RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
SELADA (Lactuca sativa L.)TERHADAP MEDIA TANAM
DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR
SKRIPSI
OLEH
RICKY PUTRA PRATAMA
060301025BDP-AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
SELADA (Lactuca sativa L.)TERHADAP MEDIA TANAM
DAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR
SKRIPSI
OLEH
RICKY PUTRA PRATAMA
060301025BDP-AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat Memperoleh gelar sarjana (S1) di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh :
Prof. Dr. Ir. B. Sengli J Damanik, MSc
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing Ir. Rosita Sipayung MP
Nip.1942.1027.1967.03.1001 Nip.1958 0325 1985 032002
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRACT
RICKY PUTRA PRATAMA: Growth Response and Production of Lettuce. (Lactuca sativa L). Giving to the growing media and Organic Liquid Fertilizer, in SENGLY guided by B. J. Damanik and Rosita SIPAYUNG The study design used was Randomized Design Group (RAK) factorial with two factors. The first factor is the growing medium, which is 100% + 0% Topsoil Palm Oil Sludge, Topsoil 75% + 25% Palm Oil Sludge, Topsoil 50% + 50% Palm Oil Sludge and 25% + 75% Topsoil Palm Oil Sludge. The second factor is the provision of liquid organic fertilizer that is: 0 cc / liter of water. 2 cc / liter of water. 4 cc / liter of water. 6 cc / liter of water. The parameters include diamatai plant height (cm), number of leaves (strands), leaf area (cm2), root volume (ml), plant length (cm), reasonable consumption of wet weight (g), leaf chlorophyll (unit/6mm3), plant dry weight (g),
net assimilation rate (gm ֿ ֿ ¹ ² h), relative growth rate (gm ֿ ֿ ¹¹h). The results showed that the significant effect of planting medium on plant height, leaf number, total leaf area, root volume, the length of the plant, wet weight feasible consumption, leaf chlorophyll, the plant dry weight, net assimilation rate, relative growth rate. Organic liquid fertilizer no real influence plant height, leaf number, total leaf area, root volume, the length of the plant, wet weight feasible consumption, leaf chlorophyll, the plant dry weight, net assimilation rate, relative growth rate. Interactions between growing media and organic liquid fertilizer no real influence plant height, leaf number, total leaf area, root volume, plant length, wet weight of feasible consumption, leaf chlorophyll, the plant dry weight, net assimilation rate, relative growth rate. The best treatment combination is the standard combination of mixed media M3P2 Topsoil 25% + 75% Palm Oil Sludge liquid organic fertilizer plus 4 cc / liter of water.
ABSTRAK
RICKY PUTRA PRATAMA : Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada.(Lactuca Sativa L). Terhadap Media tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair, di bimbing oleh B.SENGLY J. DAMANIK dan ROSITA SIPAYUNG
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media tanam, yaitu 100% Topsoil + 0% Sludge Kelapa Sawit, 75% Topsoil + 25% Sludge Kelapa Sawit, 50% Topsoil + 50% Sludge Kelapa Sawit dan 25% Topsoil + 75% Sludge Kelapa Sawit. Faktor kedua adalah pemberian pupuk organik cair yaitu : 0 cc/liter air. 2 cc/liter air. 4 cc/liter air. 6 cc/liter air . Parameter yang diamatai meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun (cmP
2
P
), volume akar (ml), panjang tanaman(cm), bobot basah layak komsumsi (gr), klorofil daun(unit/6mmP
3
P
) , bobot kering tanaman (gr), laju asimilasi bersih (g.m ֿ◌ ² h ֿ◌¹ ), laju tumbuh relatif (g.m ֿ◌ ¹h ֿ◌ ¹).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak komsumsi, klorofil daun, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif. Pemberian pupuk cair organik berpengaruh tidak nyata tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak komsumsi, klorofil daun, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif. Interaksi antara media tanam dan pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak komsumsi, klorofil daun, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif. Kombinasi perlakuan terbaik adalah taraf kombinasi MR3RPR2R campuran media 25% Topsoil +
75% Sludge Kelapa Sawit ditambah pemberian pupuk organik cair 4 cc/liter air.
RIWAYAT HIDUP
Ricky putra pratama, dilahirkan pada tanggal 23 juli 1988 di Pematang
siantar yang merupakan anak ke dua dari dua bersaudara putra dari ayah Suparlan
dan Ibu Roswita sitorus
Penulis menyelesaikan pendidikan SMAN 1 Natal Mandailing natal pada
tahun 2006.Kemudian penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan melalaui jalur PMP. dan memilih
Departermen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti organisasi HIMADITA
sebagai anggota seksi olahraga pada tahun 2008-2009
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) pada tahun 2009 di
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucaokan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul dari skripsi adalah
" Respon Pertumbuhan dan Produksi tanaman Selada ( Lactuca sativa L)
Terhadap Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair" yang merupakan
salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Prof. Dr. Ir B S J Damanik, Msc dan Ir. Rosita Sipayung MP. Selaku
ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih saya ucapkan yang teramat besar kepada kedua orang tua
saya, Ayahanda Suparlan dan Ibu Roswita Sitorus yang tercinta, atas kasih sayang
baik moril, materil, maupun doa yang telah diberikan selama penyelesaian skripsi
ini. Juga kepada kakanda yang kusayang Pawita Maya Sari. S.pi. dan Abangnda
Syarifuddin Azhar Harahap ST. yang telah mendukung dan memberi semangat
kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa penulis ucapkan terima
kasih kepada , Deliana Saragih, Anak kost 46, Payan, Jhon, Omen dan
teman-teman BDP 2006 dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, yang telah
membantu dan memberi semangat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi
ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Oktober 2011
DAFTAR ISI
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Sludge Kelapa Sawit ... 9
Pemberian Pupuk Organik cair ... 10
BAHAN DAN METODE ... 12
Persiapan Media Tanam ... 16
Penanaman ... 16
Pemeliharaan Tanaman ... 16
Penyiraman ... 16
Pemupukan ... 16
Penyulaman...16
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 16
Penyiangan...17
Jumlah Daun (helai) ... 17
Luas daun (cm2 Volume Akar (ml) ... 17
) ... 17
Panjang tanaman (cm) ... 18
Bobot basah layak komsumsi (g) ... 18
Jumlah klorofil (unit/6mm3 Bobot Kering tanaman (g) ... 18
) ... 18
LAB (g.m ֿ◌ ² h ֿ◌¹ )...19
LTR (g.m ֿ◌ ¹h ֿ◌ ¹)...19
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
Hasil ... 20
Pembahasan ... 49
KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
Kesimpulan ... 54
Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1. Rataan tinggi tanaman selada dengan berbagai perlakuanm media tanam dan pemberian pupuk organik cair pada umur
15 s/d 60 HSPT ... 21
2. Rataan Jumlah daun selada dengan berbagai perlakuanm
media tanam dan pemberian pupuk organik cair pada umur 15 s/d 60 HSPT ... 27
3. Rataan Luas daun selada dengan berbagai perlakuan media tanam dengan pembrian pupuk organik cair pada umur
15 s/d 60 HSPT ... 32
4. Rataan volume akar selada pada perlakuan media tanam dan
pemberian pupuk organik cair ... 38
5. Rataan Panjang tanaman pada perlakuan media tanam dan
pemberian pupuk organik cair ... 40
6. Rataan bobot basah layak komsumsi pada perlakuan media
tanam dan pemberian pupuk organaik cair ... 43
7. Rataan bobot kering tanaman pada perlakuan media tanam dan pemberian pupuk organik cair pada umur 15 s/d 60
HSPT ... 44
8. Rataan Jumlah klorofil daun pada perlakuan media tanam
dan pemberian pupuk organik cair 20 s/d 60 HSPT ... 46
9. Rataan laju asimilasi bersih pada perlakuan media tanam dan
pemberian pupuk organik cair 15-30, 30-45, 45-60 HSPT ... 47
10.Rataan laju tumbuh relatif pada perlakuan media tanam dan
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan Tinggi tanaman pada
umur 60 HSPT ... 24
2. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan Jumlah daun pada umur
60 HSPT ... 28
3. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan Luas daun pada umur
60 HSPT ... 32
4. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan volume akar pada umur 60 HSPT ... .34
5. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan Panjang tanaman pada umur 60 HSPT ... .36
6. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan bobot basah layak
komsumsi pada umur 60 HSPT ... .38
7. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan bobot kering tanaman
pada umur 60 HSPT ... 41
8. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan jumlah klorofil daun
pada umur 60 HSPT ... 45
9. Hubungan Sludge Kelapa Sawit dengan Laju tumbuh relatif
pada umur 60 HSPT ... 52
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1. Data Tinggi tanaman 15 HSPT (cm) ... 61
2. Sidik Ragam Tinggi tanaman 15 HSPT ... 61
3. Data Tinggi tanaman 30 HSPT (cm) ... 62
4. Sidik Ragam Tinggi tanaman 30 HSPT ... 62
5. Data Tinggi tanaman 45 HSPT (cm) ... 63
6. Sidik Ragam Tinggi tanaman 45 HSPT ... 63
7. Data Tinggi tanaman 60 HSPT (cm) ... 64
8. Sidik Ragam Tinggi tanaman 60 HSPT ... 64
9. Data Jumlah daun 15 HSPT (Helai) ... 65
10.Sidik Ragam Jumlah daun 15 HSPT ... 65
11.Data Jumlah daun 30 HSPT (Helai) ... 66
12.Sidik Ragam Jumlah daun 30 HSPT ... 66
13.Data Jumlah daun 45 HSPT (Helai) ... 67
14.Sidik Ragam Jumlah daun 45 HSPT ... 67
15.Data Jumlah daun 60 HSPT (Helai) ... 68
16.Sidik Ragam Jumlah daun 60 HSPT ... 68
28.Sidik Ragam panjang tanaman 60 HSPT ... 75
29.Data Bobot basah layak komsumsi 60 HSPT (gr) ... 76
30.Sidik Ragam Bobot basah layak komsumsi 60 HSPT ... 76
31.Data jumlah klorofil daun 20 HSPT (unit/6mm3 32.Sidik Ragam jumlah klorofil daun 20 HSPT ... 77
) ... 77
33.Data jumlah klorofil daun 40 HSPT (unit/6mm3 34.Sidik Ragam jumlah klorofil daun 40 HSPT ... 78
) ... 78
35.Data jumlah klorofil daun 60 HSPT (unit/6mm3 36.Sidik Ragam jumlah klorofil daun 60 HSPT ... 79
) ... 79
37. Data Bobot kering tanaman 15 HSPT (gr) ... 80
38.Sidik Ragam Bobot kering tanaman 15 HSPT ... 80
39.Data Bobot kering tanaman 30 HSPT (gr) ... 81
40.Sidik Ragam Bobot kering tanaman 30 HSPT ... 81
41.Data Bobot kering tanaman 45 HSPT (gr) ... 82
42.Sidik Ragam Bobot kering tanaman 45 HSPT ... 82
43.Data Bobot kering tanaman 60 HSPT (gr) ... 83
44.Sidik Ragam Bobot kering tanaman 60 HSPT ... 83
45.Data Laju aimilasi bersih 15-30 HSPT (g.cm-² h-¹) ... 84
46.Sidik Ragam Laju aimilasi bersih 15-30 HSPT ... 84
47.Data Laju aimilasi bersih 30-45 HSPT (g.cm-² h-¹) ... 85
48.Sidik Ragam Laju aimilasi bersih 30-45 HSPT ... 85
49.Data Laju aimilasi bersih 45-60 HSPT (g.cm-² h-¹) ... 86
50.Sidik Ragam Laju aimilasi bersih 45-60 HSPT ... 86
51.Data Laju tumbuh relatif 15-30 HSPT (g.tan-¹ h-¹) ... 87
52.Sidik Ragam Laju tumbuh relatif 15-30 HSPT ... 87
53.Data Laju tumbuh relatif 30-45 HSPT (g.tan-¹ h-¹) ... 88
54.Sidik Ragam Laju tumbuh relatif 30-45 HSPT ... 88
55.Data Laju tumbuh relatif 45-60 HSPT (g.tan-¹ h-¹) ... 89
56.Sidik Ragam Laju tumbuh relatif 45-60 HSPT ... 89
57.Bagan penilitian ... 90
59.Bagan plot penilitian ... 92
60.Deskripsi tanaman Selada Varietas Grand Rapid ... 93
61.Analisis limbah padat kelapa sawit (Sludge) ... 94
62.Gambar Sampel tanaman ... 95
ABSTRACT
RICKY PUTRA PRATAMA: Growth Response and Production of Lettuce. (Lactuca sativa L). Giving to the growing media and Organic Liquid Fertilizer, in SENGLY guided by B. J. Damanik and Rosita SIPAYUNG The study design used was Randomized Design Group (RAK) factorial with two factors. The first factor is the growing medium, which is 100% + 0% Topsoil Palm Oil Sludge, Topsoil 75% + 25% Palm Oil Sludge, Topsoil 50% + 50% Palm Oil Sludge and 25% + 75% Topsoil Palm Oil Sludge. The second factor is the provision of liquid organic fertilizer that is: 0 cc / liter of water. 2 cc / liter of water. 4 cc / liter of water. 6 cc / liter of water. The parameters include diamatai plant height (cm), number of leaves (strands), leaf area (cm2), root volume (ml), plant length (cm), reasonable consumption of wet weight (g), leaf chlorophyll (unit/6mm3), plant dry weight (g),
net assimilation rate (gm ֿ ֿ ¹ ² h), relative growth rate (gm ֿ ֿ ¹¹h). The results showed that the significant effect of planting medium on plant height, leaf number, total leaf area, root volume, the length of the plant, wet weight feasible consumption, leaf chlorophyll, the plant dry weight, net assimilation rate, relative growth rate. Organic liquid fertilizer no real influence plant height, leaf number, total leaf area, root volume, the length of the plant, wet weight feasible consumption, leaf chlorophyll, the plant dry weight, net assimilation rate, relative growth rate. Interactions between growing media and organic liquid fertilizer no real influence plant height, leaf number, total leaf area, root volume, plant length, wet weight of feasible consumption, leaf chlorophyll, the plant dry weight, net assimilation rate, relative growth rate. The best treatment combination is the standard combination of mixed media M3P2 Topsoil 25% + 75% Palm Oil Sludge liquid organic fertilizer plus 4 cc / liter of water.
ABSTRAK
RICKY PUTRA PRATAMA : Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada.(Lactuca Sativa L). Terhadap Media tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair, di bimbing oleh B.SENGLY J. DAMANIK dan ROSITA SIPAYUNG
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah media tanam, yaitu 100% Topsoil + 0% Sludge Kelapa Sawit, 75% Topsoil + 25% Sludge Kelapa Sawit, 50% Topsoil + 50% Sludge Kelapa Sawit dan 25% Topsoil + 75% Sludge Kelapa Sawit. Faktor kedua adalah pemberian pupuk organik cair yaitu : 0 cc/liter air. 2 cc/liter air. 4 cc/liter air. 6 cc/liter air . Parameter yang diamatai meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), luas daun (cmP
2
P
), volume akar (ml), panjang tanaman(cm), bobot basah layak komsumsi (gr), klorofil daun(unit/6mmP
3
P
) , bobot kering tanaman (gr), laju asimilasi bersih (g.m ֿ◌ ² h ֿ◌¹ ), laju tumbuh relatif (g.m ֿ◌ ¹h ֿ◌ ¹).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak komsumsi, klorofil daun, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif. Pemberian pupuk cair organik berpengaruh tidak nyata tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak komsumsi, klorofil daun, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif. Interaksi antara media tanam dan pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak komsumsi, klorofil daun, bobot kering tanaman, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif. Kombinasi perlakuan terbaik adalah taraf kombinasi MR3RPR2R campuran media 25% Topsoil +
75% Sludge Kelapa Sawit ditambah pemberian pupuk organik cair 4 cc/liter air.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman selada berasal dari Asia Barat. Berawal dari kawasan Asia Barat
dan Amerika, tanaman ini kemudian meluas ke berbagai negara. Daerah
penyebaran tanaman selada di antaranya adalah Karibia, Malaysia, Afrika Timur,
Tengah dan Barat, serta Filipina (Splisttstoesser,1984).
Pada tahun 1952, nilai komersial tanaman selada sebagai sayuran di
Amerika Serikat, hanya dapat dilampaui oleh kentang dan tomat.tanaman ini
diperkirakan telah mulai dijadikan usaha sejak 2.500 tahun lalu.
(Nazaruddin 2000).
Selada adalah tanaman yang paling banyak digunakan untuk salad.
tanaman ini merupakan sayuran musim dingin utama yang beradaptasi paling baik
pada lokasi iklim sedang, yang banyak sekali di tanam. Di beberapa negara,
konsumsi selada cukup besar untuk memberikan kontribusi gizi secara nyata.
Produksi salada dunia di perkirakan sekitar 3 juta ton, yang ditanam pada lebih
dari 300.000 ha lahan (Rubatzky dan, Yamaguchi 1998).
Lactuca sativa satu-satunya spesies Lactuca yang didomestikasi,
merupakan tanaman asli lembah Mediterania timur. Bukti lukisan pada kuburan
mesir kuno menunjukan bahwa selada yang tidak membentuk kepala telah di
tanam sejak tahun 4500 SM ( Rubatzky dan, Yamaguchi 1998).
Jenis yang banyak diusahakan di dataran rendah ialah selada daun. Jenis
serendah Jakarta pun masih subur dan bagus pertumbuhannya. Selada daun
memiliki daun yang berwama hijau segar, tepinya bergerigi atau berombak, dan
lebih enak dimakan mentah. Varietas selada daun yang baik antara lain new york,
imperial, great lakes, dan pennlake. (www.warintek.progressio.or.id, 2010).
Selada merupakan sayuran yang biasa dikomsumsi segar, oleh sebab itu,
penerapan teknologi ramah lingkungan semakin penting artinya dalam memenuhi
kebutuhan konsumen untuk itu diperlukan kesadaran petani dan berbagai pihak
yang bergelut dalam sektor pertanian akan pentingnya kesehatan dan kelestarian
lingkungan. Pertanian organik kemudian dipercaya mejadi salah satu alternatifnya
(Haryanto, Dkk1996).
Salah satu masalah yang sering ditemui ketika menerapkan pertanian
organik adalah kandungan bahan organik dan status hara tanah yang rendah.
Petani organik mengatasi masalah tersebut dengan memberikan pupuk organik.
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari limbah organik yang telah
mengalami penghacuran sehingga menjadi tersedia bagi tanaman (Sutanto2002).
Sludge (limbah padat) kelapa sawit adalah benda padat yang tenggelam di
dasar bak pengendapan pengolahan limbah kelapa sawit. Limbah seharusnya
dikelola agar tidak mencemari lingkungan. Limbah padat yang dihasilkan dari
pengolahan minyak kelapa sawit banyak mengandung unsur hara, diantaranya
nitrogen, fosfor, kalium, magnesium dan kalsium yang sangat baik digunakan
sebagai pupuk. Sludge merupakan salah satu limbah padat dari hasil pengolahan
minyak sawit. Di Sumatera, limbah ini dikenal sebagai lumpur sawit, namun
Selain Sludge, pupuk organik cair juga dapat diberikan untuk memenuhi
unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman, karena selain pupuk ini memiliki
kandungan unsur hara yang lengkap, pupuk ini juga mengandung beberapa
hormon pertumbuhan tanaman seperti auksin dan sitokinin serta tidak
ditemukannya bakteri pathogen.
Dengan uraian di atas dan berbagai kelebihan dari Sludge dan pupuk
organik cair, saya tertarik untuk mencoba mengaplikasikannya pada pertanaman
selada secara organik.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi selada (Lactuca sativa L.)
pada berbagai kompsisi media tanam dan berbagi taraf pupuk organik cair.
Hipotesis Penelitian
1. Media tanam berpengaruh nyata ,terhadap pertumbuhan dan produksi selada
(Lactuca sativa L.).
2.Pemberian pupuk organik cair berpengaruh nyata meningkatkan pertumbuhan
dan produksi selada (Lactuca sativa L.).
3. Ada pengaruh interaksi antara media tanam dan pemberian pupuk organik
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan Skripsi yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi bidang
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Haryanto, Dkk (1996), klasifikasi tanaman selada adalah sebagai berikut:
Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Lactuca
Spesies : Lactuca sativa L.
Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar
serabut menempel pada batang, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman
20 - 50 cm atau lebih. Sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman
diserap oleh akar serabut. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat
bumi (Rukmana, 1994).
Batang tanaman selada selama fase vegetatif, pendek, berbuku-buku
sebagai tempat kedudukan daun. Setelah tanaman selada memasuki masa
generatif batangnya memanjang (Rukmana, 1994).
Daun, sering berjumlah banyak, dan bisanya berposisi duduk (sessile),
tersusun berbentuk spiral dalam roset padat. Bentuk yang berbeda-beda sangat
beragam warna, raut tekstur, dan sembir daunnya. Daun tak berambut, mulus,
terbagi secara halus, warnanya beragam, mulai dari hijau muda hingga hijau tua,
kultivar tertentu berwarna merah atau ungu. Selada daun memiliki daun yang
berwama hijau segar, tepinya bergerigi atau berombak, dan lebih enak dimakan
mentah (Rubatzky,Yamaguchi 1997).
Bunganya berwarna kuning, terletak pada rangkaian yang lebat dan
tangkai bunganya dapat mencapai ketinggian 90 cm. Bunga ini menghasilkan
buah berbentuk polong yang berisi biji (Rukmana, 1994).
Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras,
berwarna coklat, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang empat milimeter dan
lebar satu milimeter. Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dan
Syarat Tumbuh
Iklim
Selada dapat Tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun,
hampir semua tanaman selada lebih baik diusahakan di dataran tinggi. Hanya jenis
selada daun saja yang masih toleran terhadap dataran rendah. Di tempat yang
sangat dingin ini selada juga lebih cepat berbunga. Suhu udara optimum untuk
pertumbuhan adalah antara 15 - 20o
Tanaman ini umumnya ditanam pada penghujung musim penghujan,
karena termasuk tanaman yang tidak tahan kehujanan. Pada musim kemarau,
tanaman ini memerlukan penyiraman yang cukup teratur. Selain tidak tahan
terhadap kehujanan, tanamn selada juga tidak tahan terhadap sengatan sinar
matahari yang terlalu panas. Hanya jenis selada daun dan selada batang saja yang
mampu tumbuh beradaptasi dengan baik pada udara yang panas dan terbuka.
(Haryanto dkk, 1996).
C (Pracaya 2006).
Daerah - daerah yang dapat ditanami selada terletak pada ketinggian
5 - 2.200 meter di atas permukaan laut. Jika disesusaikan dengan keterangan di
atas, maka jenis selada daun mampu beradaptasi pada ketinggian 5-2.200 m
diatas permukaan laut tersebut (Sunarjono 2003).
Suhu sedang adalah hal yang ideal untuk produksi selada berkualitas
tinggi, suhu optimumnya untuk siang hari adalah 20º C dan malam hari adalah 10º
C. Suhu yang lebih tinggi dari 30º C biasanya menghambat pertumbuhan.
pertumbuhan, dan mempercepat perkembangan luas daun sehingga daun menjadi
lebih lebar, yang berakibat pembentukukan kepala menjadi lebih cepat
(Rukmana, 1994).
Tanah
Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah Namun,
pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang
cukup mengandung bahan organik, gembur, remah dan tidak mudah tergenang air
(Setiawan 2005).
Tingkat kemasaman tanah (pH) yang ideal untuk pertumbuhan selada
adalah berkisar antara 6,5 - 7. Pada tanah yang terlalu asam, tanaman ini tidak
dapat tumbuh karena keracunan Mg dan Fe (Suprayitno, 1996).
Media Tanam
Top soil
Tanah merupakan medium alam tempat tumbuhnya tanaman, yang
tersusun dari bahan-bahan padat, cair dan gas. Bahan penyusun tanah dapat
dibedakan atas partikel mineral, bahan organik, jasad hidup, air dan gas. Fungsi
tanah untuk kehidupan adalah sebagai medium tumbuh yang menyediakan hara
dan pertukaran hara antara tanaman dengan tanah dan sebagai penyedia dan
penyimpanan air (Jumin, 2002).
Top soil merupakan lapisan tanah yang biasanya berwarna coklat tua atau
lebih kehitam-hitaman dan lebih lunak. Lapisan ini adalah tempat tumbuhnya
Top soil yang dangkal atau berkisar 0-5 cm dapat diduga telah lanjutnya
erosi. Tanah latosol mempunyai lapisan yang dangkal sedangkan tanah alluvial
mempunyai lapisan top soil yang sangat dalam. Warna-warni hitam menunjukan
erosi yang belum lanjut. Makin dalam top soil diolah maka akan cenderung
berwarna merah dan kuning. Apabila terdapat butiran-butiran maka proses ini
menghasilkan tanah dengan drainase dalam dan tanah ini yang baik (Jumin, 2002).
Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit
Pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) merupakan industri yang erat dengan
residu pengolahan. Limbah cair PMKS merupakan sumber pencemaran yang
potensial bagi manusia dan lingkungan, sehingga pabrik dituntut untuk mengolah
limbah melalui pendekatan teknologi pengolahan limbah (end of the pipe)
Limbah padat yang berasal dari pengolahan limbah cair berupa lumpur
aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah. Kandungan unsur hara yang
berasal dari limbah kelapa sawit sekitar 0,4% (N), 0,029% sampai 0,05% (P2O5),
0,15% sampai 0,2% (K2O). Dalam 1 ha areal pertanaman kelapa sawit akan
dihasilkan limbah sekitar 22 ton limbah pelepah kelapa sawit dan sedangkan dari
limbah Tandan Kosong Sawit (TKS) dihasilkan 6,75 ton limbah TKS
Tabel 1. analisis padatan (Sludge) tanpa pemanasan di Kebun Dolok Sumber : Inventarisasi dan Karakteristik Limbah PMS. Seminar Pengendalian
PMS dan Karet, 20-21 Desember 1988 di Medan.(Hakimuddin, 2009).
Tabel 2 Komposisi Kimia Limbah Cair PMKS
(Naibaho, 1998).
Pupuk Organik Cair
Pupuk organik cair adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk
hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik
dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Salah satu contoh merek dagang pupuk organik cair
adalah “hormon tanaman unggul”. Pupuk ini berwarna putih kelabu. Kelebihan
pupuk ini adalah meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan virus dan
Komponen % Berat Kering
Ekstrak dengan ether 31.60
dan perkembangan tanaman melebihi pertumbuhan standar. Hal ini disebabkan
karena, selain mengandung unsur hara yang lengkap, pupuk ini juga mengandung
hormon pertumbuhan tanaman. Pupuk juga mempercepat keluarnya bunga,
mempercepat masa panen sehingga panen lebih cepat dari biasanya
(http://kaskus.com, 2010).
Kandungan pupuk organik cair Hormon Tanaman Unggul adalah:
GA3, GA5, GA7, Auksin, Sitokinin,Kinetin dan Zanetin. terbukti dalam
meningkatkan hasil produksi padi. Itu terlihat dari uji coba di Desa Parakan
Kecamatan Ciomas. Hasilnya, padi yang menggunakan pupuk cair ini mampu
menghasilkan produksi gabah dua kali lipat (http://kaskus.com, 2010).
Melihat hasil yang diperoleh dari pemberian pupuk organik cair hormon
tanaman unggul pada padi, diharapkan pamberian pupuk ini pada selada juga
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan yang berada pada ketinggian lebih kurang 25 meter di
atas permukaan laut. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah benih tanaman selada
(Lactuca sativa L.) sebagai objek pengamatan, media tanam yaitu Top soil dan
Sludge kelapa sawit, pupuk organik cair Hormon tanaman unggul (Hantu) sebagai
perlakuan, pestisida organik untuk melindungi tanaman dari hama dan penyakit,
polybag 10 kg sebagai tempat penanaman, topsoil dan sebagi media tanam
persemaian, plastik untuk tempat sampel tanah dan berbagai bahan lain yang
mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan pada penelitian adalah timbangan untuk menimbang,
pacak bambu untuk membuat plot, cangkul untuk membuat paret, gembor untuk
menyiram tanaman, parang, meteran, Leaf Area Meter untuk mengukur luas daun,
klorofilmeter menghitung klorofil daun, oven, alat tulis dan kertas untuk mencatat
data, handsprayer untuk memupuk dan menyemprot pestisida organik, dan alat
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial
dengan 2 faktor perlakuan yaitu :
Faktor I :Media Tanam Top soil dan campuran Sludge kelapa sawit (M) yang
terdiri dari 4 taraf, yaitu:
M0 =100 % Top soil + 0% sludge Kelapa sawit
M1 =75 % Top soil + 25 % sludge Kelapa sawit
M2 =50 % Top soil + 50 % sludge Kelapa sawit
M3 =25 % Top soil + 75 % sludge Kelapa sawit
Faktor II : Pupuk Organik Cair (P) dengan 4 taraf , yaitu :
P0 = 0 cc/liter air
P1 = 2 cc/liter air
P2 = 4 cc/liter air
P3 = 6 cc/liter air
Sehingga diperoleh 16 kombinasi yaitu:
M0P0 M1P0 M2P0 M3P0
M0P1 M1P1 M2P1 M3P1
M0P2 M1P2 M2P2 M3P2
M0P3 M1P3 M2P3 M3P3
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot/blok : 16 plot
Panjang plot : 200 cm x 200 cm
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Jumlah polibek/plot : 16 polibek
Jumlah tanaman/polibek : 1 tanaman
Jumlah sampel/plot : 15 sampel
Jumlah sampel seluruhnya : 720 sampel
Jumlah tanaman seluruhnya : 768 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linier sebagai berikut :
Yijk = µ+ρi+αj+βk+(αβ)jk+εijk
Yijk : hasil pengamatan untuk unit percobaan ke-i dengan perlakuan pemberian
pupuk sludge kelapa sawit taraf ke-j, dan perlakuan pupuk cair organik
Hantu pada taraf ke-k.
µ : nilai tengah perlakuan ρi : pengaruh blok ke-i
αj : pengaruh perlakuan pupuk sludge kelapa sawit pada taraf ke-j
βk : pengaruh perlakuan pupuk cair organik Hantu pada taraf ke-k
(αβ)jk : Pengaruh interaksi perlakuan pupuk sludge kelapa sawit pada taraf ke-j
dan pupuk cair organik Hantu pada taraf ke-k
εijk :galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk sludge kelapa sawit
taraf ke-j, perlakuan pupuk cair organik Hantu taraf ke-k.Terhadap sidik
menggunakan Uji Beda Rata-Rata Uji Duncan berjarak ganda dengan taraf
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Persiapan lahan meliputi sanitasi lahan dan pembuatan parit serta plot
yang dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan membuat plot berukuran 2 m
x 2 m. Selain itu, juga dibuat naungan untuk persemaian benih selada dengan
ketinggian lebih kurang satu meter yang menghadap ke timur dan yang
menghadap ke bagian barat lebih kurang 60 cm.
Persemaian
Sebelum ditanam, benih selada disemaikan dahulu agar diperoleh bibit
tanaman yang baik dan seragam. Untuk menghindari benih saling berlekatan,
maka digunakan abu gosok atau pasir, agar benih lebih mudah ditebarkan.
Persemain dilakukan dua minggu sebelum tanam. Media persemaian berupa
sludge dan top soil dengan komposisi 25% + 75%
Persiapan media
Persiapan media meliputi penyediaan Media Tanam Top soil dan sludge
yang dilakukan satu minggu sebelum pindah tanam. Kemudian, media tanam
Penanaman
Penanaman dilakukan setelah bibit berumur dua minggu. Penanaman
dilakukan dengan memindahkan bibit dari persemaian ke polybag yang telah
diberi perlakuan.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari dengan cara menyiramnya sampai tanah
dalam kondisi kapasitas lapang dengan menggunakan gembor.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menyemprotkan pupuk organik cair sesuai
dosis perlakuan. Pemupukan mulai dilakukan pada saat tanaman pindah tanam
dengan interval 1 minggu. Sampai dengan 1 minggu sebelum panen.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati dan dilakukan pada umur
3 hari setelah pindah tanam ke polibek
Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman
Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan
menyemprotkan pestisida organik Multicomp, penyemprotan di lakukan dengan
Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila terlihat ada gulma yang tumbuh pada media
tanam maupun plot, dengan cara mencabut gulma yang ada dalam polybag dan
menyiangi plot dengan cangkul.
Panen
Panen dilakukan setelah selada berumur 60 hari setelah pindah tanam,
dengan cara mencabut tanaman.
Pengamatan parameter
Tinggi Tanaman (cm)
Pengamatan tinggi tanaman selada dilakukan dengan mengukur panjang
mulai dari pangkal batang yang berada di permukaan tanah sampai bagian
tanaman tertinggi. Pengamatan dilakukan pada umur 15, 30, 45, 60 HSPT.
Jumlah Daun (helai)
Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung seluruh daun yang
ada pada tanaman sampel. Pengamatan ini dilakukan pada tanaman berumur 15,
30, 45, 60 HSPT.
Luas Daun (cm2
Pengukuran luas daun dilakukan pada saat 15,30,45,60 HSPT. Dengan
Volume Akar(ml)
Pengamatan Volume Akar tanaman dilakukan pada saat panen dengan
menggunakan metode volumetric. Akar terlebih dahulu di bersihkan, di cuci dari
sampah-sampah, tanah kemudian, akar dimasukan ke dalam beker gelas yang
berisi air 50 ml lalu diamati peningkatan volume air.
Volume akar=volume akhir-50 ml.
Panjang tanaman (cm)
Pengamatan diameter panjang tanaman selada dilakukan dengan mengukur
mulai dari akar primer yaitu akar yang terpanjang, sampai ujung daun.
Pengamatan ini dilakukan pada saat panen.
Bobot Basah Layak Konsumsi (gr)
Pengamatan bobot basah layak konsumsi dilakukan dengan menimbang
selada yang telah dibersihkan dari daun-daun yang tua, Penimbangan dilakukan
pada saat panen.
Jumlah Klorofil (unit/6mm3
Pengamatan jumlah klorofil dilakukan dengan menggunakan
klorofilmeter. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 20, 40 ,60 HSPT
pengukuran jumlah klorofil pada daun ke 3, 6, 9. )
Bobot Kering Tanaman (gr)
Perhitungan bobot kering tanaman dilakukan pada 15,30,45,60 HSPT.
Dilakukan dengan mengeringkan tanaman dalam oven pada suhu 65
°
C selama 24jam, lalu di timbang dengan timbangan anlitik sehingga di peroleh bobot kering
LAB (g.cm-² h-¹)
Laju assimilasi bersih merupakan pertambahan mineral tanaman dari
assimilasi persatuan waktu (Sitompul dan Guritno 1995) di hitung pada umur 15,
30, 45, 60 HSPT dengan persaman:
LAB=( W2 - W1) (ln A2
-2 = bobot kering pertanaman pengamatan ke-1 dan ke-2
1 danT 2
A
= waktu pengamatan ke-1 dan ke-2
1 danA 2 = total luas daun pengamatan ke-1 dan ke-2
LTR (g.tan-¹ h-¹)
LTR(laju Tumbuhi relatif) merupakan hasil bahan kering per satuan bahan
kering akhir dan awal.dilakukan dan dihitung bersama laju assimilasi bersih
dengan cara menimbang bobot kering per tanaman melalui pengeringan oven
pada suhu 65
°
C (Sitompul dan Guritno 1995) dengan persamaan:LTR= ( ln W2 - ln W1
2 = bobot kering pertanaman pengamatan ke-1 dan ke-2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman 15,30,45,60 HSPT
dapat dilihat pada Lampiran 1-8, dimana perlakuan sludge kelapa sawit
berpengaruh nyata tetapi perlakuan pupuk Organik Cair berpengaruh tidak nyata
terhadap tinggi tanaman, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa
sawit dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman
selada.
Rataan tinggi tanaman selada umur 15,30,45,60 HSPT pada perlakuan
Tabel 1. Rataan Tinggi tanaman selada dengan berbagai perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair pada umur 15,30,45 dan 60 HSPT.
Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa pada umur 15 HSPT dengan
perlakuan media tanam sludge, tanaman tertinggi terdapat pada taraf M3 yaitu:
12,36 cm yang berbeda nyata dengan taraf M0 yaitu: 5,90 cm tetapi berbeda
tidak nyata dengan taraf M1 dan M2
Pada umur 30 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media
tanam sludge, tinggi tanaman tertinggi terdapat pada taraf M .
3 yaitu: 15,55 cm
yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 7,29 cm tetapi berbeda tidak nyata dengan
M1 dan M2
Pada umur 45 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media
tanam sludge, tinggi tanaman tertinggi terdapat pada taraf M .
3 yaitu: 21,61 cm
yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 10,00 cm tetapi berbeda tidak nyata dengan
M1 dan M2
Pada umur 60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media
tanam sludge tinggi tanaman tertinggi terdapat pada taraf M .
3 yaitu: 30,08 cm
yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 15,21 cm tetapi berbeda tidak nyata
dengan M1 dan M2
Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran
2, 4, 6, 8) menunjukan, pada umur 15, 30, 45, 60 HSPT untuk pengamatan tinggi
tanaman, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan,
tanaman tertinggi terdapat pada taraf P2 ( 4 cc / liter air).
Hubungan slugde kelapa sawit dengan tinggi tanaman selada pada umur
60 HSPT dapat di lihat pada gambar 1
Gambar 1. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan tinggi tanaman selada umur 60 HSPT
Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa Selada pada umur 60 HSPT
pengaruh sludge kelapa sawit terhadap tinggi tanaman menunjukkan hubungan
kuadratik, dengan persaman: ŷ =- 0,003 x² + 0,362x + 15,37 terjadi pada
persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 60,3% dengan tinggi tanaman
Jumlah Daun (Helai)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam Jumlah daun 15,30,45,60 HSPT
dapat dilihat pada Lampiran 9 - 16, dimana perlakuan sludge kelapa sawit
berpengaruh nyata tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata
terhadap Jumlah daun, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit
dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun.
Rataan jumlah daun umur 15,30,45,60 HSPT pada perlakuan sludge
Tabel 2.Rataan Jumlah daun dengan berbagai perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair pada umur 15,30,45 dan 60 HSPT
Media Pupuk Rataan
Dari Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa pada umur 15 HSPT dengan
perlakuan media tanam sludge, jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf M3 yaitu:
12,03 helai yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 5,81 helai tetapi berbeda tidak
nyata dengan M1 dan M2
Pada umur 30 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media
tanam sludge, jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf M .
3 yaitu: 17,67 helai yang
berbeda nyata dengan M0 yaitu: 7,50 helai tetapi berbeda tidak nyata dengan M1
dan M2
Pada umur 45 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media
tanam sludge, jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf M .
3 yaitu: 25,83 helai
berbeda nyata dengan M0 yaitu: 10,00 helai yang tetapi berbeda tidak nyata
dengan M1 dan M2
Pada umur 60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media
tanam sludge, jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf M .
3 yaitu : 31,36 helai
yang berbeda nyata M0 yaitu: 12,42 helai tetapi berbeda tidak nyata dengan M1
dan M2
Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran
10, 12, 14, 16) menunjukan, pada umur 15, 30, 45, 60 HSPT untuk pengamatan
jumlah daun, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan,
jumlah daun tertinggi terdapat pada taraf P2 ( 4 cc / liter air).
Hubungan slugde kelapa sawit dengan Jumlah daun tanaman selada pada
umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 2
Gambar 2. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan jumlah daun selada
Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa Selada pada umur 60 HSPT
pengaruh sludge kelapa sawit terhadap Jumlah daun menunjukkan hubungan
kuadratik, dengan persaman: ŷ = - 0,004 x² + 0,481x + 12,78 terjadi pada
persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 60,12% dengan Jumlah daun selada
Luas Daun (cm2
Data hasil pengamatan dan sidik ragam Luas daun 15,30,45,60 HSPT
dapat dilihat pada Lampiran 17-24, dimana perlakuan sludge kelapa sawit
berpengaruh nyata tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata
terhadap Luas daun, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit
dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Luas daun. )
Rataan Luas daun umur 15,30,45,60 HSPT pada perlakuan sludge kelapa
Tabel 3. Rataan Luas daun tanaman selada dengan berbagai perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik Cair pada umur 15,30,45 dan 60 HSPT
Dari Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa pada umur 15 HSPT dengan
perlakuan media tanam sludge, luas daun tertinggi terdapat pada taraf M3 yaitu:
7,38 cm2 yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 3,75 cm2 tetapi berbeda tidak
nyata dengan M1 dan M2
Pada umur 30 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media
tanam sludge, luas daun tertinggi terdapat pada taraf M .
3 yaitu: 10,19 cm2 yang
berbeda nyata dengan M0 yaitu: 4,04 cm2 tetapi berbeda tidak nyata dengan M1
dan M2
Pada umur 45 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media
tanam sludge, luas daun tertinggi terdapat pada taraf M .
3 yaitu: 16,68 cm2 berbeda
nyata dengan M0 yaitu: 6,04 cm2 yang tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan
M2
Pada umur 60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media
tanam sludge, luas daun tertinggi terdapat pada taraf M .
3 yaitu : 24,65 cm2 yang
berbeda nyata M0 yaitu: 12,78 cm2 tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2
Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran
18, 20, 22 ,24) menunjukan, pada umur 15, 30, 45, 60 HSPT untuk pengamatan
luas daun, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan,
luas daun tertinggi terdapat pada taraf P
.
Hubungan slugde kelapa sawit dengan Luas daun tanaman selada pada
umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 3
Gambar 3. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Luas daun selada
Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT
pengaruh sludge kelapa sawit terhadap Luas daun menunjukkan hubungan
kuadratik, dengan persaman: ŷ = - 0,003 x² + 0,381x + 13,20 terjadi pada
persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 63,5% dengan luas daun selada
maksimum 24,4 cm².
Umur 60 HSPT
Volume Akar(ml)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam Volume Akar dapat dilihat pada
Lampiran 25-26 , dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata tetapi
perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Jumlah daun,
begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan pupuk organik
cair berpengaruh tidak nyata terhadap Volume akar.
Rataan Volume Akar pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian
pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan Volume akar tanaman selada dengan berbagai perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik Cair
Media Pupuk Rataan
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.
Dari Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa pada umur 60 HSPT dengan
perlakuan media tanam sludge, volume akar tertinggi terdapat pada taraf M3 yaitu:
15,59 ml yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 3,53 ml tetapi berbeda tidak nyata
dengan M1 dan M2
Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran
26) menunjukan, pada umur 60 HSPT untuk pengamatan volume akar, tidak
menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan, volume akar
tertinggi terdapat pada taraf P2 (4 cc / liter air).
Hubungan slugde kelapa sawit dengan Volume Akar tanaman selada pada
umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 4
Gambar 4. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Volume akar selada
Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT
pengaruh sludge kelapa sawit terhadap volume akar menunjukkan hubungan
kuadratik, dengan persaman: ŷ =- 0,001 x² + 0,25x + 3,819 terjadi pada persentase
sludge kelapa sawit optimum yaitu 62,5% dengan volume akar selada maksimum
13,8 ml.
Panjang Tanaman (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam Panjang tanaman dapat dilihat
pada Lampiran 27-28, dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata
tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Panjang
tanaman, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan
pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Panajang tanaman.
Rataan Panajang tanaman pada perlakuan sludge kelapa sawit dan
pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 5
Tabel 4. Rataan Panjang tanaman selada dengan berbagai perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik Cair
Media Pupuk Rataan
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.
Dari Tabel 5 dapat disimpulkan bahwa pada umur 60 HSPT dengan
perlakuan media tanam sludge, panjang tanaman tertinggi terdapat pada taraf M3
yaitu: 33,36 cm yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 17,84 cm tetapi berbeda
tidak nyata dengan M1 dan M2
Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran
28) menunjukan, pada umur 60 HSPT untuk pengamatan panjang tanaman, tidak
menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan, Panjang tanaman
tertinggi terdapat pada taraf P2 (4 cc / liter air).
Hubungan slugde kelapa sawit dengan Panjang tanaman tanaman selada
pada umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 5.
Gambar 5. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Panjang tanaman selada
Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT pengaruh
sludge kelapa sawit terhadap panjang tanaman menunjukkan hubungan kuadratik,
dengan persaman: ŷ =- 0,003 x² + 0,355x + 18,12 terjadi pada persentase sludge
kelapa sawit optimum yaitu 59,1% dengan panjang tanaman selada maksimum
32,6 cm.
Umur 60 HSPT
Bobot basah layak komsumsi (gr)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam Bobot basah layak komsumsi
dapat dilihat pada Lampiran 29-30, dimana perlakuan sludge kelapa sawit
berpengaruh nyata tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata
terhadap Bobot basah layak komsumsi, begitu juga dengan interaksi perlakuan
sludge kelapa sawit dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap
Bobot basah layak komsumsi.
Rataan Bobot basah layak komsumsi pada perlakuan sludge kelapa sawit
dan pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan bobot
basah
layak komsumsi pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cairMedia Pupuk Rataan
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.
Dari Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa pada umur 60 HSPT dengan
perlakuan media tanam sludge, Bobot basah layak komsumsi tertinggi terdapat
pada taraf M3 yaitu: 196,23 gr yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 84,14 gr
tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2
Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran
30) menunjukan, pada umur 60 HSPT untuk pengamatan bobot basah layak
komsumsi , tidak menunjukan pengaruh namun ada kecenderungan, Bobot basah
layak komsumsi tertinggi terdapat pada taraf P1 (2 cc / liter air).
Hubungan slugde kelapa sawit dengan Bobot basah layak komsumsi
tanaman selada pada umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 6.
Gambar 6. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Bobot basah layak komsumsi tanaman selada Umur 60 HSPT
Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT dapat
dilihat bahwa pengaruh sludge kelapa sawit terhadap Bobot basah layak
komsumsi menunjukkan hubungan kuadratik, dengan persaman: ŷ =- 0,018 x² +
2,599x + 89,00 terjadi pada persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 72,1%
dengan bobot basah layak komsumsi selada maksimum 182,4 (gr).
.
Jumlah Klorofil daun (unit/6mm3
Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah Klorofil dapat dilihat pada
Lampiran 31-36 , dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata tetapi
perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah Klrofil
daun, begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan pupuk
organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap Jumlah klorofil daun. )
Rataan Bobot jumlah Klorofil daun pada perlakuan sludge kelapa sawit
dan pemberian pupuk organik cair dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan jumlah Klrofil pada umur 20,40, 60 pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair.
Media Pupuk Rataan
Dari Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa pada umur 20 HSPT dengan
perlakuan media tanam sludge, Jumlah klorofil daun tertinggi terdapat pada taraf
M3 yaitu: 52,34 unit/6mm3 yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 30,54
unit/6mm3 tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2
Pada umur 40 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media
tanam sludge, Jumlah klorofil daun tertinggi terdapat pada taraf M .
2 yaitu: 72,62
unit/6mm3 yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 57,70 unit/6mm3 tetapi
berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3
Pada umur 60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media
tanam sludge, Jumlah klorofil daun tertinggi terdapat pada taraf M .
2 yaitu: 85,83
unit/6mm3 yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 67,27 unit/6mm3 yang tetapi
berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3
Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran
32, 34, 36) menunjukan, pada umur 20, 40, 60 HSPT untuk pengamatan jumlah
klorofil daun, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada kecenderungan,
jumlah klorofil daun tertinggi terdapat pada taraf P .
0, P2, P3 ( 0 cc sampai 6 cc /
Hubungan slugde kelapa sawit dengan Jumlah klorofil daun tanaman
selada pada umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 7
.
Gambar 7. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan jumlah Klorofil tanaman selada Umur 60 HSPT
Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa Selada pada umur 60 HSPT
pengaruh sludge kelapa sawit terhadap Jumlah klorofil daun menunjukkan
hubungan kuadratik, dengan persaman: ŷ =- 0,005 x² + 0,614x + 66,95 terjadi
pada persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 61,4 % dengan jumlah klorofil
daun selada maksimum 86,4 (unit/6mm3 ).
Bobot Kering Tanaman (gr)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam bobot kering tanaman dapat dilihat
pada Lampiran 37-44, dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata
tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
kering tanaman begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit
dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering
tanaman.
Rataan Bobot kering tanaman pada perlakuan sludge kelapa sawit dan
Tabel 8. Rataan bobot kering tanaman pada umur 15,30,45 dan 60 HSPT pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik cair
Dari Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa pada umur 15 HSPT dengan
perlakuan media tanam sludge, bobot kering tanaman tertinggi terdapat pada taraf
M3 yaitu: 0,10 gr yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,04 gr tetapi berbeda
tidak nyata dengan M1 dan M2
Pada umur 30 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media
tanam sludge, bobot kering tanaman tertinggi terdapat pada taraf M .
2 yaitu: 0,44 gr
yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,03 gr tetapi berbeda tidak nyata dengan
M1 dan M3
Pada umur 45 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media
tanam sludge, bobot kering tanaman tertinggi tertinggi terdapat pada taraf M .
3
yaitu: 9,39 gr yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,60 gr yang tetapi berbeda
tidak nyata dengan M1 dan M2
Pada umur 60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan media
tanam sludge, bobot kering tanaman tertinggi terdapat pada taraf M .
2 yaitu: 25,71
gr yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 5,88 gr tetapi berbeda tidak nyata
dengan M1 dan M3
Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran
38, 40, 42, 44) menunjukan, pada umur 15, 30, 45,60 HSPT untuk pengamatan
bobot kering tanaman tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada
kecenderungan, bobot kering tanaman tertinggi terdapat pada taraf P .
1 dan P2, ( 2
Hubungan slugde kelapa sawit dengan bobot kering tanaman selada pada
umur 60 HSPT dapat di lihat pada gambar 8.
Gambar 8. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Bobot kering tanaman selada Umur 60 HSPT
Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT pengaruh
sludge kelapa sawit terhadap bobot kering tanaman menunjukkan hubungan
kuadratik, dengan persaman: ŷ = - 0,003 x² + 0,557x + 5,197 terjadi pada
persentase sludge kelapa sawit optimum yaitu 69,6 % dengan bobot kering
tanaman selada maksimum 23,7 (gr).
Laju asimilasi bersih (g.cm-² h-¹)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam laju asimilasi bersih. dapat dilihat
pada Lampiran 45-50, dimana perlakuan sludge kelapa sawit 15-30 HSPT dan
30-45 HSPT berpengaruh nyata dan slugde kelapa sawit berpengaruh tidak nyata
pada umur 45-60 HSPT. dan perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak
nyata terhadap laju asimilasi bersih. begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge
kelapa sawit dengan pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap laju
asimilasi bersih.
Rataan laju asimilasi bersih tanaman pada perlakuan sludge kelapa sawit
Tabel 9. Rataan laju asimilasi bersih pada umur 15-30, 30-45 dan 45- 60 HSPT pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik.
Dari Tabel 9 dapat disimpulkan bahwa pada umur 15-30 HSPT dengan
perlakuan media tanam sludge, laju asimilasi bersih tertinggi terdapat pada taraf
M2 yaitu: 0,043 g.cm-² h-¹ yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,01 g.cm-² h-¹
tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3
Pada umur 30-45 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan
media tanam sludge, laju asimilasi bersih tertinggi terdapat pada taraf M .
2 yaitu:
0,310 g.cm-² h-¹ yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,049 g.cm-² h-¹ tetapi
berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3
Pada umur 45-60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan
media tanam sludge, laju asimilasi bersih tertinggi tertinggi terdapat pada taraf M .
2
yaitu: 0,330 g.cm-² h-¹ yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,225 g.cm-² h-¹ gr
yang tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3
Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran
48, 50, 52) menunjukan, pada umur 15-30, 30-45, 45-60 HSPT untuk pengamatan
laju asimilasi bersih, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada
kecenderungan, laju asimilasi bersih tertinggi terdapat pada taraf P .
2, dan P3 ( 4 cc
Laju tumbuh relatif (g.tan-¹ h-¹)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam laju tumbuh relatif dapat dilihat
pada Lampiran 51-56, dimana perlakuan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata
tetapi perlakuan Pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata laju tumbuh relatif
begitu juga dengan interaksi perlakuan sludge kelapa sawit dengan pupuk organik
cair berpengaruh tidak nyata terhadap laju tumbuh relatif.
Rataan laju tumbuh relatif pada perlakuan sludge kelapa sawit dan
Tabel 10. Rataan laju tumbuh relatif pada umur 15-30, 30-45 dan 45- 60 HSPT pada perlakuan sludge kelapa sawit dan pemberian pupuk organik.
Dari Tabel 10 dapat disimpulkan bahwa pada umur 15-30 HSPT dengan
perlakuan media tanam sludge, laju tumbuh relatif tertinggi terdapat pada taraf M2
yaitu:0,11957 g.tan-¹ h-¹ yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,02024 g.tan-¹ h
-¹ tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3
Pada umur 30-45 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan
media tanam sludge, laju tumbuh relatif tertinggi terdapat pada taraf M .
3 yaitu:
0,1597 g.tan-¹ h-¹ yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,0852 g.tan-¹ h-¹ tetapi
berbeda tidak nyata dengan M1 dan M2
Pada umur 45-60 HSPT dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan
media tanam sludge, laju tumbuh relatif tertinggi tertinggi terdapat pada taraf M .
2
yaitu: 0,23405 g.tan-¹ h-¹ yang berbeda nyata dengan M0 yaitu: 0,14352 g.tan-¹ h-¹
yang tetapi berbeda tidak nyata dengan M1 dan M3
Sedangkan pada perlakuan pupuk organik cair, dari sidik ragam (lampiran
54, 56, 58) menunjukan, pada umur 15-30, 30-45, 45-60 HSPT untuk pengamatan
laju tumbuh relatif, tidak menunjukan pengaruh yang nyata namun ada
kecenderungan, laju tumbuh relatif tertinggi terdapat pada taraf P .
0, dan P1 ( 0 cc
Hubungan slugde kelapa sawit dengan laju tumbuh relatif pada umur 60
HSPT dapat di lihat pada gambar 10.
Gambar 10. Hubungan Sludge kelapa sawit dengan Laju
tumbuh relatif Umur 60 HSPT
Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa selada pada umur 60 HSPT pengaruh sludge
kelapa sawit terhadap laju tumbuh relatif menunjukkan hubungan kuadratik,
dengan persaman: ŷ =- 0,0005 x² + 0,004x + 0,144 terjadi pada persentase sludge
kelapa sawit optimum yaitu 47,3 % dengan laju tumbuh relatif tanaman selada
Pembahasan
Respon pertumbuhan dan produksi terhadap media tanam
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa media tanam yang
mengandung sludge kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun, total luas daun, volume akar, panjang tanaman, bobot basah layak
komsumsi, bobot kering tanaman, klorofil daun, LTR (laju tumbuh relatif), LAB
( laju asimilasi bersih),15-30 HSPT dan 30-45 HSPT. dan tidak berpengaruh nyata
laju asimilasi bersih 45-60 HSPT.
Sludge kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, panjang
tanaman selada. Dari hasil analis data statistik menunjukan bahwa nilai tertinggi
pada parameter tinggi tanaman, panjang tanaman terdapat perlakuan M3 dan di
ikuti perlakuan M2, M1, M0. Hal ini di sebabkan karena perlakuan M3 lebih
banyak mengandung sludge kelapa sawit yang mampu memperbaiki sifat fisik,
kima dan biologi tanah Sehingga unsur hara yang lengkap dan tersedia.
Ketersediaan bahan organik ini mampu merangsang pertumbuhan tanaman. Hal
ini sesuai dengan literatur Sarief (1985) yang menyatakan bahwa sumbangan
bahan organik akan memberi pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia serta biologi
tanah.
Peningkatan jumlah daun, klorofil daun, dan total luas daun pada
perlakuan media dengan penambahan sludge kelapa sawit berpengaruh nyata. dari
hasil analis data statistik menunjukan bahwa nilai tertinggi pada parameter
jumlah daun, total luas daun , klorofil daun terdapat perlakuan M3, M2, di ikuti
perlakuan M1, M0. Hal ini di karena kan sludge kelapa sawit mampu
maupun unsur hara lainnya yang berguna dalam metabolisme tubuh tumbuhan.
Proses-proses metabolisme seperti fotosintesis dan respirasi sangat bergantung
pada ketersediaan unsur hara tersebut untuk pertumbuhan tanaman secara normal.
Hal ini sesuai dengan literatur Jumin (2002) yang menyatakan bahwa unsur N
berperan dalam pertumbuhan vegetatif terutama daun serta merangsang
pertunasan. Didukung juga oleh pernyataan Suwandi dan Chan (1982) yang
menyatakan bahwa unsur P, K, Mg dan Ca berperan dalam menunjang
pertumbuhan lebar daun untuk proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi,
enzim dan mineral termasuk air.
Pengaruh sludge kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap berat basah
layak komsumsi, berat kering tanaman. Dari hasil analis data statistik menunjukan
bahwa nilai tertinggi pada parameter berat basah layak komsumsi, berat kering
tanaman terdapat perlakuan M3, M2, di ikuti perlakuan M1,M0. Hal ini di karena
sludge kelapa sawit mampu memenuhui kebutuhan selada akan nitrogen agar
memperoleh hasil yang optimal, karena nitrogen sangat dibutuhkan selada pada
proses pembentukan organ-organ vegetatif khususnnya daun, sebab nitrogen
berperan dalam pembentukan asam amino dan protein dan keadaan ini akan dapat
dipenuhi dengan menambahkan Sludge kelapa sawit karena Sludge kelapa sawit
mengandung banyak nitrogen yang sangat dibutuhkan selada. Sarief (1985) yang
menyatakan bahwa unsur makro N, P, K, Mg sangat dibutuhkan oleh tanaman
dalam jumlah besar, yaitu unsur N berperan dalam meningkatkan pertumbuhan
vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun.
akar terdapat perlakuan M3, di ikuti perlakuan M2, M1, M0. Hal ini di karena
sludge kelapa sawit dalam media dapat mendukung pertumbuhan mikroorganisme
yang menjadikan tanah lebih gembur serta membuat struktur tanah menjadi lebih
remah sehingga mempermudah oksigen masuk kedalam media, dengan demikian
pertumbuhan akar menjadi lebih baik dalam menyerap unsur hara N, P, K, Hal ini
sesuai dengan pernyataan Dwidjoseputro (1981) yang menyatakan bahwa
pertumbuhan akar yang baik akan menyebabkan proses penyerapan hara
berlangsung dengan baik, dimana unsur hara yang diserap sangat diperlukan untuk
mendukung proses fotosintesis.
Pengaruh slude kelapa sawit berpengaruh nyata terhadap laju tumbuh
relatif, laju asimilasi bersih pada umur 15-30 HSPT dan 30-45 HSPT. dan tidak
berpengaruh nyata pada umur 45-60 HSPT. Dari hasil analis data statistik
menunjukan bahwa nilai tertinggi pada parameter laju asimilasi bersih, laju
tumbuh relatif terdapat perlakuan M2, di ikuti perlakuan M3, M1,M0. hal ini
disebabkan perkembangan vegetatif tanaman seperti Luas daun, Semakin lebar
daun sebuah tanaman maka semakin besar juga asimilasi bersihnya. dan
ketersediaannya unsur hara N, K, P, Mg yang terdapat didalam sludge kelapa
sawit tersebut. apabila unsur hara yang terdapat pada tanaman cukup banyak maka
tanaman menjadi semakin subur dan pertumbuhan semaikn cepat dan Laju
asimilasi pada umur 45-60 HSPT berpengaruh tidak nyata. hal ini di sebabkan
karena semakin bertambah umur kegiatan fotosintesis masih aktif, namun
demikian pertumbuhan dan perkembangan sel-sel yang sudah dewasa relatif
lambat, sehingga total asimilat yang dihasilkan sedikit. Hal ini sesuai dengan