• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan bentuk media yang berbeda memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun dan jumlah akar, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase terbentuknya tunas, umur munculnya tunas dan jumlah akar.

Perlakuan jenis komposisi media yang berbedamemberikan pengaruh yang nyata pada umur munculnya tunas dan panjang akar, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase terbentuknya tunas, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun dan jumlah akar.

Interaksi antara bentuk media dan jenis komposisi mediamemberikan pengaruh yang nyata terhadappanjang tunas dan panjang akar, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata pada persentase terbentuknya tunas, jumlah tunas, umur munculnya tunas, jumlah daun dan jumlah akar.

Tabel 1. Rekapitulasi peubah amatan sidik ragam pada perbanyakan tanaman anggrek C. trianae pada bentuk dan jeniskomposisi media (8 minggu setelah tanam)

Peubah Amatan Perlakuan

B J B x J

Persentase TerbentuknyaTunas (%)a tn tn tn

Jumlah Tunas (buah) a ** tn tn

Panjang Tunas (cm) a ** tn **

Umur Muncul Tunas (hari) tn ** tn

Jumlah Daun (helai) a ** tn tn

Jumlah Akar (buah) a ** tn tn

Panjang Akar (cm) a tn ** **

Keterangan: B = Bentuk media

J = Jenis komposisi media

BxJ = Interaksi bentuk media dengan jenis komposisi media ** = Sangat nyata pada taraf 5 %

tn = Tidak nyata a= Transformasi data

Tabel 1 menunjukkan bahwabentuk media berpengaruh sangat nyata pada jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun dan jumlah akar. Eksplan berpengaruh sangat nyata padaumur muncul tunas dan panjang akar. Sedangkan interaksi bentuk x jenis berpengaruh sangat nyata pada panjang tunas dan panjang akar. Interaksi yang nyata menunjukkan adanya perbedaan respon eksplan yang diuji pada 2 bentuk media dan 6 jenis komposisi media tanam.

Persentase terbentuknya tunas (%)

Hasil pengamatan persentase terbentuknya tunas beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 5.Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa bentuk media, jenis komposisi media dan interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap pembentukan tunas.

Tabel 2. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap persentase terbentuknya tunas.

Bentuk (B) Jenis (J) Rataan

J1 J2 J3 J4 J5 J6 B1 100,00 60,00 ...%... 75,00 100,00 100,00 100,00 89,17 B2 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Rataan 100,00 80,00 87,50 100,00 100,00 100,00 94,58 Keterangan: - Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat

- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l

-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi Arcusinus (1/4 n)

Tabel 2menunjukkan bahwa bentuk media, jenis komposisi media serta interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap persentase terbentuknya tunas anggrek C.trianae.

Jumlah Tunas (buah)

Hasil pengamatan jumlah tunas beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa bentuk media tanam

berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas yang dihasilkan. Namun, jenis komposisi mediaserta interkasi keduanya menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap jumlah tunas.

Rataan jumlah tunas dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap jumlah tunas.

Bentuk (B) Jenis (J) Rataan

J1 J2 J3 J4 J5 J6 B1 2,00 1,20 ....buah.... 1,00 1,50 1,45b 1,25 1,75 B2 1,33 2,60 2,40 2,33 2,20 3,00 2,31a Rataan 1,67 1,90 1,83 2,04 1,60 2,25 1,88 Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. - Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat

- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l

-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+0,5)½

Tabel 3 menunjukkan bentuk media berpengaruh nyata pada jumlah tunas. Jumlah tunas rataan terbanyak adalah 2,31 (buah) yaitu pada perlakuan (B2)media padat. Sedangkan jumlah tunas rataan terendah adalah 1,45 (buah) yaitu pada perlakuan (B1) media cair.

Penampilan tunas yang berasal ditanam pada (B2) media padat dan (B1) media cair dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar3. a. Penampilan tunas yang berasal dari (B2) media padat b.Penampilan tunas yang berasal dari (B1) media cair

Gambar 3. menunjukkan bahwa eksplan yang ditanam pada (B2) media padat dapat membentukjumlah tunasyang lebih banyak dibandingkan dengan eksplan yang ditanam pada (B1) media cair.

Panjang tunas (cm)

Hasil pengamatan panjang tunas beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa bentuk media tanam dan interaksi antara bentuk media dengan jenis komposisi media berpengaruh nyata terhadap pertambahan panjang tunas. Jenis komposisi media menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertambahan panjang tunas.

Rataan panjang tunas dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap panjang tunas.

Bentuk (B) Jenis (J) Rataan

J1 J2 J3 J4 J5 J6 ...cm... B1 B2 0,85d 0,90cd 0,48hi 1,00b 0,43i 0,62ef 0,70e 0,50gh 0,33i 1,36a 0,98bc 0,56fg 0,63 0,82 Rataan 0,88 0,74 0,52 0,60 0,85 0,77 0,73 Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. - Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat

- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l

-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+0,5)½

Tabel 4. menunjukkan interaksi antara bentuk media dan jenis komposisi media berpengaruh nyata terhadap penjang tunas anggrek. Panjang tunastertinggi adalah 1,36 (cm) pada perlakuan B2J5 yaitu media padat (B2) pada jenis komposisi media J5 (NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l), diikuti B2J2 yaitu media padat (B2) pada jenis komposisi media J2(¾ MS + BAP 1 ppm + air kelapa

150 ml/l), B1J6 yaitu media cair (B1) pada jenis komposisi media J6(½ NN+ BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l) dengan rataan panjang tunas masing- masing 1,00 (cm) dan 0.98 (cm). Panjang tunas terendah adalah 0,33 (cm) pada perlakuan B1J5 yaitu bentuk mediapadat (B1) pada media J5(NN +BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l).Perlakuan B2J5 berbedanyata dengan perlakuan B1J1, B1J2, B1J3, B1J4, B1J5, B1J6, B2J1, B2J2, B2J3, B2J4 dan B2J6.

Penampilan tunas yang berasal ditanam pada media padat B2J5(NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l) dan media cair B1J5(NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l) dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. a. Penampilan tunas yang berasal dari media padat B2J5 (NN + BAP 1ppm + air kelapa 150 ml/l)

b.Penampilan tunas yang berasal dari media cair B1J5

(NN+ BAP 1ppm + air kelapa 150 ml/l)

Gambar 4. menunjukkan bahwa eksplan yang ditanam pada media B2J5 dapat membentuktunasyang lebih tinggi dibandingkan dengan eksplan yang ditanam pada media B1J5.

Umur Munculnya Tunas (hari)

Hasil pengamatan umur munculnya tunas beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa jenis komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap umur munculnya tunas.

Bentuk media dan interkasi antara bentuk media dengan jenis komposisi media menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap umur munculnya tunas.

Rataan umur munculnya tunas dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap umur munculnya tunas

Bentuk (B) Jenis (J) Rataan

J1 J2 J3 J4 J5 J6

...hari...

B1 13,00 12,33 13,00 13,25 12,33 11,25 12,53 B2 12,67 11,20 12,40 12,33 12,60 10,80 12,00 Rataan 12,83a 11,77b 12,70a 12,79a 12,47a 11,03c 12,26 Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. - Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat

- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l

Tabel 5. menunjukkan umur munculnya tunastercepat adalah 11,03 (hari) setelah tanam pada perlakuan J6(½ NN + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l), diikuti J2 (¾ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa150 ml/l) dengan rataan umur 11,77 (hari). Umur muncul tunas paling lama adalah pada perlakuan J1 (MS+ BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l) yaitu dengan rataan 12,83(hari) setelah inisisasi.Perlakuan J6 dan J2 berbedanyata dengan perlakuan J1, J3, J4 dan J5 dalam mempercepat munculnya tunas.

Jumlah Daun (helai)

Hasil pengamatan jumlah daun beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa bentuk media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun namun jenis komposisi media berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah daun. Jenis komposisi media dan interaksi keduanya menunjukkan pengaruh tidak nyata.

Rataan jumlah daun dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap pertambahanjumlah daun.

Bentuk (B) Jenis (J) Rataan

J1 J2 J3 J4 J5 J6

...helai...

B1 12,00 10,80 8,00 9,25 8,67 9,00 9,62b

B2 9,33 12,20 10,60 10,67 13,60 13,60 11,67a Rataan 10,67 11,50 9,30 9,96 11,13 11,30 10,64 Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. - Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat

- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l

-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+0,5)½

Tabel 6.Menunjukkan bentuk media berpengaruh nyata pada pertambahanjumlah daun. Jumlah daun yang tertinggi dihasilkan pada perlakuan (B2) bentuk media padat dengan rataan 11,67 helai. Jumlah daun terendah pada (B1) bentuk media cair dengan rataan 9,62 helai. Perlakuan B1 berbeda nyata dengan perlakuan B2.

Penampilan tunas yang berasal ditanam pada (B2) media padat dan (B1)media cair dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. a. Penampilan tunas yang berasal dari (B2)media padat b.Penampilan tunas yang berasal dari (B1) media cair

Gambar 5. menunjukkan bahwa eksplan yang ditanam pada (B2) media padat dapat membentukdaunyang lebih baik dibandingkan dengan eksplan yang ditanam pada (B1) media cair.

Jumlah Akar (buah)

Hasil pengamatan jumlah akar beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa bentuk media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah akar namun jenis komposisi media berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan jumlah akar. Jenis komposisi media dan interaksi keduanya menunjukkan pengaruh tidak nyata.

Rataan jumlah akar dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap pertambahanjumlah akar.

Bentuk (B) Jenis (J) Rataan

J1 J2 J3 J4 J5 J6

...buah...

B1 1,50 3,40 2,75 3,50 2,00 2,75 2,65b

B2 3,33 4,80 5,00 3,00 2,60 3,20 3,66a

Rataan 2,42 4,10 3,88 3,25 2,30 2,98 3,15 Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. - Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat

- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l

-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+0,5)½

Tabel 7 menunjukkan bentuk media berpengaruh nyata pada pertambahanjumlah akar. Jumlah akar yang tertinggi dihasilkan pada perlakuan (B2) bentuk media padat dengan rataan 3,66 buah. Jumlah akar terendah pada (B1) bentuk media cair dengan rataan 2,65 buah. Perlakuan B1 berbeda nyata dengan perlakuan B2.

Tabel 7 Penampilan akar yang berasal ditanam pada (B2) media padat dan (B1) media cair dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. a. Penampilan akar yang berasal dari media padat b.Penampilan akar yang berasal dari media cair

Gambar 6. menunjukkan bahwa eksplan yang ditanam pada media padat dapat membentukakaryang lebih banyak dibandingkan dengan eksplan yang ditanam pada media cair.

Panjang Akar (cm)

Rataan panjang akar dari perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh perlakuan bentuk media dan jenis komposisi media terhadap panjang akar.

Bentuk (B) Jenis (J) Rataan

J1 J2 J3 J4 J5 J6

...cm...

B1 0,70ef 0,40j 0,30k 0,58gh 0,83cd 1,15a 0,66 B2 0,73bc 0,9b 0,76de 0,47ij 0,54hi 0,66fg 0,68 Rataan 0,72 0,67 0,53 0,52 0,69 0,91 0,67 Keterangan: - Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. - Perlakuan B1: Media Cair; B2: Media Padat

- Perlakuan J1: MS + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l; J2: ¾ MS + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J3: ½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J4: VW+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J5: Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l; J6: ½ Nitsch & Nitsch+ BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l

-Analisis dilakukan berdasarkan transformasi (x+0,5)½

Tabel 8. menunjukkan jenis komposisi media tanam dan interaksi antara bentuk media dengan jenis komposisi media berpengaruh nyata terhadap

pertambahan panjang akar. Bentuk media menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertambahan panjang akar.Hasil pengamatan panjang akar beserta sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 11.

Panjang akar tertinggi adalah 1,15 (cm) pada perlakuan B1J6 yaitu media cair (B1) pada jenis komposisi media J6 (½ NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l).Panjang akar terendah adalah 0,30 (cm) pada perlakuan B1J3 yaitu bentuk cair (B1) pada media J3(½ MS +BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l).Perlakuan B1J6 dan B1J3 berbedanyata dengan perlakuan B1J1, B1J2, B1J4, B1J5, B2J1, B2J2, B2J3, B2J4, B2J5 dan B2J6.

Penampilan akar yang berasal ditanam pada media cair B1J6 (½ NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l) dan media cair B1J3 (½ MS + BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l) dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. a. Penampilan akar yang berasal dari media cair B1J6 (½ NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l)

b.Penampilan akar yang berasal dari media cair B1J3 (½ MS+ BAP 1 ppm + air kelapa 150 ml/l)

Gambar 6. menunjukkan bahwa eksplan yang ditanam pada media B1J6 dapat membentukakaryang lebih panjang dibandingkan dengan eksplan yang ditanam pada media B1J3.

Pembahasan

Pengaruh bentuk media yang berbeda terhadap perbanyakan tanaman anggrek CattleyatrianaeLindl & Rchb.fil secara in vitro

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara statistik diperoleh bahwa perlakuan bentuk media berpengaruhnyata terhadap pertambahan jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun dan jumlah akar tanaman anggrek, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase pembentukan tunas, umur munculnya tunas dan panjang akar.Eksplan yang ditanam pada media padat dapat menghasilkanjumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun serta jumlah akar yang lebih baik dibandingkan dengan bentuk media cair.

Pada peubah amatan persentase pembentukan tunas yang tertinggi dihasilkan pada bentuk media B2 (media padat) dengan rataan 100%, sedangkan persentase tunas terendah dihasilkan pada bentuk media B1 (media cair) dengan rataan sebesar 89,75%.Penambahan agar pada media dapat mempengaruhi terbentuknya tunas pada tanaman anggrek Cattleya. Diduga,penggenangan menyebabkan ketersediaan oksigen kurang baik pada media cair sehingga

menghambat pembentukan tunas. Hal ini didukung oleh penelitian Sumaryono et al., (1994)kultur cair telah berhasil dilakukan pada kelapa sawit.

Sistem ini memberikan hasil yang menjanjikan karena dapat memproduksi embrio somatik dalam skala besar dengan menggunakan bioreaktor. Akan tetapi pada medium cair, eksplan cenderung mengalami kekurangan oksigen sehingga dapat menghambat pertumbuhan . Kasi dan Sumaryono, (2008)pada media cair seluruh permukaan eksplan dapat berhubungan (kontak) langsung dengan media pada saat media menggenangi eksplan, sehingga penyerapan nutrisi terjadi di seluruh bagian eksplan, tidak hanya di bagian bawah saja seperti pada medium padat. Tetapi,

dengan perendaman secara terus-menerus, transfer oksigen tidak cukup. Oleh karena itu, pertumbuhan tunas menjadi terhambat.

Menurut Rahayu (2015), laju difusi O2 dari udara didalam bejana kedalam jaringan eksplan berlangsung optimal bila eksplan terpapar dalam atmosfer bejana dan tidak tenggelam. Apabila eksplan tenggelam,O2 diperoleh dari gas yang terlarut didalam medium kultur. Dibandingkan melalui udara, O2 berdifusi jauh lebih lambat melalui air. Difusi O2 dari medium cair ke dalam jaringan tumbuhan terhambat akibat tekanan antar muka air-jaringan. Resistensi untuk difusi berkurang jika air atau medium diaduk atau dikocok. Oleh karena itu penyerapan O2 terjadi sangat lambat pada jaringan yang terendam dikedalaman berapapun.

Pada penelitian yang dilakukan Kasi dan Sumaryono, (2008)peningkatan bobot kalus embriogenik sagu pada medium cair lebih baik dibandingkan dengan medium padat. Pada kultur kalus embriogenik kelapa sawit juga menunjukkan hal yang serupa, dimana pertumbuhan kalus pada medium cair lebih baik dibandingkan pada medium padat (Sumaryono et al., 1994). Pada medium padat, hanya sebagian dari kalus embriogenik yang bersinggungan dengan permukaan medium, sementara pada medium cair seluruh kalus embriogenik terpapar pada medium. Hal ini berpengaruh terhadap penyerapan medium oleh kalus yang digunakan untuk tumbuh. Pemaparan kalus embriogenik terhadap medium secara terus-menerus dapat menyebabkan kalus mengalami kekurangan oksigen yang juga menghalangi pertumbuhan kalus.

Pengaruh jenis komposisi media yang berbeda terhadap perbanyakan tanaman anggrek Cattleya trianaeLindl & Rchb.filsecara in vitro

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara statistik diperoleh bahwa perlakuan jenis komposisi media berpengaruh nyata terhadap umur munculnya

tunas dan panjang akar, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap persentase pembentukan tunas, jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daun dan jumlah akar. Eksplan yang ditanam pada media menunjukkan pengaruh pertumbuhan yang berbeda. Eksplan tunas mikro berdaun 4 dari hasil subkulutr yang ditanam pada semua jenis komposisi media pada hari ke 12 mulai menunjukkan adanya mucul tunas mikro pada ruas-ruas batang dan pada hari ke 16mucul akar.

Jenis komposisi media terbaik adalah pada perlakuan J6(½ NN + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l) dengan rataan umur mucul tunas tercepat , jumlah daun, jumlah tunas dan panjang akar tertinggi. Diduga,komposisi unsur hara dari media Nitsch & Nitsch ½ dari standart sesuai bagi pertumbuhan eksplan anggrek C.trianaehasil subkultur. Hal ini sesuai dengan hasil penelitianSurpriati, (2010) pada penelitian multiplikasi tunas penghematan bahan kimia dapat dilakukan dengan mengurangi konsentrasi garam makro pada media dasar MS sampai 25% dari standar, sehingga untuk memperoleh jumlah tunas yang sama hanya diperlukan ¾ MS. Dengan demikian dari penelitian multiplikasi ini dapat diperoleh langkah efisiensi dalam penggunaan bahan kimia untuk media dasar MS dan NN sebagai pemicu multiplikasi tunas.

Pada penelitian de Faria et al.,(2002)media MS yang dimodifikasi dengan pengurangan setengah komposisi nutrisi makro dari komposisi standart dan dilengkapi dengan 2 g/l arang aktif dapat meningkatkan bobot basah planlet, pertambahan panjang akar, menambah jumlah akar dan jumlah tunas pada tanaman anggrek Cattleya walkerianaBrazil.

Pengaruh interaksi bentuk media dan jenis komposisi media yang berbeda terhadap perbanyakan tanaman anggrek Cattleya trianaeLindl & Rchb.filsecara in vitro

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara statistik diperoleh bahwa interaksi bentuk media dan jenis komposisi media berpengaruh nyata terhadap panjang tunas dan panjang akar.Namun, interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata pada parameter lainnya. Setiap eksplan memberikan pengaruh yang berbeda pada tiap parameter perlakuan.

Interaksi bentuk media dan jenis komposisi media terhadap panjang tunas adalah hasil yang didapatkan untuk melihat respon eksplan tanaman anggrek yang ditanam pada komposisi media dalam membentuk tunas. Dengan demikian, interaksi antara bentuk dan jeniskomposisi media berpengaruh nyata terhadappertambahan panjang tunas. Dari data yang didapat pada pertambahan panjangtunas paling tinggi adalah 1,36cmpada perlakuan B2J5media padat (B2) pada jenis komposisi media J5 (NN + BAP 1 ppm + air kelapa 150ml/l) dan yang paling rendahterdapat pada perlakuan B1J5 yaitu , media cair (B1) pada jenis komposisi media J5 (NN + BAP 1 ppm + air kelapa150ml/l) yaitu0,33 cm. Pada pertambahan jumlah daun tertinggi juga terdapat pada media B2J5 dengan rataan daun 13,60 helai. Pada pertambahan jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan B2J6 dengan jumlah tunas rataan 3,00 buah. Sedangkan pertambahan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan B2J3 yaitu dengan rataan jumlah akar tertinggi 5,00 buah.

Penambahan agar pada media digunakan eksplan sebagai tempat berdiri tegak sehingga mempengaruhi perpanjangan tunas pada tanaman anggrek Cattleya. Penggenangan pada ekspaln juga menyebabkan ketersediaan oksigen

kurang baik pada media cair sehingga menghambat perpanjangan tunas. Selain itu, jenis komposisi yang terkandung pada media mempengaruhi pertumbuhan eksplan. Setiap perlakuan yang diberikan mendapatkan respon yang berbeda-beda dari setiap eksplan pada di setiap parameter pengamatan. Hal ini didukung oleh penelitian Sumaryono et al., (1994)pada media cair memberikan hasil yang menjanjikan karena dapat memproduksi embrio somatik pada kelapa sawit dalam skala besar dengan menggunakan bioreaktor. Akan tetapi pada medium cair, eksplan cenderung mengalami kekurangan oksigen sehingga dapat menghambat pertumbuhan. Kasi dan Sumaryono, (2008)pada media cair seluruh permukaan eksplan dapat berhubungan (kontak) langsung dengan media pada saat media menggenangi eksplan, sehingga penyerapan nutrisi terjadi di seluruh bagian eksplan, tidak hanya di bagian bawah saja seperti pada medium padat. Tetapi, dengan perendaman secara terus-menerus, ketersediaan oksigen tidak cukup. Oleh karena itu, pertumbuhan tunas menjadi terhambat. Menurut Widiastoety (2003), senyawa nitrogen yang terkandung dalam media berperan dalam sintesis asam- asam amino dan protein secara optimal yang selanjutnya digunakan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemanjangan batang terjadi karena adanya proses pembelahan, pemanjangan dan pembesaran sel-sel baru yang terjadi pada meristem ujung batang yang mengakibatkan tanaman bertambah tinggi.

Dokumen terkait