• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Setelah aplikasi perlakuan pemberian Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan panjang rorak selama 3 bulan penelitian di PTPN III Kebun Silau Dunia, maka didapatkan hasil analisis data secara statistik. Pemberian Tandan Kosong Kepala Sawit berpengaruh nyata terhadap parameter P daun dan N total tanah tetapi perlakuan panjang rorak serta interaksi antara pemberian tandan kosong kelapa sawit dan panjang rorak berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah klorofil daun, N total tanah, P tersedia tanah, N daun, kecepatan aliran lateks dan indeks produksi.

Jumlah klorofil Daun (mg/L)

Data analisis jumlah klorofil daun karet dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10. Dari data sidik ragam menunjukkan bahwa seluruh perlakuan pemberian TKKS dan panjang rorak berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah klorofil daun karet. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah klorofil daun karet.

Jumlah klorofil daun karet dengan perlakuan pemberian TKKS dan panjang rorak ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah klorofil daun karet dengan perlakuan pemberian TKKS dan panjang rorak T (TKKS) P (Rorak) T0 (0 kg) T1 (200 kg) T2 (250 kg) T3 (300 kg) Rataan ...(mg/L)... P1 (200 cm) 30,21 35,89 35,16 34,75 34,00 P2 (300 cm) 32,61 33,41 34,52 34,16 33,68 P3 (400 cm) 36,05 36,68 35,13 35,84 35,92 Rataan 32,96 35,32 34,94 34,92 34,53

Dari Tabel 2. Dapat dilihat pada perlakuan panjang rorak, jumlah klorofil daun karet tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P3 (400 cm) yaitu sebesar 35,92 mg/L dan terendah pada taraf perlakuan P2 (300 cm) yaitu sebesar 33,68 mg/L.

Jumlah klorofil daun karet pada perlakuan pemberian TKKS tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 (200 kg) yaitu sebesar 35,32 mg/L dan terendah pada taraf perlakuan T0 (0 kg) yaitu sebesar 32,96 mg/L.

Jumlah klorofil daun karet pada interaksi perlakuan tertinggi (Tabel. 2) terdapat pada P3T1 (36,68 mg/L) dan terendah pada perlakuan P1T0 (30,21 mg/L), walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.

Analisis kadar N daun (%)

Data analisis N daun karet dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 13 dan14. Dari data sidik ragam menunjukkan bahwa seluruh perlakuan pemberian TKKS dan panjang rorak berpengaruh tidak nyata terhadap kadar N daun karet. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar N daun karet.

Kadar N daun karet dengan perlakuan TKKS dan panjang rorak ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kadar N daun karet dengan perlakuan pemberian TKKS dan panjang rorak T (TKKS) P (Rorak) T0 (0 kg) T1 (200 kg) T2 (250 kg) T3 (300 kg) Rataan ...(%)... P1 (200 cm) 2,797 2,863 2,960 2,893 2,878 P2 (300 cm) 2,763 2,910 2,670 2,830 2,793 P3 (400 cm) 2,707 2,880 2,913 2,903 2,851 Rataan 2,756 2,884 2,848 2,876 2,841

Perlakuan panjang rorak menyebabkan kadar N daun karet tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P1 (200 cm) yaitu sebesar 2,878 % dan terendah pada taraf perlakuan P2 (300 cm) yaitu sebesar 2,793 % (Tabel 3.)

Kadar N daun karet pada perlakuan pemberian TKKS tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T1 (200 kg) yaitu sebesar 2,884 % dan terendah pada taraf T0 (0 kg) yaitu sebesar 2,756 %.

Kadar N daun karet pada interaksi perlakuan tertinggi terdapat pada P1T2 (2,960 %) dan terendah pada perlakuan P2T2 (2,670 %) walaupun secara

statistik tidak berbeda nyata (Tabel. 3). Analisis kadar P daun (%)

Data analisis P daun karet dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 15 dan 16. Dari data sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian TKKS berpengaruh nyata terhadap kadar P daun dan panjang rorak berpengaruh tidak nyata terhadap kadar P daun karet. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar N daun karet.

Kadar P daun karet dengan perlakuan TKKS dan panjang rorak ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kadar P daun karet dengan perlakuan pemberian TKKS dan panjang rorak T (TKKS) P (Rorak) T0 (0 kg) T1 (200 kg) T2 (250 kg) T3 (300 kg) Rataan ...(%)... P1 (200 cm) 0,194 0,190 0,212 0,210 0,201 P2 (300 cm) 0,199 0,222 0,197 0,244 0,216 P3 (400 cm) 0,210 0,223 0,202 0,212 0,212 Rataan 0,201 c 0,212 b 0,203 c 0,222 a 0,210 Keterangan: angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama

menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Perlakuan pemberian TKKS, Kadar P daun tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T3 (300 kg) yaitu sebesar 0,222 % dan terendah pada taraf perlakuan T0 (0 kg) yaitu sebesar 0,201 % (Tabel 4.). Taraf perlakuan T3 berbeda nyata terhadap taraf perlakuan T1,T2 dan T0.

Dari Tabel 4. Menunjukkan kadar P daun karet pada perlakuan panjang rorak tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P2 (300 cm) yaitu sebesar 0,216 % dan terendah pada taraf P3 (200 cm) yaitu sebesar 0,201 %.

Interaksi perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan P2T3 (0,244 %) dan terendah pada P1T1 (0,190 %) walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.

Kadar P daun pada perlakuan pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kadar P daun terhadap pemberian tandan kosong kelapa sawit Dari Gambar 1. Dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian TKKS menunjukkan kurva linear. Pemberian TKKS hingga batas taraf perlakuan T3 (300 kg/lubang rorak) masih meningkatkan kadar P daun karet sebesar 0,222 %. y = 0,005x + 0,201 r = 0,74095 0,200 0,205 0,210 0,215 0,220 0,225 0 1 2 3 K ad ar P d au n ( % ) TKKS (kg/lubang rorak) 250 300 200

Analisis kadar N total tanah (%)

Data analisis N total tanah dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 17 dan 18. Dari data sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian TKKS berpengaruh nyata terhadap kadar N total tanah dan panjang rorak berpengaruh tidak nyata terhadap kadar N total tanah. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar N total tanah.

Kadar N total tanah dengan perlakuan TKKS dan panjang rorak ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kadar N total tanah dengan perlakuan pemberian TKKS dan panjang rorak T (TKKS) P(Rorak) T0 (0 kg) T1 (200 kg) T2 (250 kg) T3 (300 kg) Rataan ...(%)... P1 (200 cm) 0,130 0,117 0,137 0,150 0,133 P2 (300 cm) 0,127 0,137 0,147 0,147 0,139 P3 (400 cm) 0,127 0,133 0,147 0,143 0,138 Rataan 0,128 b 0,129 b 0,143 a 0,147 a 0,137 Keterangan: angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama

menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Kadar N total tanah tertinggi pada pemberian TKKS (Tabel 5.) terdapat pada taraf perlakuan T3 (300 kg) yaitu sebesar 0,147 % dan terendah pada taraf perlakuan T0 (0 kg) yaitu sebesar 0,128 %. Taraf perlakuan T3 berbeda tidak nyata terhadap taraf perlakuan T2 namun berbeda nyata terhadap taraf perlakuan T1 dan T0.

Kadar N total tanah pada perlakuan panjang rorak tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P2 (300 cm) yaitu sebesar 0,139 % dan terendah pada taraf perlakuan P1 (200 cm) yaitu sebesar 0,133 %.

Dari Tabel 5. Menunjukkan bahwa kadar N total tanah pada interaksi perlakuan tertinggi terdapat pada P1T3 yaitu sebesar 0,150 % dan terendah pada perlakuan P1T1 yaitu sebesar 0,117 % walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.

Kadar N total tanah pada perlakuan pemberian tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kadar N total tanah terhadap pemberian tandan kosong kelapa sawit Dari Gambar 2. Dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian TKKS menunjukkan kurva linear. Pemberian TKKS hingga batas taraf perlakuan T3 (300 kg/lubang rorak) masih meningkatkan kadar N total tanah sebesar 0,147 %.

Analisis kadar P tersedia tanah (ppm)

Data analisis P tersedia tanah dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 19 dan 20. Dari data sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap kadar P tersedia tanah dan

y = 0,007x + 0,126 r = 0, 94339 0,120 0,125 0,130 0,135 0,140 0,145 0,150 0 1 2 3 ka da r N t ana h (% ) kg/lubang rorak 250 300 200

panjang rorak berpengaruh tidak nyata terhadap kadar P tersedia tanah. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar P tersedia tanah.

Kadar P tersedia tanah dengan perlakuan pemberian TKKS dan panjang rorak ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Kadar P tersedia tanah dengan perlakuan pemberian TKKS dan panjang rorak T (TKKS) P (Rorak) T0 (0 kg) T1 (200 kg) T2 (250 kg) T3 (300 kg) Rataan ...(ppm)... P1 (200 cm) 0,963 0,893 0,733 1,150 0,935 P2 (300 cm) 0,920 1,630 0,953 1,487 1,248 P3 (400 cm) 0,927 0,883 0,977 1,170 0,989 Rataan 0,937 1,136 0,888 1,269 1,057 Dari tabel 6. Dapat dilihat pada perlakuan panjang rorak, kadar P tanah tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P2 (300 cm) yaitu sebesar 1,248 ppm dan terendah pada taraf perlakuan P1 (200 cm) yaitu sebesar 0,935 ppm.

Kadar P tanah pada perlakuan pemberian TKKS tertinggi terdapat pada

taraf perlakuan T3 (300 kg) yaitu sebesar 1,269 ppm dan terendah pada taraf T2 (250 kg) yaitu sebesar 0,888 ppm.

Kadar P tanah pada interaksi perlakuan tertinggi terdapat pada P2T1 (1,630 ppm) dan terendah pada perlakuan P1T2 (0,733 ppm) walaupun secara

statistik tidak berbeda nyata (Tabel 6.). Kecepatan Aliran Lateks (cc/cm/menit)

Data pengamatan kecepatan aliran lateks dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 22 dan 23. Dari data sidik ragam menunjukkan bahwa seluruh perlakuan pemberian TKKS dan panjang rorak berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan aliran lateks. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap kecepatan aliran lateks.

Kecepatan aliran lateks dengan perlakuan TKKS dan panjang rorak ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Kecepatan aliran lateks dengan perlakuan pemberian TKKS dan panjang rorak T (TKKS) P (Rorak) T0 (0 kg) T1 (200 kg) T2 (250 kg) T3 (300 kg) Rataan ...(cc/cm/menit)... P1 (200 cm) 1,380 1,983 1,427 1,013 1,451 P2 (300 cm) 1,200 1,103 1,920 1,050 1,318 P3 (400 cm) 1,097 1,520 1,610 1,640 1,467 Rataan 1,226 1,536 1,652 1,234 1,412 Pada perlakuan panjang rorak menyebabkan kecepatan aliran lateks

tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P3 (400 cm) yaitu sebesar 1,467 cc/cm/menit dan terendah pada taraf perlakuan P2 (300 cm) yaitu sebesar

1,318 cc/cm/menit (Tabel 7.).

Kecepatan aliran lateks menyebabkan perlakuan pemberian TKKS

tertinggi terdapat pada taraf perlakuan T2 (250 kg) yaitu sebesar 1,652 cc/cm/menit dan terendah pada taraf T0 (0 kg) yaitu sebesar 1,226 cc/cm/menit.

Kecepatan aliran lateks pada interaksi perlakuan tertinggi cenderung pada P1T1 (1,983 cc/cm/menit) dan terendah pada perlakuan P1T3 (1,013 cc/cm/menit) walaupun tidak berbeda nyata secara statistik.

Indeks Produksi

Data pengamatan indeks produksi dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 26 dan 27. Dari data sidik ragam menunjukkan bahwa seluruh perlakuan pemberian TKKS dan panjang rorak berpengaruh tidak nyata terhadap indeks produksi. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap indeks produksi.

Indeks produksi dengan perlakuan TKKS dan panjang rorak ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Indeks produksi dengan perlakuan pemberian TKKS dan panjang rorak T (TKKS) P (Rorak) T0 (0 kg) T1 (200 kg) T2 (250 kg) T3 (300kg) Rataan P1 (200 cm) 1,167 1,603 1,093 0,787 1,163 P2 (300 cm) 0,997 0,920 1,667 0,790 1,093 P3 (400 cm) 0,907 1,170 1,337 1,367 1,195 Rataan 1,023 1,231 1,366 0,981 1,150 Dari Tabel 8. Pada perlakuan panjang rorak, indeks produksi tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P3 (400 cm) yaitu sebesar 1,195 dan terendah pada taraf perlakuan P2 (300 cm) yaitu sebesar 1,093

Indeks produksi pada perlakuan pemberian TKKS tertinggi terdapat pada

taraf perlakuan T2 (250 kg) yaitu sebesar 1,366 dan terendah pada taraf T3 (300 kg) yaitu sebesar 0,981.

Indeks produksi (Tabel 8.) pada interaksi perlakuan tertinggi terdapat pada P2T2 (1,667) dan terendah pada perlakuan P1T3 (0,787) walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.

Pembahasan

Pengaruh pemberian TKKS terhadap pertumbuhan dan produksi karet

Dari hasil analisis data diperoleh bahwa perlakuan TKKS hanya berpengaruh nyata terhadap parameter kadar P daun dan kadar N total tanah tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah klorofil daun, kadar N daun, kadar P tersedia tanah, kecepatan aliran lateks dan indeks produksi.

Pada parameter jumlah klorofil daun diketahui bahwa pemberian TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap semua perlakuan. Hal ini dapat disebabkan oleh kekurangan unsur N pada daun, sedangkan nitrogen merupakan unsur yang

berperan dalam pembentukan klorofil daun yang menyebabkan daun berwarna hijau. Damanik, et al. (2011) mengatakan bahwa beberapa senyawa nitrogen yang ada dalam tubuh tanaman seperti protein, asam-asam amino, enzim-enzim, bahan penghasil energi seperti ADP, ATP dan klorofil. Tanaman tidak dapat melakukan metabolisme jika kahat nitrogen untuk membentuk bahan-bahan vital tersebut. Selain untuk pertumbuhannya tanaman harus cukup mengandung nitrogen untuk membangun sel-sel baru. Proses fotosintesis menghasilkan karbohidrat, namun proses tersebut tidak dapat berlangsung untuk menghasilkan nitrogen, asam nukleat jika nitrogen tidak tersedia dalam tubuh tanaman.

Pada parameter kadar N daun diketahui bahwa pemberian TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap semua perlakuan. Hal ini disebabkan karena daun karet kahat unsur N. Kriteria kadar N daun karet yang optimum adalah 3,30-3,50 % sedangkan kadar N daun tertinggi yaitu sekitar 2,876 % (T3) dan tergolong sangat rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh unsur N yang berasal dari

TKKS belum tersedia dalam bentuk nitrogen anorganik. Wijanarko, et al. (2012) menyatakan bahwa kemampuan tanah dalam

menyediakan N sangat ditentukan oleh kondisi dan jumlah bahan organik tanah. Proses mineralisasi merupakan proses yang bertanggungjawab atas ketersediaan N dalam tanah. Mineralisasi mencakup pelapukan bahan organik tanah yang melibatkan kerja enzim untuk menghidrolisa protein kompleks. Dalam proses dekomposisi bahan organik baik sisa-sisa tumbuhan ataupun hewan, teruma yang mengandung kadar nitrogen rendah, kebanyakan nitrogen anorganik akan diubah menjadi nitrogen organik (immobilisasi). Nitrogen tersebut akan digunakan untuk

menyusun jaringan-jaringan jasad renik sehingga N tanah tidak tersedia bagi tanaman.

Pada parameter P daun diketahui bahwa pemberian TKKS berpengaruh nyata terhadap taraf perlakuan. Hal ini disebabkan karena status hara P daun tercukupi. Kriteria kadar hara daun karet optimum adalah 0,233-0,236 % sedangkan kadar P daun tertinggi adalah 0,222 % (T3). Pemberian TKKS hingga batas taraf perlakuan T3 (300 kg/ lubang rorak) dapat meningkatkan kadar P daun hingga 0,222 % sehingga dengan penambahan dosis tertentu masih dapat meningkatkan kadar P daun hingga titik optimum. Dalam penelitian Hastuti (2009) menyatakan Pemberian bahan organik membuat tanah menjadi gembur dan lepas-lepas, sehingga aerasi dan sifat tanah menjadi lebih baik serta lebih mudah ditembus perakaran tanaman. Pada tanah yang bertekstur pasir, bahan organik yang berupa kompos akan meningkatkan pengikatan antar partikel dan meningkatkan kapasitas mengikat air, kapasitas tukar kation dan ketersediaan unsur hara. Hal ini didukung oleh Isroi (2009) yaitu bahan organik dapat menyebabkan ketersediaan unsur hara, analisis kandungan hara kompos TKKS menunjukkan bahwa status hara P tinggi (0,65 %) sehingga dapat disuplai terhadap tanaman. Meskipun kadar P tersedia tanah tergolong sangat rendah (tertinggi 1,269 ppm) tetapi dapat siserap oleh tanaman dan berpengaruh nyata secara statistik.

Pada parameter N total tanah diketahui bahwa pemberian TKKS berpengaruh nyata terhadap taraf perlakuan. Hal ini disebabkan oleh pelapukan TKKS di dalam tanah sehingga status hara N dalam tanah tercukupi. Kriteria kadar hara N tanah optimum adalah 0,10-0,50 % (mukhlis, 2007) sedangkan

rataan kadar N tanah tertinggi adalah 0,147 %. Pemberian TKKS hingga batas taraf perlakuan T3 (300 kg/lubang rorak) dapat meningkatkan kadar hara N tanah hingga 0,147 % sehingga dengan penambahan dosis tertentu masih dapat meningkatkan kadar N tanah hingga titik optimum. Damanik, et al. (2011) menyatakan bahwa nitrogen didalam tanah terdapat dalam bentuk N-organik dan N-anorganik. Perubahan ini membutuhkan waktu yang lama untuk tanaman. Masalah yang sering berkembang dalam uji N adalah (1) Laju dekimposisi N tergantung pada temperatur, kelembaban, tipe bahan organik dan pH. (2) N-anorganik mengalami pencucian, fiksasi dan kehilangan-kehilangan

lainnya. Peneliti menduga kadar N yang dianalisis dominan pada N-organik. N dalam bentuk organik tidak dapat diserap oleh tanaman. Hal ini salah satu yang menyebabkan unsur N tidak tersedia bagi tanaman.

Pada parameter P tersedia tanah diketahui bahwa pemberian TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap semua perlakuan. Hal ini dapat diakibatkan oleh tanah kekurangan unsur P. Kriteria kadar P tanah optimum adalah 8,00-25 ppm sedangkan rataan kadar P tertinggi terdapat pada perlakuan T3 (1,269 ppm) dan tergolong sangat rendah. Hal ini dapat diakibatkan oleh tanah pada lahan penelitian yang masam (pH <5) sehingga banyak dijumpai logam-logam Al, Fe dan Ca. Kadar P yang dihasilkan oleh TKKS akibat pelapukan tidak tersedia. Mukhlis (2011) menyatakan bahwa P tanah dapat dibedakan menjadi P tidak tersedia, P potensial tersedia dan P akan tersedia. P segera tersedia adalah bentuk P anorganik di dalam tanah dalam bentuk orthoposfat. Bentuk P yang potensial tersedia meliputi bentuk P organik dan beberapa bentuk P anorganik yang relatif

tidak tersedia seperti P terendapkan (P-al, P-Fe, P-Mn, atau P-Ca). Bentuk P ini cenderung terakumulasi dalam keadaan yang sangat stabil.

Pada parameter kecepatan aliran lateks dan indeks produksi diketahui bahwa pemberian TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap semua perlakuan. Angka kecepatan aliran lateks dan indeks produksi berbanding lurus. Hal ini diduga ketersediaan air didalam tanah belum optimal. Aplikasi TKKS membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperbaiki sifat fisik tanah agar berdampak positif terhadap penyerapan air dan unsur hara. Rasjidin (1989) menyatakan bahwa apabila suatu alur sadap dibuka maka keluarlah lateks oleh tekanan dari dalam. Pengurangan terjadi secara berlanjutan sepanjang pembuluh lateks sehingga mengalirnya lateks menuju bagian yang dipotong. Pada saat yang sama akibat menurunnya tekanan dalam sel pembuluh lateks maka mengalirlah air ke dalam pembuluh dari sel sekelilingnya sehingga mengencerkan lateks. Pengaruh panjang rorak terhadap pertumbuhan dan produksi karet

Dari hasil analisis data, berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa panjang rorak berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Adapun parameter yang menyangkut adalah jumlah klorofil daun, kadar N daun, kadar P daun, kadar N total tanah, kadar P tersedia tanah, kecepatan aliran lateks dan indeks produksi.

Pada parameter jumlah klorofil daun, kadar N daun, kecepatan aliran lateks dan indeks produksi panjang rorak berpengaruh tidak nyata. Hal ini diduga karena rorak berfungsi memperbaiki sifat-sifat fisik tanah. Dalam muslim (2008) Rorak adalah lubang atau penampang yang dibuat memotong lereng yang berfungsi untuk menampung dan meresapkan air aliran permukaaan sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dan mengurangi erosi dari lahan dan

membutuhkan jangka waktu yang sangat lama untuk melihat pengaruh yang nyata terhadap tanaman. Ketidak tersediaan unsur N di daun menyebabkan klorofil tidak terbentuk, warna daun menjadi kekuningan dan cepat gugur. Hal ini sangat mempengaruhi kecepatan aliran lateks serta indeks produksi. Dalam penelitian Zulkifli, et al. (2014) bahwa individu tanaman karet yang memiliki produksi lateks tinggi terkait dengan cabang pohon yang rapat. Cabang pohon yang rapat memiliki daun pada batang yang rapat. Jumlah daun pada batang mempengaruhi produksi lateks pada pohon karet. Hal ini dikarenakan daun merupakan tempat fotosintesis karbohidrat (sukrosa dan pati) yang akan digunakan untuk menghasilkan lateks. Sintesis lateks berlangsung dalam pembuluh lateks menggunakan bahan dasar berupa sukrosa yang ditranspor dari daun sebagai hasil fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun pada pohon karet, maka akan semakin banyak lateks yang akan dihasilkan.

Pada parameter N total tanah, perlakuan panjang rorak berpengaruh tidak nyata. Hal ini diduga rorak berguna untuk menampung air dan memperlambat laju infiltrasi. Curah hujan yang tinggi (1969 mm) menyebabkan rorak terisi air. Damanik, et al. (2011) menyatakan bahwa sumber nitrogen adalah hasil dari dekomposisi bahan organik menjadi asam-asam amino, kemudian menjadi amonia (NH4) dan nitrat (NO3). Proses nitrifikasi dipengaruhi oleh faktor aerasi karena bakteri nitrobakter adalah autotrof, maka proses nitrifikasinya hanya berlangsung bila ada oksigen.

Pada parameter P tersedia tanah perlakuan panjang rorak berpengaruh tidak nyata. Hal ini diduga semakin panjang rorak maka kesempatan tanaman untuk mendapatkan unsur P dalam tanah semakin kecil akibat kehilangan lapisan

tanah atas sedangkan kedalaman rorak 60 cm. Kadar fosfor organik dijumpai lebih besar pada lapisan tanah atas (topsoil) dibandingkan dengan lapisan tanah bawah (subsoil). Hal ini terjadi karena lapisan atas terjadi pelapukan guguran daun karet. Sedangkan pada bagian bawah organik lebih sedikit, ditambah lagi dengan adanya serapan hara oleh akar tanaman sampai ke lapisan bawah. Fosfor lebih berperan dalam menstimulisir pertumbuhan akar jika dibandingkan dengan lapisan bagian atas tanaman terutama daun.

Pengaruh interaksi pemberian TKKS dan panjang rorak terhadap pertumbuhan dan produksi karet

Dari hasil analisis data, berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa interaksi pemberian TKKS dan panjang rorak berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter. Adapun parameter yang menyangkut adalah jumlah klorofil daun, kadar N daun, kadar P daun, kadar N total tanah, kadar P tersedia tanah, kecepatan aliran lateks dan indeks produksi.

Pada parameter jumlah klorofil daun, perlakuan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata. Hal ini diduga unsur N-anorganik dalam tanah belum tersedia. Panjang rorak 400 cm dengan dosis tandan kosong kelapa sawit sebanyak 200 kg ternyata dapat meningkatkan unsur N didalam tanah walaupun tidak nyata secara statistik. Perlakuan panjang rorak menunjukkan bahwa semakin panjang rorak maka semakin dekat dengan akar tanaman. Hal ini menunjukkan semakin mudah untuk akar menyerap unsur hara dari tandan kosong kelapa sawit yang berada di rorak.

Pada parameter kadar N total tanah, perlakuan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata. Hal ini diduga unsur N yang berada didalam rorak

Damanik, et al. (2011) menyatakan bahwa kehilangan nitrogen pada lahan perkebunan dalam bentuk pencucian akan semakin besar. Curah hujan yang tinggi menyebabkan rorak terisi air, panjang rorak mempengaruhi volume air yang berada didalam rorak. Hal ini menghambat proses nitrifikasi karena bakteri nitrobakter adalah autotrof, maka proses nitrifikasi hanya berlangsung bila ada oksigen. Ini dapat menyebabkan unsur N tidak tersedia untuk tanaman.

Pada parameter kadar P tersedia tanah, perlakuan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata. Hal ini dapat disebabkan unsur P rendah pada tanah. Kadar P dalam tandan kosong kelapa sawit yang diharapkan sebagai penyumbang unsur hara P pada tanah adalah rendah. Perlakuan panjang rorak menyebabkan unsur hara P tidak tersedia bagi tanaman karena unsur P hanya banyak pada lapisan atas tanah (topsoil). Proses pembuatan rorak menghilangkan banyak lapisan tanah bagian atas. Hal ini sesuai dengan literatur Kokasih (1980) yang menyatakan bahwa fosfor adalah unsur hatra makro yang kedua setelah N yang sering kali terdapat dalam keadaan kekurangan pada tanah-tanah di indonesia. Miskinnya tanah akan unsur P antara lain disebabkan faktor pengangkutan hasil panen, pencucian, dan penghanyutan lapisan tanah pada waktu run off. Dari defenisi tersebut menyatakan bahwa unsur hara P dijumpai pada lapisan tanah bagian atas sementara kedalaman rorak adalah 60 cm. Ini membuat unsur P tidak dapat diserap tanaman secara optimal.

Pada parameter kecepatan aliran lateks dan indeks produksi, interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata. Hal ini diduga dipengaruhi oleh gugur daun (tres) tanaman karet. Tres terjadi pada bulan oktober hingga maret. Produksi lateks dipengaruhi oleh jumlah daun pada cabang. Pembentukan lateks

menggunakan bahan berupa sukrosa hasil fotosintesis. Fotosintesis berlangsung di daun (fotosintesis karbohidrat). Jika daun pada ranting tidak tersedia maka tidak terjadi pembentukan lateks. Dalam setyamidjaja (1993) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks. Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, diantaranya adalah (1) Faktor di kebun (jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan kuantitas pohon). (2) Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prokoagulasi, musim kemarau kedaan lateks tidak stabil). (3) Alat alat yang digunakan dalm pengumpulan dan pengangkutan (yang terbuat dari aluminium atau baja tahan karat). (4) Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu). (5) Kualitas air dalam pengolahan. (6) Bahan bahan kimia yang digunakan. (7) Komposisi lateks.

Dokumen terkait