• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Dari hasil analisis data secara statistik, diperoleh bahwa perlakuan giberellin berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit umur 10, 12 dan 14 MSPT, tetapi belum berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, klorofil daun, diameter batang, total luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk, dan berat kering akar. Tinggi Bibit (cm)

Hasil pengamatan tinggi bibit umur 6-14 MSPT dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada Lampiran 4, 6, 8, 10 dan 12 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 5, 7, 9, 11 dan 13. Dari sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberellin berpengaruh nyata pada tinggi bibit 10, 12 dan 14 MSPT.

Rataan tinggi bibit pada umur 6-14 MSPT pada pemberian giberellin dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi bibit (cm) dengan pemberian giberellin umur 6-14 MSPT Perlakuan Minggu Setelah Pindah Tanam

6 8 10 12 14 G0 14.52 20.6 24.16 b 26.24 c 27.04 b G1 13.3 19.58 24.59 b 27.92 bc 29.19 b G2 16.32 21.94 27.25 ab 31.95 abc 35.17 a G3 14.71 21.51 27.49 ab 33.47 ab 36.17 a G4 17.24 24.24 31.43 a 35.76 a 37.27 a

Keterangan : Angka – angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa pemberian giberellin berpengaruh nyata pada umur 10 – 14 MSPT. Rataan tinggi bibit yang tertinggi yaitu pada

konsentrasi 200 ppm (37.27 cm) dan terendah pada kontrol.

pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik rataan tinggi bibit 14 MSPT dengan pemberian giberellin Jumlah Daun (helai)

Hasil pengamatan jumlah daun umur 6-14 MSPT pada pemberian giberellin dapat dilihat pada Lampiran 14, 16, 18, 20 dan 22, dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 15, 17, 19, 21 dan 23.

Dari daftar sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberellin belum

berpengaruh nyata pada umur 6, 8, 10, 12 dan 14 MSPT. Data rataan jumlah daun pada umur 6-14 MSPT dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai) dengan pemberian giberellin pada umur 6-14

MSPT

Perlakuan Minggu setelah Pindah Tanam

6 8 10 12 14 G0 0.4 1.0 1.0 1.0 1.4 G1 0.5 1.0 1.0 1.0 1.5 G2 0.8 1.0 1.0 1.1 1.3 G3 0.7 0.9 1.1 1.1 1.1 G4 0.7 0.9 1.0 1.0 1.2

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 10-14 MSPT.

ŷ= 2.744x + 24.736 r=0.952 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 0 50 100 150 200 250 T in g g i t a n a ma n ( cm) Dosis Giberelin (ppm) 18

Klorofil Daun (g/ml)

Hasil pengamatan klorofil daun dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada Lampiran 24, 26 dan 28. Daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 25, 27 dan 29. Dari sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata pada klorofil daun. Data rataan klorofil daun dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan klorofil daun (g/ml) dengan pemberian giberellin Perlakuan Klorofil Daun (g/ml)

Klorofil a Klorofil b Klorofil Total

GO 2.58 1.20 3.79

G1 2.47 1.05 3.52

G2 2.57 1.16 3.73

G3 2.30 1.01 3.31

G4 2.44 0.99 3.43

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata terhadap klorofil daun. Namun kandungan klorofil tertinggi cenderung terdapat pada tanaman tanpa aplikasi giberellin (kontrol).

Diameter Batang (mm)

Hasil pengamatan diameter batang dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada Lampiran 30 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 31. Dari sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata pada diameter batang. Rataan diameter batang dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan diameter batang (mm) dengan pemberian giberellin

Perlakuan Ulangan Rataan

1 3 4 5 G0 12.1 10.5 9.0 8.6 11.3 10.5 G1 10.6 10.1 10.5 10.5 10.1 10.1 G2 9.0 9.6 8.6 10.2 10.1 9.6 G3 8.0 9.5 12.8 9.0 10.5 9.5 G4 10.1 9.9 10.1 10.1 11.4 9.9 Rataan 10.0 9.2 10.2 9.6 10.7 9.9

Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Perlakuan control cenderung menunjukkan rataan diameter batang tertinggi dibanding dengan pemberian giberellin.

Luas Daun (cm2)

Hasil pengamatan luas daun dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada Lampiran 32 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 33. Dari sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata pada luas daun yang diukur pada akhir penelitian. Rataan luas daun dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan luas daun (cm2) dengan pemberian giberellin

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2 3 4 5 G0 127.40 275.02 138.57 137.34 442.64 224.19 G1 229.72 159.63 302.11 288.81 203.43 236.74 G2 132.08 305.72 229.82 157.89 450.69 255.24 G3 132.56 129.59 302.33 148.13 274.59 197.44 G4 291.60 149.71 242.50 189.15 302.28 235.05 Rataan 182.67 203.93 243.07 184.26 334.72 229.73 20

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata terhadap luas daun, namun rataan tertinggi cenderung ditunjukkan pada pemberian giberellin 100 ppm.

Berat Basah Tajuk (g)

Hasil pengamatan berat basah tajuk dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada Lampiran 34 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 35. Dari sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata pada berat basah tajuk. Rataan berat basah tajuk pada pemberian giberellin dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Berat Basah Tajuk (g) dengan pemberian giberellin

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2 3 4 5 G0 14.90 14.15 12.00 10.90 16.00 13.59 G1 11.15 12.10 15.20 15.70 13.40 13.51 G2 15.75 14.05 13.95 15.20 17.00 15.19 G3 13.85 11.00 22.55 12.85 15.20 15.09 G4 17.00 13.70 16.55 16.95 19.35 16.71 Rataan 14.53 13.00 16.05 14.32 16.19 14.82

Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata terhadap berat basah tajuk. Pemberian giberellin 200 ppm cenderung meningkatkan berat basah tajuk tanaman aren.

Berat Basah Akar (g)

Hasil pengamatan berat basah akar dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada Lampiran 36 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 37. Dari sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata pada berat basah akar. Rataan berat basah akar dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Berat Basah Akar (g) dengan pemberian giberellin

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2 3 4 5 G0 2.50 1.95 0.85 1.95 1.90 1.83 G1 1.70 1.25 1.85 1.60 2.35 1.75 G2 1.65 1.95 1.75 2.65 2.75 2.15 G3 1.80 1.25 1.85 1.85 2.10 1.77 G4 1.50 1.85 3.20 2.25 2.25 2.21 Rataan 1.83 1.65 1.90 2.06 2.27 1.94

Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata terhadap berat basah akar, namun rataan tertinggi cenderung terdapat pada tanaman dengan pemberian giberellin 200 ppm.

Berat Kering Tajuk (g)

Hasil pengamatan berat kering tajuk dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada Lampiran 38 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 39. Dari sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata pada berat basah kering tajuk. Rataan berat kering tajuk dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Berat Kering Tajuk (g) dengan pemberian giberellin

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2 3 4 5 G0 8.50 6.30 5.10 5.75 8.45 6.82 G1 4.45 4.75 5.55 7.60 7.15 5.90 G2 7.70 5.70 5.55 5.95 7.70 6.52 G3 5.30 4.55 7.85 5.85 6.65 6.04 G4 9.70 4.40 5.50 8.20 10.10 7.58 Rataan 7.13 5.14 5.91 6.67 8.01 6.57 22

Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata pada berat kering tajuk. Aplikasi giberellin dengan dosis 200 ppm cenderung menunjukkan pertumbuhan tajuk yang lebih baik.

Berat Kering Akar (g)

Hasil pengamatan berat kering akar dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada Lampiran 40 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 41.Dari sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata pada berat kering akar.Rataan berat kering akar dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Berat Kering Akar (g) dengan pemberian giberellin

Perlakuan Ulangan Rataan

1 2 3 4 5 G0 0.45 0.40 0.20 0.40 0.50 0.39 G1 0.50 0.30 0.50 0.30 0.55 0.43 G2 0.40 0.50 0.40 0.70 0.55 0.51 G3 0.45 0.25 0.50 0.50 0.40 0.42 G4 0.35 0.30 0.85 0.55 0.60 0.53 Rataan 0.43 0.35 0.49 0.49 0.52 0.46

Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata terhadap berat kering akar, namun pemberian giberellin 200 ppm cenderung memperlihatkan pertumbuhan akar yang lebih baik pada tanaman.

Pembahasan

Dari hasil análisis diperoleh bahwa pemberian giberellin berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit pada saat 10, 12, dan 14 MSPT. Namun belum berpengaruh nyata terhadap parameter lain. Rataan tinggi bibit tertinggi diperoleh pada aplikasi giberellin dengan konsentrasi 200 ppm. Hal ini diduga disebabkan oleh pemberian giberellin dengan konsentrasi tinggi dapat lebih merangsang tumbuhnya tanaman

terutama pada bagian batang, sehingga menunjang pertambahan tinggi bibit. Hal ini sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1985) yaitu proses fisiologi yang dipengaruhi oleh giberellin adalah merangsang pemanjangan batang dengan merangsang pembelahan sel.

Pemberian giberellin belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun, klorofil daun, diameter batang, berat basah tajuk dan berat kering akar. Hal ini diduga karena ada faktor lain yang lebih berpengaruh dibandingkan dengan penelitian giberellin tersebut. Misalnya pengaruh genetik tanaman, lingkungan yang kurang sesuai, konsentrasi giberellin yang kecil perbedaannya atau cara aplikasi yang belum tepat. Benih aren yang diteliti adalah berasal dari tanaman liar yang diambil dari desa Paritohan, yang telah beradaptasi dengan hábitat alami, sehingga ketika ditanam di lingkungan yang berbeda akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Demikian juga cara aplikasi giberellin, umumnya dengan perendaman yaitu merendam benih dalam larutan giberellin, sehingga ketika diaplikasikan dengan penyemprotan dapat menyebabkan tanaman tidak optimal menyerap giberellin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gomez dan Gomez (1995) yaitu karakter yang tidak berbeda nyata kemungkinan akibat dari perbedaan perlakuan yang sangat kecil atau galat/ kesalahan atau pengaruh faktor lain yang terlalu besar.

Salah satu yang mempengaruhi perbedaan pertumbuhan tanaman adalah lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan di kota Medan dengan ketinggian ±25 m dpl, sedangkan habitat asli tanaman aren adalah pada tempat dengan ketinggian 500-1200 m dpl (tumbuh lebih baik). Selain faktor ketinggian tempat, juga dapat disebabkan oleh volume penyiraman yang belum optimal, sedangkan tanaman aren sangat membutuhkan banyak air, terlebih selama fase vegetatif bibit. Hal inilah yang diduga

menyebabkan pengaruh giberellin tidak tampak, walaupun dosis yang diberikan sudah cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitompul dan Guritno (1995) yaitu perbedaan lingkungan merupakan keadaan yang sering menjadi penyebab keragaman penampilan tanaman di lapangan.

Cara aplikasi giberellin juga mempengaruhi efektif atau tidaknya giberellin tersebut dalam mendukung pertumbuhan bibit aren. Benih aren termasuk benih dengan kulit keras sehingga agar mudah berkecambah harus diberi perlakuan agar kulit benih jadi lunak dan mempermudah imbibisi. Giberellin lebih mudah diserap tanaman melalui perendaman karena giberellin menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu mematahkan dormansi akibat kulit benih yang keras dan mendorong aktivitas untuk melakukan imbibisi. Namun dalam penelitian, diaplikasikan dengan cara penyemprotan ternyata kurang efektif. Diduga Karena giberellin tidak diserap tanaman dengan optimal dan giberellin mudah menguap dan belum diserap oleh tanaman. Akibatnya pengaruh giberellin terhadap pertumbuhan tidak tampak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gomez dan Gomez (1995) yaitu karakter yang tidak berbeda nyata kemungkinan akibat dari suatu perbedaan perlakuan yang sangat kecil, atau tidak ada perbedaan perlakuan sama sekali, atau galat yang terlalu besar atau keduanya.

BAB VI

Dokumen terkait