• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Sara Endarwati I34100155 fix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal Sara Endarwati I34100155 fix"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP KETAHANAN

PANGAN RUMAH TANGGA PETANI

(Kasus: Rumah Tangga Petani Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan

Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

Oleh :

SARA ENDARWATI

I34100155

Dosen Pembimbing :

Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MS

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa proposal skripsi yang disusun oleh:

Nama Mahasiswa : Sara Endarwati

NIM : I34100155

Judul Proposal Skripsi : PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI (Kasus Rumah Tangga Petani Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

Telah memenuhi persyaratan untuk dilanjutkan dengan penelitian lapangan

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni , MS

NIP. 19600827 198603 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS

NIP. 19550630 198103 1 003

(3)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Sara Endarwati dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 14 Juni 1992. Peneliti merupakan anak pertama dari pasangan Sudarsono dan Endang Juwarni. Peneliti menamatkan pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Tiron 03 Madiun pada tahun 1998-2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 13 Madiun pada tahun 2004-2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 02 Madiun pada tahun 2007-2010. Pada tahun 2010, peneliti diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi) dengan mayor Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Semasa SMP peneliti menjabat sebagai sekretaris umum SMPN 13 Madiun dan

aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler English Club, Pasukan Pengibar Bendera

(Paskibra) SMPN 13 Madiun, dan Pasukan Pramuka SMPN 13 Madiun. Peneliti juga aktif mengikuti berbagai perlombaan diantaranya lomba Cerdas Cermat Bahasa Inggris Kota Madiun. Peneliti merupakan peraih nilai tertinggi Ujian Akhir Nasional se-SMPN 13 Madiun. Semasa SMA, peneliti aktif dalam kepengurusan kelas selama 2 tahun berturut-turut. Sebelum diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi) program sarjana strata 1 dengan mayor Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, peneliti pernah diterima di program Diploma 3 sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dengan mayor Analisis Kimia dan telah mengikuti perkuliahan matrikulasi selama 2 minggu.

Selama masa perkuliahan, peneliti pernah menjabat sebagai anggota divisi Sosial Lingkungan (Sosling) organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2011-2012, ketua divisi Pengembangan Masyarakat di SAMISAENA tahun 2012, staff Divisi Pengembangan Masyarakat SAMISAENA tahun 2011, ketua Divisi Logistik dan Transportasi FRESH 2012, staff divisi Logistik dan

Transportasi Indonesian Ecology Expo 2012, staff divisi Konsumsi Indonesian Ecology

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi berjudul “Pengaruh Modal Sosial Terhadap Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani (Kasus Rumah Tangga Petani Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)”. Proposal skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat pengambilan data lapangan dan skripsi pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi proses-proses pemanfaatan modal sosial rumah tangga di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, menganalisis pengaruh kondisi sosial ekonomi rumah tangga terhadap status ketahanan pangan rumah tangga di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, dan menganalisis pengaruh pemanfaatan modal sosial terhadap status ketahanan rumah tangga di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Keseluruhan tujuan penelitian tersebut digunakan untuk membahas tentang modal sosial dan ketahanan pangan rumah tangga petani. Peneliti mengetahui bahwa karya ini belumlah sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Juni 2013

(5)

DAFTAR ISI

Nomor Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ii

RIWAYAT HIDUP iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Masalah Penelitian 2

Tujuan Penelitian 3

Kegunaan Penelitian 3

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Modal Sosial 5

Bentuk-Bentuk Modal Sosial 6

Pemanfaatan Modal Sosial 9

Konsep Ketahanan Pangan 10

Konsep Kedaulatan Pangan 12

Komponen Ketahanan Pangan 13

Kerangka Pemikiran 15

Hipotesis Penelitian 16

Definisi Operasional 16

METODOLOGI PENELITIAN 18

Metode Penelitian 18

Lokasi Dan Waktu 18

Teknik Sampling 19

Teknik Pengumpulan Data 20

Teknik Pengolahan Dan Analisis Data 20

DAFTAR PUSTAKA 21

(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1 Perbandingan Indikator Ketahanan Pangan dan Kedaulatan Pangan 12

Tabel 2 Pelaksanaan Penelitian 19

Tabel 4 Pemanfaatan Modal Sosial dan Status Ketahanan Pangan Menurut Responden Rumah Tangga Petani Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang

Kabupaten Bogor 31

Tabel 5 Analisis Jumlah Pendapatan Rumah Tangga Petani Desa Ciaruteun Ilir

Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor 34

Tabel 6 Analisis Jumlah Pengeluaran Rumah Tangga Petani Desa Ciaruteun Ilir

Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor 35

Tabel 7 Analisis Modal Sosial Rumah Tangga Petani Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan

Cibungbulang Kabupaten Bogor 36

Tabel 8 Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Desa Ciaruteun Ilir

Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor 36

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1 Kerangkan Sistem Ketahanan Pangan 11

Gambar 2 Kerangka Analisis Dari Pengaruh Modal Sosial Terhadap Ketahanan

Pangan Pangan Rumah Tangga Petani 16

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1 Kuisioner 24

Lampiran 2 Panduan Wawancara Mendalam 30

Lampiran 3 Tabulasi Silang (dummy table) 31

Lampiran 4 Matriks Analisis Jumlah Pendapatan Rumah Tangga Petani Desa

Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor 34

Lampiran 5 Matriks Analisis Jumlah Pengeluaran Rumah Tangga Petani Desa

(7)

Lampiran 6 Matriks Analisis Modal Sosial Rumah Tangga Petani Desa Ciaruteun Ilir

Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor 36

Lampiran 7 Matriks Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Desa

Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor 36

(8)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama khususnya di pedesaan. Sektor pertanian saat ini tidak lagi menjamin pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan masyarakat di pedesaan. Kebutuhan yang terus meningkat tidak diikuti oleh pendapatan untuk memenuhi ketiga kebutuhan sandang, pangan, dan papan mengakibatkan kemiskinan terus terjadi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan September 2012 terdapat 28,59 juta atau 11,66 persen jumlah penduduk miskin di Indonesia. Jumlah penduduk miskin ini lebih banyak terjadi di pedesaan. BPS menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin di pedesaan sampai dengan bulan September 2012 sebanyak 18,08 juta orang atau 14,70 persen sedangkan di perkotaan jumlah penduduk miskin sebanyak 10,51 juta jiwa atau 8,60 persen. Penduduk miskin di pedesaan tersebut kebanyakan petani gurem dan buruh tani.

Salah satu penyebab terjadinya kemiskinan di pedesaan adalah masalah pangan. Pangan menjadi bahasan pokok untuk menyelesaikan kemiskinan karena terkait dengan pemenuhan kebutuhan pangan. Pangan merupakan hal penting yang harus dipenuhi oleh manusia demi kelangsungan hidupnya. Masalah pangan ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi di berbagai dunia. Organisasi Pangan Dunia (FAO) belum lama ini melaporkan indeks harga pangan dunia naik pada September 2012 menjadi 215,8 poin dibanding 212,8 poin pada Agustus 2012 (Santosa 2013). FAO menyatakan meskipun terjadi kenaikan harga karena kurangnya pasokan, namun bukan berarti akan terjadi krisis pangan dalam waktu dekat. Apabila masalah pangan tersebut tidak ditangani dengan baik maka dalam jangka panjang masalah pangan ini dapat menjadi masalah yang berat untuk ditangani.

Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia merupakan langkah untuk menyelesaikan masalah pangan. Ketahanan pangan merupakan kondisi ketersediaan pangan yang cukup bagi setiap orang pada setiap saat dan setiap individu yang tidak memiliki akses untuk memperolehnya baik secara fisik maupun ekonomi (Soetrisno 1998 dalam Mustofa 2012). Lebih lanjut lagi, Mustofa menjelaskan bahwa fokus ketahanan pangan tidak hanya pada penyediaan pangan tingkat wilayah tetapi juga penyediaan dan konsumsi pangan tingkat daerah dan rumah tangga bahkan individu dalam memenuhi kebutuhan gizinya.

(9)

Ketahanan pangan dapat diciptakan melalui modal sosial, yaitu berupa usaha mandiri dan solidaritas kolektif dalam menghadapi problem kemiskinan dan lemahnya ketahanan pangan yang dihadapi masyarakat (Sinaga dan Rudiyanto 2012). Lebih lanjut lagi Sinaga dan Rudiyanto (2012) menjelaskan bahwa modal sosial menekankan pada

jaringan hubungan sosial (network) yang diikat antara lain oleh kepemilikan informasi,

rasa percaya, saling memahami, dan kesamaan nilai serta saling mendukung. Modal

sosial juga menekankan pada karakteristik (traits) yang melekat (embedded) pada diri

individu yang terlibat dalam interaksi sosial sebagai kemampuan orang untuk bekerja bersama untuk satu tujuan bersama di dalam grup dan organisasi. Kerjasama yang dibangun terkait dengan faktor rasa saling percaya, norma dan Jaringan yang merupakan kunci dari modal sosial yang dilakukan oleh individu (Mustofa 2012). Lebih lanjut lagi, Mustofa menjelaskan bahwa rasa saling percaya tercermin dari bagaimana satu individu dan lainnya mempunyai sebuah kesepakatan untuk percaya kepada orang lain. Kepercayaan tersebut tidak datang dengan sendirinya namun terdapat faktor norma atau nilai yang eksis di antara individu tersebut untuk bisa saling mempercayai. Faktor yang terkait dengan norma ini bisa saja berasal dari ikatan budaya, agama dan institusi dan sebagainya. Modal sosial dapat meningkatkan kesadaran individu tentang banyaknya peluang yang dapat dikembangkan untuk kepentingan masyarakat (Inayah 2012). Saat ini, modal sosial diperlukan untuk mewujudkan ketahanan pangan.

Pemanfaatan modal sosial dilakukan melalui pemanfaatan kepercayaan, jaringan, dan norma sosial untuk menjaga komponen ketahanan pangan. Melalui kepercayaan, jaringan, dan norma sosial masyarakat pedesaan khususnya petani dapat memanfaatkan hal tersebut untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Pemanfaatan modal sosial yang baik dapat mewujudkan ketahanan pangan dengan melihat komponen kecukupan ketersediaan pangan, aksesibilitas atau keterjangkauan terhadap pangan, dan kualitas atau keamanan pangan dalam konsumsi pangan. Ketika pencapaian ketahanan pangan sudah baik dan maksimal maka pemanfaatan modal sosial oleh masyarakat petani secara optimal digunakan semua.

(10)

Masalah Penelitian

Perubahan komoditas utama masyarakat Desa Ciaruteun Ilir dapat berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga. Komoditas awal beras yang berubah menjadi sayuran ternyata menyebabkan rumah tangga mempertahankan keadaan pangan melalui bantuan beras miskin dari pemerintah. Rumah tangga memiliki cara-cara untuk mempertahankan keadaan pangan mereka melalui modal sosial yang dimiliki oleh setiap rumah tangga. pemanfaatan modal sosial yang dapat digunakan oleh rumah tangga

antara lain kepercayaan, jaringan, dan norma sosial. Oleh karena itu, Bagaimana

pemanfaatan modal sosial rumah tangga dalam hal kepercayaan, jaringan, dan norma sosial di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang?

Ketahanan pangan rumah tangga juga dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi rumah tangga Desa Ciaruteun Ilir. Keadaan sosial ekonomi rumah tangga terdiri dari tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, dan ukuran rumah tangga. ketahanan pangan rumah tangga akan semakin baik ketika mereka memiliki pendapatan, pengeluaran, dan besaran rumah tangga yang baik. Rumah tangga Desa Ciaruteun Ilir mengalami perubahan komoditi utama, dari beras menjadi sayur. Perubahan komoditas tersebut akan mengubah kondisi sosial ekonomi rumah tangga dan akan berpengaruh terhadap

ketahanan pangan. Oleh karena itu, Bagaimana pengaruh kondisi sosial ekonomi

terhadap status ketahanan pangan rumah tangga Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang?

Berkurangnya produksi pangan lokal Desa Ciaruteun Ilir menyebabkan rumah tangga mendapatkan bantuan beras miskin dari pemerintah. Hal tersebut berpengaruh pada ketahanan pangan rumah tangga. Modal sosial diperlukan oleh rumah tangga Desa Ciaruteun Ilir untuk mempertahankan kondisi pangan masing-masing rumah tangga. Modal sosial yang berupa kepercayaan, jaringan sosial, dan norma sosial perlu dimanfaatkan dengan baik untuk mempertahankan ketersediaan pangan, akses terhadap

pangan, dan konsumsi pangan rumah tangga. Oleh karena itu, Bagaimana pengaruh

pemanfaatan modal sosial terhadap ketahanan pangan rumah tangga di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemanfaatan modal sosial terhadap ketahanan rumah tangga di Desa Ciaruteun Ilir. Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi proses-proses pemanfaatan modal sosial rumah tangga di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis pengaruh kondisi sosial ekonomi rumah tangga terhadap status ketahanan pangan rumah tangga di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.

(11)

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi akademisi, pembuat kebijakan dan masyarakat pada umumya mengenai kajian modal sosial dan ketahanan pangan. Secara spesifik dan terperinci manfaat yang didapatkan oleh berbagai pihak adalah sebagai berikut :

1. Bagi akademisi.

Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah penelitian mengenai pemanfaatan modal sosial dan ketahanan pangan rumah tangga petani. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi literatur bagi akademisi yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai modal sosial dan ketahanan pangan rumah tangga petani. 2. Bagi pembuat kebijakan.

Bagi pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat menambah rujukan dalam menganalisis pemanfaatan modal sosial dan ketahanan pangan rumah tangga petani untuk membuat kebijakan terkait ketahanan pangan nasional.

3. Bagi masyarakat.

(12)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Modal Sosial

Modal sosial merupakan hal penting yang dimiliki oleh masyarakat dalam mencapai tujuan hidupnya. Modal sosial menjadi konsep penting dalam pembangunan manusia karena masyarakat menjadi penentu arah pembangunan. Modal sosial sebagai salah satu komponen dalam menggerakkan kebersamaan, ide, rasa saling kepercayaan dan saling menguntungkan untuk mencapai kemajuan bersama. Coleman (1990) menjelaskan bahwa modal sosial didefinisikan sebagai kemampuan masyarakat untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama di dalam kelompok dan organisasi. Fungsi yang dapat diidentifikasi dari modal sosial adalah nilai dari aspek struktural untuk memanfaatkan sumberdaya agar dapat mencapai tujuan anggota kelompok. Fukuyama (1995) mendifinisikan modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka. Putnam dalam Lawang (2005)

menjelaskan modal sosial sebagai kepercayaan (trust), jaringan (network), dan norma

(norm).

Dalam tulisan Alfiasari et al. (2009) dijelaskan bahwa modal sosial merupakan

modal yang dimiliki oleh masyarakat sebagai hasil dari hubungan sosial yang terjalin di antara sesama anggota masyarakat. Konsep ini mengacu pada konsep modal sosial yang dikemukakan oleh Bordieau. Bordieau mendefinisikan modal sosial sebagai keseluruhan sumber daya baik aktual maupun potensial yang dimiliki oleh seseorang sebagai hasil dari jaringan hubungan secara kelembagaan yang terpelihara dengan baik. Modal sosial tidak terbentuk secara alami melainkan melalui investasi strategi individu dan kelompok untuk menghasilkan hubungan sosial secara langsung. Hubungan sosial yang terjalin dalam penelitian yang telah dilakukan adalah basis pertetanggaan dan kekerabatan. Hubungan kekerabatan dijelaskan dari suami, istri, atau keduanya berasal dari lingkungan dimana saat ini mereka tinggal. Basis pertetanggaan dan kekerabatan memudahkan rumah tangga menghadapi kesulitan karena mereka merasa memiliki investasi yang dapat digunakan ketika mendapatkan kesulitan. Mekanisme modal sosial bekerja dalam hubungan antar rumah tangga melalui nilai harapan dan kewajiban sebagai hasil dari hubungan kekerabatan dan pertetanggan.

(13)

Penelitian Humaira (2011) menjelaskan bahwa modal sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama. Konsep kerjasama yang dikemukakan oleh peneliti sama dengan konsep yang digunakan oleh Mustafa. Kemampuan bekerjasama muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau di bagian paling kecil dalam masyarakat. Modal sosial bisa dilembagakan (menjadi kebiasaan) dalam kelompok yang paling kecil ataupun kelompok masyarakat yang paling besar seperti negara. Modal sosial juga merupakan sumberdaya yang dapat memberi kontribusi terhadap kesejahteraan individu dan masyarakat seperti halnya sumberdaya lain (alam, ekonomi, dan sumberdaya manusia). Kerjasama yang dilandasi kepercayaan akan terjadi apabila dilandasi dengan kejujuran, keadilan, keterbukaan, saling peduli, saling menghargai, saling menolong di antara anggota kelompok warga masyarakat. Pihak luar komunitas akan memberikan dukungan, bantuan, dan kerjasama kepada kelompok apabila kelompok tersebut bisa dipercaya, artinya kepercayaan merupakan modal yang sangat penting untuk membangun jaringan kemitraan dengan pihak luar.

Konsep modal yang dimukakan oleh Alfiasari et al. (2009) berbeda dengan

konsep modal sosial yang dikemukakan oleh Mustofa (2012) dan Humaira (2011).

Alfiasari et al. lebih menekankan pada hubungan sosial yang terjalin sesuai dengan

konsep Bodeau. Mustofa (2012) dan Humaira (2011) lebih menekankan modal sosial sebagai kerja sama yang dilandasi rasa percaya antar individu dan adanya aturan masyarakat. Namun ketiga peneliti menjelaskan bahwa modal sosial yang ada dibangun oleh masyarakat bukan timbul secara alami yang dapat langsung digunakan. Dari ketiga penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa modal sosial merupakan modal yang berasal dari manusia yang berupa kerjasama berlandaskan rasa saling percaya dan aturan untuk membentuk suatu hubungan sosial.

Bentuk-Bentuk Modal Sosial

a. Kepercayaan (Trust)

Menurut Lawang (2005) kepercayaan didefinisikan sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu pihak atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial. Kepercayaan yang dimaksud adalah orang lain memberikan kepercayaan kepada kita untuk membantu menyelesaikan masalah mereka dan mereka membutuhkan kita untuk terlibat didalamnya. Hal ini sangat dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupannya. Torsvik dalam Lawang (2005) menjelaskan bahwa dalam kepercayaan terkandung kecenderungan perilaku tertentu yang dapat mengurangi resiko yang muncul dari perilaku. Lawang (2005) menjelaskan kepercayaan dengan menekankan pada hubungan yang saling memberikan harapan melalui interaksi yang terjadi. Berbeda dengan pengertian yang dijelaskan Lawang

(2003), penelitian Alfiasari et al. (2009) menjelaskan bahwa kepercayaan diperlukan

dalam menjalin kerja sama tanpa adanya rasa saling curiga dan dapat menjaga hubungan dengan lingkungan. Kepercayaan yang dijelaskan lebih menekankan pada kerjasama yang berlandaskan tanpa rasa curiga untuk saling membantu.

Dalam penelitian Humaira (2011) dijelaskan bahwa kepercayaan (trust)

(14)

dalam nilai kejujuran. Kejujuran sebagai nilai universal menjadi aspek yang membentuk kepercayaan diantara warga dalam melakukan hubungan sosial. Rasa curiga dan keterbukaan merupakan sikap yang menjelaskan kepercayaan masyarakat. Tingginya kepercayaan antar masyarakat membuat rasa saling curiga rendah bahkan tidak ada dan mereka saling terbuka.

Penelitian Sunandang (2011) menjelaskan bahwa bentuk kepercayaan sosial yang dilakukan dalam pembangunan jalan pedesaan berupa tanggung jawab, kepercayaan dalam kerja sama, dan keadilan. Tanggung jawab diberikan oleh kepala desa atau pemerintah kepada masyarakatnya sehingga masyarakat merasa memiliki tanggung jawab yang harus dilakukan untuk pembangunan jalan pedesaan. Kepercayaan dalam bekerja sama dilakukan oleh masyarakat baik sesama masyarakat ataupun kepada pemerintah (Ketua RT, RW) saat pembangunan jalan dilakukan tanpa ada rasa saling curiga. Keadilan yang dilakukan berupa ketika salah seorang warga tidak terlibat secara fisik dalam pembangunan maka bantuan finansial maupun fisik datang untuk membantu melancarkan pembangunan. Sunandang (2011) menambahkan keadilan sebagai komponen yang ada dalam kepercayaan. Konsep tersebut berbeda dengan konsep yang dikemukakan oleh Humaira (2011) sebelumnya yang lebih menekankan kepada nilai kejujuran dalam menggunakan kepercayaan.

Menurut Lawang (2005), Alfiasari et al. (2009), Humaira (2011) dan Sunandang

(2011) kepercayaan timbul dalam masyarakat melalui suatu hubungan sosial yang terjalin. Hubungan tersebut membentuk suatu kepercayaan tanpa ada rasa curiga, adanya kejujuran, dan keadilan melalui interaksi sosial yang terjadi. Hubungan sosial yang jujur, adil, dan tanpa ada rasa curiga diperlukan untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan dan memudahkan rumah tangga mengakses pangan. Kepercayaan ini berfungsi membantu masyarakat mencapai stabilitas pangan, aksesibilitas pangan, dan konsumsi pangan. Apabila kepercayaan digunakan untuk membantu memenuhi pangan maka stabilitas pangan rumah tangga akan semakin baik. Begitu pula dengan aksesibilitas pangan, rumah tangga memiliki akses yang cukup untuk memenuhi pangan serta konsumsi pangan rumah tangga menjadi lebih baik. Oleh karena itu, kepercayaan yang dapat digunakan untuk membantu rumah tangga memenuhi kebutuhan pangan dan memudahkan mengakses pangan adalah kepercayaan yang berlandaskan kejujuran, keadilan, dan tanpa ada rasa curiga.

b. Jaringan (Network)

Jaringan sosial merupakan sumber pengetahuan yang menjadi dasar utama dalam pembentukan kepercayaan (Lawang 2005). Lawang selanjutnya menjelaskan bahwa jaringan sosial dapat terbentuk melalui jaringan orang saling tahu, saling menginformasikan, saling mengingatkan, saling bantu dalam melaksanakan atau mengatasi suatu masalah. Jaringan sosial terjadi karena ada keterkaitan antara individu dan kelompoknya, yang dalam hal ini adalah masyarakat. Jaringan sosial yang terjadi antara individu dalam modal sosial memberikan manfaat berupa pengelolaan sumberdaya yang mempermudah koordinasi dan kerjasama untuk keuntungan timbal balik. Jaringan juga dapat memfasilitasi adanya komunikasi dan interaksi yang menumbuhkan kepercayaan dan memperkuat kerjasama.

Penelitian Alfiasari et al. (2009) menjelaskan bahwa modal sosial dapat

(15)

terhadap ketahanan pangan rumah tangga. Basis pertetanggaan memegang peranan penting dalam hubungan sosial antar rumah tangga, dengan menjaga hubungan baik dengan tetangga merupakan investasi sosial bagi suatu rumah tangga di masa depan. Rumah tangga akan saling membantu melalui hubungan sosial agar tetap tahan pangan meskipun keadaan finansial yang kurang. Sumarti (2012) menjelaskan peranan modal sosial dalam rumah tangga dapat dilihat dari keikutsertaan rumahtangga pada organisasi. Organisasi-organisasi asli yang tumbuh dari masyarakat cenderung lebih mampu dalam mendukung rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan konsumsi pangan rumah tangga. Organisasi tersebut adalah arisan dan pengajian. Melalui arisan dan pengajian, banyak rumah tangga yang mencukupi kebutuhan pangan dengan dibantu oleh organisasi tersebut. Organisasi yang bukan asli tumbuh dari masyarakat kurang memberikan manfaat kepada rumah tangga. Keterlibatan rumahtangga dalam jaringan organisasi yang lebih luas di luar desa merupakan peluang besar untuk dapat mendukung kondisi ketahanan pangan rumah tangga melalui kerja sama dengan organisasi luar desa. Jaringan sosial yang dibentuk menurut Sumarti (2012) lebih menekankan kepada keikutsertaan rumah tangga dalam organisasi di lingkungan tempat tinggal.

Suandi dan Napitupulu (2012) menjelaskan jaringan sosial rumah tangga dapat dilihat dalam banyaknya asosiasi lokal yang diikuti oleh rumah tangga. Ketika banyak asosiasi lokal yang diikuti oleh rumah tangga akan membuka kesempatan menambah jaringan sosial. Asosiasi lokal bermanfaat bagi rumah tangga untuk dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh rumah tangga. Namun hal tersebut harus diikuti dengan keaktifan rumah tangga dalam mengikuti kegiatan asosiasi lokal masyarakat. Penelitian Humaira (2011) juga menjelaskan bahwa kemampuan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam sejumlah asosiasi membangun jaringan melalui berbagai hubungan akan sangat berpengaruh dalam menentukan kuat atau tidaknya modal sosial yang terbentuk.

Konsep jaringan sosial yang dijelaskan oleh Sunandang tahun 2011 adalah jaringan sosial dalam masyarakat ditunjukkan melalui hubungan kekerabatan masyarakat mulai dari saling mengenal satu sama lain dari pekerjaan, keluarga sampai pada kegiatan sehari-hari yang sering dilakukan, interaksi yang sering dilakukan. Komunikasi yang sering dilakukan oleh masyarakat menjadi modal utama untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan masyarakat lain. Komunikasi yang sering dilakukan diantara masyarakat membuat hubungan semakin erat, baik hubungan pertetanggaan, pertemanan, kekeluargaan, dan hubungan kepada pemerintah desa. Sunandang (2011) lebih menjelaskan hubungan kekerabatan dari interaksi yang sering dilakukan dapat membentuk jaringan sosial masyarakat, sama dengan konsep yang

dijelaskan oleh Alfiasari et al. (2009).

(16)

semakin mudah dalam memenuhi kebutuhan pangan akan membantu mewujudkan ketahanan pangan.

c. Norma (Norm)

Norma merupakan aturan-aturan yang terdapat pada masyarakat baik formal maupun informal. Keberadaan norma dapat mengatur bagaimana masyarakat bersikap dan berperilaku. Norma sosial tidak dapat terpisah dari kepercayaan dan jaringan sosial. Norma sosial dapat berupa aturan-aturan tidak tertulis dalam hubungan antar rumah tangga di dalam komunitas, nilai-nilai tradisional yang sudah ada turun temurun, dan

nilai-nilai agama yang diyakini dalam menjalin hubungan sosial (Alfiasari et al. 2009).

Agar dapat tercipta kerjasama, maka harus ada norma-norma yang mengatur. norma yang ada dapat terbentuk secara sengaja maupun secara tidak sengaja. Norma-norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda.

Dalam penelitian Sunandang (2011) dijelaskan bahwa hubungan kekerabatan yang erat dan kepercayaan yang terjalin cukup baik akan memunculkan kontrol pada diri sendiri sehingga terpelihara nilai-nilai seperti kebersamaan, gotong royong, dan kerja sama yang dibentuk oleh masyarakat. Ada aturan-aturan yang mengikat pada masyarakat yang tidak dibentuk oleh aturan formal. Kebersamaan, gotong royong, dan kerja sama memiliki aturan-aturan masing-masing yang dipegah teguh oleh masyarakat dalam berperilaku. Berbeda dengan konsep yang dikemukakan Sunandang (2011),

Alfiasari et al. (2009) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa norma-norma yang ada

pada masyarakat tidak tertulis (aturan tidak tertulis) ketika saling membantu dalam pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga. Norma tersebut berupa kesadaran untuk saling membantu antar tetangga karena masih saudara atau kerabat yang harus tolong-menolong dalam memenuhi kebutuhan pangan. Ketika rumah tangga tidak memiliki sumberdaya pangan maka dengan sukarela rumah tangga lain akan membantu memenuhi sumberdaya pangan tersebut.

Alfiasari et al. (2009) dan Sunandang (2011) menekankan adanya aturan tidak

tertulis dan tidak formal yang berlaku dengan baik di dalam masyarakat. Tolong-menolong, gotong royong adalah salah satu norma yang sering dipatuhi masyarakat dalam memnuhi kebutuhan pangan rumah tangga. Kepercayaan yang telah diberikan antar rumah tangga dan jaringan yang telah dibangun memerlukan aturan tertulis ataupun tidak tertulis untuk membatasi perilaku rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan. Stabilitas pangan tercukupi dengan tindakan rumah tangga yang sesuai dengan aturan sosial yang berlaku. Aksesibilitas pangan rumah tangga semakin mudah dengan batasan-batasan yang harus dipatuhi oleh rumah tangga. Konsumsi pangan rumah tangga juga harus menggunakan norma-norma sosial sebagai batasan-batasan dalam berperilaku memenuhi konsumsi pangan.

Pemanfaatan Modal Sosial

Pemanfaatan modal sosial merupakan cara-cara rumah tangga memanfaatkan kepercayaan, jaringan sosial, dan norma sosial dalam menjalankan kehidupannya. terkait dengan pemenuhan kebutuhan pangan dan nonpangan. Seperti pada penelitian

Alfiasari et al. (2009) yang menjelaskan bahwa pemanfaatan modal sosial dapat dilihat

(17)

mampu dalam mendukung rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan konsumsi pangan rumah tangga. Keterlibatan rumahtangga dalam jaringan organisasi yang lebih luas di luar desa merupakan peluang besar untuk dapat mendukung kondisi ketahanan pangan rumah tangga melalui kerja sama dengan organisasi luar desa (Sumarti 2012). Kedua peneliti saling menjelaskan pemanfaatan modal sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dengan menggunakan kepercayaan dan organisasi sosial untuk membangun jaringan sosial antar rumah tangga.

Dalam penelitian Mustofa (2012), pemanfaatan modal sosial untuk mencukupi kebutuhan adalah dengan strategi mencari tambahan penghasilan, pinjam, minta saudara/anak, menjual/menggadaikan barang yang dimiliki. Strategi yang dilakukan memanfaatkan jaringan sosial yang telah dibentuk sebelumnya. Konsep yang dikemukakan Mustofa (2012) lebih menekankan pada pemanfaatan jaringan sosial untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Tingkat kepercayaan, tingkat kerjasama, dan kekuatan jaringan yang merupakan bagian dari pemanfaatan modal sosial, sesuai dengan pernyataan skripsi Rendanikusuma tahun 2012. Lebih lanjut lagi Rendanikusuma menjelaskan bahwa bentuk kekuatan jaringan adalah banyaknya orang yang dikenal oleh masyarakat, kemudahan dalam mendapatkan informasi sehingga masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak untuk memenuhi kebutuhan.

Manfaat asosiasi dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh rumah tangga (Sutanto dan Napitupulu 2012). Asosiasi tersebut didukung oleh karakter masyarakat yang berperan aktif dalam kegiatan asosiasi untuk mengatasi masalah rumag tangga.Humaira (2011) dalam penelitiannya menambahkan kepercayaan yang digunakan berkaitan dengan nilai kejujuran dalam menggunakan kepercayaan tersebut. Orang lain percaya kepada kita dengan menguji kejujuran dalam memanfaatkan kepercayaan yang telah diberikan.

Dari penjelasan beberapa peneliti mengenai pemanfaatan modal sosial, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan modal sosial merupakan cara rumah tangga menggunakan modal sosial untuk membantu menangani masalah kebutuhan pangan. Pemanfaatan modal sosial berupa kepercayaan yang ada dalam asosiasi atau organisasi yang telah dibentuk sehingga menciptakan suatu hubungan sosial yang erat dan ada norma yang mengikat. Stabilitas pangan rumah tangga terpenuhi apabila kepercayaan timbul dan digunakan untuk saling membantu antar rumah tangga. Jaringan sosial semakin kuat apabila rumah tangga menggunakannya untuk memudahkan rumah tangga dalam akses terhadap pangan. Apabil norma sosial dipatuhi dengan baik maka konsumsi pangan rumah tangga juga akan semakin baik.

Konsep Ketahanan Pangan

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Undang-undang tersebut juga telah menyatakan bahwa pengembangan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani merupakan kewajiban bersama antara pemerintah dan masyarakat. Ketahanan pangan bertujuan untuk mewujudkan ketersediaan pangan bagi seluruh rumah tangga, dalam jumlah yang cukup, mutu dan gizi yang layak, aman dikonsumsi, merata serta terjangkau oleh setiap individu.

(18)

Input

Prasarana dan kelembagaan produksi, pasca panen, pengolahan, penyimpanan, distribusi Ketersediaan

Mencakup kestabilan dan kesinambungan penyediaan pangan yang berasal dari produksi dalam negeri, ekspor-impor, dan cadangan pangan Distribusi

Mencakup kestabilan harga pangan dan aksesibilitas pangan antar waktu dan antar wilayah Konsumsi

Mencakup kecukupan konsumsi dalam jumlah, keragaman, mutu gizi/ nutrisi, keamanan Output

Pemenuhan hak asazi atas pangan mencakup ketahanan pangan, ketahanan ekonomi, pemenuhan hak atas pangan, pengembanagan SDM berkualitas

K

mengakses pangan secara berkelanjutan. World Bank mendefinisikan ketahanan pangan

sebagai akses semua orang pada setiap saat terhadap pangan yang mencukupi untuk menjamin kehidupan yang aktif dan sehat (Indaryanti 2003 dalam Fathanah dan

Prasodjo 2011). World Conference on Human Right tahun 1993, ketahanan pangan

didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan gizi setiap individu baik dalam jumlah maupun mutu agar dapat hidup aktif dan sehat secara berkesinambungan sesuai dengan budaya setempat (Saliem 2005 dalam Fathanah dan Prasodjo 2011).

Penelitian Fathanah dan Prasodjo (2011) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan adalah tingkat pendidikan pengelola rumah tangga, tingkat pendapatan rumah tangga, dan struktur rumah tangga. Nasution dalam skripsinya tahun 2012 juga menjelaskan bahwa ketahanan pangan rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan yang merupakan nilai ekonomi yang berpengaruh secara signifikan, ukuran rumah tangga, dan pengeluaran rumah tangga. Pendapatan yang semakin tinggi akan meningkatkan daya beli rumah tangga sehingga kebutuhan pangan dapat terpenuhi. Pendapatan rumah tangga diperoleh melalui pekerjaan pergi keluar negeri sebagai TKI. Penguasaan lahan juga menjadi faktor yang menentukan ketahanan pangan rumah tangga. Dalam penelitian Fathanah (2011), Mustofa (2012), Suandi dan Napitupulu (2012) dijelaskan bahwa ketahanan pangan rumah tangga dilihat dari ketersediaan pangan bagi rumah tangga, aksesibilitas pangan dilihat dari distribusi pangan, konsumsi pangan rumah tangga.

(19)

ija

Gambar 1 Kerangkan Sistem Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan dapat diwujudkan dengan memanfaatkan modal sosial yang tersedia dalam masyarakat. Upaya pemenuhan kebutuhan pangan melalui modal sosial seperti kepercayaan, jaringan sosial, dan norma sosial dapat membantu rumah tangga menyelesaikan masalah pangan rumah tangga.

Konsep Kedaulatan Pangan

Kedaulatan pangan didefinisikan sebagai hak setiap orang, masyarakat, dan negara untuk menentukan kebijakan pangannya sendiri dengan memprioritaskan produk pangan lokal untuk kebutuhan sendiri serta melarang praktik perdagangan pangan

secara dumping (Pramono 2005 dalam Nasution 2012). Serikat Petani Indonesia (SPI)

juga menjelaskan konsep kedaulatan pangan sebagai hak setiap bangsa secara mandiri dan hak untuk menetapkan sistem pertanian, peternakan, dan perikanan, tanpa adanya subordinasi dari kekuatan pasar internasional. Ada tujuh prasyarat utama untuk menegakkan kedaulatan pangan, antara lain 1) pembaruan agraria, 2) adanya hak akses rakyat terhadap pangan, 3) penggunaan sumberdaya alam secara berkelanjutan, 4) pangan untuk pangan dan tidak sekedar komoditas untuk diperdagangkan, 5) pembatasan penguasaan pangan oleh korporasi, 6) melarang penggunaan pangan sebagai senjata, 7) pemberian akses ke petani kecil untuk perumusan kebijakan pertanian.

Konsep kedaulatan pangan berbeda dengan ketahanan pangan. Perbandingan indikator kedaulatan pangan dan ketahanan pangan yang dikemukakan oleh Hariyadi (2012) tersaji dalam tabel 1.

Tabel 1 Perbandingan Indikator Ketahanan Pangan dan Kedaulatan Pangan

Perbandingan Ketahanan Pangan Kedaulatan Pangan

Definisi Ketahanan pangan

merupakan kondisi

(20)

Indikator

keterjangkauan Pangan  Keterjangkauan fisik,ekonomi, dan sosial

 Kesesuaian dengan

Ketersediaan pangan mencakup kestabilan dan kesinambungan penyediaan pangan yang berasal dari produksi dalam negeri, impor-ekspor, dan cadangan pangan. Ketersediaan pangan juga berarti bahwa bagaimana pangan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terutama rumah tangga untuk mempertahankan kehidupannya. Pada tingkat rumahtangga, ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari produksi pangan sendiri dan

membeli pangan yang tersedia di pasar (Braun et al. 1992 dalam Fathanah dan Prasodjo

(21)

Ketersediaan pangan juga berarti terpenuhinya pangan yang cukup bukan hanya beras tetapi mencakup pengan yang berasal dari tanaman, ternak, ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang bermanfaat (Suryana 2001 dalam Nasution 2012). Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupun produksi pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume pangan yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya serta stabil penyediaannya dari waktu ke waktu (Maleha dan Sutanto 2011).

Mustofa (2012) dalam penelitiannya juga menjelaskan ketersediaan pangan dalam rumah tangga mengacu pada pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Hal ini diperkuat dengan penelitian Suandi dan Napitupulu (2012) yang menyebutkan bahwa ketersediaan pangan tersebut dilihat dari tersedianya bahan pangan terutama beras dalam memenuhi kebutuhan dasar rumah tangga. Ketiga peneliti menjelaskan ketersediaan pangan sebagai tersedianya pangan yang cukup untuk kebutuhan konsumsi pangan rumah tangga. Namun, Nasution (2012) menjelaskan lebih detail mengenai ketersediaan pangan yang tidak hanya mencakup beras tetapi juga karohidrat selain beras, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

Ketersediaan pangan berkaitan dengan upaya yang dilakukan untuk menyediakan pangan secara terus menerus dalam rumah tangga, baik kebutuhan pangan yang berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Upaya yang dilakukan rumah tangga untuk menyediakan pangan adalah dengan kepercayaan antar rumah tangga. Kepercayaan antar rumah tangga membantu rumah tangga mendapatkan pangan yang berasal dari rumah tangga lain selain usaha pokok. Ketersediaan pangan ini juga tersedia melalui jaringan sosial yang terbentuk dalam masyarakat. Jaringan sosial yang semakin banyak akan sangat membantu rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pangannya.

b. Aksesibilitas Pangan

WFP (1998) dan Riely et al. (1999) menjelaskan bahwa akses pangan terkait

dengan akses ekonomi bagi individu untuk memperoleh pangan. Akses pangan terjamin apabila rumahtangga dan individu di dalamnya memiliki sumberdaya yang cukup untuk mendapatkan pangan yang tepat untuk konsumsi yang bergizi dan akses pangan ini tergantung pada pendapatan rumahtangga, distribusi pendapatan di dalam rumahtangga

dan harga pangan (Rahayu 2007 dalam Fathanah dan Prasodjo 2011). Akses pangan

merupakan indikator kemampuan rumah tangga dalam mendapatkan suatu bahan pangan. Kerawanan pangan dapat terjadi akibat sulitnya masyarakat atau rumah tangga dalam mendapatkan akses pangan untuk kebutuhan mereka sehari-hari (Sumarti 2012).

Akses pangan rumah tangga mencakup kestabilan harga pangan dan aksesibilitas pangan antarwaktu dan antarwilayah. Aksesibilitas pangan termasuk ke dalam distribusi pangan yang mencakup aspek fisik dan ekonomi. Mustofa dalam penelitiannya menjelaskan bahwa aksesibilitas pangan dilihat dari kemudahan rumah tangga memperoleh pangan, kepemilikan lahan, dan cara memperoleh pangan. Stabilitas ketersediaan pangan berupa kecukupan ketersediaan pangan dan frekuensi makan anggota rumah tangga dalam sehari. Apabila rumah tangga memiliki akses yang rendah terhadap pangan maka ketahanan pangan rumah tangga jug sulit untuk diwujudkan.

Aksesibilitas pangan juga berkaitan dengan adanya kepercayaan rumah tangga terhadap rumah tangga lain dalam pemenuhan kebutuhan baik pangan maupun non

pangan. Alfiasari et al. (2009) menjelaskan bahwa ketahanan pangan rumah tangga

(22)

dilakukan rumah tangga akan semakin baik ketika kepercayaan semakin tinggi. Hal tersebut akan meyebabkan banyak rumah tangga yang memiliki akses pangan melalui kepercayaan yang terjalin.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, aksesibiltas pangan berarti akses rumah tangga dalam mendapatkan pangan yang didapatkan dengan adanya kepercayaan rumah tangga lain dan jaringan yang telah terbentuk. Aksesibilitas pangan juga sangat berkaitan erat dengan jaringan sosial. Rumah tangga semakin mudah mendapatkan akses kebutuhan pangan dengan jaringan sosial yang semakin kuat. Aksesibilitas pangan berupa kemampuan rumah tangga mengakses sumberdaya pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Ketika rumah tangga memiliki banyak jaringan maka semakin memudahkan rumah tangga tersebut mengakses pangan saat mereka dalam kesulitan pangan ataupun ekonomi.

c. Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan rumah tangga mencakup kecukupan konsumsi dalam jumlah, keragaman, mutu gizi atau nitrisi, dan keamanan (Suryana 2003). Maleha dan Sutanto (2006) lebih lanjut menjelaskan bahwa konsumsi pangan menyangkut upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mempunyai pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola konsumsinya secara optimal. Konsumsi pangan memperhatikan asupan pangan dan gizi yang cukup dan berimbang, sesuai dengan kebutuhan bagi pembentukan manusia yang sehat, kuat, cerdas dan produktif. Penelitian Maleha dan Sutanto (2006) lebih menekankan pada keamanan dan gizi dalam konsumsi pangan.

Penelitian Mustofa (2012) menjelaskan bahwa kualitas atau keamanan pangan melihat jenis pangan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan gizi yang dilihat dari “ada” atau “tidaknya” bahan makanan. Ada atau tidaknya bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga. Nasution (2012) dalam skripsinya menjelaskan bahwa ketahanan pangan rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan yang merupakan nilai ekonomi yang berpengaruh secara signifikan, ukuran rumah tangga, dan pengeluaran rumah tangga. Pendapatan yang semakin tinggi akan meningkatkan daya beli rumah tangga sehingga kebutuhan pangan dapat terpenuhi. Pendapatan rumah tangga diperoleh melalui pekerjaan pergi keluar negeri sebagai TKI. Penguasaan lahan juga menjadi faktor yang menentukan ketahanan pangan rumah tangga. Berbeda dengan penelitian Maleha dan Sutanto (2006), Mustofa (2012) lebih mementingkan keamanan pangan dalam konsumsi pangan rumah tangga. Dari penelitian Maleh dan Sutanto (2006) dan Mustofa (2012), konsumsi pangan yang dimaksud adalah kecukupan pangan dalam rumah tangga yang terkait dengan gizi, nutrisi, dan keamanan pangan.

Kerangka Pemikiran

(23)

Kondisi Sosial Ekonomi Pendapatan rumah tangga Pengeluaran rumah tangga Ukuran rumah tangga

Ketahanan Pangan Ketersediaan pangan Aksesibilitas pangan Konsumsi pangan

Produksi sendiriTidak Produksi sendiri Perubahan Komoditas Pangan

Pemanfaatan Modal Sosial : Kepercayaan

Jaringan sosial Norma sosial

ekonomi awal rumah tangga penting dilihat untuk mengetahui seberapa jauh pemanfaatan modal sosial oleh rumah tangga. Ketahanan pangan juga dilihat dari asal pangan yang didapatkan rumah tangga, baik produksi pangan sendiri atau tidak memproduksi pangan sendiri, lebih kepada menggunakan bantuan orang lain untuk mendapatkan pangan yang cukup, bergizi, dan aman. Oleh karena itu, kerangka pemikiran yang diusulkan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

Gambar 2 Kerangka Analisis Dari Pengaruh Modal Sosial Terhadap Ketahanan Pangan Pangan Rumah Tangga Petani

Keterangan :

: mempengaruhi : berhubungan

Hipotesis Penelitian

1. Semakin baik kondisi sosial ekonomi rumah tangga maka semakin baik status ketahanan pangan rumah tangga petani Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.

(24)

Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang digunakan untuk mengukur variabel. Masing-masing variabel diberi batasan terlebih dahulu agar dapat ditentukan indikator pengukurannya. Istilah-istilah yang digunakan adalah

1. Kondisi Sosial Ekonomi adalah kondisi rumah tangga yang diukur dari tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, dan ukuran rumah tangga.

a. Jumlah Pendapatan Rumah Tangga adalah Akumulasi kegiatan yang dilakukan rumah tangga untuk mendapatkan pemasukan dalam satuan rupiah. Kegiatan tersebut berupa kegiatan pertanian, non pertanian, peternakan, perikanan, perdagangan, jasa, hutang, kiriman, dan pemberian sukarela (zakat).

b. Jumlah Pengeluaran Anggota Rumah Tangga adalah banyaknya uang yang dikeluarkan rumah tangga untuk membayar barang atau jasa dalam satu periode waktu, berupa pengeluaran pangan, non pangan, hutang, kiriman, dan pemberian sukarela.

c. Jumlah Anggota Rumah Tangga adalah Jumlah individu yang tinggal atau menetap bersama dalam satu atap dan hidup dalam penghasilan yang sama. 2. Modal Sosial adalah nilai-nilai yang ada pada masyarakat untuk membangun

interaksi sosial, diukur dari tingkat kepercayaan, kekuatan jaringan, dan pengaruh norma sosial.

a. Tingkat Kepercayaan adalah hasil interaksi antar rumah tangga yang berlandaskan kejujuran, hubungan tanpa ada rasa curiga, dan keadilan.

b. Kekuatan Jaringan adalah hasil hubungan sosial yang dibentuk dari hubungan pertetanggaan, kekerabatan, dan keikutsertaan rumah tangga dalam organisasi atau asosiasi.

c. Pengaruh Norma Sosial adalah aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang dijalankan rumah tangga, berupa tolong-menolong dan gotong royong.

3. Pemanfaatan Modal Sosial adalah Cara-cara rumah tangga menggunakan modal sosial untuk memenuhi kebutuhan pangan.

4. Status Ketahanan Pangan adalah Kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan rumah tangga yang diukur dari ketersediaan pangan, aksesibilitas pangan, dan konsumsi pangan.

a. Ketersediaan Pangan adalah persediaan beras dalam rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan pangan, dilihat dari waktu persediaan beras, cara mendapatkan pangan, harga besar di pasar, dan tersedianya uang untuk membeli beras.

b. Aksesibilitas Pangan adalah akses rumah tangga dalam mendapatkan pangan berdasarkan adanya kepercayaan rumah tangga lain dan jaringan yang telah terbentuk.

(25)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei.

Menurut Singarimbun et al. (1989), penelitian survei merupakan penelitian yang

mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengujian

hipotesa atau penelitian penjelasan (explanatory research) yang tergolong dalam

metode penelitian survei. Penelitian pengujian hipotesa merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa

(Singarimbun et al. 1989).

Pedekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kuantitatif

yang didukung oleh data kualitatif. Singarimbun et al. (1989) menyatakan bahwa dalam

upaya memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diamati, terdapat usaha untuk menambahkan informasi kualitatif pada data kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan pemanfaatan modal sosial rumah tangga di Desa Ciaruteun Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, mendeskripsikan kondisi pangan rumah tangga di Desa Ciaruteun Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk menganalisis hubungan kondisi sosial ekonomi rumah tangga terhadap status ketahanan pangan, menganalisis hubungan pemanfaatan modal sosial terhadap status ketahanan pangan rumah tangga. Pendekatan penelitian kualitatif dan kualitatif digunakan untuk memperoleh data primer.

Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survei yang

diambil secara purposive dan menggunakan instrumen berupa kuisioner yang ditujukan

kepada responden. Kuisioner yang diberikan kepada responden mengenai kondisi sosial ekonomi responden yang berupa tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, dan ukuran rumah tangga. Selain itu, kuisioner tersebut diberikan kepada responden untuk mengetahui modal sosial yang berupa tingkat kepercayaan, kekuatan jaringan, pengaruh norma sosial, dan status ketahanan pangan rumah tangga yang berupa ketersediaan pangan, aksesibilitas pangan, dan konsumsi pangan.

Pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam terhadap

informan yang dipilih melalui metode snowball. Dalam metode snowball, dengan siapa

(26)

Nasution (2012). Penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2012) mengenai status ketahanan pangan dan peran kepemimpinan rumah tangga petani di Desa Ciaruteun Ilir. Perubahan komoditas pertanian dari beras menjadi sayuran yang ditanam menjadi perhatian peneliti untuk mengetahui ketahanan pangan yang dilakukan. Selain itu, sebagian besar penduduk masih menjadikan pertanian sebagai lahan utama mencari nafkah.

Pengambilan data sekunder dilakukan pada bulan September 2013. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan November 2013, pengolahan data dilakukan pada bulan November 2013. Analisis data dan penulisan dilakukan pada bulan Desember 2013. Kegiatan penelitian meliputi peyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan data dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Lama pelaksanaan penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2 Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan Juni September Oktober November Desember Januari

Penyusunan

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Unit analisis penelitian adalah rumah tangga petani Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Responden merupakan petani yang menggunakan lahan pertanian untuk menanam padi dan sayur-sayuran. Hal tersebut sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis pengaruh pemanfaatan modal sosial terhadap status ketahanan rumah tangga petani Desa Ciaruteun Ilir.

Teknik sampling adalah suatu teknik atau cara dalam mengambil sampel yang

(27)

ini dikumpulkan dari sampel yang diambil secara acak. Metode pengambilan sampel

yang digunakan adalah metode pengambilan sampel sistematis (systemic sampling).

Pengambilan sampel sistematis merupakan suatu metode pengambilan sampel dimana hanya unsur pertama saja dari sampel dipilih secara acak sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu (Singarimbun 1989). Salah satu keunggulan menggunakan metode pengambilan sampel sistematis adalah metode tersebut sering menghasilkan kesalahan sampling yang lebih kecil disebabkan anggota sampel memencar secara merata di seluruh populasi.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder didapatkan dari studi literatur terkait dan pihak-pihak yang berkaitan dengan lokasi penelitian, yaitu profil desa Ciaruteun Ilir, data demografi desa Ciaruteun Ilir, dan data dari Badan Pusat Statistika. Data primer diperoleh dari hasil pengambilan data langsung di lapangan melalui kuisioner dan wawancara mendalam kepada responden dan informan. Kuisioner yang diberikan kepada responden terdiri dari tiga bagian. Ketiga bagian tersebut adalah pertama modal sosial berupa tingkat kepercayaan, kekuatan jaringan, dan norma sosial. Kedua, kondisi sosial ekonomi rumah tangga berupa tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, dan ukuran rumah tangga. Ketiga adalah status ketahanan pangan rumah tangga berupa ketersediaan pangan, aksesibilitas pangan, dan konsumsi pangan. Wawancara mendalam diberikan kepada responden dan informan berdasarkan panduan pertanyaan yang telah disiapkan dan diikuti dengan pemikiran responden yang berhubungan dengan pertanyaan. Wawancara tersebut digunakan untuk mengetahui pemanfaatan modal sosial bagi rumah tangga di Desa Ciaruteun Ilir dan informasi-informasi lain mengenai ketahanan pangan.

Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan menggunakan kuisioner akan diolah secara

kuantitatif dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows versi

19.0. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Tabulasi Silang dan

Uji Korelasi Spearman. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada

atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal dan tidak menentukan

prasyarat data terdistribusi normal. Rank Spearman digunakan untuk uji korelasi yang

menghubungkan variabel pemanfaatan modal sosial berupa tingkat kepercayaan (ordinal), kekuatan jaringan sosial (ordinal), norma-norma sosial (ordinal) terhadap status ketahanan pangan berupa ketersediaan pangan (ordinal), aksesibiltas pangan (ordinal), dan konsumsi pangan (ordinal).

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Alfiasari, Martianto D, dan Darmawan AH.2009.Modal Sosial dan Ketahanan Pangan

Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Tanah Sareal dan Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor.Sodality.[internet].[Diunduh pada tanggal 14 Maret 2013];03(1): Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.Tersedia pada: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/viewPDFInterstitial/5869/4534

Bungin B.2005.Metodologi Penelitian Kuantitatif.Jakarta: Prenada Media

Coleman J.1990.Foundations of Social Theory.Cambridge Mass: Harvard University

Press.

Fathonah TY, Prasodjo NW.2011.Tingkat Ketahanan Pangan Pada Rumah Tangga

Yang Dikepalai Pria dan Rumah Tangga Yang Dikepalai Wanita.Jurnal Sodality;05(2): Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor

Hariyadi P.2012.Industri Pangan dalam Menunjang Kedaulatan Pangan.Fakultas

Teknologi Pertanian IPB.Merevolusi Revolusi Hijau.Bogor: IPB Press

Humaira R.2011.Peranan Modal Sosial Dalam Pengembangan Nilai-Nilai

Kewirausahaan.[skripsi].Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor

Inayah.2012.Peranan Modal Sosial Dalam Pembangunan.Jurnal Pengembangan

Humaniora.[internet].[Diunduh pada tanggal 15 Maret 2013].12(1):Politeknik Negeri

Semarang.Tersedia pada: www.polines.ac.id/ragam/index_files/.../paper_6%20apr

%202012.pdf

Lawang RMZ.2005.Kapital Sosial Dalam Persepktif Sosiologik Suatu

Pengantar.Jakarta: FISIP UI PRESS.

Maleha, Sutanto A.2006.Kajian Konsep Ketahanan Pangan.Jurnal Protein;13(2):

Fakultas Peternakan Universitas Palangkaraya Kalimantan Tengah, Universitas Muhammadiyah Malang.

Masithoh S, Pranadji T, dan Sumarti T.2009.Dimensi Kepentingan Dalam Pengembangan Kelembagaan Ketahanan Pangan Lokal.Jurnal Ilmiah Sodality. [internet].[Diunduh pada tanggal 15 Maret 2013];03(2): Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.Tersedia pada:

http://jurnalsodality.ipb.ac.id/jurnalpdf/edisi8-6.pdf

Mustofa.2012.Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin dan Modal Sosial di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Jurnal Geomedia.[internet].[Diunduh pada tanggal 15 Maret 2013].10(1):Jurusan Pendidikan Geografi, Universitas Negeri

(29)

Nasution AH.2012.Status Ketahanan Pangan Rumah Tangga Dan Peranan Kepemimpinan di Desa Ciaruteun Ilir.[skripsi].Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor

Rendanikusuma R.2012.Analisis Tingkat Kesejahteraan Dari Perspektif Modal Sosial

di Era Desentralisasi (Kasus Desa Pasirtanjung, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten).[skripsi].Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor

Rianse U, Abdi.2009.Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi.Jakarta:Alfabeta

Santosa PB.2013.Tantangan Masalah Pangan.[internet].[Diunduh pada tanggal 23

April 2013].Dapat diunduh di:

http://feb.undip.ac.id/index.php/arsip-berita/61-dosen/693-prof-purbayu-budi-santosa--tantangan-masalah-pangan

Serikat Petani Indonesia.Tidak Ada Tahun.Konsepsi SPI tentang Kedaulatan Pangan.

[internet].[Diunduh pada tanggal 12 September 2013].Dapat diunduh di :

http://www.spi.or.id/?page_id=282

Sinaga dan Rudiyanto.2012.Peran Modal Sosial dalam Mendorong Sektor Pendidikan

dan Pengembangan Wilayah di Kecamatan Garoga Kabupaten Tapanuli Utara. [internet].[Diunduh pada tanggal 24 April 2013].Dapat diunduh di:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31692/4/Chapter%2520II.pdf

Singarimbun M, Effendi S.1989.Metode Penelitian Survai.Jakarta:LP3S

Suandi, Napitupulu DMT.2012.Hubungan Modal Sosial Dengan Ketahanan Pangan

dan Kesejahteraan Keluarga Di Daerah Perdesaan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. [internet].[Diunduh pada tanggal 16 Maret 2013]:Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Jambi.Tersedia pada: http://semnasagri2012.files.wordpress.com

%

2F2012%2F01%2Fsuandi-dan-dompak-hubungan-modal-sosial-dengan-ketahanan- pangan-dan-kesejahteraan-keluarga-di-daerah-perdesaan-kabupaten-tanjung-jabung-timur.docx

Sumarti T.2012.Kajian Sosial Ekonomi dan Modal Sosial pada Berbagai Tingkat

Ketahanan Pangan Rumahtangga Petani.Jurnal Ilmiah Agropolitan.[internet].[Diunduh pada tanggal 14 Maret 2013];05(2): Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan

Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.Tersedia pada:

http://jurnal-ilmiah-agropolitan.blogspot.com/2012/09/kajian-sosial-ekonomi-dan-modal-sosial.html

Sunandang O.2012.Analisis Modal Sosial Pada Pembangunan Jalan Pedesaan Dalam

Rangka Membangun Desa.[skripsi].Bogor: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor

Suryana A.2003.Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan

(30)

Tanpa nama.2012.Hari Pangan 2012, Pangan Makin Jauh Dari Tangan Petani. [internet].[Diunduh pada tanggal 23 april 2013].Dapat diunduh di:

http://www.spi.or.id/?p=5666.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.

(31)

Diisi oleh peneliti

Nomor Responden :

Hari/tanggal wawancara : /

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner

KUISIONER

PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI

(Kasus: Rumah Tangga Petani di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

Peneliti bernama Sara Endarwati, merupakan mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Saat ini sedang menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan studi. Peneliti berharap Bapak/Ibu dan Saudara/i menjawab kuesioner ini dengan lengkap dan jujur. Identitas dan jawaban dijamin kerahasiannya dan semata-mata hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi.

Terima kasih atas bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu dan Saudara/i untuk menjawab kuesioner ini.

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN Karakteristik Umum

1. Nama : ………...……

2. Jenis Kelamin* : L / P

(32)

4. Alamat : ………...

5. No. HP/Telp. : ………...

6. Pendidikan terakhir* : 1. Tidak Sekolah

2. SD/Madrasah Ibtidaiyah 3. SMP/ Madrasah Tsanawiyah 4. SMA/ Madrasah Aliyah 5. Perguruan Tinggi 7. Jumlah anggota rumah tangga : orang

II. PENDAPATAN RUMAH TANGGA RESPONDEN

Isilah tabel pendapatan rumah tangga berikut ini.

1. Kegiatan Usaha Tani

No Kegiatan dijual%

Per hari (Rupiah

)

Per bulan (Rupiah

)

Per musim (Rupiah

)

Asal mendapatka

n pekerjaan

1

2

3

4

(33)

2. Kegiatan upahan (non usaha tani) No Kegiatan Jumlah

Hari

Per bulan (Rupiah)

Per tahun (Rupiah)

Asal

mendapatka n pekerjaan Upah

1

2

3

Usaha Keluarga 1

2

3

4

5

Remittan/Kiriman 1

2

3

Lain-lain 1

(34)

3

4

III. PENGELUARAN RUMAH TANGGA RESPONDEN

Isilah tabel pendapatan rumah tangga berikut ini. (Pengeluaran rumah tangga dalam 1 minggu terakhir).

No Pengeluaran Perhari (Rupiah)

Harga per unit

Status dalam rumah tangga Makanan dan minuman (Pangan)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

(35)

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Lain-lain 1

2

3

4

(36)

6

7

8

9

10

IV. KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA RESPONDEN

No Pertanyaan Jawaban

1 Anda biasanya membeli bahan pangandi

2

Bahan pangan yang Anda beli dapat memenuhi kebutuhan anggota rumah tangga

3 Yang akan Anda lakukan untukmencukupi kebutuhan pangan ketika

tidak memiliki uang

4 Alternatif lain dalam memenuhikebutuhan pangan pokok rumah

tangga

5

Dalam anggota keluarga Anda ada yang kelaparan karena tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan

6 Cara Anda mengatasi masalah panganyang terjadi pada rumah tangga Anda

7 Pasokan kebutuhan pangan di wilayahAnda lancar

8 Anda sering pergi ke luar desa untukmendapatkan pangan

9 Organisasi yang sedang Anda ikutiterkait dengan pangan

10

Organisasi yang Anda ikuti memudahkan Anda mengakses kebutuhan pangan

11 Jika Anda kekurangan kebutuhanberas, Anda pernah meminta bantuan

(37)

12 Harga beras di wilayah Andamenyulitkan Anda untuk mendapatkan pasokan beras dalam rumah tangga?

Lampiran 2 Panduan Wawancara Mendalam

A. Profil Lokasi Penelitian

(Untuk: Kepala Desa Ciaruteun Ilir, Ketua RW dan RT Desa Ciaruteun Ilir, dan informan lainnya yang mampu memberikan informasi terkait)

Hari/ tanggal wawancara :

Lokasi wawancara :

Nama dan umur informan :

Jabatan :

Pertanyaan Penelitian :

1. Bagaimana perkembangan kondisi kependudukan di lokasi penelitian hingga saat ini?

2. Bagaimana perkembangan tingkat pendidikan di lokasi penelitian hingga saat ini? 3. Bagaimana perkembangan mata pencaharian masyarakat di lokasi penelitian hingga

saat ini?

4. Bagaimana perkembangan pendapatan masyarakat di lokasi penelitian hingga saat ini?

5. Bagaimana perkembangan kondisi pertanian di lokasi penelitian hingga saat ini? 6. Bagaimana perkembangan kondisi infrastruktur di lokasi penelitian hingga saat ini? 7. Siapa saja tokoh yang dihormati di lokasi penelitian? Apa alasannya?

8. Bagaimana pelapisan sosial di lokasi penelitian? Apa dasarnya? 9. Apa saja kegiatan kemasyarakatan di lokasi penelitian?

10. Bagaimana tradisi dan budaya yang terdapat di lokasi penelitian? 11. Bagaimana keadaaan pangan di lokasi penelitian hingga saat ini?

B. Pemanfaatan Modal Sosial

(Ditanyakan pada Petani di Desa Ciaruteun Ilir)

Hari/ tanggal wawancara :

Lokasi wawancara :

Nama dan umur informan :

Jabatan :

Pertanyaan Penelitian :

1. Apa saja kegiatan sosial yang ada di lokasi penelitian yang pernah diikuti? 2. Kapan dan dimana kegiatan sosial tersebut dilakukan?

3. Bagaimana hubungan Anda dengan kerabat atau tetangga?

4. Bagaimana cara Anda membina hubungan sosial dengan kerabat atau tetangga? 5. Apabila terjadi masalah, bagaimana cara Anda mengatasinya?

6. Ketika Anda mengalami kesulitan pangan, apa saja yang Anda lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut?

7. Bagaimana cara Anda mendapatkan kepercayaan dari kerabat atau tetangga sekitar rumah?

(38)

10. Bagaimana Anda menjalani aturan dalam organisasi tersebut?

11. Pernahkah Anda melanggar aturan yang telah ditetapkan di masyarakat? bagaimana Anda menjalaninya?

12. Bagaimana cara Anda mendapatkan kebutuhan sehari-hari baik pangan atau non pangan?

C. Status Ketahanan Pangan

(Ditanyakan pada Petani di Desa Ciaruteun Ilir)

Hari/ tanggal wawancara :

Lokasi wawancara :

Nama dan umur informan :

Jabatan :

Pertanyaan Penelitian :

1. Bagaimana kondisi pangan di rumah tangga Anda?

2. Kapan dan dimana Anda biasanya membeli kebutuhan pangan? 3. Apa saja biasanya yang Anda beli ketika berbelanja?

4. Bagaimana cara Anda mengatur makanan yang dikonsumsi dalam rumah tangga? 5. Apabila terjadi masalah pangan, bagaimana cara Anda mengatasinya?

6. Bagaimana kualitas makanan yang Anda konsumsi? Apakah Anda merasa puas dengan makanan sehari-hari yang telah dikonsumsi?

7. Bagaimana akses Anda dalam memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga? 8. Bagaimana persediaan beras rumah tangga cukup untuk makan dalam sebulan?

Lampiran 3 Tabulasi Silang (dummy table)

Tabel 3 Pemanfaatan Modal Sosial dan Status Ketahanan Pangan Menurut Responden Rumah Tangga Petani Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor

Tinggi Sedang Rendah

Tinggi Sedang Rendah

Status Ketahanan Pangan Pemanfaatan

(39)

Lampiran 4 Matriks Analisis Jumlah Pendapatan Rumah Tangga Petani Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor

Tabel 4 Analisis Jumlah Pendapatan Rumah Tangga Petani Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor

N

O Kegiatan Jumlah Hari Unit Upah

Hasil

Asal Jumlah kiriman

Dijual Konsumsi

A Pertanian

1. Lahan Sendiri a. Padi b. Sayur c. Buah 2. Lahan Sewa

a. Padi b. Sayur c. Buah 3. Buruh Tani

B Non Pertanian

1. Perdagangan 2. Jasa

C Peternakan

D Perikanan

E Hutang

F Kiriman

G Pemberian Sukarela (Zakat)

Gambar

Tabel 1 Perbandingan Indikator Ketahanan Pangan dan Kedaulatan Pangan
Gambar 2 Kerangka Analisis Dari Pengaruh Modal Sosial Terhadap Ketahanan PanganPangan Rumah Tangga Petani
Tabel 2 Pelaksanaan Penelitian
Tabel  3 Pemanfaatan  Modal  Sosial  dan  Status  Ketahanan  Pangan  MenurutResponden Rumah Tangga Petani Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan CibungbulangKabupaten Bogor
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan kriteria taraf keberhasilan tindakan, dapat diketahui rata-rata aktivitas siswa dalam pelaksanaan tindakan pada pertemuan 1 berada dalam

Sumber pengendapan sedimen di muara umumnya berasal dari lahan tanah di daerah hulu yang telah menyerap 210 Pb unsupported dengan partikel penyusun tanah yang

Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada anak didik, dimana anak didik

RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran siswa dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap guru pada satuan pendidikan

Sebelumnya, pada tahun 1989, American Library Association (ALA) memaparkan bahwa untuk menjadi seseorang yang literat dalam informasi, seseorang perlu mengetahui

SURAT PENAWARAN Daftar Personil Inti Daftar Alat Utama Rabu, 19 Juli 2017 Daftar Kuantitas dan Harga Jadwal Pelaksanaan Metode Pelaksanaan Spesifikasi Teknis (bila

Cerebral palsy dan gangguan perkembangan sistem saraf yang lain dari studi epidemiologis banyak terjadi pada anak laki-laki dibanding dengan perempuan, tetapi

(Mengolah Data), peneliti memasukkan data hasil penelitian berdasarkan klasifikasi ke dalam tabel sesuai dengan data yang didapat dari responden yaitu data