• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap awal dari penelitian ini adalah plotting areal penelitian. Kegiatan ini memilih dan menandai tanaman yang dijadikan tanaman sampel dengan metabolisme tinggi dan metabolisme rendah. Tanaman sampel ditandai dengan jelas, dengan menggunakan cat minyak dan pemberian tali plastik pada setiap sampel tanaman. Sampel tanaman merupakan tanaman yang mengalami kejadian Kering Alur Sadap keseluruhan (KAS total).

Pengukuran Lilit Batang dan Panjang Panel

Pengukuran dilakukan setelah plotting areal penelitian. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui keseragaman dari setiap tanaman sampel yang ditandai.

Pembuatan Larutan NAA dan Nutrisi

Dibuat larutan NAA dan nutrisi sesuai dengan kombinasi perlakuan. Ditambahkan gliserin sebanyak 30 ml dan larutan NAA dengan perlakuan (0 ppm, 10 ppm, 20 ppm, dan 30 ppm) kedalam larutan nutrisi MS perliternya.

Pengerokan Bidang Sadap

Setelah didapatkan sampel tanaman yang mengalami kejadian KAS total maka sebelum pemberian perlakuan terlebih dahulu bidang sadap yang akan diberi perlakuan dikerok (bark scrapping) dengan pisau kerok untuk menghilangkan kulit luarnya kurang lebih 1-2 mm.

Perlakuan Pemberian Larutan

Larutan NAA dan nutrisi yang sesuai dengan kombinasi perlakuandiberikan dengan takaran berbeda-beda pada setiap tanamannya sesuai

dengan kebutuhan tanaman masing-masing berdasarkan panjang panel ataupun bidang sadap. Agar memperoleh perlakuan yang sama pada setiap tanamannya diberikan larutan sesuai dengan kombinasi perlakuan sebanyak 0,6 ml/cm. Perlakuan diberikan dengan caradioleskan dengan kuas pada bidang sadap tanaman yang sudah dikerok. Interval pemberian perlakuan adalah seminggu sekali sampai bulan ke-4.

Peubah Amatan Sukrosa (mM)

Pengamatan kadar sukrosa menggunakan metode anthrone (Dische, 1962). Pengamatan dilakukan pada sampel lateks yang diambil 1 ml langsung dari lapangan kemudian direndam pada larutan trikloro-asetat (TCA 2,5%) (2,5 g TCA dilarutkan dalam 100 ml akuades) sebanyak 9 ml pada botol ukur. Lateks yang menggumpal akibat perendaman diaduk berulang-ulang hingga serum pada lateks tercampur dengan larutan TCA kemudian dipipet campuran larutanTCA dengan serum lateks sebanyak 150 µL dengan menggunakan mikropipet setelah itudicampurkan dengan larutan TCA 2,5% sebanyak 350 µL pada tabung reaksi kemudian dicampurkan kembali pada pereaksi anthrone (larutan dari 0,1 g anthrone + larutan asam sulfat pekat (H2SO4 70%) sebanyak 100 ml) sebanyak 3 ml dan divortex kemudian dipanaskan dengan merendamkannya pada air mendidih selama 15 menit sehingga menyebabkan dehidrasi sukrosa dimana akan memberikan turunan furfural yang bereaksi dengan terjadinya perubahan warna larutan menjadi warna biru yang selanjutnya diamati absorbannya pada λ 627 nm (nanometer) dengan spektrofotometer Beckman DU 650. Pengamatan dilakukan pada saat bulan ke-5 dan bulan ke-6 setelah aplikasi.

Fosfat anorganik (mM)

Pengamatan kadar fosfat anorganik berdasarkan prinsip pengikatan oleh amonium molibdad (Taussky and Shorr, 1953). Pengamatan dilakukan pada sampel lateks yang diambil 1 ml langsung dari lapangan kemudian direndam pada larutan trikloro-asetat (TCA 2,5%) (2,5 g TCA dilarutkan dalam 100 ml akuades) sebanyak 9 ml pada botol ukur. Lateks yang menggumpal akibat perendaman diaduk berulang-ulang hingga serum pada lateks tercampur dengan larutan TCA kemudian dipipet campuran larutan TCA dengan serum lateks sebanyak 0,3 ml dengan menggunakan mikropipet setelah itu dicampurkan dengan larutan TCA 2,5% sebanyak 1,2 ml pada tabung reaksi kemudian dicampurkan kembali dengan pereaksi campuran (larutan dari FeSO4 5 g + 50 ml aquades + larutan stock molibdat (H2SO4 70% 27,8 ml + amonium heptamolibdat 10 g + aquades 70 ml) 10 ml dan diterakan dengan menggunakan aquades hingga 100 ml) sebanyak 1 ml dan divortex kemudian didiamkan pada suhu kamar (25ºC) selama 10 menit sehingga tereduksi dalam reaksi asam yang menyebabkan perubahan warna pada larutan tersebut menjadi warna biru yang kemudian diamati absorbannya pada λ 627 nm (nanometer) dengan spektrofotometer Beckman DU 650. Pengamatan dilakukan pada saat bulan ke-5 dan bulan ke-6 setelah aplikasi.

Thiol (R-SH) (mM)

Pengamatan dilakukan pada sampel lateks yang diambil 1 ml langsung dari lapangan kemudian direndam pada larutan trikloro-asetat (TCA 2,5%) (2,5 g TCA dilarutkan dalam 100 ml akuades) sebanyak 9 ml pada botol ukur. Lateks yang menggumpal akibat perendaman diaduk berulang-ulang hingga serum pada

lateks tercampur dengan larutan TCA kemudian dipipet campuran larutan TCA dengan serum lateks sebanyak 1,5 ml dengan menggunakan mikropipet setelah itu dicampurkan dengan larutan TCA 2,5% sebanyak 1,5 ml pada tabung reaksi kemudian dicampurkandengan pereaksi dithiobis-nitrobenzoat (DTNB) 10 mM (larutan dari DTNB 79,3 g + EDTA 148,8 g + buffer tris 0,5 M (tris 30,3 g dilarutkan dalam 500 ml aquades) 5 ml + aquades 5 ml) sebanyak 75 µL setelah itu dicampurkan kembali dengan buffer tris 0,5 M sebanyak 1,5 ml dan divortex untuk membentuk nitrobenzoat (TNB) yang berwarna kuning yang terabsorbsi pada λ 421 nm (nanometer) dengan spektrofotometer Beckman DU 650 (Bobbiliof, 1923). Pengamatan dilakukan pada saat bulan ke-5 dan bulan ke-6 setelah aplikasi.

Kadar Hara K (%)

Pengamatan kadar hara K pada lateks tanaman karet dilakukan pada saat bulan ke-5 dan bulan ke-6 setelah aplikasidengan mengirimkan sampel lateks ke Laboratorium sentral, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, untuk dianalisis.

Kadar Hara Ca (%)

Pengamatan kadar hara Ca pada lateks tanaman karet dilakukan pada saat bulan ke-5 dan bulan ke-6 setelah aplikasidengan mengirimkan sampel lateks ke Laboratorium sentral, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, untuk dianalisis.

Kadar Hara B (%)

Pengamatan kadar hara B pada lateks tanaman karet dilakukan pada saat bulan ke-5 dan bulan ke-6 setelah aplikasidengan mengirimkan sampel lateks ke

Laboratorium sentral, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, untuk dianalisis.

Produtivitas Lateks (g/p/s)

Pengamatan terhadap produktivitas pada lateks tanaman karet dilakukan pada saat bulan ke-5 dan bulan ke-6 setelah aplikasi.

g/p/s : Produksi (g)

jumlah pohon per perlakuan Persentase Kejadian Kering Alur Sadap (KAS) (%)

Persentase kejadian Kering Alur Sadap (KAS) diukur berdasarkan perbandingan antara total panjang irisan sadap yang mengalami kekeringan (tidak mengeluarkan lateks) terhadap total panjang irisan sadap (3 tanaman) dalam setiap unit percobaan. Pengamatan persentase KAS ini dilakukan pada saat bulan ke-5 dan bulan ke-6 setelah aplikasi.

Dokumen terkait