• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Data persentase bibit bertahan hidup, jumlah daun per rumpun, tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas ditampilkan pada tabel 1-5. Perlakuan dosis nitrogen berpengaruh tidak nyata terhadap persentase bibit bertahan hidup, jumlah daun per rumpun, tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas. Sebaliknya panjang bibit setelah dipangkas berpengaruh nyata terhadap parameter persentase bibit bertahan hidup, jumlah daun per rumpun dan tinggi tanaman, akan tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas.

Interaksi antara dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap persentase bibit bertahan hidup, jumlah daun per rumpun, tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas.

Persentase bibit bertahan hidup (%)

Hasil pengamatan dan sidik ragam pada lampiran 5 sampai 7. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan nitrogen berpengaruh tidak nyata terhadap persentase bibit bertahan hidup sedangkan perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter persentase bibit bertahan hidup.

Data persentase bibit bertahan hidup pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan persentase bibit bertahan hidup (%) pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman 3 MST

Panjang pangkasan bahan tanaman (cm)

Dosis nitrogen (g/tanaman)

N0 = 0 N1=1,1 N2 = 2,2 N3 = 3,3 Rataan

T1 = 10 81.67 86.67 76.67 86.67 82.92 ab

T2 = 20 83.33 75.00 78.33 80.00 79.17 b

T3 = 30 85.00 93.33 90.00 85.00 88.33 a

Rataan 83.33 85.00 81.67 83.89 83.47

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α = 0.05 (atau 5%)

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase bibit bertahan hidup tertinggi pada pengamatan 3 MST terdapat pada perlakuan panjang bahan tanaman 30 cm 88,33% dan persentase bibit bertahan hidup terendah terdapat pada perlakuan panjang bahan tanaman 20 cm yaitu 79,17%.

Pada pengamatan 3 MST persentase bibit bertahan hidup tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T3 (88,33) yang berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan T1 (82,92) dan berbeda nyata dengan taraf perlakuan T2 (79,17).

Grafik hubungan panjang pangkasan bahan tanaman dengan persentase bibit bertahan hidup dapat dilihat pada Gambar 1.

ŷ = 0.0646x2 - 2.3125x + 99.583 R2 = 0,99 y min = 78,84 pada x = 17,9 68.00 73.00 78.00 83.00 88.00 93.00 0 5 10 15 20 25 30 per se nt as e b ib it b er tah an h id up (% )

panjang pangkasan bahan t anaman (cm)

Gambar 1. Hubungan panjang pangkasan bahan tanaman terhadap persentase bibit bertahan hidup pada 3 MST

Jumlah daun (helai)

Hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah daun dapat dilihat pada lampiran 8 sampai 29. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan dosis nitrogen berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun sedangkan perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 MST tetapi berpengaruh tidak nyata pada pengamatan 9, 11, 12 MST .

Data jumlah daun pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai) pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman serta interaksinya pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12 MST

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α = 0.05 (atau 5%)

Perlakuan Jumlah daun (helai)

2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST 11 MST 12 MST

Dosis nitrogen (N) (g/tanaman) N0 = 0 N1 = 1,1 N2 = 2,2 N3 = 3,3 4.36 6.83 9.93 12.95 18.57 29.96 37.50 49.06 63.79 77.93 91.25 4.64 6.16 8.79 13.01 18.62 27.61 35.59 49.81 67.61 86.09 99.06 5.37 6.84 10.24 14.07 22.16 32.33 41.14 55.86 75.24 92.58 106.18 4.53 6.34 9.61 11.66 18.62 30.23 39.10 53.48 72.27 88.54 102.79 Panjang pangkasan bahan tanaman (cm) T1 = 10 5.60 a 7.59 a 11.24 a 16.28 a 23.37 a 35.76 a 42.76 a 55.62 76.20 a 89.36 102.25 T2 = 20 3.95 b 5.36 c 7.60 c 9.36 c 16.18 c 25.44 b 33.79 b 48.35 64.18 b 82.64 95.30 T3 = 30 4.63 b 6.69 ab 10.09 ab 13.13 b 18.93 b 28.90 b 37.70 a 52.19 68.80 ab 86.86 101.91 Interaksi (N x T) N0T1 5.03 6.38 9.87 14.13 19.85 33.32 38.43 49.83 66.02 75.20 90.52 N0T2 3.47 5.97 7.59 9.19 15.54 27.52 39.88 51.29 66.29 83.47 96.71 N0T3 4.58 8.13 12.33 15.52 20.32 29.03 34.20 46.06 59.06 75.13 86.52 N1T1 5.47 7.63 10.37 17.11 22.41 32.64 39.57 54.09 74.97 89.73 101.73 N1T2 4.00 5.22 7.50 9.37 15.78 23.70 29.92 45.53 61.40 80.68 93.42 N1T3 4.47 5.64 8.51 12.57 17.67 26.48 34.29 49.80 66.46 87.86 102.04 N2T1 6.82 8.50 12.82 18.67 28.50 42.92 51.25 65.67 89.08 106.83 118.92 N2T2 4.88 5.67 7.94 10.55 18.75 26.45 33.83 48.19 64.61 82.42 96.25 N2T3 4.40 6.36 9.95 12.99 19.22 27.64 38.33 53.72 72.03 88.50 103.36 N3T1 5.08 7.83 11.89 15.22 22.72 34.17 41.78 52.89 74.72 85.67 97.83 N3T2 3.44 4.58 7.38 8.32 14.63 24.08 31.54 48.38 64.43 84.01 94.81 N3T3 5.06 6.61 9.58 11.43 18.50 32.45 43.99 59.18 77.66 95.93 115.72

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun pada pengamatan 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,10 MST. Pada pengamatan 10 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 yaitu 76,20 helai dan rataan jumlah daun terendah terdapat pada taraf perlakuan T2 yaitu 64,18.

Pada pengamatan 2 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 (5,60) yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan T2 (3,95) dan T3 (4,63). Pada 3 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 (7,59) yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan T2 (5,36) dan tidak berbeda nyata dengan taraf perlakuan T3 (6,69). Pada 4 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 (11,24) yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan T2 (7,60) dan tidak berbeda nyata dengan taraf perlakuan T3 (10,09). Pada 5 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 (16,28) yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan T2 (9,36) dan T3 (13,13). Pada 6 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 (23,37) yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan T2 (16,18) dan

T3 (18,93). Pada 7 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 (35,76) yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan T2 (25.44) dan T3 (28,90). Pada 8

MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 (42,76) yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan T2 (33,79) dan berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan T3 (37,70). Pada pengamatan 10 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 (76,20) yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan T2 (64,18) dan berbeda tidak nyata dengan taraf perlakuan T3 (68,80).

Grafik hubungan panjang pangkasan bahan tanaman dengan jumlah daun dapat dilihat pada Gambar 2.

ŷ = 0.0831x2 - 3.6956x + 104.84 R2 = 0,99 y min = 63,75 pada x = 22,24 54.00 56.00 58.00 60.00 62.00 64.00 66.00 68.00 70.00 72.00 74.00 76.00 78.00 0 5 10 15 20 25 30

panjang pangkasan bahan t anaman (cm)

ju m la h d au n ( he la i)

Gambar 2. Hubungan panjang pangkasan bahan tanaman terhadap jumlah daun pada 10 MST

Tinggi tanaman (cm)

Hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah daun dapat dilihat pada lampiran 30 sampai 37. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan dosis nitrogen berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman sedangkan perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada pengamatan 6 MST tetapi berpengaruh tidak nyata pada pengamatan 3, 9 dan 12 MST.

Data tinggi tanaman pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman serta interaksinya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan tinggi tanaman (cm) pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman serta interaksinya pada pengamatan 3, 6, 9, 12 MST

Perlakuan Tinggi tanaman (cm)

3 MST 6 MST 9 MST 12 MST

Dosis nitrogen (N) (g/tanaman)

N0 = 0 41.57 81.81 103.45 124.38 N1 = 1,1 39.71 81.31 106.11 133.13 N2 = 2,2 36.28 80.65 104.77 133.62 N3 = 3,3 38.26 81.05 108.70 133.27 Panjang pangkasan bahan tanaman (cm) T1 = 10 42.22 78.42 b 105.05 132.58 T2 = 20 33.86 78.31 b 105.11 127.88 T3 = 30 40.77 86.89 a 107.12 132.85 Interaksi (N x T) N0T1 44.88 80.23 105.30 129.63 N0T2 38.10 78.62 102.71 120.20 N0T3 41.72 86.57 102.35 123.31 N1T1 51.42 84.19 110.28 139.75 N1T2 31.63 74.67 99.43 128.36 N1T3 36.07 85.07 108.63 131.30 N2T1 33.42 74.00 102.31 133.12 N2T2 35.15 80.18 108.29 136.17 N2T3 40.28 87.76 103.71 131.57 N3T1 39.18 75.24 102.29 127.83 N3T2 30.58 79.77 110.02 126.78 N3T3 45.03 88.15 113.80 145.21

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf α = 0.05 (atau 5%)

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada pengamatan 6 MST. Pada pengamatan 6 MST rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T3 yaitu

86,89 cm dan rataan tinggi tanaman terendah terdapat pada taraf perlakuan T2 yaitu 78,31 cm.

Pada pengamatan 6 MST rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada taraf

perlakuan T3 (86,89) yang berbeda nyata dengan taraf perlakuan T1 (78,42) dan T2 (78,31).

Grafik hubungan panjang pangkasan bahan tanaman dengan tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 3

ŷ = 0.5737x + 74.285 r2= 0.8796 76.00 78.00 80.00 82.00 84.00 86.00 88.00 0 10 20 30 40

panjang pangk as an bahan tanam an

tin

gg

i t

an

am

an

(c

m

)

Gambar 3. Hubungan panjang pangkasan bahan tanaman terhadap tinggi tanaman (cm) pada 6 MST

Jumlah Anakan (anakan)

Hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah anakan dapat dilihat pada lampiran 38 sampai 39. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah anakan pada pengamatan 12 MST.

Data jumlah anakan pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan jumlah anakan (anakan) pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman pada 12 MST

Panjang pangkasan bahan tanaman (cm)

Dosis nitrogen (g/tanaman)

N0 = 0 N1=1,1 N2 = 2,2 N3 = 3,3 Rataan

T1 = 10 16.00 14.33 15.86 14.78 15.24

T2 = 20 11.56 12.17 16.33 11.53 12.90

T3 = 30 13.47 14.47 13.39 15.22 14.14

Bobot Segar Tajuk Atas (g)

Hasil pengamatan dan sidik ragam bobot segar tajuk atas dapat dilihat lampiran 40 sampai 41. Pada sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar tajuk atas.

Data bobot segar tajuk atas pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot segar tajuk atas (g) pada perlakuan dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman

Panjang pangkasan bahan tanaman (cm)

Dosis nitrogen (g/tanaman)

N0 = 0 N1=1,1 N2 = 2,2 N3 = 3,3 Rataan T1 = 10 T2 = 20 T3 = 30 234.95 257.65 286.70 255.15 258.61 261.82 207.03 218.12 226.25 228.31 217.47 232.25 260.15 268.35 244.56 Rataan 238.08 232.31 254.99 249.92 243.83

Pembahasan

Pengaruh dosis nitrogen terhadap pertumbuhan vetiver (Vetiveria zizanioides L.) Hasil analisis data menunjukkan bahwa dosis nitrogen berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yaitu parameter persentase bibit bertahan hidup, jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas.

Perlakuan dosis nitrogen berpengaruh tidak nyata terhadap parameter persentase bibit bertahan hidup jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas. Hal ini mungkin terjadi karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mungkin mempengaruhi adalah karena pemberian dosis pupuk urea tidak tepat. Seperti kita ketahui bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam pemupukan meliputi

5 hal yaitu harus tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat guna (Susila, 2005). Dalam penelitian ini ketidaktepatan yang mungkin terjadi adalah tidak

tepat dalam dosis pupuk yang digunakan, dimana dosis nitrogen yang diberikan rendah. Sementara itu kandungan N-total (%) dalam lahan percobaan juga rendah yaitu 0,14 % sehingga kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan vetiver tidak terpenuhi. Faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah pemberian pupuk dasar yaitu pupuk TSP dan KCl sehingga pengaruh pupuk nitrogen yang diberikan berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan vetiver.

Pengaruh panjang pangkasan bahan tanaman terhadap pertumbuhan vetiver (Vetiveria zizanioides L.)

Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter persentase bibit bertahan hidup, jumlah daun, tinggi tanaman, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas.

Perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter persentase bibit bertahan hidup hal ini disebabkan panjang pangkasan bahan tanaman dapat meningkatkan persentase bibit bertahan hidup pada tanaman vetiver. Persentase bibit bertahan hidup tertinggi pada pengamatan 3 MST terdapat pada perlakuan T3 yaitu 88,33% dan rataan persentase bibit bertahan hidup terendah pada perlakuan T2 yaitu 79,17%. Hal ini disebabkan pemangkasan bertujuan memacu pertumbuhan vegetatif dan dapat mempengaruhi pertunasan, karena pemangkasan dapat mempengaruhi keseimbangan zat pengatur tumbuh alami di daerah ketiak daun yang dapat merangsang pertumbuhan tunas baru. Hal ini sesuai dengan literatur Sutarno (1982) yang menyatakan bahwa perubahan keseimbangan zat pengatur tumbuh alami di daerah ketiak daun akan merangsang pertumbuhan tunas baru.

Perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun. Pada pengamatan 10 MST rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 yaitu 76,20 helai dan rataan jumlah daun terendah terdapat pada taraf perlakuan T2 yaitu 64,18. Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah daun pada pada tanaman yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena daun merupakan penghasil metabolit yang dibutuhkan tanaman melalui fotosintesis sehingga cadangan makanan berupa karbohidrat akan dialihkan untuk pertumbuhan tunas baru (Denisen, 1979). Hal ini sesuai dengan pernyataan Geiger (1987) yang menyatakan bahwa distribusi asimilat pada tanaman dapat dipengaruhi oleh berkurangnya daun yang berfungsi sebagai source dalam distribusi hasil fotosintesis dan metabolisme .

Perlakuan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Pada pengamatan 6 MST rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T3 yaitu 86,89 cm dan rataan tinggi tanaman terendah terdapat pada taraf perlakuan T2 yaitu 78,31 cm. Hal ini disebabkan pemangkasan akan

memicu bekerjanya meristem ujung yang menghasilkan sel-sel baru pada ujung akar atau batang, mengakibatkan tumbuhan bertambah tinggi atau panjang (Gardner et al., 1991). Hal ini disebabkab adanya pergerakan auksin yang tinggi akibat pemangkasan batang menuju ujung batang atau pangkal batang menghambat tunas lateral atau samping (Hartman dan Kester, 1990).

Pengaruh Interaksi dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman terhadap pertumbuhan vetiver (Vetiveria zizanioides L.)

Hasil analisis data pengamatan secara statistik menunjukan bahwa interaksi antara dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter yang diamati yaitu parameter persentase bibit bertahan hidup, jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah anakan dan bobot segar tajuk atas.

Interaksi antara dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yang diamati. Hal ini berarti bahwa antara dosis nitrogen dan panjang pangkasan bahan tanaman tidak saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Kemungkinan yang terjadi adalah masing-masing perlakuan bekerja secara bebas satu dengan yang lain ataupun salah satu faktor bekerja lebih dominan dibanding faktor lainnya. Sesuai dengan pernyataan Gomez dan Gomez (1995) bahwa dua faktor dinyatakan berinteraksi apabila pengaruh salah satu faktor berubah pada saat perubahan taraf faktor lainnya.

Dokumen terkait