• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen dan Konsentrasi ZPT Indole Butyric Acid (IBA) Terhadap Pertumbuhan Vetiver (Vetiveria zizanioides L. Nash)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen dan Konsentrasi ZPT Indole Butyric Acid (IBA) Terhadap Pertumbuhan Vetiver (Vetiveria zizanioides L. Nash)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NITROGEN DAN

KONSENTRASI ZPT INDOLE BUTYRIC ACID (IBA)

TERHADAP PERTUMBUHAN

VETIVER (Vetiveria zizanioides L. Nash)

SEMINAR HASIL *

Oleh :

Harta S Purba **

050301020/BDP – AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NITROGEN DAN

KONSENTRASI ZPT INDOLE BUTYRIC ACID (IBA)

TERHADAP PERTUMBUHAN

VETIVER (Vetiveria zizanioides L. Nash)

SKRIPSI

Oleh :

HARTA S PURBA 050301020/BDP-AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen dan Konsentrasi ZPT Indole Butyric Acid (IBA) Terhadap Pertumbuhan Vetiver (Vetiveria zizanioides L. Nash)

Nama : Harta S Purba NIM : 050301020

Departemen : Budidaya Pertanian Pogam Studi : Agronomi

Disetujui Oleh : Dosen Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Prof. Ir. Edison Purba, Ph. D Ir. Jonis Ginting, MS Ketua Anggota

Mengetahui ,

Prof. Ir. Edison Purba, Ph. D Ketua Departemen Budidaya Pertanian

(4)

ABSTRAK

HARTA S PURBA : Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen dan Konsentrasi

ZPT Indole Butyric Acid (IBA) Terhadap Pertumbuhan Vetiver (Vetiveria zizanioides L. Nash), dibimbing oleh EDISON PURBA dan

JONIS GINTING

Percobaan dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk menentukan dosis nitrogen dan ZPT-IBA pada pertumbuhan vetiver dengan masing-masing empat taraf perlakuan yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Hasilnya menunjukan bahwa pemberian pupuk nitrogen dengan dosis 5,20 g/tanaman menyebabkan pertumbuhan tajuk dan jumlah anakan yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan ZPT-IBA yang terbaik pada perlakuan 200 ppm yang menyebabkan pertumbuhan akar paling panjang dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Kata kunci : Vetiver, Nitrogen,Dosis Dan ZPT-IBA

ABSTRACT

HARTA S PURBA : The effect of giving Nitrogen and fertilizer and growth

regolators Indole Butyric Acid (IBA) to the vetiver’s growth

(Vetiveria zizanioides L. Nash) supervised by EDISON PURBA and

JONIS GINTING.

This research was held in the field of Agriculture Faculty of North Sumatera University to determine the dose of nitrogen and grow regulators IBA to the growth of vetiver with four stages for every treatment that arranged with group random experiment (GRE). The result shows that the strip and crop the most of the highest crop compared to the other treatment. For growth regolators IBA the highest root growing is happened to the 200 ppm compared to the other treatment.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Harta S Purba dilahirkan di Pematang Siantar pada tanggal 05 Oktober

1985 dari ayahanda R. Purba dan ibunda L. M Saragih. Penulis merupakan anak

ke-empat dari enam bersaudara.

Pendidikan yang pernah ditempuh adalah SD Negeri 122394 Pematang

Siantar lulus tahun 1998, SLTP Negeri 4 Pematang Siantar lulus tahun 2001 dan

SMU Negeri 1 Pematang Siantar lulus tahun 2004. Terdaftar sebagai mahasiswa

Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan pada tahun 2005 melalui jalur SPMB.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjabat sebagai Asisten

Laboratorium Dasar Agronomi tahun 2007 dan Asisten Laboratorium Ilmu Gulma

tahun 2009, anggota Himadita dan penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan

(PKL) di PTPN III Kebun Rambutan, Tebing Tinggi pada bulan Juni sampai

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun

judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen dan

Konsentrasi ZPT Indole Butyric Acid (IBA) Terhadap Pertumbuhan Vetiver

(Vetiveria zizanioides L.Nash)”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak

Prof. Dr. Ir. Edison Purba selaku ketua komisi pembimbing dan bapak

Ir. Jonis Ginting, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak

memberikan masukan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.

Rasa hormat penulis ucapkan kepada ayahanda tercinta R.Purba dan ibunda

L.M Saragih serta saudara penulis terkasih (K’Juli, B’Robin, K’Yanti, Abang,

Mey dan Nani) yang selalu memberikan motivasi baik doa maupun materi kepada

penulis. Terima kasih juga kepada teman-teman BDP 05 yang telah banyak

membantu penulis selama penelitian (Eko, Esra, Jannes, Junita, Wilson, Didik,

Baldeep, Iban, Acha, Mamek, Chaken, Niko) dan teman-teman lainnya serta

adik-adik stambuk 08 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik dari segi

isi maupun penyampaiannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Juli 2010

(7)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Rataan jumlah anakan 10 MST ... 19

2. Rataan bobot segar tajuk atas (g) ... 21

3. Rataan panjang akar (cm) ... 23

4. Rataaan bobot basah akar (g) ... 25

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Grafik hubungan jumlah anakan 10 MST terhadap pertumbuhan

vertiver dengan pemberian pupuk nitrogen ... 20

2. Grafik hubungan bobot segar tajuk atas (g) terhadap pertumbuhan

vertiver dengan pemberian pupuk nitrogen ... 22

3. Grafik hubungan panjang akar (cm) terhadap pertumbuhan vertiver

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Bagan lahan penelitian ... 31

2. Jadwal kegiatan ... 32

3. Foto Dokumentasi Penelitian ... 34

4. Data jumlah anakan 2 MST ... 39

5. Tabel sidik ragam jumlah anakan 2 MST ... 39

6. Data jumlah anakan 4 MST ... 40

7. Tabel sidik ragam jumlah anakan 4 MST ... 40

8. Data jumlah anakan 6 MST ... 41

9. Tabel sidik ragam jumlah anakan 6 MST ... 41

10.Data jumlah anakan 8 MST ... 42

11.Tabel sidik ragam jumlah anakan 8 MST ... 42

12.Data jumlah anakan 10 MST ... 43

13.Tabel sidik ragam jumlah anakan 10 MST ... 43

14.Data bobot segar tajuk atas (g) ... 44

15.Tabel sidik ragam bobot segar tajuk atas ... 44

16.Data panjang akar (g) ... 45

17.Tabel sidik ragam panjang akar ... 45

18.Data bobot basah akar (g) ... 46

19.Tabel sidik ragam bobot basah akar ... 46

20.Data bobot kering akar (g) ... 47

(10)

DAFTAR ISI

ZPT Indole Butyric Acid (IBA)... 9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode Penelitian ... 11

Pelaksanaan Penelitian ... 13

Persiapan Media Tanaman ... 13

Persiapan Bahan Tanaman ... 13

Perendaman Bahan Tanaman ... 14

Penanaman... 14

Aplikasi Pupuk Dasar ... 14

Aplikasi Pupuk Nitrogen ... 15

Pemeliharaan Tanaman ... 15

Penyiraman ... 15

Penyiangan ... 15

(11)

Pengamatan Akar ... 16

Peubah Pengamatan ... 16

Jumlah Anakan (anakan) ... 16

Bobot Segar Tajuk Atas (g) ... 16

Jumlah Anakan (anakan) ... 18

Bobot Segar Tajuk Atas (g) ... 20

Panjang Akar (cm) ... 22

Bobot Basah Akar (g) ... 24

Bobot Kering Akar (g) ... 25

Pembahasan ... 26

Jumlah Anakan (anakan) ... 26

Bobot Segar Tajuk Atas (g) ... 26

Panjang Akar (cm) ... 27

Bobot Basah dan Kering Akar (g)... 28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 29

Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(12)

ABSTRAK

HARTA S PURBA : Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen dan Konsentrasi

ZPT Indole Butyric Acid (IBA) Terhadap Pertumbuhan Vetiver (Vetiveria zizanioides L. Nash), dibimbing oleh EDISON PURBA dan

JONIS GINTING

Percobaan dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk menentukan dosis nitrogen dan ZPT-IBA pada pertumbuhan vetiver dengan masing-masing empat taraf perlakuan yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Hasilnya menunjukan bahwa pemberian pupuk nitrogen dengan dosis 5,20 g/tanaman menyebabkan pertumbuhan tajuk dan jumlah anakan yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan ZPT-IBA yang terbaik pada perlakuan 200 ppm yang menyebabkan pertumbuhan akar paling panjang dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Kata kunci : Vetiver, Nitrogen,Dosis Dan ZPT-IBA

ABSTRACT

HARTA S PURBA : The effect of giving Nitrogen and fertilizer and growth

regolators Indole Butyric Acid (IBA) to the vetiver’s growth

(Vetiveria zizanioides L. Nash) supervised by EDISON PURBA and

JONIS GINTING.

This research was held in the field of Agriculture Faculty of North Sumatera University to determine the dose of nitrogen and grow regulators IBA to the growth of vetiver with four stages for every treatment that arranged with group random experiment (GRE). The result shows that the strip and crop the most of the highest crop compared to the other treatment. For growth regolators IBA the highest root growing is happened to the 200 ppm compared to the other treatment.

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Vetiver (Vetiveria zizanioides L Nash.) pertama kali ditemukan di India.

Vetiver merupakan tanaman asli Asia. Vetiver berasal dari bahasa Tamil yang

berarti akar. Dari India tanaman ini sampai ke India Barat, Fiji dan Afrika.

Tanaman ini digunakan untuk pitoremediasi (memperbaiki lingkungan dengan

menggunakan tanaman), memproduksi minyak, bahan kosmetik membuat

kerajinan tangan serta sebagai konservasi tanah dan air.

Vetiver dapat mempertahankan kelembaban tanah dan permukaan tanah

sehingga sangat cocok ditanam dengan tanaman yang menghasilkan. Penanaman

vetiver sangat mudah diterapkan dan hemat modal. Kegunaannya dapat

memperkuat dan meyokong sistem pertanian pada daerah bercurah hujan tinggi

dan dapat diterapkan pada daerah kondisi lain untuk pemeliharaan tanggul-tanggul

pada saluran irigasi, sumber air dan kolam.

Selain itu vetiver juga merupakan rumput yang tidak bersifat gulma karena

menghasilkan biji yang infertil dan tidak menghasilkan stolon dan rhizoma yang

menyebar sehingga tetap berada dimana vetiver tersebut ditanam

(National Research Council, 1993) dan vetiver tidak menimbulkan efek yang

serius akibat persaingan hara dan air pada tanaman budidaya yang ditanam

didekatnya. Sehingga vetiver baik digunakan dalam pemeliharaan tanah untuk

mencegah kerusakan tanah.

Salah satu kerusakan pada tanah yang paling sering terjadi adalah akibat

(14)

tanaman tanpa melakukan pemeliharaan atau perbaikan maka akan menurunkan

kesuburan tanah sehingga hasil tanaman merosot dan pada akhirnya tanah tidak

mampu lagi menunjukkan produktivitasnya. Oleh karena itu perlu dilakukan

pemeliharaan tanah salah satunya adalah dengan cara pemupukan.

Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk urea yang

memiliki kandungan unsur nitrogen yang cukup tinggi yaitu berkisar antara

45-46 %.

Unsur nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman

didalam pembentukan organ vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar.

Kegunaan unsur nitrogen bagi tanaman adalah untuk meningkatkan pertumbuhan

tanaman, meningkatkan kadar protein (asam amino) dalam tubuh tanaman dan

meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun.

Dengan pemberian nitrogen ini diharapkan dapat lebih memacu

pertumbuhan jumlah anakan yang pada akhirnya dapat mengurangi terjadinya

penggerusan lapisan tanah permukaan yang disebabkan oleh beberapa hal seperti

angin dan air. Air hujan di atas permukaan tanah akan menumbuk agregat tanah

menjadi partikel-partikel tanah yang lepas. Partikel-partikel tanah yang lepas ini

akan terbawa oleh aliran permukaan.

Vetiver memiliki batang anakan yang berumpun, keras dan dapat hidup di

alam bebas (Moula and Rahman, 2008). Vetiver tidak memiliki rhizome atau

stolon sehingga tanaman ini diperbanyak melalui anakan dan stek.

Anakan merupakan tunas yang tumbuh dari pangkal batang. Bagian ini

(15)

karena tersedia dalam jumlah banyak, teknik pengerjaan yang mudah, hasil yang

baik, dapat bertahan dalam transportasi yang berlangsung lama dalam berbagai

kondisi dan berkembang cepat ketika akarnya mulai tumbuh. Salah satu teknik

perbanyakan yang sering digunakan adalah perbanyakan dengan anakan.

Padi merupakan tanaman yang hampir sama dengan vetiver, karena padi

memiliki anakan dan pertumbuhan anakan juga berumpun. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Padi Internasional di Filiphina tentang

pengaruh zat hara (N) terhadap hasil dari beberapa varietas padi diperoleh bahwa

jumlah pupuk urea yang sebaiknya dipergunakan untuk tiap hektar pertanaman

adalah 200 kg/ha, equivalen dengan 90 kg N/ha. Penggunaan nitrogen yang

berlebihan pada tanaman padi dapat menyebabkan kepekaan tanaman padi

terhadap serangan cendawan Pyricularia oryzae.

Meningkatnya permintaan pasar terhadap bibit vetiver ini dirasa perlu

dilakukan teknik perbanyakan yang efektif dan efisien. Selama ini perbanyakan

vetiver dengan menggunakan anakan dibutuhkan waktu sekitar 3 bulan dalam

pembibitan. Sehingga diperlukan perbanyakan yang lebih cepat yaitu dengan

menggunakan hormon perangsang tumbuh.

Hormon/ZPT yang sering digunakan untuk perakaran adalah golongan

auksin antara lain IBA (Indole Butyric Acid), NAA (Naphtalene Acetic Acid),

IAA (Indole Acetic Acid) dan 2,4 D (2,4 D- Dichlorophenoxy Acetic Acid).

Menurut Irwanto (2001) IBA mempunyai sifat yang lebih baik dan efektif

daripada IAA dan NAA. Dengan demikian IBA paling cocok digunakan untuk

(16)

kerjanya lebih lama. IAA biasanya mudah menyebar ke bagian lain sehingga

menghambat perkembangan serta pertumbuhan tunas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andi Puja Asmara (2008) di Fakultas

Pertanian Universitas Jambi mengenai pengaruh beberapa konsentrasi IBA

terhadap pertumbuhan bibit manggis asal seedling dalam polybag dapat diketahui

bahwa pemberian IBA pada konsentrasi 200 ppm memberikan pengaruh pada

variabel pertambahan jumlah akar sekunder, dan pertambahan akar bibit manggis

terbaik bila dibandingkan dengan pemberian IBA pada konsentrasi 100 ppm, 50

ppm dan tanpa pemberian IBA.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai pengaruh nitrogen dan konsentasi ZPT Indole Butyric Acid (IBA)

terhadap pertumbuhan vetiver (Vetiveria zizanioides L Nash.).

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh nitrogen terhadap pertumbuhan vetiver

(Vetiveria zizanioides L Nash.).

2. Untuk mengetahui pengaruh konsentasi ZPT Indole Butyric Acid (IBA)

(17)

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh yang nyata dari dosis nitrogen dan konsentrasi

ZPT Indole Butyric Acid (IBA) serta interaksinya terhadap pertumbuhan vetiver

(Vetiveria zizanioides L Nash.).

Kegunaan Penelitian

Sebagai bahan penyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Vetiver adalah rumput yang berumbai padat dengan batang tegak yang

panjangnya dapat mencapai 2 meter, akarnya kokoh, tebal dan beraroma, daunnya

sempit dan tegak. Bunganya berwarna abu-abu sampai keungulan dengan panjang

4-6 mm, berpasangan (Rao dan Suseela, 2008).

Vetiver tidak mempunyai stolon atau rhizome, perakaran tumbuh dengan

sempurna dan sangat cepat. Pada beberapa kondisi, panjang akar vetiver pada

tahun pertama dapat mencapai 3 – 4 m. Berbatang lurus dan kaku yang dapat

menahan arus air secara relatif dalam (Thruong dkkl, 2002).

Perakaran vetiver sangat dalam dan pertumbuhan sistem perakarannya

yang cepat menyebabkan vetiver sangat toleran terhadap musim kemarau dan

sangat cocok untuk stabilisasi lereng curam.

Akar vetiver menyebar luas di dalam tanah dengan panjang akar dapat

mencapai 3 meter. Hal ini sangat membantu menstabilkan tanah. Dengan akarnya

yang menghujam ke tanah dapat dijadikan pengendalian alternatif pengendalian

longsor yang cukup murah. Vetiver dapat menstabilkan tebing jalan maupun

lereng-lereng perbukitan. Caranya adalah dengan menanamnya sebagai strip

rumput yang ditanam secara memotong lereng atau mengikuti kontur. Jarak

stripnya 15 cm, tiap titik diisi dengan 3 bibit per rumpun (Booth, 2004).

Akar vetiver mampu menembus lapisan setebal 15 cm yang sangat keras.

Dilereng yang sangat keras dan berbatu, ujung-ujung akar vetiver mampu masuk

(19)

seperti besi yang masuk menembus lapisan tekstur tanah dan pada saat yang sama

menahan partikel-partikel tanah dengan akar serabutnya (Booth, 2004).

Syarat Tumbuh Iklim

Vetiver tumbuh baik pada ketinggian tempat 600-1600 meter di atas

permukaan laut dengan temperatur 17°C - 27°C dan dapat bertahan pada suhu

0°C-50°C. Vetiver tidak baik tumbuh pada tempat yang teduh karena dapat

menghalangi proses asimilasi dan pertumbuhan akar akan terganggu

(Rao dan Suseela, 2008).

Vetiver dapat tumbuh di daerah perbukitan, dataran rendah bahkan daerah

rawa atau tanah yang kondisinya buruk (bekas tambang), baik di daerah dengan

curah hujan rendah, kurang dari 200 mm, maupun curah hujan tinggi lebih dari

3000 mm (Booth, 2004).

Pada dasarnya vetiver dapat tumbuh pada ketinggian sekitar 300-2000 meter

di atas permukaan laut. Akan tetapi vetiver dapat berproduksi paling baik pada

ketinggian optimum sekitar 600-1600 meter di atas permukaan laut (Booth, 2004).

Tanah

Vetiver dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, vetiver dapat tumbuh pada

tanah asam (pH 4) dan tanah alkalin (pH 8) bahkan dapat tumbuh pada rentang

tanah 3-10,5 % (Nzeribe and Nwachukwu, 2008).

Tetapi tanah yang baik untuk penanaman vetiver adalah tanah yang gembur

(20)

berapi). Tanah yang terlalu padat seperti tanah liat sebaiknya dihindari karena

akarnya akan sulit dicabut dan rendemen minyak yang dihasilkan rendah.

Vetiver tumbuh baik pada tanah berpasir (antosol) atau pada tanah abu

vulkanik dilereng-lereng bukit. Pada tanah tersebut akan menyebabkan akar

vetiver menjadi panjang dan lebat dan juga akar mudah dicabut tanpa ada yang

tertinggal dan hilang. Vetiver masih dapat tumbuh pada tanah-tanah liat yang

banyak mengandung air namun kelemahannya, selain sulit dicabut juga

pertumbuhan akar terhambat.

Pupuk Nitrogen

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang

pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan

bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar., tetapi kalau

terlalu banyak dapat menghambat pembungaan dan pembuahan pada tanaman.

Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3- atau NH4+ dari

tanah. Kadar nitrogen rata-rata dalam jaringan tanaman adalah 2% - 4% berat

kering. Dalam tanah kadar nitrogen sangat bervariasi, tergantung pada

pengelolaan dan penggunaan tanah tersebut (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Nitrogen penting sekali untuk pembentukan protein (zat putih telur) dan

senyawa lainnya. Nitrogen menghijaukan daun dan merangsang pertumbuhan dan

pembentukan anakan atau tunas pada tanaman serealia. Zat hara N yang ada

dalam tanah dalam jumlah yang agak berlebihan dapat merangsang pertumbuhan

tanaman sedemikian rupa, sehingga tanaman mudah tumbang atau rebah

(21)

ZPT Indole Butyric Acid (IBA)

Menurut Tjitrosoepemo (1985) bahwa akar bagian pokok nomor tiga

(disamping batang dan daun) bagi tumbuhan yang telah dapat dibedakan dengan

jelas. Disamping itu akar juga mempunyai tugas yang penting antara lain untuk

memperkuat berdirinya tumbuhan untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang

terlarut didalam air tanah dan sering sekali sebagai tempat penimbunan makanan.

Selanjutnya Fisher (1992) menambahkan bahwa sistem akar juga mempunyai

peranan dalam pengaturan pertumbuhan tanaman, dimana paling sedikit dua

golongan zat pengatur pertumbuhan utama yakni sitokinin dan giberalin yang

dihasilkan diujung-ujung akar.

Cara penggunaan zat pengatur tumbuh yang sering digunakan antara lain

dengan cara celup cepat (quick dip) dengan konsentrasi 500 – 10.000 ppm,

rendam dengan konsentrasi 20 - 200 ppm dan dengan cara pasta atau tepung

dengan konsentrasi 20 - 1000 ppm (Weaver, 1972).

Dari sebuah penelitian pada tanaman meranti putih memperlihatkan bahwa

jumlah berkas pembuluh pada akar dengan pemberian auksin ini meningkatkan

permeabilitas di dinding sel yang akan mempertinggi penyerapan unsur,

diantaranya N, Mg, Fe dan Cu untuk membentuk klorofil yang sangat diperlukan

untuk mempertinggi fotosintesis (Irwanto, 2001).

Dengan fotosintesis yang semakin meningkat akan dihasilkan hasil

fotosintesis yang meningkat pula bersamaan dengan auksin yang bergerak ke akar

untuk memacu pembentukan giberalin dan sitokinin di akar yang membantu

(22)

akar akan meningkatkan tekanan turgor akar sehingga giberalin dan sitokinin

(23)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat 25 meter di atas permukaan

laut. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 26 Januari 2010 sampai dengan

tanggal 19 April 2010.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah anakan

vetiver (Vetiveria zizanioides L Nash) sebagai bahan penelitian, top soil sebagai

media tanam, paralon (diameter 11,40 cm dan panjang 173,00 cm) pupuk urea,

TSP, KCl, ZPT IBA, round-up, plastik (untuk menutup salah satu ujung paralon),

tali rafiah dan air.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran, bambu,

parang, label nama, timbangan, kalkulator dan alat-alat lain yang mendukung

dalam penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor 1 : Dosis pupuk nitrogen (N) dengan 4 taraf perlakuan, yaitu :

N1 = Tanpa pupuk N = 0,00 g/tanaman

N2 = 100 kg urea/Ha = 2,60 g/tanaman

N3 = 200 kg urea/Ha = 5,20 g/tanaman

(24)

Faktor 2 : Konsenterasi ZPT IBA (I) dengan 4 taraf perlakuan, yaitu :

I0 = 0 ppm

I1 = 100 ppm

I2 = 200 ppm

I3 = 300 ppm

Maka diperoleh 16 kombinasi perlakuan yaitu :

N1I0 N2I0 N3I0 N4I0

Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 48 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 48 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam

berdasarkan model linier sebagai berikut :

(25)

βk : Pengaruh konsentrasi IBA pada taraf ke-k

δij : Galat pengaruh nitrogen perlakuan ke-j

(αβ)jk : Pengaruh nitrogen perlakuan ke-j dengan konsentrasi IBA perlakuan ke-k.

εijk : Galat percobaan pengaruh konsentasi IBA pada perlakuan ke-k.

Hasil sidik ragam nyata diuji dengan uji beda rataan berdasarkan uji DMRT

dengan taraf 5% (Gomez and Gomez, 1995).

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Tanam

Penanaman vetiver tidak dilakukan langsung pada lahan tetapi didalam

paralon. Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah top soil yang

berasal dari daerah Tuntungan Kecamatan Medan Selayang. Salah satu ujung

paralon ditutup dengan menggunakan plastik dan diikatkan pada paralon dengan

tujuan untuk menahan media tanam tidak langsung keluar pada saat pengisian

media tanam. Kemudian dimasukkan media tanam kedalam paralon sampai media

tanam mencapai 5 cm dari permukaan bibir paralon.

Persiapan Bahan Tanaman

Bahan tanaman yang digunakan adalah anakan vetiver yang berasal dari

PT. Nusa Pusaka Kencana, Kebun Bahilang, Tebing Tinggi. Anakan yang diambil

merupakan tunas yang tumbuh dari pangkal batang dengan kriteria anakan segar

dan tidak terkena serangan penyakit. Sebelum anakan vetiver ditanam terlebih

dahulu akar vetiver dipotong dengan menyisakan akar sepanjang 3 cm. Hal ini

dilakukan untuk menyamakan panjang akar pada setiap tanaman dan untuk

(26)

Perendaman Bahan Tanaman

Perendaman bahan tanaman dilakukan selama 60 menit. Perendaman

dilakukan dengan menggunakan ember dan bagian yang di rendam adalah akar

anakan vetiver. Perendaman ini bertujuan agar vetiver dapat menyerap zat

pengatur tumbuh tersebut dan dapat digunakan secara efektif oleh tanaman.

Setelah perendaman selesai, anakan vetiver langsung ditanam kedalam media

tanam.

Penanaman

Anakan vetiver ditanam pada paralon yang telah berisi media tanam sedalam

5 cm dari permukaan media tanam. Jumlah anakan yang ditanam pada setiap

“pot” sebanyak satu anakan. Setelah penanaman dilakukan kemudian tanaman

disusun pada lahan dan jarak antar tanaman 10 cm. Untuk menjaga agar paralon

dapat tegak maka paralon dapat disangga dengan menggunakan bambu dikedua

sisi paralon secara vertikal dan menggunakan tali plastik yang diikatkan pada

bambu dikedua sisi paralon secara horizontal. Tinggi penyangga yang digunakan

adalah 1,50 m.

Aplikasi Pupuk Dasar

Pupuk dasar diberikan sekaligus pada saat tanam dengan cara meletakkan

pupuk pada media tanam dengan jarak 5 cm dari batang vetiver. Masing-masing

pupuk diberikan pada lubang yang berbeda. Dosis pupuk TSP 100 kg/ha dan KCl

(27)

Aplikasi Pupuk Nitrogen

Pupuk nitrogen yang digunakan sebagai perlakuan adalah urea. Pemupukan

nitrogen diberikan tiga tahap. Pada tahap pertama diberikan pada saat tanaman

berumur 4 hari setelah tanam (HST) sebanyak 1/3 bagian dari dosis perlakuan

(untuk N0 = 0,00 g/tanaman ; N1 = 2,60 g/tanaman ; N2 = 5,20 g/tanaman dan

N3 = 7,80 g/tanaman). Pada tahap kedua diberikan pada saat tanaman berumur 32

hari setelah tanam sebanyak 1/3 bagian dari dosis perlakuan (untuk

N0 = 0,00 g/tanaman ; N1 = 2,60 g/tanaman ; N2 = 5,20 g/tanaman dan

N3 = 7,80 g/tanaman) dan pada tahap ketiga diberikan pada saat tanaman berumur

60 hari setelah tanam sebanyak 1/3 dari dosis perlakuan (untuk

N0 = 0,00 g/tanaman ; N1 = 2,60 g/tanaman ; N2 = 5,20 g/tanaman dan

N3 = 7,80 g/tanaman).

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi lapangan. Apabila kondisi

tanah di dalam paralon kering maka penyiraman dapat dilakukan pada pagi atau

sore hari. Apabila kondisi tanah di paralon masih lembab maka penyiraman tidak

perlu dilakukan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual (mencabut gulma dengan tangan).

(28)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada penelitian ini tidak dilakukan karena

selama penelitian tidak terjadi serangan hama maupun penyakit.

Pengamatan Akar

Pengamatan akar dilakukan dengan cara melepaskan plastik penutup pada

bagian bawah paralon. Kemudian menyiramkan air kedalam ”pot” sampai media

tanam menjadi tidak padat, setelah itu akar dapat ditarik secara perlahan-lahan

agar akar tidak rusak atau patah. Kemudian dibersihkan akar vetiver dari sisa-sisa

tanah yang melekat pada akar kemudian akar dipotong dari dasar titik tumbuhnya.

Seluruh pengamatan dilakukan pada akhir percobaan yaitu pada umur 10 MST.

Peubah Pengamatan Jumlah Anakan (anakan)

Perhitungan jumlah anakan dilakukan berdasarkan pertambahan anakan

pada setiap sampel. Perhitungan jumlah anakan dilakukan setelah tanaman

berumur 2 MST dengan interval satu kali dalam dua minggu sampai dengan

10 MST.

Bobot Segar Tajuk Atas (g)

Perhitungan bobot segar tajuk atas dilakukan pada pengamatan minggu

terakhir (10 MST) dan tajuk dipotong dengan menggunakan pisau yang tajam

(cutter). Pemotongan tajuk dilakukan mulai dari leher akar. Untuk mempermudah

(29)

Panjang Akar (cm)

Perhitungan panjang akar diukur mulai dari leher akar hingga ujung akar

yang terpanjang. Pengukuran panjang akar menggunakan meteran dan dilakukan

pada akhir pengamatan (10 MST).

Bobot Basah Akar (g)

Dipotong akar vetiver dari pangkal batang, dibersihkan akar dari tanah yang

menempel pada akar dengan cara merendam akar vetiver di dalam kolam

pertanian kurang lebih 30 menit untuk membersihkan sisa-sisa tanah akar

dibersihkan kembali dengan air didalam wadah ember secara perlahan agar tidak

terjadi kerusakan pada akar. Setelah itu akar ditiriskan sebentar kemudian akar

ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.

Bobot Kering Akar (g)

Untuk mendapatkan bobot kering akar maka akar vetiver dikering anginkan

dengan cara menggantungkan akar pada bambu yang diletakkan secara horizontal.

Pengeringan ini dilakukan selama 1 minggu (22 April sampai dengan

29 April 2010) di ruangan laboratorium dasar ilmu gulma Fakultas Pertanian,

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Jumlah Anakan (anakan)

Pengamatan jumlah anakan dilakukan setelah 2 MST. Pengamatan pertama

dilakukan pada tanggal 09 Februari 2010. Pada pengamatan ini jumlah anakan

yang tumbuh masih 25 % dan pertambahan anakan berkisar 1 sampai 3 anakan

jumlah anakan yang terbanyak terdapat pada perlakuan N2 (2,60 g/tanaman)

sedangkan pada perlakuan lain anakannya belum tumbuh.

Sama halnya dengan pengamatan pertama pada pengamatan kedua

(23 Februari 2010) pertambahan anakan belum mencapai 100 % tetapi sudah

mencapai 52 %. Jumlah anakan setelah 4 MST berkisar antara 1-5 anakan dan

jumlah anakan yang terbanyak terdapat pada perlakuan N2 (2,60 g/tanaman).

Untuk pengamatan 6 MST pertumbuhan anakan mulai seragam dan

pertambahan anakannya juga cukup besar bila dibandingkan dengan pertambahan

anakan dari 2 MST - 4 MST. Jumlah anakan pada 8 MST berkisar antara 1- 14

anakan. Tetapi sampai dengan pengamatan ketiga untuk perlakuan N1 (kontrol)

anakan vetiver belum juga ada. Sementara jumlah anakan yang terbanyak terdapat

pada perlakuan N3 (5,20 g/tanaman).

Pada pengamatan berikutnya dilakukan pada tanggal 23 Maret 2010

(10 MST) pertumbuhan anakan sudah mencapai 100 %. Jumlah anakan yang

terbanyak terdapat pada perlakuan N3 (5,20 g/tanaman) dengan jumlah anakan

rata-rata 18 anakan dan yang terendah pada perlakuan N1 (kontrol).

Pengamatan terakhir dilakukan pada tanggal 09 April 2010. Jumlah anakan

(31)

terdapat pada perlakuan N3 (5,20 g/tanaman) dengan rata-rata pertumbuhan 36

anakan dan pertumbuhan anakan yang terendah terdapat pada perlakuan N1

(kontrol) dengan rata-rata pertumbuhan anakan yaitu 10 anakan.

Data hasil pengamatan jumlah anakan pada pengamatan minggu terakhir

(10 MST) dapat dilihat pada Lampiran 9, sedangkan hasil analisis sidik ragamnya

dapat dilihat pada lampiran 10. Dari tabel sidik ragam jumlah anakan 10 MST

pada lampiran 10 menunjukkan bahwa pemberian nitrogen dapat meningkatkan

jumlah anakan vetiver sedangkan ZPT-IBA dan interaksi kedua perlakuan tidak

berpengaruh besar terhadap peningkatkan pertumbuhan anakan vetiver.

Hasil pengamatan rataan jumlah anakan 10 MST terhadap pemberian pupuk

nitrogen dan ZPT-IBA dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan jumlah anakan 10 MST pada pemberian pupuk nitrogen dan konsentrasi ZPT-IBA terhadap pertumbuhan vetiver.

Urea (g/tanaman) ZPT - IBA (ppm) Rataan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk nitrogen memberikan

pengaruh terhadap jumlah anakan. Bila dibandingkan antara kontrol (N1) dengan

perlakuan lain yang diberikan pupuk N (N2, N3 dan N4) dapat diketahui bahwa

perlakuan pupuk N memberikan pengaruh terhadap pertambahan jumlah anakan

(32)

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan N3 (5,20 g/tanaman) berpengaruh

terhadap pertambahan jumlah anakan tetapi tidak memberikan pengaruh yang

besar dalam meningkatkan jumlah anakan vetiver bila dibandingkan dengan

perlakuan N2 (2,60 g/tanaman) dan perlakuan N4 (7,80 g/tanaman).

Hubungan jumlah anakan pada 10 MST terhadap pemberian pupuk nitrogen

dan konsentrasi ZPT-IBA terhadap pertumbuhan vetiver dapat dilihat pada

Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan jumlah anakan 10 MST terhadap pertumbuhan vetiver dengan pemberian pupuk nitrogen.

Bobot Segar Tajuk Atas (g)

Data hasil pengamatan bobot segar tajuk atas dapat dilihat pada Lampiran

11, sedangkan hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 12. Dari

tabel sidik ragam bobot segar tajuk atas pada lampiran 12 menunjukan bahwa

(33)

pemberian ZPT-IBA dan interaksi kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh

yang besar terhadap pertambahan bobot segar tajuk atas.

Hasil pengamatan rataan bobot segar tajuk atas terhadap pemberian pupuk

nitrogen dan ZPT-IBA dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan bobot segar tajuk atas pada pemberian pupuk nitrogen dan

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk N memberikan pengaruh

terhadap bobot segar tajuk atas. Bila dibandingkan dengan N1 (kontrol) dengan

perlakuan lain yang menggunakan pupuk N (N2, N3 dan N4) dapat dilihat bahwa

pemberian pupuk N mampu menambah anakan vetiver hingga 52,96 %.

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan N2 (2,60 g/tanaman) berpengaruh

terhadap pertambahan bobot segar tajuk atas tetapi tidak memberikan pengaruh

yang besar terhadap pertambahan bobot segar tajuk atas bila dibandingkan dengan

perlakuan N3 (5,20 g/tanaman) danN4 (7,80 g/tanaman).

Hubungan bobot tajuk atas terhadap pemberian pupuk nitrogen dan

(34)

Gambar 2. Hubungan bobot segar tajuk atas (g) terhadap pertumbuhan vertiver dengan pemberian pupuk nitrogen.

Panjang Akar (cm)

Data hasil pengamatan panjang akar dapat dilihat pada Lampiran 13,

sedangkan hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 14. Dari tabel

sidik ragam panjang akar pada lampiran 14 menunjukkan bahwa pemberian

nitrogen dapat meningkatkan panjang akar, tetapi pemberian ZPT-IBA dan

interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh besar terhadap penambahan panjang

akar.

Hasil pengamatan rataan panjang akar terhadap pemberian pupuk nitrogen

dan ZPT-IBA dapat dilihat pada Tabel 3.

(35)

Tabel 3. Rataan panjang akar pada pemberian pupuk nitrogen dan konsentrasi ZPT-IBA terhadap pertumbuhan vetiver

Urea (g/tanaman) ZPT-IBA (ppm) Rataan

I0 = 0 I1 = 100 I2 = 200 I3 = 300

N1 = 0,00 151,72 146,02 148,04 123,72 142,38 ab

N2 = 2,60 171,38 163,06 164,05 171,04 167,38 a

N3 = 5,20 168,01 174,40 175,36 160,06 169,46 a

N4 = 7,80 133,71 157,71 143,39 134,02 142,21 b

Rataan 156,20 160,30 157,71 147,21

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian pupuk nitrogen memberikan

pengaruh terhadap panjang akar. Bila dibandingkan perlakuan kontrol (N1)

dengan perlakuan lain yang menggunakan pupuk N (N2, N3 dan N4) dapat dilihat

bahwa pemberian N dapat meningkatkan panjang akar hingga 15,98%.

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan N2 (2,60 g/tanaman) dan N3

(5,20 g/tanaman)berpengaruh terhadap perlakuan N1 (kontrol) tetapi tidak mampu

memberikan pengaruh yang besar terhadap pertambahan panjang akar. Tetapi bila

dibandingkan antara perlakuan N1 (kontrol) dengan perlakuan N4

(7,80 g/tanaman) pemberian pupuk N tidak dapat meningkatkan panjang akar

bahkan cenderung tidak terjadi pertambahan panjang akar.

Hubungan panjang akar terhadap pemberian pupuk nitrogen dan konsentrasi

(36)

Gambar 3. Hubungan panjang akar (cm) terhadap pertumbuhan vertiver dengan pemberian pupuk nitrogen.

Bobot Basah Akar (g)

Data hasil pengamatan bobot basah akar dapat dilihat pada lampiran 15,

sedangkan hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 16. Dari tabel sidik

ragam bobot basah akar menunjukkan bahwa pemberian pupuk nitrogen,

ZPT-IBA dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot

basah akar.

Hasi penelitian bobot basah akar terhadap pemberian pupuk nitrogen dan

ZPT-IBA dapat dilihat pada Tabel 4.

(37)

Tabel 4. Bobot basah akar pada pemberian pupuk nitrogen dan konsentrasi ZPT-IBA terhadap pertumbuhan vetiver

Urea (g/tanaman) ZPT-IBA (ppm) Rataan

I0 = 0 I1 = 100 I2 = 200 I3 = 300

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.

Bobot Kering Akar (g)

Data hasil pengamatan bobot kering akar dapat dilihat pada lampiran 17,

sedangkan hasil sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 18. Dari tabel sidik

ragam bobot kering akar menunjukkan bahwa pemberian pupuk nitrogen,

ZPT-IBA dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap bobot

kering akar.

Hasil penelitian rataan bobot kering akar terhadap pemberian pupuk nitrogen

dan ZPT-IBA dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan bobot kering akar pada pemberian pupuk nitrogen dan konsentrasi ZPT-IBA terhadap pertumbuhan vetiver

Urea (g/tanaman) ZPT - IBA (ppm) Rataan

(38)

Pembahasan

Jumlah Anakan (anakan)

Untuk penghitungan jumlah anakan dilakukan pada sore hari dengan interval

pengamatan satu kali dalam dua minggu. Penghitungan jumlah anakan dilakukan

dengan cara menghitung jumlah anakan yang bertambah dari tanaman induk.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah anakan yang terbanyak

terdapat pada pemberian urea sebanyak 5,20 g/tanaman yaitu rata-rata 30 anakan.

Pada pemberian 2,60 g/tanaman jumlah anakan yang dihasilkan rata-rata 28

anakan tetapi pemberian urea sebanyak 7,80 g/per tanaman cenderung

menghasilkan anakan yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan pemberian urea

dengan dosis yang lebih rendah, jumlah anakan yang dihasilkan rata-rata 24

anakan. Hal ini dikarenakan tanaman mengalami kelebihan unsur nitogen yang

mengakibatkan daun anakan vetiver menjadi kekuningan dan pertumbuhan

anakan juga menjadi terhambat. Tetapi bila dibandingkan dengan tanpa pemberian

urea (kontrol) dapat dilihat bahwa pemberian urea memiliki pengaruh yang cukup

besar dalam pertambahan anakan karena dapat meningkatkan kadar protein (asam

amino) dalam tubuh tanaman dan meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun.

Bobot Segar Tajuk Atas (g)

Untuk pengamatan bobot segar tajuk atas dilakukan pada akhir penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa bobot segar tajuk atas dengan

pemberian urea sebanyak 2,50 g/tanaman yaitu sebesar 163,89 g yang merupakan

bobot segar tajuk yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya,

walaupun pada parameter jumlah anakan lebih rendah dibandingkan dengan

(39)

dibandingkan dengan perlakuan lain yang menyebabkan berat tajuk atas dari

tanaman menjadi lebih berat. Hasil fotosintesis juga terbagi antara induk dengan

anakannya, dimana tanamana yang banyak menghasilkan anakan, batang dan

daunnya lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang menghasilkan sedikit

anakan kecuali pada perlakuan kontrol dan N4 (7,80 g/tanaman) yang terjadi

kelebihan nitrogen sehingga terjadi dampak pada daun yang menyebabkan

bobotnya rendah.

Panjang Akar (cm)

Vetiver merupakan tanaman yang memiliki perakaran yang panjang. Pada

penelitian ini dapat dilihat bahwa pemberian ZPT-IBA berpengaruh terhadap

pertambahan panjang akar vetiver. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui

bahwa pemberian ZPT-IBA yang dapat menghasilkan akar yang paling panjang

terdapat pada konsentrasi 200 ppm dengan panjang 169,46 cm dimana pada

konsentrasi 100 ppm juga tidak memberikan pengaruh yang berbeda, pada

konsentrasi 100 ppm panjang akar mampu mencapai 167,38 sementara untuk

konsentrasi 300 ppm hasilnya sama dengan tanpa menggunakan ZPT-IBA

(kontrol) yaitu berkisar antara 142,21 cm - 142,38 cm. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Danu dan Tampubolon (1993) tentang penggunaan IBA 100

ppm, 200 ppm, 300 ppm dan 500 ppm terhadap stek pucuk meranti dapat

diketahui bahwa persentase stek yang berakar pada konsentrasi 100 ppm dan 200

ppm lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi 300 ppm dan 500 ppm. Sama

halnya dengan hasil penelitian ini, dimana konsentrasi yang paling baik adalah

200 ppm dan bukan 300 ppm dimana konsentrasi yang berlebihan dapat menjadi

(40)

sesuai dengan literatur (Kusumo,1984) yang menyatakan bahwa pengaruh hormon

pada kadar yang lebih tinggi akan menghambat pertumbuhan, meracuni bahkan

mematikan tanaman.

Bobot Basah dan Kering Akar (g)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa pemberian

unsur nitrogen dan ZPT-IBA tidak berpengaruh nyata terhadap perakaran

tanaman. Tanaman vetiver merupakan tanaman yang memiliki akar yang panjang,

dimana unsur nitrogen berperan didalam pertumbuhan vegetatif yang

mempengaruhi pertumbuhan tajuk tanaman sedangkan untuk ZPT-IBA memang

untuk pertumbuhan akar tetapi pada konsentrasi yang diberikan pada penelitian ini

belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot basah dan kering akar.

Dimana, pada penelitian ini dalam media tanam pertumbuhan akar memanjang

kebawah dimana akar utama panjangnya tidak berbeda jauh pada setiap perlakuan

kecuali kontrol sehingga bertanya juga tidak berbeda jauh dan tidak berpengaruh

(41)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan,

bobot tajuk atas dan panjang akar tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap

bobot basah dan kering akar.

2. Pemberian ZPT-IBA berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah anakan,

bobot tajuk atas, panjang akar, bobot basah dan kering akar.

3. Interaksi antara pemberian pupuk nitrogen dan ZPT-IBA berpengaruh

tidak nyata terhadap pertumbuhan vetiver.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang vetiver dengan konsentrasi

ZPT-IBA yang lebih tinggi agar tampak pengaruhnya terhadap pertumbuhan

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Asmara, A. P. 2008. Pengaruh Beberapa Konsentrasi IBA Terhadap Pertumbuhan Bibit Manggis (Garcinia mangostana L.) Asal Seedling di Polibag, Universitas Jambi, Jambi.

Booth, D. 2004. Rumput Vetiver Tanaman Alternatif Untuk Konservasi Tanah dan Air. Denpasar Bali.

Fisher, 1992. Pengaruh Beberapa Konsentrasi IBA Terhadap Pertumbuhan Bibit Manggis (Garcinia mangostana L) Asal Seedling Di Polybag. Universitas Jambi-Press, Jambi.

Gomez, A. K dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. UI-Press, Jakarta.

Irwanto. 2001. Pengaruh Hormon IBA (Indole Butyric Acid) Terhadap

keberhasilan Stek Gofasa (Vitex cofassus Reinw).

Moula, M. G and M. S. Rahman. 2008. Tiller Effects of Vetiver Grass (Vetiveria zizanioides (L.) Nash). Bangladesh Forest Research Institute Sholashahar, Chittagong, Bangladesh.

National Research Council. 1993. Vetiver Grass A Thin Green Line Againts Erosion. National Academy Press. Washington D.C.

Nasa. 2005. Pengaruh ZPT IBA Terhadap Tanaman.

Nzeribe, T. A. K and I. Nwachukwu. 2008. Use of Vetiver Grass (vetiveria zizanioides) In The Control of Erosion in Anambra State, Nigeria. Environmental Research Journal 2 (6): 317-321. Department of Agricultural Extension, Michael Okpara University of Agriculture, Umudike, Nigeria.

Rao, R. R and M. R. Suseela. 2008. Vetiver Zizanioides (LINN.) Nash, A Multipurpose Eco-Friendly Geass Og India. National Botanical research Institute Lucknow, India

Rosmarkam, A dan N. W Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan tanah. Kanisius: Yogyakarta.

Siregar, H. 1978. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya, Bogor.

(43)

Truong P, T. T Van, and E. Pinners. 2002. Vetiver Systems Application – A Technical Reference Manual Vietnam.2002

(44)

Tabel 6. Rangkuman uji beda rataan parameter vetiver (Vetiveria zizanioides l. Nash) pada pemberian dosis nitrogen dan konsentrasi ZPT

(45)

Tabel 7. Rangkuman daftar sidik ragam parameter vetiver (Vetiveria zizanioides l. Nash) pada pemberian dosis nitrogen dan konsentrasi ZPT Indole Butyric Acid (IBA) pada pengamatan minggu terakhir 10 MST

(46)

BAGAN PERCOBAAN

b = jarak antar paralon

(47)

JADWAL KEGIATAN

KEGIATAN MINGGU KE -

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 PELAKSANAAN PENELITIAN

- Persiapan media tanam x - Persiapan bahan tanaman x - Perendaman Bahan Tanaman x

- Penanaman x

- Aplikasi Pupuk Dasar x

- Aplikasi Pupuk Nitrogen x x x

PEMELIHARAAN TANAMAN - Penyiraman

DISESUAIKAN DENGAN KONDISI LAPANGAN - Penyiangan

- Pengendalian Hama dan Penyakit

- Pengamatan Akar x

PEUBAH PENGAMATAN

- Jumlah Anakan (anakan) x x x x x

- Bobot Tajuk Atas (g) x

- Panjang Akar (cm) x

- Bobot Basah Akar (g) x

(48)

FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN

2. Bahan Tanaman 1. Pengisian Media Tanam

3. Penyiangan

(49)

7. Foto Hasil Penelitian Untuk Pengamatan Panjang Akar Vetiver Ulangan I

N4I1 N2I2

N3I3 N1I0

(50)

8. Foto Hasil Penelitian Untuk Pengamatan Panjang Akar Vetiver Ulangan II

N3I0 N2I0

N4I3 N2I3

(51)

9. Foto Saat Perendaman Vetiver

10. Foto Supervisi

(52)

11.Foto Bahan Tanaman

12.Foto Lahan Penelitian

(53)

Lampiran 2. Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan 2 MST

Lampiran 1. Data Jumlah Anakan 2 MST

(54)

Lampiran 3. Data Jumlah Anakan (anakan) 4 MST

Lampiran 4. Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan 4 MST

(55)

Lampiran 5. Data Jumlah Anakan (anakan) 6 MST

Lampiran 6. Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan 6 MST

(56)

Lampiran 7. Data Jumlah Anakan (anakan) 8 MST

Lampiran 8. Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan 8 MST

(57)

Lampiran 9. Data Jumlah Anakan (anakan) 10 MST

Lampiran 10. Tabel Sidik Ragam Jumlah Anakan 10 MST

(58)

Lampiran 11. Data Bobot Segar Tajuk Atas (g)

Lampiran 12. Tabel Sidik Ragam Bobot Segar Tajuk Atas (g)

(59)

Lampiran 13. Data Panjang Akar (cm)

Lampiran 14. Tabel Sidik Ragam Panjang Akar (cm)

(60)

Lampiran 15. Data Bobot Basah Akar (g)

Lampiran 16. Tabel Sidik Ragam Bobot Basah Akar (g)

(61)

Lampiran 17. Data Bobot Kering Akar (cm)

Lampiran 18. Tabel Sidik Ragam Bobot Kering Akar (g)

Gambar

Tabel 1. Rataan jumlah anakan 10 MST pada  pemberian pupuk nitrogen dan konsentrasi ZPT-IBA terhadap pertumbuhan vetiver
Gambar 1.
Tabel 2. Rataan   bobot   segar   tajuk  atas   pada   pemberian pupuk nitrogen dan                 konsentrasi  ZPT-IBA terhadap pertumbuhan vetiver
Gambar 2. Hubungan  bobot  segar  tajuk   atas (g)  terhadap  pertumbuhan                    vertiver dengan pemberian pupuk nitrogen
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh kecanggihan teknologi informasi, partisipasi manajemen, kemampuan teknik pemakai system informasi

Hal tersebut dapat dirancang melalui selubung bangunan yang memiliki peneduh, pengaturan luasan rasio bukaan jendela terhadap dinding, pemilihan material dengan melihat

Temuan dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa citra merek berpengaruh terhadap kepuasan dan loyalitas pelanggan baik secara positif maupun negatif namun hal tersebut

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing berbantuan media benda konkret berpengaruh terhadap hasil

Apabila perlakuan akuntansi atau metode pengakuan pendapatan dilaksanakan secara konsisten untuk masa atau masa-masa sebelumnya, maka laporan rugi laba dapat

Evaluasikepewaratan pada hari ketiga masalah keperawatan mulai teratasi sebagian karena klien mulai menunjukkan keadaan yang membaik seperti batuk mulai berkurang, sesak

Pelatihan bagi fasilitator PUSPAGA sebagai 2P dalam Pencegahan Perkawinan Anak Jumlah Kecamatan/ Desa/Kelurahan yang memiliki fasilitator PUSPAGA 2P Pencegahan Perkawinan Anak

memeriksa kualitas dan administrasi serta melaksanakan inventarisasi dan pencatatan barang/aset dan melaporkan pelaksanaannya ke kepala daerah. 8 Kepala bidang aset BPKD Kabupaten