• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Berdasarkan daftar sidik ragam (Lampiran 8-35) diketahui bahwa penggunaan kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) serta pemberian pupuk guano berpengaruh nyata terhadap parameterlaju pertumbuhan relatif tanaman pada umur 10 – 21 HST. Interaksi antara varietas kacang hijau dan pemberian pupuk guano berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering biji per sampel.

Laju pertumbuhan tanaman(g/hari)

Berdasarkan data penelitian dan hasil sidik ragam (Lampiran 8-15), diketahui bahwa penggunaan kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) dan pemberian pupuk guano, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman pada umur 10-58 HST.

Rataan laju pertumbuhan tanaman pada umur 10-58 HST pada perlakuan penggunaan varietas dan pupuk guano dapat dilihat padaTabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan laju pertumbuhan tanaman kacang hijaupada umur 10-33 HST tertinggi diperoleh pada varietas betet. Sedangkan pada umur 34-58 HST laju pertumbuhan tanaman tertinggi diperoleh pada varietas walet.

Tabel 1.Rataan laju pertumbuhan tanamanpada umur 10-58 HST pada perlakuan penggunaan varietas dan pupuk guano

Umur Varietas Pupuk Guano Rataan

P0 (Kontrol) P1 (200 kg/hari) P2 (400 kg/hari) P3 (600 kg/hari) 10-21 HST Betet (V1) 0.1064 0.1530 0.1375 0.1336 0.1326 Walet (V2) 0.0989 0.1300 0.1272 0.1094 0.1164 Rataan 0.1026 0.1415 0.1323 0.1215 22-33 HST Betet(V1) 0.6658 0.8497 0.7088 0.8022 0.7566 Walet (V2) 0.6772 0.8741 0.7508 0.6558 0.7395 Rataan 0.6715 0.8619 0.7298 0.7290 34-45 HST Betet(V1) 1.2472 1.0997 1.2394 1.2019 1.1971 Walet (V2) 1.3505 1.1680 1.3502 1.8336 1.4256 Rataan 1.2989 1.1339 1.2948 1.5178 46-58 HST Betet(V1) 0.7786 0.6828 0.7075 1.1308 0.8249 Walet (V2) 0.8816 0.7889 0.9705 1.1591 0.9500 Rataan 0.8301 0.7358 0.8390 1.1450

Laju pertumbuhan tanaman pada umur 10-33 HST pada pemberian pupuk guano tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 (200 kg/ha). Sedangkan yang terendah diperoleh pada perlakuan P0 (tanpa pupuk). Pada umur 34-58 HST laju pertumbuhan tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 (600 kg/ha) dan terendah pada perlakuan P1

Laju pertumbuhan relatif (g/hari)

(200 kg/ha).

Berdasarkan data penelitian dan hasil sidik ragam (Lampiran 18-23), diketahui bahwa perlakuan varietas betet (V1) dan walet (V2) serta pemberian pupuk guano berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan relatif pada umur 10-21 HST. Sedangkan Interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan relatif.

Rataan laju pertumbuhan relatif kacang hijau umur 10-58 HST pada perlakuan varietas dan pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Laju pertumbuhan relatif kacang hijau umur 10-58HST pada perlakuan varietas dan pupuk guano

Umur Varietas Pupuk Guano Rataan

P0 (Kontrol) P1 (200 kg/ha) P2 (400 kg/ha) P3 (600 kg/ha) 10-21 HST Betet (V1) 0.1999 0.2888 0.2808 0.2089 0.2446 a Walet (V2) 0.1825 0.2239 0.2153 0.1994 0.2053 b Rataan 0.1912 a 0.2564 c 0.2480 c 0.2041 b 22-33 HST Betet (V1) 0.1600 0.1544 0.1130 0.1566 0.1460 Walet (V2) 0.1664 0.1650 0.1564 0.1567 0.1611 Rataan 0.1632 0.1597 0.1347 0.1567 34-45 HST Betet (V1) 0.0797 0.0616 0.0750 0.0675 0.0709 Walet (V2) 0.0827 0.0644 0.0761 0.1002 0.0809 Rataan 0.0812 0.0630 0.0755 0.0839 46-58 HST Betet (V1) 0.0263 0.0233 0.0239 0.0353 0.0272 Walet (V2) 0.0294 0.0258 0.0311 0.0319 0.0295 Rataan 0.0279 0.0246 0.0275 0.0336

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama adalah berbeda tidak nyata berdasarkan Uji Duncan taraf 5% Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pengamatan laju pertumbuhan relatif kacang hijau pada umur 10-21 HST pada perlakuan varietas tertinggi diperoleh pada varietas betet (V1) yaitu sebesar 0.2446 g/hari yang berbeda nyata dengan perlakuan varietas walet (V2) sebesar 0.2053 g/hari. Sedangkan pada pengamatan umur 22-58 HST tertinggi diperoleh pada perlakuan varietas walet (V2) dan terendah pada perlakuan varietas betet (V1).

Laju pertumbuhan relatif pada umur 10-21 HST pada pemberian pupuk guano tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 (200 kg/ha) yang berbeda nyata dengan perlakuan P2 (400 kg/ha), P3(600 kg/ha) dan P0 (tanpa pupuk). Pada umur 22-33HST tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan P0 (tanpa pupuk) dan

terendah pada P2 (400kg/ha). Sedangkan pada umur 34-58 HST laju pertumbuhan relatif tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 (600 kg/ha) dan terendah pada perlakuan P1

Hubungan laju pertumbuhan relatif kacang hijau umur 10-21 HST dengan perlakuan varietas dapat dilihat pada Gambar 1.

(200 kg/ha).

Gambar 1. Hubungan laju pertumbuhan relatif pada umur 10-21 HST dengan perlakuan varietas

Gambar 1 menunjukkan bahwa pada umur 10-21 HST laju pertumbuhan relatif varietas betet lebih baik dari pada varietas walet.

Hubungan laju pertumbuhan relatif kacang hijau umur 10-21 HST dengan pemberianpupuk guano dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 menunjukkan bahwa pemberian pupuk guanosebesar 200-400 kg/ha menunjukkan laju pertumbuhan relatif kacang hijau yang meningkat pada umur 10-21 HST tetapi mengalami penurunan pada pemberian pupuk guano

a b a 0,24 0,21 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 betet walet La ju P e rt um buha n R e la ti f I ( g /H a ri ) Varietas a b

Gambar 2. Hubungan laju pertumbuhan relatif pada umur 10-21 HST dengan pemberian pupuk guano

Umur berbunga (Hari)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 24-25), diketahui bahwa kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) dan pemberian pupuk guano serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadapumur berbunga.

Rataan umur berbunga tanaman kacang hijau pada perlakuan varietas dan pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan umur berbunga tanaman kacang hijau pada perlakuan varietas dan pupuk guano

Varietas

Pupuk Guano Rataan

P0 (Kontrol) P1 (200 kg/ha) P2 (400 kg/ha) P3 (600 kg/ha) Betet (V1) 40.00 39.00 39.00 39.33 39.33 Walet (V2) 40.00 40.00 39.67 40.33 40.00 Rataan 40.00 39.50 39.33 39.83

Tabel 3 menunjukkan umur berbunga kacang hijau tercepat diperoleh pada varietas betet (V1) yaitu 39.33 hari dan umur berbunga kacang hijau terlama pada varietas walet (V2) yaitu 40.00 hari.

ŷ= 0.051+ 0.0015x - 0.1.95x10-6 R² = 0.807 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0 200 400 600 L aj u P er tum b uh an R el at if I ( g/ h ar i)

Umur berbunga kacang hijau tertinggi pada pemberian pupuk guano diperoleh pada perlakuan P0 (tanpa pupuk) yaitu 40.00 hari dan terendah pada P2

Umur panen (hari)

yaitu 39.33 hari.

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 26-27), diketahui bahwa penggunaan kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) dan pemberian pupuk guano serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap umur panen.

Rataan umur panenkacang hijau pada perlakuan varietas dan pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Umur panen kacang hijau pada perlakuan varietas dan pupuk guano (hari)

Varietas

Pupuk Guano Rataan

P0 (Kontrol) P1 (200 kg/ha) P2 (400 kg/ha) P3 (600 kg/ha) Betet (V1) 56.00 55.33 56.33 57.00 56.17 Walet (V2) 55.67 57.00 57.00 57.67 56.83 Rataan 55.83 56.17 56.67 57.33

Tabel 4menunjukkan bahwa umur panen kacang hijau tercepat dipeloreh pada varietas betet (V1) yaitu 56.17 hari dan terlama pada varietas walet (V2) yaitu 56.83 hari.

Umur panen kacang hijau tertinggi pada pemberian pupuk guano diperoleh pada perlakuan P3 (600 kg/plot) yaitu 57.33 hari dan terendah pada P0

Jumlah biji per sampel (biji)

(tanpa pupuk) yaitu 55.83hari.

pemberian pupuk guano serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji per sampel.

Rataan jumlah biji per sampel kacang hijau pada perlakuan jenis varietas dan pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan jumlah biji per sampel kacang hijau (biji) pada perlakuan jenis varietas dan pupuk guano

Varietas

Pupuk Guano Rataan

P0 (Kontrol) P1 (200 kg/ha) P2 (400kg/ha) P3 (600 kg/ha) Betet (V1) 467.83 404.43 393.83 431.27 424.34 Walet (V2) 398.68 447.43 445.92 444.50 434.13 Rataan 433.26 425.93 419.88 437.88

Tabel 5 menunjukkan bahwapada parameter jumlah biji per sampel tertinggi diperoleh pada varietas walet (V2) yaitu 434.13 biji dan terendah pada varietasbetet (V1) yaitu 424.34 biji.

Jumlah biji per sampel kacang hijau tertinggi pada perlakuan pupuk guano diperoleh pada perlakuan P3 (600 kg/ha) yaitu 437.88 biji dan terendah pada P2

Bobot kering biji per sampel (g)

(400 kg/ha) yaitu 419.88biji.

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 30-31), diketahui bahwa kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) dan pemberian pupuk guano berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering biji per sampel. Sedangkan interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap bobot kering biji per sampel.

Rataan bobot kering biji per sampelkacang hijau pada perlakuan jenis varietasdan pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot kering bijiper sampel (g) kacang hijau pada perlakuan varietas dan pupuk guano

Varietas

Pupuk Guano Rataan

P0 (Kontrol) P1 (200 kg/ha) P2 (400 kg/ha) P3 (600 kg/ha)

Betet (V1) 25.47a 23.30a 21.60b 22.66ab 23.26

Walet (V2) 21.92b 23.70a 23.19a 24.30a 23.28

Rataan 23.69 23.50 22.40 23.48

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama adalah berbeda tidak nyata berdasarkan Uji Duncan taraf 5%

Tabel 6 menunjukkan bahwa pada parameter bobot kering biji per sampel tertinggi terdapat pada varietas walet yaitu 23.28g dan terendah pada varietas betet yaitu 23.26 g.

Bobot kering biji per sampelkacang hijau tertinggi pada perlakuan pupuk guano diperoleh pada perlakuan P0 (tanpa pupuk) yaitu 23.69 g dan terendah pada P2

Pada rataan bobot kering biji per sampel di atas terlihat bahwa bobot kering biji per sampel terbaik diperoleh pada perlakuan V1P0 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan V1P1, berbeda nyata dengan perlakuan V1P2 dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan V1P3. Sedangkan pada varietas walet diperoleh perlakuan terbaik pada perlakuan V2P3 yang tidak berbeda nyata dengan V2P1, V2P2 dan berbeda nyata dengan perlakuan V2P0.

(400 kg/ha) yaitu 22.40 g.

Interaksi penggunaan varietas kacang hijau dengan pemberian pupuk guano terhadap bobot kering biji per sampel disajikan pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Kurva interaksi penggunaan varietas kacang hijau dengan pemberian pupuk guano terhadap bobot kering biji per sampel

Berdasarkan kurva interaksi (Gambar 3) diketahui bahwa interaksi penggunaan varietas kacang hijau dengan pemberian pupuk guano membentuk hubungan linear. Dimana pada varietas betet terjadi penurunan bobot kering biji per sampel dengan pemberian dosis pupuk guano hingga taraf 600 kg/ha. Sebaliknya pada varietas walet terjadi peningkatan bobot kering biji per sampel dengan pemberian dosis pupuk guano hingga taraf 600 kg/ha.

Bobot 100 biji (g)

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 32-33), diketahui bahwa kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) dan pemberian pupuk guano serta interaksi antara keduanya berpengaruhtidak nyata terhadapbobot bobot 100 biji (g).

Rataan bobot100 biji kacang hijau pada perlakuan varietas dan pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 7.

ŷ= -0.0051x + 24.776 r = 0.8009 ŷ= 0.0033x + 22.282 r = 0.8446 0,00 20,00 40,00 0 200 400 600 B obot ke ri ng bi ji /s am pe l (g )

Dosis pupuk guano kg/ha

V1 V2 Linear (V1 ) Linear (V2 )

Tabel 7. Rataan bobot 100 biji kacang hijau (g) pada perlakuan jenis varietas dan pupuk guano

Varietas

Pupuk Guano Rataan

P0 (Kontrol) P1 (200 kg/ha) P2 (400 kg/ha) P3 (600 kg/ha) Betet (V1) 5.92 5.43 5.74 5.73 5.71 Walet (V2) 6.02 6.10 5.13 5.82 5.77 Rataan 5.97 5.76 5.44 5.78

Tabel 7 menunjukkan bahwa pada pengamatan bobot 100 biji kacang hijau tertinggi diperoleh pada varietas walet (V2) yaitu sebesar 5.77g dan terendah pada varietas betet (V1) sebesar 5.71 g.

Bobot 100 bijikacang hijau tertinggi pada perlakuan pupuk guano diperoleh pada perlakuan P0 (tanpa pupuk) yaitu 5.97 g dan terendah pada P2

Produksi biji per plot (g)

(200 kg/ha) yaitu 5.44g.

Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 34-35), diketahui bahwa kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) dan pemberian pupuk guano serta interaksi antara keduanya berpengaruhtidak nyata terhadap produksi biji per plot.

Rataan produksi biji per plotkacang hijau pada perlakuan jenis varietas dan pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan produksi biji per plot (g) kacang hijau pada perlakuan jenis varietas dan pupuk guano

Varietas Pupuk Guano Rataan

P0 (Kontrol) P1 (200 kg/ha) P2 (400 kg/ha) P3 (600 kg/ha) Betet (V1) 403.33 386.67 391.67 330.00 377.92 Walet (V2) 335.00 373.33 318.33 366.67 348.33 Rataan 369.17 380.00 355.00 348.33

Tabel 8 menunjukkan bahwa pada perlakuan jenis varietas kacang hijau yang digunakan, produksi bijiper plot kacang hijau tertinggi diperoleh pada varietas betet (V1) yaitu sebesar 377.92g dan terendah pada varietas walet (V2) yaitu sebesar 348.33 g.

Produksi biji per plotkacang hijau tertinggi pada perlakuan pupuk guano diperoleh pada perlakuan P1 (200 kg/ha) yaitu 380.00 g dan terendah pada P3

Pembahasan

yaitu 348.33 g.

Pengaruh penggunaanberbagai jenis varietasterhadap laju pertumbuhan dan produksi kacang hijau (Phaseolus radiatusL.)

Berdasarkan daftar sidik ragam diketahui bahwa penggunaan kacang hijau varietasbetet berpengaruh nyata terhadap parameterlaju pertumbuhan relatif tanaman pada umur 10-21 HST.Dimana pada umur 10-21 HST varietas betet menunjukkan laju pertumbuhan relatif yang baik. Sebaliknya pada umur 22-58 HST laju pertumbuhan relatif terbaik terjadi pada varietas walet. Hal ini karena pada tiap varietas memiliki proses fisiologi yang melibatkan faktor genotip yang berinteraksi dalam tubuh tanaman tersebut dengan faktor lingkungannya. Sehingga laju pertumbuhan relatif varietas betet dan walet mengalami perbedaan.

Perlakuan penggunaan jenis varietaskacang hijau berpengaruh tidak nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman pada umur 10-58 HST. Dimana pada umur 10-33 HST varietas betet menunjukkan laju pertumbuhan tanaman tertinggi. Sedangkan pada umur 34-58 HST laju pertumbuhan tanaman tertinggi ditunjukkan pada varietas walet (tabel 1). Hal ini karena pada awal fase pertumbuhan, genotip varietas betet jauh lebih cepat berinteraksi dibandingkan dengan genotip varietas walet.

Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa penggunaan kacang hijau varietas betet dan waletberpengaruh tidak nyata pada parameter umur berbunga dan umur panen. dimana varietas betet berbunga berkisar 39.33 hari setelah tanam dan mengalami panen berkisar 56.17 hari setelah tanam. Sedangkan varietas walet berbunga pada umur berkisar 40 hari setelah tanam dan panen berkisar 56.83 hari setelah tanam. Sesuai dengan Lampiran 1 dan 2 (deskripsi varietas betet dan walet) diketahui bahwa umur berbunga varietas betet dan walet berkisar 35hari setelah tanam sedangkan umur panen berkisar 58-60 hari setelah tanam. Beberapa varietas menunjukkan umur berbunga dan panen yang lebih lama dibanding dengan umur berbunga dan panen yang ditunjukkan pada deskripsi. Hal ini karena pembungaan tanaman dikendalikan oleh faktor lingkungan (suhu serta penyinaran matahari) dan genetik (Rahmadani, dkk. 2012).

Berdasarkan tabel 5 rataan jumlah biji per sampel kacang hijau terlihat bahwa varietas walet memberikan hasil rataan jumlah biji per sampel tertinggi yakni 434.13 biji dibandingkan dengan varietas betet. Hal ini juga terjadi pada tabel 6 dan 7 rataan bobot kering biji per sampel dan rataan bobot 100 biji yang terlihat bahwa varietas walet menunjukkan hasil tertinggi yakni sebesar 23.28 g dan 5.77 g dibandingkan dengan varietas betet. Hal ini karena secara visual, varietas walet memiliki karakteristik genotip biji yang lebih banyak pada tiap tanamannya dan memiliki bentuk biji yang besar-besar dibandingkan dengan varietas betet. Hal ini sesuai dengan Hakim (2008) yang menyatakan bahwa kriteria biji kacang hijau berdasarkan ukuran dibedakan menjadi tiga, yakniukuran biji besar (> 61 g/1.000 biji), sedang (50–60 g/1.000 biji) dan kecil (< 50 g/1.000

Berdasarkan tabel 8 rataan produksi biji per plot kacang hijau terlihat bahwa diperoleh hasil tertinggi pada varietas betet yakni sebesar 377.92 g sedangkan pada varietas walet diperoleh hasil sebesar 348.33 g. Padahal pada

parameter jumlah biji per sampel, bobot kering biji per sampel dan bobot 100 biji

terlihat bahwa varietas walet menunjukkan hasil tertinggi dibandingkan dengan varietas betet. Hal ini karena musim hujan yang berlangsung pada saat penelitian mengakibatkan adanya tanaman kacang hijau pada varietas walet mati pada beberapa plot pada tiap ulangan yang bercirikan tanaman menjadi layu dan akhirnya mati akibat akar yang membusuk.

Pengaruh pemberian pupuk guano terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau(Phaseolus radiatusL.)

Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan pemberian pupuk guanoberpengaruhnyata terhadapparameterlaju pertumbuhan relatif pada umur 10-21 HST.Dimana P1 (200 kg/ha) tidak berbeda nyata dengan P2 (400 kg/ha), berbeda nyata dengan P3 (600 kg/ha) dan berbeda nyata dengan P0 (tanpa pupuk). Pada umur 22-33 HST pemberian pupuk guano tertinggi diperoleh pada P0 (tanpa pupuk) dan terendah pada P2 (400 kg/ha). Sedangkan pada umur 34-58 HST pemberian pupuk guano tertinggi terdapat pada P3 (600 kg/ha) dan terendah pada P1 (200 kg/ha).

Berdasarkan hasil sidik ragam yang diperoleh pemberian pupuk guano padakacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) berpengaruh tidak nyata terhadap laju pertumbuhan tanaman. Dimana pada umur 10-33 HST pemberian pupuk guano tertinggi terdapat pada P1 (200 kg/ha) dan terendah pada P0 (tanpa pupuk). Hal ini karena pada pemberian pupuk guano 200 kg/ha terjadi respon terhadap kedua varietas pada saat tanaman sampai berada dif ase vegetatif.

Sebaliknya pada fase generatif pemberian pupuk guano yang direspon oleh kedua varietas terjadi pada pemberian 600 kg/ha. Dimana dapat dilihat pada umur 34-58 HST pemberian pupuk guano tertinggi diperoleh pada P3 (600 kg/ha) dan terendah pada P1 (200 kg/ha).

Berdasarkan sidik ragam yang diperoleh pemberian pupuk guano pada kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) berpengaruh tidak nyata terhadap parameter umur berbunga. Dimana pada pemberian pupuk guano tertinggi diperoleh pada P0 (tanpa pupuk) dan terendah pada P2 (400 kg/ha). Hal ini diduga kondisi tanah awal pada tempat penelitian ini berlangsung sudah baik sehingga pada perlakuan P0 (tanpa pupuk) memiliki nilai lebih tinggi.

Berdasarkan sidik ragam yang diperoleh pemberian pupuk guano pada kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) berpengaruh tidak nyata terhadap parameter umur panen. Dimana pada pemberian pupuk guano tertinggi diperoleh pada P3 (600 kg/ha) dan terendah pada P0 (tanpa pupuk). Hal ini diduga pupuk guano yang diberikan baru dapat diserap oleh tanaman pada saat tanaman berada difase generatif. Hal itu dikarenakan C/N pada pupuk guano yang digunakan masih tergolong tinggi sehingga pupuk guano tersebut harus mengalami dekomposisi terlebih dahulu.

Pada parameter jumlah biji per sampel, bobot kering biji, bobot 100 biji dan produksi biji dengan pemberian pupuk guano tidak menghasilkan pengaruh yang nyata diduga karena unsur hara P (fosfor) yang difokuskan untukpertumbuhan generatif kacang hijau tersebut menjadi tidak tersedia didalam tanah karena faktor lingkungan.Tisdale dkk. (1985); Wien (1997) dalam Suwandi

bergerak (immobile) dalam tanah.Hara P di tanah tersedia dalam jumlah cukup bagi tanaman, tetapi karena sifatnyadinamis, bergantung pada reaksi tanah,sebagian terikat atau terfiksasi oleh oksidadan mineral liat membentuk Al, Fe, dan Ca, P atau oleh bahan organik.

Interaksi penggunaan berbagai jenis varietasdan pemberian pupuk guano terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau (Phaseolus radiatusL.)

Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwainteraksi penggunaanjenis varietas dan pemberian pupuk guano pada kacang hijau berpengaruh nyata pada parameter bobot kering biji per sampel. Bobot kering biji per sampel tertinggi diperoleh pada V1P0 (varietas betet dengan pemberian pupuk guano 0 kg/ha) yakni sebesar 25.47 g dan terendah diperoleh pada V1P2 (varietas betet dengan pemberian pupuk guano 400 kg/ha) yakni sebesar 21.60 g.

Interaksi antara penggunaanjenis varietas dan pemberian pupuk guano menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara keduanya dalam meningkatkan bobot kering biji per sampel. Berdasarkan kurva interaksi (Gambar 3) diketahui bahwa hubungan pemberian pupuk guano terhadap bobot kering biji per sampel pada varietas betet menunjukkan hubungan linear negatif sedangkan pada varietas walet menunjukkan hubungan linearpositif. Pada varietas betet dengan tanpa maupun yang diberikan pupuk guano terjadi penurunan kurva hal tersebut menunjukkan bahwa varietas betet tidak merespons pupuk guano yang diberikan sehingga hasil bobot kering biji per sampelnya menurun sedangkan pada varietas walet pemberian dosis pupuk guano yang semakin banyak hingga 600 kg/ha terjadi peningkatan bobot kering biji per sampel hal tersebutmenunjukkan bahwa varietas walet merespons pupuk guano yang diberikan sehingga hasil bobot kering biji per sampelnya meningkat.

Interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap parameter lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor perlakuan memberikan respon masing-masing sebagai faktor tunggal tanpa adanya interaksi. Hal ini didukung oleh Steel and Torrie (1993) yang menyatakan bila pengaruh-pengaruh sederhana suatu faktor berbeda lebih besar daripada yang dapat ditimbulkan oleh faktor kebetulan, beda respon ini disebut interaksi antara kedua faktor itu. Bila interaksinya tidak nyata, maka disimpulkan bahwa faktor-faktornya bertindak bebas satu sama lain, pengaruh sederhana suatu faktor sama pada semua taraf faktor lainya dalam batas-batas keragaman acak.

Dokumen terkait