• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Pengaruh Pemberian bST terhadap Kadar Glukosa Darah Induk dan Bobot Fetus pada Hari ke-13.

Data pengukuran kadar glukosa darah dan bobot fetus pada hari ke-13 disajikan pada Tabel 5. Dari hasil penelitian terlihat bahwa pemberian bST 9 mg/KgBB pada hari ke-4 sampai hari ke-12 kebuntingan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah induk pada hari ke-13 secara signifikan, namun demikian terlihat ada sedikit kenaikan kadar glukosa darah pada kelompok yang diberi bST. Sejalan dengan kadar glukosa darah, bobot fetus usia 13 hari juga tidak dipengaruhi oleh pemberian bST.

Tabel 5. Rataan Kadar Glukosa Darah dan Bobot Fetus pada Hari ke-13.

Parameter Perlakuan

Kontrol (K) Minyak (M) Hormon (H) Glukosa darah (mg/dl) 74.66 ± 24.52a 81.52 ± 41.01a 86.63 ± 17.35a Bobot fetus (g) * 0.07 ± 0.01a 0.12 ± 0.05a 0.07 ± 0.03a Keterangan : Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan hasil yang

berbeda nyata (p < 0.05). * : Bobot fetus + plasenta

Pengaruh Pemberian bST terhadap Kadar Glukosa Darah, Glukosa Amnion, dan Bobot Fetus pada Hari ke-17.

Data pengukuran kadar glukosa darah, glukosa amnion, dan bobot fetus pada hari ke-17 disajikan pada Tabel 6. Pada usia kebuntingan 17 hari terlihat bahwa bST 9 mg/KgBB tidak mempengaruhi kadar glukosa darah dimana perbandingan antara kadar glukosa darah kelompok bST, kelompok kontrol, dan kelompok minyak tidak signifikan. Perbandingan kadar glukosa amnion ke-3 kelompok percobaan tersebut juga memperlihatkan pola yang sama yaitu tidak signifikan. Sejalan dengan kadar glukosa darah, bobot fetus usia 17 hari tidak dipengaruhi oleh pemberian bST.

Tabel 6. Rataan Kadar Glukosa Darah, Glukosa Amnion, dan Bobot Fetus pada Hari ke-17.

Parameter Perlakuan

Kontrol (K) Minyak (M) Hormon (H) Glukosa darah (mg/dl) 84.81 ± 16.73a 79.33 ± 9.69a 77.10 ± 9.02a Glukosa amnion (mg/dl) 24.68 ± 5.33a 26.96± 16.03a 22.09 ± 12.80a Bobot fetus (g) 0.49 ± 0.07a 0.51 ± 0.10a 0.46± 0.14a Keterangan : Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan hasil yang

berbeda nyata (p < 0.05).

Pengaruh Pemberian bST terhadap Kadar Glukosa Darah, Glukosa Amnion, dan Bobot Fetus pada Hari ke-21.

Data pengukuran kadar glukosa darah, glukosa amnion, dan bobot fetus pada hari ke-21 disajikan pada Tabel 7. Pada usia kebuntingan 21 hari, terlihat kadar glukosa darah induk kelompok bST 9 mg/KgBB lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Tingginya kadar glukosa darah tidak diikuti dengan kadar glukosa cairan amnion dan bobot fetus. Akan tetapi glukosa cairan amnion dan bobot fetus pada umur kebuntingan 21 hari dari kelompok bST menunjukan rataan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok kontrol dan minyak.

Tabel 7. Rataan Kadar Glukosa Darah, Glukosa Amnion, dan Bobot Fetus pada Hari ke-21.

Parameter Perlakuan

Kontrol (K) Minyak (M) Hormon (H) Glukosa darah (mg/dl) 72.26 ± 41.72a 80.93 ± 20.67ab 91.31 ± 28.12b Glukosa amnion (mg/dl) 27.03 ± 15.88a 23.18 ± 1.95a 28.02 ± 16.66a Bobot fetus (g) 3.88 ± 0.18a 3.91± 0.34a 4.39 ± 0.36a Keterangan : Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan hasil yang

Pembahasan

Pemberian bST 9 mg/KgBB pada hari ke-4 sampai hari ke-12 kebuntingan tidak mempengaruhi kadar glukosa darah pada hari ke-13 secara signifikan, tetapi terlihat ada sedikit kenaikan kadar glukosa darah pada kelompok yang diberi bST. Hal ini disebabkan masih ada pengaruh bST walaupun penyuntikan dihentikan pada hari ke-12. Peningkatan kadar glukosa darah sesudah pemberian somatotropin merupakan kombinasi akibat penurunan pemakaian glukosa di dalam jaringan perifer dengan peningkatan produksi glukosa di hati melalui proses glukoneogenesis (Ganong, 2002 ; Pocius dan Herbein, 1986).

Guyton (1995) melaporkan, somatotropin mempunyai aksi penting pada metabolisme glukosa dan metabolisme lemak di induk. Hormon ini menyebabkan penurunan sensitivitas insulin dan penurunan pemakaian glukosa oleh induk, sehingga jumlah glukosa yang tersedia untuk embrio atau fetus semakin besar. Selanjutnya Sterle et al. (1995) melaporkan bahwa somatotropin berperan penting dalam pertumbuhan prenatal. Pemberian somatotropin pada babi menstimulasi sintesis IGF-I di hati dan jaringan lain dan secara signifikan meningkatkan plasma glukosa, asam lemak bebas (FFA), dan insulin (Klindt et al., 1992). Interaksi inilah yang diharapkan mampu meregulasi pertumbuhan fetus (Anthony et al., 1995). Namun menurut Peel et al. (1983) kandungan glukosa yang beredar di dalam darah tidak selalu meningkat oleh perlakuan bST. Keragaman ini mungkin berkaitan dengan status neraca energi yang berbeda pada hewan coba sehingga memberikan respon yang berbeda pula terhadap perlakuan, atau dapat juga disebabkan oleh pengambilan sampel yang tidak cukup mewakili kisaran fluktuasi akut dalam konsentrasi glukosa yang beredar di dalam darah. Kadar glukosa darah induk selama kebuntingan masih dalam kisaran normal. Menurut Loeb (1989) kadar glukosa darah tikus normal adalah 60-100 mg/dl.

Somatotropin (bST) yang diberikan pada tikus betina bunting tidak mempengaruhi bobot fetus, meskipun kadar glukosa darah sedikit lebih tinggi pada hari ke-13. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Rehfeldt et al

(2001) bahwa somatotropin yang diberikan pada umur 10-27 hari kebuntingan pada babi tidak menginduksi perubahan apapun terhadap rata-rata bobot embrionik, fetus, ataupun neonatal.

Regulasi dari pertumbuhan fetus sangat kompleks dan susah untuk dipahami. Pada hari ke-17 usia kebuntingan perbandingan antara kadar glukosa darah kontrol, minyak, dan hormon tidak signifikan, demikian halnya dengan kadar glukosa amnion maupun bobot fetus. Pada hari ke-13 usia kebuntingan memang terlihat sedikit kenaikan kadar glukosa darah pada perlakuan bST, tetapi perbedaan ini tidak dipertahankan pada hari ke-17. Hal ini mungkin terjadi akibat

withdrawl time dari bST yang pendek. Pada sapi somatotropin meningkat dan mencapai puncak dalam plasma sekitar 8 jam setelah penyuntikan dan kemudian kembali ke konsentrasi basal sekitar 24 jam setelah penyuntikan (Manalu, 1994). Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Rehfe1dt et al. (2001) yang menyatakan bahwa somatotropin bekerja sebelum withdrawl timenya berakhir.

Kadar glukosa darah meningkat secara signifikan pada hari ke-21 kebuntingan tetapi tidak diikuti dengan peningkatan kadar glukosa cairan amnion maupun bobot fetus. Peningkatan kadar glukosa darah dan cairan amnion kelompok bST disebabkan oleh mekanisme fisiologis normal tubuh seiring bertambahnya usia kebuntingan. Peningkatan kadar glukosa ini memang tidak meningkatkan bobot fetus secara signifikan tetapi terlihat rataannya lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol dan minyak yang mencerminkan pemanfaatan glukosa oleh fetus. Selain glukosa, faktor lingkungan dan genetik juga menentukan dalam regulasi pertumbuhan fetus (Gluckman, 1986 ; Blasco et al., 1993).

KESIMPULAN

Pemberian bovine somatotropin (bST) pada tikus bunting usia 4-12 hari tidak mempengaruhi kadar glukosa darah maupun glukosa cairan amnion dan tidak menginduksi perubahan apapun terhadap bobot fetus.

SARAN

Perlu diteliti efek penggunaan somatotropin (bST) dalam jangka waktu yang lama atau selama periode kebuntingan.

Dokumen terkait