• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Pengaruh ketebalan debu vulkanik Gunung Sinabung terhadap perubahan

sifat fisika dan kandungan logam berat tanah Andisol serta pengaruhnya terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) disajikan seperti berikut:

Sifat Fisika Tanah

BD, PD, dan Porositas Tanah

Dari hasil sidik ragam (Lampiran 7, 8, dan 9) diketahui bahwa debu

vulkanik berpengaruh nyata terhadap bulk densiti dan partikel densiti tetapi tidak

berpengaruh nyata terhadap porositas tanah.

Berdasarkan uji DMRT pada rataan bulk densiti tanah diketahui bahwa

perlakuan V0 dan V1 tidak saling berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan

perlakuan V2, V3, V4, dan V5. Antara perlakuan V1, V2, dan V3 tidak berbeda

nyata tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan V0, V4, dan V5. Perlakuan V4

berbeda nyata terhadap perlakuan V0, V1, V2, dan V5 tetapi tidak berbeda nyata

terhadap perlakuan V3. Perlakuan V5 berbeda nyata terhadap perlakuan V0, V1,

V2, V3, dan V4. Pada rataaan partikel densiti tanah juga diketahui bahwa

perlakuan V0 dan V1 tidak saling berbeda nyata tetapi berbeda nyata dengan

perlakuan V2, V3, V4, dan V5. Antara perlakuan V1, V2, dan V3 tidak berbeda

nyata tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan V0, V4, dan V5. Perlakuan V4

berbeda nyata terhadap perlakuan V0, V1, V2, dan V5 tetapi tidak berbeda nyata

terhadap perlakuan V3. Perlakuan V5 berbeda nyata terhadap perlakuan V0, V1,

Tabel 1. Nilai rataan BD, PD, dan Porositas tanah akibat debu vulkanik. Perlakuan BD (g/cm3) PD (g/cm3) Porositas (%) V0= Tanpa debu (0g/ 10 kg BTKU)

1,154 a 1,743 a 33,640 V1= Ketebalan 2cm (659,79g/ 10 kg BTKU) 1,182 ab 1,782 ab 33,566 V2= Ketebalan 4cm (1319,59g/ 10 kg BTKU) 1,200 b 1,805 b 33,518 V3= Ketebalan 6cm (1979,38g/ 10 kg BTKU) 1,211 bc 1,818 bc 33,373 V4= Ketebalan 8cm (2639,17g/ 10 kg BTKU) 1,237 c 1,865 c 33,570 V5 = Ketebalan 10cm (3298,96g/ 10 kg BTKU) 1,335 d 2,003 d 33,327

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti tidak berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 1. dapat diketahui bahwa nilai rataan BD tanah tertinggi setelah

3 bulan diaplikasikan debu vulkanik terdapat pada perlakuan V5 (Debu vulkanik

3298,96 g/ 10 kg BTKU) sebesar 1,335 g/cm3 dan yang terendah pada perlakuan

V0 (Debu vulkanik 0 g/ 10 kg BTKU) sebesar 1,154 g/cm3. Nilai rataan PD tanah

tertinggi setelah 3 bulan diaplikasikan terdapat pada perlakuan V5 (Debu vulkanik

3298,96g/ 10 kg BTKU) sebesar 2,003 g/cm3 dan yang terendah pada perlakuan

V0 ( Debu vulkanik 0 g/ 10 kg BTKU) sebesar 1,743 g/cm3. Sedangkan nilai

rataan porositas tanah tertinggi setelah 3 bulan diaplikasikan terdapat pada

perlakuan V0 (0 g/ 10 kg BTKU) sebesar 33,640% dan yang terendah terdapat

pada perlakuan V5 (Debu vulkanik 3298,96 g/ 10 kg BTKU) sebesar 33,327% .

Persentase Fraksi Tanah

Dari hasil sidik ragam (Lampiran 10, 11, dan 12) diketahui bahwa

pemberian debu vulkanik berpengaruh nyata terhadap persentase fraksi debu dan

pasir tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap persentase liat.

Berdasarkan uji DMRT pada rataan persentase pasir diketahui bahwa

perlakuan V2, V3, V4, dan V5. Perlakuan V2 berbeda nyata terhadap perlakuan

V0, V1, V4, dan V5 tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan V3. Perlakuan

V3 berbeda nyata terhadap perlakuan V0 dan V1 tetapi tidak berbeda nyata

terhadap perlakuan V2, V4, dan V5. Antara perlakuan V4 dan V5 tidak saling

berbeda nyata dan juga tidak berbeda nyata terhadap perlakuan V3 tetapi berbeda

nyata terhadap perlakuan V0, V1, dan V2. Sedangkan pada rataan persentase debu

diketahui bahwa perlakuan V0 berbeda nyata terhadap perlakuan V3, V4, dan V5

tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan V1 dan V2. Perlakuan V1 berbeda

nyata terhadap perlakuan V3, V4, dan V5 tetapi tidak berbeda nyata terhadap

perlakuan V0 dan V2. Perlakuan V2 berbeda nyata terhadap perlakuan V4 dan V5

tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan V0, V1, V2, dan V3. Perlakuan V3

berbeda nyata terhadap perlakuan V0, V1, V4, dan V5 tetapi tidak berbeda nyata

terhadap perlakuan V2. Perlakuan V4 berbeda nyata terhadap perlakuan V0, V1,

V2, dan V3 tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan V5. Perlakuan V5

berbeda nyata terhadap perlakuan V0, V1, V2, dan V3 tetapi tidak berbeda nyata

terhadap perlakuan V4 (Tabel 2).

Tabel 2. Nilai rataan fraksi tanah akibat debu vulkanik.

Perlakuan Pasir (%) Debu (%) Liat (%)

V0 = Tanpa debu (0g/ 10 kg BTKU) 77 c 9 a 14

V1 = Ketebalan 2cm (659,79g/ 10 kg BTKU) 77 c 9 a 14

V2 = Ketebalan 4cm (1319,59g/ 10 kg BTKU) 73 b 11 ab 16

V3 = Ketebalan 6cm (1979,38g/ 10 kg BTKU) 72 ab 12 b 16

V4 = Ketebalan 8cm (2639,17g/ 10 kg BTKU) 70 a 15 c 15

V5 = Ketebalan 10cm (3298,96g/ 10 kg BTKU) 70 a 15 c 15

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti tidak berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 2. dapat diketahui bahwa rataan persentase pasir tertinggi

setelah 3 bulan diaplikasikan debu vulkanik terdapat pada perlakuan V0

(0 g/10 Kg BTKU) dan V1 (Debu vulkanik 659,79 g/10 kg BTKU) sebesar 77%

dan yang terendah pada perlakuan V4 (debu vulkanik 2639,17 g/10 kg BTKU)

dan V5 (Debu vulkanik 3298,96g/10 kg BTKU) yaitu 70%. Rataan persentase

debu setelah 3 bulan aplikasi tertinggi terdapat pada perlakuan V5 (Debu vulkanik

3298,96 g/ 10 kg BTKU) dan V4 (debu vulkanik 2639,17 g/10 kg BTKU) sebesar

15% dan yang terendah pada perlakuan V0 (0g/10 kg BTKU) dan V1 (Debu

vulkanik 659,79g/10kg BTKU) sebesar 9%. Sedangkan rataan persentase liat

setelah 3 bulan aplikasi tertinggi terdapat pada perlakuan V2 (Debu vulkanik

1319,59 g/10 kg BTKU) dan V3 (Debu vulkanik 1979,38 g/ 10 kg BTKU) sebesar

16% dan terendah pada perlakuan V0 (0 g/10 kg BTKU) dan V1 (Debu vulkanik

659,79g/10kg BTKU) sebesar 14%. Peningkatan dan penurunan persentase

fraksi-fraksi tanah belum mampu merubah tekstur tanah (Lampiran 13).

Sifat Kimia Tanah pH Tanah

Dari hasil sidik ragam (Lampiran 14) diketahui bahwa debu vulkanik

berpengaruh nyata terhadap pH tanah.

Berdasarkan uji DMRT pada rataan pH tanah diketahui bahwa perlakuan

V0, V1, V2, dan V3 tidak berbeda nyata antara satu sama lain tetapi berbeda nyata

terhadap perlakuan V4 dan V5. Perlakuan V4 dan V5 tidak berbeda nyata antara

satu sama lain tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan V0, V1, V2, dan V3

Tabel 3. Nilai rataan pH tanah akibat debu vulkanik.

Perlakuan pH

V0 = Tanpa debu (0g/ 10 kg BTKU) 5,425 b

V1 = Ketebalan 2cm (659,79g/ 10 kg BTKU) 5,275 b

V2 = Ketebalan 4cm (1319,59g/ 10 kg BTKU) 5,273 b

V3 = Ketebalan 6cm (1979,38g/ 10 kg BTKU) 5,190 b

V4 = Ketebalan 8cm (2639,17g/ 10 kg BTKU) 4,613 a

V5 = Ketebalan 10cm (3298,96g/ 10 kg BTKU) 4,508 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti tidak berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 3. Dapat dilihat bahwa nilai rataan pH tertinggi setelah 3 bulan

diaplikasikan debu vulkanik terdapat pada perlakuan V0 (0 g/10 kg BTKU)

sebesar 5,425 dan terendah pada perlakuan V5 (debu vulkanik 3298,96 g/10 kg

BTKU) yaitu 4,508 dan termasuk kriteria masam.

Logam Berat Pb Tanah

Dari hasil sidik ragam (Lampiran 14) diketahui bahwa debu vulkanik

berpengaruh nyata terhadap logam berat Pb tanah.

Berdasarkan uji DMRT pada rataaan kandungan logam berat Pb tanah

diketahui bahwa perlakuan V0 berbeda nyata terhadap perlakuan V1, V2, V3, V4,

dan V5. Perlakuan V1, V2, V3, dan V4 tidak berbeda nyata antara satu sama lain

tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan V0 dan V5. Perlakuan V5 berbeda nyata

Tabel 4. Nilai rataan kandungan logam berat Pb pada tanah akibat debu vulkanik.

Perlakuan Pb (ppm)

V0 = Tanpa debu (0g/ 10 kg BTKU) 4,500 a

V1 = Ketebalan 2cm (659,79g/ 10 kg BTKU) 5,825 b

V2 = Ketebalan 4cm (1319,59g/ 10 kg BTKU) 6,025 b

V3 = Ketebalan 6cm (1979,38g/ 10 kg BTKU) 6,050 b

V4 = Ketebalan 8cm (2639,17g/ 10 kg BTKU) 6,100 b

V5 = Ketebalan 10cm (3298,96g/ 10 kg BTKU) 6,850 c

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama berarti tidak berbeda nyata (5%) menurut uji DMRT

Dari Tabel 4. dapat diketahui nilai rataan kandungan logam berat Pb tanah

tertinggi setelah 3 bulan diaplikasikan debu vulkanik terdapat pada perlakuan V5

(Debu vulkanik 3298,96 g/ 10 kg BTKU) sebesar 6,850 ppm dan yang terendah

pada perlakuan V0 (0 g/ 10 kg BTKU) yaitu 4,500 ppm.

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tinggi Tanaman

Dari hasil sidik ragam (Lampiran 16, 17, 18, 19, 20, dan 21) diketahui

bahwa debu vulkanik tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman jagung.

Tabel 5. Nilai rataan tinggi tanaman per MST.

MST Tinggi Tanaman (cm) V0 V1 V2 V3 V4 V5 2 53,00 50,75 53,50 56,50 54,50 50,75 3 73,50 69,00 74,00 78,75 75,00 70,25 4 97,75 92,50 101,25 104,50 102,25 96,75 5 135,50 131,00 141,50 140,75 141,00 134,50 6 153,25 153,25 159,50 157,50 161,75 153,75 7 170,50 168,00 173,75 173,50 177,25 168,75

Dari Tabel 5. dapat diketahui nilai rataan tingi tanaman jagung tertinggi

V4 (Debu vulkanik 2639,17 g/ 10 kg BTKU) sebesar 177,25 cm dan yang

terendah pada perlakuan V1 (1319,59 g/ 10 kg BTKU) yaitu 168,00 cm.

Hubungan antara tinggi tanaman jagung per MST dengan pemberian debu

vulkanik disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik nilai rataan tinggi tanaman jagung per MST.

Dari Gambar 1 dapat dilihat nilai rataan tingi tanaman jagung tertinggi

setelah 3 bulan diaplikasikan debu vulkanik pada 7 MST terdapat pada perlakuan

V4 (Debu vulkanik 2639,17 g/ 10 kg BTKU) sebesar 177,25 cm dan yang

terendah pada perlakuan V1 (1319,59 g/ 10 kg BTKU) yaitu 168,00 cm.

Jumlah Daun

Dari hasil sidik ragam (Lampiran 22, 23, 24, 25, 26, dan 27) diketahui

bahwa debu vulkanik tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun

tanaman jagung. 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 180,00 200,00 V0 V1 V2 V3 V4 V5 T in ggi T an am an Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST

Tabel 6. Nilai rataan jumlah daun tanaman per MST.

MST Jumlah Daun (helai)

V0 V1 V2 V3 V4 V5 2 5,75 5,50 5,50 6,00 5,50 5,25 3 7,25 7,25 7,25 8,00 7,50 7,25 4 8,75 9,50 9,50 9,50 9,50 9,00 5 10,25 10,75 10,50 10,50 10,50 10,00 6 11,25 11,75 11,75 10,75 10,75 10,25 7 13,25 13,00 13,50 13,50 13,25 13,00

Dari Tabel 6. dapat diketahui nilai rataan jumlah daun tanaman jagung

tertinggi setelah 3 bulan diaplikasikan debu vulkanik pada 7 MST terdapat pada

perlakuan V2 (Debu vulkanik 1319,59 g/ 10 kg BTKU) sebesar 13,50 helai dan

yang terendah pada perlakuan V5 (Debu vulkanik 3298,96 g/ 10 kg BTKU) yaitu

13,00 helai.

Hubungan antara jumlah daun tanaman jagung per MST dengan

pemberian debu vulkanik disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik nilai rataan jumlah daun tanaman jagung per MST.

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai rataan jumlah daun tanaman jagung

tertinggi setelah 3 bulan diaplikasikan debu vulkanik pada 7 MST terdapat pada

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 V0 V1 V2 V3 V4 V5 Ju m lah D au n Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST

perlakuan V2 (Debu vulkanik 1319,59 g/ 10 kg BTKU) sebesar 13,50 helai dan

yang terendah pada perlakuan V5 (Debu vulkanik 3298,96 g/ 10 kg BTKU) yaitu

13,00 helai.

Bobot Kering Tajuk Tanaman

Dari hasil sidik ragam (Lampiran 28) diketahui bahwa debu vulkanik tidak

berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman jagung.

Tabel 7. Nilai rataan bobot kering tajuk tanaman per MST.

Perlakuan Bobot Kering

Tajuk (g) V0 = Tanpa debu (0g/ 10 kg BTKU)

199,76 V1 = Ketebalan 2cm (659,79g/ 10 kg BTKU) 186,32 V2 = Ketebalan 4cm (1319,59g/ 10 kg BTKU) 235,93 V3 = Ketebalan 6cm (1979,38g/ 10 kg BTKU) 226,47 V4 = Ketebalan 8cm (2639,17g/ 10 kg BTKU) 196,21 V5 = Ketebalan 10cm (3298,96g/ 10 kg BTKU) 213,53

Dari Tabel 7. dapat diketahui nilai rataan bobot kering tajuk tanaman

jagung tertinggi setelah 3 bulan diaplikasikan debu vulkanik terdapat pada

perlakuan V2 (Debu vulkanik 1319,59 g/ 10 kg BTKU) sebesar 235,93 g dan

yang terendah pada perlakuan V1 (Debu vulkanik 659,79 g/ 10 kg BTKU) yaitu

186,32 g.

Bobot Kering Akar Tanaman

Dari hasil sidik ragam (Lampiran 29) diketahui bahwa debu vulkanik tidak

Tabel 8. Nilai rataan bobot kering akar tanaman per MST.

Perlakuan Bobot Kering

Akar (g) V0 = Tanpa debu (0g/ 10 kg BTKU)

52,64 V1 = Ketebalan 2cm (659,79g/ 10 kg BTKU) 52,89 V2 = Ketebalan 4cm (1319,59g/ 10 kg BTKU) 63,93 V3 = Ketebalan 6cm (1979,38g/ 10 kg BTKU) 58,05 V4 = Ketebalan 8cm (2639,17g/ 10 kg BTKU) 57,08 V5 = Ketebalan 10cm (3298,96g/ 10 kg BTKU) 58,16

Dari Tabel 8. dapat diketahui nilai rataan bobot kering akar tanaman

jagung tertinggi setelah 3 bulan diaplikasikan debu vulkanik terdapat pada

perlakuan V2 (Debu vulkanik 1319,59 g / 10 kg BTKU) sebesar 63,93 g dan yang

terendah pada perlakuan V0 (Debu vulkanik 0 g/ 10 kg BTKU) yaitu 52,64 g.

Bobot Pipilan Kering

Dari hasil sidik ragam (Lampiran 30) diketahui bahwa debu vulkanik tidak

berpengaruh nyata terhadap bobot pipilan kering tanaman jagung.

Tabel 9. Nilai rataan bobot pipilan kering.

Perlakuan Bobot pipilan

kering (ton/ha) V0 = Tanpa debu (0g/ 10 kg BTKU)

2,223 V1 = Ketebalan 2cm (659,79g/ 10 kg BTKU) 2,521 V2 = Ketebalan 4cm (1319,59g/ 10 kg BTKU) 2,687 V3 = Ketebalan 6cm (1979,38g/ 10 kg BTKU) 2,666 V4 = Ketebalan 8cm (2639,17g/ 10 kg BTKU) 2,824 V5 = Ketebalan 10cm (3298,96g/ 10 kg BTKU) 2,916

Dari Tabel 9. dapat diketahui nilai rataan bobot pipilan kering tanaman

jagung tertinggi setelah 3 bulan diaplikasikan debu vulkanik terdapat pada

yang terendah pada perlakuan V0 (Debu vulkanik 0 g/ 10 kg BTKU) yaitu

2,223 ton/ha.

Pembahasan

Gejala Visual Tanaman

Pada umur 7 MST tanaman jagung mulai menunjukkan gejala klorosis dan

nekrosis (Lampiran 31). Tanaman mengalami defisiensi unsur hara N (nitrogen)

yang ditandai daun berwarna kuning pada ujung daun dan melebar menuju tulang

daun, defisiensi unsur hara K (kalium) yang ditandai dengan warna kuning atau

kecoklatan sepanjang pinggir daun pada daun tua dan warna tersebut akan

berkembang ke arah tulang daun dan defisiensi unsur hara Mg (magnesium) yang

menyebabkan timbulnya warna keputihan sepanjang kanan dan kiri tulang daun

pada daun tua (Damanik, dkk., 2011).

Pada produksi tanaman jagung, tanaman menghasilkan tongkol normal

(Lampiran 32) yang ditandai dengan terbentuknya semua biji tanpa adanya bagian

kosong pada tiap baris tongkol, ukuran tongkol yang cukup besar, dan biji

berwarna kuning yang sesuai dengan deskripsi jagung varietas Pioner 23

(Lampiran 4).

Sifat Fisika Tanah

Pemberian debu vulkanik pada tanah secara nyata meningkatkan nilai bulk

densiti tanah setelah 3 bulan diaplikasikan. Nilai rataan bulk densiti tertinggi

terdapat pada perlakuan V5 (Debu vulkanik 3298,96 g/10 kg BTKU) sebesar

1,335 g/cm3 yang berbeda nyata dengan perlakuan V1, V2, V3, dan V4. Nilai bulk

densiti terendah terdapat pada perlakuan V0 (Debu vulkanik 0 g/10 kg BTKU)

akibatkan oleh debu vulkanik yang memiliki diameter partikelnya < 0.26 mm

yang mampu memenuhi pori-pori tanah dan memadatkannya. Hal ini sesuai

pernyataan Achmad, (2003 dalam Manfarizah dkk., 2011), bulk densiti merupakan petunjuk kepadatan tanah, semakin padat suatu tanah semakin tinggi

bulk densiti dan semakin tinggi bulk densiti maka semakin sulit ditembus air atau

ditembus oleh akar tanaman dan memiliki porositas yang rendah, juga sebaliknya.

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa peningkatan rataan nilai bulk densiti tanah

meningkat sejalan dengan peningkatan bobot debu vulkanik yang diberikan. Hal

ini menunjukkan bahwa semakin banyak debu vulkanik yang diberikan maka

semakin terisinya pori-pori tanah yang dimana debu vulkanik ditranslokasikan

bersamaan dengan penyiraman yang mengakibatkan semakinnya padatnya tanah.

Pemberian debu vulkanik pada tanah secara nyata meningkatkan nilai partikel

densiti tanah setelah 3 bulan aplikasi. Nilai tertinggi secara nyata berada pada

perlakuan debu vulkanik pada taraf V5 (Debu vulkanik 3298,96 g /10 kg BTKU)

sebesar 2,003 g/cm3 yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yaitu V0, V1,

V2, V3, dan V4, dan nilai terendah terdapat pada perlakuan V0 (Debu vulkanik 0

g/10 kg BTKU) yakni 1,743 g/cm3. Peningkatan rataan nilai partikel densiti tanah

diakibatkan karena debu vulkanik yang berukuran < 0,26 mm (McGeary

dkk.,2002 dalam Fiantis, 2006) mampu mengisi pori-pori tanah sehingga menambah partikel tanah. Dimana partikel densiti merupakan berat suatu volume

kepadatan tanah, sehingga semakin sedikit pori-pori tanah semakin meningkat

nilai partikel densiti tanah tersebut.

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa peningkatan rataan nilai partikel

diberikan pada tanah. Hal ini disebabkan karena terisinya pori-pori tanah oleh

partikel-partikel debu vulkanik sehingga semakin berkurangnya pori-pori tanah

yang diikuti bertambahnya partikel-partikel tanah.

Bulk densiti adalah perbandingan massa tanah yang dikeringovenkan per

satuan volume termasuk pori-pori tanah sedangkan partikel densiti adalah berat

tanah kering persatuan volume partikel-partikel tanah (jadi tidak termasuk

pori-pori tanah). Sehingga dengan mengetahui besarnya nilai partikel densiti dan bulk

densiti, maka dapat dihitung persentase pori-pori tanah (porositas).

Pemberian debu vulkanik pada tanah tidak berpengaruh nyata menurunkan

persentase porositas tanah setelah 3 bulan aplikasi. Nilai tertinggi berada pada

perlakuan debu vulkanik pada taraf V0 (Debu vulkanik 0 g/10 kg BTKU) yakni

33,640 % yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yakni V1, V2, V3,

V4, dan V5 dan nilai terendah terdapat pada perlakuan V5 (Debu vulkanik

3298,96 g/ 10 kg BTKU) sebesar 33,327 %. Penurunan persentase porositas tanah

diakibatkan bertambahnya fraksi debu (Lampiran 11) yang mampu mengisi

pori-pori tanah yang mengakibatkan menurunnya porositas tanah.

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa pemberian debu vulkanik secara nyata

meningkatkan persentase fraksi debu dengan nilai rataan persentase fraksi debu

tertinggi pada perlakuan V5 (Debu vulkanik 3298,96 g/10 kg BTKU) sebesar

15% dan nilai terendah terdapat pada perlakuan V0 (Debu vulkanik 0 g/10 kg

BTKU) yakni 9%. Debu vulkanik juga berpengaruh nyata terhadap persentase

fraksi pasir dikarenakan perubahan komposisi persentasi fraksi tanah terutama

fraksi debu. Namun, tidak berpengaruh nyata terhadap persentase fraksi liat tanah.

tekstur tanah (Lampiran 13). Hal ini disebabkan bahwa waktu pemberian debu

vulkanik yang masih terlalu singkat sehingga tekstur yang membutuhkan waktu

yang cukup lama untuk berubah, tidak menunjukkan perubahannya.

Sifat Kimia Tanah (pH)

Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa pemberian debu vulkanik secara nyata

menurunkan pH tanah. Hasil analisis (Lampiran 6) diketahui bahwa pH awal debu

sebesar 4,3 (kriteria sangat masam). Artinya, ada indikasi bahwa hal ini akan

mempengaruhi nilai pH tanah tersebut. Nilai rataan pH terendah terdapat pada

perlakuan V5 (Debu vulkanik 3298,96 g/10 kg BTKU) sebesar 4,508 yang

berbeda nyata dengan perlakuan V0, V1, V2, V3, V4, dan nilai rataan pH tertinggi

terdapat pada perlakuan V0 (Debu vulkanik 0 g/10 kg BTKU) yakni 5,425.

Penurunan nilai pH tanah sejalan dengan meningkatnya pemberian debu

vulkanik. Dari hasil analisis awal debu (Lampiran 6), diketahui bahwa debu

vulkanik mengandung sulfur 0,70 % sehingga dapat menyebabkan pH tanah

menjadi lebih asam (pH turun).

Berdasarkan uji DMRT pada nilai rataan pH tanah (Tabel 3) diketahui

bahwa antara perlakuan V0, V1, V2, dan V3 berbeda tidak nyata tetapi berbeda

nyata terhadap perlakuan V4 dan V5. Tanah Andisol masih mampu menyangga

(buffer) penurunan pH akibat pemberian debu vulkanik hingga taraf perlakuan V3 tetapi karena semakin meningkatnya taraf pemberian debu, tanah Andisol tidak

mampu lagi menyangga penurunan pH sehingga pH tanah menurun drastis (V4

dan V5). Ini disebabkan kandungan bahan organik pada Andisol yang tinggi yaitu

15,99% (Lampiran 5) dimana kemampuan tanah dalam menyangga perubahan pH

Perubahan pH tanah juga di pengaruhi oleh kandungan sulfur (S) dari debu

vulkanik. Dimana kandungan sulfur (S) dalam debu vulkanik yaitu 0,70%

(Lampiran 6). Semakin banyak debu yang diberikan, maka semakin banyak

kandungan sulfur (S) dalam tanah sehingga dapat menurunkan pH tanah

(Damanik, dkk., 2011).

Kandungan Logam Berat Tanah

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa pemberian debu vulkanik secara nyata

meningkatkan kandungan logam berat Pb pada tanah setelah 3 bulan aplikasi.

Nilai rataan kandungan logam berat Pb tertinggi terdapat pada perlakuan V5

(Debu vulkanik 3298,96 g/10 kg BTKU) sebesar 6,850 ppm yang berbeda nyata

dengan perlakuan V0, V1, V2, V3, V4, dan nilai rataan kandungan logam berat Pb

terdapat pada perlakuan V0 (Debu vulkanik 0 g/10 kg BTKU) yakni 4,500 ppm.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi taraf pemberian debu vulkanik akan

meningkatkan nilai Pb tanah.

Peningkatan nilai Pb pada tanah sejalan dengan peningkatan taraf

pemberian debu vulkanik yang juga disebabkan karena penurunan nilai pH tanah.

Nilai pH tanah menurun sejalan dengan peningkatan taraf perlakuan dimana nilai

rataan pH terendah terdapat pada perlakuan V5 (Debu vulkanik 3298,96 g/10 kg

BTKU) sebesar 4,608 dan nilai rataan pH tertinggi terdapat pada perlakuan V0

(Debu vulkanik 0 g /10 kg BTKU) yakni 5,425. Notohadiprawiro (2006)

menyatakan bahwa ketersediaan logam berat di dalam tanah dipengaruhi oleh (1)

KTK (Kapasitas Tukar Kation), (2) Reaksi pengkompleksan, (3) pH larutan, (4)

Berdasarkan uji DMRT pada nilai rataan kandungan logam berat Pb tanah

diketahui bahwa antara perlakuan V1, V2, V3, dan V4 tidak berbeda nyata tetapi

berbeda nyata terhadap perlakuan V5. Ini disebabkan tanah Andisol yang

memiliki kandungan bahan organik yang tinggi yaitu 15,99% (Lampiran 5) masih

mampu mengikat logam berat membentuk kelat hingga taraf perlakuan V4 tetapi

pada perlakuan V5, Andisol tidak mampu lagi mengikat logam berat sehingga

terjadi peningkatan logam berat Pb yang berbeda nyata dibanding perlakuan lain.

Pertumbuhan dan Produksi Tanaman

Dari Tabel 5 dan 6 dapat diketahui bahwa pemberian debu vulkanik tidak

berpengaruh secara nyata dalam menghambat pertumbuhan tinggi dan daun

tanaman jagung setelah 3 bulan aplikasi. Sebagai tanaman indikator, tanaman

jagung memperlihatkan pertumbuhan yang normal dan tidak menunjukkan

perbedaan pertumbuhan yang berarti antara tiap perlakuan. Diketahui tinggi

tanaman tertinggi pada 7 MST terdapat pada perlakuan V4 (Debu vulkanik

2639,17g/ 10 kg BTKU) sebesar 177,25 cm dan yang terendah pada perlakuan V1

(1319,59g/ 10 kg BTKU) yaitu 168,00 cm. Sedangkan jumlah daun terbanyak

pada 7 MST terdapat pada perlakuan V2 (Debu vulkanik 1319,59 g/ 10 kg BTKU)

sebesar 13,50 helai dan yang terendah pada perlakuan V5 (Debu vulkanik

3298,96 g/ 10 kg BTKU) yaitu 13,00 helai. Ini dikarenakan tanaman jagung

merupakan tanaman monokotil yang menyerap logam berat dalam jumlah sedikit,

selain itu logam berat dalam tanah tidak diserap tanaman dalam jumlah maksimal

karena terjerap dalam tanah. Kabata-Pendias and Pendias, (1984 dalam Malik, dkk., 2010) menyatakan bahwa penyerapan logam berat oleh tanaman terutama tergantung pada spesies, kultivar, umur atau fase fisiologisnya serta kualitas

tanah. Faktor lain adalah manajemen agronomi dan jenis sistem akar tanaman.

Sensitivitas tanaman terhadap logam berat juga ditentukan oleh jenis logam

beratnya. Sebagian besar logam berat diakumulasikan tanaman di akar. Kelarutan

logam dalam tanah secara dominan dipengaruhi oleh pH, jumlah logam kation,

kapasitas tukar kation, dan bahan organik.

Tanaman jagung tidak memperlihatkan terjadinya keracunan logam berat

yang mengkhawatirkan walaupun pada konsentrasi logam berat yang cukup

tinggi. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 7 dan Tabel 8 dimana berat kering tajuk dan

berat kering akar tanaman berpengaruh secara tidak nyata. Ini disebabkan karena

tanah andisol memiliki bahan organik yang cukup tinggi sehingga menyebabkan

logam berat terjerap pada tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan

logam berat yang dapat diserap tanaman antara lain adalah pH tanah, kapasitas

tukar kation, kandungan bahan organik, tekstur tanah, dan interaksi antara

unsur-unsur (Jung, 2008).

Pada tanaman jagung tidak menunjukkan terjadinya gejala keracunan

logam berat diduga akibat kandungan logam berat (Pb) pada tanah belum

mencapai ambang batas kritis yang dapat menyebabkan toksisitas/keracunan pada

tanaman dan menggangu penyerapan hara (Lampiran 31). Selain itu tanah Andisol

juga memiliki bahan organik yang tinggi sehingga terjadi pengkelatan/pengikatan

logam berat dengan asam-asam organik yang disebut sebagai reaksi

pengkompleksan yang mempengaruhi ketersediaan logam berat dalam tanah. Ion

logam berat berikatan pada senyawa organik, terutama asam-asam humat dan

logam berat lebih mudah terlindi (leached) dan kelasi juga menurunkan toksisitas larutan logam berat (Notohadiprawiro, 2006).

Dari Tabel 9 dapat diketahui bahwa pemberian debu vulkanik tidak

berpengaruh secara nyata dalam meningkatkan produksi tanaman jagung setelah

3 bulan aplikasi. Diketahui bobot pipilan kering tertinggi terdapat pada perlakuan

V5 (Debu vulkanik 3298,96 g/10 kg BTKU) sebesar 2,916 ton/ha dan terendah

terdapat pada perlakuan V0 (Debu vulkanik 0 g/10 kg BTKU) yakni

2,223 ton/ha. Hal ini dikarenakan debu vulkanik mengandung mineral yang

dibutuhkan oleh tanah dan tanaman dimana mineral tersebut berpotensi sebagai

penambah cadangan mineral tanah dan memperkaya unsur hara tanah. Namun,

diperlukan jangka waktu yang cukup lama agar unsur hara ini

akan dapat digunakan tanaman. Sediyarso dan Suping, (1987 dalam Rostaman, dkk., 2011) menyatakan bahwa debu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Mineral tersebut berpotensi sebagai

penambah cadangan mineral tanah, memperkaya susunan kimia dan memperbaiki

sifat fisik tanah sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki

tanah-tanah miskin hara atau tanah yang sudah mengalami pelapukan lanjut.

Dari Tabel 9 juga dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan bobot pipilan

kering tanaman jagung sejalan dengan peningkatan taraf pemberian debu

vulkanik. Hal ini disebabkan debu vulkanik dapat memperbaiki sifat fisika tanah

dan juga mengandung unsur hara makro dan mikro yang dapat mensuplai atau

menambah kandungan unsur hara dalam tanah (Lampiran 6) sehingga dapat

Dokumen terkait