• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Naungan dan Konsentrasi Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Vetiver (Vetiveria zizanioides (L.) NASH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemberian Naungan dan Konsentrasi Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Vetiver (Vetiveria zizanioides (L.) NASH)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

JOHANNES A S SITORUS 100301190

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(2)

SKRIPSI

OLEH :

JOHANNES A S SITORUS 100301190

BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi AgroekoteknologiFakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(3)

Nama : Johannes A S Sitorus

Nim : 100301190

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Prof. Ir. Edison Purba, Ph. D.) Ketua

(Ir. Emmy Harso Kardhinata, M.Sc.) Anggota

Mengetahui,

(4)

vetivergrowth (Vetiveria zizanioides(L.) NASH). Supervised by Edison Purba and Emmy Harso Kardhinata. The goal at this study is to obtain vetiver gowth in some concentrationRootone-F with some degree of shade. The study was conductedat theexperimentalfieldof the Facultyof Agriculture, Universityof NorthSumatra,Medanwiththe altitude 25 mabove sea level,from July toOctober 2014.

This research was used splitplot design(RPT) withtwotreatments. Shadeas themain plottreatmentwith 3 levels e.i. no shade,shade 25%, Shade 50% and theconcentration ofRootone-F as asubplotwith4levels e.i. 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppmwith3replications.

The results showedshadingsignificantlyaffecton allgrowth parameters. Concentration of Rootone-Faffect onplant height, number of leaves, number of tillers, shoot dryweight, dry weightof plants. Interactionssignificantly affecton the parametersnumber of leavesandnumber of tillers.

(5)

terhadap pertumbuhan tanaman vetiver (Vetiveriazizanioides(L.)NASH

)

.Di bawah bimbingan Edison Purba and Emmy Harso Kardhinata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pertumbuhan vetiver pada beberapa konsentasi Rootone-F dengan beberapa tingkat penaungan. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dengan ketinggian tempat 25 m diatas permukaan laut yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2014.

Rancangan yang digunakan adalah rancangan petak terpisah (RPT) dengan dua faktor perlakuan. Naungan sebagai petak utama dengan 3 taraf perlakuan tanpa naungan, naungan 25%, naungan 50% serta konsentrasi Rootone-F sebagai anak petak dengan 4 taraf yaitu 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm dengan 3 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan naungan berpengaruh nyata pada semua parameter. Konsentrasi Rootone-F berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot kering tajuk, bobot kering tanaman. Interaksi berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun dan jumlah anakan.

(6)

dari pasangan Bapak Edisman Sitorus dan Ibu Rosmawar Siagian.Penulis

merupakan anak pertama dari enam bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain; tahun

1998-2003 menempuh pendidikan dasar di SD Simare-Mare; tahun 2004-2006

menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Sigumpar; tahun 2007-2010 menempuh

pendidikan di SMA 1 silaen; tahun 2010 lulus seleksi masuk Universitas

Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN. Penulis memilih Program Studi

Agroekoteknologi , Fakultas Pertanian.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IVKebun

(7)

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan RahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh

Pemberian Naungan Dan Konsentrasi Rootone- F Terhadap Pertumbuhan Vetiver

(Vetiveriazizanioides(L.)NASH

)

” yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Ayahanda Edisman Sitorus dan ibunda Rosmawar Siagian, penulis

menyampaikan rasa sayang yang terdalam atas semua perjuangan yang

diberikan.

2. Prof. Ir. Edison Purba, Ph. D, selaku dosenketua komisi pembimbing

danIr. Emmy Harso Kardhinata, M.Sc.sebagai dosen anggota komisi

pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan arahan sehingga

penulis dapat menyelesaikanproposal penelitian ini dengan baik.

3. Semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi.

4. Seluruh keluarga besar Agroekoteknologi 2010, dan teman lainnya yang

telah membantu penulis selama perkuliahan, penelitian, dan penyusunan

(8)

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan

terima kasih.

Medan,April 2015

(9)

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh ... 5

Iklim ... 5

Tanah ... 5

Asal dan Penyebaran ... 6

Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Tanaman ... 7

Hormon Tumbuh ... 10

Rootone-F ... 10

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu ... 12

Bahan dan Alat ... 12

Metode Penelitian ... 12

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 15

Pembuatan Naungan ... 15

Persiapan Media tanam ... 15

Persiapan Bahan Tanaman ... 15

(10)

Penyiangan ... 16

Pengukuran Intensitas Cahaya matahari ... 16

Pengamatan Parameter ... 17

Tinggi tanaman(cm) ... 17

Jumlah Daun (Helai) ... 17

Jumlah Anakan ... 17

Panjang Akar (cm) ... 17

Volume Akar (ml) ... 17

Bobot Kering Tajuk (g) ... 18

Bobot Kering Akar (g) ... 18

Bobot kering Tanaman (g) ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19

Tinggi Tanaman ... 19

Jumlah Daun ... 22

Jumlah Anakan ... 25

Panjang Akar ... 28

Volume Akar ... 29

Bobot Kering Akar ... 30

Bobot Kering Tajuk ... 31

Bobot Kering Tanaman ... 32

Pembahasan ... 35

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39

Saran ... 39

(11)

No. Hal.

1. Tinggi tanaman 2 MST-12 MST karena pengaruh naungan dan

konsentrasi Rootone-F ... 20

2. Jumlah daun tanaman 2 MST-12 MST karena pengaruh naungan dan

konsentrasi Rootone-F ... 23

3. Jumlah Anakan tanaman 2 MST-12 MST karena pengaruh naungan dan

konsentrasi Rootone-F ... 26

4. Panjang akar tanaman vetiver karena pengaruh naungan dan konsentrasi Rootone-F pada 12 MST... 28

5. Volume akar tanaman vetiver karena pengaruh naungan dan konsentrasi Rootone-F pada 12 MST... 29

6. Bobot kering akar tanaman vetiver karena pengaruh naungan dan konsentrasi Rootone-F pada 12 MST... 30

7. Bobot kering tajuk tanaman vetiver karena pengaruh naungan dan konsentrasi Rootone-F pada 12 MST... 31

(12)

1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman vetiver pada naungan 0, 25 dan

50% pengamatan 2 MST-12 MST. ... 21

2. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman vetiver pada perlakuan konsentrasi

Rootone-F pengamatan 2 MST-12 MST ... 21

3. Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman vetiver pada naungan 0, 25

dan 50% pengamatan 2 MST-12 MST ... 24

4. Grafik pertumbuhan jumlah daun vetiver pada perlakuan konsentrasi

konsentrasi Rootone-F pengamatan 2 MST-12 MST ... 24

5. Grafik pertumbuhan jumlah anakan tanaman vetiver pada naungan 0,

25 dan 50% pengamatan 2 MST-12 MST ... 27

6. Grafik pertumbuhan jumlah anakan tanaman vetiver pada perlakuan

konsentrasi Rootone-F pengamatan 2 MST-12 MST ... 27

7. Histogram panjang akar tanaman vetiver karena pengaruh naungan dan

kosentrasi Rootone-F pada 12 MST ... 29

8. Histogram volume akar tanaman vetiver karena pengaruh naungan dan

kosentrasi Rootone-F pada 12 MST ... 30

9. Histogram bobot kering akar tanaman vetiver karena pengaruh naungan

dan konsentrasi Rootone-F pada 12 MST ... 30

10. Histogram bobot kering tajuk tanaman veviver karena pengaruh

naungan dan konsentrasi Rootone-F pada 12 MST ... 31

11. Histogram bobot kering tanaman vetiver karena pengaruh naungan dan

(13)

1. Bagan Penelitian ... 41

2. Denah Anak Petak pada Petak Utama... 42

3. Data Tinggi Tanaman 2 MST (cm) ... 43

4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST ... 43

5. Data Tinggi Tanaman 4 MST (cm) ... 44

6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST ... 44

7. Data Tinggi Tanaman 6 MST (cm) ... 45

8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST ... 45

9. Data Tinggi Tanaman 8 MST (cm) ... 46

10. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 8 MST ... 46

11. Data Tinggi Tanaman 10 MST (cm) ... 47

12. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 10 MST ... 47

13. Data Tinggi Tanaman 12 MST (cm) ... 48

14. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 12 MST ... 48

15. Data Jumlah Daun 2 MST ... 49

16. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST ... 49

17. Data Jumlah Daun 4 MST ... 50

18. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST ... 50

19. Data Jumlah Daun 6 MST ... 51

20. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST ... 51

21. Data Jumlah Daun 8 MST ... 52

(14)

25. Data Jumlah Daun 12 MST ... 54

26. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 12 MST ... 54

27. Data Jumlah Anakan2 MST ... 55

28. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan 2 MST ... 55

29. Data Jumlah Anakan4 MST ... 56

30. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan 4 MST ... 56

31. Data Jumlah Anakan6 MST ... 57

32. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan 6 MST ... 57

33. Data Jumlah Anakan8 MST ... 58

34. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan 8 MST ... 58

35. Data Jumlah Anakan10 MST ... 59

36. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan 10 MST ... 59

37. Data Jumlah Anakan12 MST ... 60

38. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan 12 MST ... 60

39. Data Panjang Akar ... 61

40. Daftar Sidik Ragam Panjang Akar ... 61

41. Data Volume Akar ... 62

42. Daftar Sidik Ragam Volume Akar ... 62

43. Data Bobot kering Akar ... 63

44. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar ... 63

45. Data Bobot Kering Tajuk ... 64

(15)
(16)

vetivergrowth (Vetiveria zizanioides(L.) NASH). Supervised by Edison Purba and Emmy Harso Kardhinata. The goal at this study is to obtain vetiver gowth in some concentrationRootone-F with some degree of shade. The study was conductedat theexperimentalfieldof the Facultyof Agriculture, Universityof NorthSumatra,Medanwiththe altitude 25 mabove sea level,from July toOctober 2014.

This research was used splitplot design(RPT) withtwotreatments. Shadeas themain plottreatmentwith 3 levels e.i. no shade,shade 25%, Shade 50% and theconcentration ofRootone-F as asubplotwith4levels e.i. 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppmwith3replications.

The results showedshadingsignificantlyaffecton allgrowth parameters. Concentration of Rootone-Faffect onplant height, number of leaves, number of tillers, shoot dryweight, dry weightof plants. Interactionssignificantly affecton the parametersnumber of leavesandnumber of tillers.

(17)

terhadap pertumbuhan tanaman vetiver (Vetiveriazizanioides(L.)NASH

)

.Di bawah bimbingan Edison Purba and Emmy Harso Kardhinata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pertumbuhan vetiver pada beberapa konsentasi Rootone-F dengan beberapa tingkat penaungan. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dengan ketinggian tempat 25 m diatas permukaan laut yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2014.

Rancangan yang digunakan adalah rancangan petak terpisah (RPT) dengan dua faktor perlakuan. Naungan sebagai petak utama dengan 3 taraf perlakuan tanpa naungan, naungan 25%, naungan 50% serta konsentrasi Rootone-F sebagai anak petak dengan 4 taraf yaitu 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm dengan 3 ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan naungan berpengaruh nyata pada semua parameter. Konsentrasi Rootone-F berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot kering tajuk, bobot kering tanaman. Interaksi berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun dan jumlah anakan.

(18)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Rumput vetiver (Vetiveria zizanioides) adalah tanaman tropis yang sangat

umum dijumpai di sepanjang pinggiran sungai di India. Vetiver berasal dari

bahasa Tamil yang berarti “akar yang digali” (National Research Council, 1993).

Vetiver di Indonesia dikenal sebagai akar wangi adalah sejenis rumput-rumputan

berukuran besar yang memiliki banyak keistimewaan. Di Indonesia rumput ini

dimanfaatkan sebagai penghasil minyak atsiri melalui ekstraksi akar wangi tetapi

di mancanegara vetiver telah banyak dimanfaatkan untuk keperluan fitoremediasi

(memperbaiki lingkungan dengan menggunakan tanaman) lahan dan air melalui

teknologi yang disebut Vetiver System (Gunawan dan Kusminingrum, 2014).

Menurut National Research Council (1993)

beberapasifatkarakteristikvetiveryangmembuatnyaspesialdibanding tanaman yang

digunakan dalam konservasi tanah yaitu mempunyai sistem perakaran yang dalam

sehingga tidakmenimbulkanefekyangseriusakibatpersainganunsurharadanair pada

tanaman budidaya yang ditanam didekatnya, mudah dalam penanaman dan

pemeliharaan, dapat tumbuh pada tanah pH sangat asam sampai dengan basa (3,5

– 10,5) dan tumbuh pada rentang iklim yang luas,

tidakbersifatgulmakarenamenghasilkanbijiinfertilesertatidak menghasilkanstolon

danrhizomayangmenyebarsehinggatetapberada dimana vetiver tersebut ditanam.

Vetiver mempunyai kemampuan untuk tumbuh kembali dengan sangat

cepat setelah dipengaruhi oleh kekeringan, salju, salinitas dan kondisi yang

merugikan. Sangat efisien dalam menyerap nutrisi terlarut seperti N, P dan logam

(19)

keasaman, alkalinitas, salinitas dan magnesiumtinggi (Troung, dkk. 2008).

Salah satu kendala dalam budidaya vetiver yaitu tidak toleran pada tempat

teduh.Tempatteduhakanmenghambatpertumbuhannyadanpadakasusekstrim,tanam

an vetiverdapatmatikarena

setiaptanamanmempunyaitoleransiyangberlainanterhadapcahayamatahari.Terdapa

t tanaman

yangtumbuhbaikditempatterbukasebaliknyaadabeberapatanamanyangdapat

tumbuh dengan baik pada tempat

teduh/bernaungan.Olehkarenaituvetivertumbuhbaikpadakondisiterbuka (Truong,

2002).

Pada tanaman yang ternaungi,

intensitascahayarendahakanmenimbulkanpengaruhyang

kurangmenguntungkanbagipertumbuhantanaman terutama pada pembibitanseperti

pertumbuhan akarnya menjadi lambat. Dengan pemberian Zat pengatur tumbuh

diharapkan pertumbuhan akar tanaman dapat berjalan optimal. Zat pengatur

tumbuh adalahsenyawa organik yang bukan hara (nutrien), yang dalam jumlah

sedikit dapat mendukung (promote), penghambat (inhibit), dan dapat mengubah

proses fisiologis tumbuhan (Rahardja dan Wiryanta, 2003).

Salah satu zat pengatur tumbuh adalah Rootone-F.

SecarateknisRootone-Fsangataktifmempercepatdanmemperbanyakkeluarnya

akarsehinggapenyerapanairdanunsurharatanamanakanbanyakdandapat

mengimbangpenguapanairpadabagiantanamanyangberadadiatas tanah

(Soemarno,1987 dalam Puttileihakat, 2001).

(20)

untukmengetahui pertumbuhan vetiver terhadap pemberian beberapa konsentrasi

Rootone-F pada beberapa tingkat penaungan.

Tujuan Penelitian

Untukmendapatkan pertumbuhan vetiver pada beberapakonsentrasi

Rootone-F dengan beberapa tingkat penaungan.

Hipotesa Penelitian

Adapengaruhyangnyatadaritingkat naungandan konsentrasi Rootone-F

serta interaksinya terhadap pertumbuhanvetiver.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan dansebagai bahan informasi bagi pihak yang

(21)

TINJAUANPUSTAKA Botani Tanaman

Menurut National Research Council (1993), klasifikasi vetiver adalah

sebagai berikut Kingdom Plantae, Divisio Spermatophyta, Class

Monocotyledonae, Ordo Graminaceae, Family Poaceae, Sub Family Panicoidae,

Genus Vetiveria, Spesies Vetiveria zizanioides (Linn) Nash.

Vetivertidakmempunyaistolonataurhizome,perakarantumbuhdengan

sempurnadansangatcepat.Padabeberapakondisi,panjangakarvetiverpadatahunperta

madapatmencapai3–4m.Berbatanglurusdankakuyangdapatmenahan arus air secara

relatif dalam (Truong. dkk, 2002).

Vetiver membentukrumpunyangbesar,padatdenganarahtumbuh

tegaklurus,kompak,beraroma,bercabang-cabang.Tanamanvetivermemilikiakar

serabutyangmasuksangatjauhkedalamtanah.Akarvetiverdiketahuimampu

menembuslapisanyangsangatkerassetebal15cm.Dilereng-lerengyangkerasdan

berbatu,ujung-ujungakarvetivermampumasukmenembusdanmenjadisemacam

jangkar yang kuat (Wijayakusuma, 2007).

Anakan adalah tunas yang muncul dari pangkal batang tanaman yang

paling sering digunakan untuk perbanyakan. Mudah, murah dan tersedia dalam

jumlah banyak. Anakan dapat bertahan dalam waktu yang relatif lebih lama dalam

berbagai situasi. Anakan berkembang dengan sangat cepat sejak akarnya mulai

tumbuh. Anakan dapat ditanam langsung pada tanah atau dalam polibag

(22)

Syarat Tumbuh Iklim

Vetiverdapattumbuhdidaerahperbukitan,dataranrendahbahkandaerah

rawaatautanahyangkondisinyaburuk(bekastambang),baikdidaerahdengan

curahhujanrendah,kurangdari200mm,maupuncurahhujantinggilebihdari 3000 mm

(Booth, 2004).

Padadasarnyavetiverdapattumbuhpadaketinggiansekitar300-2000meter

diataspermukaanlaut.Akantetapivetiverdapatberproduksipalingbaikpada

ketinggian optimum sekitar 600-1600 meter di atas permukaan laut (Booth, 2004).

Suhumaksimumyangmendukungpertumbuhanrumputvetiveradalahpada

rentang25°-35°C;namunsuhuabsolutmaksimumnyadapatmecapai45°C.Vetiver

tetap dapattumbuh pada kondisi tanah tandus danpada tipe

tanahyangberagam.Rumput

vetiverdewasadapattumbuhpadatanahyangmengandunggaram.Meskipuntelah

mengalamikebakaran,terinjak-injak,ataupunhabiskarenadimakanhewan,jenisrumput ini masih dapat tetap

tumbuh (Rao dan Suseela, 2008).

Tanah

Tanaman vetiver sangat toleran terhadap berbagai pH tanah 3,3-12,5

tanpa amandemen tanah. Tinggi tingkat toleransi terhadap herbisida dan

pestisida. Sangat efisien dalam menyerap nutrisi terlarut seperti N, P dan logam

berat dalam air tercemar. Sangat toleran terhadap media tumbuh tinggi keasaman,

alkalinitas, salinitas, sodisitas dan magnesium. Sangat toleran terhadap Al, Mn

(23)

(Troung. dkk, 2008).

Vetiver dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, vetiver dapat tumbuh

pada tanah asam dan tanah alkali dan dapat tumbuh pada rentang tanah 3-10,5%

(Nzeribe and Nwachukwu, 2008).

Asal dan Penyebaran

Sistem Vetiver (VS), yang berdasarkan penerapan rumput Vetiver

(Vetiveriazizanioides L Nash, sekarang diklasifikasikan kembali sebagai

Chrysopogonzizanioides L Roberty), pertama kali dikembangkan oleh Bank

Dunia untukkonservasi tanah dan air di India pada pertengahan tahun 1980.

Meskipunpenerapannya masih memegang peranan penting dalam pengaturan

tanah pertanian,penelitian dan pengembangan (R&D) yang dilaksanakan 20 tahun

terakhir jelasjelasmenunjukkan, karena adanya ciri-ciri yang mengagumkan dari

rumputVetiver, VS sekarang digunakan sebagai teknik bioteknologi untuk

stabilisasilereng curam, pembuangan limbah cair, fitoremediasi dari tanah dan air

yangterkontaminasi, dan tujuan perlindungan lingkungan yang lain

(Troung. dkk, 2011).

Vetiver telah dibudidayakan masyarakat india selama berabad-abad untuk

mengendalikan erosi dan diambil minyaknya sebagai bahan dasar pembuatan

produk-produk kosmetik dan kesehatan. Hingga saat ini, ada beberapa negara

yang dikenal sebagai produsen minyak akar wangi yakni Haiti, India, Cina, brazil

dan indonesia. Kabupaten garut merupakan salah satu sentra produksi terbaik akar

wangi. Oleh karena itu komoditas ini juga dikenal dengan java vetiver rootoil.

Ditanah air penyebaran tanaman ini dapat ditemui di jawa barat, jawa tengah dan

(24)

Pengaruh Cahaya terhadap Pertumbuhan Tanaman

Intensitascahayayangberlebihanakanmenyebabkanlajutranspirasi

tinggisedangkanintensitascahayayangrendahakanmengganggujalannya

fotosintesissehinggamenghambatpertumbuhantanaman.Olehkarenaitu

intensitascahayaoptimalsangatdiperlukanagarpertumbuhantanamandapat

maksimaldandapatmenghasilkanbibitberkualitasbaik.Pengaturanintensitas

cahayadapatdilakukandenganpemberiannaunganataushadingsehinggadapat

melindungisemaidaricahayaatausinarmataharidansuhuyangberlebihan. Pada jenis

tanaman intoleran, naunganyangterlalurapatakanmenyebabkanetiolasisedangkan

naunganyangkurangrapatakanmengurangiperlindunganbibitdarisinar

mataharilangsung,curahhujanyangtinggi,angin,danfluktuasisuhuyang ekstrim

(Schmidt, 2002 dalam Sudomo, 2009).

Peningkatan intensitas cahaya matahari merupakan sumber energi utama

untuk melakukan proses fotosintesis. Hasil fotosintesis akan ditranslokasikan

keseluruh jaringan tanaman melalui floem, yang selanjutnya energi hasil

fotosintesis tersebut akan dipergunakan tanaman untuk mengaktifkan

pertumbuhan tunas, daun dan batang sehingga pertumbuhan optimal

(Lakitan,1993).

MenurutKramerdanKozlowski(1979) dalam Irwanto(2006),cahaya

merupakan faktorpentingterhadapberlangsungnyafotosintesis,sementara

fotosintesismerupakanprosesyangmenjadikuncidapatberlangsungnyaproses

metabolismeyanglaindidalamtanaman.Setiaptanamanmempunyaitoleransiyangberl

(25)

yangtumbuhbaikditempatterbukasebaliknyaadabeberapatanamanyangdapat

tumbuh dengan baik pada tempat teduh/bernaungan.

Intensitascahaya

berpengaruhsecaranyataterhadaplajusintesiskarbohidratpadapertumbuhan

tanaman.Lajufotosintesisakanmeningkatdenganmeningkatnyaintensitas

cahayasampaipadabatastertentu.Batasdimanapeningkatanintensitastidaklagimenin

gkatkanlajufotosintesisdisebuttitikjenuhcahaya.Intensitascahayajuga

akanberpengaruhterhadapsuhuudara,tanahdantanamandimanaperubahan

suhukemudianakanmempengaruhitanamannya.Radiasipadatengahhari

berkisar1.50g.cal/cm3/menit(setara10.000footcandleatau108.000lux).Titik

kompensasicahayauntukkebanyakantanamanadalahpadaintensitascahaya sekitar

100 footcandle atau 1080 lux (Lakitan, 1994).

Naunganmerupakansalahsatualternativeuntuk

mengatasiintensitascahayayangterlalutinggi.Naunganselaindiperlukanuntuk

mengurangiintensitascahayayangsampaiketanamanpokok,jugadimanfaatkan

sebagaisalahsatumetodepengendaliangulmadibawahpenaung,bersihdari

gulmaterutamarumputan.Pemberiannaunganakanmengurangiradiasiyangditerimat

anamandan mengakibatkanadanya

perubahan-perubahanunsur-unsuriklimsepertisuhuudara

dankelembabanudaradisekitardaerahpertanaman(WidiastoetydanBahar, 1995).

MenuruthasilpenelitianIrwanto(2006),perbedaannaunganmemberikan

pengaruhnyataterhadaptinggitanaman.Haliniberkaitanlangsungdengan

intensitas,kualitasdanlamapenyinarancahayayangditerimauntuktanaman

(26)

dalam Irwanto(2006)bahwacahayalangsungberpengaruhpada pertumbuhan pohon

melalui intensitas, kualitas dan lama penyinaran.

Penaunganmenyebabkanintensitascahayayangditerimakanopidaunmenjadil

ebih kecil.Akibatnya berpengaruh terhadap proses metabolisme tanaman

sepertifotosintesis.Berdasarkansistemfotosintesinyatanamanterbagiatastiga

jenisyaitutanamanC3,C4danCAM(CrassulaceaeAcidMetabolism).Tanaman

C3danC4merupakanjenistanamanyangcukupluastumbuhdidaerahtropis.

Terdapatperbedaantanggapterhadapintensitassinarmataharidiantarakedua tanaman

ini.TanamanC4menurutparaahlifisiologiadalahtanamanyang efesien

dalammenggunakancahayasehinggalajufotosintesislebihtinggi.Menurut

(Gardneret.al,1991)faktorutamayangmenyebabkanpeningkatanefesiensi

fotosintesistanamanC4ialahtidakadanyafotorespirasi(respirasidalamcahaya) yang

dapat diukur.Fotorespirasi itu mengakibatkan hilangnya CO2 dalam jaringan

fotosintetikdanmerupakansumberutamapengeluaranCO2olehspesiesC3dalam

cahaya.FotorespirasitidakpentingpadaC4halinilahyangdianggapmerupakan

faktorutamayangmenyebabkanspesiesC4lebihefesiendibandingC3padasaat

kondisicahayapenuh.Berdasarkan uraian diatas vetiver termasuk tanaman C4

karena vetiver efesien

dalammenggunakancahayasehinggalajufotosintesislebihtinggi.

Hormon Tumbuh

Hormontanaman(fitohormon)adalah“regulators”yangdihasilkanoleh

tanamansendiridanpadakadarrendahmengaturprosesfisiologistanaman.

Hormonbiasanyamengalirdidalamtanamandaritempatdihasilkannyake

(27)

lepasdariprosespertumbuhandanperkembangantanamanadalahauksin.

Thimann(1973)dalamKusumo(1984)berpendapatbahwahubunganantara

pertumbuhandankadarauksinadalahsamapadaakar,batangdantunasyaitu

auksinmerangsangpertumbuhanpadakadarrendah,sebaliknyamenghambat

pertumbuhanpadakadartinggi.Kadaroptimumhormonuntukpertumbuhanakar

jauhlebihrendahkira-kira1.100.000darikadaroptimumuntukpertumbuhan batang.

Zat pengatur tumbuh pada tanaman (Plant Growth Regulator), adalah

senyawa organik yang bukan hara (nutrien), yang dalam jumlah sedikit dapat

mendukung (promote), Penghambat (inhibit), dan dapat mengubah proses

fisiologis tumbuhan (Abidin, 1985).

Zat tumbuh hanya dapat berfungsi baik apabila keadaan lingkungan dapat

dipertahankan dengan baik dan hanya efektif bila digunakan dalam jumlah

tertentu saja (Rochiman dan Harjadi, 1973). Penentuan konsentrasi optimum bagi

hormon sintetik tergantung bahan stek yang digunakan, yaitu : stek berkayu keras,

stek setengah berkayu, stek berkayu lunak (Mahlstede dan harber, 1976).

Rootone-F

Hormon tumbuh Rootone-F mengandung bahan aktif sebagai berikut.

1. 1 – Naphthaleneacematide (0,06 %)

2. 2 – Methyl – 1 – Naphthaleneacetic Acid (0,033 %)

3. 3 – Methyl – 1 – Naphthaleneacematide (0,013%)

4. Indole – 3 – Butiryc Acid (0,057 %)

5. Thiram (Tetramethyl thiuram disulfida) (4,000 %) (Huik, 2004).

Rootone-F sebagai salah satu hormon tumbuh akar yang banyak

(28)

akar. Rootone-F mengandung bahan aktif berupa campuran beberapa hormon

tumbuh yaitu IBA, IAA dan NAA. Penggunaannya sebagai hasil kombinasi dari

ketiga jenis hormon tumbuh di atas lebih efektif merangsang perakaran dari pada

penggunaann hanya satu jenis hormon secara tunggal pada konsentrasi yang sama.

Cara pemberian hormon pada stek batang dapat dilakukan dengan cara

perendaman, pencelupan dan pengolesan (Huik, 2004).

Carapemberianhormondapatdilakukandengancara pemberiandengan

perendaman, pencelupan dan tepung. Untuk metode

perendaman,konsentrasizatpengaturtumbuhbervariasiantara20ppmsampai 200

ppm tergantung kemampuan jenis tersebut berakar (Hartman,1983).

Pengujian terhadap Rootone-F telah dilakukan secara luas pada tanaman

perkebunan, industri, hortikultura serta tanaman hutan. Salah satu cara yang

digunakan pada pemakaian Zat pengatur tumbuh yaitu dengan perendaman

pangkal stek batang dalam air dengan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang

sesuai (Manurung 1987).

(29)

Penelitian dilaksanakan dilahan percobaanFakultas PertanianUniversitas

SumateraUtaradenganketinggian tempat 25mdiatas permukaan laut

dimulaidaribulan Juli hingga Oktober2014.

Bahan dan alat

Bahanyangdigunakandalampenelitianiniadalahtanaman vetiver

sebagaisumber bahan tanaman, naungan paranet,

kayubambusebagaikerangkanaungan, ZPT Rootone-F, polibag, top soil, kompos,

pasir.

Alatyangdigunakanadalahcangkuluntukmengolahlahan, sabit kecil, label,

tali plastik, ember, pisau, plakat nama, meteran, cangkul, gembor, alat tulis dan

kalkulator serta peralatan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (Split Plot Design)

dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Naungan paranet (N) sebagai mainplot yang terdiri dari atas 3 taraf,

yaitu :

NO = tanpa naungan

N1 = paranet25% (tembus cahaya 75%)

N2 = paranet50% (tembus cahaya 50 %)

FaktorII :Konsentrasi Rotoone-F(M)sebagai subplot yang terdiri atas 4

taraf, yaitu

M0 = 0 ppm

M1 = 100 ppm

(30)

M3 = 300 ppm

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan sebagai berikut:

N0M0 N0M1N0M2N0M3

N1M0 N1M1N1M2N1M3

N2M0 N2M1N2M2N2M3

Jumlah blok: 3

Jumlah petak utama: 9

Jumlah anak petak:36

Ukuran plot: 100 cm x 200 cm

Ukuran petak utama : 400 cm x 200 cm

Jarak antar petak utama: 250 cm

Jumlah polibag per plot : 10 buah

Jumlah tanaman per polibag : 1 tanaman

Jumlah tanaman per plot: 10 tanaman

Jumlah sampel per plot: 10 tanaman

Jumlah tanaman sampel: 360 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya: 360 tanaman

Analisis Data

DatahasilpenelitiandianalisisdengansidikragamRancanganPetak

Terpisah(Split Plot Design) dengan model linier yang digunakan adalah:

Yijk=µ+ ρi+αj + δij + βk+(αβ)jk+Єijk

Dimana:

Yijk= Nilai pengamatan karena naungan ke-j dan Rootone-F ke-k pada i= 1,2,3

(31)

blok ke-k

µ=Rata rata (nilai tengah umum)

ρi= Efek blok ke-i

αj= Efek naungan ke-j

δij= Efek error yang disebabkan naungan ke-j pada blok ke-i

βk= EfekRootone-F ke-k

(αβ)jk= Efekinteraksi disebabkan naungan ke-j dan Rootone-F ke-k

Єijk= Efek eror yang disebabkan naungan ke-j dan Rootone-F ke- k pada

blok ke-i

Apabiladarisidikragam diperoleh perlakuan berpengaruh nyata maka

dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf

5%.

(32)

Persiapan Lahan

Persiapan lahan meliputi pembuatan plot dan naungan. Lahan yang akan

digunakan diukur,kemudiandibersihkandari gulma.Dibuatplot (petak

utama)denganukuran400cmx200cm, anak petak dengan ukuran 100 cm x 200

cmdanjarakantar petak utama 250 cm.

Pembuatan Naungan

Dipasangkerangkanaungandaribambudengantinggi

sekitar1,5mdaripermukaantanah. Panjangdanlebarbambu dibuat dengan ukuran

400cm dan 200 cmkemudian bambu tersebut ditutup keliling dengan naungan

menggunakan paranet. Paranet yang digunakan yaitu paranet 25% (tembus

cahaya 75% ) dan Paranet 50% (tembus cahaya 50%).

Persiapan Media Tanam

Media yang digunakan campuran top soil, kompos dan pasir dengan

perbandingan 4 : 1 : 1. Media diayak terlebih dahulu, selanjutnya diaduk sampai

campuran homogen kemudian dimasukkan ke dalam Polibag berukuran 30x20 cm.

Persiapan Bahan Tanam

Bahan tanam yang digunakan adalah tanaman vetiver dewasa tidak

terserang hama dan penyakit di ambil dari Balai Penelitian Tanaman Pangan

Tanjung Anom. Umur bahan tanam yang digunakan 3 tahun. Sebelum vetiver

ditanam terlebih dahulu akar vetiver dipotong dengan menyisahkan akar sepanjang

3 cm dan batang sepanjang 20 cm. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses

pengamatan akar dan batang selanjutnya.

(33)

ZPT Rotoone-F disediakan dalam ember dengan konsentrasi sesuai

perlakuan. Bahan tanam yang telah disediakandirendam dalam larutan Rootone-F

tersebut selama 120 menit. Bagian yang direndam adalah akar anakan vetiver.

Perendaman ini bertujuan agar vetiver dapat menyerap zat pengatur tumbuh

tersebut dan dapat digunakan secara efektif oleh tanaman. Setelah perendaman

selesai, anakan vetiver langsung ditanam kedalam media tanam.

Penanaman

Anakan vetiver ditanam pada polibag sedalam 5 cm dari permukaan media

tanam. Jumlah anakan yang ditanam pada setiap polibag sebanyak satu anakan.

Setelah penanaman dilakukan kemudian tanaman disusun pada lahan yang telah

disediakan.

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.Penyiraman

dilakukan pada sore hari menggunakan air sumur.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual (mencabut gulma dengan tangan).

Penyiangan ini dilakukan sesuai dengan kondisi dilapangan.

Pengukuran Intensitas Cahaya Matahari

Pengukuran intensitas cahaya matahari dilakukan dengan menggunakan

alat yaitu lux meter. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan lux meter dibawah

naungan/ paranet. Pengukuran dilakukan 2 kali selama percobaan.

(34)

Tinggi Tanaman

Pengukurantinggitanamandilakukanmulaiminggukedua (2

MST)setelahtanam hingga12 MST, dilakukan dua minggu sekali. Pengukuran

dilakukan dari pangkal batang hingga daun tertinggi.

Jumlah Daun (helai)

Penghitungan jumlahdaundihitungdimulai minggukedua (2 MST)

setelahtanamhingga12 MST, dilakukan dua minggu sekali.

Jumlah Anakan

Perhitunganjumlahanakandilakukansetelahtanaman berumur2MSTsetelah

tanam hingga 12 MST, dilakukan dua minggu sekali.

Panjang Akar (cm)

Pengukuran panjang akar dilaksanakan pada saat akhir pengamatan dengan

cara polibeg dikoyakkan terlebih dahulu kemudian tanaman beserta tanah

dimasukkan ke dalamwadahember yang berisi air dan

digoyang-goyangsecaraperlahanagartidakterjadikerusakanpadaakar.Setelahituakarditiriskan

serta diluruskan. Pengukuran akar dimulai dari pangkal batang hingga ujung akar

terpanjang. Pengukuran Panjang Akar menggunakan meteran.

Volume Akar

Pengukuran volume akar dilakukan setelah pengukuran panjang akar,

pengukuran dilakukan dengan cara memasukkan akar kedalam beaker gelas

volume 1 liter. Beaker gelas tersebut telah diisi air 500 ml kemudian akar

dimasukkan kedalam beker gelas. Pertambahan volume beaker gelas sama dengan

volume akar tersebut.

(35)

Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akar tanaman dengan cara

memotong pada pangkal batang dengan menggunakan pisau, tajuk yang telah

dipotong dimasukkan kedalam amplop kemudian dikeringovenkan pada suhu

1050 C selama 24 jam, lalu ditimbang.

Bobot kering Akar

Setelah dilakukan pengukuran panjang akar kemudian akar dimasukkan

kedalam amplop dan dikeringovenkan pada suhu 1050C selama 24 jam, sebelum

ditimbang.

Bobot Kering Tanaman

Untuk Mendapatkan bobot kering tanaman dengan menjumlahkan bobot

kering tajuk dan bobot kering akar.

(36)

Tinggi Tanaman

Hasil pengukuran tinggi tanaman pada mingggu ke 2, 4, 6, 8, 10 dan 12

MST ditampilkan pada Tabel 1. Naungan pada vetiver berpengaruh nyata

terhadap tinggi tanaman pada8, 10 dan 12 MST, demikian juga konsentrasi

Rootone-Fberpengaruhnyata pada2, 4, 6, 8, 10 dan 12

MST.Interaksikeduaperlakuantidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

tanaman.

Pada Tabel1. ditampilkan bahwa pada 12 MST tanaman tertinggi 122,07

cm terdapat padaN2 (naungan 50%)danterendah 100,83 cm pada N0 (tanpa

naungan). Perlakuan N2 berbedanyata dengan N0 dan N1. Pada perlakuan

konsentrasi Rootone-F pengamatan 12 MST tertinggi 115,30 cm pada M3

(300 ppm) danterendah 107,24 cm pada M1(100 ppm). Pada perlakuan M3

(37)

Tabel 1.Tinggi tanaman 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 MST karena pengaruh naungan dan kosentrasi Rootone-F.

Keterangan: Angka yang diikuti huruf pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Minggu

(38)

Grafikpertumbuhantinggivetiver pada tiga kondisi naungan berbedadapat

dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman vetiver pada naungan 0, 25 dan 50% pengamatan 2 MST-12 MST.

Grafikpertumbuhantinggivetiverpadaperlakuankonsentrasi

Rootone-Fdapat dilihat pada Gambar 2.

(39)

Gambar 2. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman vetiver pada perlakuan konsentrasi Rootone-F pengamatan 2 MST-12 MST

Jumlah Daun

Hasil perhitungan jumlah daun tanaman ditampilkan pada Tabel 2.

Naungan pada vetiver berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada

pengamatan4, 6, 8, 10, 12MST demikian jugakonsentrasi Rootone-F berpengaruh

nyata pada pengamatan 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST. Interaksi kedua perlakuan

berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada pengamatan 4, 6, 8, 10 MST.

Pada Tabel 2. ditampilkan bahwa jumlah daun pada pengamatan 12 MST

terbanyak (63,15 helai) padaN0 (tanpa naungan) disusul 48,84 helai pada N1

(naungan 25%) dan 33,21 helai pada N2 (naungan 50%). Perlakuan N0

berbedanyata denganN1 dan N2. Perlakuan konsentrasi Rootone-F pada

pengamatan 12 MST, jumlah daun terbanyak 51,67 helai padaM1(100 ppm)

danterendah 44,95 helai pada M0(0 ppm). Perlakuan M1 berbeda nyata dengan

(40)

Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 MST karena pengaruh naungan dan konsentrasi Rootone-F.

Minggu

(41)

Grafikpertumbuhanjumlah daun vetiver pada tiga kondisinaungan berbedadapat

dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman vetiver pada naungan 0, 25 dan 50% pengamatan 2 MST-12 MST.

Grafikpertumbuhanjumlah daun vetiverpadaperlakuankonsentrasi

Rootone-Fdapatdilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik pertumbuhan jumlah daun vetiver pada perlakuan konsentrasi konsentrasi Rootone-F pengamatan 2 MST-12 MST.

(42)

Jumlah Anakan Tanaman

Hasil perhitungan jumlah anakan tanaman ditampilkan pada Tabel 3.

Naungan pada vetiver berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan tanaman pada2,

4, 6, 8, 10, 12MST demikian juga konsentrasi Rootone-F berpengaruh nyata pada

pengamatan 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST. Interaksikeduaperlakuanmenunjukkan

pengaruh nyata terhadap jumlahanakan tanaman pada pengamatan 2, 6, 8 MST.

Pada Tabel 3. Ditampilkan bahwajumlah anakan pada pengamatan 12

MST terbanyak 11,99 anakan pada N0 (tanpa naungan) disusul 8,91 anakan pada

N1 (naungan 25%) dan 5,58 anakan pada N2 (naungan 50%). Perlakuan N0

berbeda nyata dengan N1 dan N2. Pada perlakuan konsentrasi Rootone-F pada

pengamatan 12 MST tertinggi 9,70 anakan padaM1(100 ppm) danterendah 8,06

anakan pada M0 (0 ppm). Perlakuan M1 berbeda nyata dengan M0 dan M3, tetapi

berbeda tidak nyata dengan M2.

(43)

Minggu

Keterangan: Angka yang diikuti huruf pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

(44)

dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik pertumbuhan jumlah anakan tanaman vetiver pada naungan 0, 25 dan 50% pengamatan 2 MST-12 MST.

Grafikpertumbuhanjumlah anakan vetiverpadaperlakuannaungandapat

dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik pertumbuhan jumlah anakan vetiver pada perlakuan konsentrasi Rootone-F pengamatan 2 MST-12 MST.

(45)

Panjang akar vetiver karena pengaruh naungan dan konsentrasi Rootone-F pada 12

MST ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Panjang akar vetiver karena pengaruh naungan dan konsentrasi Rootone-F pada 12 MST.

Keterangan: Angka yang diikuti huruf pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Pada Tabel 4. ditampilkan bahwa panjang akar pada perlakuan

naunganterpanjang 63,67 cm padaN0 (tanpa naungan)dan terendah 54,19 cm pada

N2 (50%). Pada perlakuan N0 berbedanyata dengan N2 tetapi tidak berbeda nyata

dengan N1. Perlakuankonsentrasi Rootone-F berpengaruh tidak nyata terhadap

panjang akar. Perlakuan

Naungan

N0(0 %) N1(25%) N2(50%) Rataan

M0(0 ppm 63,00

cm

59,93 56,07 59,67

M1(100 ppm) 62,67 61,73 55,73 60,04

M2(200 ppm) 64,33 62,73 53,67 60,24

M3(300 ppm) 64,67 58,07 51,27 58,00

(46)

Histogram panjang akar karena pengaruh naungan dan konsentrasi

Rootone-F pada 12 MST ditampilkan pada gambar 7.

Gambar 7. Histogram panjang akar karena pengaruh naungan dan konsentrasi Rootone-F pada 12 MST.

Volume Akar

Volume akar vetiver karena pengaruh naungandankonsentrasi Rootone-F

pada 12 MST ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Volume akar vetiver karena pengaruh naungan dan konsentrasi Rootone-F pada 12 MST.

Keterangan: Angka yang diikuti huruf pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Pada Tabel 5. Ditampilkan bahwavolume akar tanaman pada perlakuan

naungantertinggi 111,07 ml pada N0 ( tanpa naungan) diikuti oleh volume akar

pada naungan 25% (67,58 ml) dan naungan 50% (31,78 ml). Pada perlakuan N0

berbedanyata dengan N1 dan N2. Perlakuan konsentrasi Rootone-F berpengaruh

(47)

tidak nyata terhadap volume akar.

Histogram volume akar vetiver karena pengaruh naungan dan konsentrasi

Rootone-F pada 12 MST ditampilkan pada gambar 8.

Gambar 8. Histogram volume akar vetiver karena pengaruh naungan dan konsentrasi Rootone-F pada 12 MST

Bobot Kering Akar

Bobot kering akar vetiver karenapengaruhnaungandan konsentrasi

Rootone-F pada 12 MST ditampilkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Bobot kering akar vetiver karena pengaruh naungan dan konsentrasi

Rootone-F pada 12 MST.

(48)

naungantertinggi 37,16 gr padaN0 (tanpa naungan)dan terendah 11,45 gr pada N2

(naungan 50%). Pada perlakuan N0 berbedanyata dengan N1 dan N2.

Perlakuankonsentrasi Rootone-F berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering

akar.

Histogram bobot kering akar vetiver karena pengaruh naungan dan

Konsentrasi Rootone-F pada 12 MST ditampilkan pada gambar 9.

Gambar 9. Histogram bobot kering akar vetiver karena pengaruh naungan dan konsentrasi Rootone-F pada 12 MST.

Bobot Kering Tajuk

Bobot kering tajuk vetiver karenapengaruhnaungandan Konsentrasi

Rootone-F pada 12 MST ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Bobot kering tajuk vetiver karena pengaruh naungan dan Konsentrasi

Rootone-F pada 12 MST

(49)

Keterangan: Angka yang diikuti huruf pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Pada Tabel 7. Ditampilkan bahwabobot kering tajuk tanaman pada

perlakuan naungantertinggi 37,21 gr padaN0 (tanpa naungan)dan terendah 19,18

gr pada N2 (naungan 50%). Pada perlakuan N0 berbedanyata dengan N2 tetapi

berbeda tidak nyata dengan N1. Perlakuan Konsentrasi Rootone-F pada bobot

kering tajuk tertinggi 33,16 gr padaM3(300 ppm) danterendah 26,20 gr pada

M0(0 ppm). Pada perlakuan M3 berbeda nyata terhadap M0 dan berbeda tidak

nyata dengan M1 dan M2.

Histogram bobot kering tajuk vetiver karena pengaruh naungan dan

Konsentrasi Rootone-F pada 12 MST ditampilkan pada gambar 10.

Gambar 10. Histogram bobot kering tajuk vetiver karena pengaruh naungan dan Konsentrasi Rootone-F pada 12 MST.

Bobot kering Tanaman

Bobot kering tanamankarenapengaruhnaungandan Konsentrasi Rootone-F

pada 12 MST ditampilkan pada Tabel 8.

(50)

Tabel 8. Bobot kering tanaman karena pengaruh naungan dan Konsentrasi Rootone-F pada 12 MST

Keterangan: Angka yang diikuti huruf pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%.

Pada Tabel 8. Ditampilkan bahwa pada bobot kering tanaman

karenaperlakuan naungantertinggi 74,37 gr padaN0 (tanpa naungan) dan terendah

30,63 gr pada N2 (naungan 50%). Pada perlakuan N0 berbedanyata dengan N2

tetapi berbeda tidak nyata dengan N1. Pada perlakuan konsentrasi Rootone-F

bobot kering tanaman tertinggi padaM3 (300 ppm) yaitu57,47 gr danterendah

pada M0 (0 ppm)sebesar 47,48 gr. Pada perlakuan M3 berbeda nyata terhadap M0

dan berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2.

Histogram Bobot kering tanaman vetiver karena pengaruh naungan dan

konsentrasi Rootone-F pada 12 MST pada gambar 11.

(51)

Gambar 11. Histogrambobot kering tanaman karena pengaruh naungan dan konsentrasi Rootone-F pada 12 MST.

Pembahasan

Pengaruh Pemberian Naungan Terhadap Pertumbuhan Vetiver

Berdasarkan hasil sidik ragam

menunjukkanbahwanaunganberpengaruhnyataterhadap tinggitanamanpada8, 10,

12minggusetelahtanam(MST);jumlahdaun pada 4, 6, 8, 10, 12MST;jumlah

anakan pada 2, 4, 6, 8, 10, 12 MST; panjang akar;volume akar; bobot kering

akar; bobot kering tajuk dan bobot kering tanaman

Pada pengamatan 12 MST tanaman tertinggi (122,1 cm) terdapat pada N3

(naungan 50%) sedangkan terendah (100,8 cm) terdapat pada N0 (tanpa naungan).

Ini disebabkan tanaman mengalami etiolasi yang mengakibatkan pertumbuhan

tinggi tanaman menjadi cepat daripada biasanya karena menerima sedikit cahaya.

Hal ini sesuai dengan Sudomo (2009) menyatakan bahwa pada tanaman intoleran,

naungan yang terlalu rapat akan menyebabkan etiolasi. Kondisi ini ditunjukkan

pada vetiver pada perlakuan naungan 50% pertumbuhan daunnya lebih panjang

dibandingkan perlakuan naungan lainnya.

Perlakuan tanpa naungan (N0) dan naungan 25% (N1), menunjukkan

jumlah daun lebih banyak dibandingkan pada perlakuan naungan 50% (N2).

Kondisi ini menunjukkan bahwa vetiver membutuhkan cahaya optimal untuk

mendukung pertumbuhannya. Intensitas cahaya merupakan komponen penting

bagi pertumbuhan vetiver karena akan mempengaruhi proses fotosintesis yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan yang ditunjukkan dari banyaknya jumlah daun

yang diamati. Peningkatan intensitas cahaya matahari merupakan sumber energi

(52)

akan ditranslokasikan keseluruh jaringan tanaman melalui floem, yang selanjutnya

energi hasil fotosintesis tersebut akan dipergunakan tanaman untuk mengaktifkan

pertumbuhan tunas, daun dan batang sehingga pertumbuhan optimal.

Perlakuan naungan berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan. Jumlah

anakan terbanyak (11,99 anakan) terdapat pada perlakuan N0(tanpa

naungan)danterendah (5,58 anakan) terdapat pada N2 (naungan 50%). Hasil

penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa respon tanaman vetiver berbeda-

beda terhadap perlakuan tingkat naungan. Pada kondisi tidak ternaungi

pertumbuhan tanaman lebih optimal dibandingkan dengan yang ternaungi. Hal

ini berkaitan dengan intensitas, kualitas dan lama penyinaran cahaya yang

diterima untuk tanaman melakukan fotosintesis. Hal ini sesuai dengan Daniel et

al (1992) yang menyatakan bahwa cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan

tanaman melalui intensitas, kualitas dan lama penyinaran.

Dari Tabel 3. diketahui bahwa dengan tanpa naungan jumlah anakan

mencapai 12 anakan tetapi dengan berkurangnya intensitas cahaya sebesar 25 %

pada naungan jumlah anakan menurun sebesar 25,8% menjadi 8,9 anakan.

Demikian juga bila di naikkan persentase tingkat naungan menjadi 50% maka

jumlah anakan menurun sebesar 53,5% atau sama dengan 5,58 anakan. Hal ini

disebabkan pengurangan intensitas cahaya dapat mengurangi hasil fotosintesinya.

Lakitan(1994)menyatakanbahwa intensitascahayaberpengaruh secara nyata

terhadap laju sintesis karbohidrat pada pertumbuhan tanaman. Laju fotosintesis

akan meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya sampai batas tertentu.

Pengaruh Pemberian Konsentrasi Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Vetiver

(53)

terhadap tinggitanamanpada2, 4, 6, 8, 10, 12MST;jumlahdaun pada2, 4, 6, 8, 10,

12MST;jumlah anakan pada 2, 4, 6, 8, 10, 12; bobot kering tajuk dan bobot kering

tanaman.

Pemberian konsentrasi Rootone-F berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan jumlah daun dan jumlah anakan. Dengan Rootone-F kosentrasi 100

ppm dihasilkan jumlah daun dan jumlah anakan terbanyak berturut-turut 51,67

helai dan 9,7 anakan. Hal ini disebabkan pemberian Rootone-F dapat

meningkatkan pertumbuhan akar untuk menyerap hara dan air dalam tanah

sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung. Hasil fotosintesis tersebut

digunakan untuk membentuk organ tanaman seperti jumlah daun dan jumlah

anakan. Hal ini sesuai dengan literatur Huik (2004) yang menyatakan bahwa

penggunaan Rootone-F sebagai hasil kombinasi dari ketiga jenis hormon yaitu

IBA, IAA dan NAA lebih efektif merangsang perakaran dari penggunaan satu

jenis hormon tunggal.

PengaruhInteraksiPemberian Naungan dan Konsentrasi Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Vetiver

Berdasarkan analisis sidik ragam diketahui bahwa interaksi antara

naungan dan konsentrasi Rootone-F berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah

daun tanaman pada 4, 6, 8, 10 MST; jumlah anakan pada 2, 6, 8 MST.

Interaksi naungan dan konsentrasi Rootone-F berpengaruh nyata terhadap

jumlah daun pada tanaman 10 MST dimana jumlah daun tertinggi pada perlakuan

tanpa naungan (N0) dengan konsentrasi 100 ppm (M1) yaitu 44,07 cm dan jumlah

daun terendah pada perlakuan naungan 50% (N2) dengan konsentrasi 0 ppm (M0)

(54)

fotosintesis dapat berlangsung. Hal ini sesuai dengan literatur Huik (2004) yang

menyatakan bahwa penggunaan Rootone-F sebagai hasil kombinasi dari ketiga

jenis hormon yaitu IBA, IAA, dan NAA lebih efektif merangsang perakaran

daripada penggunaan satu jenis hormon secara tunggal. Pada saat bersamaan

tanaman vetiver mendapat intensitas cahaya matahari yang optimal (tanpa

naungan) dibandingkan dengan perlakuan naungan 25% dan 50% untuk

melakukan fotosintesis. Hal ini sesuai dengan Daniel et al (1992) yang

menyatakan bahwa cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman melalui

intensitas, kualitas dan lama penyinaran. Hasil fotosintesis dipergunakan untuk

membentuk organ tanaman termasuk pertambahan jumlah daun dan jumlah

(55)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Tingkat naungan mempengaruhi pertumbuhan vetiver yang meliputi tinggi

tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, panjang akar,volume akar, bobot

kering akar, bobot kering tajuk dan bobot kering tanaman. Semakin tinggi

tingkat naungan semakin berkurang pertumbuhan. Pada naungan 50%,

pertumbuhan vetiver (jumlah anakan) terhambat sebesar 53,5%

dibandingkan dengan tanpa naungan.

2. Konsentrasi Rootone-F mempengaruhi pertumbuhan vetiver terhadap

peningkatan tinggitanaman,jumlahdaun,jumlah anakan. Pemberian

konsentrasi Rootone-F pada 200 ppm meningkatkan pertumbuhan (Volume

akar) total sebesar 10,64% dibanding dengan tanpa Rootone-F.

3. Naungan dan Konsentrasi Rootone-F berinteraksi positif terhadap

pertumbuhan jumlah daun dan jumlah anakan.

Saran

Disarankan dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat respon pertumbuhan

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2015. Java Vetiver Rootoil (akar wangi). Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Kementrian Perdagangan, Jakarta.

Abidin, Z. 1985. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Bandung.

Booth,D. 2004.RumputVetiverTanamanAlternatifUntukKonservasiTanah dan Air,Denpasar Bali.

Chomchalow, N. 2000. Techniques of Vetiver Propagation With Special Reference to Thailand, Office of the Royal Development Projects Board, Bangkok, Thailand.

DanielT.W,J.A.HelmsandF.S.Baker.1992.Prinsip-PrinsipSilvikultur (Terjemahan). Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

Gardner,F.P;R.B.Pearce,andR.LMitchell.1991.PhysiologyofCropPlants. Diterjemahkan oleh H.Susilo. Jakarta.Universitas Indonesia Press.

Gunawan, G dan Kusminingrum, N. 2014. Penanganan Erosi Lereng Galian dan Timbunan Jalan Rumput Vetiver.

HartmandanKester.1983.PlantPropagationPrincipleandPractise.Prentice Hal 1. Internasional Inc. Engelwoods Clifs, New Jersy.

Huik, E.M. 2004. Pengaruh Rootone-F dan Ukuran Diameter Stek Terhadap Pertumbuhan dari Stek Batang Jati (Tectona grandis L.F.).Jurusan Kehutanan Fakultas pertanian Universitas Pattimura.

Irwanto.2006.PengaruhperbedaannaunganterhadapPertumbuhansemaiShoreaspdip ersemaian[Tesis].SekolahpascasarjanaUGMJurusanilmu-ilmu

pertanian.Program studi ilmu kehutanan,Yogyakarta Kusumo. 1984. Zat Pengatur Tumbuh. CV Yasaguna, Jakarta.

Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. P.T. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

_________. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi.Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

(57)

Manurung, S. D. 1987. Status dan Potensi ZPT Rootone-F serta prospek Penggunaan Rootone-F Dalam Perbanyakan Tanaman. Departemen Kehutanan, Jakarta.

National Research Council. 1993.Vetiver Grass A Thin Green Line Against Erosion. Natoinal Academy Press. Washington D.C.

Nzeribe,T.A.KandI.Nwachukwu.2008.UseofVetiverGrass

(vetiveriazizanioides)InTheControlofErosioninAnambraState,Nigeria. EnvironmentalResearchJournal2(6):317-321.DepartmentofAgricultural Extension, Michael Okpara University of Agriculture, Umudike, Nigeria.

Rao,R.RandM.R.Suseela.2008.VetiverZizanioides(LINN.)Nash,AMultipurpose Eco-FriendlyGeassOgIndia.NationalBotanicalresearchInstituteLucknow, India

Rochiman, K dan S. S. Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif. Departemen Agronomi Institut Pertanian, Bogor.

Puttileihalat.M,2001.PengaruhRootone-FdanUkuranDiameterStekTerhadap

PertumbuhanTunasDariStek Pulai Gading (Alstonia scholaris, R.Br) Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura.

Sudomo,A. 2009. PengaruhNaunganTerhadapPertumbuhandanMutuBibit Manglid(Manglieta glauca). Balai Penelitian Kehutanan Ciamis. Banjar.

Suhardi. 1989.Mikoriza Arbuskula (MVA).Pedoman Kuliah.PAU.Bioteknologi Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta

Sutanto, R. 2005. PenerapanPertanianOrganikPemasyarakatandan Pengembangannya.Kanisius,Yogyakarta.

Truong,P. 2002.Vetiver SystemForEnvironmentalProtection.Brisbane.,Australia.http://www.uqconne ct.net/veticon.

Truong, P. Van, T. T, dan Pinners, E. 2008. The Vetiver System For Slope Stabilization. The Vetiver Network Internasional, Thailand.

Truong, P. Van, T. T, Pinners, E dan Booth, D. 2011. Penerapan Sistem Vetiver. The Indonesian Vetiver Network, Bali.

Widiastoety,D.danFarid,A.Bahar.1995.PengaruhIntensitasCahayaterhadap Pertumbuhan Anggrek Dendrobium. J. Hort.5(4): 72-75.

(58)

Lampiran 1. Bagan penelitian

Blok I Blok II Blok III

N1M0 100cm N0M1 N2M3

N1M2 N0M2 N2M1

N1M1 N0M3 400cm N2M2

N1M3 N0M0 N2M0

N0M2 N2M3 N1M1

N0M3 N2M2 N1M3

N0M1 N2M0 N1M0

N0M0 N2M1 N1M2

N2M3 N1M2 N0M0

N2M0 N1M0 N0M1

N2M1 N1M3 N0M3

U

(59)

200 cm

Lampiran 2. Bagan Anak Petak 200 cm

(60)

100 cm

= Letak polibag pada plot

Lampiran 4, Data Tinggi tanaman (Cm) 2 MST M1

M2

(61)

Petak

Lampiran 5, Daftar Sidik Ragam Tinggi tanaman 2 MST

---

(62)

Petak

Lampiran 7, Daftar Sidik Ragam Tinggi tanaman 4 MST

---

(63)

Petak

Lampiran 9, Daftar Sidik Ragam Tinggi tanaman 6 MST

---

(64)

Petak

Lampiran 11, Daftar Sidik Ragam Tinggi tanaman 8 MST

---

(65)

Petak

Lampiran 13, Daftar Sidik Ragam Tinggi tanaman 10 MST

---

(66)

Petak

Lampiran 15, Daftar Sidik Ragam Tinggi tanaman 12 MST

(67)

Petak

Lampiran 17, Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST

---

(68)

Petak

Lampiran 19, Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST

---

(69)

Petak

Lampiran 21, Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST

---

(70)

Petak

Lampiran 23, Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 8 MST

---

(71)

Petak

Lampiran 25, Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 10 MST

---

(72)

Petak

Lampiran 27, Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 12 MST

---

(73)

Petak

Lampiran 29, Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan 2 MST

---

(74)

Petak

Lampiran 31, Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan 4 MST

---

(75)

Petak

Lampiran 33, Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan 6 MST

---

(76)

Petak

Lampiran 35, Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan 8 MST

---

(77)

Petak

Lampiran 37, Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan 10 MST

---

(78)

Petak

Lampiran 39, Daftar Sidik Ragam Jumlah Anakan 12 MST

---

(79)

Petak

Lampiran 41, Daftar Sidik Ragam Panjang Akar

---

(80)

Petak

Lampiran 43, Daftar Sidik Ragam Volume Akar

---

(81)

Petak

Lampiran 45, Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar

---

(82)

Petak

Lampiran 47, Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk

---

(83)

Petak

Lampiran 49, Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tanaman

(84)

v

N0M0 N0M1 N0M2 N0M3

N1M0 N1M1 N1M2 N1M3

N2M0 N2M1 N2M2 N2M3

(85)

Gambar

Tabel 1.Tinggi  tanaman  2, 4, 6, 8, 10 dan 12 MST karena pengaruh naungan dan kosentrasi Rootone-F
Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman vetiver pada naungan 0, 25 dan 50% pengamatan 2 MST-12 MST
Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman  2, 4, 6, 8, 10 dan 12 MST karena pengaruh naungan dan konsentrasi Rootone-F
Gambar 3. Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman vetiver pada naungan 0, 25  dan 50% pengamatan 2 MST-12 MST
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan mutu fisik pada sediaan masker gel peel off ekstrak Daun Daruju ( Acanthus ilicifolius L.) memenuhi standar sediaan kosmetik dan

Intrasentential code switching, it happens when a word, a phrase, or a clause, of a foreign language is found within the sentence in a base language.

Apabila perlakuan akuntansi atau metode pengakuan pendapatan dilaksanakan secara konsisten untuk masa atau masa-masa sebelumnya, maka laporan rugi laba dapat

Evaluasikepewaratan pada hari ketiga masalah keperawatan mulai teratasi sebagian karena klien mulai menunjukkan keadaan yang membaik seperti batuk mulai berkurang, sesak

Untuk kearifan yang dilakukan masyarakat Nias bagian utara dalam menyikapi gempuran budaya yang datang dari selatan yaitu banyak terlihat dari prosesi yang berkaitan dengan

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Devi (2007) dan Sejati (2010) Andry (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan ( growth )

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa (1) berdasarkan analisis kurikulum, proses pembelajaran sains-kimia SMP menuntut adanya pendekatan kontekstual yang

Hal tersebut berbeda apabila karyawan notaris memberikan kesaksian di persidangan dalam kedudukannya sebagai saksi instrumentair, maka karyawan notaris bertanggung