• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan dan Produksi tanaman Selada (Lactuca sativa L) Terhadap Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Pertumbuhan dan Produksi tanaman Selada (Lactuca sativa L) Terhadap Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair)."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

SELADA (Lactuca sativa L.)TERHADAP MEDIA TANAM

DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR

SKRIPSI

OLEH

RICKY PUTRA PRATAMA

060301025

BDP-AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN

SELADA (Lactuca sativa L.)TERHADAP MEDIA TANAM

DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR

SKRIPSI

OLEH

RICKY PUTRA PRATAMA

060301025

BDP-AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat Memperoleh gelar sarjana (S1) di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh :

Prof. Dr. Ir. B. Sengli J Damanik, MSc

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing Ir. Rosita Sipayung MP

Nip.1942.1027.1967.03.1001 Nip.1958 0325 1985 032002

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRACT

RICKY PUTRA PRATAMA: Growth Response and Production of Lettuce. (Lactuca sativa L). Giving to the growing media and Organic Liquid Fertilizer, in SENGLY guided by B. J. Damanik and Rosita SIPAYUNG The study design used was Randomized Design Group (RAK) factorial with two factors. The first factor is the growing medium, which is 100% + 0% Topsoil Palm Oil Sludge, Topsoil 75% + 25% Palm Oil Sludge, Topsoil 50% + 50% Palm Oil Sludge and 25% + 75% Topsoil Palm Oil Sludge. The second factor is the provision of liquid organic fertilizer that is: 0 cc / liter of water. 2 cc / liter of water. 4 cc / liter of water. 6 cc / liter of water. The parameters include diamatai plant height (cm), number of leaves (strands), leaf area (cm2), root volume (ml), plant length (cm), reasonable consumption of wet weight (g), leaf chlorophyll (unit/6mm3), plant dry weight (g),

net assimilation rate (gm ֿ ֿ ¹ ² h), relative growth rate (gm ֿ ֿ ¹¹h). The results showed that the significant effect of planting medium on plant height, leaf number, total leaf area, root volume, the length of the plant, wet weight feasible consumption, leaf chlorophyll, the plant dry weight, net assimilation rate, relative growth rate. Organic liquid fertilizer no real influence plant height, leaf number, total leaf area, root volume, the length of the plant, wet weight feasible consumption, leaf chlorophyll, the plant dry weight, net assimilation rate, relative growth rate. Interactions between growing media and organic liquid fertilizer no real influence plant height, leaf number, total leaf area, root volume, plant length, wet weight of feasible consumption, leaf chlorophyll, the plant dry weight, net assimilation rate, relative growth rate. The best treatment combination is the standard combination of mixed media M3P2 Topsoil 25% + 75% Palm Oil Sludge liquid organic fertilizer plus 4 cc / liter of water.

(4)

ABSTRAK

RICKY PUTRA PRATAMA : Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada.(Lactuca Sativa L). Terhadap Media tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair, di bimbing oleh B.SENGLY J. DAMANIK dan ROSITA SIPAYUNG

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media tanam, yaitu 100% Topsoil + 0% Sludge Kelapa Sawit, 75% Topsoil + 25% Sludge Kelapa Sawit, 50% Topsoil + 50% Sludge Kelapa Sawit dan 25% Topsoil + 75% Sludge Kelapa Sawit. Faktor kedua adalah pemberian pupuk organik cair yaitu : 0 cc/liter air. 2 cc/liter air. 4 cc/liter air. 6 cc/liter air . Parameter yang diamatai meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun (cmP

2

P

), volume akar (ml), panjang tanaman(cm), bobot basah layak komsumsi (gr), klorofil daun(unit/6mmP

3

P

) , bobot kering tanaman (gr), laju asimilasi bersih (g.m ֿ◌ ² h ֿ◌¹ ), laju tumbuh relatif (g.m ֿ◌ ¹h ֿ◌ ¹).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak komsumsi, klorofil daun, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif. Pemberian pupuk cair organik berpengaruh tidak nyata tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak komsumsi, klorofil daun, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif. Interaksi antara media tanam dan pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak komsumsi, klorofil daun, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif. Kombinasi perlakuan terbaik adalah taraf kombinasi MR3RPR2R campuran media 25% Topsoil +

75% Sludge Kelapa Sawit ditambah pemberian pupuk organik cair 4 cc/liter air.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Ricky putra pratama, dilahirkan pada tanggal 23 juli 1988 di Pematang

siantar yang merupakan anak ke dua dari dua bersaudara putra dari ayah Suparlan

dan Ibu Roswita sitorus

Penulis menyelesaikan pendidikan SMAN 1 Natal Mandailing natal pada

tahun 2006.Kemudian penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan melalaui jalur PMP. dan memilih

Departermen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti organisasi HIMADITA

sebagai anggota seksi olahraga pada tahun 2008-2009

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) pada tahun 2009 di

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucaokan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul dari skripsi adalah

" Respon Pertumbuhan dan Produksi tanaman Selada ( Lactuca sativa L)

Terhadap Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair" yang merupakan

salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Prof. Dr. Ir B S J Damanik, Msc dan Ir. Rosita Sipayung MP. Selaku

ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis selama

menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih saya ucapkan yang teramat besar kepada kedua orang tua

saya, Ayahanda Suparlan dan Ibu Roswita Sitorus yang tercinta, atas kasih sayang

baik moril, materil, maupun doa yang telah diberikan selama penyelesaian skripsi

ini. Juga kepada kakanda yang kusayang Pawita Maya Sari. S.pi. dan Abangnda

Syarifuddin Azhar Harahap ST. yang telah mendukung dan memberi semangat

kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa penulis ucapkan terima

kasih kepada , Deliana Saragih, Anak kost 46, Payan, Jhon, Omen dan

teman-teman BDP 2006 dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, yang telah

membantu dan memberi semangat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi

ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, Oktober 2011

(7)

DAFTAR ISI

Kegunaan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Sludge Kelapa Sawit ... 9

Pemberian Pupuk Organik cair ... 10

BAHAN DAN METODE ... 12

Persiapan Media Tanam ... 16

Penanaman ... 16

Pemeliharaan Tanaman ... 16

Penyiraman ... 16

Pemupukan ... 16

Penyulaman...16

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 16

Penyiangan...17

(8)

Jumlah Daun (helai) ... 17

Luas daun (cm2 Volume Akar (ml) ... 17

) ... 17

Panjang tanaman (cm) ... 18

Bobot basah layak komsumsi (g) ... 18

Jumlah klorofil (unit/6mm3 Bobot Kering tanaman (g) ... 18

) ... 18

LAB (g.m ֿ◌ ² h ֿ◌¹ )...19

LTR (g.m ֿ◌ ¹h ֿ◌ ¹)...19

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

Hasil ... 20

Pembahasan ... 49

KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

Kesimpulan ... 54

Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Rataan tinggi tanaman selada dengan berbagai perlakuanm media tanam dan pemberian pupuk organik cair pada umur

15 s/d 60 HSPT ... 21

2. Rataan Jumlah daun selada dengan berbagai perlakuanm

media tanam dan pemberian pupuk organik cair pada umur 15 s/d 60 HSPT ... 27

3. Rataan Luas daun selada dengan berbagai perlakuan media tanam dengan pembrian pupuk organik cair pada umur

15 s/d 60 HSPT ... 32

4. Rataan volume akar selada pada perlakuan media tanam dan

pemberian pupuk organik cair ... 38

5. Rataan Panjang tanaman pada perlakuan media tanam dan

pemberian pupuk organik cair ... 40

6. Rataan bobot basah layak komsumsi pada perlakuan media

tanam dan pemberian pupuk organaik cair ... 43

7. Rataan bobot kering tanaman pada perlakuan media tanam dan pemberian pupuk organik cair pada umur 15 s/d 60

HSPT ... 44

8. Rataan Jumlah klorofil daun pada perlakuan media tanam

dan pemberian pupuk organik cair 20 s/d 60 HSPT ... 46

9. Rataan laju asimilasi bersih pada perlakuan media tanam dan

pemberian pupuk organik cair 15-30, 30-45, 45-60 HSPT ... 47

10.Rataan laju tumbuh relatif pada perlakuan media tanam dan

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan Tinggi tanaman pada

umur 60 HSPT ... 24

2. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan Jumlah daun pada umur

60 HSPT ... 28

3. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan Luas daun pada umur

60 HSPT ... 32

4. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan volume akar pada umur 60 HSPT ... .34

5. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan Panjang tanaman pada umur 60 HSPT ... .36

6. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan bobot basah layak

komsumsi pada umur 60 HSPT ... .38

7. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan bobot kering tanaman

pada umur 60 HSPT ... 41

8. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan jumlah klorofil daun

pada umur 60 HSPT ... 45

9. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan Laju tumbuh relatif

pada umur 60 HSPT ... 52

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Data Tinggi tanaman 15 HSPT (cm) ... 61

2. Sidik Ragam Tinggi tanaman 15 HSPT ... 61

3. Data Tinggi tanaman 30 HSPT (cm) ... 62

4. Sidik Ragam Tinggi tanaman 30 HSPT ... 62

5. Data Tinggi tanaman 45 HSPT (cm) ... 63

6. Sidik Ragam Tinggi tanaman 45 HSPT ... 63

7. Data Tinggi tanaman 60 HSPT (cm) ... 64

8. Sidik Ragam Tinggi tanaman 60 HSPT ... 64

9. Data Jumlah daun 15 HSPT (Helai) ... 65

10.Sidik Ragam Jumlah daun 15 HSPT ... 65

11.Data Jumlah daun 30 HSPT (Helai) ... 66

12.Sidik Ragam Jumlah daun 30 HSPT ... 66

13.Data Jumlah daun 45 HSPT (Helai) ... 67

14.Sidik Ragam Jumlah daun 45 HSPT ... 67

15.Data Jumlah daun 60 HSPT (Helai) ... 68

16.Sidik Ragam Jumlah daun 60 HSPT ... 68

(12)

28.Sidik Ragam panjang tanaman 60 HSPT ... 75

29.Data Bobot basah layak komsumsi 60 HSPT (gr) ... 76

30.Sidik Ragam Bobot basah layak komsumsi 60 HSPT ... 76

31.Data jumlah klorofil daun 20 HSPT (unit/6mm3 32.Sidik Ragam jumlah klorofil daun 20 HSPT ... 77

) ... 77

33.Data jumlah klorofil daun 40 HSPT (unit/6mm3 34.Sidik Ragam jumlah klorofil daun 40 HSPT ... 78

) ... 78

35.Data jumlah klorofil daun 60 HSPT (unit/6mm3 36.Sidik Ragam jumlah klorofil daun 60 HSPT ... 79

) ... 79

37. Data Bobot kering tanaman 15 HSPT (gr) ... 80

38.Sidik Ragam Bobot kering tanaman 15 HSPT ... 80

39.Data Bobot kering tanaman 30 HSPT (gr) ... 81

40.Sidik Ragam Bobot kering tanaman 30 HSPT ... 81

41.Data Bobot kering tanaman 45 HSPT (gr) ... 82

42.Sidik Ragam Bobot kering tanaman 45 HSPT ... 82

43.Data Bobot kering tanaman 60 HSPT (gr) ... 83

44.Sidik Ragam Bobot kering tanaman 60 HSPT ... 83

45.Data Laju aimilasi bersih 15-30 HSPT (g.cm-² h-¹) ... 84

46.Sidik Ragam Laju aimilasi bersih 15-30 HSPT ... 84

47.Data Laju aimilasi bersih 30-45 HSPT (g.cm-² h-¹) ... 85

48.Sidik Ragam Laju aimilasi bersih 30-45 HSPT ... 85

49.Data Laju aimilasi bersih 45-60 HSPT (g.cm-² h-¹) ... 86

50.Sidik Ragam Laju aimilasi bersih 45-60 HSPT ... 86

51.Data Laju tumbuh relatif 15-30 HSPT (g.tan-¹ h-¹) ... 87

52.Sidik Ragam Laju tumbuh relatif 15-30 HSPT ... 87

53.Data Laju tumbuh relatif 30-45 HSPT (g.tan-¹ h-¹) ... 88

54.Sidik Ragam Laju tumbuh relatif 30-45 HSPT ... 88

55.Data Laju tumbuh relatif 45-60 HSPT (g.tan-¹ h-¹) ... 89

56.Sidik Ragam Laju tumbuh relatif 45-60 HSPT ... 89

57.Bagan penilitian ... 90

(13)

59.Bagan plot penilitian ... 92

60.Deskripsi tanaman Selada Varietas Grand Rapid ... 93

61.Analisis limbah padat kelapa sawit (Sludge) ... 94

62.Gambar Sampel tanaman ... 95

(14)

ABSTRACT

RICKY PUTRA PRATAMA: Growth Response and Production of Lettuce. (Lactuca sativa L). Giving to the growing media and Organic Liquid Fertilizer, in SENGLY guided by B. J. Damanik and Rosita SIPAYUNG The study design used was Randomized Design Group (RAK) factorial with two factors. The first factor is the growing medium, which is 100% + 0% Topsoil Palm Oil Sludge, Topsoil 75% + 25% Palm Oil Sludge, Topsoil 50% + 50% Palm Oil Sludge and 25% + 75% Topsoil Palm Oil Sludge. The second factor is the provision of liquid organic fertilizer that is: 0 cc / liter of water. 2 cc / liter of water. 4 cc / liter of water. 6 cc / liter of water. The parameters include diamatai plant height (cm), number of leaves (strands), leaf area (cm2), root volume (ml), plant length (cm), reasonable consumption of wet weight (g), leaf chlorophyll (unit/6mm3), plant dry weight (g),

net assimilation rate (gm ֿ ֿ ¹ ² h), relative growth rate (gm ֿ ֿ ¹¹h). The results showed that the significant effect of planting medium on plant height, leaf number, total leaf area, root volume, the length of the plant, wet weight feasible consumption, leaf chlorophyll, the plant dry weight, net assimilation rate, relative growth rate. Organic liquid fertilizer no real influence plant height, leaf number, total leaf area, root volume, the length of the plant, wet weight feasible consumption, leaf chlorophyll, the plant dry weight, net assimilation rate, relative growth rate. Interactions between growing media and organic liquid fertilizer no real influence plant height, leaf number, total leaf area, root volume, plant length, wet weight of feasible consumption, leaf chlorophyll, the plant dry weight, net assimilation rate, relative growth rate. The best treatment combination is the standard combination of mixed media M3P2 Topsoil 25% + 75% Palm Oil Sludge liquid organic fertilizer plus 4 cc / liter of water.

(15)

ABSTRAK

RICKY PUTRA PRATAMA : Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada.(Lactuca Sativa L). Terhadap Media tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair, di bimbing oleh B.SENGLY J. DAMANIK dan ROSITA SIPAYUNG

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media tanam, yaitu 100% Topsoil + 0% Sludge Kelapa Sawit, 75% Topsoil + 25% Sludge Kelapa Sawit, 50% Topsoil + 50% Sludge Kelapa Sawit dan 25% Topsoil + 75% Sludge Kelapa Sawit. Faktor kedua adalah pemberian pupuk organik cair yaitu : 0 cc/liter air. 2 cc/liter air. 4 cc/liter air. 6 cc/liter air . Parameter yang diamatai meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun (cmP

2

P

), volume akar (ml), panjang tanaman(cm), bobot basah layak komsumsi (gr), klorofil daun(unit/6mmP

3

P

) , bobot kering tanaman (gr), laju asimilasi bersih (g.m ֿ◌ ² h ֿ◌¹ ), laju tumbuh relatif (g.m ֿ◌ ¹h ֿ◌ ¹).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak komsumsi, klorofil daun, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif. Pemberian pupuk cair organik berpengaruh tidak nyata tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak komsumsi, klorofil daun, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif. Interaksi antara media tanam dan pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak komsumsi, klorofil daun, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif. Kombinasi perlakuan terbaik adalah taraf kombinasi MR3RPR2R campuran media 25% Topsoil +

75% Sludge Kelapa Sawit ditambah pemberian pupuk organik cair 4 cc/liter air.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman selada berasal dari Asia Barat. Berawal dari kawasan Asia Barat

dan Amerika, tanaman ini kemudian meluas ke berbagai negara. Daerah

penyebaran tanaman selada di antaranya adalah Karibia, Malaysia, Afrika Timur,

Tengah dan Barat, serta Filipina (Splisttstoesser,1984).

Pada tahun 1952, nilai komersial tanaman selada sebagai sayuran di

Amerika Serikat, hanya dapat dilampaui oleh kentang dan tomat.tanaman ini

diperkirakan telah mulai dijadikan usaha sejak 2.500 tahun lalu.

(Nazaruddin 2000).

Selada adalah tanaman yang paling banyak digunakan untuk salad.

tanaman ini merupakan sayuran musim dingin utama yang beradaptasi paling baik

pada lokasi iklim sedang, yang banyak sekali di tanam. Di beberapa negara,

konsumsi selada cukup besar untuk memberikan kontribusi gizi secara nyata.

Produksi salada dunia di perkirakan sekitar 3 juta ton, yang ditanam pada lebih

dari 300.000 ha lahan (Rubatzky dan, Yamaguchi 1998).

Lactuca sativa satu-satunya spesies Lactuca yang didomestikasi,

merupakan tanaman asli lembah Mediterania timur. Bukti lukisan pada kuburan

mesir kuno menunjukan bahwa selada yang tidak membentuk kepala telah di

tanam sejak tahun 4500 SM ( Rubatzky dan, Yamaguchi 1998).

Jenis yang banyak diusahakan di dataran rendah ialah selada daun. Jenis

(17)

serendah Jakarta pun masih subur dan bagus pertumbuhannya. Selada daun

memiliki daun yang berwama hijau segar, tepinya bergerigi atau berombak, dan

lebih enak dimakan mentah. Varietas selada daun yang baik antara lain new york,

imperial, great lakes, dan pennlake. (www.warintek.progressio.or.id, 2010).

Selada merupakan sayuran yang biasa dikomsumsi segar, oleh sebab itu,

penerapan teknologi ramah lingkungan semakin penting artinya dalam memenuhi

kebutuhan konsumen untuk itu diperlukan kesadaran petani dan berbagai pihak

yang bergelut dalam sektor pertanian akan pentingnya kesehatan dan kelestarian

lingkungan. Pertanian organik kemudian dipercaya mejadi salah satu alternatifnya

(Haryanto, Dkk1996).

Salah satu masalah yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian

organik adalah kandungan bahan organik dan status hara tanah yang rendah.

Petani organik mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pupuk organik.

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari limbah organik yang telah

mengalami penghacuran sehingga menjadi tersedia bagi tanaman (Sutanto2002).

Sludge (limbah padat) kelapa sawit adalah benda padat yang tenggelam di

dasar bak pengendapan pengolahan limbah kelapa sawit. Limbah seharusnya

dikelola agar tidak mencemari lingkungan. Limbah padat yang dihasilkan dari

pengolahan minyak kelapa sawit banyak mengandung unsur hara, diantaranya

nitrogen, fosfor, kalium, magnesium dan kalsium yang sangat baik digunakan

sebagai pupuk. Sludge merupakan salah satu limbah padat dari hasil pengolahan

minyak sawit. Di Sumatera, limbah ini dikenal sebagai lumpur sawit, namun

(18)

Selain Sludge, pupuk organik cair juga dapat diberikan untuk memenuhi

unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman, karena selain pupuk ini memiliki

kandungan unsur hara yang lengkap, pupuk ini juga mengandung beberapa

hormon pertumbuhan tanaman seperti auksin dan sitokinin serta tidak

ditemukannya bakteri pathogen.

Dengan uraian di atas dan berbagai kelebihan dari Sludge dan pupuk

organik cair, saya tertarik untuk mencoba mengaplikasikannya pada pertanaman

selada secara organik.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi selada (Lactuca sativa L.)

pada berbagai kompsisi media tanam dan berbagi taraf pupuk organik cair.

Hipotesis Penelitian

1. Media tanam berpengaruh nyata ,terhadap pertumbuhan dan produksi selada

(Lactuca sativa L.).

2.Pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata meningkatkan pertumbuhan

dan produksi selada (Lactuca sativa L.).

3. Ada pengaruh interaksi antara media tanam dan pemberian pupuk organik

(19)

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan Skripsi yang

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi bidang

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Haryanto, Dkk (1996), klasifikasi tanaman selada adalah sebagai berikut:

Kingdom :Plantae

Divisio :Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Lactuca

Spesies : Lactuca sativa L.

Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar

serabut menempel pada batang, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman

20 - 50 cm atau lebih. Sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman

diserap oleh akar serabut. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat

bumi (Rukmana, 1994).

Batang tanaman selada selama fase vegetatif, pendek, berbuku-buku

sebagai tempat kedudukan daun. Setelah tanaman selada memasuki masa

generatif batangnya memanjang (Rukmana, 1994).

Daun, sering berjumlah banyak, dan bisanya berposisi duduk (sessile),

tersusun berbentuk spiral dalam roset padat. Bentuk yang berbeda-beda sangat

beragam warna, raut tekstur, dan sembir daunnya. Daun tak berambut, mulus,

(21)

terbagi secara halus, warnanya beragam, mulai dari hijau muda hingga hijau tua,

kultivar tertentu berwarna merah atau ungu. Selada daun memiliki daun yang

berwama hijau segar, tepinya bergerigi atau berombak, dan lebih enak dimakan

mentah (Rubatzky,Yamaguchi 1997).

Bunganya berwarna kuning, terletak pada rangkaian yang lebat dan

tangkai bunganya dapat mencapai ketinggian 90 cm. Bunga ini menghasilkan

buah berbentuk polong yang berisi biji (Rukmana, 1994).

Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras,

berwarna coklat, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang empat milimeter dan

lebar satu milimeter. Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dan

(22)

Syarat Tumbuh

Iklim

Selada dapat Tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun,

hampir semua tanaman selada lebih baik diusahakan di dataran tinggi. Hanya jenis

selada daun saja yang masih toleran terhadap dataran rendah. Di tempat yang

sangat dingin ini selada juga lebih cepat berbunga. Suhu udara optimum untuk

pertumbuhan adalah antara 15 - 20o

Tanaman ini umumnya ditanam pada penghujung musim penghujan,

karena termasuk tanaman yang tidak tahan kehujanan. Pada musim kemarau,

tanaman ini memerlukan penyiraman yang cukup teratur. Selain tidak tahan

terhadap kehujanan, tanamn selada juga tidak tahan terhadap sengatan sinar

matahari yang terlalu panas. Hanya jenis selada daun dan selada batang saja yang

mampu tumbuh beradaptasi dengan baik pada udara yang panas dan terbuka.

(Haryanto dkk, 1996).

C (Pracaya 2006).

Daerah - daerah yang dapat ditanami selada terletak pada ketinggian

5 - 2.200 meter di atas permukaan laut. Jika disesusaikan dengan keterangan di

atas, maka jenis selada daun mampu beradaptasi pada ketinggian 5-2.200 m

diatas permukaan laut tersebut (Sunarjono 2003).

Suhu sedang adalah hal yang ideal untuk produksi selada berkualitas

tinggi, suhu optimumnya untuk siang hari adalah 20º C dan malam hari adalah 10º

C. Suhu yang lebih tinggi dari 30º C biasanya menghambat pertumbuhan.

(23)

pertumbuhan, dan mempercepat perkembangan luas daun sehingga daun menjadi

lebih lebar, yang berakibat pembentukukan kepala menjadi lebih cepat

(Rukmana, 1994).

Tanah

Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah Namun,

pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang

cukup mengandung bahan organik, gembur, remah dan tidak mudah tergenang air

(Setiawan 2005).

Tingkat kemasaman tanah (pH) yang ideal untuk pertumbuhan selada

adalah berkisar antara 6,5 - 7. Pada tanah yang terlalu asam, tanaman ini tidak

dapat tumbuh karena keracunan Mg dan Fe (Suprayitno, 1996).

Media Tanam

Top soil

Tanah merupakan medium alam tempat tumbuhnya tanaman, yang

tersusun dari bahan-bahan padat, cair dan gas. Bahan penyusun tanah dapat

dibedakan atas partikel mineral, bahan organik, jasad hidup, air dan gas. Fungsi

tanah untuk kehidupan adalah sebagai medium tumbuh yang menyediakan hara

dan pertukaran hara antara tanaman dengan tanah dan sebagai penyedia dan

penyimpanan air (Jumin, 2002).

Top soil merupakan lapisan tanah yang biasanya berwarna coklat tua atau

lebih kehitam-hitaman dan lebih lunak. Lapisan ini adalah tempat tumbuhnya

(24)

Top soil yang dangkal atau berkisar 0-5 cm dapat diduga telah lanjutnya

erosi. Tanah latosol mempunyai lapisan yang dangkal sedangkan tanah alluvial

mempunyai lapisan top soil yang sangat dalam. Warna-warni hitam menunjukan

erosi yang belum lanjut. Makin dalam top soil diolah maka akan cenderung

berwarna merah dan kuning. Apabila terdapat butiran-butiran maka proses ini

menghasilkan tanah dengan drainase dalam dan tanah ini yang baik (Jumin, 2002).

Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit

Pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) merupakan industri yang erat dengan

residu pengolahan. Limbah cair PMKS merupakan sumber pencemaran yang

potensial bagi manusia dan lingkungan, sehingga pabrik dituntut untuk mengolah

limbah melalui pendekatan teknologi pengolahan limbah (end of the pipe)

Limbah padat yang berasal dari pengolahan limbah cair berupa lumpur

aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah. Kandungan unsur hara yang

berasal dari limbah kelapa sawit sekitar 0,4% (N), 0,029% sampai 0,05% (P2O5),

0,15% sampai 0,2% (K2O). Dalam 1 ha areal pertanaman kelapa sawit akan

dihasilkan limbah sekitar 22 ton limbah pelepah kelapa sawit dan sedangkan dari

limbah Tandan Kosong Sawit (TKS) dihasilkan 6,75 ton limbah TKS

(25)

Tabel 1. analisis padatan (Sludge) tanpa pemanasan di Kebun Dolok Sumber : Inventarisasi dan Karakteristik Limbah PMS. Seminar Pengendalian

PMS dan Karet, 20-21 Desember 1988 di Medan.(Hakimuddin, 2009).

Tabel 2 Komposisi Kimia Limbah Cair PMKS

(Naibaho, 1998).

Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk

hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik

dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,

kimia, dan biologi tanah. Salah satu contoh merek dagang pupuk organik cair

adalah “hormon tanaman unggul”. Pupuk ini berwarna putih kelabu. Kelebihan

pupuk ini adalah meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan virus dan

Komponen % Berat Kering

Ekstrak dengan ether 31.60

(26)

dan perkembangan tanaman melebihi pertumbuhan standar. Hal ini disebabkan

karena, selain mengandung unsur hara yang lengkap, pupuk ini juga mengandung

hormon pertumbuhan tanaman. Pupuk juga mempercepat keluarnya bunga,

mempercepat masa panen sehingga panen lebih cepat dari biasanya

(http://kaskus.com, 2010).

Kandungan pupuk organik cair Hormon Tanaman Unggul adalah:

GA3, GA5, GA7, Auksin, Sitokinin,Kinetin dan Zanetin. terbukti dalam

meningkatkan hasil produksi padi. Itu terlihat dari uji coba di Desa Parakan

Kecamatan Ciomas. Hasilnya, padi yang menggunakan pupuk cair ini mampu

menghasilkan produksi gabah dua kali lipat (http://kaskus.com, 2010).

Melihat hasil yang diperoleh dari pemberian pupuk organik cair hormon

tanaman unggul pada padi, diharapkan pamberian pupuk ini pada selada juga

(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan yang berada pada ketinggian lebih kurang 25 meter di

atas permukaan laut. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian adalah benih tanaman selada

(Lactuca sativa L.) sebagai objek pengamatan, media tanam yaitu Top soil dan

Sludge kelapa sawit, pupuk organik cair Hormon tanaman unggul (Hantu) sebagai

perlakuan, pestisida organik untuk melindungi tanaman dari hama dan penyakit,

polybag 10 kg sebagai tempat penanaman, topsoil dan sebagi media tanam

persemaian, plastik untuk tempat sampel tanah dan berbagai bahan lain yang

mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan pada penelitian adalah timbangan untuk menimbang,

pacak bambu untuk membuat plot, cangkul untuk membuat paret, gembor untuk

menyiram tanaman, parang, meteran, Leaf Area Meter untuk mengukur luas daun,

klorofilmeter menghitung klorofil daun, oven, alat tulis dan kertas untuk mencatat

data, handsprayer untuk memupuk dan menyemprot pestisida organik, dan alat

(28)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial

dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I :Media Tanam Top soil dan campuran Sludge kelapa sawit (M) yang

terdiri dari 4 taraf, yaitu:

M0 =100 % Top soil + 0% sludge Kelapa sawit

M1 =75 % Top soil + 25 % sludge Kelapa sawit

M2 =50 % Top soil + 50 % sludge Kelapa sawit

M3 =25 % Top soil + 75 % sludge Kelapa sawit

Faktor II : Pupuk Organik Cair (P) dengan 4 taraf , yaitu :

P0 = 0 cc/liter air

P1 = 2 cc/liter air

P2 = 4 cc/liter air

P3 = 6 cc/liter air

Sehingga diperoleh 16 kombinasi yaitu:

M0P0 M1P0 M2P0 M3P0

M0P1 M1P1 M2P1 M3P1

M0P2 M1P2 M2P2 M3P2

M0P3 M1P3 M2P3 M3P3

Jumlah ulangan : 3 ulangan

Jumlah plot/blok : 16 plot

(29)

Panjang plot : 200 cm x 200 cm

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak antar blok : 50 cm

Jumlah polibek/plot : 16 polibek

Jumlah tanaman/polibek : 1 tanaman

Jumlah sampel/plot : 15 sampel

Jumlah sampel seluruhnya : 720 sampel

Jumlah tanaman seluruhnya : 768 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam

berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yijk = µ+ρi+αj+βk+(αβ)jk+εijk

Yijk : hasil pengamatan untuk unit percobaan ke-i dengan perlakuan pemberian

pupuk sludge kelapa sawit taraf ke-j, dan perlakuan pupuk cair organik

Hantu pada taraf ke-k.

µ : nilai tengah perlakuan ρi : pengaruh blok ke-i

αj : pengaruh perlakuan pupuk sludge kelapa sawit pada taraf ke-j

βk : pengaruh perlakuan pupuk cair organik Hantu pada taraf ke-k

(αβ)jk : Pengaruh interaksi perlakuan pupuk sludge kelapa sawit pada taraf ke-j

dan pupuk cair organik Hantu pada taraf ke-k

εijk :galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk sludge kelapa sawit

taraf ke-j, perlakuan pupuk cair organik Hantu taraf ke-k.Terhadap sidik

(30)

menggunakan Uji Beda Rata-Rata Uji Duncan berjarak ganda dengan taraf

(31)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Persiapan lahan meliputi sanitasi lahan dan pembuatan parit serta plot

yang dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan membuat plot berukuran 2 m

x 2 m. Selain itu, juga dibuat naungan untuk persemaian benih selada dengan

ketinggian lebih kurang satu meter yang menghadap ke timur dan yang

menghadap ke bagian barat lebih kurang 60 cm.

Persemaian

Sebelum ditanam, benih selada disemaikan dahulu agar diperoleh bibit

tanaman yang baik dan seragam. Untuk menghindari benih saling berlekatan,

maka digunakan abu gosok atau pasir, agar benih lebih mudah ditebarkan.

Persemain dilakukan dua minggu sebelum tanam. Media persemaian berupa

sludge dan top soil dengan komposisi 25% + 75%

Persiapan media

Persiapan media meliputi penyediaan Media Tanam Top soil dan sludge

yang dilakukan satu minggu sebelum pindah tanam. Kemudian, media tanam

(32)

Penanaman

Penanaman dilakukan setelah bibit berumur dua minggu. Penanaman

dilakukan dengan memindahkan bibit dari persemaian ke polybag yang telah

diberi perlakuan.

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari dengan cara menyiramnya sampai tanah

dalam kondisi kapasitas lapang dengan menggunakan gembor.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menyemprotkan pupuk organik cair sesuai

dosis perlakuan. Pemupukan mulai dilakukan pada saat tanaman pindah tanam

dengan interval 1 minggu. Sampai dengan 1 minggu sebelum panen.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati dan dilakukan pada umur

3 hari setelah pindah tanam ke polibek

Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan

menyemprotkan pestisida organik Multicomp, penyemprotan di lakukan dengan

(33)

Penyiangan

Penyiangan dilakukan bila terlihat ada gulma yang tumbuh pada media

tanam maupun plot, dengan cara mencabut gulma yang ada dalam polybag dan

menyiangi plot dengan cangkul.

Panen

Panen dilakukan setelah selada berumur 60 hari setelah pindah tanam,

dengan cara mencabut tanaman.

Pengamatan parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman selada dilakukan dengan mengukur panjang

mulai dari pangkal batang yang berada di permukaan tanah sampai bagian

tanaman tertinggi. Pengamatan dilakukan pada umur 15, 30, 45, 60 HSPT.

Jumlah Daun (helai)

Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung seluruh daun yang

ada pada tanaman sampel. Pengamatan ini dilakukan pada tanaman berumur 15,

30, 45, 60 HSPT.

Luas Daun (cm2

Pengukuran luas daun dilakukan pada saat 15,30,45,60 HSPT. Dengan

(34)

Volume Akar(ml)

Pengamatan Volume Akar tanaman dilakukan pada saat panen dengan

menggunakan metode volumetric. Akar terlebih dahulu di bersihkan, di cuci dari

sampah-sampah, tanah kemudian, akar dimasukan ke dalam beker gelas yang

berisi air 50 ml lalu diamati peningkatan volume air.

Volume akar=volume akhir-50 ml.

Panjang tanaman (cm)

Pengamatan diameter panjang tanaman selada dilakukan dengan mengukur

mulai dari akar primer yaitu akar yang terpanjang, sampai ujung daun.

Pengamatan ini dilakukan pada saat panen.

Bobot Basah Layak Konsumsi (gr)

Pengamatan bobot basah layak konsumsi dilakukan dengan menimbang

selada yang telah dibersihkan dari daun-daun yang tua, Penimbangan dilakukan

pada saat panen.

Jumlah Klorofil (unit/6mm3

Pengamatan jumlah klorofil dilakukan dengan menggunakan

klorofilmeter. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 20, 40 ,60 HSPT

pengukuran jumlah klorofil pada daun ke 3, 6, 9. )

Bobot Kering Tanaman (gr)

Perhitungan bobot kering tanaman dilakukan pada 15,30,45,60 HSPT.

Dilakukan dengan mengeringkan tanaman dalam oven pada suhu 65

°

C selama 24

jam, lalu di timbang dengan timbangan anlitik sehingga di peroleh bobot kering

(35)

LAB (g.cm-² h-¹)

Laju assimilasi bersih merupakan pertambahan mineral tanaman dari

assimilasi persatuan waktu (Sitompul dan Guritno 1995) di hitung pada umur 15,

30, 45, 60 HSPT dengan persaman:

LAB=( W2 - W1) (ln A2

-2 = bobot kering pertanaman pengamatan ke-1 dan ke-2

1 danT 2

A

= waktu pengamatan ke-1 dan ke-2

1 danA 2 = total luas daun pengamatan ke-1 dan ke-2

LTR (g.tan-¹ h-¹)

LTR(laju Tumbuhi relatif) merupakan hasil bahan kering per satuan bahan

kering akhir dan awal.dilakukan dan dihitung bersama laju assimilasi bersih

dengan cara menimbang bobot kering per tanaman melalui pengeringan oven

pada suhu 65

°

C (Sitompul dan Guritno 1995) dengan persamaan:

LTR= ( ln W2 - ln W1

2 = bobot kering pertanaman pengamatan ke-1 dan ke-2

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 15,30,45,60 HSPT

dapat dilihat pada Lampiran 1-8, dimana perlakuan sludge kelapa sawit

berpengaruh nyata tetapi perlakuan pupuk Organik Cair berpengaruh tidak nyata

terhadap tinggi tanaman, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa

sawit dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman

selada.

Rataan tinggi tanaman selada umur 15,30,45,60 HSPT pada perlakuan

(37)

Tabel 1. Rataan Tinggi tanaman selada dengan berbagai perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair pada umur 15,30,45 dan 60 HSPT.

(38)

Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa pada umur 15 HSPT dengan

perlakuan media tanam sludge, tanaman tertinggi terdapat pada taraf M3 yaitu:

12,36 cm yang berbeda nyata dengan taraf M0 yaitu: 5,90 cm tetapi berbeda

tidak nyata dengan taraf M1 dan M2

Pada umur 30 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media

tanam sludge, tinggi tanaman tertinggi terdapat pada taraf M .

3 yaitu: 15,55 cm

yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 7,29 cm tetapi berbeda tidak nyata dengan

M1 dan M2

Pada umur 45 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media

tanam sludge, tinggi tanaman tertinggi terdapat pada taraf M .

3 yaitu: 21,61 cm

yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 10,00 cm tetapi berbeda tidak nyata dengan

M1 dan M2

Pada umur 60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media

tanam sludge tinggi tanaman tertinggi terdapat pada taraf M .

3 yaitu: 30,08 cm

yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 15,21 cm tetapi berbeda tidak nyata

dengan M1 dan M2

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran

2, 4, 6, 8) menunjukan, pada umur 15, 30, 45, 60 HSPT untuk pengamatan tinggi

tanaman, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan,

tanaman tertinggi terdapat pada taraf P2 ( 4 cc / liter air).

(39)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan tinggi tanaman selada pada umur

60 HSPT dapat di lihat pada gambar 1

Gambar 1. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan tinggi tanaman selada umur 60 HSPT

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa Selada pada umur 60 HSPT

pengaruh sludge kelapa sawit terhadap tinggi tanaman menunjukkan hubungan

kuadratik, dengan persaman: ŷ =- 0,003 x² + 0,362x + 15,37 terjadi pada

persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 60,3% dengan tinggi tanaman

(40)

Jumlah Daun (Helai)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam Jumlah daun 15,30,45,60 HSPT

dapat dilihat pada Lampiran 9 - 16, dimana perlakuan sludge kelapa sawit

berpengaruh nyata tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata

terhadap Jumlah daun, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit

dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun.

Rataan jumlah daun umur 15,30,45,60 HSPT pada perlakuan sludge

(41)

Tabel 2.Rataan Jumlah daun dengan berbagai perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair pada umur 15,30,45 dan 60 HSPT

Media Pupuk Rataan

(42)

Dari Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa pada umur 15 HSPT dengan

perlakuan media tanam sludge, jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf M3 yaitu:

12,03 helai yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 5,81 helai tetapi berbeda tidak

nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 30 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media

tanam sludge, jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf M .

3 yaitu: 17,67 helai yang

berbeda nyata dengan M0 yaitu: 7,50 helai tetapi berbeda tidak nyata dengan M1

dan M2

Pada umur 45 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media

tanam sludge, jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf M .

3 yaitu: 25,83 helai

berbeda nyata dengan M0 yaitu: 10,00 helai yang tetapi berbeda tidak nyata

dengan M1 dan M2

Pada umur 60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media

tanam sludge, jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf M .

3 yaitu : 31,36 helai

yang berbeda nyata M0 yaitu: 12,42 helai tetapi berbeda tidak nyata dengan M1

dan M2

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran

10, 12, 14, 16) menunjukan, pada umur 15, 30, 45, 60 HSPT untuk pengamatan

jumlah daun, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan,

jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf P2 ( 4 cc / liter air).

(43)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan Jumlah daun tanaman selada pada

umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 2

Gambar 2. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan jumlah daun selada

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa Selada pada umur 60 HSPT

pengaruh sludge kelapa sawit terhadap Jumlah daun menunjukkan hubungan

kuadratik, dengan persaman: ŷ = - 0,004 x² + 0,481x + 12,78 terjadi pada

persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 60,12% dengan Jumlah daun selada

(44)

Luas Daun (cm2

Data hasil pengamatan dan sidik ragam Luas daun 15,30,45,60 HSPT

dapat dilihat pada Lampiran 17-24, dimana perlakuan sludge kelapa sawit

berpengaruh nyata tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata

terhadap Luas daun, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit

dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Luas daun. )

Rataan Luas daun umur 15,30,45,60 HSPT pada perlakuan sludge kelapa

(45)

Tabel 3. Rataan Luas daun tanaman selada dengan berbagai perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik Cair pada umur 15,30,45 dan 60 HSPT

(46)

Dari Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa pada umur 15 HSPT dengan

perlakuan media tanam sludge, luas daun tertinggi terdapat pada taraf M3 yaitu:

7,38 cm2 yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 3,75 cm2 tetapi berbeda tidak

nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 30 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media

tanam sludge, luas daun tertinggi terdapat pada taraf M .

3 yaitu: 10,19 cm2 yang

berbeda nyata dengan M0 yaitu: 4,04 cm2 tetapi berbeda tidak nyata dengan M1

dan M2

Pada umur 45 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media

tanam sludge, luas daun tertinggi terdapat pada taraf M .

3 yaitu: 16,68 cm2 berbeda

nyata dengan M0 yaitu: 6,04 cm2 yang tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan

M2

Pada umur 60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media

tanam sludge, luas daun tertinggi terdapat pada taraf M .

3 yaitu : 24,65 cm2 yang

berbeda nyata M0 yaitu: 12,78 cm2 tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran

18, 20, 22 ,24) menunjukan, pada umur 15, 30, 45, 60 HSPT untuk pengamatan

luas daun, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan,

luas daun tertinggi terdapat pada taraf P

.

(47)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan Luas daun tanaman selada pada

umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 3

Gambar 3. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Luas daun selada

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT

pengaruh sludge kelapa sawit terhadap Luas daun menunjukkan hubungan

kuadratik, dengan persaman: ŷ = - 0,003 x² + 0,381x + 13,20 terjadi pada

persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 63,5% dengan luas daun selada

maksimum 24,4 cm².

Umur 60 HSPT

(48)

Volume Akar(ml)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam Volume Akar dapat dilihat pada

Lampiran 25-26 , dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata tetapi

perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Jumlah daun,

begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan pupuk organik

cair berpengaruh tidak nyata terhadap Volume akar.

Rataan Volume Akar pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian

pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Volume akar tanaman selada dengan berbagai perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik Cair

Media Pupuk Rataan

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Dari Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa pada umur 60 HSPT dengan

perlakuan media tanam sludge, volume akar tertinggi terdapat pada taraf M3 yaitu:

15,59 ml yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 3,53 ml tetapi berbeda tidak nyata

dengan M1 dan M2

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran

26) menunjukan, pada umur 60 HSPT untuk pengamatan volume akar, tidak

menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan, volume akar

tertinggi terdapat pada taraf P2 (4 cc / liter air).

(49)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan Volume Akar tanaman selada pada

umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 4

Gambar 4. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Volume akar selada

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT

pengaruh sludge kelapa sawit terhadap volume akar menunjukkan hubungan

kuadratik, dengan persaman: ŷ =- 0,001 x² + 0,25x + 3,819 terjadi pada persentase

sludge kelapa sawit optimum yaitu 62,5% dengan volume akar selada maksimum

13,8 ml.

(50)

Panjang Tanaman (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam Panjang tanaman dapat dilihat

pada Lampiran 27-28, dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata

tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Panjang

tanaman, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan

pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Panajang tanaman.

Rataan Panajang tanaman pada perlakuan sludge kelapa sawit dan

pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 4. Rataan Panjang tanaman selada dengan berbagai perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik Cair

Media Pupuk Rataan

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Dari Tabel 5 dapat disimpulkan bahwa pada umur 60 HSPT dengan

perlakuan media tanam sludge, panjang tanaman tertinggi terdapat pada taraf M3

yaitu: 33,36 cm yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 17,84 cm tetapi berbeda

tidak nyata dengan M1 dan M2

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran

28) menunjukan, pada umur 60 HSPT untuk pengamatan panjang tanaman, tidak

menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan, Panjang tanaman

tertinggi terdapat pada taraf P2 (4 cc / liter air).

(51)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan Panjang tanaman tanaman selada

pada umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 5.

Gambar 5. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Panjang tanaman selada

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT pengaruh

sludge kelapa sawit terhadap panjang tanaman menunjukkan hubungan kuadratik,

dengan persaman: ŷ =- 0,003 x² + 0,355x + 18,12 terjadi pada persentase sludge

kelapa sawit optimum yaitu 59,1% dengan panjang tanaman selada maksimum

32,6 cm.

Umur 60 HSPT

(52)

Bobot basah layak komsumsi (gr)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam Bobot basah layak komsumsi

dapat dilihat pada Lampiran 29-30, dimana perlakuan sludge kelapa sawit

berpengaruh nyata tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata

terhadap Bobot basah layak komsumsi, begitu juga dengan interaksi perlakuan

sludge kelapa sawit dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap

Bobot basah layak komsumsi.

Rataan Bobot basah layak komsumsi pada perlakuan sludge kelapa sawit

dan pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot

basah

layak komsumsi pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair

Media Pupuk Rataan

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Dari Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa pada umur 60 HSPT dengan

perlakuan media tanam sludge, Bobot basah layak komsumsi tertinggi terdapat

pada taraf M3 yaitu: 196,23 gr yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 84,14 gr

tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran

30) menunjukan, pada umur 60 HSPT untuk pengamatan bobot basah layak

komsumsi , tidak menunjukan pengaruh namun ada kecenderungan, Bobot basah

layak komsumsi tertinggi terdapat pada taraf P1 (2 cc / liter air).

(53)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan Bobot basah layak komsumsi

tanaman selada pada umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 6.

Gambar 6. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Bobot basah layak komsumsi tanaman selada Umur 60 HSPT

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT dapat

dilihat bahwa pengaruh sludge kelapa sawit terhadap Bobot basah layak

komsumsi menunjukkan hubungan kuadratik, dengan persaman: ŷ =- 0,018 x² +

2,599x + 89,00 terjadi pada persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 72,1%

dengan bobot basah layak komsumsi selada maksimum 182,4 (gr).

.

(54)

Jumlah Klorofil daun (unit/6mm3

Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah Klorofil dapat dilihat pada

Lampiran 31-36 , dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata tetapi

perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah Klrofil

daun, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan pupuk

organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Jumlah klorofil daun. )

Rataan Bobot jumlah Klorofil daun pada perlakuan sludge kelapa sawit

dan pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan jumlah Klrofil pada umur 20,40, 60 pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair.

Media Pupuk Rataan

(55)

Dari Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa pada umur 20 HSPT dengan

perlakuan media tanam sludge, Jumlah klorofil daun tertinggi terdapat pada taraf

M3 yaitu: 52,34 unit/6mm3 yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 30,54

unit/6mm3 tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 40 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media

tanam sludge, Jumlah klorofil daun tertinggi terdapat pada taraf M .

2 yaitu: 72,62

unit/6mm3 yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 57,70 unit/6mm3 tetapi

berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3

Pada umur 60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media

tanam sludge, Jumlah klorofil daun tertinggi terdapat pada taraf M .

2 yaitu: 85,83

unit/6mm3 yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 67,27 unit/6mm3 yang tetapi

berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran

32, 34, 36) menunjukan, pada umur 20, 40, 60 HSPT untuk pengamatan jumlah

klorofil daun, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan,

jumlah klorofil daun tertinggi terdapat pada taraf P .

0, P2, P3 ( 0 cc sampai 6 cc /

(56)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan Jumlah klorofil daun tanaman

selada pada umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 7

.

Gambar 7. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan jumlah Klorofil tanaman selada Umur 60 HSPT

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa Selada pada umur 60 HSPT

pengaruh sludge kelapa sawit terhadap Jumlah klorofil daun menunjukkan

hubungan kuadratik, dengan persaman: ŷ =- 0,005 x² + 0,614x + 66,95 terjadi

pada persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 61,4 % dengan jumlah klorofil

daun selada maksimum 86,4 (unit/6mm3 ).

(57)

Bobot Kering Tanaman (gr)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering tanaman dapat dilihat

pada Lampiran 37-44, dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata

tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap bobot

kering tanaman begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit

dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering

tanaman.

Rataan Bobot kering tanaman pada perlakuan sludge kelapa sawit dan

(58)

Tabel 8. Rataan bobot kering tanaman pada umur 15,30,45 dan 60 HSPT pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair

(59)

Dari Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa pada umur 15 HSPT dengan

perlakuan media tanam sludge, bobot kering tanaman tertinggi terdapat pada taraf

M3 yaitu: 0,10 gr yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,04 gr tetapi berbeda

tidak nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 30 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media

tanam sludge, bobot kering tanaman tertinggi terdapat pada taraf M .

2 yaitu: 0,44 gr

yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,03 gr tetapi berbeda tidak nyata dengan

M1 dan M3

Pada umur 45 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media

tanam sludge, bobot kering tanaman tertinggi tertinggi terdapat pada taraf M .

3

yaitu: 9,39 gr yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,60 gr yang tetapi berbeda

tidak nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media

tanam sludge, bobot kering tanaman tertinggi terdapat pada taraf M .

2 yaitu: 25,71

gr yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 5,88 gr tetapi berbeda tidak nyata

dengan M1 dan M3

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran

38, 40, 42, 44) menunjukan, pada umur 15, 30, 45,60 HSPT untuk pengamatan

bobot kering tanaman tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada

kecenderungan, bobot kering tanaman tertinggi terdapat pada taraf P .

1 dan P2, ( 2

(60)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan bobot kering tanaman selada pada

umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 8.

Gambar 8. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Bobot kering tanaman selada Umur 60 HSPT

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT pengaruh

sludge kelapa sawit terhadap bobot kering tanaman menunjukkan hubungan

kuadratik, dengan persaman: ŷ = - 0,003 x² + 0,557x + 5,197 terjadi pada

persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 69,6 % dengan bobot kering

tanaman selada maksimum 23,7 (gr).

(61)

Laju asimilasi bersih (g.cm-² h-¹)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam laju asimilasi bersih. dapat dilihat

pada Lampiran 45-50, dimana perlakuan sludge kelapa sawit 15-30 HSPT dan

30-45 HSPT berpengaruh nyata dan slugde kelapa sawit berpengaruh tidak nyata

pada umur 45-60 HSPT. dan perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak

nyata terhadap laju asimilasi bersih. begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge

kelapa sawit dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap laju

asimilasi bersih.

Rataan laju asimilasi bersih tanaman pada perlakuan sludge kelapa sawit

(62)

Tabel 9. Rataan laju asimilasi bersih pada umur 15-30, 30-45 dan 45- 60 HSPT pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik.

(63)

Dari Tabel 9 dapat disimpulkan bahwa pada umur 15-30 HSPT dengan

perlakuan media tanam sludge, laju asimilasi bersih tertinggi terdapat pada taraf

M2 yaitu: 0,043 g.cm-² h-¹ yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,01 g.cm-² h-¹

tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3

Pada umur 30-45 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan

media tanam sludge, laju asimilasi bersih tertinggi terdapat pada taraf M .

2 yaitu:

0,310 g.cm-² h-¹ yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,049 g.cm-² h-¹ tetapi

berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3

Pada umur 45-60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan

media tanam sludge, laju asimilasi bersih tertinggi tertinggi terdapat pada taraf M .

2

yaitu: 0,330 g.cm-² h-¹ yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,225 g.cm-² h-¹ gr

yang tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran

48, 50, 52) menunjukan, pada umur 15-30, 30-45, 45-60 HSPT untuk pengamatan

laju asimilasi bersih, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada

kecenderungan, laju asimilasi bersih tertinggi terdapat pada taraf P .

2, dan P3 ( 4 cc

(64)

Laju tumbuh relatif (g.tan-¹ h-¹)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam laju tumbuh relatif dapat dilihat

pada Lampiran 51-56, dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata

tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata laju tumbuh relatif

begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan pupuk organik

cair berpengaruh tidak nyata terhadap laju tumbuh relatif.

Rataan laju tumbuh relatif pada perlakuan sludge kelapa sawit dan

(65)

Tabel 10. Rataan laju tumbuh relatif pada umur 15-30, 30-45 dan 45- 60 HSPT pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik.

(66)

Dari Tabel 10 dapat disimpulkan bahwa pada umur 15-30 HSPT dengan

perlakuan media tanam sludge, laju tumbuh relatif tertinggi terdapat pada taraf M2

yaitu:0,11957 g.tan-¹ h-¹ yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,02024 g.tan-¹ h

-¹ tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3

Pada umur 30-45 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan

media tanam sludge, laju tumbuh relatif tertinggi terdapat pada taraf M .

3 yaitu:

0,1597 g.tan-¹ h-¹ yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,0852 g.tan-¹ h-¹ tetapi

berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2

Pada umur 45-60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan

media tanam sludge, laju tumbuh relatif tertinggi tertinggi terdapat pada taraf M .

2

yaitu: 0,23405 g.tan-¹ h-¹ yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,14352 g.tan-¹ h-¹

yang tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3

Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran

54, 56, 58) menunjukan, pada umur 15-30, 30-45, 45-60 HSPT untuk pengamatan

laju tumbuh relatif, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada

kecenderungan, laju tumbuh relatif tertinggi terdapat pada taraf P .

0, dan P1 ( 0 cc

(67)

Hubungan slugde kelapa sawit dengan laju tumbuh relatif pada umur 60

HSPT dapat di lihat pada gambar 10.

Gambar 10. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Laju

tumbuh relatif Umur 60 HSPT

Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT pengaruh sludge

kelapa sawit terhadap laju tumbuh relatif menunjukkan hubungan kuadratik,

dengan persaman: ŷ =- 0,0005 x² + 0,004x + 0,144 terjadi pada persentase sludge

kelapa sawit optimum yaitu 47,3 % dengan laju tumbuh relatif tanaman selada

(68)

Pembahasan

Respon pertumbuhan dan produksi terhadap media tanam

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa media tanam yang

mengandung sludge kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,

jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak

komsumsi, bobot kering tanaman, klorofil daun, LTR (laju tumbuh relatif), LAB

( laju asimilasi bersih),15-30 HSPT dan 30-45 HSPT. dan tidak berpengaruh nyata

laju asimilasi bersih 45-60 HSPT.

Sludge kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, panjang

tanaman selada. Dari hasil analis data statistik menunjukan bahwa nilai tertinggi

pada parameter tinggi tanaman, panjang tanaman terdapat perlakuan M3 dan di

ikuti perlakuan M2, M1, M0. Hal ini di sebabkan karena perlakuan M3 lebih

banyak mengandung sludge kelapa sawit yang mampu memperbaiki sifat fisik,

kima dan biologi tanah Sehingga unsur hara yang lengkap dan tersedia.

Ketersediaan bahan organik ini mampu merangsang pertumbuhan tanaman. Hal

ini sesuai dengan literatur Sarief (1985) yang menyatakan bahwa sumbangan

bahan organik akan memberi pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia serta biologi

tanah.

Peningkatan jumlah daun, klorofil daun, dan total luas daun pada

perlakuan media dengan penambahan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata. dari

hasil analis data statistik menunjukan bahwa nilai tertinggi pada parameter

jumlah daun, total luas daun , klorofil daun terdapat perlakuan M3, M2, di ikuti

perlakuan M1, M0. Hal ini di karena kan sludge kelapa sawit mampu

(69)

maupun unsur hara lainnya yang berguna dalam metabolisme tubuh tumbuhan.

Proses-proses metabolisme seperti fotosintesis dan respirasi sangat bergantung

pada ketersediaan unsur hara tersebut untuk pertumbuhan tanaman secara normal.

Hal ini sesuai dengan literatur Jumin (2002) yang menyatakan bahwa unsur N

berperan dalam pertumbuhan vegetatif terutama daun serta merangsang

pertunasan. Didukung juga oleh pernyataan Suwandi dan Chan (1982) yang

menyatakan bahwa unsur P, K, Mg dan Ca berperan dalam menunjang

pertumbuhan lebar daun untuk proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi,

enzim dan mineral termasuk air.

Pengaruh sludge kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap berat basah

layak komsumsi, berat kering tanaman. Dari hasil analis data statistik menunjukan

bahwa nilai tertinggi pada parameter berat basah layak komsumsi, berat kering

tanaman terdapat perlakuan M3, M2, di ikuti perlakuan M1,M0. Hal ini di karena

sludge kelapa sawit mampu memenuhui kebutuhan selada akan nitrogen agar

memperoleh hasil yang optimal, karena nitrogen sangat dibutuhkan selada pada

proses pembentukan organ-organ vegetatif khususnnya daun, sebab nitrogen

berperan dalam pembentukan asam amino dan protein dan keadaan ini akan dapat

dipenuhi dengan menambahkan Sludge kelapa sawit karena Sludge kelapa sawit

mengandung banyak nitrogen yang sangat dibutuhkan selada. Sarief (1985) yang

menyatakan bahwa unsur makro N, P, K, Mg sangat dibutuhkan oleh tanaman

dalam jumlah besar, yaitu unsur N berperan dalam meningkatkan pertumbuhan

vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun.

(70)

akar terdapat perlakuan M3, di ikuti perlakuan M2, M1, M0. Hal ini di karena

sludge kelapa sawit dalam media dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme

yang menjadikan tanah lebih gembur serta membuat struktur tanah menjadi lebih

remah sehingga mempermudah oksigen masuk kedalam media, dengan demikian

pertumbuhan akar menjadi lebih baik dalam menyerap unsur hara N, P, K, Hal ini

sesuai dengan pernyataan Dwidjoseputro (1981) yang menyatakan bahwa

pertumbuhan akar yang baik akan menyebabkan proses penyerapan hara

berlangsung dengan baik, dimana unsur hara yang diserap sangat diperlukan untuk

mendukung proses fotosintesis.

Pengaruh slude kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap laju tumbuh

relatif, laju asimilasi bersih pada umur 15-30 HSPT dan 30-45 HSPT. dan tidak

berpengaruh nyata pada umur 45-60 HSPT. Dari hasil analis data statistik

menunjukan bahwa nilai tertinggi pada parameter laju asimilasi bersih, laju

tumbuh relatif terdapat perlakuan M2, di ikuti perlakuan M3, M1,M0. hal ini

disebabkan perkembangan vegetatif tanaman seperti Luas daun, Semakin lebar

daun sebuah tanaman maka semakin besar juga asimilasi bersihnya. dan

ketersediaannya unsur hara N, K, P, Mg yang terdapat didalam sludge kelapa

sawit tersebut. apabila unsur hara yang terdapat pada tanaman cukup banyak maka

tanaman menjadi semakin subur dan pertumbuhan semaikn cepat dan Laju

asimilasi pada umur 45-60 HSPT berpengaruh tidak nyata. hal ini di sebabkan

karena semakin bertambah umur kegiatan fotosintesis masih aktif, namun

demikian pertumbuhan dan perkembangan sel-sel yang sudah dewasa relatif

lambat, sehingga total asimilat yang dihasilkan sedikit. Hal ini sesuai dengan

Gambar

Tabel 1. analisis padatan (Sludge) tanpa pemanasan di Kebun Dolok
Tabel 1. Rataan Tinggi tanaman selada dengan berbagai perlakuan sludge
Tabel 2.Rataan Jumlah daun  dengan berbagai perlakuan sludge kelapa
Gambar 2. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan jumlah daun  selada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut pada masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah dampak bagi lingkungan yang ada

Dapatan kajian (Jadual 3) menunjukkan 51 responden (12.8%) amat sangat setuju dengan pernyataan personaliti calon lebih penting berbanding kredibiliti parti.

Selanjutnya pada bagian monitoring sensor menampilkan informasi bahwa prototipe bebas dari asap rokok dengan background warna orange dengan nilai sensor yang

“setiap hari ada saja kecelakaan lalu lintas di sana,” kata kasubdit penega- kan Hukum Ditlantas polda metro Jaya akBp Warsinem ketika memberikan penyuluhan Tertib

Semangat semacam inilah yang hendak dilakukan Muhammad Syahrur, seorang pemikir kontemporer dari Arab-Syiria, yang mencoba “menawarkan” metodologi baru dengan teori batas

Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, maka mendapatkan beberapa saran yang dapat di jadikan tolak ukur atau pertimbangan untuk memperbaiki konsep diri dalam

Maka, kepekaan terhadap sesama dan suatu keadaan itu penting sekali karena dapat meninggkatkan kecerdasan interpersonal para santri, untuk hal ini para asatidz

Skripsi ANALISIS PENCATATAN SELISIH KURS DALAM ..... ADLN - Perpustakaan