PENGARUH PEMBERIAN GIBERELLIN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT AREN (Arenga pinnataMerr)
SKRIPSI
OLEH : PRIMA IRAWAN
080307054 Pemuliaan Tanaman
PROGRAM STUDIAGROEKOTEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGARUHPEMBERIAN GIBERELLIN TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT AREN (Arenga pinnataMerr)
SKRIPSI
OLEH :
PRIMA IRAWAN 080307054 Pemuliaan Tanaman
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDIAGROEKOTEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul : PengaruhPemberian Giberellin Terhadap PertumbuhanBibit Aren (Arenga pinnataMerr)
Nama : Prima Irawan
Nim : 080307054
Program Studi : Agroekoteknologi Minat : Pemuliaan Tanaman
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi) (Ir. Yusuf Husni NIP. 1967082119930 1 001 NIP. 19560821198603 1 001
ABSTRAK
PRIMA IRAWAN: Pengaruh pemberian giberellin terhadap pertumbuhan bibit aren (Arenga pinnataMerr). Dibimbing oleh Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSidan Ir. Yusuf Husni.
Penelitianpemberian giberellin dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit aren. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial dengan 5 taraf giberellin, yaitu: 0, 50, 100, 150 dan 200 ppm. Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, jumlah daun, klorofil daun, diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemberian giberellin berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit 10, 12 dan 14 MSPT dengan dosis paling baik adalah 200 ppm dan belum berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, klorofil daun, diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar.
ABSTRACT
PRIMA IRAWAN : The influence ofgiberellintogrowthin nursery of sugar palm(Arenga pinnataMerr). Supervised by Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi andIr. Yusuf Husni.
Research of giving giberellin were done to know effect on the growth of sugar palm seed. The research use non factorial randomizedwith 5 levels of 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, and 200 ppm. The parameters observed were seed height, leaf sum, leaf chlorofil, steam diameter, total of wide leaf, fresh weight of crown, fresh weight of root, dry weight of crown and dry weight of root.
The result of research showed that influence ofgiberellin significantly effected seed height 10, 12, 14 weeks after planting and the best dosage was on 200 ppm and not yet significantly of leaf sum, leaf chlorofil, steam diametre, total of wide leaf, fresh weight of crown, fresh weight of root, dry weight of crown and dry weight of root.
RIWAYAT HIDUP
Prima Irawan lahir di Sialang Buah pada tanggal 24 Maret 1989 dari
Ayahanda Subari dan Ibunda Suhartini. Penulis merupakan anak ke-tiga dari empat
bersaudara.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD N 173651 Pintu
Pohan lulus tahun 2001, SMP N 4 Porsea lulus tahun 2004, SMA N 1 Siantar
Narumonda lulus tahun 2007. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pemuliaan
Tanaman Departemen Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara Pada tahun 2008 melalui jalur SNMPTN.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Budidaya Pertanian (HIMADITA). Penulis melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara IIIKebun Silau Dunia pada bulan Juni
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Pemberian Giberellin Terhadap Pertumbuhan Bibit Aren
(Arenga pinnata Merr)”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Lollie
Agustina P. Putri, MSi selaku ketua komisi pembimbing danIr. Yusuf Husni selaku
anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai
masukan kepada penulis mulai dari penetapan judul, melakukan penelitian sampai
penulisan skripsi ini.
Ungkapan terima kasih yang tulus dan rasa hormat penulis sampaikan
kepada Ayahanda Subari dan Ibunda Suhartini yang senantiasa memberi perhatian
dan pengertian dalam melaksanakan penelitian ini. Penulis juga tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada Abangda Suhendra, Dedy Saputra, dan Adinda
Fitra Nursandi dan seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya. Terima kasih
juga kepada teman-teman angkatan 2008 Agroekoteknologi yang tak dapat
disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Desember 2012
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN LatarBelakang ... 1
TujuanPenelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
KegunaanPenelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA BotaniTanaman ... 4
Syarat Tumbuh ... 5
Iklim ... 5
Tanah ... 6
Benih ... 6
Kriteria Matang Benih ... 6
Kriteria Pohon Induk Sebagai Sumber Benih ... 7
Giberellin ... 7
METODE PENELITIAN TempatdanWaktuPenelitian ... 10
BahandanAlat ... 10
MetodePenelitian ... 10
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 12
Pembuatan Naungan ... 12
Persiapan Media Tanam ... 12
Penyemaian Biji ... 12
Penanaman Bibit ... 12
Aplikasi Giberellin ... 12
Penyiraman ... 13
Penyiangan ... 13
Pemupukan Dasar ... 13
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 13
Pengamatan Parameter ... 14
Pertambahan Tinggi Bibit (cm) ... 14
Jumlah Daun (helai) ... 14
Diameter Batang (mm) ... 14
Klorofil Daun (g/ml) ... 14
Luas Daun (cm2) ... 15
Berat Basah Tajuk (g) ... 15
Berat Basah Akar (g) ... 15
Berat Kering Tajuk (g) ... 16
Berat Kering Akar (g) ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17
Pertambahan Tinggi Bibit (cm) ... 17
Jumlah Daun (helai) ... 18
Klorofil Daun (g/ml) ... 19
Diameter Batang (mm) ... 20
Luas Daun (cm2) ... 20
Berat Basah Tajuk (g) ... 21
Berat Basah Akar (g) ... 22
Berat Kering Tajuk (g) ... 23
Berat Kering Akar (g) ... 24
Pembahasan ... 24
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 26
Saran ... 26
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
Tabel 1 Rataan pertambahan tinggi bibit (cm) pada pemberian 17 giberellin pada umur 6-14 MSPT
Tabel 2 Rataan jumlah daun (helai) padapemberian giberellin 19 pada umur 6-14 MSPT
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
1. Bagan Lahan Percobaan 29
2. Bagan Tanaman per Plot 30
3. Jadwal Kegiatan 31
4. Data Rataan Pertambahan Tinggi Bibit 6 MSPT 32 5. Sidik Ragam Data Rataan Pertambahan Tinggi Bibit 6 MSPT 32 6. Data Rataan Pertambahan Tinggi Bibit 8 MSPT 32 7. Sidik Ragam Data Rataan Pertambahan Tinggi Bibit 8 MSPT 33 8. Data Rataan Pertambahan Tinggi Bibit 10 MSPT 33 9. Sidik Ragam Data Rataan Pertambahan Tinggi Bibit 10 MSPT 33 10.Data Rataan Pertambahan Tinggi Bibit 12 MSPT 34 11.Sidik Ragam Data Rataan Pertambahan Tinggi Bibit 12 MSPT 34 12.Data Rataan Pertambahan Tinggi Bibit 14 MSPT 34 13.Sidik Ragam Data Rataan Pertambahan Tinggi Bibit 14 MSPT 35
14.Data Rataan Jumlah Daun 6 MSPT 35
15.Sidik Ragam Data Rataan Jumlah Daun 6 MSPT 35
16.Data rataan Jumlah Daun 8 MSPT 36
17.Sidik Ragam Data rataan Jumlah Daun 8 MSPT 36 18.Data rataan Jumlah Daun 10 MSPT 36 19.Sidik Ragam Data rataan Jumlah Daun 10 MSPT 37 20.Data rataan Jumlah Daun 12 MSPT 37 21.Sidik Ragam Data rataan Jumlah Daun 12 MSPT 37 22.Data rataan Jumlah Daun 14 MSPT 38 23.Sidik Ragam Data rataan Jumlah Daun 14 MSPT 38
24.Data Rataan Klorofil a 38
25.Sidik Ragam Data Rataan Klorofil a 39
26.Data Rataan Klorofil b 39
27.Sidik Ragam Data Rataan Klorofil b 39
28.Data Rataan Klorofil total 40
29.Sidik Ragam Data Rataan Klorofil total 40
30.Data Rataan Diameter Batang 40
31.Sidik Ragam Data Rataan Diameter Batang 41
32.Data Rataan Luas Daun 41
33.Sidik Ragam Data Rataan Luas Daun 41
34.Data Rataan Berat Basah Tajuk 42
35.Sidik Ragam Data Rataan Berat Basah tajuk 42
36.Data Rataan Berat Basah Akar 42
37.Sidik Ragam Data Rataan Berat Basah Akar 43
38.Data Rataan Berat Kering Tajuk 43
39.Sidk Ragam Data Rataan Kering Tajuk 43
40.Data Rataan Berat Kering Akar 44
41.Sidik Ragam Data Rataan Berat Kering Akar 44 42.Foto Bibit Aren Pada Setiap Perlakuan 45 43.Foto Bibit Aren Pada Akhir Penelitian 46
ABSTRAK
PRIMA IRAWAN: Pengaruh pemberian giberellin terhadap pertumbuhan bibit aren (Arenga pinnataMerr). Dibimbing oleh Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSidan Ir. Yusuf Husni.
Penelitianpemberian giberellin dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan bibit aren. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial dengan 5 taraf giberellin, yaitu: 0, 50, 100, 150 dan 200 ppm. Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, jumlah daun, klorofil daun, diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pemberian giberellin berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit 10, 12 dan 14 MSPT dengan dosis paling baik adalah 200 ppm dan belum berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, klorofil daun, diameter batang, luas daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar.
ABSTRACT
PRIMA IRAWAN : The influence ofgiberellintogrowthin nursery of sugar palm(Arenga pinnataMerr). Supervised by Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi andIr. Yusuf Husni.
Research of giving giberellin were done to know effect on the growth of sugar palm seed. The research use non factorial randomizedwith 5 levels of 0 ppm, 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, and 200 ppm. The parameters observed were seed height, leaf sum, leaf chlorofil, steam diameter, total of wide leaf, fresh weight of crown, fresh weight of root, dry weight of crown and dry weight of root.
The result of research showed that influence ofgiberellin significantly effected seed height 10, 12, 14 weeks after planting and the best dosage was on 200 ppm and not yet significantly of leaf sum, leaf chlorofil, steam diametre, total of wide leaf, fresh weight of crown, fresh weight of root, dry weight of crown and dry weight of root.
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
Tanaman aren ( Arenga pinnata Merr.) adalah tanaman tahunan yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman aren merupakan tanaman
multi manfaat, hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan yaitu sebagai
penghasil nira (bahan utama gula aren, minuman, cuka, dan alkohol), sumber energi
terbarukan (bioetanol), sumber karbohidrat (tepung), bahan campuran minuman
(kolang-kaling), bahan bangunan (batang) dan sebagai tanaman konservasi untuk
lahan-lahan kritis (Fahmi, 2011).
Bioetanol merupakan bahanbaku alternatif yang cenderung murah
biladibandingkan dengan bensin tanpa subsidi. Saatini, selain ubi kayu dan gula tebu,
bahan bakupotensial untuk dijadikan etanol antara lain niradari tanaman aren.
Apabila program substitusi BBM menggunakan bioetanol mulai
diimplementasikanmaka secara langsung akan mendorongpeningkatan bioetanol
yang berasal dari tanamanaren. Untuk menggerakkan usaha pengembangantanaman
ini diperlukan investasi yang sangatbesar sehingga perlu suatu tindakan dalambentuk
implikasi kebijakan dari pihak-pihakyang terkait berupa peraturan-peraturan
ataukeputusan ditingkat nasional. Dengan pertumbuhan luasareal sebesar 2% setiap
tahun, maka untukmendukung ketersediaan etanol diperlukanbahan tanaman selama
lima tahun dengan beniharen sebanyak 1,2 juta benih(Rindengan dan Manaroinsong,
2009).
Penanaman aren dari hasil pembibitan biji belum banyak dilakukan di
Indonesia. Beberapa petani biasanya menanam aren dengan memindahkan bibit yang
pembibitan akan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas nira serta produk aren
lainnya yang dihasilkan, sehingga aren menjadi lebih berkontribusi positif terhadap
penghidupan masyarakat (Kaunang dan Martini, 2011).
Permasalahan pokok tanaman aren saat ini, yaitu pada umumnya tanaman
aren belum dibudidayakan sehingga produktivitas tanaman rendah dan dikhawatirkan
populasi tanaman makin menurun. Pembudidayaan aren untuk meningkatkan
produktivitas tanaman perlu dilakukan mengingat tanaman aren memiliki fungsi
ekonomi, sosial, budaya dan konservasi (Bernhard, 2007).
Tujuan utama dari pembibitan adalah untuk mempersiapkan bibit yang baik
dengan kriteria sehat, kuat dan kokoh. Hal tersebut merupakan salah satu faktor
penentu bagi keberhasilan penanaman di lapangan dan untuk mendapatkan
pertumbuhan dan hasil di kemudian hari (Setyamidjaja, 1996).
Salah satu kendala dalam pengembangan budidaya aren adalah
kurangnya pembibitan aren yang baik. Oleh karena itu untukmenunjang
pengembangan dalam pembibitan, perlu dilakukan penelitian pada pembibitan aren,
salah satu cara yaitu dengan pemberian fitohormon.
Giberellin menstimulasi pertumbuhan pada daun maupun pada batang; tetapi
efeknya dalam pertumbuhan akar sedikit. Di dalam batang, giberellin menstimulasi
perpanjangan sel dan pembelahan sel. Giberellin mempunyai beberapa fungsi, yaitu
menyebabkan tanaman menghasilkan bunga sebelum waktunya, menyebabkan
terjadinya buah dengan tidak usah diserbuki, menyebabkan tanaman yang kerdil
menjadi raksasa dalam waktu yang singkat, menyebabkan lekas tumbuhnya biji dan
tunas (Dwijoseputro, 1994).
Aplikasi giberellin pada tanaman aren belum pernah dilakukan, namun pada
tanaman lain sudah banyak digunakan antara lain pada tanaman kentang, semangka,
anggrek, kedelai, melon, dan lain-lain. Penelitian oleh Handayani (2004) bahwa
pemberian giberellin berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman dan
jumlah daun pada tanaman duku pada konsentrasi 200 ppm. Penelitian yang
dilakukan oleh Fathonah dan Sugiyarto (2009) pada tanaman cabai, aplikasi
giberellin pada konsentrasi 0, 25, 50, dan 75 ppm menunjukkan hasil bahwa jumlah
daun dan tinggi tanaman, berat basah, jumlah daun, dan berat kering yang optimal
pada pemberian GA3 pada konsentrasi 50 ppm, sedangkan lebar daun yang optimal
pada pemberian GA3 75 ppm.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap aplikasi giberellin pada pembibitan aren.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian giberellin
pada pembibitan aren (Arenga pinnataMerr). Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan pertumbuhan arendengan pemberian giberellin pada
konsentrasi yang berbeda.
Kegunaan Penelitian
Untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan dan berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam budidaya aren.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Menurut Pratiwi dan Alrasjid (1989) tanaman aren termasuk ke dalam
kingdom : Plantae,Divisi: Angisopermae, Subdivisi : Spermatophyta, Kelas :
Monocotyledoneae, Ordo : Spadicitlorae, Famili : Palmae, Genus: Arenga, Species:
Arenga pinnata Merr.
Tanaman aren (Arenga pinnataMerr.) termasuk suku Arecaceae (pinang-pinangan), merupakan tunbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya
terbungkus daging buah. Tanaman aren banyak terdapat mulai dari pantai timur India
sampai ke Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini banyak terdapat hampir di
seluruh wilayah Nusantara (Sunanto, 1993).
Akar pohon aren berbentuk serabut, menyebar dan cukup dalam dapat
mencapai > 5 m sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegah
erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari 20 %
(Sunanto, 1993).
Batang aren bulat warna hijau kecoklatan, tidak berduri, tidak bercabang,
tinggi mencapai 25 m, diameter 65 cm (mirip pohon kelapa). Pohon ini mulai
berbunga mulai dari umur 6–12 tahun. Umur produktif 2-5 tahun. Pohon ini
dalam pertumbuhannya berguna sebagai perlindungan erosi terutama tebing-tebing
sungai dari bahaya tanah longsor maupun sebagai unsur produksi (Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan, 1998).
Daun tanaman aren pada tanaman bibit (sampai umur 3 tahun), bentuk
sudah dewasa dan tua bersirip ganjil seperti daun tanaman kelapa, namun ukuran
daun dan pelepah daunnya lebih besar dan lebih kuat jika dibandingkan dengan daun
tanaman kelapa. Warna daun tanaman aren adalah hijau gelap (Sunanto, 1993).
Bunga-bunga terdiri atas bunga jantan yang menyatu dalam satu tongkol
ukuran panjang 1-1,2 cm. Bunga betina pada tongkol yang lain bentuk bulat yang
terdiri atas bakal buah tiga buah, warna kuning keputihan (Effendi, 2010).
Buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan perantaran
angin atau serangga. Buah yang telah terbentuk berbentuk bulat panjang dengan
ujung melengkung ke dalam, diameter 3-5 cm, di dalammya berisi 3 buah,
masing-masing berbentuk seperti satu siung bawang putih. Buah ini tidak dapat dimakan
langsung karena getah. Di dalam buah terdapat biji yang berbentuk bulat dan apabila
sudah matang warna hitam. Pohon aren akan mencapai tingkat kematangan pada
umur 6-12 tahun (Sunanto, 1993).
Syarat Tumbuh Iklim
Dalam pertumbuhan tanaman aren yang optimal membutuhkan suhu
20-250 C. Pada kisaran suhu yang demikian membantu tanaman aren untuk berbuah.
Kelembaban tanah dan ketersediaan air sangat perlu dengan curah hujan yang cukup
tinggi diantara 1.200-3.500 mm/tahun berpengaruh dalam pembentukan mahkota
pada tanaman aren (Polnaja, 2000).
Di samping itu, banyaknya curah hujan juga sangat berpengaruh pada
tumbuhnya tanaman ini. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata
sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun. Iklim yang cocok
untuk tanaman ini adalah iklim sedang sampai iklim agak basah (Sunanto, 1993).
Tanah
Tanaman ini tidak memerlukan syarat khusus untuk pertumbuhannya, mulai
tanah liat, berlumpur sampai dengan berpasir, dengan keasaman tidak terlalu tinggi.
Tempat tumbuh yang paling baik 500-1.200 m dpl
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan, 1998).
Tanaman aren dapat tumbuh di dekat pantai sampai pada ketinggian 1.400
m dpl. Pertumbuhan yang baik adalah pada ketinggian sekitar 500-1.200 m dpl
karena pada kisaran lahan tersebut tidak kekurangan air tanah dan tidak tergenang
oleh banjir permukaan (Akuba, 1993).
Benih
Susunan benih aren terdiri dari kulit benih (testa), endosperma,dan embrio.
Jaringan testa tersusun oleh sel-sel sklereid, jaringanendosperma dan embrio tersusun
oleh sel-sel parenkim, sedangkanjaringan endosperma sebagian selnya bersifat hidup.
Lainnya halnyadengan bagian embrio benih, seluruhnya tersusun oleh sel-sel hidup
yangaktif secara fisiologis dan banyak mengandung air untuk
mempertahankankehidupan sel penyusunnya ( Widyawati, dkk, 2009).
Tinggi rendah daya kecambah benih berbeda antara pohon. Hal ini diduga
karena pengaruh penyadapan nira terhadap perkembangan buah pada pohon tertentu,
sehingga daya kecambah benih rendah (Maliangkay, dkk, 1998).
Kriteria Matang Benih
Sifat permeabilitas benih aren ditentukan oleh faktor umur, semakin tua benih
aren maka kadar lignin dan tannin meningkat. Semakin tinggi kandungan lignin dan
tannin tersebut sangat berperan dalam menurunkan permeabilitas benih aren terhadap
air sehingga ketika dikecambahkan proses imbibisi benih aren berlangsung sangat
lambat (Widyawati, dkk, 2009).
Benih aren yang siap dikecambahkan diambil dari buah yang sudah mencapai
masak fisiologis dengan ciri-ciri sebagai berikut : bagian eksokarp berwarna kuning
sampai kuning kecoklatan dan licin, mesokarp berwarna kuning kecoklatan dan
lunak, endokarp berwarna hitam pekat dan dan sangat keras, endosperm berwarna
putih sangat keras dan memadat (Fahmi, 2011).
Kriteria Pohon Induk Sebagai Sumber Benih
Tanaman aren sampai saat ini umumnya dikembangkan secara generatif yaitu
melalui biji. Aren yang tumbuh di lapangan berdasarkan tinggi tanaman
dikategorikan dalam 2 aksesi yaitu Aren Genjah (pohon agak kecil dan pendek)
dengan produksi nira antara 5-10 liter tiap tandan tiap hari, dan aren Dalam (pohon
besar dan tinggi) dengan produksi nira 15-25 liter tiap tandan tiap hari
(Rompas, dkk, 1996).
Ciri-ciri pohon induk yang baik yaitu: batang pohon harus besar (kekar),
pelepah daun merunduk, akarnya baik, daunnya rimbun dan tebal dengan memiliki
20-30 daun serta pohonnya sudah dikenal. Oleh karena itu hal yang harus
diperhatikan dalam memilih dan menentukan pohon induk sebagai sumber benih
yaitu pohon yang sudah berbunga baik sistem pembungaan betina maupun sistem
pembungaan jantan dan sedang disadap niranya (Tulung, 2003).
Giberellin
Pada saatinidilaporkanterdapatlebihdari 110 macam senyawa giberellin yang
padanya, misalnya GA6 .Giberellindapatdiperolehdaribiji yang belumdewasa
(terutama pada tumbuhandikotil), ujung akar dan tunas ,daun muda dan cendawan.
Sebagian besar GA yang diproduksiolehtumbuhanadalahdalambentuk inaktif,
tampaknya memerlukan prekursoruntukmenjadibentukaktif. Pada spesiestumbuhan
dijumpai kurang lebih 15 macam GA. Disampingterdapat pada tumbuhanditemukan
juga pada alga, lumut dan paku, tetapitidakpernahdijumpai pada bakteri. GA
ditransportasikan melalui xilem dan floem, tidaksepertiauksinpergerakannya bersifat
tidak polar (Dewi, 2008).
Giberellinaktifmenunjukkanbanyakefekfisiologi, masing-masingtergantung
pada tipe giberellin dan juga pada spesiestanaman. Beberapaproses fisiologi yang
dipengaruhioleh giberellin adalah : (1)
merangsangpemanjanganbatangdenganmerangsangpembelahansel dan pemanjangan,
(2) merangsangpembungaan pada haripanjang, (3) memecahdormansi pada
beberapatanaman yang menghendakicahayauntukmerangsangperkecambahan, (4)
merangsangproduksienzim (a-amilase)
dalammengecambahkantanamanserealuntukmobilisasicadanganbenih, (5)
menyebabkanberkurangnya bunga jantan pada bunga dicious (sex expression), (6)
dapatmenyebabkanperkembanganbuahpartenokarpi (tanpabiji) dan (7)
dapatmenundapenuaan pada daun dan buahjeruk (Salisbury and Ross, 1985).
Denganpenambahan giberellin eksogenmakaterjadipeningkatankandungan
giberellin di tanaman (tajuk) dan akanmeningkatkanjumlahsel dan ukuransel yang
bersama-sama denganhasilfotosintat yang meningkat di
awalpenanamanakanmempercepatprosespertumbuhanvegetatiftanaman
Tanaman secara alamiah sudah mengandung hormon pertumbuhan yang disebut
hormon endogen. Namun, hormon ini kurang optimum mempengaruhiproses
pertumbuhan vegetatif dan reproduktif tanaman. Penambahan Zat Pengatur Tumbuh
(ZPT) secara eksogen seringkali dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan
vegetatif dan reproduktif tanaman, misalnya giberellin yang mampu mempercepat
pertumbuhan dan pembungaan. Giberellinatau GA adalah salah satu ZPT tanaman
golongan terpenoid, yang berperan tidak hanya memacu pemanjanganbatang, tetapi
juga dalam proses pengaturanperkembangantanaman (Kusumawati, dkk, 2007).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Menurut Pratiwi dan Alrasjid (1989) tanaman aren termasuk ke dalam
kingdom : Plantae,Divisi: Angisopermae, Subdivisi : Spermatophyta, Kelas :
Monocotyledoneae, Ordo : Spadicitlorae, Famili : Palmae, Genus: Arenga, Species:
Arenga pinnata Merr.
Tanaman aren (Arenga pinnataMerr.) termasuk suku Arecaceae (pinang-pinangan), merupakan tunbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya
terbungkus daging buah. Tanaman aren banyak terdapat mulai dari pantai timur India
sampai ke Asia Tenggara. Di Indonesia tanaman ini banyak terdapat hampir di
seluruh wilayah Nusantara (Sunanto, 1993).
Akar pohon aren berbentuk serabut, menyebar dan cukup dalam dapat
mencapai > 5 m sehingga tanaman ini dapat diandalkan sebagai vegetasi pencegah
erosi, terutama untuk daerah yang tanahnya mempunyai kemiringan lebih dari 20 %
(Sunanto, 1993).
Batang aren bulat warna hijau kecoklatan, tidak berduri, tidak bercabang,
tinggi mencapai 25 m, diameter 65 cm (mirip pohon kelapa). Pohon ini mulai
berbunga mulai dari umur 6–12 tahun. Umur produktif 2-5 tahun. Pohon ini
dalam pertumbuhannya berguna sebagai perlindungan erosi terutama tebing-tebing
sungai dari bahaya tanah longsor maupun sebagai unsur produksi (Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan, 1998).
Daun tanaman aren pada tanaman bibit (sampai umur 3 tahun), bentuk
sudah dewasa dan tua bersirip ganjil seperti daun tanaman kelapa, namun ukuran
daun dan pelepah daunnya lebih besar dan lebih kuat jika dibandingkan dengan daun
tanaman kelapa. Warna daun tanaman aren adalah hijau gelap (Sunanto, 1993).
Bunga-bunga terdiri atas bunga jantan yang menyatu dalam satu tongkol
ukuran panjang 1-1,2 cm. Bunga betina pada tongkol yang lain bentuk bulat yang
terdiri atas bakal buah tiga buah, warna kuning keputihan (Effendi, 2010).
Buah aren terbentuk setelah terjadinya proses penyerbukan dengan perantaran
angin atau serangga. Buah yang telah terbentuk berbentuk bulat panjang dengan
ujung melengkung ke dalam, diameter 3-5 cm, di dalammya berisi 3 buah,
masing-masing berbentuk seperti satu siung bawang putih. Buah ini tidak dapat dimakan
langsung karena getah. Di dalam buah terdapat biji yang berbentuk bulat dan apabila
sudah matang warna hitam. Pohon aren akan mencapai tingkat kematangan pada
umur 6-12 tahun (Sunanto, 1993).
Syarat Tumbuh Iklim
Dalam pertumbuhan tanaman aren yang optimal membutuhkan suhu
20-250 C. Pada kisaran suhu yang demikian membantu tanaman aren untuk berbuah.
Kelembaban tanah dan ketersediaan air sangat perlu dengan curah hujan yang cukup
tinggi diantara 1.200-3.500 mm/tahun berpengaruh dalam pembentukan mahkota
pada tanaman aren (Polnaja, 2000).
Di samping itu, banyaknya curah hujan juga sangat berpengaruh pada
tumbuhnya tanaman ini. Tanaman aren menghendaki curah hujan yang merata
sepanjang tahun, yaitu minimum sebanyak 1200 mm setahun. Iklim yang cocok
untuk tanaman ini adalah iklim sedang sampai iklim agak basah (Sunanto, 1993).
Tanah
Tanaman ini tidak memerlukan syarat khusus untuk pertumbuhannya, mulai
tanah liat, berlumpur sampai dengan berpasir, dengan keasaman tidak terlalu tinggi.
Tempat tumbuh yang paling baik 500-1.200 m dpl
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan, 1998).
Tanaman aren dapat tumbuh di dekat pantai sampai pada ketinggian 1.400
m dpl. Pertumbuhan yang baik adalah pada ketinggian sekitar 500-1.200 m dpl
karena pada kisaran lahan tersebut tidak kekurangan air tanah dan tidak tergenang
oleh banjir permukaan (Akuba, 1993).
Benih
Susunan benih aren terdiri dari kulit benih (testa), endosperma,dan embrio.
Jaringan testa tersusun oleh sel-sel sklereid, jaringanendosperma dan embrio tersusun
oleh sel-sel parenkim, sedangkanjaringan endosperma sebagian selnya bersifat hidup.
Lainnya halnyadengan bagian embrio benih, seluruhnya tersusun oleh sel-sel hidup
yangaktif secara fisiologis dan banyak mengandung air untuk
mempertahankankehidupan sel penyusunnya ( Widyawati, dkk, 2009).
Tinggi rendah daya kecambah benih berbeda antara pohon. Hal ini diduga
karena pengaruh penyadapan nira terhadap perkembangan buah pada pohon tertentu,
sehingga daya kecambah benih rendah (Maliangkay, dkk, 1998).
Kriteria Matang Benih
Sifat permeabilitas benih aren ditentukan oleh faktor umur, semakin tua benih
aren maka kadar lignin dan tannin meningkat. Semakin tinggi kandungan lignin dan
tannin tersebut sangat berperan dalam menurunkan permeabilitas benih aren terhadap
air sehingga ketika dikecambahkan proses imbibisi benih aren berlangsung sangat
lambat (Widyawati, dkk, 2009).
Benih aren yang siap dikecambahkan diambil dari buah yang sudah mencapai
masak fisiologis dengan ciri-ciri sebagai berikut : bagian eksokarp berwarna kuning
sampai kuning kecoklatan dan licin, mesokarp berwarna kuning kecoklatan dan
lunak, endokarp berwarna hitam pekat dan dan sangat keras, endosperm berwarna
putih sangat keras dan memadat (Fahmi, 2011).
Kriteria Pohon Induk Sebagai Sumber Benih
Tanaman aren sampai saat ini umumnya dikembangkan secara generatif yaitu
melalui biji. Aren yang tumbuh di lapangan berdasarkan tinggi tanaman
dikategorikan dalam 2 aksesi yaitu Aren Genjah (pohon agak kecil dan pendek)
dengan produksi nira antara 5-10 liter tiap tandan tiap hari, dan aren Dalam (pohon
besar dan tinggi) dengan produksi nira 15-25 liter tiap tandan tiap hari
(Rompas, dkk, 1996).
Ciri-ciri pohon induk yang baik yaitu: batang pohon harus besar (kekar),
pelepah daun merunduk, akarnya baik, daunnya rimbun dan tebal dengan memiliki
20-30 daun serta pohonnya sudah dikenal. Oleh karena itu hal yang harus
diperhatikan dalam memilih dan menentukan pohon induk sebagai sumber benih
yaitu pohon yang sudah berbunga baik sistem pembungaan betina maupun sistem
pembungaan jantan dan sedang disadap niranya (Tulung, 2003).
Giberellin
Pada saatinidilaporkanterdapatlebihdari 110 macam senyawa giberellin yang
padanya, misalnya GA6 .Giberellindapatdiperolehdaribiji yang belumdewasa
(terutama pada tumbuhandikotil), ujung akar dan tunas ,daun muda dan cendawan.
Sebagian besar GA yang diproduksiolehtumbuhanadalahdalambentuk inaktif,
tampaknya memerlukan prekursoruntukmenjadibentukaktif. Pada spesiestumbuhan
dijumpai kurang lebih 15 macam GA. Disampingterdapat pada tumbuhanditemukan
juga pada alga, lumut dan paku, tetapitidakpernahdijumpai pada bakteri. GA
ditransportasikan melalui xilem dan floem, tidaksepertiauksinpergerakannya bersifat
tidak polar (Dewi, 2008).
Giberellinaktifmenunjukkanbanyakefekfisiologi, masing-masingtergantung
pada tipe giberellin dan juga pada spesiestanaman. Beberapaproses fisiologi yang
dipengaruhioleh giberellin adalah : (1)
merangsangpemanjanganbatangdenganmerangsangpembelahansel dan pemanjangan,
(2) merangsangpembungaan pada haripanjang, (3) memecahdormansi pada
beberapatanaman yang menghendakicahayauntukmerangsangperkecambahan, (4)
merangsangproduksienzim (a-amilase)
dalammengecambahkantanamanserealuntukmobilisasicadanganbenih, (5)
menyebabkanberkurangnya bunga jantan pada bunga dicious (sex expression), (6)
dapatmenyebabkanperkembanganbuahpartenokarpi (tanpabiji) dan (7)
dapatmenundapenuaan pada daun dan buahjeruk (Salisbury and Ross, 1985).
Denganpenambahan giberellin eksogenmakaterjadipeningkatankandungan
giberellin di tanaman (tajuk) dan akanmeningkatkanjumlahsel dan ukuransel yang
bersama-sama denganhasilfotosintat yang meningkat di
awalpenanamanakanmempercepatprosespertumbuhanvegetatiftanaman
Tanaman secara alamiah sudah mengandung hormon pertumbuhan yang disebut
hormon endogen. Namun, hormon ini kurang optimum mempengaruhiproses
pertumbuhan vegetatif dan reproduktif tanaman. Penambahan Zat Pengatur Tumbuh
(ZPT) secara eksogen seringkali dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan
vegetatif dan reproduktif tanaman, misalnya giberellin yang mampu mempercepat
pertumbuhan dan pembungaan. Giberellinatau GA adalah salah satu ZPT tanaman
golongan terpenoid, yang berperan tidak hanya memacu pemanjanganbatang, tetapi
juga dalam proses pengaturanperkembangantanaman (Kusumawati, dkk, 2007).
BAB III
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat, Jalan Psr. II Setiabudi
Kelurahan Tanjung Sari, Medan dengan ketinggian tempat ±25 m dpl, yang
dilakukan pada bulan April 2012 hingga bulan Agustus 2012.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji aren yang
berasal dari Desa Paritohan, Kecamatan Pintupohan Meranti, Kabupaten Toba
Samosir dengan ketinggian tempat ± 700 m dpl, GA3, top soil sebagai media tanam,
pasir sebagai campuran media tanam, kompos sebagai campuran media tanam,
polibag berukuran 5 kg, pupuk TSP, Urea, KCL, fungisida dengan bahan aktif
Mankozeb 80%, dan naungan.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, parang,
handsprayer, meteran, timbangan analitik, oven, spektrofotometer, Leaf Area Meter,
pacak sampel, alat tulis, kalkulator dan alat-alat lain yang mendukung penelitian.
Metode Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
Non Faktorial, yaitu :giberellin dengan lima taraf:
G0 = Konsentrasi giberellin 0 ppm (kontrol)
G1 = Konsentrasi giberellin 50 ppm
G2 = Konsentrasi giberellin 100 ppm
Jumlah ulangan : 5
Jumlah plot penelitian : 25
Jumlah bibit per polibag : 1
Jumlah bibit per plot : 3
Jumlah sampel : 50 tanaman
Jumlah bibit seluruhnya : 75 tanaman
Data yang diperoleh dianalisis dengan metode linear berikut :
Yij = µ + ρi + αj + εij i = 1, 2, 3, 4, 5 j = 1, 2, 3, 4, 5 Dimana :
Yij : Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan perlakuan giberellin taraf ke- j
µ : Rataan umum
ρi : Pengaruh blok ke-i
αj : Pengaruh perlakuan pemberian giberellin taraf ke-j
εij : Pengaruh galat percobaan pada blok ke- i, pemberian giberellin pada taraf ke- j
Jika data yang dianalisis dalam sidik ragam berpengaruh nyata, dilanjutkan
dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %.
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Lahan penelitian dibersihkan dari gulma dan dibuat plot sebagai tempat
peletakan polybag dengan ukuran 80 cm x 80 cm dengan jarak antar plot
masing-masing 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.
Pembuatan Naungan
Naungan dibuat dengan ukuran 7 x 6 m untuk seluruh plot dengan tinggi 2
m. Naungan dibuat dari bambu dengan atap dari pelepah rumbia. Naungan berfungsi
untuk mencegah bibit aren terkena sinar matahari secara langsung.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah top soil, pasir dan kompos dicampur
kemudian dimasukkan ke dalam polibag berukuran 5 kg.
Penyemaian Biji
Biji aren yang telah dipilih memiliki kriteria buah sudah mencapai masak
fisiologis yang ditandai dengan hitam mengkilat dan sangat keras yang berasal dari
satu pohon induk berumur ± 15 tahun, dengan diameter biji 3 cm dan berat 8 g,
kemudian dilakukan penggosokkan biji pada lapisan epicarp dengan menggunakan
kertas amplas, selanjutnya disemaikan pada bedeng semai dengan media tanam pasir
dan tanah. Benih ditanam dengan membenamkan ke dalam pasir hingga kedalaman
2-3 cm.
Penanaman Bibit
Kecambah yang telah berumur 7 - 8 minggu ditanam dalam polybag
sedalam jari telunjuk lalu ditutup dengan campuran media tanam. Polybag disusun
dalam plot percobaan sesuai dengan perlakuan dan diberi label.
Aplikasi Giberellin
Aplikasi giberellin dilakukan setelah bibit berumur 5Minggu Setelah Pindah
Tanam (MSPT) ke polibagdengan cara menyemprotkan giberellin secara merata pada
daun dan batang sesuai dengan perlakuan. Penyemprotan dilakukan dua minggu
sekali yaitu pada umur 5, 7, dan 9 MSPT. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari
setelah penyiraman.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan gembor.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara manual ataupun dengan menggunakan
cangkul untuk menekan pertumbuhan gulma di polybag dan di areal pembibitan.
Interval penyiangan disesuaikan dengan keadaan gulma di pembibitan.
Pemupukan Dasar
Aplikasi pupuk dasar diberikan dengan dosis ringan (kecil) terdiri dari pupuk
TSP, Urea, dan KCl masing-masing 0,5 gr tiap bibit. Cara pemupukannya yaitu
dengan memasukkan pupuk dalam media tumbuh mengelilingi batang bibit tanaman
dengan jarak sekitar 5 cm dari batang bibit. Pemupukan diaplikasikan pada saat 4
dan 9 MSPT.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan
fungisida berbahan aktif Mankozeb 80% dengan konsentrasi2 gr/l air.
Pengamatan Parameter Tinggi Bibit (cm)
Pengamatan tinggi bibit dilakukan pada saat pemindahan kecambah ke
polibag dengan interval dua minggu sekali sampai 14 MSPT. Tinggi bibit ini diukur
mulai dari pangkal batang atau dasar batang sampai ke ujung daun tertinggi.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna.
Perhitungan jumlah daun dilakukan pada saat terdapat daun yang membuka
sempurna hingga tanaman berumur 14MSPT dengan interval dua minggu sekali.
Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur pada kedua sisi pangkal batang kemudian
dirata-ratakan. Pengukuran diameter batang dilakukan pada saat akhir penelitian yaitu pada
saat 14 MSPT.
Klorofil Daun (g/ml)
Metode yang digunakan dalam menghitung klorofil a, klorofil b dan klorofil
total adalah metode Hendry dan Grime (1993), dengan langkah sebagai berikut :daun
segar digerus sebanyak 0,10 gram dengan menggunakan mortal dan dicampur aceton
80%. Lalu ekstrak dipindahkan ke dalam botol dengan menggunakan kertas saring,
kemudian absorbansi diukur dan dianalisis dengan menggunakan spektrofotometer
untuk klorofil b. Klorofil daun diukur pada saat bibit aren berumur 10
MSPT.Klorofil a, klorofil b dan klorofil total dihitung dengan menggunakan rumus
Hendry dan Grime (1993) :
Klorofil a = (12,7 x A663)–(2,69 x A645) x 10-1
Klorofil b = (22,9 x A645)–(4,68x A663) x 10-1
Klorofil Total = (8,02 x A663)–(20,2 x A645) x 10-1
Total Luas Daun (cm2)
Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah bibit
berumur 14 MSPT. Pengukuran luas daun dilakukan dengan menggunakan alat ukur
luas daun yaitu Leaf Area Meter.
Berat Basah Tajuk (g)
Tajuk tanaman adalah bagian atas tanaman yang terdiri dari batang serta
daun-daun pada tanaman aren. Berat basah tajuk diukur pada akhir penelitian yaitu
setelah bibit berumur 14 MSPT. Pengukuran dilakukan dengan cara membersihkan
bahan tanaman dengan air, kemudian dikering anginkan terlebih dahulu lalu
ditimbang dengan timbangan analitik. Dilakukan pada seluruh tanaman yang menjadi
tanaman sampel.
Berat Basah Akar (g)
Berat basah akar diukur pada akhir penelitian yaitu setelah bibit berumur 14
MSPT. Pengukuran dilakukan dengan cara membersihkan bahan tanaman dengan air,
kemudian dikering anginkan terlebih dahulu lalu ditimbang dengan timbangan
analitik. Dilakukan pada seluruh tanaman yang menjadi tanaman sampel.
Berat Kering Tajuk (g)
Berat kering tajuk diukur pada akhir penelitian yaitu setelah bibit berumur 14
MSPT. Setelah bahan dibersihkan, bahan kemudian dimasukkan ke dalam amplop
coklat yang telah dilubangi, kemudian dikeringkan pada suhu 750C di dalam
ovenhingga bobot keringnya konstan saat penimbangan. Pengamatan dilakukan pada
seluruh tanaman yang menjadi tanaman sampel.
Berat Kering Akar (g)
Berat kering akar diukur pada akhir penelitian yaitu setelah bibit berumur 14
MSPT. Setelah bahan dibersihkan, bahan kemudian dimasukkan ke dalam amplop
coklat yang telah dilubangi, kemudian dikeringkan pada suhu 750C di dalam oven
hingga bobot keringnya konstan saat penimbangan. Pengamatan dilakukan pada
seluruh tanaman yang menjadi tanaman sampel.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Dari hasil analisis data secara statistik, diperoleh bahwa perlakuan giberellin
berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit umur 10, 12 dan 14 MSPT, tetapi belum
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, klorofil daun, diameter batang, total luas
daun, berat basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk, dan berat kering akar.
Tinggi Bibit (cm)
Hasil pengamatan tinggi bibit umur 6-14 MSPT dengan pemberian giberellin
dapat dilihat pada Lampiran 4, 6, 8, 10 dan 12 dan daftar sidik ragamnya dapat
dilihat pada Lampiran 5, 7, 9, 11 dan 13. Dari sidik ragam terlihat bahwa pemberian
giberellin berpengaruh nyata pada tinggi bibit 10, 12 dan 14 MSPT.
Rataan tinggi bibit pada umur 6-14 MSPT pada pemberian giberellin dapat
[image:37.595.117.517.474.600.2]dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan tinggi bibit (cm) dengan pemberian giberellin umur 6-14 MSPT
Perlakuan Minggu Setelah Pindah Tanam
6 8 10 12 14
G0 14.52 20.6 24.16 b 26.24 c 27.04 b
G1 13.3 19.58 24.59 b 27.92 bc 29.19 b G2 16.32 21.94 27.25 ab 31.95 abc 35.17 a G3 14.71 21.51 27.49 ab 33.47 ab 36.17 a
G4 17.24 24.24 31.43 a 35.76 a 37.27 a
Keterangan : Angka – angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa pemberian giberellin berpengaruh nyata
pada umur 10 – 14 MSPT. Rataan tinggi bibit yang tertinggi yaitu pada
konsentrasi 200 ppm (37.27 cm) dan terendah pada kontrol.
pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik rataan tinggi bibit 14 MSPT dengan pemberian giberellin
Jumlah Daun (helai)
Hasil pengamatan jumlah daun umur 6-14 MSPT pada pemberian
giberellin dapat dilihat pada Lampiran 14, 16, 18, 20 dan 22, dan daftar sidik
ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 15, 17, 19, 21 dan 23.
Dari daftar sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberellin belum
berpengaruh nyata pada umur 6, 8, 10, 12 dan 14 MSPT. Data rataan jumlah daun
pada umur 6-14 MSPT dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan jumlah daun (helai) dengan pemberian giberellin pada umur 6-14 MSPT
Perlakuan Minggu setelah Pindah Tanam
6 8 10 12 14
G0 0.4 1.0 1.0 1.0 1.4
G1 0.5 1.0 1.0 1.0 1.5
G2 0.8 1.0 1.0 1.1 1.3
G3 0.7 0.9 1.1 1.1 1.1
G4 0.7 0.9 1.0 1.0 1.2
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa pemberian giberellin belum
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun umur 10-14 MSPT.
ŷ= 2.744x + 24.736 r=0.952 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
0 50 100 150 200 250
T in g g i t a n a ma n ( cm)
Dosis Giberelin (ppm)
[image:38.595.118.505.559.665.2]Klorofil Daun (g/ml)
Hasil pengamatan klorofil daun dengan pemberian giberellin dapat dilihat
pada Lampiran 24, 26 dan 28. Daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran
25, 27 dan 29. Dari sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberellin belum
berpengaruh nyata pada klorofil daun. Data rataan klorofil daun dengan
[image:39.595.112.465.291.399.2]pemberian giberellin dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan klorofil daun (g/ml) dengan pemberian giberellin
Perlakuan Klorofil Daun (g/ml)
Klorofil a Klorofil b Klorofil Total
GO 2.58 1.20 3.79
G1 2.47 1.05 3.52
G2 2.57 1.16 3.73
G3 2.30 1.01 3.31
G4 2.44 0.99 3.43
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa pemberian giberellin belum
berpengaruh nyata terhadap klorofil daun. Namun kandungan klorofil tertinggi
cenderung terdapat pada tanaman tanpa aplikasi giberellin (kontrol).
Diameter Batang (mm)
Hasil pengamatan diameter batang dengan pemberian giberellin dapat dilihat
pada Lampiran 30 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 31. Dari
sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata pada
diameter batang. Rataan diameter batang dengan pemberian giberellin dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan diameter batang (mm) dengan pemberian giberellin
Perlakuan Ulangan Rataan
1 3 4 5
G0 12.1 10.5 9.0 8.6 11.3 10.5
G1 10.6 10.1 10.5 10.5 10.1 10.1
G2 9.0 9.6 8.6 10.2 10.1 9.6
G3 8.0 9.5 12.8 9.0 10.5 9.5
G4 10.1 9.9 10.1 10.1 11.4 9.9
Rataan 10.0 9.2 10.2 9.6 10.7 9.9
Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa pemberian giberellin belum
berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Perlakuan control cenderung
menunjukkan rataan diameter batang tertinggi dibanding dengan pemberian
giberellin.
Luas Daun (cm2)
Hasil pengamatan luas daun dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada
Lampiran 32 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 33. Dari sidik
ragam terlihat bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata pada luas daun
yang diukur pada akhir penelitian. Rataan luas daun dengan pemberian giberellin
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan luas daun (cm2) dengan pemberian giberellin
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4 5
G0 127.40 275.02 138.57 137.34 442.64 224.19 G1 229.72 159.63 302.11 288.81 203.43 236.74 G2 132.08 305.72 229.82 157.89 450.69 255.24 G3 132.56 129.59 302.33 148.13 274.59 197.44 G4 291.60 149.71 242.50 189.15 302.28 235.05 Rataan 182.67 203.93 243.07 184.26 334.72 229.73
[image:40.595.114.462.552.677.2]Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa pemberian giberellin belum
berpengaruh nyata terhadap luas daun, namun rataan tertinggi cenderung ditunjukkan
pada pemberian giberellin 100 ppm.
Berat Basah Tajuk (g)
Hasil pengamatan berat basah tajuk dengan pemberian giberellin dapat
dilihat pada Lampiran 34 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 35.
Dari sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata pada
berat basah tajuk. Rataan berat basah tajuk pada pemberian giberellin dapat dilihat
[image:41.595.112.465.353.471.2]pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan Berat Basah Tajuk (g) dengan pemberian giberellin
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4 5
G0 14.90 14.15 12.00 10.90 16.00 13.59 G1 11.15 12.10 15.20 15.70 13.40 13.51 G2 15.75 14.05 13.95 15.20 17.00 15.19 G3 13.85 11.00 22.55 12.85 15.20 15.09 G4 17.00 13.70 16.55 16.95 19.35 16.71 Rataan 14.53 13.00 16.05 14.32 16.19 14.82
Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa pemberian giberellin belum
berpengaruh nyata terhadap berat basah tajuk. Pemberian giberellin 200 ppm
cenderung meningkatkan berat basah tajuk tanaman aren.
Berat Basah Akar (g)
Hasil pengamatan berat basah akar dengan pemberian giberellin dapat dilihat
pada Lampiran 36 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 37. Dari
sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata pada berat
basah akar. Rataan berat basah akar dengan pemberian giberellin dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Rataan Berat Basah Akar (g) dengan pemberian giberellin
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4 5
G0 2.50 1.95 0.85 1.95 1.90 1.83
G1 1.70 1.25 1.85 1.60 2.35 1.75
G2 1.65 1.95 1.75 2.65 2.75 2.15
G3 1.80 1.25 1.85 1.85 2.10 1.77
G4 1.50 1.85 3.20 2.25 2.25 2.21
Rataan 1.83 1.65 1.90 2.06 2.27 1.94
Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa pemberian giberellin belum
berpengaruh nyata terhadap berat basah akar, namun rataan tertinggi cenderung
terdapat pada tanaman dengan pemberian giberellin 200 ppm.
Berat Kering Tajuk (g)
Hasil pengamatan berat kering tajuk dengan pemberian giberellin dapat
dilihat pada Lampiran 38 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 39.
Dari sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata pada
berat basah kering tajuk. Rataan berat kering tajuk dengan pemberian giberellin
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan Berat Kering Tajuk (g) dengan pemberian giberellin
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4 5
G0 8.50 6.30 5.10 5.75 8.45 6.82
G1 4.45 4.75 5.55 7.60 7.15 5.90
G2 7.70 5.70 5.55 5.95 7.70 6.52
G3 5.30 4.55 7.85 5.85 6.65 6.04
G4 9.70 4.40 5.50 8.20 10.10 7.58 Rataan 7.13 5.14 5.91 6.67 8.01 6.57
[image:42.595.114.462.585.705.2]Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa pemberian giberellin belum
berpengaruh nyata pada berat kering tajuk. Aplikasi giberellin dengan dosis 200 ppm
cenderung menunjukkan pertumbuhan tajuk yang lebih baik.
Berat Kering Akar (g)
Hasil pengamatan berat kering akar dengan pemberian giberellin dapat dilihat
pada Lampiran 40 dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 41.Dari
sidik ragam terlihat bahwa pemberian giberellin belum berpengaruh nyata pada
berat kering akar.Rataan berat kering akar dengan pemberian giberellin dapat dilihat
[image:43.595.112.465.381.502.2]pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan Berat Kering Akar (g) dengan pemberian giberellin
Perlakuan Ulangan Rataan
1 2 3 4 5
G0 0.45 0.40 0.20 0.40 0.50 0.39
G1 0.50 0.30 0.50 0.30 0.55 0.43
G2 0.40 0.50 0.40 0.70 0.55 0.51
G3 0.45 0.25 0.50 0.50 0.40 0.42
G4 0.35 0.30 0.85 0.55 0.60 0.53
Rataan 0.43 0.35 0.49 0.49 0.52 0.46
Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa pemberian giberellin belum
berpengaruh nyata terhadap berat kering akar, namun pemberian giberellin 200 ppm
cenderung memperlihatkan pertumbuhan akar yang lebih baik pada tanaman.
Pembahasan
Dari hasil análisis diperoleh bahwa pemberian giberellin berpengaruh nyata
terhadap tinggi bibit pada saat 10, 12, dan 14 MSPT. Namun belum berpengaruh
nyata terhadap parameter lain. Rataan tinggi bibit tertinggi diperoleh pada aplikasi
giberellin dengan konsentrasi 200 ppm. Hal ini diduga disebabkan oleh pemberian
terutama pada bagian batang, sehingga menunjang pertambahan tinggi bibit. Hal ini
sesuai dengan literatur Salisbury dan Ross (1985) yaitu proses fisiologi yang
dipengaruhi oleh giberellin adalah merangsang pemanjangan batang dengan
merangsang pembelahan sel.
Pemberian giberellin belum menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
jumlah daun, klorofil daun, diameter batang, berat basah tajuk dan berat kering akar.
Hal ini diduga karena ada faktor lain yang lebih berpengaruh dibandingkan dengan
penelitian giberellin tersebut. Misalnya pengaruh genetik tanaman, lingkungan yang
kurang sesuai, konsentrasi giberellin yang kecil perbedaannya atau cara aplikasi yang
belum tepat. Benih aren yang diteliti adalah berasal dari tanaman liar yang diambil
dari desa Paritohan, yang telah beradaptasi dengan hábitat alami, sehingga ketika
ditanam di lingkungan yang berbeda akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Demikian juga cara aplikasi giberellin, umumnya dengan perendaman yaitu
merendam benih dalam larutan giberellin, sehingga ketika diaplikasikan dengan
penyemprotan dapat menyebabkan tanaman tidak optimal menyerap giberellin. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Gomez dan Gomez (1995) yaitu karakter yang tidak
berbeda nyata kemungkinan akibat dari perbedaan perlakuan yang sangat kecil atau
galat/ kesalahan atau pengaruh faktor lain yang terlalu besar.
Salah satu yang mempengaruhi perbedaan pertumbuhan tanaman adalah
lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan di kota Medan dengan ketinggian ±25 m dpl,
sedangkan habitat asli tanaman aren adalah pada tempat dengan ketinggian 500-1200
m dpl (tumbuh lebih baik). Selain faktor ketinggian tempat, juga dapat disebabkan
oleh volume penyiraman yang belum optimal, sedangkan tanaman aren sangat
menyebabkan pengaruh giberellin tidak tampak, walaupun dosis yang diberikan
sudah cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitompul dan Guritno (1995)
yaitu perbedaan lingkungan merupakan keadaan yang sering menjadi penyebab
keragaman penampilan tanaman di lapangan.
Cara aplikasi giberellin juga mempengaruhi efektif atau tidaknya giberellin
tersebut dalam mendukung pertumbuhan bibit aren. Benih aren termasuk benih
dengan kulit keras sehingga agar mudah berkecambah harus diberi perlakuan agar
kulit benih jadi lunak dan mempermudah imbibisi. Giberellin lebih mudah diserap
tanaman melalui perendaman karena giberellin menjalankan dua fungsi sekaligus,
yaitu mematahkan dormansi akibat kulit benih yang keras dan mendorong aktivitas
untuk melakukan imbibisi. Namun dalam penelitian, diaplikasikan dengan cara
penyemprotan ternyata kurang efektif. Diduga Karena giberellin tidak diserap
tanaman dengan optimal dan giberellin mudah menguap dan belum diserap oleh
tanaman. Akibatnya pengaruh giberellin terhadap pertumbuhan tidak tampak. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Gomez dan Gomez (1995) yaitu karakter yang tidak
berbeda nyata kemungkinan akibat dari suatu perbedaan perlakuan yang sangat kecil,
atau tidak ada perbedaan perlakuan sama sekali, atau galat yang terlalu besar atau
keduanya.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Pemberian giberellin berpengaruh nyata pada tinggi bibit umur 10, 12, dan 14
MSPT pada konsentrasi 200 ppm.
2. Pemberian giberellin belum berpengaruh nyata pada tinggi bibit 6 dan 8
MSPT, jumlah daun, diameter batang, total luas daun, klorofil daun, berat
basah tajuk, berat basah akar, berat kering tajuk dan berat kering akar.
3. Produksi tanaman (berat kering) yang paling baik cenderung diperoleh pada
pemberian giberellin konsentrasi 200 ppm.
Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian menggunakan konsentrasi giberelin yang
DAFTAR PUSTAKA
Akuba, R. H., 1993. Prospek dan Perwilayahan Pengembangan Aren di Maluku dan Irian Jaya. Makalah disajikan dalam Forum Temu Aplikasi Paket Teknologi di Irian Jaya, 22-24 Pebruari 1993. hlm. 68-69.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan, 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan dan Perkebunan Indonesia. Jakarta. hlm. 6-10.
Bernhard, M. R., 2007. Teknik Budidaya dan Rehabilitasi Tanaman Aren. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain. Buletin Palma No. 33, Desember 2007. hlm. 67-75.
Dewi, I.R., 2008. Makalah: Peranan dan Fungsi Fitohormon Bagi Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Bandung, Bandung. hlm. 9-22
Dwidjoseputro, 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Effendi, D. S., 2010. Prospek Pengembangan Tanaman Aren (Arenga pinnata) Mendukung Kebutuhan Bioetanol di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor. Volume 9 No 1, Juni 2010: 36-46.
Fahmi, Z. I., 2011. Studi Teknik Pematahan Dormansi dan Media Perkecambahan Terhadap Viabilitas Benih Aren (Arenga pinnata Merr.). Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan, Surabaya.
Fathonah D., dan Sugiyarto., 2009. Tesis: Biomassa, Kandungan Klorofil dan Nitrogen Daun Dua Varietas Cabai (Capsicum annum) Pada Berbagai Perlakuan Pemupukan. Program Studi Biosains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 57126, Jawa Tengah, Indonesia. hlm. 22-27.
Gomez, K. A. dan A.A. Gomez, 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. University of Philippines. Los Banos.
Handayani, R.S., 2004. Tesis: Respon Pertumbuhan Bibit Duku (Lansium domesticum Corr.) Dengan Penyemprotan Giberelin,
Sitokinin dan Triakontanol. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 2004, Bogor. hlm.2-61.
Kaunang, M. H dan Martini, E., 2011. Menanam Aren Bukan Mitos Lagi. Staff Dinas Kehutanan dan LingkunganHidup Kota Tomohon, Sulawesi Utara. hlm. 2-4.
Kusumawati, A., E.D. Hastuti, N. Setari., 2007. Skripsi: Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Jarak Pagar Setelah Penyemprotan GA3 Dengan
Konsentrasi Dan Frekuensi yang Berbeda. Jurusan Biologi FMIPA, Universiitas Diponegoro Semarang. Dimuat dalam jurnal Sains Dan Teknologi Vol.10, No.1, 2009: 18-29.
Maliangkay, R. B. D., Polnaja dan Z. Mahmud, 1998. KriteriaBuah Aren untukdijadikanBenih. ProsidingSeminar Regional HasilPenelitianKelapa dan Palma Lain, Manado. hlm.65-72.
Polnaja, M., 2000. Potensi Aren Sebagai Tanaman Konservasi dan Ekonomi dalam Pengusahaan Hutan Rakyat. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Vol. 5 No. 4
Rindengan, B dan E.Manaroinsong. 2009. Aren. Tanaman Perkebunan Penghasil Bahan Bakar Nabati (BBM). Pusat penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. hlm.1-22.
Rompas, T., H. G. Lengeky, D. S Pandin dan E. T. Tenda, 1996. Karakteristik Populasi Aren di Kalimantan Selatan. Prosiding Seminar Regional Hasil- Hasil Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain. Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain. hlm. 143-147.
Salisbury, F.B., dan C.W. Ross., 1985. Plant Phisiology. Wadsworth Publishing Company, California.
Setiari, N dan Nurchayati, Y., 2009. Eksplorasi Kandungan Klorofil pada beberapa Sayuran Hijau sebagai Alternatif Bahan Dasar Food Supplement. BIOMA. Vol. 11. No. 1. Hal 6-10.
Setyamidjaja, D., 1996. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.
Sitompul, S. M. dan B. Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sunanto, H., 1993. Aren Budidaya dan Multigunanya. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Lampiran 1. Bagan Lahan Percobaan
Ulangan I Ulangan II Ulangan III Ulangan IV Ulangan V
50
U
30
S
Jarak antar blok = 50 cm
Jarak antar plot = 30 cm
Ukuran plot = 80 x 80 cm
G1 G2 G3 G2 G4
G0 G0 G4 G4
1 1
G0
G4 G4 G2 G0 G2
G3 G3 G0 G3 G3
G2 G1 G1 G1 G1
Lampiran 2. Bagan Tanaman per Plot 80 cm
80 cm
25cm
10cm
10 cm
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan
Lampiran 4. Data rataan tinggi bibit 6 MSPT
Kegiatan Minggu Setelah Pindah Tanam
Pindah Tanam
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Persiapan Lahan X
Pembuatan Naungan X
Persiapan Media Tanam X
Penanaman Bibit X
Pemupukan Dasar X X
Aplikasi Giberellin X X X
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan
Penyiangan Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan
Pengendalian Hama dan Penyakit Disesuaikan Dengan Kondisi Lapangan Pengamatan Parameter
Pertambahan Tinggi Bibit (cm) X X X X X X X X
Jumlah Daun (helai) X X X X X X X X
Klorofil Daun (g/ml) X
Diameter Batang (mm) X
Luas Daun (cm2) X
Berat Basah Tajuk (g) X
Berat Basah Akar (g) X
Berat Kering Tajuk (g) X
Berat Kering Akar (g) X
32
Perlakuan Ulangan Total Rataan
1 2 3 4 5
G0 18,7 15,05 14,05 10,85 13,95 72,6 14,52
G1 17,55 8,85 14,45 14,55 11,1 66,5 13,3
G2 15,85 15,1 14,1 20,15 16,4 81,6 16,32
G3 16,4 14,7 14,55 14,85 13,05 73,55 14,71
G4 17,45 19,95 15,8 16 17 86,2 17,24
Total 85,95 73,65 72,95 76,4 71,5 380,45
Rataan 17,19 14,73 14,59 15,28 14,3 15,218
Lampiran 5. Sidik ragam data rataan tinggi bibit 6 MSPT
SK db JK KT Fh F.05 Ket
Blok 4 26,84 6,71 1,52 2,87 tn
Perlakuan 4 48,63 12,16 2,75 2,87 tn
Linier 1 0,00 0,00 0,00 2,67 tn
Kuadratik 1 0,00 0,00 0,00 tn
Kubik 1 0,00 0,00 0,00 tn
Kuartik 1 0,00 0,00 0,00 tn
Galat 20 88,55 4,43
Total 16 164,0194
KK 13,83%
Lampiran 6. Data rataan tinggi bibit 8 MSPT
perlakuan ulangan total rataan
1 2 3 4 5
G0 24,9 18,5 21,3 17,9 20,4 103 20,6
G1 23,1 15 20,85 25 13,95 97,9 19,58
G2 23,05 18,45 22,85 22,5 22,85 109,7 21,94
G3 25,05 22,7 19 21,2 19,6 107,55 21,51
G4 23,35 28,4 22,25 23,95 23,25 121,2 24,24
Total 119,45 103,05 106,25 110,55 100,05 539,35
rataan 23,89 20,61 21,25 22,11 20,01 21,574
Lampiran 7. Sidik ragam data rataan tinggi bibit 8 MSPT
SK db JK KT Fh F.05 Ket
Blok 4 45,66 11,41 1,59 2,87 tn
Perlakuan 4 60,85 15,21 2,12 2,87 tn
Linier 1 0,00 0,00 0,00 2,67 tn
Kuadratik 1 0,00 0,00 0,00 tn
Kubik 1 0,00 0,00 0,00 tn
Kuartik 1 0,00 0,00 0,00 tn
Galat 20 143,61 7,18
Total 16 250,1206
KK 12,42%
Lampiran 8. Data rataan tinggi bibit 10 MSPT
perlakuan ulangan total rataan
1 2 3 4 5
G0 26,6 20,95 26,05 23,55 23,65 120,8 24,16
G1 24,9 22,4 25,95 28,4 21,3 122,95 24,59
G2 29,9 20,1 29,9 28,95 27,4 136,25 27,25
G3 31,05 29,05 25,15 26,85 25,35 137,45 27,49
G4 30,65 35,6 28,3 32,5 30,1 157,15 31,43
Total 143,1 128,1 135,35 140,25 127,8 674,6
rataan 28,62 25,62 27,07 28,05 25,56 26,984
Lampiran 9. Sidik ragam data rataan tinggi bibit 10 MSPT
SK db JK KT Fh F.05 Ket
Blok 4 38,54 9,64 1,39 2,87 tn
Perlakuan 4 169,00 42,25 6,11 2,87 *
Linier 1 152,08 152,08 21,98 2,67 *
Kuadratik 1 7,56 7,56 1,09 tn
Kubik 1 1,08 1,08 0,16 tn
Kuartik 1 8,29 8,29 1,20 tn
Galat 20 138,36 6,92
Total 16 345,9036
KK 9,75%
Lampiran 10. Data rataan tinggi bibit 12 MSPT
perlakuan ulangan total rataan
1 2 3 4 5
G0 27,2 22,5 28,35 26,7 26,45 131,2 26,24
G1 25,3 30,15 28,3 30 25,85 139,6 27,92
G2 37,25 21,35 35,8 32,8 32,55 159,75 31,95
G3 37,5 34,5 34,7 31,75 28,9 167,35 33,47
G4 35,2 38,9 32,4 37,2 35,1 178,8 35,76
Total 162,45 147,4 159,55 158,45 148,85 776,7
rataan 32,49 29,48 31,91 31,69 29,77 31,068
Lampiran 11. Sidik ragam data rataan tinggi bibit 12 MSPT
SK db JK KT Fh F.05 Ket
Blok 4 36,62 9,16 0,81 2,87 tn
Perlakuan 4 308,91 77,23 6,82 2,87 *
Linier 1 302,33 302,33 26,69 2,67 *
Kuadratik 1 0,59 0,59 0,05 tn
Kubik 1 1,25 1,25 0,11 tn
kuartik 1 4,73 4,73 0,42 tn
Galat 20 226,57 11,33
Total 16 572,1044
KK 10,83%
Lampiran 12. Data rataan tinggi bibit 14 MSPT
perlakuan Ulangan total rataan
1 2 3 4 5
G0 27,35 22,45 29,3 28,3 27,8 135,2 27,04
G1 26,7 33,35 28,7 30,35 26,85 145,95 29,19 G2 41,05 30,15 36,6 33,65 34,4 175,85 35,17 G3 39,85 38,25 39,25 33,65 29,85 180,85 36,17
G4 39,45 39,3 33 38,65 35,95 186,35 37,27
Total 174,4 163,5 166,85 164,6 154,85 824,2
rataan 34,88 32,7 33,37 32,92 30,97 32,968
Lampiran 13. Sidik ragam data rataan tinggi bibit 14 MSPT
SK db JK KT Fh F.05 Ket
Blok 4 39,42 9,85 1,04 2,87 tn
Perlakuan 4 415,12 103,78 11,00 2,87 *
linier 1 376,48 376,48 39,90 2,67 *
kuadratik 1 17,90 17,90 1,90 tn
kubik 1 6,96 6,96 0,74 tn
kuartik 1 13,78 13,78 1,46 tn
Galat 20 188,71 9,44
Total 16 643,2444
KK 9,32%
Lampiran 14. Data rataan jumlah daun 6 MSPT
perlakuan Ulangan total rataan
1 2 3 4 5
G0 1,0 0,5 0,0 0,0 0,5 2,0 0,4
G1 1,0 0,0 0,5 1,0 0,0 2,5 0,5
G2 0,5 1,0 0,5 1,0 1,0 4,0 0,8
G3 1,0 0,5 0,5 1,0 0,5 3,5 0,7
G4 0,5 1,0 1,0 0,5 0,5 3,5 0,7
Total 4,0 3,0 2,5 3,5 2,5 15,5
rataan 0,8 0,6 0,5 0,7 0,5 0,62
Lampiran 15. Sidik ragam data rataan jumlah daun 6 MSPT
SK db JK KT Fh F.05 ket
blok 4 0,34 0,09 0,75 2,87 tn
perlakuan 4 0,54 0,14 1,19 2,87 tn
galat 20 2,26 0,11
total 16 3,14
KK 54,22%
perlakuan Ulangan total rataan
1 2 3 4 5
G0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 5,0 1,0
G1 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 5,0 1,0
G2 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 5,0 1,0
G3 1,0 1,0 0,5 1,0 1,0 4,5 0,9
G4 0,5 1,0 1,0 1,0 1,0 4,5 0,9
total 4,5 5,0 4,5 5,0 5,0 24,0
rataan 0,9 1 0,9 1,0 1,0 0,96
Lampiran 17. Sidik ragam data rataan jumlah daun 8 MSPT
SK Db JK KT Fh F.05 Ket
Blok 4 0,06 0,02 0,88 2,87 tn
perlakuan 4 0,06 0,02 0,88 2,87 tn
galat 20 0,34 0,02
Total 16 0,46
Lampiran 18. Data rataan jumlah daun 10 MSPT
perlakuan ulangan total Rataan
1 2 3 4 5
G0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 5,0 1,0
G1 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 5,0 1,0
G2 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 5,0 1,0
G3 1,0 1,0 1,5 1,0 1,0 5,5 1,1
G4 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 5,0 1,0
Total 5,0 5,0 5,5 5,0 5,0 25,5
rataan 1,0 1,0 1,1 1,0 1,0 1,02
KK 13,58%
SK db JK KT Fh F.05 Ket
Blok 4 0,04 0,01 1,25 2,87 tn
perlakuan 4 0,04 0,01 1,25 2,87 tn
Galat 20 0,16 0,01
Total 16 0,24
Lampiran 20. Data rataan jumlah daun 12 MSPT
perlakuan ulangan total rataan
1 2 3 4 5
G0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 5,0 1,0
G1 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 5,0 1,0
G2 1,0 1,5 1,0 1,0 1,0 5,5 1,1
G3 1,0 1,0 1,5 1,0 1,0 5,5 1,1
G4 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 5,0 1,0
Total 5,0 5,5 5,5 5,0 5,0 26,0
rataan 1,0 1,1 1,1 1,0 1,0 1,04
Lampiran 21. Sidik ragam data rataan jumlah daun 12 MSPT
SK Db JK KT Fh F.05 ket
Blok 4 0,06 0,02 0,88 2,87 tn
perlakuan 4 0,06 0,02 0,88 2,87 tn
Galat 20 0,34 0,02
Total 16 0,46
Lampiran 22. Data rataan jumlah daun 14 MSPT
perlakuan ulangan total Rataan
1 2 3 4 5
G0 2,09 1,5 1,0 1,0 1,5 7,0 1,4
G1 2,0 1,0 1,5 2,0 1,0 7,5 1,5
G2 1,0 2,0 1,0 1,0 1,5 6,5 1,3
G3 1,0 1,0 1,5 1,0 1,0 5,5 1,1
G4 1,5 1,0 1,0 1,0 1,5 6,0 1,2
total 7,5 6,5 6,0 6,0 6,5 32,5
rataan 1,5 1,3 1,2 1,2 1,3 1,3
Lampiran 23. Sidik ragam data rataan jumlah daun 14 MSPT
KK 8,77%
KK 12,54%
SK Db JK KT Fh F.05 Ket
Blok 4 0,3 0,07 0,56 2,87 tn
perlakuan 4 0,5 0,13 0,93 2,87 tn
Linier 1 0 0,00 0,00 tn
kuadratik 1 0 0,00 0,00 tn
Kubik 1 0 0,00 0,00 tn
kuartik 1 0 0,00 0,00 tn
Galat 20 2,7 0,14
Total 16 3,5
KK 28.26%
La