• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Panjang Tanaman (cm)

Data pengamatan dan sidik ragam panjang tanaman 3-7 minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada Lampiran 1-10. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan dosis phospat tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tanaman, jarak tanam berpengaruh nyata pada 3 dan 4 MST, sedangkan interaksi kedua perlakuan belum berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tanaman 3-7 MST. Rataan panjang tanaman umur 3-7 MST pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Panjang tanaman (cm) bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam umur 3-7 MST

Umur Dosis Phospat Jarak Tanam (cm) Rataan

Tanaman (g P2O5/plot) J1=20x15 J2=20x20 J3=20x25 ………..cm………. P0 = 0 12,71 11,42 11,29 11,81 3 MST P1 = 5,33 12,33 11,83 11,53 11,89 P2 = 10,67 12,54 12,83 12,03 12,47 P3 = 16 12,51 12,62 11,08 12,07 Rataan 12,52a 12,18b 11,48c P0 = 0 19.64 15.21 16.02 16.96 4 MST P1 = 5,33 17.19 15.23 15.99 16.14 P2 = 10,67 17.64 17.19 16.27 17.04 P3 = 16 17.61 17.59 15.17 16.79 Rataan 18.02a 16.31b 15.86b P0 = 0 24.42 24.00 21.30 23.24 5 MST P1 = 5,33 24.26 21.87 22.30 22.81 P2 = 10,67 25.15 23.09 22.53 23.59 P3 = 16 21.96 24.63 21.70 22.76 Rataan 23.95 23.40 21.96 P0 = 0 32.29 31.00 28.60 30.63 6 MST P1 = 5,33 31.36 28.87 29.33 29.86 P2 = 10,67 32.11 29.76 29.73 30.53 P3 = 16 29.06 31.93 28.60 29.86 Rataan 31.21 30.39 29.07 P0 = 0 34.93 33.84 31.51 33.43 7 MST P1 = 5,33 34.42 31.82 32.63 32.96 P2 = 10,67 35.14 32.79 32.82 33.58 P3 = 16 31.84 34.80 31.69 32.78 Rataan 34.08 33.31 32.16

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji BNJ.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian pupuk phospat pada 3 sampai 7 MST berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman, artinya bahwa dengan penambahan dosis pupuk P sampai pada taraf 16 g/plot berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tanaman. Sedangkan pengaruh penambahan jarak tanam pada 3 sampai 7 MST cenderung dapat menurunkan panjang tanaman.

Jumlah Cabang (cabang)

Data pengamatan dan sidik ragam jumlah cabang 5-7 MST dapat dilihat pada Lampiran 11-16. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak tanam belum berpengaruh nyata pada umur 5-7 MST sedangkan perlakuan dosis phospat serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang. Rataan jumlah cabang 5, 6 dan 7 MST pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah cabang bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam umur 5, 6, dan 7 MST

Umur Dosis Phospat Jarak Tanam (cm)

Rataan Tanaman (g P2O5/plot) J1=20x15 J2=20x20 J3=20x25 ………..cabang………. P0 = 0 3,02 2,83 2,67 2,84 P1 = 5,33 2,40 2,49 2,69 2,53 5 MST P2 = 10,67 3,47 2,57 2,85 2,96 P3 = 16 2,60 2,60 1,86 2,35 Rataan 2,87 2,62 2,52 P0 = 0 3,88 3,94 3,66 3,83 P1 = 5,33 3,36 3,37 3,85 3,52 6 MST P2 = 10,67 4,28 3,64 3,85 3,92 P3 = 16 3,30 3,36 3,32 3,32 Rataan 3,71 3,58 3,67 P0 = 0 4,81 5,31 5,11 5,08 7 MST P1 = 5,33 4,81 4,75 5,20 4,92 P2 = 10,67 5,55 5,47 5,28 5,43 P3 = 16 4,49 4,69 4,58 4,59 Rataan 4,91 5,05 5,04

Dari tabel 2. dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian pupuk phospat dan penambahan jarak tanam pada 5 sampai 7 MST berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah cabang, artinya bahwa dengan penambahan dosis pupuk P sampai pada taraf 16 g/plot dan dengan memperlebar jarak tanam sampai dengan ukuran 20 x 25 berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah cabang tanaman.

Bobot Umbi per Sampel (g)

Data pengamatan dan sidik ragam bobot umbi per sampel dapat dilihat pada Lampiran 17 dan 18. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata sedangkan dosis phospat serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot umbi per sampel.

Rataan bobot umbi per sampel pada beberapa dosis Phospat dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Bobot umbi per sampel (g) bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam Dosis Phospat (g P2O5/plot) Jarak Tanam J1=20x15 J2=20x20 J3=20x25 Rataan ……….g………... P0 = 0 441,33 404,67 532,00 459,33 P1 = 5,33 360,67 428,33 435,00 408,00 P2 = 10,67 508,33 439,33 507,67 485,11 P3 = 16 259,00 486,33 464,00 403,11 Rataan 392,33 439,67 484,67

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian phospat berpengaruh tidak nyata terhadap bobot umbi per sampel artinya bahwa dengan penambahan dosis pupuk P sampai pada taraf 16 g/plot berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot umbi persampel. Perlakuan jarak tanam cenderung meningkatkan bobot umbi per sampel artinya dengan menambah jarak tanam cenderung dapat meningkatkan bobot umbi per sampel.

Bobot Umbi per Plot (g)

Data pengamatan dan sidik ragam bobot umbi per plot dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 20. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak tanam, dosis phospat serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap parameter bobot umbi per plot.

Rataan bobot umbi per plot pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Bobot umbi per plot (g) bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam Dosis Phospat (g P2O5 /plot) Jarak Tanam (cm) J1=20x15 J2=20x20 J3=20x25 Rataan ………g………. P0 = 0 7733,33 7190,00 9106,67 8010,00 P1 = 5,33 5808,33 7766,67 7970,00 7181,67 P2 = 10,67 6930,00 7663,33 7541,67 7378,33 P3 = 16 7320,00 8473,33 7360,00 7717,78 Rataan 6947,92 7773,33 7994,58

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian pupuk phospat berpengaruh tidak nyata terhadap bobot umbi perplot, berarti bahwa dengan menambah dosis pupuk phospat berengaruh tidak nyata pada parameter bobot umbi perplot. Sedangkan pengaruh penambahan jarak tanam cenderung meningkatkan bobot umbi per plot artinya bahwa dengan menambah jarak tanam cenderung dapat meningkatkan bobot umbi per plot.

Lingkar Umbi (cm)

Data pengamatan dan sidik ragam lingkar umbi dapat dilihat pada Lampiran 21 dan 22. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak tanam, dosis phospat serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter lingkar umbi.

Rataan lingkar umbi pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Lingkar umbi (cm) bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam Dosis Phospat (g P2O5/plot) Jarak Tanam (cm) J1=20x15 J2=20x20 J3=20x25 Rataan ………cm……… P0 = 0 32,56 32,79 31,32 32,22 P1 = 5,33 26,50 30,41 32,68 29,86 P2 = 10,67 34,05 33,27 33,42 33,58 P3 = 16 26,65 30,97 31,69 29,77 Rataan 29,94 31,86 32,28

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian pupuk phospat terhadap parameter lingkar umbi berpengaruhh tidak nyata terhadap lingkar umbi, berarti bahwa dengan menambah dosis pupuk phospat berpengaruh tidak nyata terhadap ukuran lingkar umbi. Sedangkan penambahan jarak tanaman cenderung dapat meningkatkan lingkar umbi.

Volume Akar (cm3)

Data pengamatan dan sidik ragam volume akar dapat dilihat pada Lampiran 23 dan 24. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak tanam, dosis phospat serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter volume akar.

Rataan volume akar pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Volume akar (cm3) bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam Dosis Phospat (g P2O5/plot) Jarak Tanam (cm) J1=20x15 J2=20x20 J3=20x25 Rataan ………. cm3……….………… P0 = 0 11,17 9,50 13,50 11,39 P1 = 5,33 7,92 9,17 11,92 9,67 P2 = 10,67 12,92 10,42 15,92 13,08 P3 = 16 8,67 15,08 12,58 12,11 Rataan 10,17 11,04 13,48

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian pupuk phospat berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar, berarti bahwa dengan menambah dosis pupuk phospat berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar. Sedangkan pengaruh penambahan jarak tanam cenderung meningkatkan volume akar artinya artinya dengan memperlebar jarak tanam cenderung dapat meningkatkan volume akar.

Indeks Panen

Data pengamatan dan sidik ragam indeks panen dapat dilihat pada Lampiran 25 dan 26. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak tanam, dosis phospat serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap parameter indeks panen. Rataan indeks panen pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Indeks panen bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam Dosis Phospat (g P2O5/plot) Jarak Tanam (cm) J1=20x15 J2=20x20 J3=20x25 Rataan P0 = 0 9,52 5,94 8,15 7,87 P1 = 5,33 7,37 9,54 9,57 8,83 P2 = 10,67 12,07 7,10 9,44 9,54 P3 = 16 6,01 7,97 8,23 7,40 Rataan 8,74 7,63 8,85

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa pemberian phospat dan penambahan jarak tanam berpengaruh tidak nyata, artinya bahwa dengan penambahan dosis pupuk P

sampai pada taraf 16 g/plot dan dengan memperlebar jarak tanam sampai dengan ukuran 20 x 25 cm berpengaruh tidak nyata terhadap parameter indeks panen. Pembahasan

Pengaruh Pemberian Pupuk Phosphat Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bengkuang (Pachirryzhus erosus (L.) Urban.)

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk phospat berpengaruh tidak nyata pada parameter panjang tanaman 3, 4, 5, 6 dan 7 MST, jumlah cabang 5, 6 , dan 7 MST, bobot umbi persampel, bobot umbi perplot, lingkar umbi persampel, indeks panen dan volume akar. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi pupuk phospat berpengaruh tidak nyata pada seluruh parameter yang diamati. Hal ini sesuai dengan Novizan (2002) yang menyatakan bahwa pemupukan phospat dapat merangsang pertumbuhan awal bibit tanaman. Phospat merangsang pertumbuhan bunga, buah, dan biji. Bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih bernas.

Penyebab lain yang mempengaruhi phosfat berpengaruh tidak nyata diduga karena curah hujan yang tinggi, hal ini berdasarkan data BMKG pada bulan Mei yaitu sebesar 512.9, curah hujan demikian termasuk tinggi yang menyebabkan pupuk phospat menjadi tercuci atau tererosi. Hal ini sesuai dengan Hasibuan (2009) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemupukan diantaranya adalah faktor iklim (keadaan musim penghujan dan kemarau) karena bila dilakukan pemupukan pada saat musim penghujan, pupuk yang diberikan itu sebagian akan hilang tercuci atau tererosi sebelum dapat digunakan oleh tanaman.

Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bengkuang (Pachirryzhus erosus (L.) Urban.)

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tanaman 5, 6 dan 7 MST, jumlah cabang 5, 6 , dan 7 MST, bobot umbi persampel, bobot umbi perplot, lingkar umbi persampel, indeks panen dan volume akar. Hal ini diduga karena unsur hara yang terdapat pada tanah masih rendah khususnya pada kandungan N-total, C-Organik dan kandungan K sehingga belum dapat mencukupi kebutuhan tanaman. Hal ini berdasarkan analisis tanah di laboratorium bahwa kandungan N-total, C-organik, dan kandungan K pada tanah masing-masing sebesar 0.18; 1.69, dan 0,235 berdasarkan Damanik, dkk (2010) kandungan demikian termasuk rendah. Kandungan N yang rendah pada tanah akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan sel pada tanaman, sedangkan bila tanaman kekurangan unsur K maka akan menghambat pembentukan pati dan translokasi hasil-hasil fotosintesis. Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman maka unsur hara yang terdapat pada tanaman harus dalam cukup dan tidak berlebihan. Hal ini sesuai dengan Agustina (1990) yang menyatakan bahwa Penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih hasil maksimum dengan hasil aktual. Hasil maskimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosis, maka hasilnya justru menurun.

Perlakuan jarak tanam cenderung meningkatkan bobot umbi persampel, bobot umbi perplot dan lingkar umbi. Hal ini berarti bahwa dengan jarak tanaman yang semakin lebar akan mengurangi kompetisi tanaman. Hal ini sesuai dengan Mayadewi (2007) yang menyatakan bahwa salah satu upaya yang dapat dilakukan

untuk mengatasi kompetisi tanaman adalah dengan pengaturan jarak tanam. Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat dan laju evaporasi juga dapat ditekan. Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum.

Interaksi Antara Pemberian Pupuk Phospat Dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bengkuang (Pachirryzhus erosus (L.) Urban.)

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi perlakuan pupuk phoshat dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tanaman 3, 4, 6 dan 7 MST, jumlah cabang 5, 6 , dan 7 MST, bobot umbi persampel, bobot umbi perplot, lingkar umbi persampel, indeks panen dan volume akar. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi pupuk phospat dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata pada seluruh parameter yang diamati.

Tidak adanya interaksi antara pupuk phospat dan jarak tanam diduga karena pupuk phospat tidak diserap oleh tanaman, pupuk phospat tersebut tercuci sehingga walaupun jarak tanaman ditambah tetap berpengaruh tidak nyata, mungkin juga karena pupuk yang diberikan tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal karena penyerapan hara oleh tanaman dipengaruhi oleh waktu pemberian, dosis, bentuk pupuk dan tingkat kesuburan tanah. Selain itu lingkungan mempengaruhi penyerapan pupuk seperti curah hujan yang tinggi menyebabkan unsur hara phospat di dalam tanah mudah tercuci oleh air hujan dan menguap sebelum terserap oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan Damanik, dkk,

(2010) yang menyatakan bahwa kehilangan phosfat akibat tercuci hal ini tergantung pada faktor tanah seperti tekstur tanah, kapasitas tukar kation, pH tanah dan jenis tanah.

Dokumen terkait