• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan hasil sidik ragam pada Lampiran 3-54 diketahui bahwa metabolisme berbeda nyata terhadap peubah amatan sukrosa pengamatan bulan ke-6. Pemberian NAA (Naphtalene-3-acetic-acid) berbeda nyata terhadap peubah amatan fosfat anorganik pengamatan bulan ke-5. Pemberian nutrisi tidak berbeda nyata terhadap seluruh peubah amatan. Interaksi metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi tidak berbeda nyata terhadap seluruh peubah amatan.

Sukrosa (mM)

Hasil pengamatan sukrosa beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 3-10. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa metabolisme berbeda nyata terhadap sukrosa pengamatan bulan ke-6, sedangkan pemberian NAA dan nutrisi tidak berbeda nyata. Interaksi metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi juga tidak berbeda nyata.

Tabel 1. Rataan pengamatan sukrosa (mM) pada bulan ke-5 dan bulan ke-6 dengan perlakuan metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi.

Perlakuan bulan pengamatan

5 6

Kelompok aktivitas produksi lateks

M1 = Metabolisme tinggi 3,87 2,95 b M2 = Metabolisme rendah 4,09 4,35 a NAA N0 = 0 ppm 4,01 4,05 N1 = 10 ppm 3,72 3,65 N2 = 20 ppm 4,37 3,4 N3 = 30 ppm 3,83 3,5 Nutrisi

V0 = Tidak diberi nutrisi 3,84 3,5

V1 = Diberi nutrisi 4,12 3,8

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji BNT pada taraf α = 5%.

Dari tabel 1 pengamatan sukrosa bulan ke-6 dapat dilihat bahwa rataan metabolisme tertinggi terdapat pada metabolisme rendah (M2) (4,35 mM) yang berbeda nyata dengan metabolisme tinggi (M1) (2,95 mM).

Fosfat anorganik (mM)

Hasil pengamatan fosfat anorganik beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 11-18. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa pemberian NAA berbeda nyata terhadap fosfat anorganik pengamatan bulan ke-5 namun tidak berbeda nyata pada pengamatan bulan ke-6, sedangkan metabolisme dan pemberian nutrisi tidak berbeda nyata. Interaksi metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi juga tidak berbeda nyata.

Tabel 2. Rataan pengamatan fosfat anorganik (mM) pada bulan 5 dan bulan ke-6 dengan perlakuan metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi.

Perlakuan bulan pengamatan

5 6

Kelompok aktivitas produksi lateks

M1 = Metabolisme tinggi 4,6 4,19 M2 = Metabolisme rendah 3,95 4,03 NAA N0 = 0 ppm 4,07 b 4,13 N1 = 10 ppm 5,08 a 4,59 N2 = 20 ppm 4,08 b 3,72 N3 = 30 ppm 3,87 b 4,01 Nutrisi

V0 = Tidak diberi nutrisi 4,49 4,23

V1 = Diberi nutrisi 4,06 3,99

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata pada uji BNT pada taraf α = 5%.

Dari tabel 2 pengamatan fosfat anorganik bulan ke-5 dapat dilihat bahwa rataan pemberian NAA tertinggi terdapat pada taraf N1 (10 ppm) (5,08 mM) yang berbeda nyata dengan taraf N0 (0 ppm) (4,07 mM), N2 (20 ppm) (4,08 mM), dan N3 (30 ppm) (3,87 mM).

Thiol (R-SH) (mM)

Hasil pengamatan thiol beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 19-26. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi tidak berbeda nyata terhadap thiol. Interaksi metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi juga tidak berbeda nyata.

Tabel 3. Rataan pengamatan thiol (mM) pada bulan ke-5 dan bulan ke-6 dengan perlakuan metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi.

Perlakuan bulan pengamatan

5 6

Kelompok aktivitas produksi lateks

M1 = Metabolisme tinggi 1,29 1,23 M2 = Metabolisme rendah 1,3 1,37 NAA N0 = 0 ppm 1,3 1,32 N1 = 10 ppm 1,34 1,35 N2 = 20 ppm 1,29 1,2 N3 = 30 ppm 1,27 1,32 Nutrisi

V0 = Tidak diberi nutrisi 1,28 1,29

V1 = Diberi nutrisi 1,32 1,31

Kadar Hara K (%)

Hasil pengamatan Kadar hara K beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 27-30. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi tidak berbeda nyata terhadap kadar hara K. Interaksi metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi juga tidak berbeda nyata.

Tabel 4. Rataan pengamatan Kadar Hara K (%) pada bulan ke-5 dan bulan ke-6 dengan perlakuan metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi.

Perlakuan bulan pengamatan

5 6

Kelompok aktivitas produksi lateks

M1 = Metabolisme tinggi 1,5 1,42 M2 = Metabolisme rendah 1,40 1,41 NAA N0 = 0 ppm 1,42 1,41 N1 = 10 ppm 1,48 1,4 N2 = 20 ppm 1,41 1,46 N3 = 30 ppm 1,51 1,41 Nutrisi

V0 = Tidak diberi nutrisi 1,43 1,43

V1 = Diberi nutrisi 1,47 1,40

Kadar Hara Ca (%)

Hasil pengamatan Kadar hara Ca beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 31-34. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi tidak berbeda nyata terhadap kadar hara Ca. Interaksi metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi juga tidak berbeda nyata.

Tabel 5. Rataan pengamatan Kadar Hara Ca (%) pada bulan ke-5 dan bulan ke-6 dengan perlakuan metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi.

Perlakuan bulan pengamatan

5 6

Kelompok aktivitas produksi lateks

M1 = Metabolisme tinggi 6,04 4,69 M2 = Metabolisme rendah 5,65 5,09 NAA N0 = 0 ppm 5,79 5,03 N1 = 10 ppm 5,98 4,79 N2 = 20 ppm 5,83 4,84 N3 = 30 ppm 5,78 4,9 Nutrisi

V0 = Tidak diberi nutrisi 5,79 5,02

Kadar Hara B (%)

Hasil pengamatan Kadar hara B beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 35-38. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi tidak berbeda nyata terhadap kadar hara B. Interaksi metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi juga tidak berbeda nyata.

Tabel 6. Rataan pengamatan Kadar Hara B (%) pada bulan ke-5 dan bulan ke-6 dengan perlakuan metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi.

Perlakuan bulan pengamatan

5 6

Kelompok aktivitas produksi lateks

M1 = Metabolisme tinggi 0,25 0,44 M2 = Metabolisme rendah 0.24 0,25 NAA N0 = 0 ppm 0,22 0,39 N1 = 10 ppm 0,25 0,35 N2 = 20 ppm 0,23 0,31 N3 = 30 ppm 0,26 0,34 Nutrisi

V0 = Tidak diberi nutrisi 0,24 0,36

V1 = Diberi nutrisi 0,23 0,33

Produktivitas Lateks (g/p/s)

Hasil pengamatan produktivitas lateks beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 39-46. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi tidak berbeda nyata terhadap produktivitas lateks. Interaksi metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi juga tidak berbeda nyata.

Tabel 7. Rataan pengamatan produktivitas lateks (g/p/s) pada bulan ke-5 dan bulan ke-6 dengan perlakuan metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi.

Perlakuan bulan pengamatan

5 6

Kelompok aktivitas produksi lateks

M1 = Metabolisme tinggi 5,14 5,27 M2 = Metabolisme rendah 5,2 5,17 NAA N0 = 0 ppm 4,02 4,44 N1 = 10 ppm 5,54 5,48 N2 = 20 ppm 5,61 5,37 N3 = 30 ppm 5,52 5,59 Nutrisi

V0 = Tidak diberi nutrisi 4,91 4,99

V1 = Diberi nutrisi 5,44 5,45

Persentase Kejadian Kering Alur Sadap (KAS) (%)

Hasil pengamatan persentase kejadian KAS beserta analisis sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 47-54. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi tidak berbeda nyata terhadap persentase KAS. Interaksi metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi juga tidak berbeda nyata.

Tabel 8. Rataan pengamatan persentase KAS (%) pada bulan ke-5 dan bulan ke-6 dengan perlakuan metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi.

Perlakuan bulan pengamatan

5 6

Kelompok aktivitas produksi lateks

M1 = Metabolisme tinggi 5,46 5,05 M2 = Metabolisme rendah 5,95 4,41 NAA N0 = 0 ppm 6,28 5,65 N1 = 10 ppm 5,76 4,70 N2 = 20 ppm 5,29 4,38 N3 = 30 ppm 5,49 4,18 Nutrisi

V0 = Tidak diberi nutrisi 5,92 5,11

Pembahasan

Berdasarkan pengamatan selama penelitian dijalankan sebelum aplikasi perlakuan NAA dan nutrisi seluruh tanaman sampel yang digunakan adalah tanaman karet yang mengalami Kering Alur Sadap (KAS) total (tidak menghasilkan lateks sama sekali) sehingga tidak bisa dilakukan pengamatan terhadap peubah amatan sukrosa, fosfat anorganik, thiol, kadar hara K, kadar hara Ca, kadar hara B, produktivitas lateks, dan persentase KAS. Pada bulan ke-5 setelah pemberian NAA, nutrisi (selama 4 bulan), dan tanpa perlakuan (diistirahatkan selama 4 bulan) seluruh tanaman sampel sudah dapat memproduksi lateks sehingga penyadapan dengan sistem bebas (penyadapan 1x dalam sebulan) sudah dapat dilakukan untuk pengamatan terhadap seluruh peubah amatan. Pada bulan ke-6 seluruh tanaman sampel juga sudah dapat memproduksi lateks setelah pengaplikasian NAA, nutrisi (selama 4 bulan), dan tanpa perlakuan (diistirahatkan selama 5 bulan). Di bulan ke-6 seluruh tanaman sampel disadap dengan sistem sadap bebas (penyadapan 7x dalam seminggu) sistem penyadapan ini merupakan kebijakan dari pihak pemilik lahan penelitian guna mengejar target produksi walaupun pada masa pemulihan ini seluruh tanaman sampel belum bisa menerapkan sistem penyadapan tersebut. Hal ini mempengaruhi kadar normal dari seluruh peubah amatan pada pengamatan bulan ke-6 jika dibandingkan dengan pengamatan bulan ke-5.

Produksi lateks dari seluruh tanaman sampel yang mengalami Kering Alur Sadap (KAS) total (tidak menghasilkan lateks sama sekali) selama 6 bulan masa pemulihan sudah dapat memproduksi lateks, namun produktivitas lateks pada seluruh tanaman sampel belum bisa dikategorikan produktivitas lateks tanaman

normal. Hal ini dikarenakan pemulihan tanaman karet yang mengalami KAS hingga tanaman kembali normal metabolisme, fisiologis, dan produktivitas lateks seperti halnya tanaman produksi normal membutuhkan waktu 1 tahun pengamatan. Sesuai pernyataan Tistama et al. (2006) menyatakan bahwa pemulihan tanaman karet yang mengalami KAS memerlukan waktu pemulihan selama 1 tahun sehingga tanaman tersebut dapat diambil produksinya sesuai dengan sistem penyadapan kebun produksi.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui analisis sidik ragam diketahui bahwa metabolisme berbeda nyata terhadap peubah amatan sukrosa pada bulan ke-6 dimana rataan tertinggi terdapat pada metabolisme rendah (M2) (4,35 mM) yang berbeda nyata dengan metabolisme tinggi (M1) (2,95 mM). Dapat disimpulkan bahwa tanaman karet dengan metabolisme rendah memiliki tingkat pemulihan terhadap KAS lebih baik dibandingkan tanaman karet dengan metabolisme tinggi dikarenakan tanaman karet metabolisme rendah memiliki respon fisiologis yang lebih lamban sehingga memiliki tingkat stress fisiologis yang lebih rendah dibandingkan tanaman karet metabolisme tinggi. Hal ini mempengaruhi kadar sukrosa pada tanaman, dimana tanaman karet metabolisme rendah yang mengalami KAS akan mengalami biosintesis sukrosa dengan baik pada saat pemulihan dibandingkan dengan tanaman karet metabolisme tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siswanto (1998) bahwa kelelahan fisiologis pada tanaman metabolisme tinggi lebih cepat dibandingkan metabolisme rendah.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui analisis sidik ragam diketahui bahwa pemberian NAA berbeda nyata terhadap fosfat anorganik pengamatan bulan ke-5 dimana rataan pemberian NAA tertinggi terdapat pada

taraf N1 (10 ppm) (5,08 mM) yang berbeda nyata dengan taraf N0 (0 ppm) (4,07 mM), N2 (20 ppm) (4,08 mM), dan N3 (30 ppm) (3,87 mM). Dapat disimpulkan bahwa pemberian NAA sebanyak 10 ppm adalah dosis optimum yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas pembelahan sel pada jaringan pembuluh lateks sehingga dapat memperbaiki jalur biosintesis lateks yang dibutuhkan oleh fosfat anorganik sebagai penyuplai energi/ATP. Hal ini sesuai dengan pernyataan Krishnakumar et al.(2001) yang menyatakan pada tanaman yang terkena KAS terjadi hambatan perubahan mevalonat menjadi isopentenil pirofosfat (IPP). Hambatan tersebut terjadi akibat berkurangnya suplai ATP sebagai sumber energi pada reaksi perubahan mevalonat menjadi IPP. Pada tahapan tersebut merupakan proses reaksi yang membutuhkan banyak energi. Status ATP yang rendah juga diiringi dengan status fosfat anorganik (FA) yang rendah pada lateks tanaman terserang KAS. Status kandungan FA memang cenderung menurun jika tanaman dieksploitasi dengan sistem sadap yang lebih intensif. Dengan demikian ketersediaan sukrosa bukanlah sebagai faktor utama terjadinya KAS. KAS lebih dikarenakan oleh adanya gangguan reaksi pada biosintesis lateks dan pada proses setelah terbentuknya partikel karet. Hambatan tersebut selain kurangnya ketersediaan ATP, juga karena adanya kerusakan struktur protein penyusun enzim atau membran organel sel.

Tetapi ditemukan bahwa pemberian NAA tidak berbeda nyata pada pengamatan bulan ke-6 terhadap fosfat anorganik. Hal ini terjadi karena di kebun penelitian pada bulan ke-6 dilakukan sistem sadap bebas (7x penyadapan dalam seminggu) guna mengejar target produksi. Dengan demikian tanaman karet yang sedang pemulihan dari KAS kembali mengalami stress fisiologis yang berdampak

pada kandungan fosfat anorganik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siswanto (1998) yang menyatakan Kering Alur Sadap (KAS) umumnya dipahami sebagai akibat adanya gangguan keseimbangan fisiologis pada jaringan kulit dan latisifer pada khususnya dan jaringan batang pada umumnya. Gangguan ini dipicu oleh sistem eksploitasi yang berlebihan baik intensitas sadapan maupun frekuensi aplikasi stimulan yang melebihi toleransi fisiologis jaringan tanaman karet.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui analisis sidik ragam diketahui bahwa metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi tidak berbeda nyata terhadap thiol. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pada tanaman karet yang berada dalam keadaan pemulihan metabolismenya belum berjalan dengan normal sehingga lintasan biosintesis untuk thiol yang berfungsi sebagai antioksidan belum terpengaruh oleh faktor perlakuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cretin dan Bangatz (1983) yang menyatakan thiol memiliki peranan penting dalam mengatur stabilitas lutoid yang berhubungan dengan aliran lateks. Fungsinya menangkap berbagai macam bentuk dari racun oksigen yang merupakan ampas dari setiap metabolisme sel. Formasi pembentukan racun oksigen cukup sedikit saat metabolisme normal tetapi dapat meningkat saat sel terpapar oleh berbagai macam stress.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi tidak berbeda nyata terhadapunsur hara makro dan mikro seperti pada peubah amatan kalium (K), kalsium (Ca), dan boron (B). Metabolisme pada tanaman karet yang dalam masa pemulihan dari serangan KAS belum berlangsung secara normal sehingga berefek pada kandungan nutrisi yang terdapat pada lateks. Demikian halnya pada pemberian NAA yang tidak

berpengaruh pada masa pemulihan terhadap unsur hara. Sedangkan untuk nutrisi yang diaplikasikan langsung pada kulit tanaman karet diduga tidak memberi efek yang nyata pada pemulihan tanaman karet dari KAS karena unsur hara tersebut tidak dapat ditransfer pada bagian tanaman yang membutuhkan secara spesifik. Hal ini dikarenakan pemberian nutrisi tidak terjangkau pada jaringan xilem yang merupakan jaringan pengangkut unsur hara namun pemberian nutrisi hanya terjangkau pada jaringan floem yang merupakan jaringan pengangkut hasil asimilat.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui analisis sidik ragam diketahui bahwa metabolisme, pemberian NAA, dan nutrisi tidak berbeda nyata terhadap produktivitas lateks. Kesimpulan yang diambil bahwa produktivitas lateks banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan, sehingga faktor perlakuan pada penelitian ini tidak signifikan berpengaruh terhadap pemulihan tanaman karet dari KAS. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sreelatha (2003) yang menyatakan bahwa produksi dipengaruhi oleh faktor iklim. Terdapat dua efek dari hujan terhadap produktivitas lateks. Kelembapan tanah meningkat dan keadaan air pada pohon bertambah, berujung pada peningkatan produksi.

Dokumen terkait