• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL

Pengomposan

Serasah meranti memiliki kadar air (KA) 10.69% dan komposisi kimia tertentu (Tabel 2). Penambahan urea 2% dan dedak 15% pada serasah meranti, mengakibatkan penurunan rasio C/N pada campuran bahan kompos menjadi sebesar 21.60, sedangkan kandungan P, K dan Ca menjadi lebih tinggi. Hal sebaliknya terjadi pada kandungan Mg (Tabel 2). Penambahan air mengakibatkan kandungan KA bahan kompos di awal pengomposan menjadi ± 60%.

Tabel 2 Komposisi kimia serasah meranti dan bahan kompos

Sebanyak 10 g biomasa inokulan telah dimasukkan ke dalam baglog. Sintasan inokulan bervariasi selama masa pengomposan. Selain inokulan, sebanyak 9 jenis kapang yaitu Acremonium, Apiocarpella, Aspergillus,

Diplodia, Hymenella, askomiset, Sphorothrix, Paecylomyces dan Phoma

ditemukan menjadi kontaminan selama pengomposan termasuk Trichoderma

(Gambar 3).

Pada bulan kesatu, SI- terkontaminasi Aspergillus. SA terkontaminasi askomiset dan Trichoderma, S-I- terkontaminasi Acremonium dan Phoma, sedangkan semua bahan kompos yang diberi inokulan (SI1, SI2 dan SI3) terkontaminasi Trichoderma. Kontaminasi yang terdeteksi pada bulan kedua perlakuan SI-, SA dan S-I- berubah, sedangkan SI1, SI2 dan SI3 tetap terkontaminasi Trichoderma. Pada bulan ketiga dan keempat hampir semua kompos terkontaminasi Trichoderma kecuali S-I-. Dengan demikian,

Trichoderma mampu bertahan hidup selama proses pengomposan pada semua perlakuan. Populasi Trichoderma tergolong stabil yaitu, 1 x 106–30 x 106 koloni/g kompos pada SI1, 5.33 x 106-15 x 106 koloni/g kompos pada SI2 dan 3.33 x

Rasio C/N P (%) K (%) Ca (%) Mg (%) Serasah meranti 73.46 0.11 0.16 0.18 0.23

106-5.33 x 106 koloni/g kompos pada SI3 (Tabel 3). Trichoderma ini ditemukan menjadi kontaminan di SA dan SI1 pada bulan kesatu hingga akhir masa pengomposan.

Tabel 3 Sintasan inokulan Penicillium dan Trichoderma

Keterangan: SI1 = Serasah disteam + Penicillium SI2 = Serasah disteam + Trichoderma SI3 = Serasah disteam + Penicillium dan Trichoderma (1:1)

Berbeda dengan Trichoderma, Penicillium tidak mampu bertahan hidup. Penicillium tidak terdeteksi pada bulan kesatu dan kompos diinfestasi oleh Trichoderma. Pada akhir masa pengomposan, diperoleh keragaman kapang yang tertinggi. Beberapa jenis kapang seperti Apiocarpella, Diplodia

dan Sphorotrix baru terdeteksi pada bulan keempat. Keragaman kapang selama proses pengomposan menunjukkan bahwa Trichoderma mendominasi hampir di semua perlakuan kecuali pada S-I- (Gambar 3).

Kualitas akhir kompos diharapkan memenuhi standar mutu SNI No. 19-7030-2004. Kualitas kompos meliputi rasio C/N, KA, kandungan hara, warna, tekstur dan bau. Rasio C/N di awal pengomposan sudah mendekati kriteria kompos menurut standar mutu kompos SNI (Gambar 4). Selama empat bulan pengomposan rasio C/N, berfluktuasi antara 15.93 hingga 45.47 (Gambar 4). Pada akhir masa pengomposan rasio C/N berkisar antara 15.93 hingga 18.53, sehingga kompos telah memenuhi kriteria C/N SNI tersebut.

KA kompos selama empat bulan pengomposan pada semua perlakuan juga berfluktuasi (Tabel 4) dan umumnya kurang dari KA awal pengomposan. Penurunan KA yang sangat nyata terjadi pada bulan kedua menjadi sekitar 12.88%-14.43%, dan meningkat lagi pada bulan ketiga dan keempat pengomposan. Umumnya KA kompos masih memenuhi kriteria kompos SNI No. 19-7030-2004 yaitu maksimum 50%.

Perlakuan Kapang Populasi (koloni x 106)/g kompos pada bulan

1 2 3 4 SI1 Penicillium 0 0 0 0 SI2 Trichoderma 5.33 15 7.33 6 SI3 Penicillium 0 0 0 0 Trichoderma 3.33 5.33 5.33 5.33 18

Gambar 4 Rasio C/N pada bahan kompos selama pengomposan

Keterangan: SI- = Serasah disteam + akuades SA = Serasah disteam + AIA sintetik 4 ppm S-I- = Serasah tanpa disteam dan tanpa inokulan SI1 = Serasah disteam + Penicillium

SI2 = Serasah disteam + Trichoderma SI3 = Serasah disteam + Penicillium dan

Trichoderma

Tabel 4 Kadar air kompos selama pengomposan

Keterangan: SI- = Serasah disteam + akuades SA = Serasah disteam + AIA sintetik 4 ppm S-I- = Serasah tanpa disteam dan tanpa inokulan SI1 = Serasah disteam + Penicillium

SI2 = Serasah disteam + Trichoderma SI3 = Serasah disteam + Penicillium dan

Trichoderma

Warna, tekstur dan bau kompos selama dekomposisi belum mencapai kriteria SNI kompos No. 19-7030-2004 (Gambar 5). Warna kompos belum kehitaman (rataan skor = 0), tekstur belum seperti tanah (rataan skor = 0) dan baunya belum seperti bau tanah (rataan skor = 0).

Perlakuan Kadar air (%) pada bulan ke

1 2 3 4 SI- 55.74 13.66 27.04 37.85 SA 53.52 13.24 30.17 26.55 S-I- 60.71 14.43 29.59 29.36 SI1 67.07 13.46 29.42 39.81 SI2 58.16 12.88 34.47 50.94 SI3 67.31 12.93 26.36 40.00 19

Gambar 3 keragaman kapang selama pengomposan

Keterangan : SI- = Serasah disteam + akuades SA = Serasah disteam + AIA sintetik 4 ppm S-I- = Serasah tanpa disteam dan tanpa inokulan

SI1 = Serasah disteam + Penicillium SI2 = Serasah disteam + Trichoderma SI3 = Serasah disteam + Penicillium dan Trichoderma

(1:1); B1 = Bulan ke 1 B2 = Bulan ke 2 B3 = Bulan ke 3 B4 = Bulan ke 4; Acr = Acremonium Api = Apiocarpella

Asc = Askomiset Asp = Aspergillus Dip = Diplodia Hym = Hymenella Sph = Sphorotrix Pae = Paecylomyces

Pho = Phoma Tri = Trichoderma

Gambar 5 Penampakan kompos a) pada awal dan b) akhir proses pengomposan

Variabel lain yang diamati meliputi suhu selama pengomposan, kadar hara makro (P, K, Ca dan Mg) dan kehilangan bobot kompos di akhir pengomposan. Suhu kompos berkisar antara 26oC hingga 30.33oC. Secara umum peningkatan suhu kompos terjadi pada bulan keempat (Gambar 6). Suhu tertinggi yaitu 30.33oC terjadi di bulan keempat, suhu terendah yaitu 26oC di bulan kesatu pada SA. Suhu terendah lainnya terjadi pada SI- dan SI1 di bulan kedua (Gambar 6). Proses mineralisasi dan penambahan dedak menyebabkan kandungan P, K, Ca dan Mg pada kompos berbeda dari bahan penyusunnya (Tabel 5).

Gambar 6 Rataan suhu kompos selama pengomposan

Keterangan: SI- = Serasah disteam + akuades SA = Serasah disteam + AIA sintetik 4 ppm S-I- = Serasah tanpa disteam dan tanpa inokulan SI1 = Serasah disteam + Penicillium

SI2 = Serasah disteam + Trichoderma SI3 = Serasah disteam + Penicillium dan

Trichoderma

b a

Tabel 5 Kadar P, K, Ca dan Mg bahan kompos pada akhir pengomposan Perlakuan P (%) K (%) Ca (%) Mg (%) SI- 0.39 1.03 0.80 0.55 SA 0.28 1.42 1.34 0.94 S-I- 0.27 0.32 0.79 0.26 SI1 0.32 1.57 0.67 0.29 SI2 0.39 2.58 1.21 0.93 SI3 0.32 2.10 0.70 0.70

Keterangan: SI- = Serasah disteam + akuades SA = Serasah disteam + AIA sintetik 4 ppm S-I- = Serasah tanpa disteam dan tanpa inokulan SI1 = Serasah disteam + Penicillium

SI2 = Serasah disteam + Trichoderma SI3 = Serasah disteam + Penicillium dan

Trichoderma

Kompos mengalami pengurangan bobot sebesar 2.33-10.67% selama empat bulan proses pengomposan. Kehilangan bobot tertinggi terjadi pada SI-, dan SI2 mengalami kehilangan bobot terendah (Gambar 7). Kehilangan bobot pada bahan kompos selama proses pengomposan berhubungan dengan laju dekomposisinya. Laju dekomposisi kompos berkisar antara 0.0058/th hingga 0.028/th (Tabel 6). Kompos SI- memiliki laju dekomposisi tertinggi, sebaliknya terjadi pada SI2. Laju dekomposisi bahan kompos yang diberi inokulan sangat rendah.

Gambar 7 Kehilangan bobot kompos selama pengomposan

Keterangan: SI- = Serasah disteam + akuades SA = Serasah disteam + AIA sintetik 4 ppm S-I- = Serasah tanpa disteam dan tanpa inokulan SI1 = Serasah disteam + Penicillium

SI2 = Serasah disteam + Trichoderma SI3 = Serasah disteam + Penicillium dan

Trichoderma

Tabel 6 Laju dekomposisi bahan kompos Perlakuan

SI- SA S-I- SI1 SI2 SI3

Laju dekomposisi 0.028 0.023 0.026 0.022 0.0058 0.0085

Keterangan: SI- = Serasah disteam + akuades SA = Serasah disteam + AIA sintetik 4 ppm S-I- = Serasah tanpa disteam dan tanpa inokulan SI1 = Serasah disteam + Penicillium

SI2 = Serasah disteam + Trichoderma SI3 = Serasah disteam + Penicillium dan

Trichoderma

Ketidakmampuan Penicillium untuk bertahan hidup dan laju dekomposisi yang rendah diduga berhubungan dengan kemampuan kedua kapang ini untuk merubah substrat. Hasil uji lignolitik menunjukkan bahwa hanya Trichoderma memiliki enzim tirosinase (Gambar 8). Enzim lainnya seperti fenoloksidase dan lakase tidak dimiliki oleh kedua kapang tersebut (Gambar tidak ditampilkan).

Gambar 8 Isolat Trichoderma (i) (– lakase, + tirosinase) dan Penicillium (ii) (- lakase, - tirosinase)

Produksi AIA selama Proses Pengomposan

Bahan kompos sudah mengandung AIA, dengan kadar berkisar antara 0.4-2.58 ppm. Produksi AIA bervariasi bergantung pada perlakuannya. Selama masa pengomposan, secara umum pada bulan kesatu, semua kompos yang diberi inokulan memiliki rata-rata kadar AIA yang lebih tinggi dibandingkan kadar AIA pada bulan sebelumnya, kecuali AIA pada S-I-.

Perlakuan SI1 dengan pengomposan selama tiga bulan menghasilkan konsentrasi AIA tertinggi (Gambar 10). Konsentrasi AIA pada S-I- cenderung rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Gambar 10). Pada S-I- tidak

a i b b a b ii 23

ditemukan Trichoderma, sedangkan pada perlakuan lainnya Trichoderma

merupakan kapang dominan.

Gambar 10 Konsentrasi AIA kompos selama pengomposan

Keterangan: SI- = Serasah disteam + akuades SA = Serasah disteam + AIA sintetik 4 ppm S-I- = Serasah tanpa disteam dan tanpa inokulan SI1 = Serasah disteam + Penicillium

SI2 = Serasah disteam + Trichoderma SI3 = Serasah disteam + Penicillium dan

Trichoderma

Produksi AIA mencapai konsentrasi maksimumnya pada bulan kedua atau ketiga pengomposan. Produksi AIA tertinggi terjadi pada SI1 (48.63 ppm) pada tiga bulan pengomposan (Gambar 10). Pada akhir masa pengomposan kandungan AIA pada SI-, SA, S-I-, SI1, SI2 dan SI3 berturut-turut adalah 10.91 ppm, 1.89 ppm, 0.17 ppm, 6.50 ppm, 2.40 ppm dan 2.63 ppm. Keberadaan kapang kontaminan mungkin mempengaruhi kadar AIA kompos. Kompos ini dicampur tanah steril, selanjutnya campuran tersebut digunakan sebagai media tanam pada bioasai stek pucuk meranti.

Hasil uji AIA menggunakan HPLC memperlihatkan adanya AIA dalam kompos terpilih. Hal tersebut ditunjukkan oleh adanya profil puncak pada retensi waktu yang sama dengan retensi waktu pada AIA sintetik yaitu 7.1. Produksi AIA setelah dikurangi AIA blangko yang diperoleh SI1 yaitu 5.06

ppm. Jumlah produksi AIA pada SI1 ini lebih besar dari pada SI- yaitu 4.36 ppm setelah dikurangi AIA blangko (Lampiran 9).

Pengaruh Kompos Meranti terhadap Inisiasi Akar Stek Pucuk Meranti Tembaga (S. leprosula)

Tanah yang digunakan sebagai media tanam stek bersama kompos memiliki karakteristik tanah seperti pH, rasio C/N, P, K, Ca, Mg dan tekstur berturut-turut adalah 5, 9.64%, 0.00025%, 0.004%, 0.02%, 0.01%, dan teksturnya (pasir 6.83%, debu 61.03% dan liat 32.14%). Pada 8 minggu setelah stek ditanam, kebanyakan stek belum berakar, kecuali stek yang ditanam pada SA atau SI3 (Tabel 7). Pembentukan akar serta jumlah, panjang dan berat kering akar stek sangat rendah sehingga kompos meranti cenderung tidak mampu merangsang pembentukan akar stek secara optimal.

Tabel 7 Pengaruh kompos terhadap inisiasi akar stek meranti pada 8 minggu setelah tanam

Perlakuan Stek berakar Akar

(%) Jumlah Panjang (cm) Berat kering (mg)

SI- - - - - SA 1.11 1.66 0.16 0.3 S-I- - - - - SI1 - - - - SI2 - - - - SI3 13.33 1.33 2.46 2.8

Keterangan: SI- = Serasah disteam + akuades SA = Serasah disteam + AIA sintetik 4 ppm S-I- = Serasah tanpa disteam dan tanpa inokulan SI1 = Serasah disteam + Penicillium

SI2 = Serasah disteam + Trichoderma SI3 = Serasah disteam + Penicillium dan

Trichoderma

PEMBAHASAN

Dokumen terkait