PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PHOSPAT DAN JARAK
TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN BENGKUANG (Pachyrhizus erosus (L.) Urban.)
SKRIPSI
OLEH :
DWI WAHYU PRABOWO 080301092/ BDP - AGRONOMI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK PHOSPAT DAN JARAK
TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
TANAMAN BENGKUANG (Pachyrhizus erosus (L.) Urban.)
SKRIPSI
OLEH :
DWI WAHYU PRABOWO 080301092/ BDP - AGRONOMI
Skripsi merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Pupuk P dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Bengkuang (Pachyrrizus erosus (L.) Urban) Nama : Dwi Wahyu Prabowo
NIM : 080301092
Program Studi : Agroekoteknologi
Minat : Agronomi
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa H. M.Sc.) NIP. 1945 0815 1986 01 1002
(Ir. Jonathan Ginting, MS) NIP. 1959 0201 1986 01 1001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agroekoteknologi
ABSTRAK
DWI WAHYU PRABOWO : Pengaruh Pemberian Pupuk Phospat dan
Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urban.).Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. T. CHAIRUN NISSA B., M.Sc. dan Ir. JONATHAN GINTING, MS.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat dan dosis pupuk phospat yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi bengkuang. Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Jl. Setia Budi, Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut pada bulan April sampai Agustus 2012 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu pupuk phospat (0g, 5,3g, 10,67g, 16 g/plot) dan jarak tanam (20x15 cm, 20x20 cm, dan 20x25 cm). Parameter yang diamati adalah panjang tanaman, jumlah cabang, bobot umbi per sampel, bobot umbi per plot, lingkar umbi, volume akar, dan indeks panen. Perlakuan pupuk phoshat dan interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tanaman 5, 6 dan 7 MST, jumlah cabang 5, 6 , dan 7 MST, bobot umbi per sampel, bobot umbi per plot, lingkar umbi, volume akar, dan indeks panen. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata pada panjang tanaman saat 3 dan 4 MST.Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
Kata kunci : Bengkuang, pupuk phospat, jarak tanam
ABSTRACT
DWI WAHYU PRABOWO : The Study of Yam Bean (Pachyrrizus erosus (L.) Urban) Growth and Production Responses on
Dosages of Potassium fertilizer and Plant Spacing. Supervised by Prof. Dr. Ir. CHAIRUN NISSA B., M.Sc. and Ir. JONATHAN GINTING, M.S.
This research was aimed to get appropriate dosage of potassium fertilizer and plant spacing for growth and production of yam bean, it was conducted in Jl. Setia Budi, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan at an altitude ± 25 meters above sea level since April until August 2012 using a randomized block design with two factors, they were potassium fertilizer dosage (0g, 5,3g, 10,67g, and 16 g/plot) and plant spacing (20x15 cm, 20x20 cm, and 20x25 cm). The parameters measured were plant height, total of branches, weight of tuber per sample, weight of tuber per plot, rings of tuber, volume of roots and harvest index.. The results showed that potassium fertilizer dosage showed non significant on plant height 5,6, and 7 MST, total of branches 5,6,and 7 MST, weight tuber per sample, weight tuber per plot, rings of tuber, volume of roots, and harvest index. Plant spacing showed significantly effects on plant height 3 and 4 MST. Interaction of both treatments showed non significant effect on all parameters.
Key words : yam bean, potassium fertilizer, plant spacing
RIWAYAT HIDUP
Dwi Wahyu Prabowo dilahirkan di Medan, pada tanggal 31 Agustus 1990
dari pasangan Bapak Paino N.S dan Ibu Mulyani S.H. Penulis merupakan anak
kedua dari dua bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain : tahun
1996-2002 menempuh pendidikan dasar di SD Negeri No. 4 Kota Palembang; tahun
2002-2005 menempuh pendidikan di SMP Negeri 7 Kota Jambi; tahun 2005-2008
menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Kota Jambi dan tahun 2008 lulus seleksi
masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi (SNMPTN) dan memilih program studi Agronomi, Fakultas
Pertanian.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PTP. Nusantara III
kebun Dusun Hulu Kabupaten Batu Bara pada bulan Juli sampai Agustus 2011.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh
Pemberian Pupuk Phospat dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urban.). yang
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nissa B. M.Sc. dan Bapak Ir. Jonathan Ginting, M.S
selaku dosen komisi pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan
memberikan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua, kakak-adik dan
seluruh keluarga penulis atas kasih sayang, dukungan, dan bimbingannya serta
kepada teman-teman MILITAN’08 atas semangat, dukungan dan bantuan selama
perkuliahan, penelitian serta penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan hasil bengkuang dan ilmu
pengetahuan.
Medan, Maret 2013
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4
Syarat Tumbuh ... 5
Iklim ... 5
Tanah ... 6
Phospat ... 6
Jarak Tanam ... 8
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 12
Metode Penelitian ... 12
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 16
Panen ... 17
Pengamatan Parameter ... 17
DAFTAR TABEL
Hal. 1. Panjang tanaman (cm) bengkuang pada beberapa dosis pupuk
Phospat dan jarak tanam pada umur 3, 4, 5, 6 dan 7 MST... 19
2. Jumlah cabang (cabang) bengkuang pada beberapa dosis
kalium dan jarak tanam pada umur 5, 6 dan 7 MST ... 20
3. Bobot umbi per sampel (g) bengkuang pada beberapa dosis pupuk
kalium dan jarak tanam ... 21
4. Bobot umbi per plot (g) bengkuang pada beberapa dosis pupuk
kalium dan jarak tanam ... 22
5. Lingkar umbi (cm) bengkuang pada beberapa dosis pupuk kalium
dan jarak tanam ... 23
6. Volume akar bengkuang pada beberapa dosis pupuk kalium dan
jarak tanam ... 24
7. Indeks panen bengkuang pada beberapa dosis pupuk kalium dan
jarak tanam ... 24
DAFTAR LAMPIRAN
Data Pengamatan Panjang Tanaman 3 MST (cm)………
Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 3 MST (cm)……….
Data Pengamatan Panjang Tanaman 4 MST (cm)………
Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 4 MST (cm)……….
Data Pengamatan Panjang Tanaman 5 MST (cm)………
Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 5 MST (cm)……….
Data Pengamatan Panjang Tanaman 6 MST (cm)………
Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 6 MST (cm)……….
Data Pengamatan Panjang Tanaman 7 MST (cm)………
Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 7 MST (cm)……….
Data Pengamatan Jumlah Cabang 5 MST (cabang)………...
Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang 5 MST (cabang)………
Data Pengamatan Jumlah Cabang 6 MST (cabang)………...
Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang 6 MST (cabang)………
Data Pengamatan Jumlah Cabang 7 MST (cabang)………...
Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang 7 MST (cabang)………
Data Pengamatan Bobot Umbi per Sampel (g)……….
Daftar Sidik Ragam Bobot Umbi per Sampel (g)………..…
Data Pengamatan Bobot Umbi per Plot(g)………..
Daftar Sidik Ragam Bobot Umbi per Plot (g)………..……..
23
Data Pengamatan Volume Akar (cm3)………
Daftar Sidik Ragam Volume Akar (cm3)………..…………..
ABSTRAK
DWI WAHYU PRABOWO : Pengaruh Pemberian Pupuk Phospat dan
Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.) Urban.).Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. T. CHAIRUN NISSA B., M.Sc. dan Ir. JONATHAN GINTING, MS.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat dan dosis pupuk phospat yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi bengkuang. Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Jl. Setia Budi, Kelurahan Simpang Selayang Kecamatan Medan Tuntungan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut pada bulan April sampai Agustus 2012 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu pupuk phospat (0g, 5,3g, 10,67g, 16 g/plot) dan jarak tanam (20x15 cm, 20x20 cm, dan 20x25 cm). Parameter yang diamati adalah panjang tanaman, jumlah cabang, bobot umbi per sampel, bobot umbi per plot, lingkar umbi, volume akar, dan indeks panen. Perlakuan pupuk phoshat dan interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tanaman 5, 6 dan 7 MST, jumlah cabang 5, 6 , dan 7 MST, bobot umbi per sampel, bobot umbi per plot, lingkar umbi, volume akar, dan indeks panen. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata pada panjang tanaman saat 3 dan 4 MST.Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter.
Kata kunci : Bengkuang, pupuk phospat, jarak tanam
ABSTRACT
DWI WAHYU PRABOWO : The Study of Yam Bean (Pachyrrizus erosus (L.) Urban) Growth and Production Responses on
Dosages of Potassium fertilizer and Plant Spacing. Supervised by Prof. Dr. Ir. CHAIRUN NISSA B., M.Sc. and Ir. JONATHAN GINTING, M.S.
This research was aimed to get appropriate dosage of potassium fertilizer and plant spacing for growth and production of yam bean, it was conducted in Jl. Setia Budi, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan at an altitude ± 25 meters above sea level since April until August 2012 using a randomized block design with two factors, they were potassium fertilizer dosage (0g, 5,3g, 10,67g, and 16 g/plot) and plant spacing (20x15 cm, 20x20 cm, and 20x25 cm). The parameters measured were plant height, total of branches, weight of tuber per sample, weight of tuber per plot, rings of tuber, volume of roots and harvest index.. The results showed that potassium fertilizer dosage showed non significant on plant height 5,6, and 7 MST, total of branches 5,6,and 7 MST, weight tuber per sample, weight tuber per plot, rings of tuber, volume of roots, and harvest index. Plant spacing showed significantly effects on plant height 3 and 4 MST. Interaction of both treatments showed non significant effect on all parameters.
Key words : yam bean, potassium fertilizer, plant spacing
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bengkuang (Pachyrhizus erosus (L) Urban) merupakan spesies tanaman
berasal dari Amerika tropis yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai tanaman
pangan sumber karbohidat sekaligus protein nabati (NRC, 1979; van Hoof and
Sørensen, 1989; Sørensen, 1996). Spesies P. erosus dibudidayakan secara luas di
Mexico, Afrika, Asia dan Pasifik (Sørensen, 1988; Sørensen, 1996; Estrella et al.,
1998). Bengkuang P. erosus diduga diintroduksi ke Filipina pada abad ke-16 dari
Mexico oleh bangsa Spanyol, kemudian menyebar ke seluruh kawasan Asia
Tenggara (Sørensen, 1996; Grüneberg et al., 1999). Sedangkan spesies bengkuang
budidaya lainnya yaitu P. Ahipa dan P. tuberosus dibudidayakan terutama di
pegunungan Andes dan lembah Amazon di Amerika Selatan (Sørensen, 1996;
Sørensen et al., 1997). Ketiga spesies bengkuang budidaya tersebut adalah
tanaman menyerbuk sendiri dengan tingkat penyerbukan silang sebesar 1 % – 3 %
(Karuniawan, 2004).
Salah satu daerah sentra produksi bengkuang di Indonesia adalah kota
Padang. Tetapi tidak seluruh kecamatan di Padang memiliki lahan bertanam
bengkuang. Dari 11 kecamatan, budidaya bengkuang hanya ditemukan di empat
kecamatan : Kecamatan Koto Tangah, Nanggalo, Kuranji, dan Pauh. Tahun 2005
areal tanam mencapai 130 hektar dengan rata – rata produksi 192 kuintal per
hektar (total produksi 2.765 ton). Tahun 2006, areal seluas 128 hektar dan
produksi rata-rata 192 kuintal per hektar (total 2.208 ton)
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di desa Namu Ukur,
Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat, petani kurang berminat untuk
menanam tanaman bengkuang ini karena hasil produksi yang rendah, dan jarang
dilakukan penyuluhan tentang tanaman ini. Petani di daerah ini belum dapat
menemukan jarak penanaman yang tepat, dalam mendapatkan benih, petani
mendapatkan benih dari tanaman sebelumnya, hal lain yang membuat petani
bengkuang kurang berminat dalam menanam tanaman ini yaitu disebabkan oleh
harga jual yang rendah, sementara modal produksi saat ini semakin tinggi
sehinggakan keuntungan yang didapatkan kecil sekali bahkan untuk
mengembalikan modal produksi saja cukup sulit.
Tujuan pengaturan jarak tanam pada dasarnya adalah memberikan
kemungkinan tanaman untuk tumbuh baik tanpa mengalami persaingan dalam hal
pengambilan air, unsur hara dan cahaya matahari, serta memudahkan
pemeliharaan tanaman. Penggunaan jarak tanam yang kurang tepat dapat
merangsang pertumbuhan gulma sehingga dapat menurunkan hasil
(Rahayu dan Berlian, 1999)
Dengan jarak tanam yang lebih sempit akan meningkatkan kerapatan
populasi tanaman yang diharapkan mampu meningkatkan produksi per satuan
luas lahan. Kerapatan tanam harus diatur dengan jarak tanam sehingga tidak
terjadi persaingan antar tanaman, mudah memeliharanya dan mengurangi biaya.
Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama
karena koefisien penggunaan cahaya. Tanaman memberikan respon dengan
mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian-bagian
Sebagai salah satu unsur hara makro utama bagi tanaman, permasalahan
utama phospat adalah ketersediaannya yang rendah bagi tanaman karena adanya
fiksasi oleh lansir penyerap p di dalam tanah seperti Al3+, Fe2+ dan Mn2+.
Pemupukan yang dilakukan setiap musim tanam menyebabkan timbunan P yang
semakin banyak sebagai residu P tanah (Damanik dkk, 2010).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian
tentang pengaruh pemberian pupuk phospat dan jarak tanam terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman bengkuang.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat dan
dosis pupuk phospat yang optimal bagi pertumbuhan dan produksi bengkuang
(Pachyrrhizus erosus (L.) Urban.).
Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan tanggap pertumbuhan dan produksi bengkuang
(Pachyrrhizus erosus (L.) Urban.) akibat pengaturan jarak tanam dan dosis pupuk
phospat serta interaksi kedua faktor tersebut.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan, dan sebagai bahan informasi bagi petani
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Van Steenis (2005), klasifikasi tanaman bengkuang adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Pachyrrhizus
Spesies : Pachyrrhizus erosus (L.) Urban.
Bengkuang merupakan tanaman yang memiliki sistem perakaran
tunggang, dimana panjang akar dapat mencapai 2 m. Akar bengkuang memiliki
kemampuan untuk bersimbiosis dengan Rhizobium yang dapat menambat
nitrogen dari udara. Akar bengkuang berkembang menjadi umbi yang berbentuk
bulat atau membulat seperti gasing dengan berat dapat mencapai 5 kg. Kulit
umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih
dengan rasa yang manis (Heyne, 1987).
Batang tanaman bengkuang menjalar dan membelit dengan
rambut-rambut halus yang mengarah ke bawah. Tinggi batang dapat mencapai 4-5 m.
Pada praktek budidayanya, batang bengkuang dipangkas untuk mendapatkan umbi
yang besar, pemangkasan dapat dilakukan hingga 5 kali hingga panen
Daun merupakan daun trifoliate, dengan bentuk tulang daun menyirip.
Panjang tangkai daun berkisar antara 3 sampai 18 cm. Anak daun berbentuk ovate
atau kadang-kadang bulat telur melebar dengan ujung runcing berukuran 3 – 18
cm x 4-20 cm (Tindall, 1983).
Bunga yang berwarna putih atau ungu berkembang dalam tandan tegak,
menghasilkan polong dengan panjang 7 -14 cm dan lebar 1 – 2 cm. Polong muda
dapat dimakan sebagai sayurran rebus, namun polong tua, daun dan bijinya
beracun (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Buah bengkuang termasuk buah polong, yang berbentuk pipih, dengan
panjang 8-13 cm, memiliki rambut halus pada permukaan polongnya. Polong
berisi 4-7 butir biji yang dipisahkan oleh sekat. Biji bengkuang berbentuk persegi
membundar, biji pipih dan berwarna hijau kecoklatan atau coklat tua kemerahan
(Heyne, 1987).
Biji berbentuk agak pipih, kebanyakan bundar, dengan lebar 5 – 10 cm dan
berbeda dengan spesies Pachirhizus lain, biji ini tidak pernah berbentuk ginjal.
Biasanya diperlukan sekitar 10 bulan untuk menghasilkan biji matang. Kultivar
dengan biji berwarna cokelat kehijauan lebih disukai karena lebih produktif
ketimbang tanaman berbiji hijau atau cokelat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian 0-1750 m dpl. Dewasa ini
bengkuang banyak ditanam pada ketinggian 500-900 m dpl. Curah hujan
bervariasi antara 250-500 mm dan tidak lebih dari 1500 mm per bulan. Suhu
siang hari yang lebih panjang, pertumbuhan umbi dapat dilihat setelah 4-6 minggu
tetapi pengaruhnya terbatas pada pembentukan umbi. Pada pembungaan, inisiasi
pertama ketika panjang hari 12,5 jam (Sorensen, 1998).
Suhu 25oC-30oC dan iklim lembab dibutuhkan untuk pertumbuhan awal
vegetatif tapi temperatur malam yang dingin sekitar 18oC-20oC sepanjang hari
cerah diperlukan untuk pembesaran dan perkembangan umbi. Bengkuang
membutuhkan lama penyinaran yang panjang (14-15 jam) untuk pertumbuhan
vegetatif baik, sedangkan hari lebih pendek yang diperlukan untuk pembentukan
umbi yang lebih baik (Palaniswami and Peter, 2008).
Beberapa tempat yang curah hujan sedang dan ketinggian 0 sampai 1000
meter umumnya dianggap menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan
bengkuang (Tindall, 1983)
Tanah
Bengkuang bisa tumbuh pada jenis tanah mulai dari tanah liat sampai
lempung berpasir, drainase baik, berpasir, tanah aluvial lebih disukai untuk
pertumbuhan bengkuang, terutama pada lahan irigasi (Sorensen, 1996).
Tanaman bengkuang dapat tumbuh di dataran rendah dengan kondisi tanah
yang baik, yaitu tanah tersebut merupakan tanah yang gembur dan banyak
mengandung humus (Liptan, 1996).
Toleran terhadap tanah dan kondisi iklim dengan kisaran yang cukup
lebar. Berpasir, tanah berdrainase baik umumnya disukai karena genangan air
berakibat buruk pada pertumbuhan (Tindall, 1983).
Bengkuang memerlukan tanah yang subur, berdrainase baik, dan tanah
berlempung dengan drainase yang bagus dan kandungan humus yang memenuhi
(Palaniswami and Peter, 2008).
Phospat
Sumber fosfat yang berada di dalam tanah sebagai fosfat mineral yaitu
batu kapur fosfat,sisa tanaman dan bahan organik lainnya,pupuk buatan.
Perubahan fosfor organik menjadi anorganik dilakukan oleh mikroorganisme.
Penyerapan fosfor selain dapat dilakukan oleh mikroorganisme dapat juga
dilakukan oleh liat dan silikat. Ketersedian fosfor bagi tanaman dipengaruhi oleh
beberapa faktor, utamanya pH karena derajat keasaman menentukan jenis ikatan
fosfor dengan unsur laim. Misalnya pada pH rendah fosfor mudah berikatan
dengan besi sehingga membentuk besi fosfat yang sukar larut sehingga tidak
tersedia bagi tanaman (Isnaini,1992). Selanjutnya Hasibuan (2009) menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemupukan diantaranya adalah faktor
iklim (keadaan musim penghujan dan kemarau). Lebih lanjut
Damanik, dkk (2010) menjelaskan bahwa bila dilakukan pemupukan pada saat
musim penghujan, pupuk yang diberikan itu sebagian akan hilang tercuci atau
tererosi sebelum dapat digunakan oleh tanaman. Sebaliknya, bila pemupukan pada
musim kemarau berarti air sedikit di dalam tanah, pupuk yang diberikan tidak
dapat larut dan tidak dapat diserap oleh tanaman.
Unsur hara yang akan diserap ditentukan oleh semua faktor yang
mempengaruhi ketersediaannya di permukaan akar sehingga pertumbuhan dan
perkembangan serta hasil tanaman optimal. Penambahan hasil tanaman sebagai
respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih hasil maksimum
terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosis, maka hasilnya justru menurun
(Agustina, 1990).
Superfosfat Triple (TSP) dibuat melalui pengasaman batuan fosfat dengan
H3PO4 dengan peralatan dan proses yang sama dengan pupuk superfosfat biasa.
Pupuk ini mempunyai rumusan kimia yang sama dengan pupuk superfosfat
rangkap Ca (H2PO4)2, pupuk padat yang berbentuk butiran kasar, berwarna
abu-abu dan termasuk pupuk yang mudah larut di dalam air. Kandungan hara pupuk
ini sekitar 46 – 48% P2O5, tidak bersifat higroskopis dan reaksinya di dalam
tanah netral (Damanik, dkk, 2010).
Di dalam tubuh tanaman fosfor memberikan peranan yang penting dalam
beberapa kegiatan antara lain pembelahan sel, pembentukan lemak dan albumin,
pembentukan buah, bunga dan biji, kematangan tanaman, melawan efek nitrogen,
merangsang perkembangan akar, meningkatkan hasil kualitas tanaman dan
ketahanan terhadap hama dan penyakit (Damanik, dkk, 2010).
Pemupukan phospat dapat merangsang pertumbuhan awal bibit tanaman.
Phospat merangsang pertumbuhan bunga, buah, dan biji. Bahkan mampu
mempercepat pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih bernas
(Novizan, 2002).
Gejala pertama tanaman yang kekurangan P adalah tanaman menjadi
kerdil. Bentuk daun tidak normal dan apabila defisiensio akut maka ada bagian –
bagian daun, buah, dan batang yang mati. Defisiensi P juga dapat menyebabkan
penundaan kemasakan juga pengisisan biji berkurang. Menurut Palaniswami dan
Peter (2008) dosis pupuk N (80 kg/ha), P (40 kg/ha) dan K (80 kg/ha)
menyatakan bahwa kehilangan phosfat akibat tercuci hal ini tergantung pada
faktor tanah seperti tekstur tanah, kapasitas tukar kation, pH tanah dan jenis tanah.
Jarak Tanam
Jarak tanam adalah jarak antar tanaman dalam satu barisan tanaman
maupun antar barisan tanaman. Keuntungan menggunakan jarak tanam rapat yaitu
sebagai benih yang tidak tumbuh atau tanaman muda yang mati dapat
terkompensasi,sehingga tanaman tidak terlalu jarang, permukaan tanah dapat
segera tertutup sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan, jumlah tanaman yang
tinggi diharapkan dapat memberikan hasil yang tinggi pula (Lingga, 2004).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kompetisi
tanaman adalah dengan pengaturan jarak tanam. Jarak tanam yang rapat akan
meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk menghambat
pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi
terhambat dan laju evaporasi juga dapat ditekan. Namun pada jarak tanam yang
terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif
kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu
dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum
(Mayadewi, 2007).
Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman,
terutama karena penggunaan koefisien penggunaan cahaya. Pada umumnya
produksi tiap satuan luas tinggi tercapai dengan populasi tinggi, karena
tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan. Pada
akhirnya, penampilan masing-masing tanaman secara individu menurun karena
respon dengan mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada
bagian-bagian tertentu (Harjadi, 1994).
Jumlah populasi tanaman per hektar merupakan faktor penting untuk
mendapatkan hasil maksimal. Produksi maksimal dicapai bila menggunakan jarak
tanam yang sesuai. Semakin tinggi tingkat kerapatan suatu pertanaman
mengakibatkan semakin tinggi tingkat persaingan antar tanaman dalam hal
mendapatkan unsur hara dan cahaya. Jika peningkatan populasi masih di bawah
peningkatan kompetisi maka peningkatan produksi akan tercapai pada populasi
yang lebih padat (Liu, 2004).
Pengaturan populasi tanaman pada hakekatnya adalah pengaturan jarak
tanam yang berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan hara, air dan cahaya
matahari, sehingga apabila tidak diatur dengan baik akan mempengaruhi hasil
tanaman. Jarak tanam rapat mengakibatkan terjadinya kompetisi intra spesies dan
antar spesies. Kompetisi yang terjadi utamanya adalah kompetisi dalam
memperoleh cahaya, unsur hara dan air. Tanaman yang diusahakan pada musim
kering dengan jarak tanam rapat akan berakibat pada pemanjangan ruas, oleh
karena jumlah cahaya yang dapat mengenai tubuh tanaman berkurang. Akibat
lebih jauh terjadi peningkatan aktifitas auksin sehingga sel-sel tumbuh memanjang
(Syam, 1992).
Adanya interaksi di antara tanaman yang berdekatan merupakan fungsi
dari jarak tanam dan besarnya tanaman bersangkutan. Disamping populasi
tanaman, pengaturan jarak tanaman menjadi penting dalam mengoptimumkan
penggunaan faktor lingkungan. Terdapat beberapa sistem pengaturan jarak tanam
bentuk empat persegi atau bujur sangkar, bentuk barisan dengan jarak dalam baris
teratur atau tidak dan arah barisan yakni Utara-Selatan atau Timur-Barat
(Jumin, 2002).
Tanaman ini ditanam dalam barisan dan sering ditanam dalam gundukan.
Jarak tanam yang biasa digunakan sekitar 15-30 cm dalam barisan, dan 100 cm
antarbarisan, kerapatan rendah biasa digunakan dalam penanaman pada gundukan
atau ketika ditanam tumpang sari (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Biasanya 2-3 biji pada bedengan ditanam pada jarak 30 cm dengan
kedalaman 2 cm. tepat waktu ditabur: 30 x 30 cm dan akhir ditaburkan 30 x 15 cm
atau 15 x 15 cm. jarak dekat memberikan hasil maksimal tetapi umbi kecil, yang
bebas dari retak. Tingkat benih bervariasi 20-60 Kg / ha tergantung pada waktu
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Jl. Setia Budi Simpang
Selayang, Medan dengan ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut, mulai
bulan Maret 2012 sampai bulan Juli 2012.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih bengkuang
yang diperoleh dari petani bengkuang sebagai objek pengamatan, pupuk phospat
(SP36) sebagai perlakuan, pupuk urea, dan pupuk kcl sebagai pupuk dasar,
fungisida dan insektisida untuk mencegah dan mengendalikan organisme
pengganggu tanaman, air untuk menyiram tanaman.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cangkul untuk membuka
areal lahan dan membersihkan lahan dari gulma serta sampah, gembor untuk
menyiram tanaman, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman,
timbangan untuk menimbang produksi tanaman, pacak sampel untuk tanda dari
tanaman yang merupakan sampel, gunting untuk memotong bunga, handsprayer
untuk menyemprotkan fungisida dan insektisida ke tanaman, gelas ukur untuk
mengukur volume akar, kalkulator untuk menghitung data serta alat tulis untuk
mencatat data pada saat dilapangan.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
2 faktor perlakuan yaitu :
Faktor I : Pupuk phospat yang terdiri atas 4 taraf, yaitu :
P1 = 5.33 g/plot (20 kg/ha)
P2 = 10.6 g/plot (40 kg/ha)
P3 = 16.0 g/plot (60 kg/ha)
Faktor II : Jarak Tanam terdiri dari 3 taraf, yaitu :
J1 = 20 cm x 15 cm
J2 = 20 cm x 20 cm
J3 = 20 cm x 25 cm
Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 12 kombinasi, yaitu :
P0J1 P1J1 P2J1 P3J1
P0J2 P1J2 P2J2 P3J2
P0J3 P1J3 P2J3 P3J3
Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan
Jumlah plot : 36 plot
Ukuran plot : 80 cm x 120 cm
Jarak antar plot : 50 cm
Jarak antar blok : 75 cm
jumlah sampel/plot : 5 tanaman
jumlah sampel seluruhnya : 180 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 684 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan
model linear aditif sebagai berikut :
Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
i = 1,2,3 j = 1,2,3,4 k = 1,2,3
Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan pemberian pupuk
phospat (P) taraf ke-j dan pengaruh jarak tanam (J) pada taraf ke-k
µ : Nilai tengah
ρi : Efek dari blok ke-i
αj : Efek perlakuan pemberian pupuk phospat pada taraf ke-j
βk : Efek jarak tanam pada taraf ke-k
(αβ)jk : Interaksi antara pemberian pupuk phospat taraf ke-j dan jarak tanam taraf
ke-k
εijk : Galat dari blok ke-i, pemberian pupuk phospat ke-j dan jarak tanam ke-k
Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan
dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf 5 %
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Areal lahan yang digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan
dari gulma dan sampah, lalu dibuat plot percobaan berukuran 80 cm x 120 cm,
jarak antar plot 50 cm dan jarak antar blok 75 cm, yang memanjang dari arah
utara - selatan.
Penanaman
Sebelum penanaman dilakukan terlebih dahulu dibuat lubang tanam
dengan jarak tanam sesuai perlakuan. Benih ditanam pada kedalaman ± 2 cm dari
permukaan tanah sebanyak 2 benih per lubang tanam.
Pemupukan Dasar
Pemupukan dasar dilakukan dengan pemberian pupuk Urea 5.76 g/plot
(80 kg/ha) dan KCL 5.76 g/plot (80 kg/ha) pada saat tanam.
Aplikasi Pupuk Phospat
Aplikasi pupuk phospat diberikan sesuai perlakuan yaitu 0 g/plot,
5,3 g/plot, 10,67 g/plot, dan 16 g/plot. Aplikasi dilakukan satu kali yaitu dua hari
sebelum tanam. Pemupukan dilakukan di dalam plot.
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari dan apabila hujan tidak disiram.
Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor dan diusahakan agar
Penyulaman
Penyulaman dilakukan 1 MST dengan mengganti tanaman yang mati atau
tidak normal dengan tanaman stok (transplanting).
Penjarangan
Penjarangan tanaman dilakukan saat tanaman berumur 3 MST.
Penjarangan dilakukan dengan memotong tanaman yang tidak normal sehingga
hanya tinggal satu tanaman yang paling baik pertumbuhannya.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dan menggunakan cangkul
untuk membersihkan gulma yang terdapat di areal penelitian.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan 2 kali yaitu saat umur 5 MST dan 8 MST
Pembumbunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di dekat pangkal batang
agar pertumbuhan umbi baik.
Pemangkasan
Pemangkasan bunga dilakukan 6 – 8 MST dengan menggunakan gunting.
Pemangkasan di ulangi tiga minggu sekali. Pemangkasan ini dilakukan guna
mencegah pertubuhan polong bengkuang sehingga hasil fotosintesis dapat
dialihkan ke umbi.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang menyerang tanaman bengkuang selama penelitian adalah
kupu-kupu putih dan ulat penggerek batang. Pengendalian terhadap hama-hama
ini dilakukan dengan menyemprotkan insektisida dengan bahan aktif XX dengan
dosis 0,75 cc/l air. Selain itu dilakukan juga pengendalian jamur dengan fungisida
Panen
Kriteria panen dapat dilihat dari warna daun yang mulai berubah menjadi
hijau tua pekat dan tanah disekitar pangkal batang yang retak. Dengan melihat
kriteria panen, panen dilakukan pada 18 MST caranya dengan mencabut batang
tanaman agar umbi bengkuang kepermukaan. Pencabutan harus dilakukan dengan
teliti dan hati-hati tanpa meninggalkan akar di dalam tanah. Bengkuang yang telah
diangkat kepermukaan dikumpulkan dan dibersihkan.
Pengamatan Parameter
Panjang Tanaman (cm)
Panjang tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai ke titik
tumbuh. panjang tanaman dihitung mulai 3, 4, 5, 6, dan 7 MST dengan
menggunakan meteran.
Jumlah Cabang (cabang)
Jumlah cabang dihitung pada saat umur tanam 5, 6, dan 7 MST diambil
dari banyaknya cabang yang keluar dari batang utama.
Bobot Umbi Per Sampel (g)
Pengamatan bobot umbi per sampel dilakukan setelah dipanen dengan cara
ditimbang menggunakan timbangan. Penimbangan dilakukan setelah umbi bersih
dari tanah dan kotoran.
Bobot Umbi per plot (g)
Pengamatan bobot umbi per plot dilakukan setelah dipanen dengan cara
ditimbang menggunakan timbangan. Penimbangan dilakukan setelah umbi bersih
Lingkar Umbi Per Sampel (cm)
Lingkar umbi dihitung pada bagian terbesar umbi setelah panen dengan
menggunakan meteran.
Volume Akar (cm3)
Volume akar dihitung setelah akar dibersihkan dari tanah dan dijemur
hingga kering dengan menggunakan gelas ukur.
Indeks Panen
Nilai indeks panen dihitung dengan membagikan bobot segar jual umbi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Panjang Tanaman (cm)
Data pengamatan dan sidik ragam panjang tanaman 3-7 minggu
setelah tanam (MST) dapat dilihat pada Lampiran 1-10. Berdasarkan sidik ragam
diketahui bahwa perlakuan dosis phospat tidak berpengaruh nyata terhadap
panjang tanaman, jarak tanam berpengaruh nyata pada 3 dan 4 MST, sedangkan
interaksi kedua perlakuan belum berpengaruh nyata terhadap parameter panjang
tanaman 3-7 MST. Rataan panjang tanaman umur 3-7 MST pada beberapa dosis
phospat dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Panjang tanaman (cm) bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam umur 3-7 MST
Umur Dosis Phospat Jarak Tanam (cm) Rataan
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian pupuk phospat pada
3 sampai 7 MST berpengaruh tidak nyata terhadap panjang tanaman, artinya
bahwa dengan penambahan dosis pupuk P sampai pada taraf 16 g/plot
berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tanaman. Sedangkan
pengaruh penambahan jarak tanam pada 3 sampai 7 MST cenderung dapat
menurunkan panjang tanaman.
Jumlah Cabang (cabang)
Data pengamatan dan sidik ragam jumlah cabang 5-7 MST dapat dilihat
pada Lampiran 11-16. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak
tanam belum berpengaruh nyata pada umur 5-7 MST sedangkan perlakuan dosis
phospat serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap parameter
jumlah cabang. Rataan jumlah cabang 5, 6 dan 7 MST pada beberapa dosis
phospat dan jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 2.
Dari tabel 2. dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian pupuk phospat dan
penambahan jarak tanam pada 5 sampai 7 MST berpengaruh tidak nyata terhadap
jumlah cabang, artinya bahwa dengan penambahan dosis pupuk P sampai pada
taraf 16 g/plot dan dengan memperlebar jarak tanam sampai dengan ukuran
20 x 25 berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah cabang tanaman.
Bobot Umbi per Sampel (g)
Data pengamatan dan sidik ragam bobot umbi per sampel dapat dilihat
pada Lampiran 17 dan 18. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
jarak tanam tidak berpengaruh nyata sedangkan dosis phospat serta interaksi
keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap parameter bobot umbi per sampel.
Rataan bobot umbi per sampel pada beberapa dosis Phospat dan jarak
tanam dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Bobot umbi per sampel (g) bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam
Dosis Phospat (g P2O5/plot)
Jarak Tanam
J1=20x15 J2=20x20 J3=20x25 Rataan
……….g………...
pupuk P sampai pada taraf 16 g/plot berpengaruh tidak nyata terhadap parameter
bobot umbi persampel. Perlakuan jarak tanam cenderung meningkatkan bobot
umbi per sampel artinya dengan menambah jarak tanam cenderung dapat
Bobot Umbi per Plot (g)
Data pengamatan dan sidik ragam bobot umbi per plot dapat dilihat pada
Lampiran 19 dan 20. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak
tanam, dosis phospat serta interaksi keduanya belum berpengaruh nyata terhadap
parameter bobot umbi per plot.
Rataan bobot umbi per plot pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam
dapat dilihat pada Tabel 4.
J1=20x15 J2=20x20 J3=20x25 Rataan
………g……….
P0 = 0 7733,33 7190,00 9106,67 8010,00
P1 = 5,33 5808,33 7766,67 7970,00 7181,67
P2 = 10,67 6930,00 7663,33 7541,67 7378,33
P3 = 16 7320,00 8473,33 7360,00 7717,78
Rataan 6947,92 7773,33 7994,58
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian pupuk phospat
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot umbi perplot, berarti bahwa dengan
menambah dosis pupuk phospat berengaruh tidak nyata pada parameter bobot
umbi perplot. Sedangkan pengaruh penambahan jarak tanam cenderung
meningkatkan bobot umbi per plot artinya bahwa dengan menambah jarak tanam
cenderung dapat meningkatkan bobot umbi per plot.
Lingkar Umbi (cm)
Data pengamatan dan sidik ragam lingkar umbi dapat dilihat pada
Lampiran 21 dan 22. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak
tanam, dosis phospat serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap
Rataan lingkar umbi pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Lingkar umbi (cm) bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam
Dosis Phospat (g P2O5/plot)
Jarak Tanam (cm)
J1=20x15 J2=20x20 J3=20x25 Rataan
………cm………
P0 = 0 32,56 32,79 31,32 32,22
P1 = 5,33 26,50 30,41 32,68 29,86
P2 = 10,67 34,05 33,27 33,42 33,58
P3 = 16 26,65 30,97 31,69 29,77
Rataan 29,94 31,86 32,28
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian pupuk phospat
terhadap parameter lingkar umbi berpengaruhh tidak nyata terhadap lingkar umbi,
berarti bahwa dengan menambah dosis pupuk phospat berpengaruh tidak nyata
terhadap ukuran lingkar umbi. Sedangkan penambahan jarak tanaman cenderung
dapat meningkatkan lingkar umbi.
Volume Akar (cm3)
Data pengamatan dan sidik ragam volume akar dapat dilihat pada
Lampiran 23 dan 24. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak
tanam, dosis phospat serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap
parameter volume akar.
Rataan volume akar pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam dapat
Tabel 6. Volume akar (cm3) bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam
Dosis Phospat (g P2O5/plot)
Jarak Tanam (cm)
J1=20x15 J2=20x20 J3=20x25 Rataan
………. cm3……….…………
berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar, berarti bahwa dengan menambah
dosis pupuk phospat berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar. Sedangkan
pengaruh penambahan jarak tanam cenderung meningkatkan volume akar artinya
artinya dengan memperlebar jarak tanam cenderung dapat meningkatkan volume
akar.
Indeks Panen
Data pengamatan dan sidik ragam indeks panen dapat dilihat pada
Lampiran 25 dan 26. Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan jarak
tanam, dosis phospat serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap
parameter indeks panen. Rataan indeks panen pada beberapa dosis phospat dan
jarak tanam dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Indeks panen bengkuang pada beberapa dosis phospat dan jarak tanam Dosis Phospat
(g P2O5/plot)
Jarak Tanam (cm)
J1=20x15 J2=20x20 J3=20x25 Rataan
P0 = 0 9,52 5,94 8,15 7,87
P1 = 5,33 7,37 9,54 9,57 8,83
P2 = 10,67 12,07 7,10 9,44 9,54
P3 = 16 6,01 7,97 8,23 7,40
Rataan 8,74 7,63 8,85
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa pemberian phospat dan penambahan jarak
sampai pada taraf 16 g/plot dan dengan memperlebar jarak tanam sampai dengan
ukuran 20 x 25 cm berpengaruh tidak nyata terhadap parameter indeks panen.
Pembahasan
Pengaruh Pemberian Pupuk Phosphat Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bengkuang (Pachirryzhus erosus (L.) Urban.)
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan
pemberian pupuk phospat berpengaruh tidak nyata pada parameter panjang
tanaman 3, 4, 5, 6 dan 7 MST, jumlah cabang 5, 6 , dan 7 MST, bobot umbi
persampel, bobot umbi perplot, lingkar umbi persampel, indeks panen dan volume
akar. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi pupuk phospat berpengaruh tidak
nyata pada seluruh parameter yang diamati. Hal ini sesuai dengan Novizan (2002)
yang menyatakan bahwa pemupukan phospat dapat merangsang pertumbuhan
awal bibit tanaman. Phospat merangsang pertumbuhan bunga, buah, dan biji.
Bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji menjadi lebih
bernas.
Penyebab lain yang mempengaruhi phosfat berpengaruh tidak nyata
diduga karena curah hujan yang tinggi, hal ini berdasarkan data BMKG pada
bulan Mei yaitu sebesar 512.9, curah hujan demikian termasuk tinggi yang
menyebabkan pupuk phospat menjadi tercuci atau tererosi. Hal ini sesuai dengan
Hasibuan (2009) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pemupukan diantaranya adalah faktor iklim (keadaan musim penghujan dan
kemarau) karena bila dilakukan pemupukan pada saat musim penghujan, pupuk
yang diberikan itu sebagian akan hilang tercuci atau tererosi sebelum dapat
Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bengkuang (Pachirryzhus erosus (L.) Urban.)
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan jarak
tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tanaman 5, 6 dan 7
MST, jumlah cabang 5, 6 , dan 7 MST, bobot umbi persampel, bobot umbi
perplot, lingkar umbi persampel, indeks panen dan volume akar. Hal ini diduga
karena unsur hara yang terdapat pada tanah masih rendah khususnya pada
kandungan N-total, C-Organik dan kandungan K sehingga belum dapat
mencukupi kebutuhan tanaman. Hal ini berdasarkan analisis tanah di laboratorium
bahwa kandungan N-total, C-organik, dan kandungan K pada tanah
masing-masing sebesar 0.18; 1.69, dan 0,235 berdasarkan Damanik, dkk (2010)
kandungan demikian termasuk rendah. Kandungan N yang rendah pada tanah
akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan sel pada tanaman, sedangkan
bila tanaman kekurangan unsur K maka akan menghambat pembentukan pati dan
translokasi hasil-hasil fotosintesis. Oleh sebab itu, untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman maka unsur hara yang terdapat pada
tanaman harus dalam cukup dan tidak berlebihan. Hal ini sesuai dengan
Agustina (1990) yang menyatakan bahwa Penambahan hasil tanaman sebagai
respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih hasil maksimum
dengan hasil aktual. Hasil maskimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak
terlalu tinggi dosisnya karena makin tinggi dosis, maka hasilnya justru menurun.
Perlakuan jarak tanam cenderung meningkatkan bobot umbi persampel,
bobot umbi perplot dan lingkar umbi. Hal ini berarti bahwa dengan jarak tanaman
yang semakin lebar akan mengurangi kompetisi tanaman. Hal ini sesuai dengan
untuk mengatasi kompetisi tanaman adalah dengan pengaturan jarak tanam. Jarak
tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena
tajuk menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan
gulma menjadi terhambat dan laju evaporasi juga dapat ditekan. Namun pada
jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan
hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh
karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang
maksimum.
Interaksi Antara Pemberian Pupuk Phospat Dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bengkuang (Pachirryzhus erosus (L.) Urban.)
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi perlakuan
pupuk phoshat dan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap parameter
panjang tanaman 3, 4, 6 dan 7 MST, jumlah cabang 5, 6 , dan 7 MST, bobot umbi
persampel, bobot umbi perplot, lingkar umbi persampel, indeks panen dan volume
akar. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi pupuk phospat dan jarak tanam
berpengaruh tidak nyata pada seluruh parameter yang diamati.
Tidak adanya interaksi antara pupuk phospat dan jarak tanam diduga
karena pupuk phospat tidak diserap oleh tanaman, pupuk phospat tersebut tercuci
sehingga walaupun jarak tanaman ditambah tetap berpengaruh tidak nyata,
mungkin juga karena pupuk yang diberikan tidak dapat dimanfaatkan oleh
tanaman secara optimal karena penyerapan hara oleh tanaman dipengaruhi oleh
waktu pemberian, dosis, bentuk pupuk dan tingkat kesuburan tanah. Selain itu
lingkungan mempengaruhi penyerapan pupuk seperti curah hujan yang tinggi
menyebabkan unsur hara phospat di dalam tanah mudah tercuci oleh air hujan dan
(2010) yang menyatakan bahwa kehilangan phosfat akibat tercuci hal ini
tergantung pada faktor tanah seperti tekstur tanah, kapasitas tukar kation, pH
tanah dan jenis tanah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perlakuan pupuk phosphat berpengaruh tidak nyata terhadap parameter
panjang tanaman 3, 4, 5, 6 dan 7 MST, jumlah cabang 5, 6 dan 7 MST,
bobot umbi persampel, bobot umbi perplot, lingkar umbi persampel,
indeks panen dan volume akar. Namun terdapat kecenderungan pemberian
pupuk phospat meningkatkan parameter pertumbuhan dan produksi diatas.
Dosis pupuk phospat yang terbaik untuk produksi bobot umbi pertanaman
adalah 10,67 g P2O5/plot (40kg P2O5/Ha)
2. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata pada panjang tanaman saat 3 dan
4 MST. Hal ini menunjukkan bahwa jarak tanam yang lebih lebar nyata
menurunkan panjang tanaman pada 3 dan 4 MST.
3. Perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata pada parameter panjang
tanaman 5, 6, dan 7 MST, jumlah cabang 5, 6, dan 7 MST, bobot umbi
persampel, bobot umbi perplot, lingkar umbi persampel, indeks panen, dan
volume akar. Namun perlakuan jarak tanam cenderung meningkatkan
bobot umbi pertanaman. Jarak tanam terbaik adalah 20x25 dengan rataan
bobot 532,00g/tanaman (963 ton/Ha).
4. Interaksi antara pemberian pupuk phospat dan jarak tanam berpengaruh
tidak nyata terhadap parameter panjang tanaman 3, 4, 5, 6 dan 7 MST,
jumlah cabang 5, 6, dan 7 MST, bobot umbi persampel, bobot umbi
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, untuk memperoleh hasil produksi yang tinggi
disarankan menggunakan jarak tanam 20x25 cm dengan potensi produksi 963
ton/Ha (200.000 populasi/Ha) dan dosis pemupukan 40 kg P2O5/Ha.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. 1990. Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta, Jakarta.
Damanik, M;M;B, Hasibuan, B;E, Fauzi, Sarifuddin, Hanum H, 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan.
Hasibuan, 2009. Pupuk dan Pemupukan. USU Press. Medan.
Harjadi, S. S., 1994. Pengantar Agronomi, Cetakan Kelima. Gramedia, Jakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 2. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta.
http://id.wikipedia.org, 2009. Bengkuang (Pachyrizhus erosus L.). Diakses Tanggal 28 Februari 2012.
http://tusrisep.wordpress.com, 2008. Serba Bengkuang di Kota Bengkuang. Diakses Tanggal 7 Maret 2012.
Isnaini,M. 1992. Pertanian Organik. Kreasi wacana. Jakarta Jumin, H. B. 2002. Agronomi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Karuniawan, A. 2004. Cultivation Status and Genetic Diversity of Yam Bean (Pachyrizus erosus (L) Urban) in Indonesia. Cuvillier Verlaag Gottingen. Germany.
Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Liptan. 1996. Teknik Budidaya Mendapatkan Bengkuang Raksasa. Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan. Surat Kabar Sinar Tani.
Liu, W. , M. Tollenaar, G. Stewart and W. Deen. 2004. Within-Row Plat Spacing Variability Does Not Effect Corn Yield. Agron. J. 96:275-280.
Mayadewi, N. N. A. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Jurusan Budidaya Pertanian. Vol 26 (4) : 153 - 159 (2007). Fakultas Pertanian Unud, Denpasar.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Edisi Revisi. PT Agromesia Pustaka, Jakarta.
Palaniswami, M. S. and K. V. Peter. 2008. Tuber and Root Crops. New Delhi Publishing Agency, India.
Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia, Prinsip, Produksi, dan Gizi Jilid Kedua. Penerbit ITB, Bandung.
Salunkhe,D.K., SS. Kadam, JK. Chavan. 1985. Postharvest Biotechnology of Seed Legumes. CRC Press, inc. Boca Raton, Florida.
Setyati, S. 1983. Pengantar Agronomi. Gramedia, Jakarta. Hal. 168-169.
Sorensen, M. 1996. Yam Bean Pachyrizus DC. Promoting the Conservation and Use of Under Utilised and Neglected Crops. 2. IPGRI. Italy.
Steel, R G. R dan Torrie, J. H., Prinsip dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Syam, R. 1992. Pengaruh Konsentrasi Pupuk Gandasil dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau Varietas Parkit. Fakultas Pertanian Universitas Muhamadiyah Malang. 67 h. (tidakdipublikasikan)
Tindall, H. D., 1983. Vegetables In The Tropics. The Macmillan Press, London.
Lampiran 1. Data Pengamatan Panjang Tanaman 3 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 2. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 3 MST
Lampiran 3. Data Pengamatan Panjang Tanaman 4 MST (cm)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
Lampiran 4. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 4 MST
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 5 MST
SK db JK KT F hit F.05 Ket
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 6 MST
SK db JK KT F hit F.05 Ket
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Panjang Tanaman 7 MST
SK db JK KT F hit F.05 Ket
Perlakuan
Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang Tanaman 5 MST
SK db JK KT F hit F.05 Ket
Perlakuan
Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang Tanaman 6 MST
SK db JK KT F hit F.05 Ket
Perlakuan
Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Jumlah Cabang Tanaman 7 MST
SK db JK KT F hit F.05 Ket
Perlakuan
Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Bobot Umbi Per Sampel
SK db JK KT F hit F.05 Ket
Perlakuan P0J3 8200.00 10100.00 9020.00 27320.00 9106.67 P1J1 6075.00 6600.00 4750.00 17425.00 5808.33 P1J2 6750.00 8300.00 8250.00 23300.00 7766.67 P1J3 5900.00 10210.00 7800.00 23910.00 7970.00 P2J1 5775.00 7065.00 7950.00 20790.00 6930.00 Total 90445.00 92025.00 90120.00 272590.0
Rataan 7537.08 7668.75 7510.00 7571.94
Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Bobot Umbi Per Plot
SK db JK KT F hit F.05 Ket Galat 22 41718681.94 1896303.72
Blok 2 173084.72 86542.36 0.05 3.44 tn
FK= 2064036336.00
KK= 18.19%
Keterangan: tn = tidak nyata * = nyata
Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Lingkar Umbi
Perlakuan
Lampiran 24. Daftar Sidik Ragam Volume Akar
Lampiran 25. Data Pengamatan Indeks Panen
Lampiran 26. Daftar Sidik Ragam Indeks Panen
Lampiran 27. Bagan Plot Penelitian
Lampiran 28. Bagan
Jarak Tanam Dalam Plot
15cm
x x x x x x x x
x x x x x x x x
x x x x x x x x
x x x x x x x x
P0J2 P3J3 P1J3
P0J3 P0J2 P2J1
P2J2 P2J2 P2J2
P0J1 P0J3 P3J1
P3J3 P1J3 P2J3
P2J1 P2J1 P1J2
P1J1 P1J2 P0J3
P3J2 P2J3 P1J1
P3J1 P1J1 P0J2
P1J2 P3J2 P3J3
P1J3 P0J1 P0J1
P2J3 P3J1 P3J2
120 cm
50 cm
80 cm 75 cm
Jarak Tanam 20 cm x 15 cm
20 cm
x x x x x x
x x x x x x
x x x x x X
x x x x x x
Jarak Tanam 20 cm x 20 cm
25 cm
x x x x x
X x x x x
X x x X x
x x x x x
Jarak Tanam 20 cm x 25 cm 20 cm
Lampiran 29. Perhitungan Kebutuhan Pupuk
Kebutuhan P = luas plot / 10000 x dosis
= 0.8 x 1.2 / 10000 x 40 kg
= 0.00384 kg = 3.84 g/ plot
Dosis Pupuk P (0) = 0 g / plot
Dosis Pupuk P (SP36, 20 kg/ha) = 5.3 g / plot
Dosis Pupuk P (SP36, 40 kg/ha) = 10.67 g / plot
Dosis Pupuk P (SP36, 60 kg/ha) = 16 g / plot
Kebutuhan Urea = luas plot / 10000 x dosis
= 0.96 / 10000 x 80 kg
= 0.00768 kg = 7.68 g/ plot
Kebutuhan KCL = luas plot / 10000 x dosis
= 0.96 / 10000 x 80 kg
Lampiran 30. Hasil Analisis Tanah
Jenis Analisis Nilai Kriteria
pH (H2O) 6,87 Sedikit asam
C- Organik (%) 1,69 Sedang
N- Total (%) 0,18 Sangat Rendah
C/N (%) 9,39 Rendah
P- Bray II (ppm) 6,79 Sedang
K- exch (me/100) 0,235 Sedang
Ca-exch (me/100) 1,020 Sangat Rendah
Mg- exch (me/100) 0,650 Rendah
Lampiran 31. Tekstur Tanah
Pasir % 64.56
Debu % 26.00
Liat % 9.44
Lampiran 32. Jadwal Kegitan
No. Kegiatan
Minggu Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Persiapan Lahan x
2 Penanaman x
3 Pemupukan Dasar x
4 Aplikasi Pupuk Kalium x x
5 Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman x x x x x x x x x x x x x x x x x x x
Penyulaman x
Penjarangan x
Penyiangan x x x x x x x x x x x x x x x x x
Pembumbunan x x
Pemangkasan x x x x
Pengendalian Hama dan penyakit
Panen x
6 Pengamatan Parameter
Pangang Tanaman (cm) x x x x x
Jumlah Cabang x x x x
Bobot Umbi Per Sampel x
Bobot Umbi Per Plot x
Lingkar Umbi Per Sampel x
Volume Akar x