LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG HIJAU (Phaseolus radiatusL.) TERHADAP
PEMBERIAN PUPUK GUANO
SKRIPSI
OLEH:
DESY LAVRIA
100301244/AGROEKOTEKNOLOGI
LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KACANG HIJAU (Phaseolus radiatusL.) TERHADAP
PEMBERIAN PUPUK GUANO
SKRIPSI
OLEH:
DESY LAVRIA
100301244/AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Laju Pertumbuhan Tanaman dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Hijau(Phaseolus radiatusL.) Terhadap Pemberian Pupuk Guano
Nama : Desy Lavria
NIM : 100301244
Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan Program Studi : Agroteknologi
Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing
Ir. Lisa Mawarni, MP. Ir. Asil Barus, MS.
Ketua Anggota
Mengetahui :
ABSTRAK
DESY LAVRIA : Laju Pertumbuhan Tanaman dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Terhadap Pemberian
Pupuk Guano, dibimbing oleh LISA MAWARNI dan ASIL BARUS.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas dan dosis pupuk guano tertentu yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi kacang hijau. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut, pada bulan Juli hingga September 2014, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor yaitu varietas kacang hijau (betet dan walet) dan pupuk guano (tanpa pupuk; 210,871; 421,743; 632,614 g/plot). Parameter yang diamati adalah laju pertumbuhan tanaman, laju pertumbuhan relatif, umur berbunga, umur panen, jumlah biji per sampel, bobot kering biji per sampel, bobot 100 biji, dan produksi biji per plot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis varietas dan pemberian pupuk guano berpengaruh nyata terhadap parameter laju pertumbuhan relatif pada umur 10-21 HST. Interaksi antara jenis varietas dan pupuk guano berpengaruh nyata terhadap bobot kering biji.
ABSTRACT
DESY LAVRIA : The rate of plant growth and the production of several varieties of green beans (Phaseolus radiatus L.) on the provision of guano fertilizer,supervised by LISA MAWARNI and ASIL BARUS.
This research aims to obtain varieties and certain guano fertilizer can improve the growth and production of green beans. This research had been conducted at experimental field of Fakultas Pertanian USU in July-September 2014 using factorial randomized block design with two factor, i.e. types of varieties (betet and walet) and guano fertilizer (none; 210,871; 421,743 and
632,614 g/plot). Parameter observed were rate of plant growth, relative growth rate, days to flowering, harvesting, number of seed per sample, dry weight of seeds per sample
The result showed that types of varieties and guano ferlizier application significantly affect
, weight of 100 seed and seed production per plot.
the parameters of relative growth rate in the 10-21 DAP. The interaction of two factor significantly affect on parameters dry weight of seeds per sample.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 11 Desember 1992 dari ayah
Meselan dan ibu Sri Helvy. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 7 Medan dan pada tahun yang
sama penulis masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui
jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis
memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi
Agroekoteknologi.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan
Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek), sebagai anggota BKM
AL-Mukhlisin FP USU, sebagai asisten praktikum di Laboratorium Dasar Agronomi,
Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaman Pangan dan Laboratorium Teknologi
Budidaya Tanaman Hias dan Buah-buahan.
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Laju Pertumbuhan Tanaman dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Hijau
(Phaseolus radiatusL.) Terhadap Pemberian Pupuk Guano”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda
Meselan dan Ibunda Sri Helvy yang telah memberikan dukungan finansial dan
spiritual. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ibu
Ir. Lisa Mawarni, MP., selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak
Ir. Asil Barus, MS., selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
ditujukan kepada abangda Safriansah, staff pegawai serta sahabat dan teman di
lingkungan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah
berkontribusi dalam kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga hasil
skripsi ini bermanfaat bagi budidaya kacang hijau serta bermanfaat bagi pihak
yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Agustus 2014
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 13
Bahan dan Alat ... 13
Metode Penelitian ... 13
Pelaksanaan Penelitian ... 16
Penetapan lokasi dan dan plot ... 16
Pengolahan tanah ... 16
Aplikasi pupuk guano ... 16
Pemupukan dasar ... 16
Pemeliharaan tanaman ... 17
Penyiraman ... 17
Penyulaman dan penjarangan... 17
Penyiangan ... 17
Pengendalian hama dan penyakit ... 17
Panen ... 17
Pengamatan Parameter ... 18
Laju pertumbuhan tanaman (g/hari) ... 18
Laju pertumbuhan relatif (g/hari) ... 18
Umur berbunga (hari) ... 19
Umur panen (hari) ... 19
Jumlah biji per sampel (biji) ... 19
Bobot kering biji per sampel (g) ... 19
Bobot 100 biji kering (g) ... 19
Produksi biji per plot (g)... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 20
Pembahasan ... 30
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36
Saran ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1. Rataan laju pertumbuhan tanaman 10-58 HST (g/hari) pada perlakuan varietas dan pemberian pupuk guano ... 21 2. Rataan laju pertumbuhan relatif 10-58 HST (g/hari) pada perlakuan
varietas dan pemberian pupuk guano ... 22 3. Rataan umur berbunga (hari) pada perlakuan varietas dan pemberian
pupuk guano ... 24 4. Rataan umur panen (hari) pada perlakuan varietas dan pemberian
pupuk guano ... 25 5. Rataan jumlah biji per sampel (g) pada perlakuan varietas dan
pemberian pupuk guano ... 26 6. Rataan bobot kering biji per sampel (g) pada perlakuan varietas dan
pemberian pupuk guano ... 27 7. Rataan bobot 100 biji (g) pada perlakuan varietas dan pemberian
pupuk guano ... 29 8. Rataan produksi biji per plot (g) pada perlakuan varietas dan
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Hubungan laju pertumbuhan relatif tanaman pada umur 10-21 HST dengan penggunaan beberapa varietas ... 23 2. Hubungan laju pertumbuhan relatif tanaman pada umur 10-21 HST
dengan pemberian pupuk guano ... 24 3. Hubungan interaksi bobot kering biji dengan penggunaan beberapa
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1. Deskripsi kacang hijau varietas betet ... 40
2. Deskripsi kacang hijau varietas walet ... 41
3. Hasil analisis tanah ... 42
4. Hasil analisis pupuk guano ... 43
5. Bagan penelitian ... 44
6. Bagan letak tanaman pada plot ... 45
7. Jadwal kegiatan penelitian ... 46
8. Data pengamatan laju pertumbuhan tanaman umur 10-21 HST (g/hari) .. 47
9. Sidik ragam laju pertumbuhan tanaman umur 10-21 HST (g/hari) ... 47
10. Data pengamatan laju pertumbuhan tanaman umur 22-33 HST (g/hari) . 48 11. Sidik ragam laju pertumbuhan tanaman umur 22-33 HST (g/hari) ... 48
12. Data pengamatan laju pertumbuhan tanaman umur 34-45 HST (g/hari) 49 13. Sidik ragam laju pertumbuhan tanaman umur 34-45 HST (g/hari) ... 49
14. Data pengamatan laju pertumbuhan tanaman umur 46-58 HST (g/hari).. 50
15. Sidik ragam laju pertumbuhan tanaman umur 46-58 HST (g/hari) ... 50
16. Data pengamatan laju pertumbuhan relatif umur 10-21 HST (g/hari) ... 51
17. Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Relatif Umur 10-21 HST (g/hari) ... 51
18. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Relatif Umur 22-33 HST (g/hari) . 52 19. Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Relatif Umur 22-33 HST (g/hari) ... 52
20. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Relatif Umur 34-45 HST (g/hari) .. 53
21. Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Relatif Umur 34-45 HST (g/hari) ... 53
22. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Relatif Umur 46-58 HST (g/hari) .. 54
23. Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Relatif Umur 46-58 HST (g/hari) ... 54
24. Data Pengamatan Umur Berbunga (hari) ... 55
25. Sidik Ragam Umur Berbunga (hari) ... 55
26. Data pengamatan umur panen (hari) ... 56
27. Sidik ragam umur panen (hari) ... 56
28. Data pengamatan jumlah biji per sampel (biji) ... 57
29. Sidik ragam jumlah biji per sampel (biji) ... 57
30. Data pengamatan bobot kering biji per sampel (g) ... 58
31. Sidik ragam bobot kering biji per sampel (g) ... 58
32. Data pengamatan bobot 100 biji (g) ... 59
33. Sidik ragam bobot 100 biji (g) ... 59
34. Data pengamatan produksi biji per plot (g) ... 60
35. Sidik ragam produksi biji per plot (g) ... 60
36. Lampiran Foto Tanaman Pada Lahan Penelitian ... 61
ABSTRAK
DESY LAVRIA : Laju Pertumbuhan Tanaman dan Produksi Beberapa Varietas Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Terhadap Pemberian
Pupuk Guano, dibimbing oleh LISA MAWARNI dan ASIL BARUS.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas dan dosis pupuk guano tertentu yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi kacang hijau. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut, pada bulan Juli hingga September 2014, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor yaitu varietas kacang hijau (betet dan walet) dan pupuk guano (tanpa pupuk; 210,871; 421,743; 632,614 g/plot). Parameter yang diamati adalah laju pertumbuhan tanaman, laju pertumbuhan relatif, umur berbunga, umur panen, jumlah biji per sampel, bobot kering biji per sampel, bobot 100 biji, dan produksi biji per plot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis varietas dan pemberian pupuk guano berpengaruh nyata terhadap parameter laju pertumbuhan relatif pada umur 10-21 HST. Interaksi antara jenis varietas dan pupuk guano berpengaruh nyata terhadap bobot kering biji.
ABSTRACT
DESY LAVRIA : The rate of plant growth and the production of several varieties of green beans (Phaseolus radiatus L.) on the provision of guano fertilizer,supervised by LISA MAWARNI and ASIL BARUS.
This research aims to obtain varieties and certain guano fertilizer can improve the growth and production of green beans. This research had been conducted at experimental field of Fakultas Pertanian USU in July-September 2014 using factorial randomized block design with two factor, i.e. types of varieties (betet and walet) and guano fertilizer (none; 210,871; 421,743 and
632,614 g/plot). Parameter observed were rate of plant growth, relative growth rate, days to flowering, harvesting, number of seed per sample, dry weight of seeds per sample
The result showed that types of varieties and guano ferlizier application significantly affect
, weight of 100 seed and seed production per plot.
the parameters of relative growth rate in the 10-21 DAP. The interaction of two factor significantly affect on parameters dry weight of seeds per sample.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia, terutama
kecambahnya dikenal sebagai tauge. Tanaman ini mengandung zat gizi, antara
lain: amylum, protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan,
magnesium, niasin, vitamin (B1, A, dan E) (Atman, 2007). Selain memiliki peran
yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan protein, kacang hijau juga menjadi
bahan baku industri olahan pangan dan pakan selain kedelai.
Meskipun tanaman kacang hijau memiliki banyak manfaat, namun
pembudidayaannya kurang mendapatkan perhatian oleh petani. Padahal, tanaman
kacang hijau memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan. Dibanding
dengan tanaman kacang-kacangan lainnya, kacang hijau memiliki kelebihan,
antara lain:berumur genjah, lebih toleran kekeringan, dapat ditanam dilahan
kurang subur dan sekaligus bisa sebagai penyubur tanah karena mampu
bersimbiosis dengan bakteri rhizobium,budidaya mudah dan hama yang
menyerang relatif sedikit (Yugidan Harjoso, 2012).
Menurut data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (2013) produksi
kacang hijau tahun 2013 sebesar 2.344 ton menurun sebesar 1.473 ton
dibandingkan produksi tahun 2012 yaitu sebesar 3.817 ton. Penurunan tersebut
disebabkan oleh berkurangnya luas panen sebesar 1.368 ha. Oleh karena itu untuk
memenuhi kebutuhan kacang hijau, pemerintah melakukan impor dari beberapa
Untuk mendapatkan hasil kacang hijau yang lebih tinggi masih
memungkinkan jika kendala dalam pertumbuhannya dapat diatasi dengan
teknologi budidaya yang tepat, salah satunya adalah dengan cara penggunaan
varietas yang unggul dan penggunaan pupuk yang benar.
Penggunaan benih kacang hijau bermutu dari varietas unggul yang
mempunyai potensi produksi tinggi yaitu diatas 1,5 ton/ha, akan terus
ditingkatkan. Varietas unggul merupakan tanaman yang tahan terhadap penyakit
karat, embun tepung dan bercak daun, diantaranya adalah Camar, Kutilang,
Merpati, Sampeong, Parkit, Sriti dan Kenari (Kementerian Pertanian, 2014).
Dewasa ini banyak pupuk yang beredar di pasaran dan memberikan hasil
yang cukup baik. Akan tetapi, pupuk yang beredar adalah pupuk anorganik yang
dikenal sebagai pupuk kimia.
Pemakaian pupuk anorganik dalam jangka waktu yang lama secara terus
menerus akan berdampak negatif terhadap produksi dan ekosistem. Untuk itu
diperlukan sesuatu zat tertentu yang bukan hanya menyehatkan, tetapi juga ramah
lingkungan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal itu
adalah pemberian pupuk organik. Beberapa pupuk organik yang beredar di
pasaran, di antaranya pupuk kompos, pupuk cair organik dan guano. Ketiga pupuk
ini mengandung unsur hara baik makro dan mikro yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman (Nurahmi dkk., 2011).
Salah satu jenis unsur hara makro yang dibutuhkan untuk meningkatkan
produksi kacang hijau ialah unsur P. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan ketersediaan P pada tanah adalah dengan menambahkan pupuk P
memiliki kelebihan yaitu sebagai pemasok P dan bahan organik yang memiliki
kemampuan khelasi (Isrun, 2009).
Penelitian Hayanti, dkk., (2014) mengatakan bahwa kotoran kelelawar
(guano) sebesar 3,96 g/tanaman pada kacang tanah berpengaruh terhadap berat
basah tanaman, tinggi tanaman, panjangakar tanaman serta berpengaruh terhadap
jumlah ginofor, jumlah polong dan berat polong. Djafar, dkk., (2013) dari hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan tinggi tanaman sawi
akibat pemberian guano sebesar 12 g/tanaman pada umur 4 MST, begitu juga luas
daun, bobot basah, bobot kering, dan produksi tanaman per plot.
Berdasarkan uraian diatas, oleh karena itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan pemberian pupuk guano terhadap laju pertumbuhan
tanaman dan produksi beberapa varietas tanaman kacang hijau.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui laju pertumbuhan tanaman dan produksi beberapa
varietas kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) terhadap pemberian pupuk guano.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh nyata pemberian pupuk guano terhadap laju pertumbuhan
tanaman dan produksi beberapa varietas kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) serta interaksi antara keduanya.
Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Steenis (2003) menyatakan klasifikasi tanaman kacang hijau
adalah:Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae;
Class: Dicotyledoneae; Ordo: Rosales; Family: Papilionaceae; Genus: Phaseolus;
Species: Phaseolus radiatus L.
Akar utama dari tanaman kacang disebut akar tunggang. Setelah
perkecambahan, ujung akar akan tumbuh lurus dan menembus
tanah sampai ke dalaman sekitar 40-80 cm. Sistem perakaran kacang hijau di bagi
menjadi dua, yaitu mesophites dan xerophites. Mesophites mempunyai banyak
cabang akar pada permukaan dan tipe pertumbuhannya menyebar. Sedangkan
xerophites memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah
(FAO, 2007).
Batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku. Ukuran
batangnya kecil, berbulu berwarna hijau kecoklatan atau kemerahan. Setiap buku
batang menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama berupa
sepasang daun yang berhadapan dan masing-masing daun berupa daun tunggal.
Batang kacang hijau tumbuh tegak dengan ketinggian mencapai 1 m, cabang
menyebar kesemua arah (Singh and D.L. Oswalt, 1992).
Daun kacang hijau tumbuh majemuk, terdiri dari tiga helai anak daun
setiap tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan
berwarna hijau muda hingga hijau tua, letak daun terselip. Tangkai daun lebih
Bunga kacang hijau berbentuk seperti kupu-kupu, berwarna kuning
kehijauan atau kuning pucat. Bunganya termasuk kedalam jenis hermaprodit atau
berkelamin sempurna. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari sehingga pada
pagi harinya bunga akan mekar dan pada sore hari menjadi layu
(
Buah kacang hijau berbentuk polong. Panjang polong sekitar 5-16 cm.
Setiap polong berisi 10-15 biji. Polong kacang hijau berbentuk bulat silindris atau
pipih dengan ujung agak runcing atau tumpul. Polong muda berwarna hijau,
setelah itu berubah menjadi kecoklatan atau kehitaman. Polong kacang hijau
mempunyai rambut-rambut pendek atau berbulu (Hakim, 2008). Singh and D.L. Oswalt, 1992).
Syarat Tumbuh Iklim
Kacang hijau menghendaki curah hujan optimal 50-200 mm/bln,
temperatur 250-270 C, dengan kelembaban udara 50-80% dan cukup mendapat
sinar matahari (Deptan, 2012).
Tanaman kacang hijau membutuhkan suhu tinggi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Temperatur rendah menghambat perkembangannya, membuat
sulit berbunga dan menghasilkan buah yang rendah. Suhu optimum untuk
tanaman kacang hijau adalahantara 20-30o
Kondisi lingkungan yang dikehendaki tanaman kacang hijau adalah daerah
bersuhu 25
C (FAO, 2007).
o
C-27oC, kelembaban udara antara 50%-80%, dan cukup mendapat
sinar matahari. Curah hujan yang dikehendaki berkisar antara 50-200 mm per
Tanah
Kacang hijau biasa diusahakan dilahan sawah setelah padi sawah pada
musim kemarau, dimana kacang hijau hanya memanfaatkan kelengasan tanah
yang ada pada saat tanam. Tersedianya varietas kacang hijau berumur genjah
sangat penting untuk lahan sawah tanpa irigasi (Balitkabi, 2012).
Kacang hijau dapat berhasil ditanam pada tanah lempung berpasir,
ataukasar dan lumpur tanah lempung. Pada tanah berpasir akan memungkinkan
adanya pengelolaan irigasi yang sangat penting. Tanah harus baik dikeringkan
pada level tertentu untuk kemudahan panen secara mekanik. Sebuah tanah yang
berat, seperti lempung liat berdebu, yang buruk dikeringkan adalah tidak cocok
untuk produksi kacang hijau karena busuk akar bisa menjadi masalah besar
Kacang hijau dapat tumbuh pada semua jenis tanah sepanjang kelembaban
dan tersedianya unsur hara yang cukup. Untuk itu lahan yang akan dipergunakan
harus dipersiapkan sebaik-baiknya. Pada lahan sawah setelah panen padi, tidak
perlu dilakukan pengolahan tanah (tanpa olahtanah=TOT) (Atman, 2007). (Taber, 2008).
Varietas Kacang Hijau
Warna biji merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi mutu biji
kacang hijau. Kriteria mutu biji kacang hijau yang baik adalah biji berukuran
besar (65–70 g/1.000 biji), tidak mengandung biji keras, kandungan protein tinggi
(> 30%), bentuk biji bundar, dan warna biji hijau kusam. Ukuran biji berhubungan
erat dengan kandungan biji keras. Varietas kacang hijau yang berbiji kecil
mengandung biji keras lebih tinggi daripada varietas berbiji besar. Makin besar
hijau yang berbiji besar dan biji berwarna hijau kusam lebih disenangi petani
karena rasanya lebih enak (pulen) serta harga jualnya lebih tinggi dari pada yang
berbiji kecil (Hakim, 2008).
Teknologi untuk pengembangan kacang hijau dapat dikelompokkan ke
dalam varietas unggul baru dan pengelolaan lahan, tanaman dan organisme
pengganggu (Pengelolaan LATO). Mengingat terbatasnya kemampuan finansial
petani, maka dalam pengembangan kacang hijau di lahan kering diawali dengan
introduksi varietas ungggul yang ditanam dengan cara budi daya petani (misal
tanam sebar setelah tanah diolah minimal) sehingga tidak memerlukan tamabahan
biaya (Kasno, 2007).
Pemilihan varietas yang tepat dan sesuai dengan agroekosistem untuk
dikembangkan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Keunggulan
suatu varietas dapat dinilai berdasarkan hasil, mutu hasil, ketahanan terhadap
hama dan penyakit, dan toleransi terhadap cekaman lingkungan
(Sirappa dan A. N., 2008).
Varietas unggul mempunyai produksi tinggi dan umur pendek, tahan
terhadap cekaman lingkungan dan hama penyakit serta tanggap terhadap
pemupukan (Rahmadani, dkk., 2012).
Keragaan masing-masing varietas kacang hijau dapat menghasilkan
potensi yan berbeda dengan deskripsinya. Varietas yang mempunyai interaksi
positif dan sangat peka terhadap lingkungan hasilnya akan mendekati
kemampuannya apabila keadaan lingkungannya cocok, sebaliknya akan merosot
Keunggulan beberapa varietas unggul tanaman kacang hijau adalah
sebagai berikut:
Varietas Keunggulan
Sriti Tipe determinet; produktivitas rata-rata 1,58 t/ha; warna biji hijau kusam;ukuran biji besar (6,0-6,5 g/100 biji); toleran penyakit embun tepung dan bercakdaun; umur panen 60-65 hari.
Murai Tipe determinet; produktivitas rata-rata 1,5 t/ha (rentang hasil 0,9-2,5 t/ha);warna biji hijau kusam; ukuran biji besar (6 g/100 biji); tahan penyakit bercakdaun; umur panen 63 hari.
Perkutut Tipe determinet; produktivitas rata-rata 1,5 t/ha (rentang hasil 0,7-2,2 t/ha);warna biji hijau mengkilat; ukuran biji sedang (5 g/100 biji); tahan penyakitembun tepung dan agak tahan penyakit bercak daun; umur panen 60 hari.
Kutilang Tipe determinet; produktivitas rata-rata mencapai 2,0 t/ha; biji berwarna hijaumengkilat; ukuran biji besar (6 g/100 biji); tahan penyakit embung tepung; umurpanen 60-67 hari.
Kenari Tipe tegak; determinet; produktivitas rata-rata 1,64 t/ha (rentang hasil 0,8-2,4t/ha); warna biji hijau mengkilat; ukuran biji besar (6,7 g/100 biji); agak tahanpenyakit bercak daun dan toleran penyakit karat; umur panen 60-65 hari.
Sampeong Hasil pemurnian varietas lokal Samsik dari Nusa Tenggara; ukuran biji sangatkecil (2,5-3,0 g/100 biji) sehingga sesuai untuk dibuat kecambah (tauge);produktivitas rata-rata 1,0 t/ha; umur panen 70-75 hari.
Camar Berumur pendek (panen 60 hari); Produktivitas 1-2 t/ha; tahan penyakit busukdaun dan bercak coklat; polong masak cukup seragam sehingga panen dapatserempak; polong berada di atas daun canopi sehingga memudahkan penensecara maksimal
Sumber: Balitkabi (2005).
Dalam penelitian Jambormias, dkk., (2003) mengatakan bahwa daya hasil
populasi kacang hijau varietas lokal Jamdena memperlihatkan keunggulan
varietas lokal terhadap varietas unggul hanya terjadi pada sifat tinggit anaman,
luas daun dan jumlah cabang per tanaman, sedangkan sifat-sifat lainnya
memperlihatkan keadaan sebaliknya, kecuali komponen hasil jumlahbiji per
Pupuk Guano
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam, yang berupa sisa-sisa
organisme hidup baik sisa tanaman maupun sisa hewan. Pupuk organik
mengandung unsur-unsur hara baik makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh
tumbuhan, supaya dapat tumbuh dengan subur. Beberapa jenis pupuk yang
termasuk pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan pupuk
guano (Winarni, dkk., 2013).
Guano merupakan bahan yang kaya akan nitrogen danfosfor. Berdasarkan
komposisi kimianya dan tingkat hancuran iklimnya, Kotabe (1997) dalam
Suwarno dan Komaruddin (2007) mengklasifIkasikan guano menjadi dua
kelompok, yaitu guano nitrogen(nitrogenous guano) yang juga disebut guano segar (freshguano) dan guano fosfat (phosphatic guano).
Dari hasil analisis yang dilakukan, diperoleh bahwa pupuk guano yang
akan digunakan berbentuk granular yang memiliki pH 7,98; N-total 0,22%; P2O5
-total 21,34%; K2O 0,08% dan C/N 31,64% (Laboratorium Tanah BPTP Sumut,
2014). Terlihat bahwa C/N dalam pupuk guano tersebut masih sangat tinggi
sehingga membutuhkan pengolahan tanah bersamaan dengan aplikasi pupuk ini.
Hal tersebut dikarenakan kecepatan dekomposisi bahan organik ditunjukkan oleh
perubahan imbanganC/N. Selama proses mineralisasi, imbangan C/N
bahan-bahan yang banyak mengandung N akan berkurang menurut waktu. Kecepatan
kehilangan C lebih besardaripada N, sehingga diperoleh imbangan C/N yang lebih
rendah (10-20). Apabila kandungan C/N sudah mencapai angka tersebut, artinya
terlalu tinggi mengakibatkan proses berjalan lambat karena kandungan nitrogen
yang rendah. C/N rasio akan mencapai kestabilan saat proses dekomposisi
berjalan sempurna (Badan Litbang Pertanian, 2011).
Pupuk organik granul merupakan pupuk organik dengan mengubah bentuk
fisik menjadi butiran yang memiliki sifat kering dan keras sehingga tidak cepat
rusak ketika dikemas dan cepat terurai ketika berada di dalam tanah. Hasil analisis
variansi menunjukan bahwa pemupukan dengan pupuk organik granul
berpengaruh sangat nyata (P <0,01) terhadap tinggi tanaman rumput gajah pada
defoliasi ketiga. Hasil penelitian pemberian pupuk organik granul terhadap
rumput gajah pada defoliasi ketiga menunjukan pertumbuhan yang lebih baik dari
level terendah ke-level tertinggi. Hal ini disebabkan ketersediaan unsur hara yang
lebih banyak pada perlakukan level pemupukan yang tertinggi dibanding dengan
yang lainnya (Triyanto, dkk. 2013).
Guanonitrogen maupun guano fosfat merupakan bahan pupuk organik
yang mengandung N dan P cukup tinggi. Kandungan nitrogen dalam guano
nitrogen jauh lebih tinggi dari pada yang terdapat dalam pupuk kandang, Iimbah
pertanian, maupun sampah kota. Demikian juga halnya dengan kandungan fosfat
dalam guano fosfat. Selain itu, karena guano nitrogen maupun guano fosfat
merupakan bahan organik yang telah mengalami hancuran iklim, senyawa
nitrogen dan fosfat dalam kedua bahan tersebut relatif mudah tersedia bagi
tanaman dibandingkan dengan pupuk kandang segar, limbah pertanian, serta
sampah rumah tangga. Dengan demikian, guano nitrogen maupun guano fosfat
potensial untuk dimanfaatkan dalam pertanian organik maupun pertanian alami
(Suwarno dan Komaruddin, 2007).
Fosfor (P) adalah unsur hara yang tidak mudah bergerak (immobile) dalam tanah.Hara P di tanah tersedia dalam jumlah cukup bagi tanaman, tetapi karena
sifatnya dinamis, bergantung pada reaksi tanah,sebagian terikat atau terfiksasi
oleh oksidadan mineral liat membentuk Al, Fe, dan Ca, P atau oleh bahan organik
(Tisdale et al.1985; Wien 1997 dalam Suwandi 2009). Kekurangan P
menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat akibat terganggunya
perkembangan sel dan akar tanaman, metabolisme karbohidrat, dan transfer energi
Kemungkinan penggunaan pupuk guano secara langsung di Indonesia
terkait dengan 3 hal, yaitu: a) mulai berkembangnya sistem pertanian organik
dapat memberikan harapan bagi penggunaan pupuk alami seperti guano, b)
dicabutnya subsidi pupuk yang menyebabkan harga pupuk buatan menjadi mahal
sehingga perlu dicari pupuk altematif yang lebih murah, dan c) adanya isu
penghematan energi yang dicanangkan oleh presiden menyebabkan penggunaan
bahan pupuk setempat secara langsung menjadi salah satu pilihan
(Suwarno dan Komaruddin, 2007).
Dalam penelitian Widiyanti dan Maya (2010) bahwa perlakuan residu
pupuk guano dengan dosis 108 kg/ha berpengaruh cenderung nyata pada saat
tanaman kedelai berumur 7 MST menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi
dibandingkan dengan perlakuan residu pupuk guano lainnya pada setiap minggu,
menghasilkan bobot basah, bobot kering, dan jumlah polong isi tertinggi.
produktif terbanyak, jumlah buah per tanaman terbanyak dan buah per tanaman
yang terberat terdapat pada pupuk guano yang berbeda nyata dengan dua
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dilahan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, pada ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut. Penelitian
dilaksanakan pada Julihingga September 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih kacang hijau varietas Betet dan Walet
pupuk guano, pupuk urea, pupukSP-36, pupuk KCl, insektisida berbahan aktif
metomil, spanduk dan label nama.
Alat yang digunakan antara lain cangkul, parang, gembor, tali rafia,
handsprayer, pacak sampel, kalkulator, penggaris, kamera, oven, meteran dan timbangan analitik.
MetodePenelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial
dengan 2 faktor perlakuan, yaitu:
Faktor I : Varietas kacang hijau, dengan 2 jenis yakni:
V1 : Varietas Betet
V2 : Varietas Walet
Faktor II : Dosis pupuk guano, dengan 4 taraf yakni:
P0 : 0 g/plot (kontrol)
P1 : 200 kg/Ha (setara dengan 210,871 g/plot)
P2 : 400 kg/Ha (setara dengan 421,743 g/plot)
Sehingga diperoleh 8 kombinasi perlakuan, yaitu:
V1P0 V1P1 V1P2 V1P3
V2P0 V2P1 V2P2 V2P3
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot : 24 plot
Ukuran plot : 150 cm x 150 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak tanam : 25 cm x 25 cm
Jumlah tanaman/plot : 36 tanaman
Jumlah sampel produksi/plot : 4 tanaman
Jumlah sampel destruktif/plot : 5 tanaman
Jumlah sampel produksi seluruhnya : 96 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 864 tanaman
Data hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linier sebagai berikut :
Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
i = 1, 2, 3 j = 1, 2 k = 1, 2, 3, 4
Keterangan:
Yijk : Data hasil pengamatan dari unit percobaan blok ke-i dengan penggunaan
varietas taraf ke-j dan pemberian pupuk guano taraf ke-k
μ : Rataan umum
ρi : Efek blok ke-i
αj : Efek perlakuan varietas taraf ke-j
(αβ)jk : Efek interaksi dari beberapa varietas ke-j dan penggunaan pupuk guano
pada taraf ke-k
εijk : Efek error pada blok ke-i yang mendapat perlakuan varietaspada taraf
ke-j danpenggunaan pupuk guanopada taraf ke-k.
Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata,
maka dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Duncan Multiple Range
PELAKSANAAN PENELITIAN
Penetapan Lokasi dan Plot
Penelitian dilakukan pada lahan bertopografi datar dan terbuka, yaitu
dengan cara membersihkan dari rumput maupun benda lain yang mengganggu
dalam proses penelitian. Selanjutnya dibuat plot-plot perlakuan dengan ukuran
150 cm x150 cm sebanyak 24 plot.
Pengolahan Tanah
Plot penanaman dicangkul sebanyak 2 kali dengan interval 2 hari dengan
kedalaman ± 30 cm untuk mendapatkan kondisi tanah yang gembur sehingga
memudahkan tumbuhnya perakaran tanaman.
Aplikasi Pupuk Guano
Pupuk guano yang telah ditimbang sesuai dengan perlakuan ditebar merata
kedalam tanah dengan cara menuangkan seluruh dosis/plot, kemudian tanah dan
pupuk guano diolah secara merata dan tanah dibiarkan selama 7 hari.
Penanaman Benih
Sebelum benih ditanam, benih diberi insektisida berbahan aktif metomil
sebanyak 0,2 g/l dengan cara direndam untuk mencegah serangan lalat bibit.
Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam dilahan dengan kedalaman
+ 2 cm, kemudian dimasukkan 2 benih per lubang tanam dan ditutup dengan
tanah.
Pemupukan Dasar
Pemupukan diberikan setengah dosis anjuran kebutuhan pupuk kacang
hijau yaitu 25 kg Urea/ha (12,2 g/plot), 50 kg SP-36/ha (31,25 g/plot), 25 kg
penanaman sebanyak setengah dosis urea yang digunakan (6,1 g/plot) dan
setengah dosis lagi (6,1 g/plot) diberikan pada saat tanaman berumur 25 HST
sedangkan pupuk TSP dan KCL diberikan pada saat penanaman. Pemupukan
dilakukan dengan cara larikan.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari hingga tanah dalam
kapasitas lapang dan disesuaikan dengan kondisi pada lahan pertanaman.
Penyulaman dan Penjarangan
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati dengan
tanaman cadangan yang masih hidup yang telah disediakan dan sesuai varietas.
Penyulaman dilakukan pada 7 HST. Penjarangan dilakukan menjadi satu tanaman
per lubang tanam pada 10 HST. Waktu penyulaman terbaik adalah sore hari.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang
ada dalam plot, untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara
dari dalam tanah. Penyiangan dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit disesuaikan dengan jenis dan tingkat
serangan yang ditimbulkan.
Panen
Pemanenan kacang hijau mulai dilakukan pada umur 55 HST sampai
berulang-polong dari hijau menjadi hitam atau coklat dan kering. Panen dilakukan dengan
cara dipetik satu per satu dengan menggunakan tangan atau dengan cara
memotong tangkai polong menggunakan gunting yang tajam.
Pengamatan Parameter
Laju pertumbuhan tanaman (g/hari)
Laju pertumbuhan tanaman dihitung berdasarkan berat kering total
tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995), dengan persamaan:
LPT = (W2- W1 (T
)
2-T1
Dimana : LPT = Laju pertumbuhan tanaman (g/hari) )
W = Berat kering tanaman yang dihitung saat 10 HST, 22 HST, 34
HST, 46 HST dan 58 HST (g)
T = Waktu pengamatan yang dihitung saat 10 HST, 22 HST, 34 HST,
46 HST dan 58 HST (hari)
Laju pertumbuhan relatif(g/hari)
Laju pertumbuhan relatif dihitung berdasarkan berat kering dalam
interval waktu tertentu (Sitompul dan Guritno, 1995), dengan persamaan:
LPR = InW2 - InW T2 - T1
1
Dimana : LPR = Laju pertumbuhan relatif (g/hari)
W = Berat kering tanaman yang dihitung saat 10 HST, 22 HST, 34
HST, 46 HST dan 58 HST (g)
T = Waktu pengamatan yang dihitung saat 10 HST, 22 HST, 34 HST,
Umur berbunga (hari)
Umur berbunga diamati setelah tanaman mengeluarkan bunga sekitar 75%
pada tiap tanaman per plot.
Umur panen (hari)
Umur panen dihitung berdasarkan kriteria panen pada tanaman kacang
hijau.
Jumlah biji per sampel (biji)
Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung biji per tanaman sampel.
Bobot bijikering per sampel (g)
Pengamatan ini dilakukan setelah biji kacang hijau dikeringkan.
Pengeringan dilakukan dengan cara menjemur dibawah terik matahari selama 2-3
hari, kemudian biji per tanaman sampel ditimbang dengan menggunakan
timbangan analitik.
Bobot 100 biji (g)
Perhitungan dilakukan dengan mengambil 100 biji dari masing-masing
varietas pada tanaman sampel dari masing-masing perlakuan, kemudian
ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.
Produksi biji/plot (g)
Produksi biji dihitung dengan cara menimbang semua biji dalam satu plot
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan daftar sidik ragam (Lampiran 8-35) diketahui bahwa
penggunaan kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) serta pemberian
pupuk guano berpengaruh nyata terhadap parameterlaju pertumbuhan relatif
tanaman pada umur 10 – 21 HST. Interaksi antara varietas kacang hijau dan
pemberian pupuk guano berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering biji
per sampel.
Laju pertumbuhan tanaman(g/hari)
Berdasarkan data penelitian dan hasil sidik ragam (Lampiran 8-15),
diketahui bahwa penggunaan kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) dan
pemberian pupuk guano, serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap laju pertumbuhan tanaman pada umur 10-58 HST.
Rataan laju pertumbuhan tanaman pada umur 10-58 HST pada perlakuan
penggunaan varietas dan pupuk guano dapat dilihat padaTabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan laju pertumbuhan tanaman
kacang hijaupada umur 10-33 HST tertinggi diperoleh pada varietas betet.
Sedangkan pada umur 34-58 HST laju pertumbuhan tanaman tertinggi diperoleh
Tabel 1.Rataan laju pertumbuhan tanamanpada umur 10-58 HST pada perlakuan penggunaan varietas dan pupuk guano
Umur Varietas Pupuk Guano Rataan
P0
Laju pertumbuhan tanaman pada umur 10-33 HST pada pemberian pupuk
guano tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 (200 kg/ha). Sedangkan yang
terendah diperoleh pada perlakuan P0 (tanpa pupuk). Pada umur 34-58 HST laju
pertumbuhan tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 (600 kg/ha) dan terendah pada
perlakuan P1
Laju pertumbuhan relatif (g/hari)
(200 kg/ha).
Berdasarkan data penelitian dan hasil sidik ragam (Lampiran 18-23),
diketahui bahwa perlakuan varietas betet (V1) dan walet (V2) serta pemberian
pupuk guano berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan relatif pada umur
10-21 HST. Sedangkan Interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap laju
Rataan laju pertumbuhan relatif kacang hijau umur 10-58 HST pada
perlakuan varietas dan pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Laju pertumbuhan relatif kacang hijau umur 10-58HST pada perlakuan varietas dan pupuk guano
Umur Varietas Pupuk Guano Rataan
P0
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama adalah berbeda tidak nyata berdasarkan Uji Duncan taraf 5%
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pengamatan laju pertumbuhan relatif
kacang hijau pada umur 10-21 HST pada perlakuan varietas tertinggi diperoleh
pada varietas betet (V1) yaitu sebesar 0.2446 g/hari yang berbeda nyata dengan
perlakuan varietas walet (V2) sebesar 0.2053 g/hari. Sedangkan pada pengamatan
umur 22-58 HST tertinggi diperoleh pada perlakuan varietas walet (V2) dan
terendah pada perlakuan varietas betet (V1).
Laju pertumbuhan relatif pada umur 10-21 HST pada pemberian pupuk
guano tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 (200 kg/ha) yang berbeda nyata
dengan perlakuan P2 (400 kg/ha), P3(600 kg/ha) dan P0 (tanpa pupuk). Pada umur
terendah pada P2 (400kg/ha). Sedangkan pada umur 34-58 HST laju pertumbuhan
relatif tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 (600 kg/ha) dan terendah pada
perlakuan P1
Hubungan laju pertumbuhan relatif kacang hijau umur 10-21 HST dengan
perlakuan varietas dapat dilihat pada Gambar 1. (200 kg/ha).
Gambar 1. Hubungan laju pertumbuhan relatif pada umur 10-21 HST dengan perlakuan varietas
Gambar 1 menunjukkan bahwa pada umur 10-21 HST laju pertumbuhan
relatif varietas betet lebih baik dari pada varietas walet.
Hubungan laju pertumbuhan relatif kacang hijau umur 10-21 HST dengan
pemberianpupuk guano dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 menunjukkan bahwa pemberian pupuk guanosebesar 200-400
kg/ha menunjukkan laju pertumbuhan relatif kacang hijau yang meningkat pada
Gambar 2. Hubungan laju pertumbuhan relatif pada umur 10-21 HST dengan pemberian pupuk guano
Umur berbunga (Hari)
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 24-25),
diketahui bahwa kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) dan pemberian
pupuk guano serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadapumur berbunga.
Rataan umur berbunga tanaman kacang hijau pada perlakuan varietas dan
pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan umur berbunga tanaman kacang hijau pada perlakuan varietas dan pupuk guano
Varietas
Pupuk Guano Rataan
P0
Tabel 3 menunjukkan umur berbunga kacang hijau tercepat diperoleh pada
varietas betet (V1) yaitu 39.33 hari dan umur berbunga kacang hijau terlama pada
varietas walet (V2) yaitu 40.00 hari.
Umur berbunga kacang hijau tertinggi pada pemberian pupuk guano
diperoleh pada perlakuan P0 (tanpa pupuk) yaitu 40.00 hari dan terendah pada P2
Umur panen (hari)
yaitu 39.33 hari.
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 26-27),
diketahui bahwa penggunaan kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) dan
pemberian pupuk guano serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap umur panen.
Rataan umur panenkacang hijau pada perlakuan varietas dan pupuk guano
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Umur panen kacang hijau pada perlakuan varietas dan pupuk guano (hari)
Varietas
Pupuk Guano Rataan
P0
Tabel 4menunjukkan bahwa umur panen kacang hijau tercepat dipeloreh
pada varietas betet (V1) yaitu 56.17 hari dan terlama pada varietas walet (V2)
yaitu 56.83 hari.
Umur panen kacang hijau tertinggi pada pemberian pupuk guano
diperoleh pada perlakuan P3 (600 kg/plot) yaitu 57.33 hari dan terendah pada P0
Jumlah biji per sampel (biji)
(tanpa pupuk) yaitu 55.83hari.
pemberian pupuk guano serta interaksi antara keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap jumlah biji per sampel.
Rataan jumlah biji per sampel kacang hijau pada perlakuan jenis varietas
dan pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan jumlah biji per sampel kacang hijau (biji) pada perlakuan jenis varietas dan pupuk guano
Varietas
Pupuk Guano Rataan
P0
Tabel 5 menunjukkan bahwapada parameter jumlah biji per sampel
tertinggi diperoleh pada varietas walet (V2) yaitu 434.13 biji dan terendah pada
varietasbetet (V1) yaitu 424.34 biji.
Jumlah biji per sampel kacang hijau tertinggi pada perlakuan pupuk guano
diperoleh pada perlakuan P3 (600 kg/ha) yaitu 437.88 biji dan terendah pada P2
Bobot kering biji per sampel (g)
(400 kg/ha) yaitu 419.88biji.
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 30-31),
diketahui bahwa kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) dan pemberian
pupuk guano berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering biji per sampel.
Sedangkan interaksi antara keduanya berpengaruh nyata terhadap bobot kering
biji per sampel.
Rataan bobot kering biji per sampelkacang hijau pada perlakuan jenis
Tabel 6. Rataan bobot kering bijiper sampel (g) kacang hijau pada perlakuan varietas dan pupuk guano
Varietas
Pupuk Guano Rataan
P0
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama adalah berbeda tidak nyata berdasarkan Uji Duncan taraf 5%
Tabel 6 menunjukkan bahwa pada parameter bobot kering biji per sampel
tertinggi terdapat pada varietas walet yaitu 23.28g dan terendah pada varietas
betet yaitu 23.26 g.
Bobot kering biji per sampelkacang hijau tertinggi pada perlakuan pupuk
guano diperoleh pada perlakuan P0 (tanpa pupuk) yaitu 23.69 g dan terendah pada
P2
Pada rataan bobot kering biji per sampel di atas terlihat bahwa bobot
kering biji per sampel terbaik diperoleh pada perlakuan V1P0 yang tidak berbeda
nyata dengan perlakuan V1P1, berbeda nyata dengan perlakuan V1P2 dan tidak
berbeda nyata dengan perlakuan V1P3. Sedangkan pada varietas walet diperoleh
perlakuan terbaik pada perlakuan V2P3 yang tidak berbeda nyata dengan V2P1,
V2P2 dan berbeda nyata dengan perlakuan V2P0. (400 kg/ha) yaitu 22.40 g.
Interaksi penggunaan varietas kacang hijau dengan pemberian pupuk
Gambar 3. Kurva interaksi penggunaan varietas kacang hijau dengan pemberian pupuk guano terhadap bobot kering biji per sampel
Berdasarkan kurva interaksi (Gambar 3) diketahui bahwa interaksi
penggunaan varietas kacang hijau dengan pemberian pupuk guano membentuk
hubungan linear. Dimana pada varietas betet terjadi penurunan bobot kering biji
per sampel dengan pemberian dosis pupuk guano hingga taraf 600 kg/ha.
Sebaliknya pada varietas walet terjadi peningkatan bobot kering biji per sampel
dengan pemberian dosis pupuk guano hingga taraf 600 kg/ha.
Bobot 100 biji (g)
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 32-33),
diketahui bahwa kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) dan pemberian
pupuk guano serta interaksi antara keduanya berpengaruhtidak nyata
terhadapbobot bobot 100 biji (g).
Rataan bobot100 biji kacang hijau pada perlakuan varietas dan pupuk
guano dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan bobot 100 biji kacang hijau (g) pada perlakuan jenis varietas dan pupuk guano
Varietas
Pupuk Guano Rataan
P0
Tabel 7 menunjukkan bahwa pada pengamatan bobot 100 biji kacang hijau
tertinggi diperoleh pada varietas walet (V2) yaitu sebesar 5.77g dan terendah pada
varietas betet (V1) sebesar 5.71 g.
Bobot 100 bijikacang hijau tertinggi pada perlakuan pupuk guano
diperoleh pada perlakuan P0 (tanpa pupuk) yaitu 5.97 g dan terendah pada P2
Produksi biji per plot (g)
(200
kg/ha) yaitu 5.44g.
Berdasarkan data pengamatan dan hasil sidik ragam (Lampiran 34-35),
diketahui bahwa kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) dan pemberian
pupuk guano serta interaksi antara keduanya berpengaruhtidak nyata terhadap
produksi biji per plot.
Rataan produksi biji per plotkacang hijau pada perlakuan jenis varietas
dan pupuk guano dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan produksi biji per plot (g) kacang hijau pada perlakuan jenis varietas dan pupuk guano
Varietas Pupuk Guano Rataan
Tabel 8 menunjukkan bahwa pada perlakuan jenis varietas kacang hijau
yang digunakan, produksi bijiper plot kacang hijau tertinggi diperoleh pada
varietas betet (V1) yaitu sebesar 377.92g dan terendah pada varietas walet (V2)
yaitu sebesar 348.33 g.
Produksi biji per plotkacang hijau tertinggi pada perlakuan pupuk guano
diperoleh pada perlakuan P1 (200 kg/ha) yaitu 380.00 g dan terendah pada P3
Pembahasan
yaitu 348.33 g.
Pengaruh penggunaanberbagai jenis varietasterhadap laju pertumbuhan dan produksi kacang hijau (Phaseolus radiatusL.)
Berdasarkan daftar sidik ragam diketahui bahwa penggunaan kacang hijau
varietasbetet berpengaruh nyata terhadap parameterlaju pertumbuhan relatif
tanaman pada umur 10-21 HST.Dimana pada umur 10-21 HST varietas betet
menunjukkan laju pertumbuhan relatif yang baik. Sebaliknya pada umur 22-58
HST laju pertumbuhan relatif terbaik terjadi pada varietas walet. Hal ini karena
pada tiap varietas memiliki proses fisiologi yang melibatkan faktor genotip yang
berinteraksi dalam tubuh tanaman tersebut dengan faktor lingkungannya.
Sehingga laju pertumbuhan relatif varietas betet dan walet mengalami perbedaan.
Perlakuan penggunaan jenis varietaskacang hijau berpengaruh tidak nyata
terhadap laju pertumbuhan tanaman pada umur 10-58 HST. Dimana pada umur
10-33 HST varietas betet menunjukkan laju pertumbuhan tanaman tertinggi.
Sedangkan pada umur 34-58 HST laju pertumbuhan tanaman tertinggi
ditunjukkan pada varietas walet (tabel 1). Hal ini karena pada awal fase
pertumbuhan, genotip varietas betet jauh lebih cepat berinteraksi dibandingkan
Berdasarkan sidik ragam diketahui bahwa penggunaan kacang hijau
varietas betet dan waletberpengaruh tidak nyata pada parameter umur berbunga
dan umur panen. dimana varietas betet berbunga berkisar 39.33 hari setelah tanam
dan mengalami panen berkisar 56.17 hari setelah tanam. Sedangkan varietas walet
berbunga pada umur berkisar 40 hari setelah tanam dan panen berkisar 56.83 hari
setelah tanam. Sesuai dengan Lampiran 1 dan 2 (deskripsi varietas betet dan
walet) diketahui bahwa umur berbunga varietas betet dan walet berkisar 35hari
setelah tanam sedangkan umur panen berkisar 58-60 hari setelah tanam. Beberapa
varietas menunjukkan umur berbunga dan panen yang lebih lama dibanding
dengan umur berbunga dan panen yang ditunjukkan pada deskripsi. Hal ini karena
pembungaan tanaman dikendalikan oleh faktor lingkungan (suhu serta penyinaran
matahari) dan genetik (Rahmadani, dkk. 2012).
Berdasarkan tabel 5 rataan jumlah biji per sampel kacang hijau terlihat
bahwa varietas walet memberikan hasil rataan jumlah biji per sampel tertinggi
yakni 434.13 biji dibandingkan dengan varietas betet. Hal ini juga terjadi pada
tabel 6 dan 7 rataan bobot kering biji per sampel dan rataan bobot 100 biji yang
terlihat bahwa varietas walet menunjukkan hasil tertinggi yakni sebesar 23.28 g
dan 5.77 g dibandingkan dengan varietas betet. Hal ini karena secara visual,
varietas walet memiliki karakteristik genotip biji yang lebih banyak pada tiap
tanamannya dan memiliki bentuk biji yang besar-besar dibandingkan dengan
varietas betet. Hal ini sesuai dengan Hakim (2008) yang menyatakan bahwa
kriteria biji kacang hijau berdasarkan ukuran dibedakan menjadi tiga, yakniukuran
Berdasarkan tabel 8 rataan produksi biji per plot kacang hijau terlihat
bahwa diperoleh hasil tertinggi pada varietas betet yakni sebesar 377.92 g
sedangkan pada varietas walet diperoleh hasil sebesar 348.33 g. Padahal pada
parameter jumlah biji per sampel, bobot kering biji per sampel dan bobot 100 biji
terlihat bahwa varietas walet menunjukkan hasil tertinggi dibandingkan dengan
varietas betet. Hal ini karena musim hujan yang berlangsung pada saat penelitian
mengakibatkan adanya tanaman kacang hijau pada varietas walet mati pada
beberapa plot pada tiap ulangan yang bercirikan tanaman menjadi layu dan
akhirnya mati akibat akar yang membusuk.
Pengaruh pemberian pupuk guano terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau(Phaseolus radiatusL.)
Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
pemberian pupuk guanoberpengaruhnyata terhadapparameterlaju pertumbuhan
relatif pada umur 10-21 HST.Dimana P1 (200 kg/ha) tidak berbeda nyata dengan
P2 (400 kg/ha), berbeda nyata dengan P3 (600 kg/ha) dan berbeda nyata dengan
P0 (tanpa pupuk). Pada umur 22-33 HST pemberian pupuk guano tertinggi
diperoleh pada P0 (tanpa pupuk) dan terendah pada P2 (400 kg/ha). Sedangkan
pada umur 34-58 HST pemberian pupuk guano tertinggi terdapat pada P3 (600
kg/ha) dan terendah pada P1 (200 kg/ha).
Berdasarkan hasil sidik ragam yang diperoleh pemberian pupuk guano
padakacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) berpengaruh tidak nyata
terhadap laju pertumbuhan tanaman. Dimana pada umur 10-33 HST pemberian
pupuk guano tertinggi terdapat pada P1 (200 kg/ha) dan terendah pada P0 (tanpa
pupuk). Hal ini karena pada pemberian pupuk guano 200 kg/ha terjadi respon
Sebaliknya pada fase generatif pemberian pupuk guano yang direspon oleh kedua
varietas terjadi pada pemberian 600 kg/ha. Dimana dapat dilihat pada umur 34-58
HST pemberian pupuk guano tertinggi diperoleh pada P3 (600 kg/ha) dan
terendah pada P1 (200 kg/ha).
Berdasarkan sidik ragam yang diperoleh pemberian pupuk guano pada
kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) berpengaruh tidak nyata terhadap
parameter umur berbunga. Dimana pada pemberian pupuk guano tertinggi
diperoleh pada P0 (tanpa pupuk) dan terendah pada P2 (400 kg/ha). Hal ini diduga
kondisi tanah awal pada tempat penelitian ini berlangsung sudah baik sehingga
pada perlakuan P0 (tanpa pupuk) memiliki nilai lebih tinggi.
Berdasarkan sidik ragam yang diperoleh pemberian pupuk guano pada
kacang hijau varietas betet (V1) dan walet (V2) berpengaruh tidak nyata terhadap
parameter umur panen. Dimana pada pemberian pupuk guano tertinggi diperoleh
pada P3 (600 kg/ha) dan terendah pada P0 (tanpa pupuk). Hal ini diduga pupuk
guano yang diberikan baru dapat diserap oleh tanaman pada saat tanaman berada
difase generatif. Hal itu dikarenakan C/N pada pupuk guano yang digunakan
masih tergolong tinggi sehingga pupuk guano tersebut harus mengalami
dekomposisi terlebih dahulu.
Pada parameter jumlah biji per sampel, bobot kering biji, bobot 100 biji
dan produksi biji dengan pemberian pupuk guano tidak menghasilkan pengaruh
yang nyata diduga karena unsur hara P (fosfor) yang difokuskan
untukpertumbuhan generatif kacang hijau tersebut menjadi tidak tersedia didalam
bergerak (immobile) dalam tanah.Hara P di tanah tersedia dalam jumlah cukup bagi tanaman, tetapi karena sifatnyadinamis, bergantung pada reaksi
tanah,sebagian terikat atau terfiksasi oleh oksidadan mineral liat membentuk Al,
Fe, dan Ca, P atau oleh bahan organik.
Interaksi penggunaan berbagai jenis varietasdan pemberian pupuk guano terhadap pertumbuhan dan produksi kacang hijau (Phaseolus radiatusL.)
Berdasarkan hasil penelitian dan sidik ragam diketahui bahwainteraksi
penggunaanjenis varietas dan pemberian pupuk guano pada kacang hijau
berpengaruh nyata pada parameter bobot kering biji per sampel. Bobot kering biji
per sampel tertinggi diperoleh pada V1P0 (varietas betet dengan pemberian pupuk
guano 0 kg/ha) yakni sebesar 25.47 g dan terendah diperoleh pada V1P2 (varietas
betet dengan pemberian pupuk guano 400 kg/ha) yakni sebesar 21.60 g.
Interaksi antara penggunaanjenis varietas dan pemberian pupuk guano
menunjukkan bahwa adanya perbedaan antara keduanya dalam meningkatkan
bobot kering biji per sampel. Berdasarkan kurva interaksi (Gambar 3) diketahui
bahwa hubungan pemberian pupuk guano terhadap bobot kering biji per sampel
pada varietas betet menunjukkan hubungan linear negatif sedangkan pada varietas
walet menunjukkan hubungan linearpositif. Pada varietas betet dengan tanpa
maupun yang diberikan pupuk guano terjadi penurunan kurva hal tersebut
menunjukkan bahwa varietas betet tidak merespons pupuk guano yang diberikan
sehingga hasil bobot kering biji per sampelnya menurun sedangkan pada varietas
walet pemberian dosis pupuk guano yang semakin banyak hingga 600 kg/ha
terjadi peningkatan bobot kering biji per sampel hal tersebutmenunjukkan bahwa
varietas walet merespons pupuk guano yang diberikan sehingga hasil bobot kering
Interaksi kedua perlakuan menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap
parameter lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor perlakuan
memberikan respon masing-masing sebagai faktor tunggal tanpa adanya interaksi.
Hal ini didukung oleh Steel and Torrie (1993) yang menyatakan bila
pengaruh-pengaruh sederhana suatu faktor berbeda lebih besar daripada yang dapat
ditimbulkan oleh faktor kebetulan, beda respon ini disebut interaksi antara kedua
faktor itu. Bila interaksinya tidak nyata, maka disimpulkan bahwa
faktor-faktornya bertindak bebas satu sama lain, pengaruh sederhana suatu faktor sama
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kacang hijau varietas betet berpengaruh nyata hanya terhadap parameterlaju
pertumbuhan relatif tanaman pada umur 10-21 HST.
2. Pemberian pupuk guano berpengaruhnyata hanya terhadap parameter laju
pertumbuhan relatif tanaman pada umur 10-21 HST.
3. Interaksi penggunaan kacang hijauvarietas betet dan walet dan pemberian
pupuk guano berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering biji per
sampel.
Saran
Berdasarkan penelitian ini, penggunaan kacang hijau varietas walet
menunjukkan hasil yang baikdan penggunaan dosis pupuk guano yang optimal
sebesar 384.62 kg/ha menunjukkan hubungan yang bagus terhadap pertumbuhan
tanaman. Namun dapat dilakukan penelitian lanjut untuk memperoleh dosis
DAFTAR PUSTAKA
Atman. 2007. Teknologi Budidaya Kacang Hijau (Vigna radiata L.) di Lahan Sawah. Jurnal Ilmiah Tambua. 4(1) : 89-95.
Badan Litbang Pertanian. 2011. Ragam Inovasi Pendukung Pertanian Daerah.Agro Inovasi. www.litbang.deptan.go.id
Balitkabi. 2005. Teknologi Produksi Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 36 hlm.
Balitkabi, 2012. Kacang Hijau. Laporan Tahun 2012 Penelitian Aneka Kacang dan Umbi
BPS Sumatera Utara. 2014. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Kacang Hijau Menurut Kabupaten/Kota. Diakses melalui pada tanggal 03 April 2014.
Deptan. 2012. Budidaya Kacang Hijau. Diakses melalui 2014.
Dinas Pertanian Tanaman PanganPropinsi Jawa Barat. 2012. Petunjuk Pelaksanaan PengelolaanProduksi Kacang Tanah, Kacang Hijau dan Aneka Kacang. Provinsi Jawa Barat.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat. 2014. Teknologi Budidaya Kacang Hijau
Djafar, T.A., A. Barus dan Syukri. 2013. Respon Pertumbuhan dan Produksi Sawi ( Brassica juncea L ) Terhadap Pemberian Urine Kelinci dan Pupuk Guano. Jurnal Online Agroekoteknologi 1(3)
FAO. 2007. Green Beans Integrated Pest Management An Ecological Guide. Program for Development and Application of Integrated Pest Management In Vegetables Growing in South and South-East Asia.
Hakim, L. 2008. Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Kacang
Hijau. Jurnal Litbang Pertanian, 27(1)
Hamzah, A., Rosmimi dan Syamsuardi. 2005. Pertumbuhan dan Produksi Tiga
Varietas Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Pada beberapa Jarak
Tanaman di Lahan Gambut. Sagu. 4(1): 10-15.
Isrun. 2009. Respons Inceptisols Terhadap Pupuk Guano dan Pupuk P Serta Pengaruhnya Terhadap Serapan P Tanaman Kacang Tanah. J. Agroland
16 (1) : 40 – 44
Jambormias E., E.L. Madubun dan F.J.D. Hitijahubessy. 2003. Daya Hasil, Keragaman Genetik Alami dan Heritabilitas Sifat-Sifat Kuantitatif Kacang Hijau (Vigna radiata L. Wilczek) Varietas Lokal Jamdena. Jurnal PertanianKepulauan, 2(2): 100 - 105
Kasno, A. 2007. Kacang Hijau Alternatif yang Menguntungkan ditanam di Lahan Kering. Artikel. Tabloid Sinar Tani
Kementrian Pertanian. 2012. Kacang Hijau. Bulletin Direktorat Budidaya Aneka Kacang Dan Umbi
Nurahmi, E., T. Mahmud, dan S. Rossiana S. 2011. Efektivitas Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah. J. Floratek 6: 158 – 164
Rahmadani, E., A. Mulyani dan N. Sunarlim. 2012.Performan Sifat Vegetatif, Komponen Hasil, dan Hasil Berbagai Varietas Kacang Hijau (Vigna radiata L.) di Media Gambut. Jurnal Agroteknologi, 2 (2) : 7-14 Singh, F. and D.L. Oswalt. 1992. Pigeonpea Botany and Production Practices.
International Crops Research Institute for the Semi-Arid Tropics Patancheru, Andhra Pradesh, India.
Sirappa, M. P. dan A. N. Susanto. 2008. Pengembangan Tanaman Kacang-Kacangan Pada Lahan Sawah Irigasi di Pulau Buru, Maluku. Jurnal Budidaya Pertanian,4(1) : 64-72
Sitompul, S. M. dan Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.
Steel, R.G.D. and J.H. Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Steenis, C. G. G. J. V. 2003. Flora. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Suwandi. 2009. Menakar Kebutuhan Hara Tanaman dalam Pengembangan Inovasi Budi daya Sayuran Berkelanjutan. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(2),: 131-147
Taber, H. G. 2008. Green Bean Production. Extension Vegetable Specialist Department of Horticulture IOWA State University.
Triyanto, A., Nur Hidayat dan Pudjiarti. 2013. Pengaruh Level Pemberian Pupuk Organik Granul Terhadap Produksi Bahan Kering, Jumlah Anakan dan Tinggi Tanaman Pada Rumput Gajah Defoliasi Ketiga. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):374-380
Widiyanti, E. dan M. Melati. 2010. Pengaruh Residu Pupuk Kandang Sapi dan Guano Terhadap Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merr) Panen Muda dengan Budidaya Organik. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB
Winarni, E., R. Dwi Ratnani dan I. Riwayati. 2013. Pengaruh Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kopi. Momentum, 9(1) : 35-39
Lampiran 1. Deskripsi Kacang Hijau Varietas Betet
Nama Varietas : Betet
Tahun : 1983
Tetua : Persilanagan MB 129 x Siwalik Potensi Hasil : 1,5 ton/ha
Pemulia : Tateng Sutarman, A. Rasyid M., Lukman Hakim
Nomor induk : MB 2385
Warna hipokotil : Hijau Warna epikotil : Hijau
Warna daun : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna bunga : Kuning
Warna polong tua : Hitam
Warna biji : Hijau kusam
Warna pangkal daun : Hijau Warna tangkai daun : Hijau Umur berbunga : 35 hari Umur matang : 58-60 hari Tinggi tanaman : 45 cm Bobot 1000 biji : 58 g
Kadar protein : 22,9%
Sifat-sifat lain : -mudah lunak bila direbus -tahan rabah
-masak serempak
Ketahanan terhadap penyakit : -tahan lalat kacang (Agromyza phaseoli) -toleran penyakit kudis
Lampiran 2. Deskripsi Kacang Hijau Varietas Walet
Nama Varietas : Walet
Tahun : 1985
Tetua : Introduksi dari IVRDC (Taiwan) Potensi Hasil : 1,7 ton/ha
Pemulia : Tateng Sutarman, Lukman Hakim Nomor induk : VC 1163 SEL.A (EG-ME-4/ML-6) Warna hipokotil : Hijau
Warna epikotil : Hijau Warna polong tua : Hitam
Warna biji : Hijau mengkilap Umur berbunga : 35 hari
Umur polong masak : 58 hari Tinggi tanaman : 45 cm Bobot 1000 biji : 63 g Kadar protein : 22,42% Kadar lemak : 1,74%
Sifat-sifat lain : -polong masak serempak -polong tidak mudah pecah Ketahanan terhadap
penyakit
: -tahan penyakit becak daun (Cescospora sp.)
-cukup tahan terhadap penyakit Powdery mildeew/embun tepung (Erysiphe polygoni)
Lampiran 5. Bagan Penelitian
U
150 cm
150 cm
V2P0
V2P3 V2P1
V2P0
V1P3
V1P2
V1P0
V2P1
V1P1
V2P2
V2P1 V2P2
V2P3 V1P3
V1P3 V2P0
V1P2 V2P3
V2P2 V1P0
V1P0
V1P1
V1P2
V1P1
B
S 50 cm
Lampiran 6. Bagan Letak Tanaman Pada Plot
12,5 cm 25 cm
U
150 cm
B
25 cm
S
12,5 cm
Jarak tanam : 25 cm x 25 cm
Ukuran plot : 150 cm x 150 cm
Jumlah tanaman per plot: 36 tanaman
● ● ● ● ● ●
● ● ● ● ● ●
● ● ● ● ● ●
● ● ● ● ● ●
● ● ● ● ● ●
Lampiran 7. Jadwal Kegiatan Penelitian
Pemupukan Lanjutan X
7 Pemeliharaan Tanaman: 8
Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi lapangan
9 Penyulaman dan
Penjarangan X X
10 Penyiangan
Disesuaikan dengan kondisi lapangan 11 Pengendalian Hama
dan Penyakit 12
Panen X
13
Peubah Amatan:
14 Laju pertumbuhan
tanaman (g/hari) X X X X
X
15 Laju pertumbuhan
relativ (g/hari) X X X X
X
16
Umur berbunga (hari) Dilihat pada kondisi lapangan
Lampiran 8. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Tanaman Umur 10-21
Lampiran 10. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Tanaman Umur 22-33
Lampiran 12. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Tanaman Umur 34-45
Lampiran 14. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Tanaman Umur 46-58
Lampiran 16. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Relatif Umur 10-21 HST
Lampiran 18. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Relatif Umur 22-33
Lampiran 20. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Relatif Umur 34-45 HST
Lampiran 22. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Relatif Umur 46-58 HST
Lampiran 24. Data Pengamatan Umur Berbunga (hari)
Lampiran 25. Sidik Ragam Umur Berbunga (hari)
Lampiran 26. Data Pengamatan Umur Panen (hari)
Lampiran 27. Sidik Ragam Umur Panen (hari)
Lampiran 28. Data Pengamatan Jumlah Biji per Sampel (Biji)
Lampiran 29. Sidik Ragam Jumlah Biji per Sampel (Biji)
Lampiran 30. Data Pengamatan Bobot Kering Biji per Sampel (g)
Lampiran 31. Sidik Ragam Bobot Kering Biji per Sampel (g)
Lampiran 32. Data Pengamatan Bobot 100 Biji (g)
Lampiran 33. Sidik Ragam Bobot 100 Biji (g)