• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jambu air deli hijau merupakan salah satu komoditi unggulan terbaru yang mulai banyak dikembangkan oleh petani hortikultura di daerah kota Binjai. Jambu ini berasal dari kelurahan Paya Roba, Kecamatan Binjai Barat, Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara. Jambu ini memiliki ciri – ciri buahnya berbentuk seperti lonceng, dengan warna kulit buah hijau semburat merah. Buah memiliki rasa yang manis seperti madu. Setiap pohon mampu menghasilkan 200 – 360 buah/pohon/tahun (30 – 45 kg/pohon/tahun) (Tim Peneliti, 2012).

Tanaman jambu air dapat diperbanyak secara generatif (biji) dan vegetatif (okulasi, cangkok, setek). Perbanyakan tanaman dengan biji sering mengecewakan karena umur berbuah lama juga sering terjadi penyimpangan sifat – sifat pohon induknya. Perbanyakan vegetatif pada tanaman buah – buahan dimaksud untuk mempertahankan sifat induk yang unggul, memperpendek masa vegetatif, sehingga tanaman tersebut dapat lebih cepat berproduksi. Perbanyakan vegetatif dengan setek sebetulnya paling efisien karena tidak memerlukan batang bawah seperti halnya pada okulasi atau enten dan waktu yang dibutuhkan relatif singkat jika dibandingkan dengan perbanyakan generatif (Sulastri, 2004).

Dalam budidaya jambu air terdapat satu kegiatan yang harus dilakukan paling tidak setahun sekali, yaitu memangkas cabang sekunder, tersier, serta pengurangan jumlah daun agar sinar matahari dapat masuk kedalam kanopi pohon dan menyinari jambu air yang sedang berkembang. Menurut Rebin (2013) dalam pelaksanaan pemangkasan cabang dan pengurangan daun tersebut, setiap kali pemangkasan dapat dihasilkan brangkasan basah yang terdiri atas cabang

sekunder, tersier, serta daun yang jumlahnya cukup banyak. Untuk pohon jambu air yang berumur sekitar 10 tahun dapat dihasilkan brangkasan basah seberat kurang lebih 90 kg/pohon. Dari brangkasan tersebut dapat dihasilkan cabang yang terdiri dari cabang sekunder dan tersier (dengan panjang setek 25 cm) sebanyak kurang lebih 450 setek/pohon yang dapat digunakan sebagai setek cabang.

Bahan tanaman yang digunakan mempengaruhi keberhasilan setek dan banyaknya akar. Menurut Prastowo dan Roshetko (2006) kondisi batang yang setengah tua dengan warna kulit batang biasanya cokelat muda mengandung karbohidrat dan auksin (hormon) yang cukup memadai untuk menunjang terjadinya perakaran setek. Sedangkan pada batang yang masih muda, kandungan karbohidrat rendah tetapi hormonnya cukup tinggi yang mengakibatkan hasil setek akan tumbuh tunas terlebih dahulu. Padahal setek yang baik adalah setek dengan pertumbuhan akar yang baik.

Setek pucuk merupakan metoda perbanyakan vegetatif dengan cara menumbuhkan terlebih dahulu tunas – tunas aksilar pada media tumbuh dipersemaian hingga tunas tersebut berakar sebelum semai yang dihasilkan ditransfer ke lapangan (Na’iem, 2000).

Perbanyakan secara vegetatif dengan menggunakan setek batang atau cabang memiliki kelemahan diantaranya akar yang terbentuk pada setek ini jumlahnya sedikit dan tidak terlalu panjang. Akar yang pendek akan menyebabkan penyerapan air, unsur hara dan volume kontak dengan akar lebih rendah dan rentan terhadap pengaruh lingkungan (Fanesa, 2011).

Banyak usaha yang dilakukan untuk merangsang, mendorong dan mempercepat pembentukan akar serta meningkatkan jumlah akar dan mutu akar.

Diantaranya dilakukan dengan pemberian zat pengatur tumbuh seperti Indole Acetic Acid (IAA), Indole Butyric Acid (lBA), Naphthalene Acetic Acid (NAA), dan sebagainya (Suprapto, 2004).

Hormon IBA adalah salah satu hormon yang termasuk dalam kelompok auksin. Selain dipakai untuk merangsang perakaran, hormon IBA juga mempunyai manfaat yang lain seperti menambah daya kecambah, merangsang perkembangan buah, mencegah kerontokan, pendorong kegiatan kambium dan lainnya (Irwanto, 2001).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya oleh Irwanto (2001) menyatakan bahwa pemberian hormon IBA dengan tingkat konsentrasi 100 ppm dan lama perendaman 2 jam mampu meningkatkan persentase setek pucuk Meranti Putih

(Shorea montigena), dimana rata-rata persentase setek yang berakar mencapai 83,33%.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang setek jambu air deli dengan menggunakan cabang sekunder hasil pemangkasan, dan mengetahui tingkat keberhasilan seteknya apabila diaplikasikan IBA pada konsentrasi tertentu.

Tujuan penelitian

Untuk mengetahui pertumbuhan setek jambu air deli hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) dengan bahan tanam dan pemberian IBA (Indole Butyric Acid) yang berbeda

Hipotesis Penelitian

Pertumbuhan setek jambu air deli hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) nyata pada pengaruh bahan

tanam dan pemberian IBA (Indole Butyric Acid) serta interaksi keduanya. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan bahan tanam dan konsentrasi IBA yang sesuai untuk pertumbuhan setek jambu air deli hijau dan melengkapi data penyusunan skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

ABSTRAK

NERVI FARIDA SINAGA: Pertumbuhan Setek Jambu Air Deli Hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr, & Perry) dengan Bahan Tanam dan Pemberian IBA (Indole Butyric Acid) yang Berbeda, dibimbing oleh FERRY EZRA SITEPU dan MEIRIANI. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, pada ketinggian ± 25 dpl, dari bulan Agustus – Oktober 2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama yaitu bahan tanam setek dengan 2 taraf (setek cabang dengan pucuk dan setek cabang tanpa pucuk) dan faktor kedua yaitu konsentrasi IBA dengan 4 taraf (0; 50; 100; dan 150 ppm). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan (DMRT). Peubah amatan yaitu waktu muncul tunas, persentase setek bertunas, panjang tunas, jumlah akar, panjang akar, volume akar, bobot kering tunas, dan bobot kering akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan tanam setek terbaik adalah setek cabang tanpa pucuk (T2) pada parameter persentase setek bertunas, panjang tunas, jumlah akar, panjang akar, volume akar, bobot kering tunas, dan bobot kering akar dan setek cabang dengan pucuk (T1) pada parameter waktu muncul tunas. Konsentrasi IBA terbaik adalah 100 ppm (K2) pada parameter persentase setek bertunas, jumlah akar, panjang akar, volume akar, bobot kering tunas, dan bobot kering akar dan 0 ppm (K0) pada parameter waktu muncul tunas dan panjang tunas. Interaksi antara bahan tanam setek dan konsentrasi IBA terbaik pada kombinasi T2K2 pada parameter persentase setek bertunas, jumlah akar, panjang akar, volume akar, bobot kering tunas, dan bobot kering akar, kombinasi T1K0 pada parameter waktu muncul tunas dan kombinasi T2K0 pada parameter panjang tunas.

ABSTRACT

NERVI FARIDA SINAGA: Growth of Jambu Air Deli Hijau

(Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) on Different Plant Material and IBA Concentrate, supervised by FERRY EZRA SITEPU and MEIRIANI. This research was conducted at the experimental field of Agriculture Faculty, University of North Sumatera, which is ± 25 asl, from August - October 2015. The research used factorial Randomized Block Design (RBD) with two factors treatments and three replications. The first factor was cuttings plant material with 2 levels (branches with shoot and branches without shoot) and the second factor was IBA concentration with 4 levels (0; 50; 100; and 150 ppm). Data were analized with Analysis of Variance and continued with Duncan’s Multiple Range

Test (DMRT). The variables observed were day of emerging bud, germination percentage of cuttings, bud length, number of roots, root length, root volume, bud dryness weight, and root dryness weight. The result of research showed that the treatment of materials plant cuttings is branches without shoot (T2) on germination percentage of cuttings, bud length, number of roots, root length, root volume, bud dryness weight, and root dryness weight and branches with shoot (T1) on day of emerging bud. The best IBA concentrate were 100 ppm (K2) on germination percentage of cuttings, number of roots, root length, root volume, bud dryness weight, and root dryness weight and 0 ppm (K0) on day of emerging bud and bud length. The best interaction of cuttings plant material and IBA concentrate was combination of branches without shoot and 100 ppm IBA concentration (T2K2) on germination percentage of cuttings, number of roots, root length, root volume, bud dryness weight, and root dryness weight, combination of branches with shoot and 0 ppm IBA concentration (T1K0) on day of emerging bud and combination of branches without shoot and 0 ppm IBA concentration (T2K0) on bud length.

PERTUMBUHAN SETEK JAMBU AIR DELI HIJAU (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) DENGAN BAHAN TANAM DAN PEMBERIAN IBA (Indole Butyric Acid) YANG BERBEDA

SKRIPSI

OLEH :

NERVI FARIDA SINAGA/110301066

Dokumen terkait