• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan hasil dari sidik ragam (Lampiran 5-22) diketahui bahwa perlakuan bahan tanam setek berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah akar. Pemberian konsentrasi IBA berpengaruh nyata terhadap parameter volume akar, jumlah akar, rata – rata panjang akar, dan bobot kering akar. Interaksi antara bahan tanam setek dan pemberian konsentrasi IBA berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah akar dan rata – rata panjang tunas.

Waktu Muncul Tunas (HST)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam waktu muncul tunas bibit jambu air deli hijau (Lampiran 5 - 7), menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam setek, konsentrasi IBA serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap waktu muncul tunas.

Waktu muncul tunas bibit jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Waktu muncul tunas (HST) setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda

Bahan tanam setek Konsentrasi IBA (ppm) Rataan

K0 (0) K1 (50) K2 (100) K3 (150)

T1 (dengan pucuk) 36,67 29,33 21,67 34,00 30,42 T2 (tanpa pucuk) 33,33 25,67 23,33 32,00 28,58

Rataan 35,00 27,50 22,50 33,00 29,50

Tabel 1. menunjukkan waktu muncul tunas setek jambu air deli hijau cenderung lebih cepat pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) yaitu 28,58 HST yang berbeda tidak nyata dengan bahan tanam setek dengan pucuk (T1).

Tabel 1. juga menunjukkan waktu muncul tunas jambu air deli hijau cenderung lebih cepat pada pemberian IBA 100 ppm (K2) yaitu 22,50 HST yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Persentase bertunas (%)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam persentase bertunas setek jambu air deli hijau (Lampiran 8 dan 9), menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam setek dan konsentrasi IBA serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap persentase bertunas.

Persentase bertunas setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase bertunas (%) setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda

Bahan tanam setek Konsentrasi IBA (ppm) Rataan

K0 (0) K1 (50) K2 (100) K3 (150)

T1 (dengan pucuk) 80,00 83,33 80,00 80,00 80,83 T2 (tanpa pucuk) 73,33 80,00 96,67 86,67 84,17

Rataan 76,67 81,67 88,33 83,33 82,50

Tabel 2. menunjukkan persentase bertunas setek jambu air deli hijau cenderung lebih tinggi pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) yaitu 84,17 % yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan setek dengan pucuk (T1).

Tabel 2. juga menunjukkan persentase bertunas setek jambu air deli hijau cenderung tertinggi pada pemberian IBA 100 ppm (K2) yaitu 88,33 % yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Panjang Tunas (cm)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam panjang tunas setek jambu air deli hijau (lampiran 10 dan 11) menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam setek dan

konsentrasi IBA berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tunas, namun interaksi perlakuan berpengaruh nyata.

Panjang tunas setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Panjang tunas (cm) setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda

Bahan tanam setek Konsentrasi IBA (ppm) Rataan

K0 (0) K1 (50) K2 (100) K3 (150)

T1 (dengan pucuk) 11,13 ab 11,60 a 8,97 ab 7,79 b 9,87 T2 (tanpa pucuk) 11,19 ab 8,37 ab 11,26 ab 11,21 ab 10,51

Rataan 11,16 9,98 10,11 9,50 10,19

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kelompok baris atau kolom menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan. Tabel 3. menunjukkan tunas terpanjang setek jambu air deli hijau pada penggunaan bahan tanam setek dengan pucuk (T1) tertinggi diperoleh pada perlakuan konsentrasi IBA 50 ppm (K1) yaitu 11,60 cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan K0 dan K2 tetapi berbeda nyata dengan K3.

Tabel 3. juga menunjukkan tunas terpanjang setek jambu air deli hijau pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) tertinggi diperoleh pada perlakuan konsentrasi IBA 100 ppm (K2) yaitu 11,26 cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Kurva respon panjang tunas setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA pada berbagai bahan tanam dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kurva respon panjang tunas setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA pada berbagai bahan tanam

Gambar 1. menunjukkan bahwa hubungan panjang tunas setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA pada bahan tanam setek dengan pucuk menunjukkan hubungan kubik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 125 ppm dengan panjang tunas setek jambu air deli hijau adalah 8.24 cm.

Gambar 1. menunjukkan bahwa hubungan panjang tunas setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA pada bahan tanam setek tanpa pucuk menunjukkan hubungan kubik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 145 ppm dengan panjang tunas setek jambu air deli hijau adalah 16.85 cm. Jumlah Akar (helai)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam jumlah akar setek jambu air deli hijau (Lampiran 12 dan 13) menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam setek, pemberian konsentrasi IBA serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap jumlah akar.

Jumlah akar setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah akar (helai) setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda

Bahan tanam setek Konsentrasi IBA (ppm) Rataan

K0 (0) K1 (50) K2 (100) K3 (150)

T1 (dengan pucuk) 8,11 de 11,00 c 15,44 b 5,11 f 9,92 T2 (tanpa pucuk) 9,67 cd 14,00 b 22,22 a 6,11 ef 13,00

Rataan 8,89 12,50 18,83 5,61 11,46

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan. Tabel 4. menunjukkan jumlah akar setek jambu air deli hijau pada penggunaan bahan tanam setek dengan pucuk (T1) terbanyak diperoleh pada perlakuan konsentrasi IBA 100 ppm (K2) yaitu 15,44 helai yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Tabel 4. juga menunjukkan jumlah akar setek jambu air deli hijau pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) terbanyak diperoleh pada perlakuan konsentrasi IBA 100 ppm (K2) yaitu 22,22 helai yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Kurva respon jumlah akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA pada berbagai bahan tanam dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kurva respon jumlah akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA pada berbagai bahan tanam

Gambar 2. menunjukkan bahwa hubungan jumlah akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA pada bahan tanam setek dengan pucuk menunjukkan hubungan kuadratik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 75,45 ppm dengan jumlah akar setek jambu air deli hijau adalah 19,64 helai.

Gambar 2. menunjukkan bahwa hubungan jumlah akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA pada bahan tanam setek tanpa pucuk menunjukkan hubungan kuadratik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 72,76 ppm dengan jumlah akar setek jambu air deli hijau adalah 14,17 helai.

Panjang Akar (cm)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam panjang akar setek jambu air deli hijau (Lampiran 14 dan 15) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian konsentrasi

IBA berpengaruh nyata terhadap panjang akar. Perlakuan bahan tanam setek dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar.

Panjang akar setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Panjang akar (cm) setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda

Bahan tanam setek Konsentrasi IBA (ppm) Rataan

K0 (0) K1 (50) K2 (100) K3 (150)

T1 (dengan pucuk) 8,47 7,88 8,51 9,19 8,51 T2 (tanpa pucuk) 8,37 8,13 11,00 9,01 9,13 Rataan 8,42 b 8,01 b 9,76 a 9,10 ab 8,82 Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan.

Tabel 5. menunjukkan akar setek jambu air deli hijau terpanjang pada perlakuan pemberian IBA 100 ppm (K2) yaitu 9,76 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan K0 dan K1, tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan K3.

Tabel 5. juga menunjukkan akar setek jambu air deli hijau cenderung lebih panjang diperoleh pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) yaitu 9,13 cm yang berbeda tidak nyata dengan penggunaan bahan tanam setek dengan pucuk (T1).

Kurva respon panjang akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kurva respon panjang akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA

Gambar 3. menunjukkan bahwa hubungan panjang akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA menunjukkan hubungan kubik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 108,33 ppm dengan jumlah akar setek jambu air deli hijau adalah 9,51 cm.

Volume Akar (ml)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam volume akar setek jambu air deli hijau (Lampiran 16 dan 17) menunjukkan bahwa perlakuan pemberian konsentrasi IBA berpengaruh nyata terhadap volume akar. Perlakuan bahan tanam setek dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap volume akar.

Volume akar setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Volume akar (ml) setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda

Bahan tanam setek Konsentrasi IBA (ppm) Rataan

K0 (0) K1 (50) K2 (100) K3 (150)

T1 (dengan pucuk) 2,22 2,11 2,89 1,89 2,28

T2 (tanpa pucuk) 1,89 2,56 3,11 2,00 2,39

Rataan 2,06 bc 2,33 b 3,00 a 1,94 c 2,33 Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Berganda Duncan.

Tabel 6. menunjukkan volume akar setek jambu air deli hijau terbesar diperoleh pada perlakuan pemberian IBA 100 ppm (K2) yaitu 3,00 ml yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Tabel 6. juga menunjukkan volume akar setek jambu air deli hijau cenderung lebih besar diperoleh pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) yaitu 2,39 ml yang berbeda tidak nyata dengan penggunaan bahan tanam setek dengan pucuk (T1).

Kurva respon volume akar setek jambu air deli hijau dengan pemberian konsentrasi IBA dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Kurva respon volume akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA

Gambar 4. menunjukkan bahwa hubungan volume akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA menunjukkan hubungan kuadratik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 103.5 ppm dengan volume akar setek jambu air deli hijau adalah 3.01 ml.

Bobot Kering Tunas (g)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot kering tunas setek jambu air deli hijau (Lampiran 18 - 19), menunjukkan bahwa perlakuan bahan tanam setek, konsentrasi IBA serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tunas.

Bobot kering tunas setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Bobot kering tunas (g) setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda

Bahan tanam setek Konsentrasi IBA (ppm) Rataan

K0 (0) K1 (50) K2 (100) K3 (150)

T1 (dengan pucuk) 0,89 0,77 0,95 0,84 0,86

T2 (tanpa pucuk) 0,89 0,79 1,13 0,76 0,89

Rataan 0,89 0,78 1,04 0,80 0,88

Tabel 7. menunjukkan bobot kering tunas jambu air deli hijau cenderung lebih besar pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) yaitu 0,89 g yang berbeda tidak nyata dengan penggunaan bahan tanam setek dengan pucuk (T1).

Tabel 7. juga menunjukkan bobot kering tunas jambu air deli hijau cenderung lebih besar pada pemberian IBA 100 ppm (K2) yaitu 1,04 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Bobot Kering Akar (g)

Data pengamatan dan hasil sidik ragam bobot kering akar setek jambu air deli hijau (Lampiran 20 - 22), menunjukkan bahwa perlakuan pemberian konsentrasi IBA berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Perlakuan bahan tanam setek dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar.

Bobot kering akar setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Bobot kering akar (g) setek jambu air deli hijau pada pemberian IBA dan bahan tanam setek yang berbeda

Bahan tanam setek Konsentrasi IBA (ppm) Rataan

K0 (0) K1 (50) K2 (100) K3 (150)

T1 (dengan pucuk) 0,76 0,86 0,94 0,54 0,77 T2 (tanpa pucuk) 0,65 0,79 1,37 0,66 0,87 Rataan 0,70 b 0,82 ab 1,15 a 0,60 b 0,82 Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

Tabel 8. menunjukkan bobot kering akar setek jambu air deli hijau terbesar diperoleh pada perlakuan pemberian IBA 100 ppm (K2) yaitu 1,15 g yang berbeda tidak nyata dengan K1 tetapi berbeda nyata dengan K0 dan K3.

Tabel 8. juga menunjukkan bobot kering akar setek jambu air deli hijau cenderung lebih besar diperoleh pada penggunaan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) yaitu 0,87 g yang berbeda tidak nyata dengan penggunaan bahan tanam setek dengan pucuk (T1).

Kurva respon bobot kering akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Kurva respon bobot kering akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA

Gambar 5. menunjukkan bahwa hubungan bobot kering akar setek jambu air deli hijau dengan konsentrasi IBA menunjukkan hubungan kuadratik dimana nilai optimum pemberian konsentrasi IBA adalah 72,14 ppm dengan bobot kering akar setek jambu air deli hijau adalah 24,92 g.

Pembahasan

Pengaruh bahan tanam setek terhadap pertumbuhan setek jambu air deli hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry)

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui, perlakuan bahan tanam setek berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah akar, dimana jumlah akar tertinggi terdapat pada perlakuan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) yaitu 13,00 helai dan terendah terdapat pada bahan tanam setek dengan pucuk (T1) yaitu 9,92 helai. Hal ini terjadi karena bahan tanam setek dengan pucuk cenderung lebih cepat muncul tunasnya karena auksin ditemukan dibagian pucuk tanaman, sehingga bahan tanam dengan pucuk mempunyai kemampuan menumbuhkan tunas yang lebih cepat. Hal ini tentu akan berkorelasi positif terhadap parameter jumlah akar disebabkan oleh kecepatan perkembangan tajuk yang lebih dulu pada bahan tanam dengan pucuk sehingga berpengaruh terhadap proses perkembangan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tohari (1992) yang menyatakan bahwa pertumbuhan tunas dibatasi oleh suatu bagian yang relatif lebih besar (akar), maka karbohidrat yang dihasilkan fotosintesis akan digunakan oleh tunas itu sendiri, dengan akibat berupa pertumbuhan akar secara relatif akan lebih tertekan daripada perkembangan tunas.

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui, perlakuan bahan tanam setek berpengaruh tidak nyata terhadap parameter waktu muncul tunas, persentase bertunas, panjang tunas, panjang akar, volume akar, bobot kering tunas dan bobot kering akar tetapi cenderung lebih tinggi pada perlakuan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2). Hal ini disebabkan bahan tanam setek dengan pucuk mempunyai daun yang lebih luas permukaannya dan masih muda yang menyebabkan proses transpirasi lebih besar dan respirasi lebih tinggi sehingga mengurangi cadangan

makanan yang ada. Kerusakan akibat respirasi yang tinggi tidak mampu diatasi hanya dengan adanya auksin endogen pada pucuk tanaman untuk mampu lebih cepat bertunas dan menumbuhkan akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irwanto (2001) yang menyatakan bahwa setek pucuk adalah bagian tanaman yang muda sehingga mempunyai proses transpirasi yang besar dan stek mudah kehilangan air dan menjadi kering/mati.

Pengaruh pemberian konsentrasi IBA terhadap pertumbuhan setek jambu air deli hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry)

Berdasarkan hasil sidik ragam, perlakuan pemberian konsentrasi IBA berpengaruh tidak nyata terhadap parameter panjang tunas dimana cenderung lebih besar diperoleh pada perlakuan tanpa pemberian IBA (K0). Hal ini disebabkan hormon endogen yang terdapat pada bahan tanam sebenarnya sudah mampu menumbuhkan tunas, dimana tunas yang lebih dulu tumbuh akan lebih panjang, sehingga tanpa pemberian IBA tunasnya juga akan cenderung lebih panjang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sukmadi (2012) yang menyatakan bahwa secara alamiah tanaman dapat mensintesis sendiri fitohormon auksin untuk pertumbuhannya.

Berdasarkan hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa pemberian IBA 100 ppm nyata meningkatkan jumlah akar, panjang akar, volume akar, dan bobot kering akar. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menumbuhkan akar dibutuhkan tambahan auksin. Auksin biasanya ditemukan pada bagian pucuk tanaman dan ditranslokasikan ke bagian lain yang membutuhkan. Dalam hal ini auksin pada bagian pucuk hanya mampu menumbuhkan tunas lebih dulu dan lebih panjang tetapi jumlah auksin tersebut tidak mencukupi untuk mendorong pertumbuhan akar sehingga penambahan IBA 100 ppm nyata lebih meningkatkan

pertumbuhan akar. Hal ini sesuai dengan literatur Irwanto (2001) yang menyatakan bahwa konsentrasi hormon IBA 100 ppm sangat efektif untuk mempercepat proses perakaran sehingga stek mempunyai perakaran yang mantap dalam waktu singkat.

Pengaruh interaksi antara bahan tanam setek dan pemberian IBA terhadap

pertumbuhan setek jambu air deli hijau

(Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry)

Berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa interaksi antara bahan tanam setek dan pemberian IBA berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah akar dan panjang tunas.

Interaksi antara bahan tanam setek dan pemberian IBA berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah akar, dimana jumlah akar tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan T2K2 yaitu sebesar 22,22 helai dan terendah pada kombinasi perlakuan T1K3 sebesar 5,11 helai. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan bahan tanam setek tanpa pucuk (T2) dengan pemberian IBA 100 ppm (K2) mampu menghasilkan jumlah akar yang lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya walaupun pemberian IBA bukan merupakan pemberian konsentrasi terbesar, selain itu dapat pula dilihat bahwa bahan tanam setek tanpa pucuk mampu menghasilkan jumlah akar tertinggi karena respirasi yang terjadi tidak terlalu tinggi sehingga cadangan makanan lebih besar yang dapat diguanakan untuk pembentukan akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Irwanto (2001) yang menyatakan bahwa hormon auksin secara alami sudah terdapat dalam tanaman akan tetapi untuk lebih mempercepat proses perakaran stek maka perlu ditambahkan dalam jumlah dan konsentrasi tertentu untuk dapat merangsang perakaran.

Interaksi antara bahan tanam setek dan pemberian IBA berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas, dimana tunas terpanjang terdapat pada kombinasi perlakuan T1K1 yaitu 11,60 cm dan terendah pada kombinasi perlakuan T1K3 sebesar 7,79 cm. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada perlakuan T1K1 tunas sudah dapat tumbuh tanpa pemberian IBA karena pada bahan tanam setek dengan pucuk sudah terkandung auksin endogen, sehingga dengan penambahan IBA 50 ppm sudah mampu memberikan pucuk yang lebih panjang. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jumlah yang sangat kecil penambahan IBA sudah mampu meningkatkan panjang tunas. Hal ini sesuai dengan literatur Irwanto (2001) yang menyatakan bahwa hormon auksin secara alami sudah terdapat dalam tanaman. Didukung oleh Lawalata (2011) yang menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh aktif dalam konsentrasi rendah yang merangsang, menghambat atau merubah pertumbuhan serta perkembangan tanaman secara kuantitatif dan kualitatif.

Dokumen terkait