• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Dari hasil penelitian diperoleh hasil pemberian kompos kulit kakao 100 g (C1) mampu memberikan pengaruh nyata terhadap parameter diameter batang, bobot basah tajuk, dan bobot kering tajuk, tanpa pemberian limbah cair kelapa sawit (L0) memberikan pengaruh nyata pada parameter jumlah daun, bobot basah tajuk, bobt basah akar, dan bobot kering tajuk, namun interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata pada seluruh parameter.

Tinggi Tanaman

Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman kakao umur 1 – 11 MSPT dapat dilihat pada Lampiran 4 – 25 yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kompos kulit kakao, pemberian limbah cair serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kakao.

Tinggi tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair umur 1 – 11 MSPT dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair umur 1 – 11 MSPT

MSPT Kompos Kulit Kakao (g/polibag)

Rataan 21,17 21,14 21,44

Pada gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan kompos kulit kakao 100 g (C1)menghasilkan rataan tinggi tanaman lebih tinggi dibanding 0 g (C0), 200 g (C2), dan 200 g (C3) mulai 8 MSPT sampai 11 MSPT. Pada gambar 2 menunjukkan bahwa tanpa pemberian Lombah cair lebih tinggi dibanding 75 ml (L1) dan 150 ml (L2) mulai 8 MSPT sampai 10 MSPT, namun menunjukkan nilai yang mendekati pada semua parameter (L0, L1 dan L2) pada 11 MSPT

Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman kakao pada pemberian kompos kulit kakao 1 MSPT – 11 MSPT.

Gambar 2. Grafik pertubuhan tinggi tanaman kakao pada pemberian limbah cair kelapa sawit 1 MSPT – 11 MSPT.

Jumlah Daun

Dari pengamatan sidik ragam, pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair kelapa sawit serta interaksinya pada umur 1 – 7 (Lampiran 26 – 39) MSPT berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman kakao. Pada umur 8 – 11 MSPT (Lampiran 40 – 47) sidik ragam menunjukkan pemberian kompos kulit

berpengaruh nyata, namun berpengaruh tidak nyata pada interaksi kedua perlakuan.

Jumlah daun tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair umur 1 – 11 MSPT dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah daun tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair umur 1 – 11 MSPT

MSPT Kompos Kulit Kakao (g/polibag)

C1 (100) 10,67 10,13 8,87 9,89

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kelompok baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Gambar 3. Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman kakao pada pemberian limbah cair kelapa sawit 1 MSPT – 11 MSPT.

Pada gambar 3 menunjukkan bahwa tanpa pemberian limbah cair (L0) menghasilkan rataan jumlah daun lebih tinggi dibandingkan perlakuan 75 ml (L1) dan 150 ml (L2) mulai 6 MSPT sampai 11 MSPT. Pada gambar 4 menunjukkan bahwa perlakuan 100 g (C1) menghasilkan rataan jumlah daun tertinggi dibanding perlakuan 0 g (C0), 200 g (C2), dan 300 g (C3).

Gambar 4. Grafik pertumbuhan jumlah daun tanaman kakao pada pemberian kompos kulit kakao 1 MSPT – 11 MSPT.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada 11 MSPT, pemberian limbah cair kelapa sawit menghasilkan parameter jumlah daun tertinggi yaitu 10,97 yang berbeda tidak nyata dengan 75 ml (L1) namun berbeda nyata dengan 150 ml (L2)

Gambar 5. Hubungan pemberian limbah cair kelapa sawit terhadap jumlah daun tanaman kakao

Diameter Batang

Dari pengamatan sidik ragam, pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair kelapa sawit serta interaksinya pada umur 1 MSPT (Lampiran 48 - 49) tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman kakao. Pada umur 11 MSPT

0.00

Limbah cair kelapa sawit (ml)

(Lampiran 50 – 51) sidik ragam menunjukkan pemberian kompos kulit kakao berpengaruh nyata, namun pemberian limbah cair kelapa sawit serta interaksi antar perlakuan tidak berpengaruh nyata.

Diameter batang tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair umur 1 & 11 MSPT dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Diameter batang tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair umur 1 & 11 MSPT

MSPT Kompos Kulit

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kelompok kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Tabel 3 menunjukkan pada 11 MSPT, pemberian kompos kulit kakao 100 g (C1) menghasilkan parameter diameter batang tertinggi yaitu 6,22 mm yang berbeda nyata dengan tanpa pemberian kompos kulit kakao (C0) dan berbeda tidak nyata dengan 200 g (C2) dan 300 g (C3)

Gambar 6. Hubungan pemberian kompos kulit kakao terhadap diameter batang pada 11 MSPT

Bobot Basah Tajuk

Data pengamatan dan sidik ragam bobot basah tajuk tanaman kakao dapat dilihat pada Lampiran 52 – 53 yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan pemberian limbah cair berpengaruh nyata sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah tajuk tanaman kakao.

Bobot basah tajuk tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Bobot basah tajuk tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair

Kompos Kulit Kakao

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α =

Gambar 7. Hubungan pemberian kompos kulit kakao terhadap bobot basah tajuk tanaman kakao

Gambar 8. Hubungan pemberian limbah cair kelapa sawit terhadap bobot basah tajuk tanaman kakao

Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian kompos kulit kakao 100 g (P1) menghasilkan bobot basah tajuk tertinggi yaitu 9,99 g yang berbeda nyata dengan P0, P2, dan P3. Pada perlakuan tanpa pemberian limbah cair (L0) menghasilkan bobot basah tajuk tertinggi yaitu 9,61 g yang berbeda nyata dengan perlakuan 75 ml (L1) dan 150 ml (L2).

Limbah cair kelapa sawit (ml)

Bobot Basah Akar

Data pengamatan dan sidik ragam bobot basah akar tanaman kakao umur 11 MSPT dapat dilihat pada Lampiran 54 - 55 yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian limbah cair berpengaruh nyata sedangkan pemberian kompos kulit kakao serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar tanaman kakao.

Bobot basah akar tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Bobot basah akar tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair

Kompos Kulit Kakao

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kelompok baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α =

Limbah cair kelapa sawit (ml)

Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian kompos kulit kakao serta interaksi antar perlakuan berpengaruh tidak nyata namun pada perlakuan pemberian limbah cair kelapa sawit berpengaruh nyata. Pada perlakuan tanpa pemberian limbah cair (L0) menghasilkan bobot basah akar 2,91 g yang berbeda nyata dengan pemberian 75 ml (L1) dan 150 ml (L2).

Bobot Kering Tajuk

Data pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk tanaman kakao umur 11 MSPT dapat dilihat pada Lampiran 56 – 57 yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian limbah cair dan pemberian kompos kulit kakao berpengaruh nyata, namun interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman kakao.

Tabel 6. Bobot kering tajuk tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair

Kompos Kulit Kakao

Keterangan : Angka – angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%.

Gambar 10. Hubungan pemberian kompos kulit kakao terhadap bobot kering tajuk tanaman kakao

Gambar 11. Hubungan antara pemberian limbah cair kelapa sawit terhadap bobot kering tajuk tanaman kakao

Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian kompos kulit kakao 100 g (P1) menghasilkan bobot kering tajuk 3,58 g yang berbeda tidak nyata dengan pemberian 0 g (P0), 200 g (P2), dan 300 g (P3). Pada perlakuan tanpa pemberian limbah cair (L0) menghasilkan bobot kering tajuk 3,47 g yang berbeda nyata dengan pemberian 75 ml (L1) dan 150 ml (L2).

ŷ= 0,35x3 - 2,816x2 + 6,8x - 1,555

Limbah cair kelapa sawit (ml)

Bobot Kering Akar

Data pengamatan dan sidik ragam bobot kering akar tanaman kakao umur 11 MSPT dapat dilihat pada Lampiran 58 – 59 yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian limbah cair dan pemberian kompos kulit kakao serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk tanaman kakao.

Tabel 7. Bobot kering akar tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair

Kompos Kulit Kakao limbah cair dan pemberian kompos kulit kakao serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap rasio tajuk akar tanaman kakao.

Tabel 8. Rasio tajuk akar tanaman kakao pada perlakuan pemberian kompos kulit kakao dan limbah cair

Kompos Kulit Kakao

Pembahasan

Respons pertumbuhan benih kakao pada pemberian kompos kulit kakao Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemberian kompos kulit kakao berpengaruh terhadap bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk dimana bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk tertinggi (9,99 dan 3,58) terdapat pada pemberian kompos kulit kakao sebanyak 100 g/polibeg. Hal ini diduga karena pemberian dosis kompos pada kisaran taraf 100 g memberikan ketersediaan unsur N, P, dan K yang terbaik dan optimal untuk dimanfaatkan tanaman untuk perkemangan vegetatif tanaman. Apabila unsur hara berlebih atau sangat kekurangan, maka dapat mempengaruhi metabolisme tanaman yang juga berpengaruh pada pertumbuhan vegetatif tanaman itu sendiri, sehingga diperlukan jumlah hara yang optimum untuk pertumbuhan tanaman pada masa vegetatif. Hal ini sesuai dengan Rosmarkam dan Yumono (2002) yang menyatakan Untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif, pemupukan N harus diimbangi dengan pemupukan unsur lain.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemberian kompos kulit kakao berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter batang dimana nilai terbesar terdapat pada pemberian kompos 100 g (P1). Hal ini diduga adanya pengaruh dari penambahan kompos yang mengandung unsur N, dimana berdasarkan hasil analisis kompos diperoleh jumlah unsur N pada kompos 2,21 %.

Unsur N berperan besar sebagai unsur pembentuk organ vegetatif tanaman.

Diantaranya adalah pertumbuhan daun dan batang pada tanaman pada fase vegetatif. Hal ini sesuai dengan Poerwowidodo (1992) yang menyatakan bahwa Nitrogen mempengaruhi pertumbuhan tanaman dapat melalui cara cara sebagai

berikut : a) menjadikan tanaman berwarna hijau, b) meningkatkan pertumbuhan daun dan batang, c) menjadikan tanaman lebih sukulen, d) kadang menahan pertumbuhan akar, e)membantu dalam produksi biji, f)dapat melambatkan pematangan tanaman, g) meningkatkan kandungan protein buah atau biji, h) mengurangi presentase pelikan dalam buah, dan i) mengurangi pengaruh buruk udara dingin.

Respons pertumbuhan benih kakao terhadap pemberian limbah cair kelapa sawit

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tanpa pemberian limbah cair menghasilkan jumlah daun, bobot basah tajuk, dan bobot kering tajuk tertinggi.

Hal ini diduga karena unsur hara yang terdapat pada tanah (N : 0,51 % ; P : 0,26

% ; K : 303,46 mg/kg) dengan penambahan kompos (N : 2,21 % ; P : 0,02 % ; K : 4,20%) sudah mampu memenuhi kebutuhan tanaman (Lampiran 4) dimana tanaman dalam fase vegetatifnya memerlukan unsur hara seperti N, P, dan K dimana N memegeng peranan yang cukup besar dalam pertumbuhan vegertatif tanaman. Hal ini sesuai dengan Rosmarkam dan Yumono (2002) yang menyatakan bahwa pemupukan nitrogen akan menaikkan produksi tanaman, kadar protein, dan kadar selulosa, tetapi sering menurunkan kadar sukrosa, polifruktosa, dan pati. Hasil asimilasi CO2 diubah menjadi karbohidrat dan disimpan dalam jaringan tanaman apabila tanaman kekurangan unsur nitrogen.

Untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif, pemupukan N harus diimbangi dengan pemupukan unsur lain. . Pemupukan N dengan dosis tinggi sering berakibat memperpanjang fase vegetatif tanaman. Perlakuan tanpa pemberian limbah cair kelapa sawit memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter jumlah daun, bobot basah tajuk, dan bobot kering tajuk juga diduga

dikarenakan limbah cair kelapa sawit belum terdekomposisi secara sempurna yang mengakibatkan mengganggu pertumbuhan tanaman itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Sitanto (2002) yang menyatakan bahan organik yang tidak terdekomposisi secara sempurna akan menimbulkan efek yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tanpa pemberian limbah cair menghasilkan bobot basah akar tertinggi. Hal ini diduga karena unsur hara yang berperan pada fase pertumbuhan vegetatif terutama yang menuju kepada akar yaitu unsur hara K pada tanah (303,46 mg/kg) dengan pemberian kompos kulit kakao (K : 4,20%) sudah dapat memenuhi kebutuhan tanaman. Ketersediaan unsur K pada media tanam lebih besar jika dibandingkan unsur K yang terdapat pada limbah cair kelapa sawit (0,06%) (Lampiran 4). Hal tersebut menyebabkan ketersediaan K yang cukup bagi tanaman dan berperan besar pada pertumbuhan bagian vegetatif tanaman terutama pada bagian pertumbuhan akar. Hal ini sesuai dengan Poerwowidodo (1992) yang menyatakan bahwa Fotosintat sebagai hasil fotosintesis akan ditransportasilkandari daun ke tempat tempat yang membutuhkan, baik untuk digunakan atau disimpan. Tanpa adanya K yang cukup, sistem transportasi ini akan rusak. Ini akan menurunkan laju fotosintesis karena menumpuknya fotosintat dalam daun atau karena lembatnya perkembangan bagian penyimpanan energi yang ada. Potasium dapat mempertinggi pergerakan fotosintat keluar dari daun menuju akar, dan ini akan meningkatkan penyediaan energi untuk pertumbuhan akar dan untuk perkembangan ukuran dan kualitas buah.

Respons pertumbuhan benih kakao pada pemberian kompos kulit kakao dan pemberian limbah cair kelapa sawit

Hasil analisis data secara statistik menunjukkan tidak adanya interaksi yang nyata pada perlakuan pemberian beberapa komposisi media tanam dan pemberian limbah cair kelapa sawit pada semua parameter

Pada hasil juga diperoleh bahwa pada seluruh parameter interaksi komposisi media tanam dengan pemberian limbah cair kelapa sawit berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan pada akhir pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua faktor perlakuan memberikan pengaruh masing masing sebagai faktor tunggal tanpa adanya interaksi yang artinya bahwa faktor faktor ini bertindak bebas satu sama lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tenaya (2015) yang menyatakan bahwa terdapat perubahan yang tidak berarti antar perlakuan kombinasi atau tidak signifikan dikatakan interaksi yang tidak nyata.

Jadi kerjasama antar faktor yang dikombinasikan dikatakan bebas satu sama lainnya.

Dokumen terkait