RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA(Lactuca sativa L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR
ORGANIK URIN KAMBING PADA BEBERAPA JARAK TANAM
S K R I P S I
IMMANUEL HANS ALEXANDER SURBAKTI / 090301081 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
PROGRAMSTUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELADA(Lactuca sativa L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK CAIR
ORGANIK URIN KAMBING PADA BEBERAPA JARAK TANAM
S K R I P S I
IMMANUEL HANS ALEXANDER SURBAKTI / 090301081 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAMSTUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul :Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada(Lactuca sativaL.)Terhadap Pemberian Pupuk Cair Organik Urin Kambing Pada Beberapa Jarak Tanam Nama :Immanuel Hans Alexander Surbakti
NIM : 090301081
Program Studi : Agroteknologi
Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Ir. Ratna Rosanty Lahay, M.P. Ir. T. Irmansyah, M.P.
Ketua Anggota
Mengetahui,
Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc. Ketua Program Studi Agroteknologi
ABSTRAK
IMMANUEL HANS ALEXANDER SURBAKTI : Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada(Lactuna sativa L.) Terhadap Pemberian Pupuk Cair Organik Urin Kambing pada Beberapa Jarak Tanam, dibimbing oleh : RATNA ROSANTY LAHAY dan T. IRMANSYAH.
Penelitian ini dilaksanakan di lahan penduduk jalan pasar 1 No. 89 Tanjung Sari, Medan yang berada pada ketinggian ± 25 dpl dari bulan Mei2015 sampai Juli 2015, menggunakan rancangan acak kelompok factorial dengan dua faktor perlakuan yaitu Urin Kambing dengan perlakuan 0, 200, 400, 600 cc/L air dan Jarak Tanam dengan perlakuan 20x20 cm, 25x20 cm dan 30x20 cm .
Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar total per sampel, bobot segar jual per sampel, bobot segar akar per sampel, indeks panen dan ratio tajuk-akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian urin kambing tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang ada. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar total per sampel, bobot segar jual per sampel, dan bobot segar akar per sampel. Interaksi pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata pada seluruh parameter pengamatan yang ada.
ABSTRACT
IMMANUEL HANS ALEXANDER SURBAKTI: Response Lettuce Plant (Lactuca sativaL.) Growth and Production TowardsGiving Urine Goat Organic Liquid Fertilizer on Some Plant Spacing, guided by: Ratna ROSANTY Lahay and T. Irmansyah.
This research was carried out on land the area residents,pasar 1 street No.89 Tanjung Sari, Medan at an altitude of ± 25 asl from May 2015 through July 2015, using a randomized block design factorial with two treatment factors, namely Urine Goat with treatments of 0, 200, 400, 600 cc / L of water and Plant Spacing with treatment 20x20 cm, 25x20 cm and 30x20 cm. Parameters measured were plant height, number of leaves, fresh weight total per sample, selling fresh weight per sample, the fresh weight of roots per sample, harvest index and crown-root ratio.
The results showed that the goat urine administration had no significant effect on all parameters. The treatment plant spacing significantly affected parameters plant height, leaf number, total fresh weight per sample, selling fresh weight per sample, and the fresh weight of roots per sample. Interaction granting goat urine and spacing of treatment had no significant effect on all parameters of existing observations.
RIWAYAT HIDUP
Immanuel Hans Alexander Surbakti, lahir pada tanggal 8 Mei 1991 di
Medan, Sumatera Utara yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, putra
dari Bapak Ir. Ikuten Surbaktidan ibu Dra. Frida Br Girsang.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Methodist 1 Medan dan masuk
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui Jalur Ujian Masuk
Bersama (UMB USU). Penulis memilih Program Studi Agroekoteknologi.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN. IV Kebun
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsiyang berjudul
“Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (LactucasativaL.)
Terhadap Pemberian Pupuk Cair Organik Urin Kambing Pada Beberapa Jarak
Tanam”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar sarjana di Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis dan seluruh keluarga yang telah
berjuang membesarkan, merawat, dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP selaku ketua
komisi pembimbing dan BapakIr.T. Irmansyah, MPselaku anggota komisi
pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai saran yang
berharga kepada penulis. Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua staf pengajar dan pegawai di Fakultas Pertanian, serta semua
teman-teman angkatan 2009 yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi budidaya selada serta bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan.
Medan, Oktober 2015
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Hipotesis Penelitian ... 2
Kegunaan Penulisan ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4
Syarat Tumbuh ... 5
Iklim ... 5
Tanah ...6
Urin Kambing ... 6
Jarak Tanam ... 7
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 10
Bahan dan Alat ... 10
Metode Penelitian ... 10
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... . 13
Persemaian Benih ... 13
Persiapan Urin Kambing ... 13
Pindah Tanam ... 13
Pemeliharaan Tanaman ... 14
Penyiraman ... 14
Penyulaman ... 14
Penjarangan ... 14
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 14
Aplikasi Urin Kambing ... 15
Panen ... 15
Peubah Amatan ... 15
Tinggi Tanaman (cm) ... 15
Jumlah daun(helai) ... 15
Bobot Segar Total per Sampel (g) ... 15
Bobot Segar Jual per Sampel (g) ... 16
Bobot Segar Akar per Sampel (g) ... 16
Indeks Panen ... 16
Ratio Tajuk-Akar ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17
Tinggi Tanaman (cm) ... 17
Jumlah Daun (helai) ... 18
Bobot Segar Total Per Sampel (gr) ... 20
Bobot Segar Jual Per Sampel (gr) ... 21
Bobot Segar Akar Per Sampel (gr) ... 22
Indeks Panen ... 24
Ratio Tajuk Akar ... 25
Pembahasan ... 26
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 31
Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... ... 32
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Rataan Tinggi Tanaman (cm) 2 – 6 MSPT pada Pemberian Urin
Kambing dan Perlakuan Jarak Tanam ... 17
2. Rataan Jumlah Daun (helai) 2 – 6 MSPT pada Pemberian Urin
Kambing dan Perlakuan Jarak Tanam ... 19
3. Rataan Bobot Segar Total per Sampel (g) pada Pemberian Urin
Kambing dan Perlakuan Jarak Tanam ... 20
4. Rataan Bobot Segar Jual per Sampel (g) pada Pemberian Urin
Kambing dan Perlakuan Jarak Tanam ... 22
5. Rataan Bobot Segar Akar per Sampel (g) pada Pemberian Urin
Kambing dan Perlakuan Jarak Tanam ... 23
6. Rataan indeks Panen pada Pemberian Urin Kambing sawit dan
Perlakuan Jarak Tanam ... 24
7. Rataan Ratio Tajuk-Akar pada Pemberian Urin Kambing dan
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Deskripsi Tanaman Selada Var. Grand Rapid ... 35
2. Bagan Penelitiant ... 36
3. Bagan Jarak Antar Plot ... 37
4. Cara Pembuatan Pupuk Organik Cari dari Bahan Urin Kambing ... 38
5. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MSPT (cm) ... 39
6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MSPT ... 39
7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MSPT (cm) ... 40
8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MSPT ... 40
9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MSPT (cm) ... 41
10. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MSPT ... 41
11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MSPT (cm) ... 42
12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MSPT ... 42
13. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MSPT (cm) ... 43
14. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MSPT ... 43
15. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MSPT (helai) ... 44
16. Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MSPT ... 44
17. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 MSPT (helai) ... 45
18. Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MSPT ... 45
19. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MSPT (helai) ... 46
20. Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MSPT ... 46
21. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 MSPT (helai) ... 47
23. Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MSPT (helai) ... 48
24. Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MSPT ... 48
25. Data Bobot Segar Total per Sampel (g) ... 49
26. Sidik Ragam Bobot Segar Total per Sampel ... 49
27. Data Bobot Segar Jual per Sampel (g) ... 50
28. Sidik Ragam Bobot Segar Jual per Sampel ... ... 50
29. Data Bobot Segar Akar per Sampel (g) ... 51
30. Sidik Ragam Bobot Segar Akar per Sampel ... 51
31. Data Pengamatan Indeks Panen ... 52
32. Sidik Ragam Indeks Panen ... 52
33. Data Pengamatan Ratio Tajuk-Akar ... 53
34. Sidik Ragam Ratio Tajuk-Akar ... 53
35. Hasil Analisis Tanah ... 54
36. Hasil Analisis Kimia Urin Kambing ... 55
ABSTRAK
IMMANUEL HANS ALEXANDER SURBAKTI : Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada(Lactuna sativa L.) Terhadap Pemberian Pupuk Cair Organik Urin Kambing pada Beberapa Jarak Tanam, dibimbing oleh : RATNA ROSANTY LAHAY dan T. IRMANSYAH.
Penelitian ini dilaksanakan di lahan penduduk jalan pasar 1 No. 89 Tanjung Sari, Medan yang berada pada ketinggian ± 25 dpl dari bulan Mei2015 sampai Juli 2015, menggunakan rancangan acak kelompok factorial dengan dua faktor perlakuan yaitu Urin Kambing dengan perlakuan 0, 200, 400, 600 cc/L air dan Jarak Tanam dengan perlakuan 20x20 cm, 25x20 cm dan 30x20 cm .
Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar total per sampel, bobot segar jual per sampel, bobot segar akar per sampel, indeks panen dan ratio tajuk-akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian urin kambing tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh parameter yang ada. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar total per sampel, bobot segar jual per sampel, dan bobot segar akar per sampel. Interaksi pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata pada seluruh parameter pengamatan yang ada.
ABSTRACT
IMMANUEL HANS ALEXANDER SURBAKTI: Response Lettuce Plant (Lactuca sativaL.) Growth and Production TowardsGiving Urine Goat Organic Liquid Fertilizer on Some Plant Spacing, guided by: Ratna ROSANTY Lahay and T. Irmansyah.
This research was carried out on land the area residents,pasar 1 street No.89 Tanjung Sari, Medan at an altitude of ± 25 asl from May 2015 through July 2015, using a randomized block design factorial with two treatment factors, namely Urine Goat with treatments of 0, 200, 400, 600 cc / L of water and Plant Spacing with treatment 20x20 cm, 25x20 cm and 30x20 cm. Parameters measured were plant height, number of leaves, fresh weight total per sample, selling fresh weight per sample, the fresh weight of roots per sample, harvest index and crown-root ratio.
The results showed that the goat urine administration had no significant effect on all parameters. The treatment plant spacing significantly affected parameters plant height, leaf number, total fresh weight per sample, selling fresh weight per sample, and the fresh weight of roots per sample. Interaction granting goat urine and spacing of treatment had no significant effect on all parameters of existing observations.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Selada merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang dikonsumsi
daunnya. Prospek serapan pasar terhadap komoditas selada akan terus meningkat
sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan pendidikan
masyarakat, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, dan
peningkatan kesukaan (preferensi) masyarakat terhadap selada (Samadi, 2014).
Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman agar
mendapat hasil yang optimum dan mutu yang baik, salah satu diantaranya adalah
faktor budidaya yaitu melalui pemupukan bahan organik atau anorganik
(Samadi, 2014).
Pemberian pupuk kimia harus diimbangi dengan pemberian pupuk
organik. Pupuk kimia berperan menyediakan nutrisi dalam jumlah yang besar bagi
tanaman, sedangkan bahan organik cenderung berperan menjaga fungsi tanah agar
unsur hara dalam tanah mudah dimanfaatkan oleh tanaman untuk menyerap unsur
hara yang disediakan pupuk kimia (Yuwono, 2007).
Produksi urin kambing per ekor mencapai 0,6- 2,5 liter/hari dengan
kandungan nitrogen 0,51 – 0,71%. Variasi kandungan nitrogen tersebut
bergantung pada pakan yang dikonsumsi, tingkat kelarutan protein kasar pakan,
serta kemampuan ternak untuk memanfaatkan nitrogen asal pakan. Kotoran
kambing-kambing yang tersusun dari feses, urin dan sisa pakan mengandung
nitrogen lebih tinggi dari pada yang berasal dari feses (Pustaka Penelitian
Pengembangan Departemen Pertanian, 2011). Dengan potensi yang dimilikinya,
kimia cair, terlebih dapat mencegah pencemaran limbah akibat pembuangan dari
urin ini.
Selain melalui upaya pemupukan, keberhasilan budidaya tanaman selada
dikendalikan oleh faktor-faktor pertumbuhan yang meliputi faktor genetik dan
faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
tanaman selada, salah satunya ialah tingkat kerapatan tanaman. Tingkat kerapatan
tanaman perlu diatur agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Perbedaan
jarak tanam menyebabkan pertumbuhan dan hasil yang berbeda, karena dengan
penerapan jarak tanam yang terlalu rapat dapat menimbulkan kompetisi antar
tanaman. Kompetisi terjadi untuk memperoleh kebutuhan hidup tanaman seperti
cahaya matahari, nutrisi, air dan ruang tumbuh. Penggunaan jarak tanam yang
tepat dapat meningkatkan produksi per satuan luas (Rohmah, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian respon pemberian pupuk cair organik urin kambing pada beberapa jarak
tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman selada (Lactuca sativaL.).
Tujuan Penelitian
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
pupuk cair organik urin kambing pada beberapa jarak tanam terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman selada (Lactuca sativaL.).
Hipotesis Penelitian
Pemberian pupuk cair organik urin kambing dan kerapatan tanaman serta
interaksi keduanya dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman
Kegunaan Penulisan
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Menurut Steenis (2003), tanaman selada dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :Kingdom: Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisio:Angiospermae,
Kelas : Dicotyledoneae, Ordo: Asterales, Famili : Asteraceae, Genus: Lactuca,
Spesies : Lactuca sativa L.
Perakaran tanaman selada terdiri atas akar tunggang dan akar serabut.
Akar tunggangnya tumbuh lurus ke dalam pusat bumi sampai kedalaman sekitar
40 cm, sedangkan akar serabutnya umumnya tumbuh menyebar (menjalar) ke
samping dan menembus tanah dangkal pada kedalaman sekitar 30 cm. Akar
tanaman berwarna keputih-putihan (putih gading) (Samadi, 2014).
Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam,
bergantung varietasnya. Daun selada krop berbentuk bulat dengan ukuran daun
yang lebar, berwarna hijau terang dan hijau agak gelap. Daun selada memiliki
tangkai daun lebar dengan tulang daun menyirip. Tangkai daun bersifat kuat dan
halus. Daun bersifat lunak dan renyah apabila dimakan, serta memiliki rasa manis.
Daun selada umumnya memiliki ukuran panjang 20-25 cm dan lebar 15 cm
(Departemen Pertanian, 2012).
Tanaman selada memiliki batang sejati. Batang selada krop sangat pendek
dibanding dengan selada daun dan selada batang. Batangnya hampir tidak terlihat
dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Diameter batang
selada krop juga lebih kecil yaitu berkisar antara 2-3 cm dibanding dengan selada
batang yang diameternya 5,6-7 cm dan selada daun yang diameternya 2-3 cm
Bunga selada berbentuk dompolan (inflorescence). Tangkai bunga
bercabang banyak dan setiap cabang akan membentuk anak cabang. Pada dasar
bunga terdapat daun - daun kecil, namun semakin ke atas daun tersebut tidak
muncul. Bunganya berwarna kuning. Setiap krop panjangnya antara 3-4 cm yang
dilindungi oleh beberapa lapis daun pelindung yang dinamakan volucre. Setiap
krop mengandung sekitar 10-25 floret atau anak bunga yang mekarnya serentak
(Ashari, 1995).
Biji tanaman selada berbentuk lonjong pipih, berbulu, agak keras,
berwarna coklat, serta berukuran sangat kecil, yaitu panjang empat milimeter dan
lebar satu milimeter. Biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua, dan
dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman selada dapat tumbuh dengan baik, baik di dataran tinggi
(pegunungan) maupun di dataran rendah. Adapun daerah yang merupakan sentra
penghasil selada adalah Cipanas, Pangalengan, dan Lembang. Didaerah
pegunungan, daunnya dapat membentuk krop yang besar. Sebaliknya di dataran
rendah, tanaman ini hanya membentuk krop yang kecil tetapi cepat berbunga.
Adapun persyaratan penting agar tanaman selada dapat tumbuh dengan baik ialah
tanah harus mengandung pasir atau lempung (subur), suhu udara 15–20°C, dan
derajat keasaman tanah (pH) 5 – 6,5 (Hafiz, 2007).
Waktu penanaman selada yang paling baik adalah pada akhir musim hujan
(Maret/April). Akan tetapi selada dapat pula ditanam pada musim kemarau,
Tanah
Tanaman selada dapat ditanam pada berbagai macam tanah, namun,
pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang
cukup mengandung bahan organik, gembur, remah dan tidak mudah tergenang
air (Setiawan, 2005).
Tingkat kemasaman tanah (pH) yang ideal untuk pertumbuhan selada
adalah berkisar antara 6,5 - 7. Pada tanah yang terlalu asam, tanaman ini tidak
dapat tumbuh karena keracunan Mg dan Fe (Suprayitno, 1996)
Urin Kambing
Pupuk kandang (pukan) cair merupakan pupuk berbentuk cair berasal dari
kotoran hewan yang masih segar yang bercampur dengan urin hewan atau kotoran
hewan yang dilarutkan dalam air dalam perbandingan tertentu. Umumnya urin
hewan telah banyak yang telah dimanfaatkan oleh petani adalah urin sapi , kerbau,
kuda, babi, dan kambing (Hartatik dan Widowati, 2011).
Rasio penggunaan urin ternak akan mempengaruhi kualitas unsur hara
yang terkandung dalam pupuk cair. Manfaat pupuk urin ternak adalah untuk
menambah kandungan bahan organik atau humus, memperbaiki sifat-sifat fisika
tanah terutama struktur, daya serap air dan meningkatkan kesuburan tanah dengan
menambah unsur hara bagi tanaman (Universitas Pembangunan Nasional Veteran,
2011).
Potensi produksi urin kambing per ekor mencapai 0,6- 2,5 liter/hari dengan
kandungan nitrogen 0,51 – 0,71%. Variasi kandungan nitrogen tersebut
bergantung pada pakan yang dikonsumsi, tingkat kelarutan protein kasar pakan,
kambing-kambing yang tersusun dari feses, urin dan sisa pakan mengandung
nitrogen lebih tinggi dari pada yang berasal dari feses (Pustaka Penelitian dan
Pengembangan Departemen Pertanian, 2011).
Urin binatang ternak juga banyak mengandung senyawa antara lain adalah
air, natrium, klorin, kalium, fosfat, sulfat, ammonia, dan kretinin. Untuk natrium
hingga ammonia merupakan senyawa garam ionik, baik dalam bentuk kristal
padatan yang mengendap maupun yang larut dalam air (Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan, 2011).
Penelitian mengenai pemberian urin kambing telah banyak dilakukan.
Tampubolon (2012) melaporkan bahwa pemanfaatan urin ternak sebagai pupuk
organik cair salah satunya pemanfaatan urin kambing sebanyak 150 cc/L air tidak
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, produksi, dan pasca panen selada. Hal
yang serupa juga dilaporkan oleh Ginting (2011) yang menyatakan bahwa
pemberian urin kambing 200 cc/L air belum berpengaruh nyata pada semua
parameter yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar, bobot
kering dan jumlah siung bawang merah.
Jarak Tanam
Pengaturan jarak tanam ialah pengaturan ruang tumbuh bagi tanaman
untuk menekan persaingan yang terjadi antar tanaman, sehingga diperoleh hasil
yang baik. Jarak tanam yang tepat sangat penting agar tanaman sayuran daun
dapat memanfaatkan sinar matahari dan unsur hara secara optimum untuk proses
tumbuh kembangnya. Harjadi (1996) menyatakan bahwa tingkat kerapatan tanaman
menggunakan cahaya matahari.Pengaturan jarak tanam perlu dilakukan, berkaitan
dengan sistem perakaran dan bentuk tajuk tanaman.
Sugito (1999) menjelaskan bahwa, perakaran tanaman yang satu dapat
mengganggu perakaran tanaman lain yang berdekatan, karena akan terjadi
persaingan mengenai air dan unsur hara yang diserap dari tanah, sedangkan
tajuknya akan mengalami persaingan terhadap cahaya dan udara, terutama
oksigen. AAK (1992) mengungkapkan bahwa jarak tanam direncanakan sesuai
dengan kesuburan tanah, kemampuan tanaman untuk memperoleh unsur hara dan
kultivar tanaman. Menurut Mimbar (1993) pemilihan jarak tanam juga tergantung
pada daya tumbuh benih, kesuburan tanah, musim dan kultivar tanaman yang
ditanam. Menurut Herlina, Haryono dan Fauziah (1996) kepadatan tanaman
selada yang tinggi dapat menyebabkan tajuk antara tanaman selada yang satu
dengan yang lain saling menaungi, sehingga terbentuk kanopi yang rapat.
Akibatnya intensitas cahaya yang diterima lebih sedikit, begitu pula dengan
adanya persaingan terhadap unsur hara dan air. Selain itu tanaman selada
merupakan tanaman semusim yang pertumbuhan vegetatifnya cepat sehingga
dapat berkompetisi lebih baik dengan tanaman lain.
Pemilihan kerapatan tanaman yang optimum didasarkan pada faktor-faktor
tanaman dan lingkungan. Faktor tanaman dapat mempengaruhi kerapatan
optimum untuk hasil panen, yaitu ukuran tanaman (yang terutama
menggambarkan luas daun per tanaman) dan percabangan tanaman (Gardner,
Pearce dan Mitchell, 1991). Jarak optimum pada penanaman selada adalah 20x20
cm sampai 25x25 cm (Haryanto et al., 1995). Ditambahkan oleh Rukmana (1994)
cm, 20x25 cm atau 25x25 cm. Rubatzky dan Yamaguchi (1998) menyatakan
bahwa jarak tanam selada berkisar 25-40 cm dalam barisan dan 40-75 cm antar
barisan. Tanaman selada jika ditanam terlalu rapat bentuknya menjadi jelek dan
nilai jualnya rendah. Oleh karena itu, jarak tanam yang tepat selama penanaman
sangat penting.
Hasil penelitian tentang penggunaan jarak tanam pada tanaman selada
menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Pada penelitian Yuliantini (2005)
mengenai kajian komposisi pupuk N anorganik dan organik terhadap
pertumbuhan dan hasil selada varietas Grand Rapids pada populasi yang berbeda,
menunjukkan hasil terbaik pada jarak tanam 20x20 cm. Penelitian Lestari (2005)
tentang peranan pupuk kandang ayam dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman selada varietas lokal batu yang menunjukkan hasil terbaik pada
jarak tanam 20x20 cm dan 20x25 cm. Penelitian tentang pengaruh frekuensi
aplikasi pupuk daun dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil selada
keriting varietas crispa yang dilakukan Ikawati (2003) menunjukkan hasil terbaik
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di LahanPendudukJl.Pasar 1 No.89 Tanjung Sari,
Medan dengan ketinggian tempat ±25 meter di atas permukaan laut, pada bulan
Mei 2015 sampai dengan Juli 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih selada (Lactuca sativaL.) varietas
Grand Rapid sebagai objek pengamatan, urin kambing dari Peternakan Kambing
di Desa Sukaraya,Kecamatan Pancurbatu sebagai pupuk organik cair, dan air
sebagai pelarut pupuk cair organik.
Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengolah lahan, gembor untuk
menyiram tanaman, gelas ukur untuk mengukur urin kambing, ember untuk
membuat konsentrasi pupuk organik cair dan membersihkan tanah dari akar,
pacak bambu untuk membuat plot, meteran untuk mengukur tinggi tanaman,
pacak sampel sebagai penanda tiap sampel, alat tulis untuk mencatat data serta
alat lainnya yang mendukung dalam penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
dengan dua faktor perlakuan, yaitu:
Faktor I: Pemberian urin kambing dengan 4 taraf, yaitu:
P1 = 200 cc/L air
P2 = 400 cc/L air
P3 = 600 cc/L air
Faktor II: Jarak tanam dengan 3 taraf, yaitu:
J1 = 20 x 20 cm
J2 = 25 x 20 cm
J3 = 30 x 20 cm
Kombinasi perlakuan adalah 12 perlakuan, yaitu:
P0J1 P1J1 P2J1 P3J1
P0J2 P1J2 P2J2 P3J2
P0J3 P1J3 P2J3 P3J3
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot / blok : 12 plot
Jumlah plot seluruhnya : 36 plot
Ukuran plot : 120 cm x 150 cm
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Jumlah tanaman sampel/plot : 5 sampel
Jumlah sampel seluruhnya : 180 sampel
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam model linier sebagai berikut:
Yijk= µ + ρi + αj+ βk+ (αβjk) + εijk
i = 1,2,3 j = 1,2,3,4 k = 1,2,3
Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i, yang mendapat perlakuan Urin
Kambing pada taraf ke-j dan jarak tanampada taraf ke-k
µ = Nilai tengah umum
ρi = Efek blok ke-i
αj = Efek Urin kambing pada taraf ke-j
βk = Efek jarak tanam pada taraf ke-k
(αβjk) = Efek interaksi urin kambing pada taraf ke-j dan jarak tanam
pada taraf ke-k
εijk = Efek galat pada unit percobaan blok ke-i yang mendapat perlakuan
urin kambing pada taraf ke-j dan jarak tanam pada taraf ke-k
Terhadap perlakuan yang nyata, dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Areal pertanaman terlebih dahulu dibersihkan dari gulma. Kemudian lahan
diolah dan digemburkan menggunakan cangkul dengan kedalaman kira-kira 20
cm. Kemudian dibuat plot-plot dengan ukuran 120 cm x 150 cm serta jarak antar
plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm serta parit drainase sedalam 30 cm untuk
menghindari genangan air. Selain itu dibuat juga naungan untuk persemaian benih
selada dengan ketinggian 1 m menghadap ke timur dan 50 cm menghadap ke
barat.
Persemaian Benih
Sebelum ditanam benih selada disemaikan dahulu agar diperoleh bibit
tanaman yang baik dan seragam. Benih disemai pada bedengan khusus
persemaian dengan ukuran 200 cm x 200 cm yang dilengkapi naungan. Media
persemaian berupa campuran top soil, kompos, dan pasir dengan perbandingan
(3:1:1). Persemaian dilakukan 2 minggu atau sebelum pindah tanam.
Persiapan Urin Kambing
Urin kambing yang digunakan berasal dari kambing yang berasal dari
kandang yang sama, dengan asumsi bahwa makanan kambing tersebut berasal
dari jenis rumput yang sama pula, sehingga kandungan unsur yang di dalamnya
Pindah Tanam
Sebelum bibit dipindah tanam, dibuat lubang tanam dengan cara menugal
sedalam ± 2 cm sesuai dengan jarak tanam perlakuan. Setelah itu bibit yang
memenuhi kriteria dicabut dari persemaian dan ditanam 2-3 bibit per lubang
tanam.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari yang
disesuaikan kondisi lapangan dengan menggunakan gembor.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan 1 minggu setelah pindah tanam (MSPT) yaitu
mengganti tanaman yang mati, tanaman yang tumbuhnya abnormal, tanaman yang
terserang hama dan penyakit serta tanaman yang tidak berkecambah.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan 1 minggu setelah pindah tanam (MSPT) dengan
mencabut atau memotong tanaman menggunakan gunting dan meninggalkan salah
satu tanaman terbaik per lubang tanam.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu mencabut gulma di plot.
Untuk membersihkan setiap plot dan parit dilakukan dengan cara mekanis
menggunakan cangkul. Penyiangan disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Pengendalian hama dan penyakit disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Bila terjadi serangan hama atau penyakit, maka dilakukan penyemprotan
insektisida berbahan aktif Deltamethrin 25 g/L Emulsifiable Concentrate dengan
konsentrasi 0,5 cc/l air, sedangkan penyakit menggunakan fungisida berbahan
aktif Mankozeb 80% dengan dosis 2 g/l air. Aplikasi dengan menggunakan
handsprayer.
Aplikasi Urin Kambing
Pemberian pupuk cair organik urin kambing dengan konsentrasi 0 cc/L air,
200 cc/L air, 400 cc/L air, dan 600 cc/L air dilakukan mulai 2 MST sampai 1
minggu menjelang tanaman panen dengan interval 1 minggu. Cara memberikan
pupuk adalah dengan disiram ke tanah.
Panen
Pemanenan dilakukan 50-60 hari setelah semai benih atau ditentukan jika
kriteria panen selada telah terpenuhi.
Peubah Amatan
1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ujung daun
terpanjang setelah diluruskan yang ditandai dengan patok. Tinggi tanaman diukur
mulai 2 minggu setelah pindah tanam (MSPT), interval pengukuran seminggu
sekali sampai 6 minggu setelah pindah tanam (MSPT) menggunakan penggaris.
Jumlah daun dihitung mulai 2 minggu setelah pindah tanam (MSPT),
dengan interval seminggu sekali sampai 6 minggu setelah pindah tanam (MSPT).
3. Bobot Segar Total Per Sampel (g)
Bobot tanaman sampel utuh ditimbang dengan timbangan analitik, tanpa
memisahkan bagian akar dari batang dan daun tanaman. Sebelum ditimbang,
tanaman dibersihkan dengan air dan dikeringanginkan.
4. Bobot Segar Jual Per Sampel (g)
Bobot batang dan daun tanaman sampel ditimbang dengan timbangan
analitik, yang terlebih dahulu memisahkan bagian akar dari batang dan daun.
Sebelum ditimbang, tanaman dibersihkan dengan air dan dikeringanginkan.
5. Bobot Segar Akar per Sampel (g)
Bobot akar tanaman sampel ditimbang dengan timbangan analitik, yang
telah dipisahkan dari batang dan daun. Sebelum ditimbang, akar tanaman
dibersihkan dengan air dan dikeringanginkan.
6. Indeks Panen
Indeks panen dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Bobot segar jual per sampel Indeks panen =
Bobot segar total per sampel
7. Ratio Tajuk-akar
Dilakukan pada saat akhir penelitian dengan membandingkan keadaan
Bobot segar tajuk per sampel Rasio Tajuk Akar =
Bobot segar akar per sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Tinggi Tanaman (cm)
Data pengamatan tinggi tanaman mulai dari pengamatan 2, 3, 4, 5, dan
6 MSPT terdapat pada Lampiran5, 7, 9, 11, dan 13, sedangkan sidik ragam
padaLampiran6,8, 11, 12, dan 14. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa
pemberian urin kambing berpengaruh tidak nyata pada parameter tinggi tanaman.
Sementara perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 3, 4,
5,dan 6 MSPT. Interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman..
Rataan tinggi tanaman selada 2- 6 MSPT pada pemberian urin kambing
dan perlakuan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman 2-6 MSPT (cm) pada pemberianurin kambing dan
Jarak Tanam (cm)
Pemberian Urin Kambing (g)
Rataan P0 (Kontrol) P1 (200 cc/L) P2 (400 cc/L) P3 (600cc/L) 2 MSPT
J1 (20x20 cm) 5.07 4.34 4.73 4.04 4.55
J2 (25x20 cm) 5.54 4.89 4.53 4.49 4.86
J3 (30x20 cm) 3.80 3.94 4.94 4.43 4.28
Rataan 4.80 4.39 4.73 4.32 4.56
3 MSPT
J1 (20x20 cm) 7.80 7.31 7.37 7.97 7.62 a
J2 (25x20 cm) 8.98 6.70 6.60 7.43 7.43 a
J3 (30x20 cm) 6.07 5.87 6.96 6.14 6.26 b
Rataan 7.62 6.63 6.98 7.18 7.10
4 MSPT
J1 (20x20 cm) 9.67 9.39 10.28 10.08 9.86 a
J2 (25x20 cm) 10.48 9.28 8.73 9.44 9.48 a
J3 (30x20 cm) 8.38 7.60 8.89 7.98 8.21 b
Rataan 9.51 8.76 9.30 9.17 9.18
5 MSPT
J1 (20x20 cm) 12.02 11.47 12.26 11.90 11.91 a
J2 (25x20 cm) 12.34 11.29 10.58 12.05 11.57 a
J3 (30x20 cm) 9.36 9.31 10.76 9.36 9.70 b
Rataan 11.24 10.69 11.20 11.11 11.06
6 MSPT
J1 (20x20 cm) 13.71 13.89 15.79 14.82 14.55 a
J2 (25x20 cm) 15.48 13.70 13.07 15.64 14.47 a
J3 (30x20 cm) 10.93 11.77 13.26 11.16 11.78 b
Rataan 13.37 13.12 14.04 13.87 13.60
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama padakelompok kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Pada Tabel 1 tampak bahwapemberian urin kambing pada 6 MSPT
menghasilkan rataan tinggi tanaman tertinggi sebesar14.04 cm pada perlakuan
P2( 400 cc/L air) yang berbedatidak nyata dengan perlakuan yang ada lainnya (P0,
P1 dan P3).
Pada perlakuan jarak tanam6 MSPT menghasilkan rataan tinggi
tidak nyata dengan perlakuan J2 (25 x 20 cm) dan berbeda nyata dengan
perlakuan J3 (30 x 20 cm).
Interaksi antara pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam
menunjukkan respon yang tidak nyata terhadap rataan tinggi tanamanselada.
Jumlah Daun (helai)
Data pengamatan jumlah daun mulai pengamatan 2, 3, 4, 5, dan 6 MSPT
dicantumkan pada Lampiran15, 17,19,21, dan 23 sedangkan sidik ragam
masing-masing pengamatan dicantumkan pada Lampiran16, 18, 20, 22, dan 24.
Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwapemberian urin kambing menunjukan
tidak berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun.Sementara perlakuan jarak
tanam berpengaruh nyata pada parameter jumlah daun 5 dan 6 MSPT. Dan
interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun
tanaman selada.
Rataan jumlah daun tanamanselada 2-6 MSPT pada pemberian urin
[image:33.595.112.546.572.747.2]kambing dan perlakuan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah daun 2-6MST (helai) pada pemberian urin kambing dan
perlakuan jarak tanam
Jarak Tanam (cm)
Pemberian Urin Kambing (g)
Rataan P0 (Kontrol) P1 (200 cc/L) P2 (400 cc/L) P3 (600cc/L) 2 MSPT
J1 (20x20 cm) 3.13 3.00 2.87 3.07 3.02
J2 (25x20 cm) 2.87 2.53 2.73 3.00 2.78
J3 (30x20 cm) 2.73 2.80 2.87 2.67 2.77
Rataan 2.91 2.78 2.82 2.91 2.86
3 MSPT
J1 (20x20 cm) 4.46 4.80 4.60 4.66 4.63
J2 (25x20 cm) 4.46 4.40 4.46 4.33 4.41
J3 (30x20 cm) 4.53 4.20 4.26 4.00 4.25
4 MSPT
J1 (20x20 cm) 4.93 4.53 4.33 4.73 4.63
J2 (25x20 cm) 4.66 4.13 4.66 4.33 4.45
J3 (30x20 cm) 4.10 4.26 4.00 4.26 4.16
Rataan 4.56 4.31 4.33 4.44 4.41
5 MSPT
J1 (20x20 cm) 4.93 4.53 4.33 4.73 4.63 a
J2 (25x20 cm) 4.66 4.13 4.66 4.33 4.45 a
J3 (30x20 cm) 4.33 4.26 4.00 4.26 4.21 b
Rataan 4.64 4.31 4.33 4.44 4.43
6 MSPT
J1 (20x20 cm) 5.80 5.80 5.80 6.13 5.88 a
J2 (25x20 cm) 6.27 5.67 5.67 5.73 5.83 a
J3 (30x20 cm) 4.47 5.47 5.27 5.00 5.05 b
Rataan 5.51 5.64 5.58 5.62 5.59
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Pada Tabel 2 tampak bahwa pemberian urin kambing pada 6 MSPT
menghasilkan rataan jumlah dauntertinggi sebesar5.64 helai pada perlakuan P1
(200 cc/L air) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan P0, P2 dan P3.
Pada perlakuan jarak tanam 6 MSPT menghasilkan rataan jumlah daun
tertinggi sebesar 5.88 helai dengan perlakuan J1 (20 x 20 cm) yang berbeda tidak
nyata dengan perlakuan J2 (25 x 20 cm) dan berbeda nyata dengan perlakuan J3
(30 x 20 cm).
Interaksi antara pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam
menunjukkan respon yang tidak nyata terhadap rataan jumlah daun
tanamanselada.
Bobot Segar Total per Sampel (g)
Data pengamatan bobot segar total per sampel dicantumkan pada
Lampiran25 sedangkan hasil sidik ragam pengamatan dicantumkan pada
Lampiran26. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian urin
total per sampel Sementara perlakuan jarak tanam menunjukan berpengaruh
nyata terhadap bobot segar total per sampel. Akan tetapiinteraksi pemberian urin
kambing dan perlakuan jarak tanamtidak berpengaruh nyata terhadap parameter
bobot segar total per sampel.
Rataan bobot segar total per sampel pada pemberian urin kambing dan
perlakuan jarak tanamdapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel3.Rataan bobot segar total per sampel pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam
Jarak Tanam (cm)
Pemberian Urin Kambing (g)
Rataan P0 (Kontrol) P1 (200 cc/L) P2 (400 cc/L) P3 (600cc/L)
J1 (20x20 cm) 21.50 21.25 24.23 24.71 22.92 a
J2 (25x20 cm) 25.93 17.90 17.97 19.20 20.25 a
J3 (30x20 cm) 8.99 13.23 14.43 10.95 11.90 b
Rataan 18.80 17.46 18.88 18.29 18.36
Keterangan:Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian urin kambing pada perlakuan P2
(400 cc/L air) menunjukkan bobot segar total per sampel terbesar yaitu 18.88
gyang berbeda tidak nyata dengan perlakuan P0, P1 dan P3.
Pada perlakuan jarak tanam menghasilkan bobot segar total per sampel
terbesar pada perlakuan J1 (20 x 20 cm) yaitu 22.92gyang berbeda tidak nyata
dengan perlakuan J2 (25 x 20 cm) dan berbeda nyata dengan perlakuan J3 (30 x
20 cm).
Interaksi antara pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam
menunjukkan respon yang tidak nyata terhadap bobot segar total per sampel
tanaman selada.
Data pengamatan bobot segar jual per sampel dicantumkan pada
Lampiran27 sedangkan hasil sidik ragam pengamatan dicantumkan pada
Lampiran28. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian urin
kambing menunjukan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot segar
jual per sampel Sementara perlakuan jarak tanam menunjukan berpengaruh nyata
terhadap bobot segar jual per sampel. Akan tetapiinteraksi pemberian urin
kambing dan perlakuan jarak tanamtidak berpengaruh nyata terhadap parameter
bobot segar jual per sampel.
Rataan bobot segar jual per sampel pada pemberian urin kambing dan
perlakuan jarak tanamdapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan bobot segar jual per sampel pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam
Jarak Tanam (cm)
Pemberian Urin Kambing (g)
Rataan P0
(Kontrol)
P1 (200 cc/L)
P2 (400 cc/L)
P3 (600 cc/L)
J1 (20x20 cm) 19.64 19.00 21.32 21.33 20.32 a
J2 (25x20 cm) 22.88 15.87 16.10 16.04 17.72 a
J3 (30x20 cm) 7.97 11.75 12.61 9.26 10.40 b
Rataan 16.83 15.54 16.68 15.54 16.15
[image:36.595.111.512.553.661.2]Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian urin kambing pada perlakuan P0
menunjukkan bobot segar jual per sampel terbesar yaitu 16.83 gyang berbeda
tidak nyata dengan perlakuan P1, P2 dan P3.
Pada perlakuan jarak tanam menghasilkan bobot segar jual per sampel
terbesar pada perlakuan J1 (20 x 20 cm) yaitu 20.32gyang berbeda tidak nyata
dengan perlakuan J2 (25 x 20 cm) dan berbeda nyata dengan perlakuan J3 (30 x
20 cm).
Interaksi antara pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam
menunjukkan respon yang tidak nyata terhadap bobot segar jual per sampel
tanaman selada.
Bobot Segar Akar per Sampel (g)
Data pengamatan bobot segar akar per sampel dicantumkan pada
Lampiran29 sedangkan hasil sidik ragam pengamatan dicantumkan pada lampiran
30. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian urin kambing
menunjukan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot segar akar per
sampel Sementara perlakuan jarak tanam menunjukan berpengaruh nyata
terhadap bobot segar akar per sampel. Akan tetapiinteraksi pemberian urin
kambing dan perlakuan jarak tanamtidak berpengaruh nyata terhadap parameter
bobot segar akarper sampel.
Rataan bobot segar akar per sampel pada pemberian urin kambing dan
perlakuan jarak tanamdapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan bobot segar akar per sampel pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam
Jarak Tanam (cm)
Pemberian Urin Kambing (g)
Rataan P0
(Kontrol)
P1 (200 cc/L)
P2 (400 cc/L)
J1 (20x20 cm) 1.73 2.02 2.43 2.08 2.07 a
J2 (25x20 cm) 1.90 1.58 2.23 1.91 1.91 a
J3 (30x20 cm) 0.91 1.54 1.22 1.51 1.29 b
Rataan 1.51 1.71 1.96 1.83 1.75
Keterangan:Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%
Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian urin kambing pada perlakuan P2
(400 cc/L air) menunjukkan bobot segar akar per sampel terbesar yaitu 1.96 gyang
berbeda tidak nyata dengan perlakuan P0, P1 dan P3.
Pada perlakuan jarak tanam menghasilkan bobot segar akar per sampel
terbesar pada perlakuan J1 (20 x 20 cm) yaitu 2.07 gyang berbeda tidak nyata
dengan perlakuan J2 (25 x 20 cm) dan berbeda nyata dengan perlakuan J3 (30 x
20 cm).
Interaksi antara pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam
menunjukkan respon yang tidak nyata terhadap bobot segar akar per sampel
tanaman selada.
Indeks Panen
Data pengamatan indeks panen dicantumkan pada Lampiran31 sedangkan
hasil sidik ragam pengamatan dicantumkan pada Lampiran32. Berdasarkan hasil
sidik ragam diketahui bahwa pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam
menunjukan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter indeks panen. Dan
interaksi keduanya (pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam)tidak
berpengaruh nyata terhadap parameter indeks panen.
Rataan indeks panen pada pemberian urin kambing dan perlakuan jarak
tanamdapat dilihat pada Tabel 6.
[image:38.595.109.510.87.151.2]Jarak Tanam (cm)
Pemberian Urin Kambing (g)
Rataan P0
(Kontrol)
P1 (200 cc/L)
P2 (400 cc/L)
P3 (600 cc/L)
J1 (20x20 cm) 0.89 0.88 0.87 0.87 0.88
J2 (25x20 cm) 0.87 0.88 0.89 0.84 0.87
J3 (30x20 cm) 0.89 0.89 0.88 0.76 0.85
[image:39.595.111.510.85.195.2]Rataan 0.88 0.88 0.88 0.82 0.87
Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian urin kambing pada perlakuan P0,
P1 dan P2 menunjukkan bobot segar akar per sampel terbesar yaitu 0.88yang
berbeda tidak nyata dengan perlakuan P3 yaitu sebesar 0.82.
Pada perlakuan jarak tanam menghasilkan indeks panen terbesar pada
perlakuan J1 (20 x 20 cm) yaitu 0.88yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
J2 (25 x20 cm)sebesar 0.87 dan J3 (30 x 20 cm) sebesar 0.85.
Interaksi antara pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam
menunjukkan respon yang tidak nyata terhadap parameter indeks panen pada
tanaman selada.
Ratio Tajuk-Akar
Data pengamatan ratio tajuk-akar dicantumkan pada Lampiran33
sedangkan hasil sidik ragam pengamatan dicantumkan pada Lampiran34.
Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian urin kambing dan
perlakuan jarak tanam serta interaksi keduanya menunjukan tidak berpengaruh
nyata terhadap parameter ratio tajuk-akar.
Rataan ratio tajuk-akar pada pemberian urin kambing dan perlakuan jarak
tanamdapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan ratio tajuk-akarpada pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam
(cm) P0 (Kontrol)
P1 (200 cc/L)
P2 (400 cc/L)
P3 (600 cc/L)
J1 (20x20 cm) 10.93 9.26 9.03 10.03 9.81
J2 (25x20 cm) 11.94 10.35 7.40 9.96 9.91
J3 (30x20 cm) 9.02 7.48 11.06 6.65 8.55
[image:40.595.113.512.87.178.2]Rataan 10.63 9.03 9.16 8.88 9.43
Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian urin kambing pada perlakuan P0,
menunjukkan ratio tajuk-akar terbesar yaitu 10.63yang berbeda tidak nyata
dengan perlakuan P1, P2 dan P3.
Pada perlakuan jarak tanam menghasilkan ratio tajuk-akar terbesar pada
perlakuan J2 (25 x 20 cm) yaitu 9.91yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan
J1 (25 x20 cm) dan J3 (30 x 20 cm).
Interaksi antara pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam
menunjukkan respon yang tidak nyata terhadap parameter ratio tajuk-akar pada
tanaman selada.
Pembahasan
Pengaruh pemberian urin kambing terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman Selada
Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
pemberian urin kambing tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter yang
ada. Pada semua parameter yang diamati, perlakuan pemberian urin kambing
menunjukkan tidak berpengaruh nyata. Hal ini dapat dilihat dari rataan yang
adadimana data penelitian secara menyeluruh hampir sama. Dengan kata lain
ini diduga karena kebutuhan unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh
tanaman selada belum mampu tercukupi oleh pemberian pupuk cair urin
kambing.Hal ini diduga karena rendahnya kandungan unsur hara pada urin
kambing, yaitu N 0,27 %, P 0,04 %, K 0,45 % (Lampiran 36). Keadaan serupa
juga pernah terjadi pada penelitian sebelumnya dimana pemberian urin kambing
belum menunjukan pengaruh yang nyata pada pertumbuhan dan produksi selada
sehingga sampai saat ini belum juga didapati konsentrasi anjuran yang tepat untuk
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman selada. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian dari Tampubolon (2012) dalam pemanfaatn urin ternak yang
menyatakan bahwa pemberian pupuk organik cair urin kambing 150 cc/L air tidak
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, produksi, dan pasca panen selada. Hal
yang serupa juga dilaporkan oleh Ginting (2011) yang menyatakan bahwa
pemberian urin kambing 200 cc/L air belum berpengaruh nyata pada semua
parameter yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar, bobot
kering dan jumlah siung bawang merah.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian urin kambing belum
menunjukan perbedaan yang nyata dengan perlakuan kontrol atau tanpa
pemberian urin kambing. Hal ini diduga karena keadaan pupuk organik yang lama
terurai sehingga kandungan haranya yang belum dapat diserap secara efektif oleh
tanaman dan juga diduga karena umur tanaman selada yang singkat/pendek
sehingga ketersediaan hara yang lama itu melebihi umur panen dari tanaman
selada sehingga belum efektif untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksinya.
Berdasarkanhasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
jarak tanamberpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman( 3, 4, 5 dan 6
MSPT), jumlah daun (5 dan 6 MSPT), bobot segar total per sampel, bobot segar
jual per sampel dan bobot segar akar per sampel.
Pada parameter tinggi tanaman, perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata
pada 3, 4, 5 dan 6 Minggu Setelah Pindah Tanam (MSPT). Pada rataan tinggi
tanaman 6 MSPT (Tabel 1) dapat dilihat perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm
menghasilkan tinggi tanaman terbesaryakni 14.55 cm yang berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena jarak tanam tersebut sangat
efektif untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman
dibandingkan perlakuan lainnya dimana jarak tanam yang ada diperlebar. Hal ini
didukung oleh penelitian Yuliantini (2005) mengenai kajian komposisi pupuk N
anorganik dan organik terhadap pertumbuhan dan hasil selada varietas Grand
Rapids pada populasi yang berbeda, menunjukkan hasil terbaik pada jarak tanam
20x20 cm.
Perlakuan jarak tanam menunjukan pengaruh yang nyata pada 5 dan 6
Minggu Setelah Pindah Tanam (MSPT) dengan parameter jumlah daun. Dimana
pada rataan jumlah daun6 MSPT (Tabel 2) padaperlakuan jarak tanam 20 cm x
20 cm memiliki rataan jumlah daun terbesaryakni 5.88 helai. Dimana jarak tanam
suatu tanaman mempengaruhi tingkat persaingan dengan tanaman lain dalam
memperoleh air dan unsur hara yang diperlukan tanaman tersebut untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan jarak tanamn 20 cm x 20 cm
(perlakuan J1) juga diduga efektif dalam mejaga system perakaran yang kompak
matahari dalam proses fotosintesis sehingga kebutuhan hidup tanaman selada
terpenuhi. Hal ini sesuai dengan literatur dari Sugito (1999) menjelaskan bahwa,
perakaran tanaman yang satu dapat mengganggu perakaran tanaman lain yang
berdekatan, karena akan terjadi persaingan mengenai air dan unsur hara yang
diserap dari tanah, sedangkan tajuknya akan mengalami persaingan terhadap
cahaya dan udara, terutama oksigen.Jarak tanam yang tepat sangat penting agar
tanaman sayuran daun dapat memanfaatkan sinar matahari dan unsur hara secara
optimum untuk proses tumbuh kembangnya. Pengaturan jarak tanam perlu
dilakukan, berkaitan dengan sistem perakaran dan bentuk tajuk tanaman.
Perlakuan jarak tanam20 cm x 20 cm (J1) (Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5)
menunjukan pengaruh yang nyata pada parameter bobot segar tanaman per
sampel(baik bobot segar total, bobot segar jual maupun bobot segar akar per
sampel) dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam lainnya.Dengan demikian
produksi tanaman selada dari indikator bobot segar per sampel dipengaruhi oleh
jarak tanam yang diterapkan pada saat penanaman. Hal ini menjadi penting karena
jarak tanam ini berkaitan dengan kompetisi akan kebutuhan unsur hara untuk
memperoleh tujuan hidup tanaman dimana akhir dari kegiatan pertaniannya
adalah produksi yang dihasilkannya. Hal ini sesuai dengan literatur dari Rohmah
(2009) yang menyatakan bahwa perbedaan jarak tanam menyebabkan
pertumbuhan dan hasil yang berbeda, karena dengan penerapan jarak tanam yang
terlalu rapat dapat menimbulkan kompetisi antar tanaman. Kompetisi terjadi untuk
memperoleh kebutuhan hidup tanaman seperti cahaya matahari, nutrisi, air dan
ruang tumbuh. Penggunaan jarak tanam yang tepat dapat meningkatkan produksi
mempengaruhi kualitas produksi tanaman, terutama efisiensi tanaman dalam
menggunakan cahaya matahari.
Pengaruh interaksi pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman selada.
Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa interaksi pemberian urin
kambing dan perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap seluruh
parameter perlakuan yang ada.
Dari pengamatan yang dilakukan, dapat dilihat dari seluruh tabel yang
ada bahwa interaksi dari pemberian urin kambing dan perlakuan jarak tanam
menunjukan data yang tidak berpengaruh nyata pada seluruh parameter
penelitian. Keadaan ini memungkinkan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
guna mendapatkan kombinasi yang pas dan tepat dalam menerapkan pertanian
berkelanjutan dengan kombinasi pupuk organik dan jarak tanam. Dengan
demikian diharapkan kedepannya didapatkan hasil yang lebih detail sehingga
dapat diterapkan di kalangan petani sayuran terkhusus tanaman selada atau pihak
lain yang membutuhkan. selanjutkan dalam mewujudkan upaya tersebut,
disarankan untuk terlebih dahulu mengetahui dan memahami karakteristik dan
keadaan yang mendukung tumbuhnya tanaman selada diantaranya dengan
memperhatikan aspek lingkungan yang ada. Hal ini dirasa perlu mengingat
penelitian dilaksanakan di dataran rendah sementara tanaman selada lebih
mengharapkan daerah pegunungan untuk dapat tumbuh secara baik dan
maksimal. Dimana menurut literatur dari Hafiz (2007) yang menyatakan bahwa
didaerah pegunungan, daunnya dapat membentuk krop yang besar. Sebaliknya di
berbunga. Adapun persyaratan penting agar tanaman selada dapat tumbuh dengan
baik ialah tanah harus mengandung pasir atau lempung (subur), suhu udara 15–
20°C, dan derajat keasaman tanah (pH) 5 – 6,5.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan pemberian urin kambing dalam meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman selada berpengaruh tidak nyata terhadap semua
parameter perlakuan yang ada.
2. Perlakuan jarak tanamberpengaruh nyata terhadap parameter tinggi
Ginting, D. M., 2011. Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium
Ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Kompos Kascing dan Urine
Kambing. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hafiz, A.G., 2007. Selada. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Hanafiah, K.A. 2002. Rancangan percobaan, teori dan aplikasi edisi ketiga. Rajawali Pers. Palembang.
Harjadi, S. 1996. Pengantar Agronomi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hartatik, W. dan L. R. Widowati, 2011. Pupuk Kandang. Diakses dari
balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk4.pdf. [18 September 2014].
Haryanto, E., T., Suhartini dan E. Rahayu. 1995. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta
Haryanto E., Tina S., dan Estu R. 2006. Sawi dan Selada. Rineka Cipta. Jakarta.
Herlina, N., D. Haryono dan I. Fauziah. 1996. Pengaruh Waktu Tanam dan Kepadatan Tanaman Selada (Lactuca sativa L. var. Crispa) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dalam Sistem Tumpangsari. Agrivita 19(2) : 74-79.
Ikawati, I.Y. 2003. Pengaruh Frekuensi Aplikasi Pupuk Daun dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada Keriting (Lactuca sativa var. crispa). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Lestari, N.S. 2005. Peranan Pupuk Kandang Ayam dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Mimbar, S.M. 1993. Pengaruh Jarak Tanam, Jumlah Tanaman Per Rumpun dan Kerapatan Populasi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau Merak. Agrivita 13(1) : 26-29.
Prihmantoro, H. 2003. Memupuk Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rohmah, N., 2009. Respon Tiga Kultivar Selada (Lactuca Sativa L.) pada Tingkat Kerapatan Tanamanyang Berbeda. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Rubatzky, V.E., dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 2. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Rukmana, H. R. 1994. Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius, Yogyakarta.
Samadi, B., 2014. Rahasia Budidaya Selada Secara Organik dan Anorganik. Pustaka Mina, Jakarta.
Setiawan. 2005. Budi Daya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Tinggi. Rineka Cipta. Jakarta.
Steenis, C.G.G.V. 2003. Flora. Pradnya Paramitha. Jakarta.
Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Suprayitno, 1996. Menanam dan Mengolah Selada Sejuta Rasa. CV Aneka. Solo.
Suryati, T. 2014. Bebas Sampah dari Rumah. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Tampubolon, E.A., 2012. Pemanfaatan Limbah Ternak Sebagai Pupuk Cair Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Selada (Lactuca
Sativa Var. Crispa). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Universitas Pembangunan Nasional Veteran, 2011. Pengaruh Pemberian Macam Urin Ternak dan Macam Kompos Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat (Ipomoea sp.) Organik. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Malang, Jawa Timur. http:eprints.upnjatim.ac.id [10 September 2014].
Yuliantini, D. 2005. Kajian Komposisi Pupuk N Anorganik dan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada (Lactuca sativa L.) pada Populasi yang Berbeda. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Lampiran 1.
DESKRIPSI TANAMAN SELADA Var. Grand Rapid
Nama Latin : Lactuca sativa L.
Varietas : Grand Rapid
Warna Biji : Coklat kehitaman
Bentuk Biji : Kecil dan berbentuk gepeng
Bentuk batang : Bulat pipih
Warna Batang : Hijau muda
Bentuk Daun :Tidakmembentukkrop,berukuranbesarpanjang,
bertangkai,keriting
Warna Daun : Hijau muda atau terang
Bentuk Tangkai Daun : Lebar
Jumlah Daun /tanaman : 5-16 helai
Tinggi Tanaman : Dapat mencapai 50 cm
Umur Panen : 50-60 hari setelah semai benih
Produksi : 3-8 t/ha
Sumber : PT. East West Seed Indonesia
Lampiran 2. Bagan Penelitian
I II III
U a
b B T
S P2J1
P1J2
P3J1
P0J3
P2J1 P3J1
P0J2
P3J3
P2J3
P2J1
P3J3
P0J1
P0J3
Keterangan:
a = Jarak antar ulangan 50 cm b = Jarak antar plot 30 cm
Lampiran 3. Bagan Jarak Tanam per Plot
150 cm
120 cm J1 = 35 tanaman
Perlakuan J1 : 20 cm x 20 cm
150 cm P1J3
P3J3
P0J1
P3J2
P2J3
P0J2
P1J1
P2J2 P3J2
P3J2
P3J1
P1J2
P2J2
P1J1
P0J2
P2J1
P2J3
P0J3
P1J3
P0J2
P1J1
X X X X X X X
X X X X X X X
X X X X X X X
X X X X X X X
X X X X X X X
120 cm J2 = 30 tanaman
Perlakuan J2 : 25 cm x 20 cm
150 cm
120 cm J3 = 20 tanaman
Perlakuan J3 : 30 cm x 20 cm
Lampiran 4. Cara Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Urin kambing Bahan
- Urin kambing sebanyak 20 liter
- Gula merah 1 kg atau tetes tebu 1 liter
- Segala jenis empon-empon (lengkuas, kunyit, jahe, kencur) masing-masing ½
kg.
- Air rendaman kedelai 1 gelas
- EM4
- Air 4 liter
X X X X
X X X X
X X X X
X X X X
Alat
- Jerigen atau ember ukuran 20-30 liter
Cara Membuat
1. Empon-empon ditumbuk dan direbus sampai mendidih.
2. Setelah dingin, dicampur dengan semua bahan yang lain.
3. Dimasukkan dalam jerigen, ditutup rapat, dan didiamkan selama 3 minggu.
4. Setiap hari, tutup dibuka selama beberapa saat untuk membuang gas yang
dihasilkan.
5. Setelah 3 minggu, pupuk organik siap digunakan untuk sekali aplikasi.
Sumber : Suryati, T. 2014. Bebas Sampah dari Rumah. Agro Media Pustaka,
Jakarta.
Lampiran5 . Data Pengamatan Tinggi Tanaman2 MSPT (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0J1 5,52 4,22 5,48 15,22 5,07
P0J2 5,22 6,08 5,32 16,62 5,54
P0J3 2,82 3,94 4,64 11,40 3,80
P1J1 3,56 5,12 4,34 13,02 4,34
P1J2 5,12 4,40 5,14 14,66 4,89
P1J3 4,02 3,38 4,42 11,82 3,94
P2J1 4,08 4,64 5,46 14,18 4,73
P2J2 4,16 3,80 5,62 13,58 4,53
P2J3 3,70 5,72 5,40 14,82 4,94
P3J1 3,18 5,16 3,78 12,12 4,04
P3J2 4,10 4,14 5,24 13,48 4,49
Total 49,26 54,70 60,24 164,20
Lampiran 6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MSPT
SK db JK KT F Hit. F.05 Ket.
Blok 2 5,02 2,51 5,60 3,44 *
Perlakuan 11 8,42 0,77 1,71 2,26 tn
P 3 1,58 0,53 1,18 3,44 tn
Linear 1 0,56 0,56 1,24 4,30 tn
Kuadratik 1 0,00 0,00 0,00 4,30 tn
kUbik 1 1,03 1,03 2,29 4,30 tn
J 2 2,06 1,03 2,29 3,05 tn
PXJ 6 4,78 0,80 1,78 2,55 tn
Galat 22 9,87 0,45
Total 35 23,31
KK = 14,69%
Keterangan: tn = tidak nyata
* = nyata pada α 5%
Lampiran 7 . Data Pengamatan Tinggi Tanaman3 MSPT (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0J1 9,63 6,30 7,48 23,41 7,80
P0J2 9,73 8,98 8,22 26,93 8,98
P0J3 5,58 6,26 6,38 18,22 6,07
P1J1 7,30 7,94 6,70 21,94 7,31
P1J2 6,35 6,48 7,26 20,09 6,70
P1J3 6,68 5,52 5,42 17,62 5,87
P2J1 8,20 6,46 7,46 22,12 7,37
P2J2 6,50 6,28 7,02 19,80 6,60
P2J3 5,98 7,62 7,28 20,88 6,96
P3J1 9,58 8,80 5,54 23,92 7,97
P3J2 8,80 6,44 7,06 22,30 7,43
Total 90,63 82,66 82,34 255,63
Lampiran 8. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MSPT
SK Db JK KT F Hit. F.05 Ket.
Blok 2 3,67 1,84 1,86 3,44 *
Perlakuan 11 26,75 2,43 2,46 2,26 *
P 3 4,61 1,54 1,55 3,44 tn
Linear 1 0,41 0,41 0,41 4,30 tn
Kuadratik 1 3,21 3,21 3,25 4,30 tn
kUbik 1 0,99 0,99 1,00 4,30 tn
J 2 12,91 6,46 6,54 3,05 *
PXJ 6 9,23 1,54 1,56 2,55 tn
Galat 22 21,73 0,99
Total 35 52,15
KK = 13,99%
Keterangan: tn = tidak nyata
* = nyata pada α 5%
Lampiran 9 . Data Pengamatan Tinggi Tanaman4 MSPT (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0J1 11,63 8,60 8,78 29,01 9,67
P0J2 10,83 11,40 9,20 31,43 10,48
P0J3 7,15 8,46 9,54 25,15 8,38
P1J1 8,73 10,40 9,04 28,17 9,39
P1J2 8,15 9,64 10,04 27,83 9,28
P1J3 8,33 7,74 6,74 22,81 7,60
P2J1 11,13 9,76 9,96 30,85 10,28
P2J2 8,10 8,98 9,12 26,20 8,73
P2J3 6,98 9,82 9,88 26,68 8,89
P3J1 11,35 11,20 7,70 30,25 10,08
P3J2 10,33 8,20 9,78 28,31 9,44
Total 110,13 111,60 108,86 330,59
Lampiran 10. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MSPT
SK db JK KT F Hit. F.05 Ket.
Blok 2 0,31 0,16 0,10 3,44 *
Perlakuan 11 26,76 2,43 1,50 2,26 tn
P 3 2,73 0,91 0,56 3,44 tn
Linear 1 0,11 0,11 0,07 4,30 tn
Kuadratik 1 0,85 0,85 0,53 4,30 tn
Kubik 1 1,77 1,77 1,09 4,30 tn
J 2 17,77 8,88 5,46 3,05 *
PXJ 6 6,26 1,04 0,64 2,55 tn
Galat 22 35,77 1,63
Total 35 62,85
KK = 13,89%
Keterangan: tn = tidak nyata
* = nyata pada α 5%
Lampiran 11 . Data Pengamatan Tinggi Tanaman5 MSPT (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0J1 13,83 11,42 10,82 36,07 12,02
P0J2 12,75 13,16 11,12 37,03 12,34
P0J3 8,45 9,90 9,72 28,07 9,36
P1J1 10,03 12,54 11,84 34,41 11,47
P1J2 9,90 12,36 11,60 33,86 11,29
P1J3 9,58 9,50 8,86 27,94 9,31
P2J1 12,83 11,50 12,44 36,77 12,26
P2J2 10,35 10,56 10,84 31,75 10,58
P2J3 8,93 11,60 11,74 32,27 10,76
P3J1 12,20 13,06 10,44 35,70 11,90
P3J2 11,50 12,36 12,30 36,16 12,05
Total 129,08 136,74 132,28 398,10
Lampiran 12. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MSPT
SK db JK KT F Hit. F.05 Ket.
Blok 2 2,47 1,23 1,07 3,44 *
Perlakuan 11 45,20 4,11 3,58 2,26 *
P 3 1,72 0,57 0,50 3,44 tn
Linear 1 0,00 0,00 0,00 4,30 tn
Kuadratik 1 0,47 0,47 0,41 4,30 tn
Kubik 1 1,24 1,24 1,08 4,30 tn
J 2 34,08 17,04 14,83 3,05 *
PXJ 6 9,40 1,57 1,36 2,55 tn
Galat 22 25,28 1,15
Total 35 72,95
KK = 6,69%
Keterangan: tn = tidak nyata
* = nyata pada α 5%
Lampiran 13 . Data Pengamatan Tinggi Tanaman6 MSPT (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0J1 15,70 13,36 12,08 41,14 13,71
P0J2 15,63 16,70 14,10 46,43 15,48
P0J3 10,40 12,00 10,40 32,80 10,93
P1J1 12,88 14,26 14,54 41,68 13,89
P1J2 12,33 14,88 13,88 41,09 13,70
P1J3 11,60 12,30 11,42 35,32 11,77
P2J1 15,53 13,94 17,90 47,37 15,79
P2J2 13,68 12,72 12,80 39,20 13,07
P2J3 11,33 14,30 14,16 39,79 13,26
P3J1 15,95 16,56 11,96 44,47 14,82
P3J2 14,80 15,76 16,36 46,92 15,64
Total 159,40 168,10 162,16 489,66
Lampiran 14. Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MSPT
SK db JK KT F Hit. F.05 Ket.
Blok 2 3,29 1,65 0,78 3,44 *
Perlakuan 11 92,61 8,42 4,01 2,26 *
P 3 4,94 1,65 0,78 3,44 tn
Linear 1 2,64 2,64 1,26 4,30 tn
Kuadratik 1 0,02 0,02 0,01 4,30 tn
kUbik 1 2,29 2,29 1,09 4,30 tn
J 2 59,64 29,82 14,20 3,05 *
PXJ 6 28,03 4,67 2,23 2,55 tn
Galat 22 46,19 2,10
Total 35 142,10
KK = 10,65%
Keterangan: tn = tidak nyata
* = nyata pada α 5%
Lampiran 15 . Data Pengamatan Jumlah Daun2 MSPT (helai)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0J1 4,00 2,60 2,80 9,40 3,13
P0J2 3,20 3,00 2,40 8,60 2,87
P0J3 2,80 2,40 3,00 8,20 2,73
P1J1 2,80 3,40 2,80 9,00 3,00
P1J2 2,60 2,40 2,60 7,60 2,53
P1J3 2,80 3,00 2,60 8,40 2,80
P2J1 3,00 2,60 3,00 8,60 2,87
P2J2 2,80 2,80 2,60 8,20 2,73
P2J3 2,80 2,80 3,00 8,60 2,87
P3J1 3,00 2,80 3,40 9,20 3,07
P3J2 2,80 2,80 3,40 9,00 3,00
Total 35,20 33,00 34,60 102,80
Lampiran 16. Sidik Ragam Jumlah Daun2 MSPT
SK Db JK KT F Hit. F.05 Ket.
Blok 2 0,22 0,11 0,92 3,44 tn
Perlakuan 11 1,01 0,09 0,78 2,26 tn
P 3 0,12 0,04 0,34 3,44 tn
Linear 1 0,00 0,00 0,01 4,30 tn
Kuadratik 1 0,11 0,11 0,95 4,30 tn
Kubik 1 0,01 0,01 0,07 4,30 tn
J 2 0,47 0,23 2,00 3,05 tn
PXJ 6 0,42 0,07 0,60 2,55 tn
Galat 22 2,58 0,12
Total 35 3,81
KK = 12%
Keterangan: tn = tidak nyata
* = nyata pada α 5%
Lampiran 17 . Data Pengamatan Jumlah Daun3 MSPT (helai)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0J1 5,60 4,00 3,80 13,40 4,46
P0J2 4,80 4,60 4,00 13,40 4,46
P0J3 4,60 4,60 4,40 13,60 4,53
P1J1 4,80 4,80 4,80 14,40 4,80
P1J2 4,80 4,20 4,20 13,20 4,40
P1J3 4,20 4,00 4,40 12,60 4,20
P2J1 4,80 4,40 4,60 13,80 4,60
P2J2 4,40 4,60 4,40 13,40 4,46
P2J3 4,00 4,80 4,00 12,80 4,26
P3J1 4,80 4,40 4,80 14,00 4,66
P3J2 3,80 4,20 5,00 13,00 4,33
Total 54,00 52,20 53,40 159,60
Lampiran 18. Sidik Ragam Jumlah Daun3 MSPT
SK Db JK KT F Hit. F.05 Ket. <