• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Keadaan Umum

Media tanam yang digunakan untuk pembibitan kopi yaitu top soil dari Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Dramaga, Bogor. Hasil analisis media tanam sebelum dan sesudah percobaan dapat dilihat pada Lampiran 2. Tekstur tanah terdiri atas pasir 6.52%, debu 6.56% dan liat 86.92%. Reaksi tanah tergolong masam dengan pH (H2O) 4.60, kandungan C organik sedang (2.39%), N total sedang (0.21%), P (Bray I) sangat rendah (7.10 ppm), dan K sangat rendah (0.3%). Kandungan unsur hara lainnya yaitu Ca (1.43 me 100 g-1) tergolong sangat rendah, Mg (0.43 me 100 g-1) dan Na (0.16 me 100 g-1) tergolong rendah. Kapasitas tukar kation tanah tergolong sedang (21.55 me 100 g-1) dan kejenuhan basa tergolong sangat rendah (9.74%). Kondisi media tanam sesuai dengan syarat tumbuh bibit kopi Arabika. Menurut Ditjenbun (2012), tekstur tanah yang paling baik untuk kopi Arabika yaitu lempung berpasir, lempung berliat, lempung berdebu, dan lempung liat berdebu. Derajat keasaman tanah yang optimum 5.5-6 dengan derajat kemasaman tanah maksimum 8 dan minimum 4. Tanaman kopi Arabika menghendaki kadar N tanah lebih dari 0.21%, P (Bray-1) lebih dari 16 ppm dan K lebih dari 0.51 me 100 g-1. Kandungan hara N, P, K tanah sebelum penelitian masih kurang sesuai dengan syarat tumbuh kopi Arabika. Kekurangan hara pada media tanam dipenuhi dengan pemupukan.

Hasil analisis sampel tanah sesudah penelitian dilakukan pada perlakuan pupuk anorganik, anorganik-organik kompos kulit kopi dan kompos kotoran sapi (Lampiran 2). Aplikasi pupuk anorganik-organik kompos kulit kopi dan pupuk kompos kotoran sapi menunjukkan adanya peningkatkan pH (H2O) menjadi 5.00. Kadar N meningkat menjadi 19% pada aplikasi pupuk anorganik, meningkat sekitar 81% pada aplikasi pupuk anorganik-organik kompos kulit kopi, dan meningkat 128% pada aplikasi pupuk anorganik-organik kompos kotoran sapi dibandingkan sebelum penelitian tetapi tidak mengalami peningkatan status hara (sedang). Peningkatan yang signifikan juga terjadi pada kandungan P-tersedia (ppm) yang semula hanya 7.10 ppm (sangat rendah) meningkat masing-masing perlakuan pupuk anorganik, pupuk anorganik-organik kompos kulit sapi dan kompos kotoran sapi yaitu menjadi 10.10 ppm (rendah), 25.00 ppm (sedang) dan 56.40 ppm (sangat tinggi). Kandungan K pada awal penelitian sebesar 0.3% (sangat rendah) meningkat menjadi 1.01% (rendah) pada perlakuan pupuk anorganik, 2.34% (tinggi) pada perlakuan kombinasi anorganik-organik kompos kulit kopi dan 2.8% (tinggi) pada kombinasi pupuk anorganik-organik kompos kotoran sapi (Hardjowigeno 2003). Hasil analisis kandungan unsur hara pupuk kompos kulit kopi dan kompos kotoran sapi terdapat pada Lampiran 3. Secara umum kandungan unsur hara pupuk kompos kulit kopi lebih tinggi dibandingkan pupuk kompos kotoran sapi.

Curah hujan di lokasi percobaan (Juli 2013-Januari 2014) berkisar 187- 702 mm per bulan, tertinggi pada bulan Januari 2014 dan terendah pada bulan Nopember 2013, dengan rata-rata curah hujan 402.14 mm/bulan. Jumlah hari hujan berkisar 12-28 hari dengan rata-rata 18.71 hari, suhu bulanan berkisar 25- 26.1 °C dengan rata-rata 25.74 °C, kelembaban udara berkisar 81-89 % dengan

rata-rata 84%/bulan dan lama penyinaran berkisar antara 3-10 jam/hari dengan rata-rata 7 jam/hari. Lama penyinaran tertinggi pada bulan Oktober 2013 dan terendah pada bulan Januari 2014. Keadaan iklim selama penelitian terdapat pada Lampiran 4.

Hasil pengamatan terhadap iklim mikro tidak dianalisis secara statistik. Suhu udara, kelembaban nisbi dan intensitas cahaya di bawah naungan lebih rendah dibandingkan dengan intensitas cahaya di luar naungan. Adanya perbedaan suhu udara, kelembaban nisbi udara di bawah berbagai intensitas naungan disebabkan oleh perbedaan jumlah intensitas cahaya matahari yang sampai di bawah naungan. Pengamatan keadaan iklim mikro dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari yaitu pada pagi hari, siang dan sore hari. Secara umum, suhu dan intensitas cahaya matahari mulai meningkat dari pagi hingga siang hari kemudian menurun pada sore hari. Kelembaban cukup tinggi pada pagi hari dan menurun pada siang hari kemudian meningkat kembali pada sore hari. Keadaan iklim mikro di lokasi penelitian pada bulan Agustus dapat dilihat pada Tabel 6. Intensitas cahaya matahari selama penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 6. Keadaan iklim mikro di lokasi penelitian pada bulan Agustus 2014

Unsur iklim Waktu Intensitas Naungan (%) Naungan Di luar

25 50 75 90 Suhu (°C) 07.00 29 30 29 28 30 12.00 36 35 33 33 36 17.00 32 29 28 26 33 RH (%) 07.00 82 81 81 80 82 12.00 48 51 62 55 69 17.00 80 79 79 80 57 Intensitas cahaya (Lux) 07.00 251 125 54 15 535 12.00 589 306 94 22 924 17.00 47 32 13 6 78

Pengamatan terhadap serangan hama dan penyakit selama penelitian berlangsung menunjukkan bahwa hama yang menyerang bibit kopi adalah belalang (Valanga nigricornis), ulat api (Setora nitens), dan ulat jengkal (Hyposidea infixaria), sedangkan penyakit yang menyerang bibit adalah bercak daun (Cercospora coffeicola) serta penyakit daun hangus. Penyakit bercak daun yang disebabkan Cercospora coffeicola ditandai dengan adanya bercak bulat kecil berwarna cokelat dan cokelat tua setelah itu bercak cokelat tersebut berubah menjadi putih dan kelabu seperti debu, sedangkan penyakit daun hangus disebabkan oleh root dauw yaitu adanya lapisan berwarna hitam di permukaan daun serta terdapat kumpulan semut di bagian daun. Gambaran keadaan umum bibit kopi di lokasi penanaman pada awal penelitian disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Kondisi awal bibit kopi Arabika pada aplikasi pupuk anorganik- organik dan intensitas naungan

Penyakit karat daun yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix yang dikhawatirkan dapat menyerang bibit kopi Arabika, ternyata tidak menunjukkan adanya gejala serangan penyakit tersebut selama penelitian berlangsung. Gulma yang terdapat di lahan penelitian adalah babadotan (Ageratum conyzoides), papaitan (Axonopus compressus), teki (Cyperus rotundus), dan Asystasia gangetica. Pengendalian gulma dilakukan secara manual menggunakan cangkul pada lahan percobaan dan dicabut langsung untuk gulma di dalam polybag.

Rekapitulasi Sidik Ragam

Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 6), aplikasi pupuk anorganik- organik berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang pada umur 1-7 BSP, bobot basah akar dan tajuk, bobot kering akar dan tajuk, panjang akar dan volume akar pada 4 dan 7 BSP, luas daun, klorofil a, klorofil b, total klorofil, nilai SPAD, jumlah stomata, stomata menutup, kerapatan stomata, kandungan unsur N, P dan K, status hara N, P dan K.

Intensitas naungan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang umur 2-7 BSP, bobot basah tajuk dan panjang akar 4 BSP, bobot basah dan bobot kering akar, bobot basah dan kering tajuk umur bibit 7 BSP, nisbah bobot basah akar/tajuk 4 dan 7 BSP, nisbah bobot kering akar/tajuk 7 BSP, ketebalan dan luas daun bibit kopi Arabika, akan tetapi tidak berpengaruh terhadap bobot basah dan bobot kering akar, bobot kering tajuk, panjang, volume akar umur 4 dan 7 BSP, klorofil a, klorofil b, total klorofil, nilai SPAD, jumlah stomata, stomata menutup, kerapatan stomata, kandungan unsur N, P, status hara N, P.

Interaksi antara intensitas naungan dan pupuk anorganik-organik berpengaruh nyata terhadap jumlah daun (6 BSP), diameter batang (6-7 BSP), panjang akar, ketebalan, luas daun dan kandungan P daun bibit kopi Arabika.

25% 50%

90% 75%

Berdasarkan hasil uji lanjut dengan menggunakan uji kontras orthogonal menunjukkan perbandingan aplikasi pupuk anorganik : pupuk anorganik-organik (P1 vs P2, P3, P4, P5) berbeda nyata terhadap tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang (3-7 BSP), bobot basah akar (4 dan 7 BSP), bobot basah tajuk (4 dan 7 BSP), bobot kering akar (4 dan 7 BSP), bobot kering tajuk (4 dan 7 BSP), panjang akar, volume akar (7 BSP), nisbah boobt kering akar/tajuk 4 BSP, luas daun, kandungan P, K, dan status N, P, K. Perbandingan antara kombinasi pupuk anorganik-organik kompos kulit kopi : kompos kotoran sapi (P2, P3 vs P4, P5) berbeda nyata terhadap tinggi bibit (2-7 BSP), jumlah daun (1-7 BSP), diameter batang (3-7 BSP), bobot basah akar, bobot basah tajuk, bobot kering akar, bobot kering tajuk, panjang akar, volume akar (4 dan 7 BSP), luas daun, klorofil a, klorofil b, nisbah klorofil b/a, kandungan P, dan status N, P, K.

Hasil uji kontras polinomial aplikasi intensitas naungan secara umum berpengaruh nyata secara kuadratik terhadap tinggi bibit (7 BSP), jumlah daun (5 BSP), diameter batang (6 BSP), bobot basah akar (7 BSP), bobot basah tajuk (7 BSP), bobot kering akar (7 BSP), volume akar (7 BSP), luas daun (7 BSP), nisbah bobot basah dan kering akar/tajuk (4 dan 7 BSP), dan status P.

Respon Pertumbuhan Bibit Kopi terhadap Aplikasi Pupuk Anorganik- organik

Peubah Morfologi

(1) Tinggi bibit. Aplikasi pupuk anorganik-organik menghasilkan bibit kopi Arabika yang lebih tinggi dibandingkan dengan aplikasi pupuk anorganik mulai umur 1-7 BSP. Peningkatan tinggi bibit pada aplikasi pupuk anorganik-organik sebesar 85.18% dibandingkan pupuk anorganik. Aplikasi 25% dosis pupuk anorganik + 75% pupuk kompos kotoran sapi (P5) secara konsisten sejak awal pengamatan menghasilkan bibit kopi paling tinggi dan sama baiknya dengan aplikasi 50% dosis pupuk anorganik + 50% pupuk kompos kotoran sapi (P4) pada 1, 6 dan 7 BSP. Berdasarkan tinggi bibit, aplikasi pupuk 25% dosis pupuk anorganik + 75% pupuk kompos kotoran sapi (P5) dapat menggantikan penggunaan pupuk anorganik sebanyak 50-75% dari dosis anjuran.

Tinggi bibit pada aplikasi pupuk anorganik berbeda sangat nyata dengan aplikasi anorganik-organik mulai dari bibit berumur 3-7 BSP (P1 vs P2, P3, P4, P5). Tinggi bibit pada aplikasi pupuk organik kompos kotoran sapi lebih tinggi dibandingkan aplikasi pupuk organik kompos kulit kopi (P2, P3 vs P4, P5) sejak bibit berumur 2-7 BSP. Bibit kopi Arabika pada aplikasi pupuk organik kompos kotoran sapi mampu menghasilkan rata-rata tinggi bibit kopi 48.12 cm lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tinggi bibit kopi pada aplikasi pupuk organik kompos kulit kopi yaitu 31.195 cm. Aplikasi pupuk 25% dosis anorganik + 75% pupuk organik menghasilkan bibit kopi Arabika yang lebih tinggi dibandingkan aplikasi pupuk 50% dosis anorganik+ 50% pupuk organik pada bibit berumur 2 dan 5 BSP.

Berdasarkan kriteria bibit siap salur (Permentan 2013), tinggi bibit kopi Arabika pada aplikasi pupuk anorganik-organik telah memenuhi syarat pada umur 6-7 BSP yaitu tinggi bibit kopi Arabika mencapai 25-30 cm. Pengaruh aplikasi pupuk terhadap tinggi bibit bibit kopi Arabika dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengaruh aplikasi pupuk anorganik-organik terhadap tinggi bibit kopi Arabika

Aplikasi Pupuk

Umur (bulan setelah pindah tanam)

0 1 2 3 4 5 6 7

...(cm)...

P1 5.39 6.71b 8.61c 10.05c 13.79c 18.22c 24.92b 27.44b

P2 5.35 6.54b 7.68cd 8.42c 12.42c 19.26c 28.94b 31.25b

P3 5.68 6.89b 7.59d 8.08c 11.57c 19.86c 29.56b 31.14b

P4 5.43 7.88a 12.43b 18.81b 27.18b 36.25b 45.57a 45.61a

P5 5.58 7.64a 13.76a 21.37a 31.96a 41.11a 49.58a 50.63a

Pr > F tn ** ** ** ** ** ** **

P1 vs P2, P3, P4, P5 tn * ** ** ** ** **

P2, P3 vs P4, P5 tn ** ** ** ** ** **

P2 P4 vs P3 P5 tn ** tn tn * tn tn

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%. *= berpengaruh nyata pada taraf α 5%, **= berpengaruh nyata pada uji F taraf α 1%, tn= tidak berpengaruh nyata pada uji F taraf α 5%.

P1=pupuk anorganik 100%, P2=50% pupuk anorganik + 50% kompos kulit kopi, P3: 25% pupuk anorganik + 75% kompos kulit kopi, P4=50% pupuk anorganik +50% pupuk kompos kotoran sapi, P5=25% anorganik + 75% kompos kotoran sapi. Keterangan jenis pupuk berlaku juga untuk peubah lainnya.

(2) Jumlah daun. Aplikasi pupuk anorganik-organik menghasilkan jumlah daun bibit kopi lebih banyak dibandingkan dengan aplikasi pupuk anorganik mulai umur 1-7 BSP. Aplikasi 25% dosis pupuk anorganik + 75% pupuk kompos kotoran sapi (P5) menghasilkan jumlah daun paling banyak yaitu sekitar 53 helai daun. Peningkatan jumlah daun pada aplikasi pupuk anorganik-organik sebesar 162.61% dibandingkan aplikasi pupuk anorganik. Berdasarkan jumlah daun, aplikasi pupuk 25% dosis pupuk anorganik + 75% pupuk kompos kotoran sapi (P5) dapat menggantikan penggunaan pupuk anorganik hingga 75% dari dosis anjuran.

Berdasarkan hasil uji lanjut kontras orthogonal, jumlah daun bibit kopi pada aplikasi pupuk anorganik berbeda sangat nyata dengan aplikasi pupuk anorganik-organik (P1 vs P2, P3, P4, P5) mulai dari bibit berumur 3-7 BSP. Aplikasi pupuk organik yang berasal kompos kotoran sapi menghasilkan jumlah daun bibit kopi Arabika yang berbeda dibandingkan pupuk organik kompos kulit kopi (P2, P3 vs P4, P5) sejak bibit berumur 1-7 BSP. Bibit kopi Arabika pada aplikasi pupuk organik kompos kotoran sapi mampu menghasilkan rata-rata jumlah daun 47.42 helai yang lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata jumlah daun kopi aplikasi pupuk organik kompos kulit kopi yaitu sekitar 23.23 helai daun. Jumlah daun yang dihasilkan pada aplikasi pupuk organik 75% sangat nyata lebih banyak dibandingkan 50% pada 5-7 BSP.

Jumlah daun telah memenuhi standar kriteria bibit siap salur yaitu minimal 5 pasang daun atau 10 helai. Jumlah daun yang sesuai kriteria bibit siap salur dicapai pada umur 4 BSP. Pengaruh aplikasi pupuk anorganik-organik terhadap jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pengaruh aplikasi pupuk anorganik-organik terhadap jumlah daun bibit kopi Arabika

Aplikasi Pupuk

Umur (bulan setelah pindah tanam)

0 1 2 3 4 5 6 7 ...(helai)... P1 2.39 2.44b 5.56b 8.33c 11.44c 11.97c 17.72c 20.14c P2 2.17 2.17b 4.83b 8.28c 12.08c 13.87c 17.72c 21.96c P3 2.00 2.11b 4.78b 8.28c 12.00c 13.87c 19.50c 24.50c P4 3.17 3.17a 7.67a 11.70b 16.72b 21.78b 36.11b 41.95b

P5 3.30 3.36a 7.89a 12.83a 22.00a 26.22a 45.06a 52.89a

Pr > F tn ** ** ** ** ** ** **

P1 vs P2, P3, P4, P5 tn tn ** ** * ** **

P2, P3 vs P4, P5 ** ** ** ** ** ** **

P2 P4 vs P3 P5 tn tn tn tn * ** ** Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama

menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%. *=berpengaruh nyata pada uji F taraf taraf α 5%, **= berpengaruh nyata pada uji F taraf α 1%, tn= tidak berpengaruh nyata pada uji F taraf α 5%.

(3) Diameter batang. Aplikasi pupuk anorganik-organik menghasilkan diameter batang yang lebih besar dibandingkan dengan aplikasi pupuk anorganik. Aplikasi 25% dosis pupuk anorganik + 75% pupuk kompos kotoran sapi (P5) menghasilkan diameter batang paling besar yaitu 9.96 mm pada akhir pengamatan (Tabel 9).

Tabel 9. Pengaruh aplikasi pupuk anorganik-organik terhadap diameter batang bibit kopi Arabika

Aplikasi Pupuk

Umur (bulan setelah pindah tanam)

0 1 2 3 4 5 6 7 ...(mm)... P1 1.89 1.73 1.88b 2.12c 2.12c 2.70c 3.54c 4.39c P2 1.88 1.71 1.79b 1.96c 1.96c 2.75c 4.43c 4.76c P3 1.95 1.75 1.80b 2.07c 2.07c 2.79c 4.45c 5.11c P4 1.90 1.85 2.39a 4.31b 4.31b 5.53b 7.85b 8.81b

P5 1.85 1.74 2.48a 4.82a 4.82a 6.35a 9.28a 9.96a

Pr > F tn tn ** ** ** ** ** **

P1 vs P2, 3, 4, 5tn tn ** ** ** ** ** **

P2, 3 vs P4, 5 tn ** ** ** ** ** **

P2 P4 vs P3 P5 tn tn tn * * ** **

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%. *=berpengaruh nyata pada uji F taraf taraf α 5%, **= berpengaruh nyata pada uji F taraf α 1%, tn= tidak berpengaruh nyata pada uji F taraf α 5%.

Peningkatan diameter batang pada aplikasi pupuk anorganik-organik sebesar 126.88% dibandingkan aplikasi pupuk anorgnaik. Berdasarkan diameter batang, aplikasi pupuk 25% dosis pupuk anorganik + 75% pupuk kompos kotoran

sapi (P5) dapat menggantikan penggunaan pupuk anorganik hingga 75% dari dosis anjuran.

Hasil uji kontras orthogonal terhadap diameter batang bibit kopi Arabika menunjukkan bahwa aplikasi pupuk anorganik berbeda sangat nyata dengan aplikasi pupuk anorganik-organik (P1 vs P2, P3, P4, P5) mulai dari bibit berumur 2-7 BSP. Aplikasi pupuk anorganik-organik yang berasal kompos kotoran sapi menghasilkan diameter batang yang berbeda dibandingkan pupuk anorganik- organik yang berasal dari kompos kulit kopi (P2, P3 vs P4, P5) sejak awal hingga akhir pengamatan. Aplikasi pupuk organik kompos kotoran sapi menghasilkan bibit paling tinggi, jumlah daun paling banyak dan diameter batang paling besar berbeda dibandingkan aplikasi pupuk lain. Aplikasi pupuk organik 75% menghasilkan diameter sangat nyata lebih besar dibandingkan pupuk organik 50% pada 4-7 BSP.

Pertumbuhan bibit kopi pada berbagai aplikasi pupuk anorganik-organik telah memenuhi standar kriteria bibit siap salur menurut peraturan pemerintah No.89 yaitu umur tanaman minimal 5 bulan, memiliki tinggi bibit antara 25-30 cm, jumlah daun minimal 5 pasang daun, warna daun hijau segar, diamater batang ≥ 8 mm dan bebas organisme pangggangu tanaman, OPT (Permentan 2013). (4) Bobot basah akar dan tajuk, bobot kering akar dan tajuk, panjang akar

dan volume akar saat bibit kopi Arabika berumur 4 dan 7 BSP.

Pengamatan terhadap bobot basah akar dan tajuk, bobot kering akar dan tajuk, panjang akar dan volume akar bibit kopi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanaman berumur 4 dan 7 BSP . Aplikasi 25% dosis pupuk anorganik + 75% pupuk kompos kotoran sapi (P5) menghasilkan bobot basah akar dan tajuk, bobot kering akar dan tajuk, panjang akar dan volume akar paling tinggi dibandingkan perlakuan pupuk yang lain. Peningkatan bobot basah akar dan tajuk, bobot kering akar dan tajuk, panjang akar dan volume akar pada aplikasi pupuk organik kompos kotoran sapi masing-masing sebesar 256.11%, 228.75%, 226.46%, 185.28%, 45.27% dan 244.47% dibandingkan aplikasi pupuk anorganik.

Bobot basah akar dan tajuk, bobot kering akar dan tajuk bibit kopi Arabika pada aplikasi pupuk anorganik berbeda sangat nyata dengan aplikasi pupuk anorganik-organik (P1 vs P2, P3, P4, P5). Aplikasi pupuk anorganik-organik yang berasal kompos kotoran sapi menghasilkan bobot basah akar dan tajuk, bobot kering akar dan tajuk, panjang akar dan volume akar yang lebih tinggi dibandingkan aplikasi pupuk anorganik-organik yang berasal dari kompos kulit kopi (P2, P3 vs P4, P5). Pengaruh aplikasi pupuk anorganik-organik terhadap bobot basah dan kering akar, bobot basah dan kering tajuk, panjang akar dan volume akar umur bibit kopi Arabika 4 dan 7 BSP dapat dilihat pada Tabel 10.

Berdasarkan bobot basah akar dan tajuk, bobot kering akar dan tajuk, panjang akar dan volume akar, aplikasi pupuk 25% dosis pupuk anorganik + 75% pupuk kompos kotoran sapi (P5) dapat menggantikan penggunaan pupuk anorganik hingga 75% dari dosis anjuran. Gambar 3 menunjukkan bahwa keragaan akar bibit kopi Arabika pada aplikasi pupuk anorganik + organik kompos kotoran sapi (P4 dan P5) lebih baik pertumbuhannya dibandingkan aplikasi pupuk anorganik+organik kulit kopi.

Tabel 10. Pengaruh aplikasi pupuk anorganik-organik terhadap bobot basah dan kering akar, bobot basah dan kering tajuk, panjang akar dan volume akar umur bibit kopi Arabika 4 dan 7 BSP

4 BSP

Aplikasi Pupuk Bobot Basah (g) Bobot Kering (g) Panjang Akar (cm)

Volume Akar(ml)

Akar Tajuk Akar Tajuk

P1 0.39c 2.76c 0.20c 0.97c 17.91b 6.67bc

P2 0.32c 3.00c 0.15c 0.82c 17.08b 5.75c

P3 0.33c 2.63c 0.17c 0.82c 17.79b 6.67bc

P4 0.76b 6.28b 0.34b 1.85b 22.53a 8.33b

P5 1.09a 9.71a 0.51a 2.96a 24.06a 10.00a

Pr > F ** ** ** ** ** ** P1 vs P2, 3, 4, 5 * ** tn ** tn tn P2, 3 vs P4, 5 ** ** ** ** ** ** P2 P4 vs P4 P5 tn * * ** tn * 7 BSP P1 17.00c 46.47c 9.45c 16.64c 30.00c 15.00b P2 17.49c 49.07c 8.34c 15.01c 33.04bc 16.67b P3 22.34c 56.06c 12.12c 17.80c 32.42bc 18.33b P4 44.87b 104.14b 20.75b 31.82b 38.50ab 27.92b

P5 62.07a 152.77a 30.85a 47.47c 43.58a 51.67a

Pr > F ** ** ** ** ** **

P1 vs P2, 3, 4, 5 ** ** ** ** ** *

P2, 3 vs P4, 5 ** ** ** ** ** **

P2 P4 vs P3 P5 ** * * ** tn **

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%. *=berpengaruh nyata pada uji F taraf taraf α 5%, **= berpengaruh nyata pada uji F taraf α 1%, tn= tidak berpengaruh nyata pada uji F taraf α 5%.

Gambar 3. Keragaan akar bibit kopi Arabika pada berbagai aplikasi pupuk anorganik-organik

P1 P2 P3 P4 P5 P1 P2 P3 P4 P5

P1 P2 P3 P4 P5 P1 P2 P3 P4 P5

25% 50%

(5) Ketebalan, luas daun, nisbah bobot basah dan kering akar/tajuk. Aplikasi 25% dosis pupuk anorganik + 75% pupuk kompos kotoran sapi (P5) menghasilkan daun paling luas yaitu 3317.8 cm2, sedangkan pupuk anorganik menghasilkan daun paling sempit sekitar 1254.9 cm2. Peningkatan luas daun pada aplikasi pupuk anorgnaik-organik sebesar 164.39% dibandingkan luas daun pada aplikasi pupuk anorganik (Tabel 11).

Tabel 11. Pengaruh aplikasi pupuk anorganik-organik terhadap ketebalan, luas daun dan nisbah bobot akar tajuk bibit kopi Arabika

4 BSP 7 BSP Aplikasi pupuk Ketebalan daun (µm) Luas daun (cm2) Nisbah bobot basah akar/tajuk Nisbah bobot kering akar/ tajuk Nisbah bobot basah akar/ tajuk Nisbah bobot kering akar/ tajuk ...(g)... P1 429.22 1254.9c 0.239 0.159a 0.564 0.386 P2 327.63 1341.2c 0.216 0.135b 0.597 0.373 P3 277.08 1402.7c 0.210 0.129b 0.670 0.384 P4 339.28 2231.1b 0.177 0.121b 0.636 0.422 P5 284.76 3317.8a 0.180 0.113b 0.678 0.412 Pr tn ** tn ** tn tn P1 vs P2, 3, 4, 5 tn ** tn ** tn tn P2, 3 vs P4, 5 tn ** tn tn tn tn P2 P4 vs P3 P5 tn ** tn tn tn tn

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%. * =berpengaruh nyata pada uji F taraf taraf α 5%, **= berpengaruh nyata pada uji F taraf α 1%, tn= tidak berpengaruh nyata pada uji F taraf α 5%.

Hasil uji lanjut kontras Orthogonal terhadap peubah luas daun dan nisbah bobot kering akar tajuk menunjukkan pupuk anorganik berbeda sangat nyata dengan aplikasi pupuk anorganik-organik (P1 vs P2, P3, P4 P5). Aplikasi pupuk anorganik-organik kompos kotoran sapi menghasilkan daun yang lebih luas dibandingkan aplikasi pupuk anorganik-organik kompos kulit kopi (P2 P3 vs P4, P5). Berdasarkan luas daun, aplikasi pupuk 25% dosis pupuk anorganik + 75% pupuk kompos kotoran sapi (P5) dapat menggantikan penggunaan pupuk anorganik hingga 75% dari dosis anjuran. Daun yang dihasilkan pada aplikasi pupuk organik 75% lebih luas dibandingkan pupuk organik 50%.

Peubah Fisiologi

(1) Klorofil a, klorofil b, total klorofil, nisbah klorofil b/a, nilai SPAD dan laju fotosintesis.

Aplikasi pupuk 25% dosis pupuk anorganik + 75% pupuk kompos kotoran sapi (P5) menghasilkan klorofil a, klorofil b, dan nilai SPAD paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Peningkatan klorofil a, klorofil b dan nilai SPAD pada aplikasi pupuk anorganik-organik kompos kotoran sapi masing-masing sebesar 25.88%, 27.03% dan 19.39% dibandingkan aplikasi pupuk anorganik Pengaruh aplikasi pupuk anorganik-organik terhadap kandungan klorofil a,

klorofil b, total klorofil, nisbah klorofil b/a, nilai SPAD dan laju fotosintesis bibit kopi Arabika Tabel 12.

Tabel 12. Pengaruh aplikasi pupuk anorganik-organik terhadap kandungan klorofil a, klorofil b, total klorofil, nisbah klorofil b/a, nilai SPAD dan laju fotosintesis bibit kopi Arabika

Aplikasi Pupuk Klorofil

a (mg g-1) Klorofil b (mg g-1) Total Klorofil (mg g-1) Nisbah Klorofil b/a Nilai SPAD Laju Fotosintesis (g CO2 m-2 s-1) P1 1.70b 0.74c 2.43 0.44 54.40cd 6.86 P2 1.66b 0.71c 2.37 0.43 50.97d 7.07 P3 1.80b 0.76bc 2.56 0.42 58.27bc 8.17 P4 1.89b 0.84b 2.73 0.45 62.74ab 7.23

P5 2.14a 0.94a 3.13 0.44 64.95a 7.51

Pr ** ** tn tn ** tn

P1 vs P2, 3, 4,5 tn tn tn tn * tn

P2, 3 vs P4, 5 ** ** tn tn **

P2 P4 vs P3 P5 * * tn tn tn tn

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%.*=berpengaruh nyata pada uji F taraf taraf α 5%, **= berpengaruh nyata pada uji F taraf α 1%, tn= tidak berpengaruh nyata pada uji F taraf α 5%. Nilai SPAD merupakan nilai transmisi warna dengan menggunakan skala yang tertera. Nilai SPAD meter menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan klorofil total (R2=0.744). SPAD meter tidak dapat menunjukkan kandungan klorofil pada satuan tertentu. Peningkatan klorofil a, klorofil b tidak diikuti dengan peningkatan laju fotosintesis.

Aplikasi pupuk anorganik-organik berbeda dibandingkan aplikasi pupuk anorganik terhadap nilai SPAD tetapi tidak berbeda terhadap klorofil a, klorofil b, total klorofil, dan nisbah klorofil b/a. Aplikasi pupuk anorganik-organik yang berasal dari kompos kotoran sapi menghasilkan klorofil a, klorofil b, dan nilai SPAD lebih baik dibandingkan aplikasi pupuk anorganik-organik kompos kulit kopi (P2, P3 vs P4, P5). Berdasarkan klorofil a, klorofil b dan SPAD, aplikasi pupuk 25% dosis pupuk anorganik + 75% pupuk kompos kotoran sapi (P5) dapat menggantikan penggunaan pupuk anorganik hingga 75% dari dosis anjuran. (2) Jumlah stomata, stomata menutup, stomata membuka, dan kerapatan

stomata.

Aplikasi pupuk 50% dosis pupuk anorganik + 50% pupuk kompos kotoran sapi (P4) menghasilkan jumlah stomata, stomata menutup dan kerapatan stomata paling tinggi dibandingkan aplikasi pupuk lainnya. Peningkatan jumlah dan kerapatan stomata pada aplikasi pupuk anorganik-organik kompos kotoran sapi sebesar 22.99% dan 22.97% dibandingkan aplikasi pupuk anorganik.

Hasil uji lanjut kontras orthogonal menunjukkan aplikasi pupuk anorganik sangat berbeda dengan aplikasi pupuk anorganik-organik terhadap jumlah stomata, stomata menutup dan kerapatan stomata (P1 vs P2, P3, P4, P5). Jumlah stomata yang dihasilkan pada perlakuan pupuk anorganik-organik (P2 P3 P4 P5) lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan pupuk anorganik. Pengaruh aplikasi

pupuk anorganik-organik terhadap jumlah stomata, stomata menutup, stomata membuka, dan kerapatan stomata bibit kopi Arabika Tabel 13.

Tabel 13. Pengaruh aplikasi pupuk anorganik-organik terhadap jumlah stomata, stomata menutup, stomata membuka, dan kerapatan stomata bibit kopi Arabika

Aplikasi Pupuk Jumlah Stomata Stomata Menutup Stomata Membuka Kerapatan Stomata (stomata mm-2) P1 30.83c 26.50b 4.33 157.11c P2 32.42bc 29.42ab 3.83 165.18bc

P3 36.17ab 31.58a 4.58 184.29ab

P4 37.92a 33.33a 4.58 193.21a

P5 35.08ab 27.17b 7.92 178.77ab

Pr > F ** ** tn **

P1 vs P2, 3, 4,5 ** * tn **

P2,3 vs P4, 5 tn tn tn tn

P2 P4 vs P3,5 tn tn tn tn

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf 5%. *=berpengaruh nyata pada uji F taraf taraf α 5%, **= berpengaruh nyata pada

Dokumen terkait