected to plant height, number of tillers, fresh weight of crown, and dry weight of root. The length of tiller slip significantly affected to plant height and fresh weight of crown. But the interaction of plant media and length of tiller slip were not significant to all parameters.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Gamelia Magdalena Naibaho, lahir di Bukit Tinggi pada tanggal 29 Januari 1992 putri dari ayah M. Naibaho dan ibu R. Simbolon. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan SMA tahun 2009 dari SMA Negeri 1 Sidikalang dan pada tahun 2010 terdaftar masuk ke Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan (BPP), Program Studi Agroekoteknologi.

Selama perkuliahan penulis aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan antara lain organisasi Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK), Ikatan Mahasiswa Katolik (IMK) dan UKM KMK USU Unit Pelayanan Fakultas Pertanian.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini.

Judul dari hasil penelitian ini adalah ”Pengaruh Media Tanam Panjang Slip Bahan Tanaman Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Vetiver (Vetiveria zizanoides (L.) Nash)” yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Jonis Ginting, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian hasil penelitian ini.

Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2015

(8)

DAFTAR ISI

Kegunaan Penelitian... 3

TINJAUAN PUSTAKA

Metode Penelitian... 10

Pengamatan Parameter ... 14

Tinggi Tanaman ... 14

(9)

Bobot Basah Tajuk ... 15

Panjang Akar ... 15

Bobot Basah Akar ... 16

Bobot Kering Akar ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17

Pembahasan ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 30

Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

LAMPIRAN ... 33

(10)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Rataan tinggi tanaman (cm) 2-12 MST pada perlakuan media

tanam dan panjang bahan tanaman ... 18 2. Rataan jumlah anakan (anakan) 2-12 MST pada perlakuan media

tanam dan panjang bahan tanaman ... 20 3. Rataan bobot basah tajuk (g) pada perlakuan media tanam dan panjang

bahan tanaman 22

4. Rataan panjang akar (cm) pada perlakuan media tanam dan panjang bahan tanaman ... 24 5. Rataan bobot basah akar (g) pada perlakuan media tanam dan panjang

bahan tanaman ... 24 6. Rataan bobot kering akar (g) pada perlakuan media tanam dan panjang

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Hubungan media tanam terhadap tinggi tanaman pada 12 MST ... 19

2. Hubungan panjang slip bahan tanaman terhadap tinggi tanaman pada 12 MST... 19

3. Hubungan media tanam terhadap jumlah anakan pada 12 MST ... 21

4. Hubungan media tanam terhadap bobot basah tajuk ... 22

5. Hubungan panjang slip bahan tanaman terhadap bobot basah tajuk ... 23

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Bagan Penelitian ... 33

2. Hasil Analisis Awal ... 34

3. Hasil Analisis Akhir ... 35

4. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST (cm) ... 36

5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST (cm) ... 37

6. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST (cm) ... 38

7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST (cm) ... 39

8. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 10 MST (cm) ... 40

9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 12 MST (cm) ... 41

10. Data Pengamatan Jumlah Anakan 2 MST (anakan) ... 42

11. Data Pengamatan Jumlah Anakan 4 MST (anakan) ... 43

12. Data Pengamatan Jumlah Anakan 6 MST (anakan) ... 44

13. Data Pengamatan Jumlah Anakan 8 MST (anakan) ... 45

14. Data Pengamatan Jumlah Anakan 10 MST (anakan) ... 46

15. Data Pengamatan Jumlah Anakan 12 MST (anakan) ... 47

16. Data Pengamatan Panjang Akar (cm) ... 48

17. Data Pengamatan Bobot Basah Tajuk (gr) ... 49

18. Data Pengamatan Bobot Basah Akar (gr) ... 50

19. Data Pengamatan Bobot Kering Akar (gr) ... 51

(13)

ABSTRAK

GAMELIA NAIBAHO: Pengaruh Media Tanam dan Panjang Slip Bahan Tanaman Terhadap Pertumbuhan Tanaman Vetiver (Vetiveria zizanoides (L.) Nash) dibimbing oleh Edison Purba dan Jonis Ginting.

Tanaman vetiver memiliki sangat banyak manfaat untuk untuk berbagai keperluan ekologis dan fitoremediasi, namun pembibitannya masih belum mendapat perhatian terutama dalam hal media tanam dan bahan tanaman. Media tanam yang dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan akar antara lain campuran topsoil dengan media yang beraerasi tinggi seperti pasir, cocopeat dan serbuk gergaji. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media tanam dan panjang bahan tanaman terhadap pertumbuhan bibit tanaman vetiver (Vetiveria zizanoides (L.) Nash). Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU mulai bulan September - Desember 2014, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu media tanam (topsoil; topsoil+pasir; topsoil+cocopeat; topsoil+ sebuk gergaji) dan panjang anakan (10, 20, 30 cm). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang akar, bobot basah tajuk, bobot basah akar, dan bobot kering akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot basah tajuk dan bobot kering akar. Perlakuan panjang slip anakan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan bobot basah tajuk. Tetapi interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan.

(14)

ABSTRACT

GAMELIA NAIBAHO: The effects of plant media and length of tiller slip on the

growth of vetiver (Vetiveria zizanoides (L) Nash), supervised by Edison Purba and Jonis Ginting.

Vetiver have multiple uses for ecological dan phytoremediation needs, however the seedling planted still not received the attention, especially in plant media and length of tiller slip. Plant media that can be used to optimized root is mixing topsoil with high aeration media like sand, cocopeat, and sawdust. The objectives of this experiment were to determine the effect of plant media and the length of tiller slip on the growth of nursery vetiver (Vetiveria zizanoides (L.) Nash). This research was held in the field of Agriculture Faculty of University of Sumatera Utara from September - Desember 2014, arranged in a randomized complete block design with two factors, plant media (topsoil; topsoil+sand; topsoil+cocopeat; topsoil+sawdust) and length of tiller slip (10, 20, 30 cm). Parameters observed were plant height, number of tillers, root length, fresh weight of crown, fresh weight of root, dry weight of root. The result showed that plant media treatment significantly affected to plant height, number of tillers, fresh weight of crown, and dry weight of root. The length of tiller slip significantly affected to plant height and fresh weight of crown. But the interaction of plant media and length of tiller slip were not significant to all parameters.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman vetiver (Vetiveria zizanioidez) atau akar wangi berasal dari Birma, India dan Srilangka, namun tidak diketahui secara pasti sejak kapan tanaman akar wangi dibudidayakan di Indonesia. Tanaman akar wangi sudah menyebar ke Asia, Amerika, Afrika sampai Australia. Di Indonesia sentra produksi tanaman akar wangi adalah di kabupaten Garut, Jawa Barat.

Akar wangi dapat dimanfaatkan sebagai penghasil minyak atsiri melalui ekstraksi akar wangi, bahan kosmetik, serta banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan ekologis dan fitoremediasi (memperbaiki lingkungan dengan menggunakan tanaman) lahan dan air seperti rehabilitasi lahan bekas pertambangan, pencegah erosi lereng, penahan aberasi pantai, stabilisasi tebing.

Indonesia merupakan salah satu dari tiga produsen minyak akar wangi dunia dan pada saat ini kebutuhan minyak akar wangi dunia mencapai 300 ton tiap tahun. Akan tetapi, Indonesia hanya mampu memenuhi sekitar 28% saja dari kebutuhan minyak akar wangi dunia. Hal tersebut dikarenakan produktivitas akar wangi yang masih rendah, rendemen minyak akar wangi yang sangat rendah yaitu 1.5 - 2% bobot kering, semakin menghambat peningkatan ekspor minyak akar wangi, kebutuhan bibit berkualitas yang masih sangat terbatas dikarenakan teknik budidaya yang kurang tepat.

(16)

media tanam dengan aerasi yang baik sehingga tanah yang lempung dan berpasir akan membuat akar tumbuh menjadi panjang dan lebat untuk menghasilkan minyak yang banyak, panen lebih mudah dan mengecilkan resiko kerusakan pada mahkota dan akar tumbuhan pada saat tanaman dicabut dan meningkatkan kualitas hasil bibit.

Contoh media tanam yang sesuai dan beraerasi yang baik untuk tanaman vetiver dan paling banyak dijumpai di kalangan masyarakat yaitu pasir, cocopeat yang berasal dari limbah sabut kelapa dan serbuk gergaji sebagai limbah pemotongan kayu yang pada dasarnya kurang dimanfaatkan kembali. Padahal kedua jenis media tanam ini, baik cocopeat dan serbuk gergaji banyak memiliki keunggulan untuk dimanfaatkan sebagai media tanam karena teksturnya yang menyimpan air dan berbagai kandungan unsur hara lain yang dibutuhkan tanaman. Panjang pangkasan slip bahan tanaman juga dapat mempengaruhi pertumbuhan. Pemangkasan bertujuan untuk memacu pertumbuhan vegetatif, menekan pertumbuhan generatif serta mengubah pertumbuhan batang tunggal dan besar menjadi berbatang banyak, selain itu pemangkasan dapat mempengaruhi pertunasan, karena pemangkasan pada pucuk batang akan mempengaruhi keseimbangan zat pengatur tumbuh alami di daerah ketiak daun. Pemangkasan akan memicu bekerjanya meristem ujung yang menghasilkan sel-sel baru pada ujung akar atau batang, mengakibatkan tumbuhan bertambah tinggi atau panjang.

Penelitian Marpaung (2010) menunjukkan bahwa perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter persentase bibit

(17)

anakan) 20 cm meningkatkan pertambahan panjang tanaman sebesar 34,81% dan bobot kering akar sebesar 18%, sementara panjang tanaman 30 cm meningkatkan jumlah anakan sebesar 1,17% dan bobot segar sebesar 1,74%. Sementara mengenai pengaruh dari media tanam yang berbeda dan perlakuan panjang anakan belum pernah diteliti.

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan dunia akan bibit vetiver maka sangat diperlukan perbaikan teknologi budidaya bibit akar wangi yang efektif dan efisien agar dapat menghasilkan bibit tanaman vetiver yang produktif, berkualitas, dan pertumbuhan yang ideal sesuai dengan permintaan pasar dunia. Sangat perlu diperhatikan bagaimana mempersiapkan bibit mulai dari anakan hingga media tanam yang sesuai dengan pembibitan vetiver.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh media tanam dan panjang slip bahan tanaman terhadap pertumbuhan tanaman vetiver (Vetiveria zizanioides L Nash.).

Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh media tanam dan panjang slip bahan tanaman yang sesuai terhadap pertumbuhan tanaman vetiver (Vetiveria zizanoidesL. Nash). Hipotesis Penelitian

Adanya pengaruh yang nyata dari media tanam dan panjang slip bahan tanaman serta interaksi antara keduanya terhadap pertumbuhan tanaman vetiver. Kegunaan Penelitian

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Tanaman akar wangi termasuk keluarga Gramineae, berumpun lebat, akar tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah tua. Rumpun tanaman akar wangi terdiri atas beberapa anak rumpun yang nantinya dapat dijadikan bibit (Purwaningsih dan Subagiyo, 2010).

Akar wangi (V. zizanioides L. atau Andropogon murica) merupakan tanaman perennial berbentuk rumpun dengan perakaran yang rimbun dan tumbuh lurus ke dalam tanah, termasuk golongan rumput dengan tinggi 0,5 – 1,5 m. Tanaman akar wangi tahan terhadap logam berat, salinitas dan dapat tumbuh pada pH antara 3–11.5 sehingga dapat digunakan untuk merehabilitasi kondisi fisik dan kimia tanah yang rusak. (Purwani, 2010).

Batang vetiver padat, tegak, dan keras; memiliki tunas bakal anakan yang kuat dengan tunas samping yang mampu membentuk akar atau pucuk ketika lembab. Merebah ataupun berdiri, memotong tangkai pada suhu lembab atau pada pasir lembab akan menyebabkan akar atau tunas tumbuh cepat pada setiap pangkal tunas (Truong, dkk, 2011).

Daunnya sedikit kaku, berwarna hijau sampai kelabu, panjangnya sekitar 75 – 100 cm dan tidak mengandung minyak. Tanaman ini berbunga yang warnanya hijau atau ungu dan berada di pucuk tangkai daun (Sani, 2011).

(19)

Syarat Tumbuh

Iklim

Vetiver dapat tumbuh di daerah perbukitan, dataran rendah bahkan daerah rawa atau tanah yang kondisinya buruk (bekas tambang), baik di daerah dengan curah hujan rendah, kurang dari 200 mm, maupun curah hujan tinggi lebih dari 3000 mm (Booth, 2004).

Iklim vetiver tumbuh baik pada ketinggian tempat 600 - 1600 meter di atas permukaan laut dengan temperatur 17°C - 27°C dan dapat bertahan pada suhu 0°C-50°C. Vetiver tidak baik tumbuh pada tempat yang teduh karena dapat

menghalangi proses asimilasi dan pertumbuhan akar akan terganggu (Rao dan Suseela, 2008).

Curah hujan juga mempunyai fungsi bagi tanaman, antara lain sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transportasi hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman akar wangi membutuhkan curah hujan yang cukup, yakni sekitar 140 hari pertahun. Sedangkan suhu yang cocok untuk tanaman akar wangi adalah sekitar 17° – 27° Celcius (Sani, 2011).

Tanah

(20)

liat yang banyak mengandung air, namun kelemahannya, selain sulit dicabut, juga pertumbuhan akar terhambat (Santoso, 1993).

Tanaman vetiver dapat tumbuh baik di lingkungan yang tidak menguntungkan termasuk pada lahan berat yang masam, mengandung mangan dan alumunium; bersalinitas tinggi dan banyak mengandung natrium; mengandung logam berat seperti Al, Mn, As, Cd, Cr, Ni, Pb, Hg, Se, dan Zn (Wijayakusuma, 2007).

Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk pertumbuhan akar wangi sekitar 6-7. Tanah yang terlalu masam (pH dibawah 5,5) menyebabkan tanaman akar wangi menjadi kerdil (Sani, 2011).

Media Tanam

Media tanam yang baik adalah media yang mampu menyediakan air dan unsur hara dalam jumlah cukup bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat ditemukan pada tanah dengan tata udara yang baik, mempunyai agregat mantap, kemampuan menahan air yang baik dan ruang untuk perakaran yang cukup. Berbagai jenis media tanam dapat kita gunakan, tetapi pada prinsipnya kita menggunakan media tanam yang mampu menyediakan nutrisi, air, dan oksigen bagi tanaman. Penggunaan media yang tepat akan memberikan pertumbuhan yang optimal bagi tanaman (Fahmi, 2013).

(21)

ataupun kombinasi campuran media-media tersebut. Masing-masing media sapih yang umum digunakan dalam persemaian, memiliki keunggulan dan kelemahan yang berbeda-beda (Hidayah dan Irawan, 2012).

Media tanam bertekstur pasir sangat mudah diolah, tanah jenis ini memiliki aerasi (ketersediaan rongga udara) dan drainase yang baik, namun memiliki luas permukaan kumulatif yang relatif kecil, sehingga kemampuan menyimpan air sangat rendah atau tanahnya lebih cepat kering. Pasir mengandung unsur hara phospor (0,08 g), kalium (2,53 g), kalsium (2,92 g), Fe2O3 (5,19 g) dan MgO (1,02 g). Sifat media pasir yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang sudah dianggap cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya batang. Sejauh ini, pasir dianggap memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media tanam benih, pertumbuhan bibit dan perakaran setek tanaman (Fahmi, 2013).

(22)

Cocopeat diolah dari sabut kelapa. Sebelum diolah, sabut kelapa direndam selama 6 bulan untuk menghilangkan senyawa - senyawa kimia yang dapat merugikan tanaman seperti tanin. Senyawa itu dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Setelah dikeringkan, sabut kelapa itu dimasukkan ke dalam mesin untuk memisahkan serat dan jaringan empulur. Residu dari pemisahan itulah yang kemudian dicetak membentuk kotak. Media dicetak dengan tingkat kerapatan rongga kapiler sehingga dapat menyimpan oksigen sampai 50%. ltu lebih tinggi ketimbang kemampuan menyimpan oksigen pada tanah yang hanya 2 - 3%. Ketersediaan oksigen pada media tanam dibutuhkan untuk pertumbuhan akar. Hasil penelitian Dr Geoff Creswell, dari Creswell Horticultural Service, Australia, media tanam cocopeat sanggup menahan air hingga 73%. Karena kemampuan cocopeat menahan air cukup tinggi, hindari pemberian air berlebih (Kristijono, 2010).

Serbuk gergaji merupakan limbah industri penggergajian kayu. Jumlah ketersediaan serbuk gergaji sangat besar, namun tidak semua serbuk gergaji yang ada telah termanfaatkan, sehingga bila tidak ditangani dengan baik maka dapat menjadi masalah lingkungan yang serius (Khairat dkk, 2009).

Keunggulan menggunakan serbuk gergaji sebagai media tanam yaitu :

− Banyak tersedia, karena serbuk gergaji merupakan produk sampingan dari industri pengolahan kayu non kertas.

− Ringan.

− Mudah dibentuk, hanya dengan menambahkan sedikit air maka media serbuk gergaji mampu menyimpan air dalam jumlah banyak.

(23)

− Memiliki porositas yang cukup tinggi namun bisa diatur kepadatannya hingga mencapai tingkat porositas dengan mengatur rasio pemberian air (Fahmi, 2013). Panjang Slip Bahan Tanaman

Anakan merupakan tunas yang tumbuh dari pangkal batang. Bagian ini merupakan bagian yang paling sering digunakan untuk perbanyakan vetiver karena tersedia dalam jumlah yang banyak, teknik pengerjaan yang mudah, hasil yang baik dapat bertahan dalam transportasi yang berlangsung lama dalam berbagai kondisi dan berkembang dengan cepat ketika akarnya mulai tumbuh. Salah satu teknik perbanyakan yang sering digunakan adalah perbanyakan dengan anakan (Chomchalow, 2000).

Empat cara umum pembiakan vetiver adalah:

− Pemisahan anakan/tunas dewasa dari rumpun vetiver atau tanaman induk yang menghasilkan slip cabutan untuk segera ditanam atau dibiakkan di polybag.

− Menggunakan beberapa bagian dari tanaman induk vetiver.

− Pembiakan kuncup atau vitro-mikro untuk pembiakan skala besar.

− Pembiakan jaringan menggunakan bagian kecil dari tanaman untuk pembiakan skala besar.

(24)
(25)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut pada bulan September 2014 hingga Desember 2014.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah anakan vetiver sebagai bahan tanaman, polybag ukuran 40 x 15 cm sebagai wadah tanaman, cocopeat dari brayan yang sudah lapuk sebagai media tanam, serbuk gergaji yang diambil dari panglong pasar baru yang kondisinya belum lapuk sebagai media tanam, pasir sebagai media tanam, air untuk menyiram tanaman.

Alat yang digunakan yakni cangkul untuk mengolah tanah, pisau/ cutter untuk memotong anakan, alat ukur seperti meteran untuk mengukur panjang dan timbangan analitik untuk menimbang berat.

Metode Percobaan

Penelitian ini disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan dibuat dalam 3 ulangan. Perlakuan pada masing-masing faktor adalah sebagai berikut:

Faktor I : Media Tanam (M) dengan 4 perlakuan M1 = Topsoil (Kontrol)

(26)

Faktor II : Panjang Slip Bahan Tanaman (T) dengan 3 taraf perlakuan T1 = 10 cm

T2 = 20 cm T3 = 30 cm

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan:

M1T1 M2T1 M3T1 M4T1

Jumlah polybag/plot : 10 polybag/plot Jumlah tanaman/polybag : 1 tanaman/polybag Jumlah sampel/plot : 10 tanaman/plot Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 360 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 360 tanaman

Dari hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam rancang acak kelompok (RAK) dengan model linier sebagai berikut:

Y ijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

dimana:

Yijk : respon pengamatan blok ke-i dengan perlakuan media tanam ke-j dan pajang slip bahan tanaman pada taraf ke-k

(27)

αj : pengaruh perlakuan media tanam ke-j

βk : efek perlakuan panjang slip bahan tanaman pada taraf ke-k

(αβ)jk : efek interaksi media tanam ke-j dan pengaruh panjang slip bahan tanaman pada taraf ke-k

(28)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Sebelum penanaman, areal penanaman terlebih dahulu dirapikan dan dibersihkan dari gulma, sisa-sisa tanaman, dan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah topsoil (kontrol), campuran topsoil dan pasir dengan perbandingan 3:1, campuran topsoil dan cocopeat dengan perbandingan 3:1, dan campuran topsoil dan serbuk gergaji dengan perbandingan 3:1. Pencampuran dilakukan berdasarkan perbandingan volume. Pencampuran dilakukan secara manual di atas terpal menggunakan ember dengan mengaduk tanah menggunakan cangkul hingga campuran benar - benar rata. Masing - masing media tanam dicampur sesuai perbandingan yang ditentukan di atas. Media tanam yang telah dicampur dimasukkan ke dalam polybag sampai media tanam mencapai 10 cm dari permukaan bibir polybag.

Persiapan Bahan Tanaman

(29)

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan memasukkan bahan tanaman vetiver sebanyak satu slip/polybag.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari tergantung kondisi cuaca, terutama pada dua minggu pertama setelah bibit ditanam. Bila hujan atau kondisi tanah lembap tidak perlu dilakukan penyiraman.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual yaitu mencabut gulma dengan tangan. Penyiangan ini dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan tergantung pada kondisi lapangan. Bila terjadi serangan hama dan penyakit, maka dilakukan penyemprotan dengan insektisida dan fungisida.

Panen

Umur panen bibit tanaman vetiver adalah 12 minggu setelah tanam (MST). Pengamatan Parameter

Tinggi Tanaman

(30)

Jumlah Anakan

Jumlah anakan dihitung sejak tanaman berumur 2 MST dengan interval satu kali dalam dua minggu sampai dengan 12 MST.

Bobot Basah Tajuk (g)

Bobot basah tajuk diamati pada saat pemanenan. Hal yang pertama sekali dilakukan adalah memotong tajuk vetiver dengan menggunakan pisau cutter tepat pada leher akar. Tajuk – tajuk tersebut dimasukkan pada amplop cokelat sesuai label perlakuan. Setelah itu, tajuk ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Bobot segar tajuk atas dihitung pada akhir penelitian yaitu pada saat tanaman berumur 13 MST.

Panjang Akar

(31)

Bobot Basah Akar

Pengamatan dilakukan dengan memotong akar vetiver dari pangkal batang. Pengamatan bobot basah akar dilakukan secara bersamaan dengan pengamatan panjang akar. Setelah akar diukur panjangnya, kemudian akar langsung ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Bobot basah akar dihitung pada akhir penelitian yaitu saat tanaman berumur 13 MST.

Bobot Kering Akar

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Data tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar, panjang akar ditampilkan pada lampiran 4 - 19. Perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, bobot basah akar, dan panjang akar namun berpengaruh nyata jumlah anakan, bobot basah tajuk, dan bobot kering akar. Sebaliknya perlakuan panjang bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot basah tajuk, namun tidak nyata terhadap jumlah anakan, bobot basah akar, bobot kering akar dan panjang akar.

Interaksi antara media tanam dan panjang bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar dan panjang akar.

Tinggi Tanaman

Data tinggi tanaman pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 1.

(33)

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman serta interaksinya pada pengamatan 2 - 12 MST

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

2 MST 4 MST 6 MST 8 MST 10 MST 12 MST Media Tanam

M1 (topsoil/kontrol) 36,07 60,86a 71,65a 77,73a 85,03a 96,77a M2 (topsoil:pasir) 33,18 56,55a 66,83ab 73,21ab 80,72ab 93,94ab M3 (topsoil:cocopeat) 31,01 50,18b 59,70bc 66,26ab 72,76ab 86,97bc

M4 (topsoil:serbuk

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada pengamatan 4, 6, 8, 10, 12 MST. Pada pengamatan 12 MST rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 96,77 cm dan rataan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan M4 yaitu 82,15 cm.

(34)

(93,94) namun nyata dengan M3: topsoil + cocopeat (86,97) dan M4: topsoil serbuk gergaji (82,15).

Grafik hubungan media tanam dengan tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan media tanam terhadap tinggi tanaman pada 12 MST

Perlakuan panjang slip bahan tanaman juga berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada pengamatan 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST. Pada pengamatan 12 MST rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T3 yaitu 93,79 cm dan rataan tinggi tanaman terendah terdapat pada perlakuan T1 yaitu 84,96 cm.

Pada pengamatan 12 MST rataan tanaman tertinggi yaitu pada T3: 30 cm (93,79) yang berbeda tidak nyata dengan T2: 20 cm (91,12) dan T1: 10 cm (84,96).

Grafik hubungan panjang slip bahan tanaman dengan tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 2.

(35)

Jumlah Anakan

Data jumlah anakan pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 2.

Hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah anakan dapat dilihat pada lampiran 10 - 15. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan media tanam berpengaruh tidak nyata pada pengamatan 2 dan 4 MST namun berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan pada pengamatan 6, 8, 10 dan 12 MST. Sedangkan perlakuan panjang slip bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah anakan.

Tabel 2. Rataan jumlah anakan (anakan) pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman serta interaksinya pada pengamatan 2 - 12 MST

Perlakuan Jumlah Anakan

(36)

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah anakan pada pengamatan 6, 8, 10, dan 12 MST. Pada pengamatan 12 MST rataan jumlah anakan tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 9,41 anakan dan rataan jumlah anakan terendah terdapat pada perlakuan M4 yaitu 6,12 anakan.

Pada pengamatan 12 MST rataan jumlah anakan tertinggi yaitu pada M1: topsoil/kontrol (9,41) yang berbeda tidak nyata dengan M2: topsoil + pasir (8,96) namun nyata dengan M3: topsoil + cocopeat (6,94) dan M4: topsoil + serbuk gergaji (6,12).

Grafik hubungan media tanam dengan jumlah anakan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hubungan media tanam terhadap jumlah anakan pada 12 MST Bobot Basah Tajuk

Data bobot basah tajuk pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman dapat dilihat pada Tabel 3.

(37)

Tabel 3. Rataan bobot basah tajuk (gr) pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman

Media Panjang Bahan Tanaman Rataan

T1=10cm T2=20cm T3=30cm

M1 (topsoil/kontrol) 47,60 60,22 70,44 59,42a M2 (topsoil:pasir) 40,23 61,97 52,50 51,57ab M3 (topsoil:cocopeat) 38,52 34,78 46,41 39,90bc

M4 (topsoil:serbuk

gergaji) 33,38 39,96 36,63 36,65c

Rataan 39,93a 49,23a 51,49a 46,88

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk. Pada pengamatan rataan bobot basah tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 59,42 gr dan rataan bobot basah tajuk terendah terdapat pada perlakuan M4 yaitu 36,65 gr.

Pada pengamatan 12 MST rataan bobot basah tajuk tertinggi yaitu pada M1: topsoil/kontrol (59,42) yang berbeda tidak nyata dengan M2: topsoil + pasir (51,57) namun nyata dengan M3: topsoil + cocopeat (39,90) dan M4: topsoil + serbuk gergaji (36,65).

Grafik hubungan media tanam dengan bobot basah tajuk dapat dilihat pada Gambar 4.

(38)

Perlakuan panjang slip bahan tanaman juga berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk. Pada pengamatan rataan bobot basah tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan T3 yaitu 51,49 gr dan rataan bobot basah tajuk terendah terdapat pada perlakuan T1 yaitu 39,93 gr.

Pada pengamatan rataan bobot basah tajuk tertinggi yaitu pada T3: 30 cm (51,49) yang berbeda tidak nyata dengan T2: 20 cm (49,23) dan T1: 10 cm (39,93).

Grafik hubungan panjang slip bahan tanaman dengan tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan panjang slip bahan tanaman terhadap bobot basah tajuk Panjang Akar

Data panjang akar pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman dapat dilihat pada Tabel 4.

(39)

Tabel 4. Rataan panjang akar (gr) pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman

Media Panjang Bahan Tanaman Rataan

T1=10cm T2=20cm T3=30cm

M1 (topsoil/kontrol) 56,80 51,53 53,95 54,09

M2 (topsoil:pasir) 54,15 57,93 52,97 55,02

M3 (topsoil:cocopeat) 54,41 53,51 55,53 54,49

M4 (topsoil:serbuk

gergaji) 50,40 54,00 50,90 51,77

Rataan 53,94 54,24 53,34 53,84

Bobot Basah Akar

Data bobot basah akar pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman dapat dilihat pada Tabel 5.

Hasil pengamatan dan sidik ragam bobot basah akar dapat dilihat lampiran 18. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar.

Tabel 5. Rataan bobot basah akar (gr) pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman

Media Panjang Bahan Tanaman Rataan

T1=10cm T2=20cm T3=30cm

M1 (topsoil/kontrol) 35,54 34,71 45,18 38,47 M2 (topsoil:pasir) 34,03 41,10 34,45 36,53 M3 (topsoil:cocopeat) 35,64 25,66 36,42 32,57 M4 (topsoil:serbuk gergaji) 29,56 25,44 32,03 29,01

Rataan 33,69 31,73 37,02 34,15

Bobot Kering Akar

Data bobot kering akar pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman dapat dilihat pada Tabel 6.

(40)

Tabel 6. Rataan bobot kering akar (gr) pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman

Media Panjang Bahan Tanaman Rataan

T1=10cm T2=20cm T3=30cm

M1 (topsoil/kontrol) 11,49 11,32 14,18 12,33a M2 (topsoil:pasir) 10,90 11,49 11,71 11,37ab M3 (topsoil:cocopeat) 9,66 6,58 9,02 8,42bc M4 (topsoil:serbuk gergaji) 7,64 6,68 9,34 7,89c

Rataan 9,93 9,01 11,06 10,00

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar. Pada pengamatan rataan bobot kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 12,33 gr dan rataan bobot kering akar terendah terdapat pada perlakuan M4 yaitu 7,89 gr.

Pada pengamatan rataan bobot kering akar tertinggi yaitu pada M1: topsoil/kontrol (12,33) yang berbeda tidak nyata dengan M2: topsoil + pasir (11,37) namun nyata dengan M3: topsoil + cocopeat (8,42) dan M4: topsoil + serbuk gergaji (7,89).

Grafik hubungan media tanam dengan bobot kering akar dapat dilihat pada Gambar 6.

(41)

Pembahasan

Pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan bibit vetiver (Vetiveria zizanoides (L) Nash

Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot basah tajuk dan bobot kering akar namun berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang akar dan bobot basah akar.

Media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman tampak pada peningkatan tinggi tanaman pada 4 MST hingga 12 MST. Pada pengamatan 12 MST rataan tinggi tanaman tertinggi (96,77 cm) terdapat pada perlakuan media topsoil/kontrol (M1) dan rataan tinggi tanaman terendah (82,15 cm) terdapat pada perlakuan media topsoil:serbuk gergaji (M4) (Tabel 1). Hal ini disebabkan dibanding media campuran lain, tanah topsoil (kontrol) menjadi media yang paling sesuai untuk tanaman tumbuh, sementara kombinasi dari campuran lain yang digunakan belum benar – benar tercampur dan terdekomposisi secara baik dapat dilihat dari kondisi fisik tanahnya yang belum menyatu. Itulah yang menyebabkan kondisi media belum optimal dalam memberikan pertumbuhan. Jika campuran kompos/media tanam yang diberikan belum komposit dapat menganggu pertumbuhan tanaman atau bahkan akar tanaman layu dan mati. Hal ini sesuai dengan literatur Fahmi (2013) yang menyatakan berbagai jenis media tanam dapat kita gunakan, tetapi pada prinsipnya kita menggunakan media tanam yang mampu menyediakan nutrisi, air, dan oksigen bagi tanaman. Penggunaan media yang tepat akan memberikan pertumbuhan yang optimal bagi tanaman.

(42)

pengamatan 12 MST rataan jumlah anakan tertinggi (9,41 anakan) terdapat pada perlakuan media topsoil/kontrol (M1) dan rataan jumlah anakan terendah (6,12 anakan) terdapat pada perlakuan media topsoil:serbuk gergaji (M4) (Tabel 2). Hal ini disebabkan media tanam dengan tipe dan porositas yang sesuai mengakibatkan akar lebih cepat melakukan proses fisiologis seperti pembelahan sel dan menghasilkan anakan yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan literatur Fahmi (2013) yang menyatakan sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasok melalui media tanaman. Selanjutnya diserap oleh perakaran dan digunakan untuk proses fisiologis tanaman. Tiap jenis media tanam mempunyai bobot dan porositas yang berbeda. Oleh karena itu, dalam memilih media sebaiknya dicari kombinasi media tanam yang tepat sesuai dengan jenis tanaman.

Media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter bobot basah tajuk. Pada pengamatan rataan bobot basah tajuk tertinggi (59,42 gr) terdapat pada perlakuan media topsoil/kontrol (M1) dan rataan bobot basah tajuk terendah (36,65 gr) terdapat pada perlakuan media topsoil:serbuk gergaji (M4) (Tabel 3). Hal ini disebabkan media tanam yang memiliki aerasi yang baik mengakibatkan tanaman cepat membelah dan tajuk bertambah bobot dan besarnya. Hal ini sesuai dengan literatur Hidayah dan Irawan (2012) yang menyatakan perbedaan karakteristik media terutama pada kandungan unsur hara bagi tanaman dan daya mengikat air yang tercermin pada porositas, kelembaban dan aerasi. Penentuan media yang sesuai diharapkan dapat menghasilkan persentase hidup optimal semai suatu tanaman.

(43)

perlakuan media topsoil/kontrol (M1) dan rataan bobot kering akar terendah (7,89 gr) terdapat pada perlakuan media topsoil:serbuk gergaji (M4) (Tabel 5). Hal ini disebabkan media tanam yang baik akan mampu menyediakan unsur - unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk mendukung bertambahnya jumlah sel pada akar yang berpengaruh terhadap bobot kering akar dan sesuai dengan literatur Hidayah dan Irawan (2012) yang menyatakan bahwa syarat umum media sapih yang baik antara lain memiliki sifat ringan, murah, mudah diperoleh, gembur, dan mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman.

Pengaruh panjang slip bahan tanaman terhadap pertumbuhan bibit vetiver (Vetiveria zizanoides (L) Nash

Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan panjang slip bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman dan bobot basah tajuk, namun berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah anakan, panjang akar, bobot basah akar dan bobot kering akar.

(44)

Panjang slip bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk. Pada pengamatan rataan bobot basah tajuk tertinggi (51,49 gr) terdapat pada perlakuan panjang bahan pangkasan 30 cm (T3) dan rataan bobot basah tajuk terendah (39,93 gr) terdapat pada perlakuan panjang bahan pangkasan 10 cm (T1) (Tabel 3). Hal ini disebabkan pemangkasan pada tanaman akan memacu pertumbuhan bobot sel tanaman yang sesuai dengan literatur Chomchalow (2000) yang menyatakan anakan merupakan tunas yang tumbuh dari pangkal batang dan berkembang dengan cepat ketika akarnya mulai tumbuh.

Pengaruh interaksi perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman terhadap pertumbuhan bibit tanaman vetiver (Vetiveria zizanoides (L) Nash

Hasil analisis data menunjukan bahwa interaksi antara media tanam dan panjang slip bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati yaitu parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang akar dan bobot basah atas, bobot basah akar dan bobot kering akar.

(45)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot basah tajuk dan bobot kering akar namun berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang akar dan bobot basah akar. Media tanam yang sesuai yaitu M1 (topsoil/kontrol) dan yang paling tidak sesuai yaitu M4 (topsoil + serbuk gergaji).

2. Perlakuan panjang slip anakan berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman dan bobot basah tajuk, namun berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah anakan, panjang akar, bobot basah akar dan bobot kering akar.

3. Interaksi antara media tanam dan panjang slip anakan berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati.

Saran

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Booth, D. 2004. Rumput Vetiver Tanaman Alternatif Untuk Konservasi Tanah dan Air. Bali.

Chomchalow, N. 2000. Techniques of Vetiver Propagation With Special Reference to Thailand. Office of the Royal Development Projects Board, Bangkok. Thailand.

Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta. Fahmi, Z. I. 2013. Media Tanam Sebagai Faktor Eksternal Yang Mempengaruhi

Pertumbuhan Tanaman. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya. Surabaya.

Gomez, A. K dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. UI-Press. Jakarta.

Hidayah, N. H. dan A. Irawan. 2012. Kesesuaian Media Sapih Terhadap Persentase Hidupsemai Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil). Balai Penelitian Kehutanan. Manado.

Hutabarat, P. 2005. Pengaruh Panjang Akar, Panjang Buluh dan Konsentrasi ZPT

Indole Butyric Acid (IBA) Terhadap Pertumbuhan Anakan Vetiver Vetiveria zizanioides (L.). Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Medan.

Khairat, Yelmida, dan A. Amri. 2009. Studi Pemanfaatan Serbuk Gergaji Sebagai Bahan Baku Pembuatan Sodium Lignosulfonat dan Aplikasinya Untuk Meningkatkan Kekuatan Beton Mortar. Jurnal Sains dan Teknologi 8 (2), September 2009: 45-49. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau. Pekanbaru.

Kristijono, A. 2010. Pemanfaatan Gambut Sebagai Media Tumbuh Bituman (Biji Tumbuh Mandiri) Dalam Rangka Mendukung Kegiatan Rehabilitasi Lahan Kritis. Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi. Jakarta.

Marpaung, E. J. 2010. Pengaruh Dosis Nitrogen Dan Panjang Pangkasan Bahan Tanaman Terhadap Pertumbuhan Vetiver (Vetiveria zizanioides (L.) Nash). Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan.

(47)

Purwani, J. 2010. Remediasi Tanah Dengan Menggunakan Tanaman Akumulator Logam Berat Akar Wangi (Vetiveria zizanioides L.). Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Purwaningsih, H. dan Subagiyo. 2010. Peluang Usaha Tanaman Akar Wangi (Vetiveria zizanioidez) Di Lahan Kering Kabupaten Gunungkidul. Yogyakarta.

Rao, R. R and M. R. Suseela. 2008. Vetiver zizanoides (LINN.) Nash, A Multipurpose Eco-Friendly Geass Og India. National Botanical research Institute Lucknow. India.

Sani. 2011. Minyak Akar Wangi. Unesa University Press. Surabaya.

Santoso B., 1993. Akar Wangi Bertanam dan Penyulingan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Truong, P., T. T. Van, E. Pinners dan D. Booth. 2011. Penerapan Sistem Vetiver. Indonesian Vetiver New York. New York.

Gambar

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman serta interaksinya pada pengamatan 2 - 12 MST
Gambar 1.
Tabel 2. Rataan jumlah anakan (anakan) pada perlakuan media tanam dan panjang slip bahan tanaman serta interaksinya pada pengamatan 2 - 12 MST
Gambar 3.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi media tanam dan jumlah bibit dalam budidaya tanaman akar wangi yang ditanam secara

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa interaksi antara media dan sumber bahan tanam berpengaruh nyata terhadap parameter persentase tumbuh dan tidak berpengaruh

Interaksi antara media tanam dan pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi jumlah tanaman per polybag dan komposisi media tanam, berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman, jumlah daun

Perlakuan media tanam (tanah, humus, cocopeat dan arang sekam) dan bahan vertikultur (karpet, karung goni dan terpal plastik) berpengaruh nyata terhadap seluruh

Akan tetapi pemberian berbagai macam media tanam berpengaruh nyata pada panjang tanaman umur 3 dan 4 MST, serta sangat berpengaruh nyata terhadap panjang

Luas daun sawi menunjukan pengaruh sangat nyata terhadap seluruh pelakuan, luas daun yang tertinggi pada umur tanaman sawi 28 hari pada jarak tanam jarak tanam 20

Keragaman seluruh variabel yang diamati tidak dipengaruhi oleh interaksi antara cara tanam bibit dengan varietas, cara tanam berpengaruh nyata terhadap keragaman panjang