• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dosis Nitrogen Dan Panjang Pangkasan Bahan Tanaman Terhadap Pertumbuhan Vetivera Vetiveria zizanioides (L.) Nash)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Dosis Nitrogen Dan Panjang Pangkasan Bahan Tanaman Terhadap Pertumbuhan Vetivera Vetiveria zizanioides (L.) Nash)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DOSIS NITROGEN DAN PANJANG PANGKASAN

BAHAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN

VETIVER (Vetiveria zizanioides (L.) NASH)

ESRA JUNITA MARPAUNG 050301019

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH DOSIS NITROGEN DAN PANJANG PANGKASAN

BAHAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN

VETIVER (Vetiveria zizanioides (L.) NASH)

SKRIPSI

OLEH :

ESRA JUNITA MARPAUNG 050301019

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

PENGARUH DOSIS NITROGEN DAN PANJANG PANGKASAN

BAHAN TANAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN

VETIVER (Vetiveria zizanioides (L.) NASH)

SKRIPSI

OLEH :

ESRA JUNITA MARPAUNG 050301019/AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(4)

Judul Skripsi : Pengaruh dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman terhadap pertumbuhan vetivera Vetiveria zizanioides (L.) NASH) Nama : Esra Junita Marpaung

NIM : 050301019

Departemen : Budidaya Pertanian Program studi : Agronomi

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

(Prof. Edison Purba, Ph. D) (Ir. Balonggu Siagian, MS) Ketua Anggota

Mengetahui,

(5)

ABSTRAK

Esra Junita Marpaung: Pengaruh dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman terhadap pertumbuhan vetiver (Vetiveria zizanioides (L.) NASH). Dibimbing oleh Edison Purba dan Balonggu Siagian .

Percobaan di laksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk menentukan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman vetiver dengan empat taraf dosis nitrogen dan tiga taraf untuk panjang pangkasan bahan tanaman dan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Hasil percobaan menunjukan bahwa perlakuan dosis nitrogen tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. Perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter persentase bibit bertahan hidup, tinggi tanaman, dan jumlah daun tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan dan bobot basah tajuk atas.

Kata kunci : vetiver, nitrogen, dosis dan pangkasan

ABSTRACT

Esra Junita Marpaung : The Effect dose of nitrogen and tall of buthcering from the plant matter to the vetiver (Vetiveria zizanioides L.Nash) growth. Supervised by Edison Purba and Balonggu Siagian.

This research was held in the field of Agriculture Faculty of North Sumatera University to determinate the dose of nitrogen and tall of buthcering from the plant matter with four stages and three stages for the tall of buthcering and arranged with group random experiment (GRE). The result shows that tall or butchering obvious influential to the all parameter. The treatment tall of buthcering from the plant matter obvious influential to the percentage of seed survive, tall of plant and amount of leaf but not obvious influential to the parameter of the most of the highest crop and the wet heavy of up the crown.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Esra Junita Marpaung lahir di Sei Semayang pada tanggal 04 juni 1986 dari ayah M. Marpaung dan ibu S. Sihombing. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 12, Medan dan pada tahun 2005 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleki Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis memilih program studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian, sebagai asisten di Laboratorium Tanaman Perkebunan 2008-2010 dan di Laboratorium Dasar Ilmu Gulma 2010.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman terhadap pertumbuhan vetiver (Vetiveria zizanioides (L.) NASH).”

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih sebesar besarnya kepada keluargaku tersayang, ayahanda M. Marpaung dan ibunda S. Sihombing, kakak-kakakku (Evi, Friska, dan Anggiat), abangku (Victor), juga adekku (Lydia) yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada penulis baik secara moril dan material.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Prof. Edison Purba, Ph. D dan Ir. Balonggu Siagian, MS selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian sampai pada ujian akhir.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Departemen Budidaya Pertanian, juga kepada sahabat-sahabat penulis (Jannes, Harta, Junita, Syaril, Detha, Niko, Chaken, Acha, Irwanto, Didik, Baldeep, Hotman, Mameck, Wilson, bang Purnama) dan kepada adik-adik (Bastari, Fredrik, Zulfi, Jefri, Fristy, Nova, Utri, Prima, Toni, Sihol, Herri) dan seluruh stambuk 2005 dan adik-adik stambuk 2008 yang tidak dapat disebut namanya satu per satu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Juli 2010

(8)

DAFTAR ISI

Panjang Pangkasan Bahan Tanaman ... 8

ZPT Indole Butyric Acid (IBA) ... 10

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian ... 12

Parameter Yang Diukur ... 14

Jumlah bibit bertahan hidup (%) ... 14

Jumlah daun (helai) ... 14

Persiapan bahan tanaman ... 15

Perendaman dengan ZPT IBA ... 16

(9)

Aplikasi Pupuk Dasar ... 16

Aplikasi Pupuk Nitrogen ... 16

Pemeliharaan Tanaman ... 17

Persentase bibit bertahan hidup (%) ... 18

Jumlah daun (helai) ... 19

Tinggi tanaman (cm) ... 22

Jumlah anakan ... 24

Bobot segar tajuk atas (g) ... 25

Pembahasan ... 26

Pengaruh dosis nitrogen terhadap pertumbuhan vetiver (Vetiveria zizanioides L) ... 26

Pengaruh panjang pangkasan bahan tanaman terhadap pertumbuhan vetiver (Vetiveria zizanioides L) ... 26

Pengaruh interaksi dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman terhadap pertumbuhan vetiver (Vetiveria zizanioides L) ... 28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29

Saran ... 29 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Rataan persentase bibit bertahan hidup (%) pada perlakuan dosis nitrogen

dan panjang pangkasan bahan tanaman 3 MST ... 18 2. Rataan jumlah daun (helai) pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang

pangkasan bahan tanaman 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 MST ... 20 3. Rataan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan pada perlakuan dosis nitrogen

dan panjang pangkasan bahan tanaman 3, 6, 9, 12 MST ... 23 4. Rataan jumlah anakan (anakan) pada perlakuan pada perlakuan dosis

nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman 12 MST ... 24 5. Rataan bobot segar tajuk atas (g) pada perlakuan pada perlakuan dosis

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Hubungan panjang pangkasan bahan tanaman terhadap persentase bibit

bertahan hidup 3 MST ...19 2. Hubungan panjang pangkasan bahan tanaman terhadap jumlah daun pada

10 MST ...22 3. Hubungan panjang pangkasan bahan tanaman terhadap tinggi tanaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Bagan lahan percobaan ...31

2. Bagan plot penelitian ...32

3. Jadwal kegiatan penelitian ...33

4. Analisis tanah ...34

5. Persentase bibit bertahan hidup 3 MST ...35

6. Persentase bibit bertahan hidup setelah ditransformasi Y1/2 ...35

7. Sidik ragam persentase bibit bertahan hidup 3 MST ...36

8. Jumlah daun 2 MST ...36

9. Sidik ragam jumlah daun 2 MST ...36

(13)

24. Jumlah daun 10 MST ... 41

25. Sidik ragam jumlah daun 10 MST ... 42

26. Jumlah daun 11 MST ... 42

27. Sidik ragam jumlah daun 11 MST ... 43

28. Jumlah daun 12 MST ... 43

29. Sidik ragam jumlah daun 12 MST ... 43

30.Tinggi tanaman 3 MST ... 43

31.Sidik ragam tinggi tanaman 3 MST... ... 44

32.Tinggi tanaman 6 MST ... 44

33.Sidik ragam tinggi tanaman 6 MST... ... 44

34.Tinggi tanaman 9 MST ... 45

35.Sidik ragam tinggi tanaman 9 MST... ... 45

36.Tinggi tanaman 12 MST ... 45

37.Sidik ragam tinggi tanaman 12 MST... 46

38.Jumlah anakan 12 MST ... 46

39.Sidik ragam jumlah anakan 12 MST... ... 46

40.Bobot segar tajuk atas 12 MST ... 47

(14)

ABSTRAK

Esra Junita Marpaung: Pengaruh dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman terhadap pertumbuhan vetiver (Vetiveria zizanioides (L.) NASH). Dibimbing oleh Edison Purba dan Balonggu Siagian .

Percobaan di laksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk menentukan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman vetiver dengan empat taraf dosis nitrogen dan tiga taraf untuk panjang pangkasan bahan tanaman dan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Hasil percobaan menunjukan bahwa perlakuan dosis nitrogen tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang diamati. Perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter persentase bibit bertahan hidup, tinggi tanaman, dan jumlah daun tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah anakan dan bobot basah tajuk atas.

Kata kunci : vetiver, nitrogen, dosis dan pangkasan

ABSTRACT

Esra Junita Marpaung : The Effect dose of nitrogen and tall of buthcering from the plant matter to the vetiver (Vetiveria zizanioides L.Nash) growth. Supervised by Edison Purba and Balonggu Siagian.

This research was held in the field of Agriculture Faculty of North Sumatera University to determinate the dose of nitrogen and tall of buthcering from the plant matter with four stages and three stages for the tall of buthcering and arranged with group random experiment (GRE). The result shows that tall or butchering obvious influential to the all parameter. The treatment tall of buthcering from the plant matter obvious influential to the percentage of seed survive, tall of plant and amount of leaf but not obvious influential to the parameter of the most of the highest crop and the wet heavy of up the crown.

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumput vetiver (Vetiveria zizanioides) adalah tanaman tropis yang sangat umum dijumpai di sepanjang pinggiran sungai di India. Vetiver berasal dari bahasa Tamil yang berarti “akar yang digali”. Spesies umum yang tumbuh di Thailand menurut para peneliti adalah Vetiveria zizanioides. Spesies ini tumbuh dalam rumpun yang padat dan tumbuh dengan cepat setelah ditanam (National Research Council, 1993).

Vetiver memiliki beberapa keunggulan sebagai tumbuhan yang efeektif mengatasi erosi tanah dan longsor yang tidak dimiliki oleh tumbuhan lain. Vetiver tidak memiliki stolon maupun rhizoma tetapi memiliki perakaran yang massif, pertumbuhan cepat, batang rapat dan tegak, sangat resisten terhadap hama, penyakit dan api, dan sangat toleran terhadap media tumbuh yang sangat asam, basa, salin dan sodik, dan sangat toleran terhadap Al, Mn, As, Cd, Cr, Ni, Pb, Hg, Se, dan Zn dalam tanah.

Menurut Sutedjo (2002), tanah yang digunakan secara terus-menerus untuk menanam dan mengembangkan tanaman tanpa melakukan pemeliharaan atau perbaikan maka akan menurunkan kesuburannya sehingga hasil tanamannya merosot, dan pada akhirnya tanah tidak mampu lagi menunjukkan produktivitasnya. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya perbaikan dan pemeliharaan tanah dengan cara, antara lain pemberian pupuk nitrogen. Sampai saat ini, urea merupakan sumber N yang tertinggi dalam bentuk padat dan merupakan pupuk N yang terpenting khususnya di negara sedang berkembang. Nitrogen merupakan unsur utama dalam meningkatkan produksi.

(16)

pemupukan dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga dapat mengurangi kehilangan N dan meningkatkan serapan N oleh tanaman. Pemberian pupuk yang tepat tidak saja akan menurunkan biaya penggunaan pupuk, tetapi dengan takaran pupuk yang lebih rendah, hasil relatif sama, tanaman lebih sehat, serta mengurangi hara yang terlalut dalam air dan penimbunan N dalam air atau bahan makanan yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia (Anonimous, 2000).

Unsur nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman di dalam pembentukan organ vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Kegunaan unsur nitrogen bagi tanaman adalah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan kadar protein (asam amino) dalam tubuh tanaman dan meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun (Sutedjo, 2002).

Semakin banyak anakan maka perakaran juga akan semakin banyak. Menurut Alfandi (2006), panjang pangkasan bahan tanaman menentukan jumlah tunas yang akan tumbuh, ini merupakan efek dari panjangnya pangkasan. Pangkasan dimaksudkan untuk merangsang tumbuhnya tunas dari akar baru sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan jumlah anakan.

Setelah tanaman dipangkas, maka bagian tanaman yang tersisa harus cepat membentuk daun baru agar fotosintesis dan proses metabolisme lainnya dapat berjalan lancar. Pembentukan dan pertumbuhan daun baru tesebut dipengaruhi oleh ketersediaan hara yang cukup, untuk itu pemupukan mempunyai peranan penting dalam proses ini. Salah satu unsur yang dibutuhkan tanaman pada saat pertumbuhan adalah Nitrogen. Nitrogen merupakan kunci dalam pembuatan nucleoside phosphate dan asam amino yang menjadi pembangun asam amino dan protein (Taiz dan Zeiger, 2002).

(17)

Hormon / ZPT yang sering digunakan untuk perakaran tanaman adalah golongan

auksin antara lain IBA (Indole Butyric Acid), IAA (indole Asetat Acid), NAA (Naftalena Asetat Acid) dan 2,4 D dalam konsentrasi yang sangat rendah. Dari ketiga

jenis auksin, yang paling efektif digunakan dalam perbanyakan vegetatif adalah IBA dan NAA (Rahardja dan Wiryanta, 2004). Menurut Weaver (1972), IBA lebih baik dan sering digunakan dalam merangsang perakaran. Aktifitas auksinnya lemah dan dihancurkan relatif lambat oleh sistem enzim karena ditahan di lokasi aplikasi.

Menurut hasil penelitian Hutabarat (2006), menyatakan bahwa konsentrasi ZPT IBA yang terbaik diperoleh pada konsentrasi 200 ppm dibandingkan dengan konsentrasi 100 ppm dan 300 ppm. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pupuk N untuk merangsang pertumbuhan vegetatif vetiver dengan berbagai panjang pangkasan bahan tanaman yang didukung dengan pemberian ZPT IBA dengan konsentrasi 200 ppm (sama untuk semua perlakuan).

Tujuan Penelitian

Untuk menentukan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman yang terbaik terhadap pertumbuhan vetiver (Vetiveria zizanioides).

Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh yang nyata dari dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman serta interaksinya terhadap pertumbuhan vetiver.

Kegunaan Penelitian

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Tanaman Vetiver termasuk keluarga Gramineae, berumpun lebat, akar tunggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah tua. Rumpun tanaman akar wangi terdiri atas beberapa anak rumpun yang nantinya dapat dijadikan bibit (Rao and Suseela, 2008).

Tanaman vetiver membentuk rumpun yang besar, padat dengan arah tumbuh tegak lurus, kompak, beraroma, bercabang-cabang. Tanaman vetiver memiliki akar serabut yang masuk sangat jauh kedalam tanah (saat ini rekor akar vetiver terpanjang adalah 5,2 meter yang ditemukan di Doi Tung, Thailand). Akar vetiver diketahui mampu menembus lapisan yang sangat keras setebal 15 cm. Dilereng-lereng yang keras dan berbatu, ujung-ujung akar vetiver mampu masuk menembus dan menjadi semacam jangkar yang kuat (Wijayakusuma, 2007).

Vetiver adalah rumput berumbai padat dengan tangkai yang menaik dari rhizoma

aromatik hinga setinggi 2 m. Akarnya sangat kuat, padat dan aromatik (Rao and Suseela, 2008). Tanaman vetiver tidak mempunyai stolon atau rhizoma. Sistem

akar tumbuh dengan sempurna dan sangat cepat. Pada beberapa kondisi, panjang akar tanaman vetiver pada tahun pertama dapat mencapai 3 – 4 m. Berbatang lurus dan kaku yang dapat menahan arus air secara relatif dalam (Truong, dkk, 2002).

(19)

Ada beberapa sifat karakteristik vetiver yang membuatnya spesial dibanding rumput lain dan pepohonan yang digunakan dalam konservasi tanah yaitu:

- Mempunyai sistem perakaran yang dalam

- Tidak menimbulkan efek yang serius akibat persaingan unsur hara dan air pada tanaman budidaya yang ditanam didekatnya

- Mudah dalam penanaman dan pemeliharaan

- Mudah dimusnahkan jika tidak diperlukan lagi

- Dapat tumbuh pada tanah pH sangat asam sampai dengan basa (3,5 – 10,5)

- Dapat tumbuh pada rentang iklim yang luas

- Tidak bersifat gulma karena menghasilkan biji infertile dan tidak menghasilkan stolon dan rhizoma yang menyebar sehingga tetap berada dimana vetiver tersebut ditanam.

- Mampu mengurangi erosi jika ditanam berbaris

(National Research Council, 1993)

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman vetiver ditemukan tumbuh secara liar, setengah liar dan sengaja ditanam diberbagai negara beriklim tropis dan subtropis (Santoso, 1993). Rumput vetiver tumbuh liar di semua daratan di India hingga pada ketinggian 1200 m. Vetiver dapat tumbuh baik pada kondisi lingkungan sangat basah dengan curah hujan tahunan 2000 - 3000 mm

(20)

Suhu maksimum yang mendukung pertumbuhan rumput vetiver adalah pada rentang 25° - 35°C; namun suhu absolut maksimumnya dapat mecapai 45°C. Vetiver tetap dapat tumbuh pada kondisi tanah tandus dan pada tipe tanah yang beragam. Rumput vetiver dewasa dapat tumbuh pada tanah yang mengandung garam. Meskipun telah mengalami kebakaran, terinjak-injak, ataupun habis karena dimakan hewan, jenis rumput ini masih dapat tetap tumbuh (Rao dan Suseela, 2008).

Walaupun vetiver sangat bersikap toleran pada beberapa lahan ekstrim dan kondisi-kondisi klimat tersebut di atas, tanaman vetiver tidak toleran untuk berteduh. Tempat teduh akan mengurangi pertumbuhannya dan pada kasus ekstrim, tanaman

vetiver dapat mati. Oleh karena itu vetiver tumbuh baik pada kondisi terbuka (Truong, 2002).

Tanah

Tanaman vetiver tumbuh baik pada tanah berpasir (antosol) atau pada tanah abu vulkanik dilereng-lereng bukit. Pada tanah tersebut akar tanaman menjadi panjang dan lebat dan juga akar mudah dicabut tanpa ada yang tertinggal dan hilang. Sesungguhnya tanaman vetiver masih dapat tumbuh pada tanah-tanah liat yang banyak mengandung air,

namun kelemahannya, selain sulit dicabut, juga pertumbuhan akar terhambat (Santoso, 1993).

Tanaman vetiver toleran terhadap kondisi tanah yang mempunyai derajat keasaman yang tinggi yaitu pada pH 3,5 - 11 dan tanah yang keracunan aluminium dan magnesium (Truong, 2002). Meskipun vetiver tumbuh di hampir semua tipe tanah, tanah lumpur berpasir yang berair adalah merupakan tanah yang terbaik (Anon, 1976).

(21)

bersalinitas tinggi dan banyak mengandung natrium; mengandung logam berat seperti Al, Mn, As, Cd, Cr, Ni, Pb, Hg, Se, dan Zn (Wijayakusuma, 2007).

Pupuk Nitrogen

Nitrogen merupakan bagian pokok bagi tanaman. Nitrogen hadir sebagai satuan fundamental dalam protein, asam nukleik, klorofil dan senyawa organic lain. Protein merupakan penyusun utama protoplasma. Fungsi nitrogen sebagai bahan vital berbagai enzim menunjukkan fungsi utamanya sebagai pusat dalam seluruh proses metabolis dalam tanaman (Mas’ud, 1992). Dilaporkan juga bahw kekahatan nitrogen menyebabkan pembelahan sel terhambat dan akhirnya memperlambat pertumbuhan. Nitrogen dalam jumlah yang cukup akan meningkatkan luas daun sehingga area fotosintesis meningkat. Pasokan nitrogen dalam jumlah tinggi akan mempercepat perubahan karbohidrat menjadi protein.

Menurut Mas’ ud, (1992) fungsi nitrogen bagi pertumbuhan tanaman adalah 1) menjadikan tanaman berwarna hijau, 2) meningkatkan pertumbuhan daun dan batang,

3) menjadikan tanaman menjadi sukulen, 4) menahan pertumbuhan akar, 5) memperlambat pematangan tanaman dengan membantu pertumbuhan vegetatif yang

tetap hijau walaupun saat masak sudah maksimum, 6) meningkatkan kandungan protein, 7) mengurangi pengaruh buruk udara dingin.

Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3- atau NH4+ dari tanah dan nitrogen merupakan unsur yang mudah larut dan menguap. Kadar Nitrogen rata-rata dalam jarinagn tanaman adalah 2% - 4% berat kering. Dalam tanah kadar nitrogen sangat

bervariasi, tergantung pada pengelolaan dan penggunaan tanah tersebut (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

(22)

zwavelzure ammoniak atau amoniumsulfat (ZA) yang mengandung 20-21%N, dan amoniumnitrat yang mengandung 35% N (Redaksi Agromedia, 2008)

Nitrogen dalam bentuk urea cepat larut dalam air dan mudah tercuci. Nitrogen sangat cepat tersedia bagi tanaman karena itu harus digunakan pada saat nitrogen

dibutuhkan khusus pada tanah yang kandungan bahan organiknya rendah (Novizan, 2005).

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemupukan meliputi 5 hal yaitu harus tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat guna (Susila, 2005).

Panjang Pangkasan Bahan Tanaman

Anakan merupakan tunas yang tumbuh dari pangkal batang. Bagian ini merupakan bagian yang paling sering digunakan untuk perbanyakan vetiver karena tersedia dalam jumlah yang banyak, teknik pengerjaan yang mudah, hasil yang baik dapat bertahan dalam transportasi yang berlangsung lama dalam berbagai kondisi dan berkembang dengan cepat ketika akarnya mulai tumbuh. Salah satu teknik perbanyakan yang sering digunakan adalah perbanyakan dengan anakan (Chomchalow, 2000).

Vetiver diperbanyak secara vegetatif dengan memecah rumpun yang terdiri dari satu atau beberapa tunas berukuran 15—20 cm dan meliputi beberapa bagian akar. (Truong, 2002).

Pemangkasan dapat didefinisikan sebagai pemotongan pertumbuhan yang tidak dikehendaki untuk merangsang pertumbuhan tertentu. Definisi ini mencakup dua

pengertian yaitu penghilangan suatu bagian dan mendatangkan respon tertentu (Verheij dan Coronel, 1992). Menurut Harjadi (1989) pemangkasan merupakan upaya

(23)

Coombs et al. (1994) mengemukakan bahwa pucuk menggunakan suatu kontrol yang sangat mempengaruhi tunas dan menekan pertumbuhan cabang lateral. Penghilangan pucuk akan memecah dominasi dan salah satu tunas di bawah pucuk akan tumbuh dan membuat dominasi baru. Pemangkasan bertujuan meningkatkan jumlah tunas, mengurangi transpirasi, mengatur bentuk tanaman, meningkatkan jumlah bunga dan mengatur waktu pembungaan (Weaver, 1972).

Menurut Sukasman (1988) pemangkasan bertujuan untuk memacu pertumbuhan vegetatif, menekan pertumbuhan generatif serta mengubah pertumbuhan batang tunggal dan besar menjadi berbatang banyak dan rendah, selain itu pemangkasan dapat mempengaruhi pertunasan, karena pemangkasan pada pucuk batang akan mempengaruhi keseimbangan zat pengatur tumbuh alami di daerah ketiak daun. Menurut Sutarno (1982) perubahan keseimbangan zat pengatur tumbuh alami tersebut akan merangsang pertumbuhan tunas baru. Pemangkasan akan memicu bekerjanya meristem ujung yang menghasilkan sel-sel baru pada ujung akar atau batang, mengakibatkan tumbuhan bertambah tinggi atau panjang (Gardner et al., 1991). Hal ini disebabkab adanya pergerakan auksin yang tinggi akibat pemangkasan batang menuju ujung batang atau pangkal batang menghambat tunas lateral atau samping (Hartman dan Kester, 1990).

Pertumbuhan vegetatif tanaman dengan cepat akan berlangsung setelah dilakukan pemangkasan. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan keseimbangan rasio akar dan tajuk. Aliran distribusi air, nutrisi, dan cadangan makanan berlangsung dari sistem

perakaran yang tidak terganggu menuju area tajuk yang mengalami pemangkasan (Janick, 1972). Rasio akar dan tajuk dapat mempengaruhi pertumbuhan, pembungaan,

(24)

tanaman melalui fotosintesis (source). Dari daun, metabolit-metabolit tersebut ditranspor ke bagian-bagian lain dari tumbuhan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya (sink). Hubungan source dan sink pada aliran distribusi metabolit memberi peranan penting pada tanaman. Menurut Geiger (1987) distribusi asimilat pada tanaman dapat dipengaruhi oleh berkurangnya daun yang berfungsi sebagai source dalam distribusi hasil fotosintesis dan metabolisme. Cadangan makanan berupa karbohidrat akan dialihkan untuk pertumbuhan tunas baru (Denisen 1979). Setelah tanaman dipangkas, maka bagian tanaman yang tersisa harus cepat membentuk daun baru agar fotosintesis dan proses metabolisme lainnya dapat berjalan lancar.

ZPT Indole Butyric Acid (IBA)

ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi hormon dengan baik. Hormon berasal dari bahasa Yunani yaitu hormaein ini mempunyai arti: merangsang, membangkitkan atau mendorong timbulnya suatu aktivitas biokimia sehingga fito-hormon tanaman dapat didefinisikan sebagai senyawa organik tanaman yang bekerja aktif dalam jumlah sedikit, ditransportasikan ke seluruh bagian tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologi tanaman (http://yoxx.blogspot.com, 2008).

(25)

bagian tanaman lain sehingga tidak mempengaruhi pertumbuhan bagian lain (Sulastri, 2003).

Adapun rumus bangun dari Indole Butyric Acid (IBA) adalah:

(http://yoxx.blogspot.com, 2008).

(26)

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 25 Januari 2010 sampai 19 April 2010.

Hasil analisis tanah

No Jenis Analisis Nilai

1 N-Total (%) 0.14

2 P-Bray I (ppm) 18.58

3 K – dd (me/100g) 0.40

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: tanaman vetiver, pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCl, ZPT IBA 200 ppm, dan herbisida Round-up.

Alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain: cangkul, ember, gembor, penugal, kuas, timbangan analitik, meteran, gunting, dan alat-alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Perlakuan pada masing-masing faktor adalah sebagai berikut:

Faktor I : Dosis Nitrogen (N) terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu : N0 = Tanpa Pupuk N = 0 gr/tanaman

(27)

Faktor II : Panjang bibit (bahan tanaman) (T) setelah dipangkas terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu:

T1 = 10 cm T2 = 20 cm T3 = 30 cm

Dengan demikian diperoleh 12 kombinasi perlakuan yaitu :

N0T1 N0T2 N0T3

N1T1 N1T2 N1T3

N2T1 N2T2 N2T3

N3T1 N3T2 N3T3

Setiap perlakuan dibuat dalam 3 ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 12 plot. Jumlah tanaman per plot sebanyak 20 tanaman. Jumlah tanaman sample per plot sebanyak 6 tanaman. Jumlah tanaman seluruhnya 720 tanaman. Jumlah sample

seluruhnya 216 tanaman. Jarak antar plot sebesar 30 cm. Jarak antar ulangan sebesar 50 cm. Ukuran plot sebesar 1,6 m x 2,8 m.

Dari data penelitian dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan model linear yaitu:

Yijk = µ + ρi + αj + dij + βk + (αβ)jk + εijk

Dimana :

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-I akibat dosis pupuk N perlakuan ke-j dan panjang pangkasan bahan tanaman perlakuan ke-k

µ = Nilai tengah ρi = Pengaruh blok ke-i

αj = Pengaruh dosis pupuk N perlakuan ke-j

(28)

βk = Pengaruh panjang pangkasan bahan tanaman perlakuan ke-k

(αβ)jk = Pengaruh interaksi dosis pupuk N ke-j dengan panjang pangkasan bahan tanaman perlakuan ke-k

Εijk = Galat percobaan pengaruh panjang pangkasan bahan tanaman perlakuan ke-k

Hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda rataan yaitu uji Duncan dengan taraf 5% (Gomez and Gomez, 1995).

Peubah yang Diamati

Jumlah bibit bertahan hidup (%)

Diamati secara visual banyaknya tanaman yang bertahan hidup dalam setiap plot lalu dihitung persentasenya. Pengamatan parameter ini dilakukan pada saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST). Kriteria tanaman yang hidup adalah daun dalam keadaan segar berwarna hijau. Kemudian dihitung persentase hidup dengan rumus:

Jumlah tanaman yang hidup per plot

Bibit bertahan hidup = X 100 %

Jumlah seluruh tanaman yang ditanam per plot

Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung dari jumlah daun yang telah membuka sempurna. Pengamatan dilakukan setiap minggu, dimulai pada saat tanaman telah berumur 2 MST dan berakhir pada 12 MST.

Tinggi tanaman (cm)

(29)

Jumlah anakan (anakan)

Jumlah anakan dihitung pada setiap tanaman. Jumlah anakan dihitung pada akhir penelitian yaitu pada saat tanaman berumur 12 MST.

Bobot segar tajuk atas (g)

Tajuk dipotong tepatnya pada leher akar. Setelah itu, tajuk ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Bobot segar tajuk atas dihitung pada akhir penelitian yaitu pada saat tanaman berumur 12 MST.

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan lahan

Sebelum lahan diolah, terlebih dahulu lahan dibersihkan dari gulma, sisa-sisa tanaman, dan bahan-bahan lain yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Kemudian tanah diolah dengan menggunakan cangkul. Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah dan memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah drainase dan aerase yang kurang baik akan diperbaiki.

Pembuatan plot penelitian

Setelah tanah diolah dibuat plot – plot penelitian dengan ukuran 1,6 m x 2,8 m dengan jarak antar ulangan 50 cm dan jarak antar plot dalam satu ulangan 30 cm. setelah itu dibuat saluran drainase yang mengelilingi areal penelitian. Lebar saluran 25 cm dengan kedalaman 15 cm.

Persiapan bahan tanaman

(30)

perlakauan panjang bibit (dari leher akar ke bagian ujung) setelah dipangkas yaitu 10 cm, 20 cm, 30 cm. Akar setiap bibit dipangkas dengan membiarkan sepanjang 2 cm.

Perendaman dengan ZPT IBA

Bahan tanaman yang telah dipangkas direndam dalam larutan ZPT IBA dengan konsentrasi 200 ppm selama 60 menit. Bagian yang direndam adalah bagian akar hingga leher akar. Setelah perendaman, bahan tanaman langsung ditanam pada plot penelitian.

Penanaman

Lubang tanam dibuat dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman 3 cm. Setelah itu bahan tanaman ditanam dengan jarak tanam 40 cm x 60 cm, kemudian lubang ditutup dengan tanah gembur kemudian disiram.

Aplikasi pupuk dasar

Pupuk dasar diberikan sekaligus pada saat tanam dengan cara menabur ke satu lubang yang telah disiapkan dengan jarak 5 cm dari lubang tanam. Setelah pupuk ditabur, lubang ditutup kembali dengan tanah. Pupuk dasar yang diberikan yaitu pupuk fosfat dan pupuk kalium. Dosis pupuk TSP 100 kg/ha dan KCl 100 kg/ha (Santoso, 1993).

Aplikasi pupuk nitrogen

(31)

ketiga diberikan pada saat tanaman berumur 60 HST sebanyak 1/3 bagian dari dosis perlakuan (untuk N1=0,36 g/tanaman; N2=0,73 g/tanaman; N3=1,1 gr/tanaman) (Santoso, 1993).

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari, atau sesuai dengan kondisi lingkungan.

Pengendalian gulma `

Pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan herbisida Glifosat (Round-up) yaitu dengan wiping dengan menggunakan kuas untuk membersihkan gulma

disekitar areal pertanaman, ini dilakukan untuk mengurangi persaingan antar tanaman utama dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara dari tanah. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan.

Pemanenan

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Data persentase bibit bertahan hidup, jumlah daun per rumpun, tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas ditampilkan pada tabel 1-5. Perlakuan dosis nitrogen berpengaruh tidak nyata terhadap persentase bibit bertahan hidup, jumlah daun per rumpun, tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas. Sebaliknya panjang bibit setelah dipangkas berpengaruh nyata terhadap parameter persentase bibit bertahan hidup, jumlah daun per rumpun dan tinggi tanaman, akan tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas.

Interaksi antara dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap persentase bibit bertahan hidup, jumlah daun per rumpun, tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas.

Persentase bibit bertahan hidup (%)

Hasil pengamatan dan sidik ragam pada lampiran 5 sampai 7. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan nitrogen berpengaruh tidak nyata terhadap persentase bibit bertahan hidup sedangkan perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter persentase bibit bertahan hidup.

Data persentase bibit bertahan hidup pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan persentase bibit bertahan hidup (%) pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman 3 MST

(33)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase bibit bertahan hidup tertinggi pada pengamatan 3 MST terdapat pada perlakuan panjang bahan tanaman 30 cm 88,33% dan persentase bibit bertahan hidup terendah terdapat pada perlakuan panjang bahan tanaman 20 cm yaitu 79,17%.

Pada pengamatan 3 MST persentase bibit bertahan hidup tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T3 (88,33) yang berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan T1 (82,92) dan berbeda nyata dengan taraf perlakuan T2 (79,17).

Grafik hubungan panjang pangkasan bahan tanaman dengan persentase bibit bertahan hidup dapat dilihat pada Gambar 1.

ŷ = 0.0646x2 - 2.3125x + 99.583

panjang pangkasan bahan t anaman (cm)

Gambar 1. Hubungan panjang pangkasan bahan tanaman terhadap persentase bibit bertahan hidup pada 3 MST

Jumlah daun (helai)

Hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah daun dapat dilihat pada lampiran 8 sampai 29. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan dosis nitrogen berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun sedangkan perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 MST tetapi berpengaruh tidak nyata pada pengamatan 9, 11, 12 MST .

(34)

Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai) pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman serta interaksinya pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 MST

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α = 0.05 (atau 5%)

Perlakuan Jumlah daun (helai)

(35)

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,10 MST. Pada pengamatan 10 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 yaitu 76,20 helai dan rataan jumlah daun terendah terdapat pada taraf perlakuan T2 yaitu 64,18.

Pada pengamatan 2 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 (5,60) yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan T2 (3,95) dan T3 (4,63). Pada 3 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 (7,59) yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan T2 (5,36) dan tidak berbeda nyata dengan taraf perlakuan T3 (6,69). Pada 4 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 (11,24) yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan T2 (7,60) dan tidak berbeda nyata dengan taraf perlakuan T3 (10,09). Pada 5 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 (16,28) yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan T2 (9,36) dan T3 (13,13). Pada 6 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 (23,37) yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan T2 (16,18) dan

T3 (18,93). Pada 7 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 (35,76) yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan T2 (25.44) dan T3 (28,90). Pada 8

(36)

Grafik hubungan panjang pangkasan bahan tanaman dengan jumlah daun dapat

panjang pangkasan bahan t anaman (cm)

ju

Gambar 2. Hubungan panjang pangkasan bahan tanaman terhadap jumlah daun pada 10 MST

Tinggi tanaman (cm)

Hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah daun dapat dilihat pada lampiran 30 sampai 37. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan dosis nitrogen berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman sedangkan perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada pengamatan 6 MST tetapi berpengaruh tidak nyata pada pengamatan 3, 9 dan 12 MST.

(37)

Tabel 3. Rataan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman serta interaksinya pada pengamatan 3, 6, 9, 12 MST

Perlakuan Tinggi tanaman (cm)

3 MST 6 MST 9 MST 12 MST

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α = 0.05 (atau 5%)

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada pengamatan 6 MST. Pada pengamatan 6 MST rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T3 yaitu

86,89 cm dan rataan tinggi tanaman terendah terdapat pada taraf perlakuan T2 yaitu 78,31 cm.

Pada pengamatan 6 MST rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada taraf

(38)

Grafik hubungan panjang pangkasan bahan tanaman dengan tinggi tanaman dapat

panjang pangk as an bahan tanam an

tin

Gambar 3. Hubungan panjang pangkasan bahan tanaman terhadap tinggi tanaman (cm) pada 6 MST

Jumlah Anakan (anakan)

Hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah anakan dapat dilihat pada lampiran 38 sampai 39. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah anakan pada pengamatan 12 MST.

Data jumlah anakan pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan jumlah anakan (anakan) pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman pada 12 MST

(39)

Bobot Segar Tajuk Atas (g)

Hasil pengamatan dan sidik ragam bobot segar tajuk atas dapat dilihat lampiran 40 sampai 41. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar tajuk atas.

Data bobot segar tajuk atas pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot segar tajuk atas (g) pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman

Panjang pangkasan bahan tanaman (cm)

Dosis nitrogen (g/tanaman)

N0 = 0 N1=1,1 N2 = 2,2 N3 = 3,3 Rataan

T1 = 10 T2 = 20 T3 = 30

234.95 257.65 286.70 255.15 258.61

261.82 207.03 218.12 226.25 228.31

217.47 232.25 260.15 268.35 244.56

(40)

Pembahasan

Pengaruh dosis nitrogen terhadap pertumbuhan vetiver (Vetiveria zizanioides L.)

Hasil analisis data menunjukkan bahwa dosis nitrogen berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yaitu parameter persentase bibit bertahan hidup, jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas.

Perlakuan dosis nitrogen berpengaruh tidak nyata terhadap parameter persentase bibit bertahan hidup jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas. Hal ini mungkin terjadi karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mungkin mempengaruhi adalah karena pemberian dosis pupuk urea tidak tepat. Seperti kita ketahui bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam pemupukan meliputi

5 hal yaitu harus tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat guna (Susila, 2005). Dalam penelitian ini ketidaktepatan yang mungkin terjadi adalah tidak

tepat dalam dosis pupuk yang digunakan, dimana dosis nitrogen yang diberikan rendah. Sementara itu kandungan N-total (%) dalam lahan percobaan juga rendah yaitu 0,14 % sehingga kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan vetiver tidak terpenuhi. Faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah pemberian pupuk dasar yaitu pupuk TSP dan KCl sehingga pengaruh pupuk nitrogen yang diberikan berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan vetiver.

Pengaruh panjang pangkasan bahan tanaman terhadap pertumbuhan

vetiver (Vetiveria zizanioides L.)

(41)

Perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter persentase bibit bertahan hidup hal ini disebabkan panjang pangkasan bahan tanaman dapat meningkatkan persentase bibit bertahan hidup pada tanaman vetiver. Persentase bibit bertahan hidup tertinggi pada pengamatan 3 MST terdapat pada perlakuan T3 yaitu 88,33% dan rataan persentase bibit bertahan hidup terendah pada perlakuan T2 yaitu 79,17%. Hal ini disebabkan pemangkasan bertujuan memacu pertumbuhan vegetatif dan dapat mempengaruhi pertunasan, karena pemangkasan dapat mempengaruhi keseimbangan zat pengatur tumbuh alami di daerah ketiak daun yang dapat merangsang pertumbuhan tunas baru. Hal ini sesuai dengan literatur Sutarno (1982) yang menyatakan bahwa perubahan keseimbangan zat pengatur tumbuh alami di daerah ketiak daun akan merangsang pertumbuhan tunas baru.

Perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Pada pengamatan 10 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 yaitu 76,20 helai dan rataan jumlah daun terendah terdapat pada taraf perlakuan T2 yaitu 64,18. Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah daun pada pada tanaman yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena daun merupakan penghasil metabolit yang dibutuhkan tanaman melalui fotosintesis sehingga cadangan makanan berupa karbohidrat akan dialihkan untuk pertumbuhan tunas baru (Denisen, 1979). Hal ini sesuai dengan pernyataan Geiger (1987) yang menyatakan bahwa distribusi asimilat pada tanaman dapat dipengaruhi oleh berkurangnya daun yang berfungsi sebagai source dalam distribusi hasil fotosintesis dan metabolisme .

(42)

memicu bekerjanya meristem ujung yang menghasilkan sel-sel baru pada ujung akar atau batang, mengakibatkan tumbuhan bertambah tinggi atau panjang (Gardner et al., 1991). Hal ini disebabkab adanya pergerakan auksin yang tinggi akibat pemangkasan batang menuju ujung batang atau pangkal batang menghambat tunas lateral atau samping (Hartman dan Kester, 1990).

Pengaruh Interaksi dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman terhadap

pertumbuhan vetiver (Vetiveria zizanioides L.)

Hasil analisis data pengamatan secara statistik menunjukan bahwa interaksi antara dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati yaitu parameter persentase bibit bertahan hidup, jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas.

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan dosis nitrogen berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati yaitu persentase bibit bertahan hidup, jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas.

2. Perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter persentase bibit bertahan hidup, jumlah daun dan tinggi tanaman, akan tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas. 3. Interaksi dosis nitrogen dengan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh

tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati. Saran

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Alfandi. 2006. Jurnal Agrijati 2 (1). Pengaruh Tinggi Pemangkasan (Ratoon) dan Pupuk Nitrogen Terhadap Produk Padi (Oryza sativa L.) Kultivar Ciherang. Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon.

Anon. 1976. the Wealth of India 10:451-457. CSIR, New Delhi. India.

Anonimous. 2000. Penggunaan Unsur Hara Yang Tepat Dalam Pemupukan. Bahan Pelatihan Efisiensi Pemupuka n Dengan Penerapan LCC. Denpasar, 22-26 mei 2000. IPPTP Denpasar, Bali.

Chomchalow, N. 2000. techniques of vetiver Propagation with Special reference to Thailand. Office of the Royal Development Projects Board, Bangkok, thailand.

Coombs, D., P. Blackburne-Maze, M. Cracknell, and R. Bentley. 1994. The Complete Book of Pruning. The Bath Press. 224 p.

Denisen EL. 1979. Principles of Horticulture Second Edition. The Macmillan Company. New York. 483 hal.

Gardner, F.P., R. Brent Pearce, Poger R. Michael. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya, Penterjemah Herawati Susilo. UI Press. Jakarta.

Geiger DR. 1987. Understanding interactions of source and sink regions of plants. Plant Physiol. Biochem. 26 : 483-492.

Gomez, A. K and A. A Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. UI Press, Jakarta

Harjadi, S. S. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. 506 hal.

Hartmann HT, Kester DE. 1990. Plant Propagation: Principles and Practices Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies, and R. L. Geneve. 2002. Plant propagation principles and practices. 6th ed. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.National Research Council, 1993. Vetiver grass A thin Green line against Erosion. National Academy Press. Washington D. C.

diakses tanggal 10 Maret 2009. 2 off 3 pages.

Janick J. 1972. Horticultural Science Second Edition. W. H. Freeman and Company. San Fransisco. 586 hal.

(45)

National Research Council, 1993. Vetiver grass A thin Green line against Erosion. National Academy Press. Washington D. C.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta

Raharjda, P. C dan W. Wiryanta. 2004. Aneka Cara Memperbanyak Tanaman. Penebar Swdaya, Jakarta

Rao, R. R and M. R. Suseela. 2008. Vetiver Zizanioides (LINN.) Nash, A Multipurpose Eco-Friendly Geass Og India. National Botanical research Institute Lucknow, India

Redaksi Agromedia. 2008. Petunjuk Pemupukan. Agromedia Pustaka. Jakarta

Rosmarkam, A dan Yuwono, N. W. 2002. Ilmu Kesuburan tanah. Kanisius: Yogyakarta Santoso B., 1993. Akar Wangi Bertanam dan Penyulingan.Kanisius Yogyakarta

Sukasman. 1988. Pemangkasan pada tanaman teh menghasilkan. Prosiding Pemangkasan Teh Gambung 12 Desember 1988. hal 49-64.

Sulastri, Y. S. 2003. Pengaruh Konsentrasi Indole Butirat acid (IBA) Dan Lama Perendaman Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Jambu Air (Syzygium semarangense Burm. F.Alst). Jurnal Penelitin Bidang Ilmu Pertanian Vol.2 No. 3,Desember 2004. 26-35.

Susila, AD. 2005. Media dan Wadah Tanam. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sutarno, H. 1982. Pengaruh pemangkasan terhadap pertambahan tunas Amaranthus tricolor L. Bul. Penel. Hort. IX (3) : 1-5.

Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta

Taiz L and Zeiger E. 2002. Plant Phisiology. Sinauer Associate, Inc., Publisher. Sunderland, Massachusetts.

Tirtoutomo, S. S Solehuddin, C. Soepardi, dan H. Taslim. 1991. Pengaruh Macam dan Waktu Pemberian Pupuk Nitrogen terhadap Efisiensi Pengambilan Nitrogen oleh Tanaman Jagung. Media Penelitian Sukamandi. 9:5-10

Truong, P. 2002. vetiver system for environmental Protection.Brisbane., Australia.

Truong P, T. T Van, and E. Pinners. 2002. Vetiver Systems Application - A Technical Reference Manual Vietnam.2002

(46)
(47)
(48)

20 cm 20 cm

20 cm

20 cm

Lampiran 2. Bagan Plot Penelitian

X 60 cm X X X X

40 cm

X X X X X

X X X X X

X X X X X

Keterangan :

(49)
(50)

Lampiran 5. Persentase bibit bertahan hidup 3 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 6. Persentase bibit bertahan hidup setelah ditransformasi Y1/2

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(51)

Lampiran 7. Tabel sidik ragam persentase bibit bertahan hidup 3 MST

Lampiran 8. Jumlah daun 2 MST

Lampiran 9. Sidik ragam jumlah daun 2 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(52)

Lampiran 10. Jumlah daun 3 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 11. Sidik ragam jumlah daun 3 MST

S K db JK KT Fhit F05

Lampiran 12. Jumlah daun 4 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(53)

Lampiran 13. Sidik ragam jumlah daun 4 MST

Lampiran 14. Jumlah daun 5 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 15. Sidik ragam jumlah daun 5 MST

(54)

Lampiran 16. Jumlah daun 6 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 17. Sidik ragam jumlah daun 6 MST

S K db JK KT Fhit F05

Lampiran 18. Jumlah daun 7 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(55)

Lampiran 19. Sidik ragam jumlah daun 7 MST

Lampiran 20. Jumlah daun 8 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 21. Sidik ragam jumlah daun 8 MST

(56)

Lampiran 22. Jumlah daun 9 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 23. Sidik ragam jumlah daun 9 MST

S K db JK KT Fhit F05

Lampiran 24. Jumlah daun 10 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

(57)

Lampiran 25. Sidik ragam jumlah daun 10 MST

Lampiran 26. Jumlah daun 11 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 27. Sidik ragam jumlah daun 11 MST

S K db JK KT Fhit F05

(58)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Lampiran 29. Sidik ragam jumlah daun 12 MST

S K db JK KT Fhit F05

Lampiran 30. Tinggi tanaman 3 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(59)

S K db JK KT Fhit F05

Lampiran 32. Tinggi tanaman 6 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 33. Sidik ragam tinggi tanaman 6 MST

S K db JK KT Fhit F05

(60)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Lampiran 35. Sidik ragam tinggi tanaman 9 MST

S K db JK KT Fhit F05

Lampiran 36. Tinggi tanaman 12 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

(61)

S K db JK KT Fhit F05

Lampiran 38. Jumlah anakan12 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Lampiran 39. Sidik ragam jumlah anakan 12 MST

S K db JK KT Fhit F05

(62)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Lampiran 41. Sidik ragam bobot segar tajuk atas 12 MST

(63)
(64)
(65)

Gambar

Tabel 1. Rataan persentase bibit bertahan hidup (%) pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman 3 MST
Grafik hubungan panjang pangkasan bahan tanaman dengan persentase bibit
Tabel 2. Rataan jumlah  daun (helai) pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman serta interaksinya pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 MST
Grafik hubungan panjang pangkasan bahan tanaman dengan jumlah daun dapat
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil percobaan menunjukkan bahwa : 1 Dosis nitrogen dan sipramin menunjukkan interaksi pada sejumlah parameter pengamatan, yaitu crop growth rate, indeks luas daun, jumlah polong

Terdapat pengaruh nyata dari perlakuan dosis pupuk nitrogen pada beberapa varietas bawang merah terhadap pertumbuhan dan hasil, serta terjadi interaksi antara

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap peubah amatan jumlah anakan, sedangkan dosis pemupukan nitrogen dan interaksi

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dosis pupuk nitrogen dan kompos jerami memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap rata-rata jumlah

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi yang nyata antara macam varietas dan dosis aplikasi pupuk urin terhadap tinggi tanaman

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan macam sumber kalium dan dosis pupuk nitrogen berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan yang meliputi: tinggi

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap peubah amatan jumlah anakan, sedangkan dosis pemupukan nitrogen dan interaksi

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak terjadi pengaruh interaksi antara dosis pupuk nitrogen dengan jumlah benih per meter persegi terhadap diameter batang